Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld"

Transkripsi

1 Bab V Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmoogi Braneword V. Pendahuuan Di daam Bab IV teah dipeajari bahwa persamaan-persamaan induksi pada brane mengandung sebuah tensor Wey terproyeksi yang membawa informasi medanmedan gravitasiona pada buk. Agar persamaan gravitasiona pada brane menjadi tertutup, maka persamaan Einstein 5-dimensi pada buk harus diseesaikan meaui informasi yang ada pada buk. Secara prinsip, bagi pengamat yang terokaisasi pada brane sangat suit untuk mengetahui geometri buk. Zen, dkk., (6) teah mengkaji bahwa jika sousi vakum brane teah diketahui maka perturbasi terhadap sousi vakum dapat dipandang sebagai penambahan materi pada brane dan persamaan tensor Wey terproyeksi dapat diseesaikan meaui pendekatan perturbatif. Bab ini bertujuan untuk mencari teori efektif energi rendah untuk sistem satu dan dua buah brane dengan menggunakan skema gradien ekspansi serta meninjau aspek kosmoogi brane. Tanpa mengetahui geometri dari buk, keberadaan tensor Wey dapat diseesaikan secara ajabar meaui eeminasi angsung sehingga persamaan Einstein pada brane secara utuh ditentukan oeh besaran-besaran pada brane. Sehingga efek dari dimensi ekstra daam teori efektif -dimensi dapat diamati secara angsung meaui persamaan-persamaan gravitasiona pada brane yang diseesaikan untuk masing-masing orde ekspansi. Sistematika pembahasan pada bab ini adaah sebagai berikut: Sub Bab V. membahas mode untuk sistem satu buah brane dan persamaan persamaan pada buk diturunkan dari aksi meaui variasi terhadap metrik. Sub Bab V. diturunkan persamaan-persamaan efektif pada brane serta apikasi kosmoogi braneword daam mode kosmoogi FRW. Persamaan Friedmann termodifikasi diturunkan untuk orde- dan mengkonfirmasi hasinya dengan sousi eksak yang diperoeh oeh Charmousis dan Dufaux () serta Maeda, dkk., (). Sub Bab V. persamaan efektif -dimensi diperoeh untuk sistem dua buah brane. Dengan asumsi bahwa metrik pada masing-masing brane dihubungan secara konforma, penurunan persamaan medan gravitasiona dapat diperoeh secara serempak. 89

2 Impikasi kosmoogi dan dinamika radion dibahas pada Sub Bab V.5. Sub Bab V.6 merangkum hasi-hasi yang diperoeh. V. Sistem Satu Buah -brane V.. Mode Mode satu buah -brane dengan tegangan σ dan dimasukan daam ruang-waktu AdS 5 yang memiiki sebuah skaa kurvatur buk, dapat digambarkan meaui aksi berikut di mana R dan κ 5 S = d x g R d x h L + + mat κ ( σ ), (V.) berturut-turut adaah skaar Ricci dan konstanta gravitasiona daam 5-dimensi. Diasumsikan pua ada simetri Z daam ruang-waktu AdS 5 dan brane ditempakan di y = daam sistem koordinat yang diberikan oeh persamaan (V.). Medan-medan materi, L mat, adaah terokaisasi pada brane. Metrik induksi pada brane dinyatakan oeh h. Aksi 5-dimensi (V.) seanjutnya diseesaikan meaui metode ekspansi gradien untuk memperoeh aksi efektif braneword energi rendah. Dengan memiih sistem koordinat Gaussian sebagai atar beakang sousinya, (, ) ds dy g y x dx dx = +, (V.) maka persamaan-persamaan medan pada buk diberikan oeh () () y K R = δ R, (V.) K = R + yk K =, (V.) (), (V.5) K =. (V.6) Di daam persamaan di atas, kurvatur ekstrinsik didekomposisikan menjadi bagian traceess dan bagian trace sebagai berikut K = + δ K, K = og g. (V.7) y 9

3 Dekomposisi ini bertujuan untuk menyederhanakan persamaan-persamaan dan memudahkan daam perhitungan. Syarat junction untuk sistem satu buah -brane diberikan oeh κ5 K δ K y= = ( σδ + T ). (V.8) Persamaan (V.) adaah sebuah persamaan tensor yang menggambarkan bagaimana materi-materi pada brane dapat menyebabkan keengkungan pada brane, sesuai dengan prinsip reativitas umum. Persamaan tensor ini menentukan evousi dari kurvatur ekstrinsik. Persamaan (V.) dan (V.5) adaah persamaanpersamaan skaar, bagaimana keengkungan pada buk dapat memberikan tekanan pada brane sebagaimana teah dijeaskan pada bab IV. Ha ini juga mengakibatkan brane meengkung. Persamaan (V.6) adaah sebuah persamaan vektor yang memberikan kendaa bagi evousi kurvatur ekstrinsik. Persamaanpersamaan (V.) (V-6) bersama-sama dengan persamaan (V.8) menggambarkan dinamika evousi untuk sistem satu buah brane. Aksi efektif -dimensi dapat diperoeh dengan mensubstitusikan sousi dari persamaan (V.) (V-6) ke persamaan aksi (V.) dan mengintegrasikan terhadap koordinat dimensi ekstra, y. V.. Ekspansi Energi Rendah Daam metode iterasi energi rendah atau dinamakan dengan metode ekspansi gradien, parameter ekspansi didefinisikan pada daerah energi rendah, yaitu rapat energi pada brane jauh ebih keci dari tegangan brane, (V.9) Ini berarti bahwa rapat energi pada brane dapat diabaikan terhadap tegangan brane. Kondisi ini berhubungan dengan orde ke- daam perturbasi dan merupakan sousi vakum. Untuk orde yang ebih tinggi, kondisi vakum ini harus diganggu dengan menambahkan materi pada brane. Syarat yang diberikan oeh persamaan (V.9) dapat diterjemahkan sebagai berikut: (V.) Kemudian meaui anaisis dimensi persamaan (V.) menghasikan 9

