Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld
|
|
- Lanny Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab V Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmoogi Braneword V. Pendahuuan Di daam Bab IV teah dipeajari bahwa persamaan-persamaan induksi pada brane mengandung sebuah tensor Wey terproyeksi yang membawa informasi medanmedan gravitasiona pada buk. Agar persamaan gravitasiona pada brane menjadi tertutup, maka persamaan Einstein 5-dimensi pada buk harus diseesaikan meaui informasi yang ada pada buk. Secara prinsip, bagi pengamat yang terokaisasi pada brane sangat suit untuk mengetahui geometri buk. Zen, dkk., (6) teah mengkaji bahwa jika sousi vakum brane teah diketahui maka perturbasi terhadap sousi vakum dapat dipandang sebagai penambahan materi pada brane dan persamaan tensor Wey terproyeksi dapat diseesaikan meaui pendekatan perturbatif. Bab ini bertujuan untuk mencari teori efektif energi rendah untuk sistem satu dan dua buah brane dengan menggunakan skema gradien ekspansi serta meninjau aspek kosmoogi brane. Tanpa mengetahui geometri dari buk, keberadaan tensor Wey dapat diseesaikan secara ajabar meaui eeminasi angsung sehingga persamaan Einstein pada brane secara utuh ditentukan oeh besaran-besaran pada brane. Sehingga efek dari dimensi ekstra daam teori efektif -dimensi dapat diamati secara angsung meaui persamaan-persamaan gravitasiona pada brane yang diseesaikan untuk masing-masing orde ekspansi. Sistematika pembahasan pada bab ini adaah sebagai berikut: Sub Bab V. membahas mode untuk sistem satu buah brane dan persamaan persamaan pada buk diturunkan dari aksi meaui variasi terhadap metrik. Sub Bab V. diturunkan persamaan-persamaan efektif pada brane serta apikasi kosmoogi braneword daam mode kosmoogi FRW. Persamaan Friedmann termodifikasi diturunkan untuk orde- dan mengkonfirmasi hasinya dengan sousi eksak yang diperoeh oeh Charmousis dan Dufaux () serta Maeda, dkk., (). Sub Bab V. persamaan efektif -dimensi diperoeh untuk sistem dua buah brane. Dengan asumsi bahwa metrik pada masing-masing brane dihubungan secara konforma, penurunan persamaan medan gravitasiona dapat diperoeh secara serempak. 89
2 Impikasi kosmoogi dan dinamika radion dibahas pada Sub Bab V.5. Sub Bab V.6 merangkum hasi-hasi yang diperoeh. V. Sistem Satu Buah -brane V.. Mode Mode satu buah -brane dengan tegangan σ dan dimasukan daam ruang-waktu AdS 5 yang memiiki sebuah skaa kurvatur buk, dapat digambarkan meaui aksi berikut di mana R dan κ 5 S = d x g R d x h L + + mat κ ( σ ), (V.) berturut-turut adaah skaar Ricci dan konstanta gravitasiona daam 5-dimensi. Diasumsikan pua ada simetri Z daam ruang-waktu AdS 5 dan brane ditempakan di y = daam sistem koordinat yang diberikan oeh persamaan (V.). Medan-medan materi, L mat, adaah terokaisasi pada brane. Metrik induksi pada brane dinyatakan oeh h. Aksi 5-dimensi (V.) seanjutnya diseesaikan meaui metode ekspansi gradien untuk memperoeh aksi efektif braneword energi rendah. Dengan memiih sistem koordinat Gaussian sebagai atar beakang sousinya, (, ) ds dy g y x dx dx = +, (V.) maka persamaan-persamaan medan pada buk diberikan oeh () () y K R = δ R, (V.) K = R + yk K =, (V.) (), (V.5) K =. (V.6) Di daam persamaan di atas, kurvatur ekstrinsik didekomposisikan menjadi bagian traceess dan bagian trace sebagai berikut K = + δ K, K = og g. (V.7) y 9
3 Dekomposisi ini bertujuan untuk menyederhanakan persamaan-persamaan dan memudahkan daam perhitungan. Syarat junction untuk sistem satu buah -brane diberikan oeh κ5 K δ K y= = ( σδ + T ). (V.8) Persamaan (V.) adaah sebuah persamaan tensor yang menggambarkan bagaimana materi-materi pada brane dapat menyebabkan keengkungan pada brane, sesuai dengan prinsip reativitas umum. Persamaan tensor ini menentukan evousi dari kurvatur ekstrinsik. Persamaan (V.) dan (V.5) adaah persamaanpersamaan skaar, bagaimana keengkungan pada buk dapat memberikan tekanan pada brane sebagaimana teah dijeaskan pada bab IV. Ha ini juga mengakibatkan brane meengkung. Persamaan (V.6) adaah sebuah persamaan vektor yang memberikan kendaa bagi evousi kurvatur ekstrinsik. Persamaanpersamaan (V.) (V-6) bersama-sama dengan persamaan (V.8) menggambarkan dinamika evousi untuk sistem satu buah brane. Aksi efektif -dimensi dapat diperoeh dengan mensubstitusikan sousi dari persamaan (V.) (V-6) ke persamaan aksi (V.) dan mengintegrasikan terhadap koordinat dimensi ekstra, y. V.. Ekspansi Energi Rendah Daam metode iterasi energi rendah atau dinamakan dengan metode ekspansi gradien, parameter ekspansi didefinisikan pada daerah energi rendah, yaitu rapat energi pada brane jauh ebih keci dari tegangan brane, (V.9) Ini berarti bahwa rapat energi pada brane dapat diabaikan terhadap tegangan brane. Kondisi ini berhubungan dengan orde ke- daam perturbasi dan merupakan sousi vakum. Untuk orde yang ebih tinggi, kondisi vakum ini harus diganggu dengan menambahkan materi pada brane. Syarat yang diberikan oeh persamaan (V.9) dapat diterjemahkan sebagai berikut: (V.) Kemudian meaui anaisis dimensi persamaan (V.) menghasikan 9
4 (V.) di mana adaah skaa kurvatur brane. Parameter ekspansi kemudian didefinisikan oeh (V.) Parameter ekspansi ini dapat diartikan bahwa kurvatur pada brane dapat diabaikan dibandingkan dengan kurvatur ekstrinsik pada energi rendah. Iterasi kemudian diakukan dengan menuiskan metrik sebagai jumah dari tensor-tensor oka yang dibangun oeh metrik induksi pada brane. Metrik sebagai sebuah deret perturbatif diberikan oeh () () ds = dy + a ( y) h ( x ) g ( y, x ) g ( y, x + + ) + dx dx Metrik induksi pada brane diberikan oeh h = g ( y =, x). Daam perumusan. (V.) kurvatur kovarian (Shiromizu dan Koyama, ), ekspansi secara angsung diakukan pada kurvatur ekstrinsik dan tensor Wey, kemudian persamaan gerak diseesaikan pada buk. Kuantitas-kuantitas ain yang diekspansi adaah tensor kurvatur ekstrinsik K, K = K + εk + ε K +. (V.) () () () Sousi masing-masing orde dari ekspansi kemudian diakukan sebagai berikut: untuk orde ke-, suku kurvatur pada brane diabaikan. Dengan kata ain tidak ada materi pada brane dan hanya ada tegangan brane. Berikut diseesaikan masingmasing orde perturbasi. V. Persamaan-Persamaan Efektif pada Brane V.. Sousi Orde- Tanpa keberadaan materi pada brane, sousi orde- terkait dengan sousi vakum dan sousinya diberikan oeh K = δ, K =. (V.5) () () Dengan menggunakan definisi kurvatur ekstrinsik 9
5 K =, y g (V.6) () () diperoeh metrik buk orde- sebagai berikut ds = dy + a ( y) h ( x ) dx dx. (V.7) di mana a(y) menyatakan factor keengkungan yang diberikan oeh ay = exp y. (V.8) Tensor h adaah konstanta integrasi yang hanya bergantung pada koordinat brane x dan menyatakan metrik induksi pada brane. Tanpa keberadaan materi pada brane, sousi orde ke- menghasikan sebuah kendaa antara tegangan brane dan konstanta kosmoogi pada buk. Dari syarat junction, hubungan antara parameter-parameter tersebut diberikan oeh 6 σ =. (V.9) κ Sebagaimana diharapkan, persamaan yang diperoeh adaah syarat ketertaaan untuk mode satu buah brane yang memberikan impikasi fisis bahwa konstanta kosmoogi brane menjadi enyap yaitu berkaitan dengan brane Minkowski. V.. Sousi Orde- Sousi orde- diperoeh dengan mengambi perhitungan dari suku-suku yang diabaikan pada orde-. Pada orde ini, keberadaan materi pada brane menjadi reevan daam persamaan dinamika. Untuk orde-, persamaan (V-) (V-6) menjadi () () () () y = R( g) δ R( g) (), (V.) () () K =, (V.) yk 6 K () () () = R( g), (V.) () () D DK =, (V.) 9
6 di mana D adaah turunan kovarian terhadap metrik induksi h. Kemudian () R ( g) () menyatakan ekspansi orde- dengan tensor Ricci diambi untuk komponen metrik a ( y) h, sehingga tensor Ricci pada brane terhadap metrik induksi dapat dituiskan sebagai () R ( h). Substitusi metrik orde- pada skaar Ricci R(g), maka persamaan (V.) menghasikan bagian trace kurvatur ekstrinsik, K = R( h ). (V.) 6a () () Dapat diihat bahwa persamaan (V.) secara trivia dipenuhi. Seanjutnya, bagian traceess kurvatur ekstrinsik diperoeh dengan mengintegrasikan persamaan (V.). Hasinya adaah () () () () χ = R ( h) R( h) δ +. (V.5) a a Disini () χ adaah sebuah konstanta integrasi yang memenuhi χ =. Dengan () menggabungkan persamaan (V.5) dan bagian trace kurvatur ekstrinsik (V.), sousi tensor kurvatur ekstrinsik orde- adaah () () () () χ K = R ( h) R( h) δ +, (V.6) a 6 a Tensor kurvatur ektrinsik (V.6) terkait dengan tensor energi-momentum pada brane meaui syarat junction dan menentukan persamaan dinamika gravitasiona pada brane. Syarat junction pada orde- menjadi κ K K R R x T () () () () () δ y= = δ + χ =. (V.7) Persamaan evousi tensor Wey dengan metrik (V.7) diberikan oeh λ β E = yk δ yk KλK + δkβk δ. (V.8) Dengan menggunakan ungkapan tensor kurvatur ekstrinsik serta trace-nya yang dinyatakan oeh persamaan (V.8), maka sousi tensor Wey untuk orde- adaah ( ). (V.9) () () E x = χ x 9
7 Persamaan (V.7) bersama-sama dengan persamaan (V.9) menghasikan persamaan gravitasiona pada brane pada orde-: κ =. (V.) () () () R δ R T E () Konstanta integrasi χ terkendaa oeh persamaan Codacci (V.), () () () () D () χ () D DK = D R R D R δ + a a 8a () D x () χ = D R R δ a + a Sehingga diperoeh D ( x ) () χ = D G + a a = D χ =, χ =. (V.) () () Jadi konstanta integrasi memiiki sifat transversa dan traceess terhadap geometri brane. Dapat diihat bahwa persamaan Einstein daam reativitas umum diperoeh () pada sousi orde ke- dengan suku tambahan E = χ / yaitu tensor Wey terproyeksi pada brane. Pada bab IV teah dibahas bahwa proyeksi tensor Wey memberikan efek non-oka yang mengakibatkan persamaan pada brane menjadi tidak tertutup. Namun pada penurunan di atas () χ adaah konstanta integrasi () () yang hanya bergantung pada koordinat brane, yang berarti pua E = E ( x). Efek dari buk dibawa oeh proyeksi tensor Wey meaui kuantitas skaa kurvatur buk,, diberikan oeh persamaan (V.9). Daam kosmoogi Friedmann- Robertson-Waker, suku ini berhubungan dengan radiasi geap karena berbanding terbaik dengan faktor skaa pangkat empat. V.. Sousi Orde- Untuk meihat koreksi ain dari reativitas umum daam teori efektif -dimensi seain konstanta integrasi χ (), dihitung sousi orde-. Di daam perhitungan 95