4 (V.) di mana adaah skaa kurvatur brane. Parameter ekspansi kemudian didefinisikan oeh (V.) Parameter ekspansi ini dapat diartikan bahwa kurvatur pada brane dapat diabaikan dibandingkan dengan kurvatur ekstrinsik pada energi rendah. Iterasi kemudian diakukan dengan menuiskan metrik sebagai jumah dari tensor-tensor oka yang dibangun oeh metrik induksi pada brane. Metrik sebagai sebuah deret perturbatif diberikan oeh () () ds = dy + a ( y) h ( x ) g ( y, x ) g ( y, x + + ) + dx dx Metrik induksi pada brane diberikan oeh h = g ( y =, x). Daam perumusan. (V.) kurvatur kovarian (Shiromizu dan Koyama, ), ekspansi secara angsung diakukan pada kurvatur ekstrinsik dan tensor Wey, kemudian persamaan gerak diseesaikan pada buk. Kuantitas-kuantitas ain yang diekspansi adaah tensor kurvatur ekstrinsik K, K = K + εk + ε K +. (V.) () () () Sousi masing-masing orde dari ekspansi kemudian diakukan sebagai berikut: untuk orde ke-, suku kurvatur pada brane diabaikan. Dengan kata ain tidak ada materi pada brane dan hanya ada tegangan brane. Berikut diseesaikan masingmasing orde perturbasi. V. Persamaan-Persamaan Efektif pada Brane V.. Sousi Orde- Tanpa keberadaan materi pada brane, sousi orde- terkait dengan sousi vakum dan sousinya diberikan oeh K = δ, K =. (V.5) () () Dengan menggunakan definisi kurvatur ekstrinsik 9

5 K =, y g (V.6) () () diperoeh metrik buk orde- sebagai berikut ds = dy + a ( y) h ( x ) dx dx. (V.7) di mana a(y) menyatakan factor keengkungan yang diberikan oeh ay = exp y. (V.8) Tensor h adaah konstanta integrasi yang hanya bergantung pada koordinat brane x dan menyatakan metrik induksi pada brane. Tanpa keberadaan materi pada brane, sousi orde ke- menghasikan sebuah kendaa antara tegangan brane dan konstanta kosmoogi pada buk. Dari syarat junction, hubungan antara parameter-parameter tersebut diberikan oeh 6 σ =. (V.9) κ Sebagaimana diharapkan, persamaan yang diperoeh adaah syarat ketertaaan untuk mode satu buah brane yang memberikan impikasi fisis bahwa konstanta kosmoogi brane menjadi enyap yaitu berkaitan dengan brane Minkowski. V.. Sousi Orde- Sousi orde- diperoeh dengan mengambi perhitungan dari suku-suku yang diabaikan pada orde-. Pada orde ini, keberadaan materi pada brane menjadi reevan daam persamaan dinamika. Untuk orde-, persamaan (V-) (V-6) menjadi () () () () y = R( g) δ R( g) (), (V.) () () K =, (V.) yk 6 K () () () = R( g), (V.) () () D DK =, (V.) 9

6 di mana D adaah turunan kovarian terhadap metrik induksi h. Kemudian () R ( g) () menyatakan ekspansi orde- dengan tensor Ricci diambi untuk komponen metrik a ( y) h, sehingga tensor Ricci pada brane terhadap metrik induksi dapat dituiskan sebagai () R ( h). Substitusi metrik orde- pada skaar Ricci R(g), maka persamaan (V.) menghasikan bagian trace kurvatur ekstrinsik, K = R( h ). (V.) 6a () () Dapat diihat bahwa persamaan (V.) secara trivia dipenuhi. Seanjutnya, bagian traceess kurvatur ekstrinsik diperoeh dengan mengintegrasikan persamaan (V.). Hasinya adaah () () () () χ = R ( h) R( h) δ +. (V.5) a a Disini () χ adaah sebuah konstanta integrasi yang memenuhi χ =. Dengan () menggabungkan persamaan (V.5) dan bagian trace kurvatur ekstrinsik (V.), sousi tensor kurvatur ekstrinsik orde- adaah () () () () χ K = R ( h) R( h) δ +, (V.6) a 6 a Tensor kurvatur ektrinsik (V.6) terkait dengan tensor energi-momentum pada brane meaui syarat junction dan menentukan persamaan dinamika gravitasiona pada brane. Syarat junction pada orde- menjadi κ K K R R x T () () () () () δ y= = δ + χ =. (V.7) Persamaan evousi tensor Wey dengan metrik (V.7) diberikan oeh λ β E = yk δ yk KλK + δkβk δ. (V.8) Dengan menggunakan ungkapan tensor kurvatur ekstrinsik serta trace-nya yang dinyatakan oeh persamaan (V.8), maka sousi tensor Wey untuk orde- adaah ( ). (V.9) () () E x = χ x 9

7 Persamaan (V.7) bersama-sama dengan persamaan (V.9) menghasikan persamaan gravitasiona pada brane pada orde-: κ =. (V.) () () () R δ R T E () Konstanta integrasi χ terkendaa oeh persamaan Codacci (V.), () () () () D () χ () D DK = D R R D R δ + a a 8a () D x () χ = D R R δ a + a Sehingga diperoeh D ( x ) () χ = D G + a a = D χ =, χ =. (V.) () () Jadi konstanta integrasi memiiki sifat transversa dan traceess terhadap geometri brane. Dapat diihat bahwa persamaan Einstein daam reativitas umum diperoeh () pada sousi orde ke- dengan suku tambahan E = χ / yaitu tensor Wey terproyeksi pada brane. Pada bab IV teah dibahas bahwa proyeksi tensor Wey memberikan efek non-oka yang mengakibatkan persamaan pada brane menjadi tidak tertutup. Namun pada penurunan di atas () χ adaah konstanta integrasi () () yang hanya bergantung pada koordinat brane, yang berarti pua E = E ( x). Efek dari buk dibawa oeh proyeksi tensor Wey meaui kuantitas skaa kurvatur buk,, diberikan oeh persamaan (V.9). Daam kosmoogi Friedmann- Robertson-Waker, suku ini berhubungan dengan radiasi geap karena berbanding terbaik dengan faktor skaa pangkat empat. V.. Sousi Orde- Untuk meihat koreksi ain dari reativitas umum daam teori efektif -dimensi seain konstanta integrasi χ (), dihitung sousi orde-. Di daam perhitungan 95

8 berikut ini kontanta integrasi diambi () χ =. Untuk sousi orde-, persamaan (V.) (V.6) menjadi () () () () () () () δ, y = R g R g K + (V.) () () () () () β yk K = K + β, (V.) 6 () () () () β () () K = K + β + R( g), (V.) () () () () () () D DK +Γ Γ =, (V.5) Tensor Ricci dan skaar Ricci orde- dihitung dengan menggunakan metrik buk sampai pada orde-, yaitu () g ( y, x ) a ( y) h ( x ) g ( y, x = + + () () = a ( y) h ( x ) + ( a ) R ( h) h R( h) 6. (V.6) Sehingga diperoeh () () () σ () σ () R δ R = a a D D Rσ + D D ( Rσ ) + + σ () () () D D R D σ D R D σ σ δ D R () () () () () β () () + R R R R δ R Rβ R 6 6 () () ( a a ) S( x ) R R δ R + 6, (V.7) di mana () β () () () () β () () S = R Rβ R R δ R Rβ + δ R + () σ () σ () DD σ R DDσ R DD R σ () () D Dσ R δ D D R 6. (V.8) 96