8 berikut ini kontanta integrasi diambi () χ =. Untuk sousi orde-, persamaan (V.) (V.6) menjadi () () () () () () () δ, y = R g R g K + (V.) () () () () () β yk K = K + β, (V.) 6 () () () () β () () K = K + β + R( g), (V.) () () () () () () D DK +Γ Γ =, (V.5) Tensor Ricci dan skaar Ricci orde- dihitung dengan menggunakan metrik buk sampai pada orde-, yaitu () g ( y, x ) a ( y) h ( x ) g ( y, x = + + () () = a ( y) h ( x ) + ( a ) R ( h) h R( h) 6. (V.6) Sehingga diperoeh () () () σ () σ () R δ R = a a D D Rσ + D D ( Rσ ) + + σ () () () D D R D σ D R D σ σ δ D R () () () () () β () () + R R R R δ R Rβ R 6 6 () () ( a a ) S( x ) R R δ R + 6, (V.7) di mana () β () () () () β () () S = R Rβ R R δ R Rβ + δ R + () σ () σ () DD σ R DDσ R DD R σ () () D Dσ R δ D D R 6. (V.8) 96
9 Sifa-sifat dari tensor ini dapat diihat dari persamaan (V.7) dan memenuhi hubungan S =, D S =. (V.9) Dengan menggunakan persamaan (V.7) dan hasi dari orde- dapat diperoeh K R R a () () () () () = δ dan integrasi persamaan evousi (V.) menghasikan R, χ = + + a a a a () () y () () () S R R R δ (V.), (V.) di mana χ () adaah konstanta integrasi yang hanya bergantung pada koordinat brane x. Untuk memahami arti fisis dari konstanta integrasi ini, didefinisikan χ () () = χ + S + 8 () () () () () () β () R R R R δ Rβ R R. (V.) Sehingga persamaan tensor Wey terproyeksi orde- pada brane dapat dituis serupa dengan persamaan (V.9), Daam ungkapan χ () E () ( x ) () χ =, (V.), kurvatur ekstrisik pada brane adaah 5 K R R R R R R R () () () () () () () () β = y δ + δ = β + χ. (V.) () Dengan mengambi trace persamaan ini, dapat disusun sebuah persamaan dengan () () () K δk = P + χ, (V.5) = δ () β () () () () () () P R Rβ R R R R R Secara forma persamaan Codacci dapat diintegrasi untuk memperoeh () () K δ K = τ + cs + c Z. (V.7). (V.6) 97
10 Di sini τ adaah tensor yang tidak dapat dinyatakan daam ungkapan kuantitaskuantitas oka, Kuantitas-kuantitas dan c adaah koefisien-koefisien konstan. c Sedangkan bagian oka Z adaah tensor bebas divergensi yang didefinisikan oeh = +. (V.8) () () () () () Z R R R D D R D D δ δ R Tensor S dan Z adaah bebas inear, sehingga kombinasinya menghasikan sebuah tensor bebas divergensi, H = S + Z. (V.9) Masing-masing dari tensor ini dapat diperoeh meaui variasi terhadap metrik dari aksi-aksi berikut ini δ = β d x R Rβ R d xs g δ, (V.5) d xr d xz δ g, (V.5) δ = β ( β ) δ = d x R R d xh g δ. (V.5) Dengan mensubstitusikan persamaan (V.7) ke persamaan (V.5) maka diperoeh () τ = P + χ cs cz, (V.5) () Persamaan ini menghubungan konstanta integrasi χ dengan bagian tensor non oka τ dan parameter-parameter bebas dan c. Syarat traceess c χ = () menghasikan Jadi () R R R c D D R. (V.5) 8 () β () () τ = β τ menyatakan anomai trace daam konteks korespondensi AdS/CFT (Madacena, 998) serta daam braneword (Gidding, dkk.,, Hawking, dkk.,, Gubser,, Shiromizu dan Ida, ; Koyama dan Soda,, Padia, 6). Sifat non oka tensor τ menunjukan bahwa tensor ini berhubungan dengan energi-momentum dari CFT hoografik pada brane. 98
11 Dengan memasukkan sousi-sousi orde- ke daam syarat junction maka dapat diperoeh persamaan efektif pada brane yang meiputi koreksi untuk persamaan gravitasiona -dimensi reativitas umum. Syarat junction kemudian menjadi () () () () κ K δk + K δk = T. (V.55) Substitusi hasi-hasi perhitungan sebeumnya ke persamaan (V.55) maka diperoeh Atau () κ G = T ( τ + cs + cz). (V.56) κ = +. (V.57) () () G T P χ Tensor P dapat ditentukan secara oka dan mengandung suku kuadratik energimomentum tensor sehingga persamaan (V.57) menjadi tertutup. Untuk memperoeh orde ke-n dapat digunakan formua rekursif berikut ini, ( n) n n () () ( p) ( p ) = dy a R R K δ a, (V.58a) p= K K K n ( n) ( p) ( n p) ( p) ( n p) β () ( n) = + β + R 6 p=, (V.58b) n ( n) ( n) ( p) ( n p) ( p) ( n p) β yk K = K K + β p=, (V.59a) D D K + Γ Γ n p ( n) ( n) ( p) ( n p) ( p) ( n ) p=. (V.59b) Bagian traceess dan trace kurvatur ekstrinsik didefinisikan oeh persamaan (V.7). V.. Impikasi Kosmoogi Sistem Satu Buah Brane Sebagai apikasi kosmoogi ), tinjau kosmoogi homogen dan isotropik pada brane dengan metrik induksi diberikan oeh ) Apikasi kosmoogi untuk orde- dapat diihat pada paper Zen, dkk., (6) di mana persamaan 8π G C Friedmann dengan koreksi radiasi geap diberikan oeh H = ρ +. a 99
12 i h dx dx = dt + a () t γ ijdx dx j. (V.6) Disini at () adaah sebuah faktor skaa. Komponen yang tidak enyap dari tensor P adaah t j Pt = H, Pi = H + H H δ j i, (V.6) Perhitungan secara angsung menghasikan bahwa tensor P memenuhi Sehingga dari persamaan (V.57) diperoeh DP =. (V.6) D χ =. (V.6) () Jadi χ adaah komponen pada kosmoogi brane yang berperiaku sebagai suku radiasi geap. Komponen-(tt) dari persamaan (V.57), dengan mengabaikan suku () radiasi, menghasikan persamaan Friedmann termodifikasi H κ = ρ + H. (V.6) Charmousis dan Dufaux () serta Maeda dan Torii () teah memperoeh bentuk sousi eksak dari persamaan Friedmaan termodifikasi daam braneword Gauss-Bonnet tanpa suku radiasi geap, hasi ringkasnya dapat dituis sebagai berikut κ ( ρ + σ) = H + ( + H ). (V.65) Disini adaan parameter konstan, kontribusi dari suku Gauss-Bonnet. Daam kasus yang diturunkan di atas maka untuk =, κ ρ σ + = 6 H +. (V.66) Jika ruas kanan persamaan (66) diekspansi untuk parameter ekspansi yang keci ε = H, H + = + H H +, (V.67) 8 maka diperoeh persamaan yang sama seperti persamaan (V.6). Jadi dapat dikonfirmasi vaiditas dari ekspansi gradien. Sehingga menarik juga untuk dikaji jika aksi (V.) ditambahkan suku Gauss-Bonnet daam skema ini.
13 V. Sistem Dua Buah Brane Pada pasa sebeumnya, mode dengan satu buah brane dapat digambarkan oeh sebuah teori efektif -dimensi daam energi rendah. Berikut ini dikaji sebuah sistem dengan dua buah brane pada imit energi rendah. Dinamika untuk sistem dua buah brane sedikit ebih rumit dari sistem dengan satu buah brane. Jarak antara kedua brane dapat mempengaruhi dinamika kedua brane dan dinamika dari sistem secara keseuruhan. Sebagaimana diperihatkan di bawah ini, jika ada dua buah brane dimasukan daam ruang-waktu buk, teori -dimensi efektif berperiaku seperti teori Brans-Dicke (secara umum adaah teori skaar-tensor) dan medan skaar Brans-Dicke bekerja sebagai sebuah radion. Asumsi yang sama seperti pasa sebeumnya bahwa tegangan-tegangan brane σ + dan σ jauh ebih besar dari rapat energi ρ + dan ρ. Untuk sistem dua buah brane, ada satu buah derajat kebebasan tambahan yaitu radion yang juga harus diambi daam perhitungan dan memodifikasi skema ekspansi. V.. Mode Aksi untuk sistem dengan dua buah brane diberikan oeh 5 S = d x g R + κ d x h ( + ) ( L ( + ) σ ( + ) ) d x h ( ) ( L ( ) σ ( ) ). (V.68) + + Metrik 5-dimensi dapat dipiih daam suatu bentuk di mana radion secara ekspisit ada daam metrik, φ ( yx, ) ds = e dy + g ( y, x ) dx dx. (V.69) Brane yang memiiki tegangan positif ditempatkan di y = sedangkan brane yang memiiki tegangan negatif di y =. Daam kasus ini φ ( yx, ) menentukan jarak wajar antara kedua brane (Lihat Gambar V.), φ ( y', x) ' d x = e dy. (V.7) Daam sistem koordinat (V.69), persamaan-persamaan medan buk dapat diperoeh meaui variasi aksi (V.68):
14 = δ φ φ φ φ () () e y Q R R ( Q β ) R β + δ ( φ + φ φ), (V.7) = +, (V.7) e φ β yq Q β = φ + φ φ, (V.7) Q =, (V.7) Dan syarat junction diberikan oeh κ = + δ σ δ ( + ) ( + ) Q ( T ) y= κ = + δ σ δ ( ) ( ) Q ( T ) y=, (V.75). (V.76) Bagian traceess dan trace dari kurvatur ekstrinsik didefinisikan φ φ e K = + g K, Q = e og g. (V.77) y Gambar V. Radion sebagai jarak antara dua brane.
15 Dengan menggunakan prosedur yang sama seperti pada sub bab sebeumnya, persamaan-persamaan Einstein pada masing-masing brane, sampai pada orde-, dapat dituis secara serempak sebagai berikut di mana χ ± G κ ( ± ) ( ± ) =± T χ ±, (V.78) adaah konstanta integrasi. Tanda ± di daam persamaan (V.78) masing-masing berhubungan dengan brane yang memiiki tegangan positif dan negatif. Metrik induksi pada masing-masing brane dihubungkan meaui transformasi konforma dengan faktor konforma diberikan oeh h =Ω h, (V.79) ( ) ( + ) ( e φ ) Ω = exp. (V.8) Untuk sistem dua buah brane adaah mungkin mengeeminasi kuantitas non oka, χ ±, di daam persamaan (V.78) sehingga diperoeh persamaan Einstein oka pada masing-masing brane. Ha ini dapat diakukan jika hubungan antara χ ( + ) dan χ diketahui. Dengan menggunakan persamaan evousi dari tensor Wey terproyeksi (IV.75) untuk orde- dan persamaan (V.79), tensor Wey terproyeksi adaah dihubungan secara konforma, E =Ω E. (V.8) ( )() ( + )() Berikut ini diturunkan persamaan Einstein pada masing-masing brane daam bentuk tertutup. V.. Teori Efektif pada Brane Dengan menggunakan persamaan (A.) pada ampiran A, persamaan Einstein pada brane yang memiiki tegangan negatif dapat dinyatakan daam ungkapan kuantitas-kuantitas pada brane yang memiki tegangan positif, = Ω Ω Ω ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) G G D D h D D + Ω Ω Ω Ω ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) D D h D D Ω, (V.8)
16 Persamaan (V.8) bersama-sama dengan persamaan (V.9) untuk kasus dua brane, suku non oka Eeminasi χ ± χ ± dihubungakan secara konforma sebagai berikut χ =Ω χ. (V.8) ( ) ( + ) pada persamaan (V.78) mengimpikasikan bahwa κ G G T T =Ω + ( +Ω ) ( + ) ( ) ( + ) Suku pertama pada ruas kanan persamaan (V.8), G. (V.8), dapat dieeminasi dengan menggunakan persamaan (V.8). Dengan mendefinisikan sebuah medan skaar Ψ oeh Ψ = Ω, persamaan Eintein pada brane yang memiiki tegangan positif diperoeh G κ T T D D h D D Ψ Ψ ( ( ) ) ( Ψ ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) = + Ψ + Ψ ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) D D h D D + Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ. (V.85) (V.86) Dengan hasi ini, kuantitas non oka dapat dinyatakan daam ungkapan kuantitaskuantitas pada brane, κ = Ψ + Ψ Ψ Ψ Ψ χ ( )( T T ) ( D D h D D ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) D D h D D Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ. (V.87) Karena Ω (atau ekuivaen dengan Ψ ) mengandung informasi jarak antara kedua brane, Ω (atau Ψ ) dinamakan radion. Persamaan gerak untuk medan skaar radion diperoeh dengan mengambi trace persamaan (V.87), di mana κ D D D D T T ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) Ψ+ Ψ Ψ= ( Ψ ) + ( Ψ) ( Ψ) ( ) ( ) ( ) T h T., (V.88) = (V.89) Persamaan-persamaan (V.86) dan (V.88) merepresentasikan sebuah teori gravitasi skaar-tensor pada brane yang memiiki tegangan positif dan dapat diturunkan dari aksi efektif -dimensi:
17 + + + ( + ) ( + ) S = d h R D D Ψ ( ) Ψ κ Ψ Ψ ( ) + + Ψ ( d h + L + d h + L ). (V.9) Prosedur yang sama juga dapat digunakan untuk memperoeh persamaanpersamaan efektif pada brane yang memiiki tegangan negatif dan diperoeh: G κ T T D D h D D Φ Φ ( ( ) ) ( Φ ) ( ) ( ) ( + ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) = + +Φ + Φ ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) D D h D D Φ Φ Φ Φ +Φ Φ. ( +Φ) κ D D D D T T ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( + ) Φ Φ Φ= ( +Φ ) + ( +Φ) κ = +Φ + Φ Φ Φ Φ χ + ( )( T T ) ( D D h D D ) (V.9), (V.9) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) D D h D D + Φ Φ Φ Φ Φ +Φ. (V.9) Aksi efektif -dimensi untuk brane yang memiiki tegangan negatif diberikan oeh ( ) ( ) S = d h R D D Φ + ( ) Φ κ Φ +Φ di mana ( ) + + +Φ ( d h L d h L ) +, (V.9) Φ =Ω. (V.95) Hasi-hasi di atas memperihatkan bahwa jika dinamika dari sebuah brane diketahui maka dinamika pada brane yang ain juga dapat diperoeh. Ketidakbebasan dinamika pada kedua brane dapat dinyatakan meaui hubungan berikut: Ψ Φ=. (V.96) Ψ Persamaan-persamaan Einstein dan persamaan-persamaan gerak untuk medan skaar pada brane adaah tertutup, yang dapat direpresentasikan meaui kekekaan materi pada masing-masing brane, 5