9 Sifa-sifat dari tensor ini dapat diihat dari persamaan (V.7) dan memenuhi hubungan S =, D S =. (V.9) Dengan menggunakan persamaan (V.7) dan hasi dari orde- dapat diperoeh K R R a () () () () () = δ dan integrasi persamaan evousi (V.) menghasikan R, χ = + + a a a a () () y () () () S R R R δ (V.), (V.) di mana χ () adaah konstanta integrasi yang hanya bergantung pada koordinat brane x. Untuk memahami arti fisis dari konstanta integrasi ini, didefinisikan χ () () = χ + S + 8 () () () () () () β () R R R R δ Rβ R R. (V.) Sehingga persamaan tensor Wey terproyeksi orde- pada brane dapat dituis serupa dengan persamaan (V.9), Daam ungkapan χ () E () ( x ) () χ =, (V.), kurvatur ekstrisik pada brane adaah 5 K R R R R R R R () () () () () () () () β = y δ + δ = β + χ. (V.) () Dengan mengambi trace persamaan ini, dapat disusun sebuah persamaan dengan () () () K δk = P + χ, (V.5) = δ () β () () () () () () P R Rβ R R R R R Secara forma persamaan Codacci dapat diintegrasi untuk memperoeh () () K δ K = τ + cs + c Z. (V.7). (V.6) 97

10 Di sini τ adaah tensor yang tidak dapat dinyatakan daam ungkapan kuantitaskuantitas oka, Kuantitas-kuantitas dan c adaah koefisien-koefisien konstan. c Sedangkan bagian oka Z adaah tensor bebas divergensi yang didefinisikan oeh = +. (V.8) () () () () () Z R R R D D R D D δ δ R Tensor S dan Z adaah bebas inear, sehingga kombinasinya menghasikan sebuah tensor bebas divergensi, H = S + Z. (V.9) Masing-masing dari tensor ini dapat diperoeh meaui variasi terhadap metrik dari aksi-aksi berikut ini δ = β d x R Rβ R d xs g δ, (V.5) d xr d xz δ g, (V.5) δ = β ( β ) δ = d x R R d xh g δ. (V.5) Dengan mensubstitusikan persamaan (V.7) ke persamaan (V.5) maka diperoeh () τ = P + χ cs cz, (V.5) () Persamaan ini menghubungan konstanta integrasi χ dengan bagian tensor non oka τ dan parameter-parameter bebas dan c. Syarat traceess c χ = () menghasikan Jadi () R R R c D D R. (V.5) 8 () β () () τ = β τ menyatakan anomai trace daam konteks korespondensi AdS/CFT (Madacena, 998) serta daam braneword (Gidding, dkk.,, Hawking, dkk.,, Gubser,, Shiromizu dan Ida, ; Koyama dan Soda,, Padia, 6). Sifat non oka tensor τ menunjukan bahwa tensor ini berhubungan dengan energi-momentum dari CFT hoografik pada brane. 98

11 Dengan memasukkan sousi-sousi orde- ke daam syarat junction maka dapat diperoeh persamaan efektif pada brane yang meiputi koreksi untuk persamaan gravitasiona -dimensi reativitas umum. Syarat junction kemudian menjadi () () () () κ K δk + K δk = T. (V.55) Substitusi hasi-hasi perhitungan sebeumnya ke persamaan (V.55) maka diperoeh Atau () κ G = T ( τ + cs + cz). (V.56) κ = +. (V.57) () () G T P χ Tensor P dapat ditentukan secara oka dan mengandung suku kuadratik energimomentum tensor sehingga persamaan (V.57) menjadi tertutup. Untuk memperoeh orde ke-n dapat digunakan formua rekursif berikut ini, ( n) n n () () ( p) ( p ) = dy a R R K δ a, (V.58a) p= K K K n ( n) ( p) ( n p) ( p) ( n p) β () ( n) = + β + R 6 p=, (V.58b) n ( n) ( n) ( p) ( n p) ( p) ( n p) β yk K = K K + β p=, (V.59a) D D K + Γ Γ n p ( n) ( n) ( p) ( n p) ( p) ( n ) p=. (V.59b) Bagian traceess dan trace kurvatur ekstrinsik didefinisikan oeh persamaan (V.7). V.. Impikasi Kosmoogi Sistem Satu Buah Brane Sebagai apikasi kosmoogi ), tinjau kosmoogi homogen dan isotropik pada brane dengan metrik induksi diberikan oeh ) Apikasi kosmoogi untuk orde- dapat diihat pada paper Zen, dkk., (6) di mana persamaan 8π G C Friedmann dengan koreksi radiasi geap diberikan oeh H = ρ +. a 99

12 i h dx dx = dt + a () t γ ijdx dx j. (V.6) Disini at () adaah sebuah faktor skaa. Komponen yang tidak enyap dari tensor P adaah t j Pt = H, Pi = H + H H δ j i, (V.6) Perhitungan secara angsung menghasikan bahwa tensor P memenuhi Sehingga dari persamaan (V.57) diperoeh DP =. (V.6) D χ =. (V.6) () Jadi χ adaah komponen pada kosmoogi brane yang berperiaku sebagai suku radiasi geap. Komponen-(tt) dari persamaan (V.57), dengan mengabaikan suku () radiasi, menghasikan persamaan Friedmann termodifikasi H κ = ρ + H. (V.6) Charmousis dan Dufaux () serta Maeda dan Torii () teah memperoeh bentuk sousi eksak dari persamaan Friedmaan termodifikasi daam braneword Gauss-Bonnet tanpa suku radiasi geap, hasi ringkasnya dapat dituis sebagai berikut κ ( ρ + σ) = H + ( + H ). (V.65) Disini adaan parameter konstan, kontribusi dari suku Gauss-Bonnet. Daam kasus yang diturunkan di atas maka untuk =, κ ρ σ + = 6 H +. (V.66) Jika ruas kanan persamaan (66) diekspansi untuk parameter ekspansi yang keci ε = H, H + = + H H +, (V.67) 8 maka diperoeh persamaan yang sama seperti persamaan (V.6). Jadi dapat dikonfirmasi vaiditas dari ekspansi gradien. Sehingga menarik juga untuk dikaji jika aksi (V.) ditambahkan suku Gauss-Bonnet daam skema ini.

13 V. Sistem Dua Buah Brane Pada pasa sebeumnya, mode dengan satu buah brane dapat digambarkan oeh sebuah teori efektif -dimensi daam energi rendah. Berikut ini dikaji sebuah sistem dengan dua buah brane pada imit energi rendah. Dinamika untuk sistem dua buah brane sedikit ebih rumit dari sistem dengan satu buah brane. Jarak antara kedua brane dapat mempengaruhi dinamika kedua brane dan dinamika dari sistem secara keseuruhan. Sebagaimana diperihatkan di bawah ini, jika ada dua buah brane dimasukan daam ruang-waktu buk, teori -dimensi efektif berperiaku seperti teori Brans-Dicke (secara umum adaah teori skaar-tensor) dan medan skaar Brans-Dicke bekerja sebagai sebuah radion. Asumsi yang sama seperti pasa sebeumnya bahwa tegangan-tegangan brane σ + dan σ jauh ebih besar dari rapat energi ρ + dan ρ. Untuk sistem dua buah brane, ada satu buah derajat kebebasan tambahan yaitu radion yang juga harus diambi daam perhitungan dan memodifikasi skema ekspansi. V.. Mode Aksi untuk sistem dengan dua buah brane diberikan oeh 5 S = d x g R + κ d x h ( + ) ( L ( + ) σ ( + ) ) d x h ( ) ( L ( ) σ ( ) ). (V.68) + + Metrik 5-dimensi dapat dipiih daam suatu bentuk di mana radion secara ekspisit ada daam metrik, φ ( yx, ) ds = e dy + g ( y, x ) dx dx. (V.69) Brane yang memiiki tegangan positif ditempatkan di y = sedangkan brane yang memiiki tegangan negatif di y =. Daam kasus ini φ ( yx, ) menentukan jarak wajar antara kedua brane (Lihat Gambar V.), φ ( y', x) ' d x = e dy. (V.7) Daam sistem koordinat (V.69), persamaan-persamaan medan buk dapat diperoeh meaui variasi aksi (V.68):

14 = δ φ φ φ φ () () e y Q R R ( Q β ) R β + δ ( φ + φ φ), (V.7) = +, (V.7) e φ β yq Q β = φ + φ φ, (V.7) Q =, (V.7) Dan syarat junction diberikan oeh κ = + δ σ δ ( + ) ( + ) Q ( T ) y= κ = + δ σ δ ( ) ( ) Q ( T ) y=, (V.75). (V.76) Bagian traceess dan trace dari kurvatur ekstrinsik didefinisikan φ φ e K = + g K, Q = e og g. (V.77) y Gambar V. Radion sebagai jarak antara dua brane.

15 Dengan menggunakan prosedur yang sama seperti pada sub bab sebeumnya, persamaan-persamaan Einstein pada masing-masing brane, sampai pada orde-, dapat dituis secara serempak sebagai berikut di mana χ ± G κ ( ± ) ( ± ) =± T χ ±, (V.78) adaah konstanta integrasi. Tanda ± di daam persamaan (V.78) masing-masing berhubungan dengan brane yang memiiki tegangan positif dan negatif. Metrik induksi pada masing-masing brane dihubungkan meaui transformasi konforma dengan faktor konforma diberikan oeh h =Ω h, (V.79) ( ) ( + ) ( e φ ) Ω = exp. (V.8) Untuk sistem dua buah brane adaah mungkin mengeeminasi kuantitas non oka, χ ±, di daam persamaan (V.78) sehingga diperoeh persamaan Einstein oka pada masing-masing brane. Ha ini dapat diakukan jika hubungan antara χ ( + ) dan χ diketahui. Dengan menggunakan persamaan evousi dari tensor Wey terproyeksi (IV.75) untuk orde- dan persamaan (V.79), tensor Wey terproyeksi adaah dihubungan secara konforma, E =Ω E. (V.8) ( )() ( + )() Berikut ini diturunkan persamaan Einstein pada masing-masing brane daam bentuk tertutup. V.. Teori Efektif pada Brane Dengan menggunakan persamaan (A.) pada ampiran A, persamaan Einstein pada brane yang memiiki tegangan negatif dapat dinyatakan daam ungkapan kuantitas-kuantitas pada brane yang memiki tegangan positif, = Ω Ω Ω ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) G G D D h D D + Ω Ω Ω Ω ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) D D h D D Ω, (V.8)

16 Persamaan (V.8) bersama-sama dengan persamaan (V.9) untuk kasus dua brane, suku non oka Eeminasi χ ± χ ± dihubungakan secara konforma sebagai berikut χ =Ω χ. (V.8) ( ) ( + ) pada persamaan (V.78) mengimpikasikan bahwa κ G G T T =Ω + ( +Ω ) ( + ) ( ) ( + ) Suku pertama pada ruas kanan persamaan (V.8), G. (V.8), dapat dieeminasi dengan menggunakan persamaan (V.8). Dengan mendefinisikan sebuah medan skaar Ψ oeh Ψ = Ω, persamaan Eintein pada brane yang memiiki tegangan positif diperoeh G κ T T D D h D D Ψ Ψ ( ( ) ) ( Ψ ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) = + Ψ + Ψ ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) D D h D D + Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ. (V.85) (V.86) Dengan hasi ini, kuantitas non oka dapat dinyatakan daam ungkapan kuantitaskuantitas pada brane, κ = Ψ + Ψ Ψ Ψ Ψ χ ( )( T T ) ( D D h D D ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) D D h D D Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ. (V.87) Karena Ω (atau ekuivaen dengan Ψ ) mengandung informasi jarak antara kedua brane, Ω (atau Ψ ) dinamakan radion. Persamaan gerak untuk medan skaar radion diperoeh dengan mengambi trace persamaan (V.87), di mana κ D D D D T T ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) Ψ+ Ψ Ψ= ( Ψ ) + ( Ψ) ( Ψ) ( ) ( ) ( ) T h T., (V.88) = (V.89) Persamaan-persamaan (V.86) dan (V.88) merepresentasikan sebuah teori gravitasi skaar-tensor pada brane yang memiiki tegangan positif dan dapat diturunkan dari aksi efektif -dimensi:

17 + + + ( + ) ( + ) S = d h R D D Ψ ( ) Ψ κ Ψ Ψ ( ) + + Ψ ( d h + L + d h + L ). (V.9) Prosedur yang sama juga dapat digunakan untuk memperoeh persamaanpersamaan efektif pada brane yang memiiki tegangan negatif dan diperoeh: G κ T T D D h D D Φ Φ ( ( ) ) ( Φ ) ( ) ( ) ( + ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) = + +Φ + Φ ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) D D h D D Φ Φ Φ Φ +Φ Φ. ( +Φ) κ D D D D T T ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( + ) Φ Φ Φ= ( +Φ ) + ( +Φ) κ = +Φ + Φ Φ Φ Φ χ + ( )( T T ) ( D D h D D ) (V.9), (V.9) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) D D h D D + Φ Φ Φ Φ Φ +Φ. (V.9) Aksi efektif -dimensi untuk brane yang memiiki tegangan negatif diberikan oeh ( ) ( ) S = d h R D D Φ + ( ) Φ κ Φ +Φ di mana ( ) + + +Φ ( d h L d h L ) +, (V.9) Φ =Ω. (V.95) Hasi-hasi di atas memperihatkan bahwa jika dinamika dari sebuah brane diketahui maka dinamika pada brane yang ain juga dapat diperoeh. Ketidakbebasan dinamika pada kedua brane dapat dinyatakan meaui hubungan berikut: Ψ Φ=. (V.96) Ψ Persamaan-persamaan Einstein dan persamaan-persamaan gerak untuk medan skaar pada brane adaah tertutup, yang dapat direpresentasikan meaui kekekaan materi pada masing-masing brane, 5

18 ( ± ) ( ± ) D T =. (V.97) Terhadap metrik pada brane yang memiiki tegangan positif, h ( + ) kekekaan (V.97) dapat dituiskan menjadi D Ψ D T D T T T Ψ Ψ ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) D +, Ψ = = Jadi terhadap metrik h ( + ), persamaan. (V.98), tensor energi-momentum pada brane yang memiiki tegangan positif memenuhi hukum kekekaan sedangkan divergensi tensor energimomentum pada brane yang ain ditentukan oeh jarak antara kedua brane. Aksi-aksi efektif yang digambarkan oeh persamaan-persamaan (V.9) dan (V.9) tidak ain adaah aksi gravitasi skaar-tensor di mana koping gravitasiona pada masing-masing brane ditentukan oeh medan skaar Brans-Dicke Φ untuk brane yang memiiki tegangan negatif dan Ψ untuk brane yang memiiki tegangan positif. Gravitasi skaar-tensor pada masing-masing brane dibedakan oeh ungkapan parameter koping ω( Φ ) = /( +Φ) tegangan negatif dan ω( Ψ ) = Ψ/( ) positif. Φ untuk brane yang memiiki Ψ untuk brane yang memiiki tegangan V.5 Impikasi Kosmoogi Sistem Dua Buah Brane Pada sub bab ini dibahas impikasi kosmoogi untuk sistem dua buah brane. Persamaan-persamaan efektif -dimensi untuk brane yang memiiki tegangan positif dapat dinyatakan kembai daam bentuk persamaan dinamika berikut: ( Ψ) R ( + ) κ T ( + ) T + κ T T = δ + δ Ψ Ψ ( Ψ) ω + δ D D Ψ+ D D Ψ+ D ΨD Ψ Ψ Ψ ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) dω ( + ) ( + ) κ T + T Ψ+ Ψ Ψ= D D D D ω+ dψ ω+ dengan parameter koping ω ( Ψ ) didefinisikan oeh Ψ, (V.99), (V.) Ψ ω ( Ψ ) = Ψ, (V.) 6

19 Medan skaar Ψ daam ungkapan medan φ adaah Ψ= exp( e φ ), (V.) yang mengimpikasikan Ψ [,]. Daam imit Ψ berhubungan dengan gravitasi daam reativitas umum dan terkait dengan keadaan di mana kedua brane terpisah pada jarak yang sangat besar, Sedangkan daam imit d( x) = e φ = n( Ψ), φ +. (V.) Ψ kedua brane bertumbukan: d, φ. berhubungan dengan sebuah keadaan di mana Materi fuida pada brane yang memiki tegangan positif adaah fuida idea, ( ρ ), T P UU Pg P + = + + = Γ, (V.) di mana Γ adaah indeks barotropik. Misanya, Γ = / menyatakan materi radiasi dan Γ = berhubungan dengan konstanta kosmoogi. Pada brane yang memiki tegangan negatif, tensor energi-momentumnya diberikan oeh ( ) ( T = λ ) () t δ, (V.5) Jika metrik induksi pada brane diberikan oeh metrik FRW, persamaan (V.6), maka menghasikan hukum kekekaan untuk fuida idea, a ρ = Γ ρ, ρ = ρa Γ, (V.6) a dan persaman untuk λ ( ) adaah λ λ Sousi persamaan ini adaah ( ) ( ) = Ψ. (V.7) Ψ ( ) exp( e φ ) λ = λ Ψ = λ. (V.8) ( ) ( ) ( ) Jadi evousi dari materi pada brane yang memiki tegangan negatif diparameterisasi oeh jarak wajar antara kedua brane. Jika φ adaah besar (jarak antara brane menjadi besar) materi pada brane yang memiki tegangan negatif menjadi enyap λ. Sebaiknya, jika jarak antara brane menjadi keci, maka materi pada brane yang memiki tegangan negatif, niainya tidak no. 7

20 Dengan metrik FRW, persamaan medan -dimesi (V.99) dan (V.) dapat diperoeh sebagai berikut: ( Ψ) ( Ψ)( Γ) κ ( Ψ) ( Γ) Ψ κ Ψ+ HΨ+ = ρ H ( Γ) κ λ, (V.9) H + H = ρ, (V.) 6 Ψ Ψ κ Ψ Ψ Ψ Ψ ( ) + H = ρ ( Ψ) ( ) λ. (V.) Persamaan (V.9) dan (V.) berturut-turut adaah persamaan dinamika untuk Ψ dan H dan persamaan (V.) adaah persamaan Friedmann. Persamaan (V.) tidak mengandung suku tambahan yang menggambarkan pengaruh dari brane yang memiki tegangan negatif dan medan skaar. Sedangkan persamaan (V.9) mengandung suku tambahan pada ruas kanan persamaannya yang menunjukan ketidakinearan persamaan. Berikut ini dikaji sousi-sousi khusus dari persamaan-persamaan tersebut. V.5. Dinamika Radion Pertama tinjau kasus Γ = (konstanta kosmoogi). Hukum kekekaan (V.6) menghasikan ρ = ρ = konstan, dan persamaan (V.) menjadi κ + H = ρ, (V.) H Sousi trivia dari persamaan ini diberikan oeh parameter Hubbe konstan, H = ( κ / ) ρ tetapi ini bukan sousi umum (ihat pasa V.5.). Untuk sousi trivia menghasikan evousi faktor skaa daam bentuk eksponensia: exp κ a = a ρ t. (V.) Persamaan (V.) dapat diseesaikan secara ajabar dan menghasikan sousi κ Ψ= ρ ρ exp ρ ± λ ( ) A t, (V.) 8