18 ( ± ) ( ± ) D T =. (V.97) Terhadap metrik pada brane yang memiiki tegangan positif, h ( + ) kekekaan (V.97) dapat dituiskan menjadi D Ψ D T D T T T Ψ Ψ ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) D +, Ψ = = Jadi terhadap metrik h ( + ), persamaan. (V.98), tensor energi-momentum pada brane yang memiiki tegangan positif memenuhi hukum kekekaan sedangkan divergensi tensor energimomentum pada brane yang ain ditentukan oeh jarak antara kedua brane. Aksi-aksi efektif yang digambarkan oeh persamaan-persamaan (V.9) dan (V.9) tidak ain adaah aksi gravitasi skaar-tensor di mana koping gravitasiona pada masing-masing brane ditentukan oeh medan skaar Brans-Dicke Φ untuk brane yang memiiki tegangan negatif dan Ψ untuk brane yang memiiki tegangan positif. Gravitasi skaar-tensor pada masing-masing brane dibedakan oeh ungkapan parameter koping ω( Φ ) = /( +Φ) tegangan negatif dan ω( Ψ ) = Ψ/( ) positif. Φ untuk brane yang memiiki Ψ untuk brane yang memiiki tegangan V.5 Impikasi Kosmoogi Sistem Dua Buah Brane Pada sub bab ini dibahas impikasi kosmoogi untuk sistem dua buah brane. Persamaan-persamaan efektif -dimensi untuk brane yang memiiki tegangan positif dapat dinyatakan kembai daam bentuk persamaan dinamika berikut: ( Ψ) R ( + ) κ T ( + ) T + κ T T = δ + δ Ψ Ψ ( Ψ) ω + δ D D Ψ+ D D Ψ+ D ΨD Ψ Ψ Ψ ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) dω ( + ) ( + ) κ T + T Ψ+ Ψ Ψ= D D D D ω+ dψ ω+ dengan parameter koping ω ( Ψ ) didefinisikan oeh Ψ, (V.99), (V.) Ψ ω ( Ψ ) = Ψ, (V.) 6
19 Medan skaar Ψ daam ungkapan medan φ adaah Ψ= exp( e φ ), (V.) yang mengimpikasikan Ψ [,]. Daam imit Ψ berhubungan dengan gravitasi daam reativitas umum dan terkait dengan keadaan di mana kedua brane terpisah pada jarak yang sangat besar, Sedangkan daam imit d( x) = e φ = n( Ψ), φ +. (V.) Ψ kedua brane bertumbukan: d, φ. berhubungan dengan sebuah keadaan di mana Materi fuida pada brane yang memiki tegangan positif adaah fuida idea, ( ρ ), T P UU Pg P + = + + = Γ, (V.) di mana Γ adaah indeks barotropik. Misanya, Γ = / menyatakan materi radiasi dan Γ = berhubungan dengan konstanta kosmoogi. Pada brane yang memiki tegangan negatif, tensor energi-momentumnya diberikan oeh ( ) ( T = λ ) () t δ, (V.5) Jika metrik induksi pada brane diberikan oeh metrik FRW, persamaan (V.6), maka menghasikan hukum kekekaan untuk fuida idea, a ρ = Γ ρ, ρ = ρa Γ, (V.6) a dan persaman untuk λ ( ) adaah λ λ Sousi persamaan ini adaah ( ) ( ) = Ψ. (V.7) Ψ ( ) exp( e φ ) λ = λ Ψ = λ. (V.8) ( ) ( ) ( ) Jadi evousi dari materi pada brane yang memiki tegangan negatif diparameterisasi oeh jarak wajar antara kedua brane. Jika φ adaah besar (jarak antara brane menjadi besar) materi pada brane yang memiki tegangan negatif menjadi enyap λ. Sebaiknya, jika jarak antara brane menjadi keci, maka materi pada brane yang memiki tegangan negatif, niainya tidak no. 7
20 Dengan metrik FRW, persamaan medan -dimesi (V.99) dan (V.) dapat diperoeh sebagai berikut: ( Ψ) ( Ψ)( Γ) κ ( Ψ) ( Γ) Ψ κ Ψ+ HΨ+ = ρ H ( Γ) κ λ, (V.9) H + H = ρ, (V.) 6 Ψ Ψ κ Ψ Ψ Ψ Ψ ( ) + H = ρ ( Ψ) ( ) λ. (V.) Persamaan (V.9) dan (V.) berturut-turut adaah persamaan dinamika untuk Ψ dan H dan persamaan (V.) adaah persamaan Friedmann. Persamaan (V.) tidak mengandung suku tambahan yang menggambarkan pengaruh dari brane yang memiki tegangan negatif dan medan skaar. Sedangkan persamaan (V.9) mengandung suku tambahan pada ruas kanan persamaannya yang menunjukan ketidakinearan persamaan. Berikut ini dikaji sousi-sousi khusus dari persamaan-persamaan tersebut. V.5. Dinamika Radion Pertama tinjau kasus Γ = (konstanta kosmoogi). Hukum kekekaan (V.6) menghasikan ρ = ρ = konstan, dan persamaan (V.) menjadi κ + H = ρ, (V.) H Sousi trivia dari persamaan ini diberikan oeh parameter Hubbe konstan, H = ( κ / ) ρ tetapi ini bukan sousi umum (ihat pasa V.5.). Untuk sousi trivia menghasikan evousi faktor skaa daam bentuk eksponensia: exp κ a = a ρ t. (V.) Persamaan (V.) dapat diseesaikan secara ajabar dan menghasikan sousi κ Ψ= ρ ρ exp ρ ± λ ( ) A t, (V.) 8
21 di mana A adaah konstanta integrasi. Dengan memiih kontanta integrasi / / A = ρ λ maka ρ κ Ψ= exp ρ t ± λ, (V.5) Sousi persamaan (V.) menentukan jarak wajar antara kedua brane φ κ λ dt () = e = n Aexp t ± ( ) () t ρ ρ Untuk t + maka d + dan juga diperoeh sebuah sousi ( λ ρ) ± ( ) c n /, κ ρ, (V.6) t = t = A d =. (V.7) Sousi persamaan (V.) tidak memiiki singuaritas ketika brane bertumbukan d = dan dapat diteruskan untuk daerah di mana dt () <. Ini dapat diinterpretasikan sebagai suatu perubahan kedudukan kedua brane sepanjang ( + ) sumbu-y: untuk perubahan kedudukan ( σ, σ ) berhubungan dengan dt () > ( ) ( + ) dan dt () < untuk arah sebaiknya ( σ, σ ). Kanno, dkk., () memperkenakan skenario kosmoogi BAB (Born-Again-Braneword) bahwa tanda dari tegangan brane dapat berubah seteah tumbukan, σ ( ) σ ( + ). Dari pembahasan di atas mekanisma ini muncu secara aamiah. Misanya untuk kasus d = ( Ψ), (V.8) berhubungan dengan peruasan domain Ψ yaitu Ψ [,]. Berikut ditinjau evousi dari jarak wajar untuk dt () < untuk masing-masing tanda yang diberikan oeh sousi persamaan (V.5). Untuk sousi negatif, jika t = maka d. Kemudian jarak wajar antara brane memiiki domain pada seuruh sumbu rii faktor skaa at () d [, ] untuk tidak pernah enyap. Sedangkan untuk sousi positif t [, + ] dan ( ) λ t +, d = n <, (V.9) ρ 9
22 Gambar V. Jarak wajar antara dua buah brane untuk Γ =, tanpa pengaruh radiasi geap. Warna merah adaah kurva untuk og(.5(exp(. t)- )) dan kurva warna biru untuk og(.5(exp(. t)-)). Daam ha ini dua buah brane dipisahkan pada jarak berhingga dan faktor skaa eksponensia (V.) pada brane yang memiiki tegangan positif cenderung menuju no (aam semesta memiiki singuaritas t + ). Situasi ini diperihatkan pada Gambar V.. Konstanta-konstanta ditetapkan sebagai berikut : / A ρ / λ / = =.5, ( κλ / / ) =. dan ( κ ρ / ) =.. Berikutnya tinjau untuk faktor skaa pada brane yang memiiki tegangan positif yang digambarkan oeh sebuah fungsi pangkat a = a t m. Dari persamaan (V.) dan hukum kekekaan, sousi untuk indek pangkatnya adaah m = /Γ, Γ, dan sebuah kendaa untuk niai awa adaah κ ρ Γ ( a ) =. (V.) 9 Γ Sehingga evousi untuk faktor skaa dan parameter Hubbe diberikan oeh