21 di mana A adaah konstanta integrasi. Dengan memiih kontanta integrasi / / A = ρ λ maka ρ κ Ψ= exp ρ t ± λ, (V.5) Sousi persamaan (V.) menentukan jarak wajar antara kedua brane φ κ λ dt () = e = n Aexp t ± ( ) () t ρ ρ Untuk t + maka d + dan juga diperoeh sebuah sousi ( λ ρ) ± ( ) c n /, κ ρ, (V.6) t = t = A d =. (V.7) Sousi persamaan (V.) tidak memiiki singuaritas ketika brane bertumbukan d = dan dapat diteruskan untuk daerah di mana dt () <. Ini dapat diinterpretasikan sebagai suatu perubahan kedudukan kedua brane sepanjang ( + ) sumbu-y: untuk perubahan kedudukan ( σ, σ ) berhubungan dengan dt () > ( ) ( + ) dan dt () < untuk arah sebaiknya ( σ, σ ). Kanno, dkk., () memperkenakan skenario kosmoogi BAB (Born-Again-Braneword) bahwa tanda dari tegangan brane dapat berubah seteah tumbukan, σ ( ) σ ( + ). Dari pembahasan di atas mekanisma ini muncu secara aamiah. Misanya untuk kasus d = ( Ψ), (V.8) berhubungan dengan peruasan domain Ψ yaitu Ψ [,]. Berikut ditinjau evousi dari jarak wajar untuk dt () < untuk masing-masing tanda yang diberikan oeh sousi persamaan (V.5). Untuk sousi negatif, jika t = maka d. Kemudian jarak wajar antara brane memiiki domain pada seuruh sumbu rii faktor skaa at () d [, ] untuk tidak pernah enyap. Sedangkan untuk sousi positif t [, + ] dan ( ) λ t +, d = n <, (V.9) ρ 9

22 Gambar V. Jarak wajar antara dua buah brane untuk Γ =, tanpa pengaruh radiasi geap. Warna merah adaah kurva untuk og(.5(exp(. t)- )) dan kurva warna biru untuk og(.5(exp(. t)-)). Daam ha ini dua buah brane dipisahkan pada jarak berhingga dan faktor skaa eksponensia (V.) pada brane yang memiiki tegangan positif cenderung menuju no (aam semesta memiiki singuaritas t + ). Situasi ini diperihatkan pada Gambar V.. Konstanta-konstanta ditetapkan sebagai berikut : / A ρ / λ / = =.5, ( κλ / / ) =. dan ( κ ρ / ) =.. Berikutnya tinjau untuk faktor skaa pada brane yang memiiki tegangan positif yang digambarkan oeh sebuah fungsi pangkat a = a t m. Dari persamaan (V.) dan hukum kekekaan, sousi untuk indek pangkatnya adaah m = /Γ, Γ, dan sebuah kendaa untuk niai awa adaah κ ρ Γ ( a ) =. (V.) 9 Γ Sehingga evousi untuk faktor skaa dan parameter Hubbe diberikan oeh

23 / at () at =, H= t. Γ (V.) Persamaan-persamaan evousi ini terkait dengan jarak wajar yang diberikan oeh / κλ Γ Γ / dt () = n At t, Γ Γ (V.) κ dt n At λ = n t, Γ (V.) Gambar V. Jarak wajar antara dua buah brane untuk Γ = /, Γ = / dan Γ = /. Kurva warna merah, biru, hitam, kuning dan hijau masingmasing untuk kurva: og(.(t.5 +t)), og(.(t -t)), og(.(t +t)), og(.(t-og(t))) dan og(.(t+og(t))). di mana A dan A adaah konstanta integrasi. Dari ungkapan ini dapat ditentukan waktu terjadi tumbukan, t, antara kedua brane. Daam ha ini diperoeh t. c Berarti bahwa faktor skaa adaah reguar pada saat terjadi tumbukan dan bagi pengamat yang berada pada brane yang memiiki tegangan positif tumbukan ini tidak diamati, karena tidak ada pengaruh evousi dari faktor skaa. Pada saat t = c

24 adaah singuar, jarak antara kedua brane cenderung menuju dan faktor skaa menuju no (singuaritas). Jika konstanta integrasi A dipiih sebagai berikut maka diperoeh Γ κλ / A = Γ, (V.) Dapat diihat bahwa untuk t Γ Ψ= Γκ λ ( ) ( t /Γ ) t, (V.5) (ate times) maka Ψ dan sousinya mendekati sousi reativitas umum. Situasi ini ditunjukan pada Gambar V.. V.5. Pengaruh Radiasi Geap Secara umum persamaan (V.) adaah persamaan diferensia orde dua untuk factor skaa: ( a ) d dt Integrasi pertama terhadap waktu menghasikan κ ρ Γ = ( Γ ) a. (V.) a Γ d a + κ ρ κ ρ = dt, (V.) C di mana C adaah konstanta integrasi sebagai suku radiasi geap yang membawa informasi pengaruh buk pada brane. Persamaan (V.) menghasikan persamaan Friedmann κ C H = ρ +, (V.) a Berikut ini ditinjau untuk berbagai niai dari indeks barotropikγ : Γ=. Sousi dari persamaan (V.) adaah κ ρ C a t t = exp ( ) κ ρ κ ρexp ( t t) Γ= /., (V.5)

25 κ ρ a = + C( t t ), H = t t ( ), (V.6) Jadi untuk kasus materi radiasi, radiasi geap tidak berpengaruh pada parameter Hubbe dari brane yang memiki tegangan positif. Γ= /. κ ρ C a t t H κ ρ ( t t ) = ( ), = κ ρ a. (V.7) Γ= di mana a / / = β + C β + C, (V.8) κρ β = ( t t ) C 8 8 ( t t ) C κ ρ ( t t ) κ ρ (V.9) Persamaan (V.) dapat digunakan untuk mencari sousi numerik dari medan Ψ dengan bentuk sebagai berikut κ ρ ( Ψ) Ψ Ψ κ λ ( Ψ) C H + =, (V.) Γ a Ψ Ψ Ψ Ψ Ψ a dengan H dan a ditentukan dari persamaan (V.). V.6 Rangkuman Pada bab ini teah diperoeh persamaan-persamaan gravitasiona energi rendah pada brane untuk sistem satu buah brane dan dua buah brane. Persamaanpersamaan evousi buk diseesaikan secara iteratif dengan mengekspansi persamaan-persamaan yang reevan daam parameter ekspansi ε = (/ L) < <, dengan adaah skaa kurvatur buk dan L adaah skaa kurvatur brane. Ekspansi orde- menghasikan ketertaaan antara tegangan brane dan konstanta kosmoogi buk. Persamaan reativitas umum dengan suku-suku koreksi diperoeh untuk ekspansi orde- dan seterusnya. Untuk sistem satu buah brane, terdapat suku non oka τ dan dua buah parameter bebas yang berhubungan dengan derajat

26 kebebasan buk. Disamping itu pua, persamaan medan gravitasiona menjadi tertutup, yaitu dapat ditentukan meaui besaran-besaran pada brane. Aspek kosmoogi untuk masing-masing konfigurasi menghasikan persamaan Friedmaan termodifikasi oeh keberadaan tensor Wey terproyeksi yang diinterpretasikan sebagai radiasi geap daam mode kosmoogi FRW. Ditinjau pua sebuah skenario kosmoogi di mana dua buah brane bergerak dan bertumbukan di daam ruang-waktu buk 5-dimensi. Materi pada brane yang memiiki tegangan positif digambarkan oeh fuida idea dan pada brane yang memiiki tegangan negatif adaah konstanta kosmoogi bergantung waktu. Diperoeh sousi-sousi khusus untuk faktor skaa pada brane yang memiiki tegangan positif dan radion yang menentukan jarak wajar antara kedua brane. Dari sousi anaitik juga menunjukkan bahwa evousi dari faktor skaa adaah berbeda untuk atar beakang materi dengan indeks barotropik berbeda.

Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk

Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk Bab VI Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk VI.1 Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk menggeneralisasi hasil yang diperoleh untuk sistem dua buah brane, dengan memperluas skema perturbasi yang telah dibahas

Lebih terperinci

Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan

Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan Pada Bab III, telah diperoleh sebuah deskripsi teori efektif 4-dimensi dari teori 5- dimensi dengan cara mengkompaktifikasi pada orbifold dalam kerangka kerja

Lebih terperinci

Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold

Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold Bab III Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold III.1 Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi teori 4-dimensi yang memiliki generator supersimetri melalui kompaktifikasi orbifold dari

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian Bab 2 Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Geometri Riemann pertama kali dikemukakan secara general oleh Bernhard Riemann pada abad ke 19. Pada bagian ini akan diberikan penjelasan

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut : 1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

Teori Dasar Gelombang Gravitasi Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Bab 2 Persamaan Einstein dan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Sebuah himpunan M disebut sebagai manifold jika tiap titik Q dalam M memiliki lingkungan terbuka S yang dapat dipetakan 1-1 melalui sebuah pemetaan

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal Persamaan air dangkal merupakan persamaan untuk gelombang permukaan air yang dipengaruhi oleh kedalaman air tersebut. Kedalaman air dapat dikatakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum LAMPIRAN A Ringkasan Relativitas Umum Besaran fisika harus invarian terhadap semua kerangka acuan. Kalimat tersebut merupakan prinsip relativitas khusus yang pertama. Salah satu besaran yang harus invarian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

Deret Fourier dan Transformasi Fourier

Deret Fourier dan Transformasi Fourier Bab 6 caku fi58 by khbasar; sem 2-2 Deret Fourier dan Transformasi Fourier 6. Fungsi Periodik Suatu fungsi dikatakan periodik jika niai fungsi tersebut beruang untuk seang besaran tertentu. Secara definisi,

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute PEGARUH JEIS MEODE ESIMASI DALAM ESIMASI MARIKS ASAL UJUA (MA) MEGGUAKA DAA ARUS LALULIAS PADA KODISI PEMILIHA RUE KESEIMBAGA (EQUILIBRIUM ASSIGME) Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana eknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Alfabet Yunani

LAMPIRAN I. Alfabet Yunani LAMPIRAN I Alfabet Yunani Alha Α Nu Ν Beta Β Xi Ξ Gamma Γ Omicron Ο Delta Δ Pi Π Esilon Ε Rho Ρ Zeta Ζ Sigma Σ Eta Η Tau Τ Theta Θ Usilon Υ Iota Ι hi Φ, Kaa Κ Chi Χ Lambda Λ Psi Ψ Mu Μ Omega Ω LAMPIRAN

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan 68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 7, 2010 Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus Quiz 1 Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan memakai vektor-4 fluks jumlah partikel. 2 Tuliskan

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. (29) Dalam (Grosen 1992), kondisi kinematik (19) dan kondisi dinamik (20) dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut : = (30)

PEMBAHASAN. (29) Dalam (Grosen 1992), kondisi kinematik (19) dan kondisi dinamik (20) dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut : = (30) 5 η = η di z = η (9) z x x z x x Dalam (Grosen 99) kondisi kinematik (9) kondisi dinamik () dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian : δ H t = () δη δ H ηt = δ Dengan mengenalkan variabel baru u = x maka

Lebih terperinci

Bab V Prosedur Numerik

Bab V Prosedur Numerik Bab V Prosedur Numerik Pada bab ini, metode numerik digunakan untuk menghitung medan kecepatan, yakni dengan menghitung batas dan domain integral. Tensor tegangan tak Newton melalui persamaan Maxwell Linear

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Hukum gravitasi Newton mampu menerangkan fenomena benda-benda langit yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi antar benda. Namun, hukum gravitasi Newton ini tidak sesuai dengan teori

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld

Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld Bab II Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld II.1 Pendahuluan Mekanika kuantum dan relativitas umum adalah dua teori yang sukses menggambarkan fisika pada masing-masing wilayah. Masalahnya adalah

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton III.1 Stress dan Strain Salah satu hal yang penting dalam pengkonstruksian model proses deformasi suatu fluida adalah

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya. 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teoriteori yang mendukung karya tulis ini. Teoriteori tersebut meliputi persamaan diferensial penurunan persamaan KdV yang disarikan dari (Ihsanudin, 2008;

Lebih terperinci

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti

Lebih terperinci

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI Teori Medan Klasik L. D. Landau 1, E. M. Lifshitz 2 1,2 Institute of Physical Problems USSR Academy of Sciences Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre LIPI Puspiptek,

Lebih terperinci

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract Optimisasi (Abdu H) OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO Abdu Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1 1 Staf Pengajar Jurusan Statistika FSM UNDIP Abstract Investing in asset such as stock; besides

Lebih terperinci

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 IRA PRASETYANINGRUM PENDEKATAN KEPUTUSAN KELOMPOK Metoda Dephi Peniaian keompok, diakukan sharing dipandu moderator Masaah Daftar Anggota Ahi Masaah disampaikan ke