23 / at () at =, H= t. Γ (V.) Persamaan-persamaan evousi ini terkait dengan jarak wajar yang diberikan oeh / κλ Γ Γ / dt () = n At t, Γ Γ (V.) κ dt n At λ = n t, Γ (V.) Gambar V. Jarak wajar antara dua buah brane untuk Γ = /, Γ = / dan Γ = /. Kurva warna merah, biru, hitam, kuning dan hijau masingmasing untuk kurva: og(.(t.5 +t)), og(.(t -t)), og(.(t +t)), og(.(t-og(t))) dan og(.(t+og(t))). di mana A dan A adaah konstanta integrasi. Dari ungkapan ini dapat ditentukan waktu terjadi tumbukan, t, antara kedua brane. Daam ha ini diperoeh t. c Berarti bahwa faktor skaa adaah reguar pada saat terjadi tumbukan dan bagi pengamat yang berada pada brane yang memiiki tegangan positif tumbukan ini tidak diamati, karena tidak ada pengaruh evousi dari faktor skaa. Pada saat t = c
24 adaah singuar, jarak antara kedua brane cenderung menuju dan faktor skaa menuju no (singuaritas). Jika konstanta integrasi A dipiih sebagai berikut maka diperoeh Γ κλ / A = Γ, (V.) Dapat diihat bahwa untuk t Γ Ψ= Γκ λ ( ) ( t /Γ ) t, (V.5) (ate times) maka Ψ dan sousinya mendekati sousi reativitas umum. Situasi ini ditunjukan pada Gambar V.. V.5. Pengaruh Radiasi Geap Secara umum persamaan (V.) adaah persamaan diferensia orde dua untuk factor skaa: ( a ) d dt Integrasi pertama terhadap waktu menghasikan κ ρ Γ = ( Γ ) a. (V.) a Γ d a + κ ρ κ ρ = dt, (V.) C di mana C adaah konstanta integrasi sebagai suku radiasi geap yang membawa informasi pengaruh buk pada brane. Persamaan (V.) menghasikan persamaan Friedmann κ C H = ρ +, (V.) a Berikut ini ditinjau untuk berbagai niai dari indeks barotropikγ : Γ=. Sousi dari persamaan (V.) adaah κ ρ C a t t = exp ( ) κ ρ κ ρexp ( t t) Γ= /., (V.5)
25 κ ρ a = + C( t t ), H = t t ( ), (V.6) Jadi untuk kasus materi radiasi, radiasi geap tidak berpengaruh pada parameter Hubbe dari brane yang memiki tegangan positif. Γ= /. κ ρ C a t t H κ ρ ( t t ) = ( ), = κ ρ a. (V.7) Γ= di mana a / / = β + C β + C, (V.8) κρ β = ( t t ) C 8 8 ( t t ) C κ ρ ( t t ) κ ρ (V.9) Persamaan (V.) dapat digunakan untuk mencari sousi numerik dari medan Ψ dengan bentuk sebagai berikut κ ρ ( Ψ) Ψ Ψ κ λ ( Ψ) C H + =, (V.) Γ a Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ a dengan H dan a ditentukan dari persamaan (V.). V.6 Rangkuman Pada bab ini teah diperoeh persamaan-persamaan gravitasiona energi rendah pada brane untuk sistem satu buah brane dan dua buah brane. Persamaanpersamaan evousi buk diseesaikan secara iteratif dengan mengekspansi persamaan-persamaan yang reevan daam parameter ekspansi ε = (/ L) < <, dengan adaah skaa kurvatur buk dan L adaah skaa kurvatur brane. Ekspansi orde- menghasikan ketertaaan antara tegangan brane dan konstanta kosmoogi buk. Persamaan reativitas umum dengan suku-suku koreksi diperoeh untuk ekspansi orde- dan seterusnya. Untuk sistem satu buah brane, terdapat suku non oka τ dan dua buah parameter bebas yang berhubungan dengan derajat
26 kebebasan buk. Disamping itu pua, persamaan medan gravitasiona menjadi tertutup, yaitu dapat ditentukan meaui besaran-besaran pada brane. Aspek kosmoogi untuk masing-masing konfigurasi menghasikan persamaan Friedmaan termodifikasi oeh keberadaan tensor Wey terproyeksi yang diinterpretasikan sebagai radiasi geap daam mode kosmoogi FRW. Ditinjau pua sebuah skenario kosmoogi di mana dua buah brane bergerak dan bertumbukan di daam ruang-waktu buk 5-dimensi. Materi pada brane yang memiiki tegangan positif digambarkan oeh fuida idea dan pada brane yang memiiki tegangan negatif adaah konstanta kosmoogi bergantung waktu. Diperoeh sousi-sousi khusus untuk faktor skaa pada brane yang memiiki tegangan positif dan radion yang menentukan jarak wajar antara kedua brane. Dari sousi anaitik juga menunjukkan bahwa evousi dari faktor skaa adaah berbeda untuk atar beakang materi dengan indeks barotropik berbeda.
Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk
Bab VI Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk VI.1 Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk menggeneralisasi hasil yang diperoleh untuk sistem dua buah brane, dengan memperluas skema perturbasi yang telah dibahas
Lebih terperinciBab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan
Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan Pada Bab III, telah diperoleh sebuah deskripsi teori efektif 4-dimensi dari teori 5- dimensi dengan cara mengkompaktifikasi pada orbifold dalam kerangka kerja
Lebih terperinciSupergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold
Bab III Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold III.1 Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi teori 4-dimensi yang memiliki generator supersimetri melalui kompaktifikasi orbifold dari
Lebih terperinciT E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif
1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,
Lebih terperinci(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif
BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,
Lebih terperinciBab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian
Bab 2 Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Geometri Riemann pertama kali dikemukakan secara general oleh Bernhard Riemann pada abad ke 19. Pada bagian ini akan diberikan penjelasan
Lebih terperinciPENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA
Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari
Lebih terperinciBAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA
BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya
Lebih terperinciperpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :
1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan
Lebih terperinciMANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja
MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana
Lebih terperinciTeori Dasar Gelombang Gravitasi
Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.
Lebih terperinciBab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann
Bab 2 Persamaan Einstein dan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Sebuah himpunan M disebut sebagai manifold jika tiap titik Q dalam M memiliki lingkungan terbuka S yang dapat dipetakan 1-1 melalui sebuah pemetaan
Lebih terperinciANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak
ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan
Lebih terperinciFrekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*
Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan
Lebih terperinciBab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal
Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal Persamaan air dangkal merupakan persamaan untuk gelombang permukaan air yang dipengaruhi oleh kedalaman air tersebut. Kedalaman air dapat dikatakan
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum
LAMPIRAN A Ringkasan Relativitas Umum Besaran fisika harus invarian terhadap semua kerangka acuan. Kalimat tersebut merupakan prinsip relativitas khusus yang pertama. Salah satu besaran yang harus invarian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik
Lebih terperinciDeret Fourier dan Transformasi Fourier
Bab 6 caku fi58 by khbasar; sem 2-2 Deret Fourier dan Transformasi Fourier 6. Fungsi Periodik Suatu fungsi dikatakan periodik jika niai fungsi tersebut beruang untuk seang besaran tertentu. Secara definisi,
Lebih terperinciBAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK
BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan
Lebih terperinciBab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data
Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida
Lebih terperinciJawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]
Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang
Lebih terperinciAbstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute
PEGARUH JEIS MEODE ESIMASI DALAM ESIMASI MARIKS ASAL UJUA (MA) MEGGUAKA DAA ARUS LALULIAS PADA KODISI PEMILIHA RUE KESEIMBAGA (EQUILIBRIUM ASSIGME) Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana eknik
Lebih terperinciLAMPIRAN I. Alfabet Yunani
LAMPIRAN I Alfabet Yunani Alha Α Nu Ν Beta Β Xi Ξ Gamma Γ Omicron Ο Delta Δ Pi Π Esilon Ε Rho Ρ Zeta Ζ Sigma Σ Eta Η Tau Τ Theta Θ Usilon Υ Iota Ι hi Φ, Kaa Κ Chi Χ Lambda Λ Psi Ψ Mu Μ Omega Ω LAMPIRAN
Lebih terperinciPERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF
PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,
Lebih terperinciBAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan
68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode
Lebih terperinciTeori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas
Teori Relativitas Mirza Satriawan December 7, 2010 Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus Quiz 1 Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan memakai vektor-4 fluks jumlah partikel. 2 Tuliskan
Lebih terperinciPENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT
JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT
Lebih terperinciNUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD
Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE
Lebih terperinciPEMBAHASAN. (29) Dalam (Grosen 1992), kondisi kinematik (19) dan kondisi dinamik (20) dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut : = (30)
5 η = η di z = η (9) z x x z x x Dalam (Grosen 99) kondisi kinematik (9) kondisi dinamik () dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian : δ H t = () δη δ H ηt = δ Dengan mengenalkan variabel baru u = x maka
Lebih terperinciBab V Prosedur Numerik
Bab V Prosedur Numerik Pada bab ini, metode numerik digunakan untuk menghitung medan kecepatan, yakni dengan menghitung batas dan domain integral. Tensor tegangan tak Newton melalui persamaan Maxwell Linear
Lebih terperinciBAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR
A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar
Lebih terperinci3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,
3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Hukum gravitasi Newton mampu menerangkan fenomena benda-benda langit yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi antar benda. Namun, hukum gravitasi Newton ini tidak sesuai dengan teori
Lebih terperinciANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE
Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,
Lebih terperinciTinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld
Bab II Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld II.1 Pendahuluan Mekanika kuantum dan relativitas umum adalah dua teori yang sukses menggambarkan fisika pada masing-masing wilayah. Masalahnya adalah
Lebih terperinciDAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)
DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik
Lebih terperinciFOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,
FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,
Lebih terperinciBab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton
Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton III.1 Stress dan Strain Salah satu hal yang penting dalam pengkonstruksian model proses deformasi suatu fluida adalah
Lebih terperinciModul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.
PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran
Lebih terperinciII LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.
2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teoriteori yang mendukung karya tulis ini. Teoriteori tersebut meliputi persamaan diferensial penurunan persamaan KdV yang disarikan dari (Ihsanudin, 2008;
Lebih terperinciPREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL
PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika
Lebih terperinciManajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik
Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik
Lebih terperinciKajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan
PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti
Lebih terperinciTeori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI
Teori Medan Klasik L. D. Landau 1, E. M. Lifshitz 2 1,2 Institute of Physical Problems USSR Academy of Sciences Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre LIPI Puspiptek,
Lebih terperinciOPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract
Optimisasi (Abdu H) OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO Abdu Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1 1 Staf Pengajar Jurusan Statistika FSM UNDIP Abstract Investing in asset such as stock; besides
Lebih terperinciMULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM
MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 IRA PRASETYANINGRUM PENDEKATAN KEPUTUSAN KELOMPOK Metoda Dephi Peniaian keompok, diakukan sharing dipandu moderator Masaah Daftar Anggota Ahi Masaah disampaikan ke
Lebih terperinciOBJECTIVES PENGANTAR-1
6//0 MINIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN GOLDEN SECTION AND HOOK JEEVES METHODS OBJECTIVES Understand why and where optimization occurs in engineering probem soving. Understand the major eements of the genera
Lebih terperinciOPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING
OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai
Lebih terperinciTABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro
TABEL MORTALITAS Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami tabe mortaitas 2. Menjeaskan hubungan antara ajur-ajur tabe mortaitas
Lebih terperinciGambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,
Lebih terperinciBAB IV. Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi. IV.1 Model Concordance
BAB IV Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi IV.1 Model Concordance Fisikawan teoritis hanya dapat menduga bentuk power spectrum dari pemodelan berdasarkan alam semesta mengembang dengan
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. (01), Hal. 1-17 ISSN : 7-804 Aplikasi Persamaan Einstein Hyperbolic Geometric Flow Pada Lintasan Cahaya di Alam Semesta Risko 1, Hasanuddin 1, Boni Pahlanop Lapanporo 1, Azrul
Lebih terperinciMetode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik
Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik Moh. Ivan Azis September 13, 2011 Daftar Isi 1 Pendahuluan 1 2 Masalah nilai batas 1 3 Persamaan integral batas 2 4 Hasil
Lebih terperinciManajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja
Manajemen Kinerja Pertemuan ke-ima Pokok Bahasan: Peniaian Kinerja Manajemen Kinerja, 2 sks CHAPTER 5 PENILAIAN KINERJA 1 Pokok Bahasan: Pengertian peniaian kinerja Proses peniaian kinerja Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi
Lebih terperinciSoal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013
Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat
Lebih terperinciPersamaan Poisson. Fisika Komputasi. Irwan Ary Dharmawan
(Pendahuluan) 1D untuk syarat batas Robin 2D dengan syarat batas Dirichlet Fisika Komputasi Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran http://phys.unpad.ac.id/jurusan/staff/dharmawan email : dharmawan@phys.unpad.ac.id
Lebih terperinciR = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR
DAFTAR NOTASI η = vektor orientasi arah x = posisi surge (m) y = posisi sway (m) z = posisi heave (m) φ = sudut roll (rad) θ = sudut pitch (rad) ψ = sudut yaw (rad) ψ = sudut yaw frekuensi rendah (rad)
Lebih terperinciJurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8
Jurna Akademis dan Gagasan tetika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Haan 1 hingga 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA POWERPOINT DAN BAGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI
Lebih terperinciPEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG
No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa
Lebih terperinciPengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta
B-8 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (6) 7-5 (-98X Print) Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta Muhammad Ramadhan dan Bintoro A. Subagyo Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut
Lebih terperinciPENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium
PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan
Lebih terperinciBERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011
Lebih terperinci4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit
4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai
Lebih terperinciChap. 8 Gas Bose Ideal
Chap. 8 Gas Bose Ideal Model: Gas Foton Foton adalah Boson yg tunduk kepada distribusi BE. Model: Foton memiliki frekuensi ω, rest mass=0, spin 1ħ Energi E=ħω dan potensial kimia =0 Momentum p = ħ k, dengan
Lebih terperinciKemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh
SOLUSI VAKUM PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK BENDA SIMETRI AKSIAL STASIONER MENGGUNAKAN PERSAMAAN ERNST Aldytia Gema Sukma 1, Drs. Bansawang BJ, M.Si, Dr. Tasrief Surungan, M.Sc 3 Universitas Hasanuddin,
Lebih terperinciModel Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming
Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,
Lebih terperinciBab II. Prinsip Fundamental Simulasi Monte Carlo
Bab II Prinsip Fundamental Simulasi Monte Carlo Metoda monte carlo adalah suatu metoda pemecahan masalah fisis dengan menirukan proses-proses nyata di alam memanfaatkan bilangan acak/ random. Jadi metoda
Lebih terperinciMODEL-MODEL LEBIH RUMIT
MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
Lebih terperinciPENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA
PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA Daam pertemuan pekan ini pokok bahasan kita adaah penerapan manajemen kinerja di perusahaan, dampaknya
Lebih terperinciMETODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN
METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN Mohammad Ivan Azis ) ABSTRACT A boundary element method is derived for the solution of static boundary
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang
Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember
Lebih terperinciWater Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok
Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan fisika teoritik melalui Teori Relativitas Umum (TRU) yang dikemukakan oleh Albert Einstein sudah sangat pesat dan cukup baik dalam mendeskripsikan ataupun memprediksi fenomena-fenomena
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018
ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS
Lebih terperinciRANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG
SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya
Lebih terperinciPDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan
PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan Pada bagian ini akan dipelajari tiga jenis persamaan diferensial parsial (PDP) linear orde dua yang biasa dijumpai pada masalah-masalah dunia nyata, yaitu persamaan
Lebih terperinciJEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI
KEITN BELJ 2. LNSN TEOI JEMBTN WHETSTONE aam kegiatan beajar anda teah mempeajari pengukuran hgambatan dengan menggunakan ohmmeter dan menggunakan ampermeter dan votmeter dengan metoda amper-vot-meter
Lebih terperinciPelanggaran Lorentz dan Gravitasi Braneworld
Bb VII Penggrn Lorentz dn Grvitsi Brneword VII. Pendhuun Invrin Lorentz, simetri fundment teori retivits umum, menyebutkn bhw hsi-hsi pengukurn fisis tidk berubh meskipun sebuh ekperimen dirotsikn tu di-boost.
Lebih terperinciMEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF016 http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf016/ VOLUME V, OKTOBER 016 p-issn: 339-0654 e-issn: 476-9398 DOI: doi.org/10.1009/030500505 KOMPAKTIFIKASI
Lebih terperinciLAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani)
LAMPIRAN A (Bebeapa Besaan Fisika, Fakto konvesi dan Alfabet Yunani) Bebeapa Tetapan dan Besaan Fisika Massa matahai Jai-jai matahai Massa bumi Kecepatan cahaya Konstanta gavitasi = 1,99 10 30 kg = 6,9599
Lebih terperinciPemodelan Matematika dan Metode Numerik
Bab 3 Pemodelan Matematika dan Metode Numerik 3.1 Model Keadaan Tunak Model keadaan tunak hanya tergantung pada jarak saja. Oleh karena itu, distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari
Lebih terperinciBab IV Persamaan Integral Batas
Bab IV Persamaan Integral Batas IV.1 Konvensi simbol ebelum memulai pembahasan, kita akan memperkenalkan sejumlah konvensi simbol yang akan digunakan pada tesis ini. imbol x, y, x 0 akan digunakan untuk
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik Pada pertengahan abad ke-20, fisika teoretik menjadi bidang ilmu yang berkembang pesat dan memberikan perubahan pada prinsip-prinsip fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan
Lebih terperinciBAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB
BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi
Lebih terperinciMomen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)
Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang
Lebih terperinciTeori Ensambel. Bab Rapat Ruang Fase
Bab 2 Teori Ensambel 2.1 Rapat Ruang Fase Dalam bagian sebelumnya, kita telah menghitung sifat makroskopis dari suatu sistem terisolasi dengan nilai E, V dan N tertentu. Sekarang kita akan membangun suatu
Lebih terperinciPENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.
36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with
Lebih terperinciPERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D
PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D Keadaan Stasioner Pada pembahasan sebelumnya mengenai fungsi gelombang, telah dijelaskan bahwa potensial dalam persamaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,
Lebih terperinciBab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG
Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai dasar laut sinusoidal sebagai reflektor gelombang. Persamaan yang digunakan untuk memodelkan masalah dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jurna Sheet Meta dan Software Abaqus Program ABAQUS merupakan saah satu dari program finite eement system yang ada yang digunakan untuk mensimuasi proses pembuatan suatu komponen
Lebih terperinciRingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang
ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang
Lebih terperinciTeori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas
Teori Relativitas Mirza Satriawan December 23, 2010 Pengantar Kelengkungan Quiz 1 Apakah basis vektor dalam sistem koordinat melengkung selalu konstan? 2 Dalam sistem koordinat apakah basis vektornya selalu
Lebih terperinciPOSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi
Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Imamal Muttaqien 1) 1)Kelompok Keahlian Astrofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,
Lebih terperinci