Lebih terperinci

OBJECTIVES PENGANTAR-1

OBJECTIVES PENGANTAR-1 6//0 MINIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN GOLDEN SECTION AND HOOK JEEVES METHODS OBJECTIVES Understand why and where optimization occurs in engineering probem soving. Understand the major eements of the genera

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TABEL MORTALITAS Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami tabe mortaitas 2. Menjeaskan hubungan antara ajur-ajur tabe mortaitas

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi. IV.1 Model Concordance

BAB IV. Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi. IV.1 Model Concordance BAB IV Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi IV.1 Model Concordance Fisikawan teoritis hanya dapat menduga bentuk power spectrum dari pemodelan berdasarkan alam semesta mengembang dengan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN : PRISMA FISIKA, Vol. I, No. (01), Hal. 1-17 ISSN : 7-804 Aplikasi Persamaan Einstein Hyperbolic Geometric Flow Pada Lintasan Cahaya di Alam Semesta Risko 1, Hasanuddin 1, Boni Pahlanop Lapanporo 1, Azrul

Lebih terperinci

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik Moh. Ivan Azis September 13, 2011 Daftar Isi 1 Pendahuluan 1 2 Masalah nilai batas 1 3 Persamaan integral batas 2 4 Hasil

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja Manajemen Kinerja Pertemuan ke-ima Pokok Bahasan: Peniaian Kinerja Manajemen Kinerja, 2 sks CHAPTER 5 PENILAIAN KINERJA 1 Pokok Bahasan: Pengertian peniaian kinerja Proses peniaian kinerja Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

Persamaan Poisson. Fisika Komputasi. Irwan Ary Dharmawan

Persamaan Poisson. Fisika Komputasi. Irwan Ary Dharmawan (Pendahuluan) 1D untuk syarat batas Robin 2D dengan syarat batas Dirichlet Fisika Komputasi Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran http://phys.unpad.ac.id/jurusan/staff/dharmawan email : dharmawan@phys.unpad.ac.id

Lebih terperinci

R = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR

R = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR DAFTAR NOTASI η = vektor orientasi arah x = posisi surge (m) y = posisi sway (m) z = posisi heave (m) φ = sudut roll (rad) θ = sudut pitch (rad) ψ = sudut yaw (rad) ψ = sudut yaw frekuensi rendah (rad)

Lebih terperinci

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8 Jurna Akademis dan Gagasan tetika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Haan 1 hingga 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA POWERPOINT DAN BAGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta

Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta B-8 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (6) 7-5 (-98X Print) Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta Muhammad Ramadhan dan Bintoro A. Subagyo Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Lebih terperinci

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai

Lebih terperinci

Chap. 8 Gas Bose Ideal

Chap. 8 Gas Bose Ideal Chap. 8 Gas Bose Ideal Model: Gas Foton Foton adalah Boson yg tunduk kepada distribusi BE. Model: Foton memiliki frekuensi ω, rest mass=0, spin 1ħ Energi E=ħω dan potensial kimia =0 Momentum p = ħ k, dengan

Lebih terperinci

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh SOLUSI VAKUM PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK BENDA SIMETRI AKSIAL STASIONER MENGGUNAKAN PERSAMAAN ERNST Aldytia Gema Sukma 1, Drs. Bansawang BJ, M.Si, Dr. Tasrief Surungan, M.Sc 3 Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

Bab II. Prinsip Fundamental Simulasi Monte Carlo

Bab II. Prinsip Fundamental Simulasi Monte Carlo Bab II Prinsip Fundamental Simulasi Monte Carlo Metoda monte carlo adalah suatu metoda pemecahan masalah fisis dengan menirukan proses-proses nyata di alam memanfaatkan bilangan acak/ random. Jadi metoda

Lebih terperinci

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA Daam pertemuan pekan ini pokok bahasan kita adaah penerapan manajemen kinerja di perusahaan, dampaknya

Lebih terperinci

METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN

METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN Mohammad Ivan Azis ) ABSTRACT A boundary element method is derived for the solution of static boundary

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan fisika teoritik melalui Teori Relativitas Umum (TRU) yang dikemukakan oleh Albert Einstein sudah sangat pesat dan cukup baik dalam mendeskripsikan ataupun memprediksi fenomena-fenomena

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan Pada bagian ini akan dipelajari tiga jenis persamaan diferensial parsial (PDP) linear orde dua yang biasa dijumpai pada masalah-masalah dunia nyata, yaitu persamaan

Lebih terperinci

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI KEITN BELJ 2. LNSN TEOI JEMBTN WHETSTONE aam kegiatan beajar anda teah mempeajari pengukuran hgambatan dengan menggunakan ohmmeter dan menggunakan ampermeter dan votmeter dengan metoda amper-vot-meter

Lebih terperinci

Pelanggaran Lorentz dan Gravitasi Braneworld

Pelanggaran Lorentz dan Gravitasi Braneworld Bb VII Penggrn Lorentz dn Grvitsi Brneword VII. Pendhuun Invrin Lorentz, simetri fundment teori retivits umum, menyebutkn bhw hsi-hsi pengukurn fisis tidk berubh meskipun sebuh ekperimen dirotsikn tu di-boost.

Lebih terperinci

MEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW

MEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF016 http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf016/ VOLUME V, OKTOBER 016 p-issn: 339-0654 e-issn: 476-9398 DOI: doi.org/10.1009/030500505 KOMPAKTIFIKASI

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani)

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani) LAMPIRAN A (Bebeapa Besaan Fisika, Fakto konvesi dan Alfabet Yunani) Bebeapa Tetapan dan Besaan Fisika Massa matahai Jai-jai matahai Massa bumi Kecepatan cahaya Konstanta gavitasi = 1,99 10 30 kg = 6,9599

Lebih terperinci

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik Bab 3 Pemodelan Matematika dan Metode Numerik 3.1 Model Keadaan Tunak Model keadaan tunak hanya tergantung pada jarak saja. Oleh karena itu, distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari

Lebih terperinci

Bab IV Persamaan Integral Batas

Bab IV Persamaan Integral Batas Bab IV Persamaan Integral Batas IV.1 Konvensi simbol ebelum memulai pembahasan, kita akan memperkenalkan sejumlah konvensi simbol yang akan digunakan pada tesis ini. imbol x, y, x 0 akan digunakan untuk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik Pada pertengahan abad ke-20, fisika teoretik menjadi bidang ilmu yang berkembang pesat dan memberikan perubahan pada prinsip-prinsip fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi

Lebih terperinci

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi) Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

Teori Ensambel. Bab Rapat Ruang Fase

Teori Ensambel. Bab Rapat Ruang Fase Bab 2 Teori Ensambel 2.1 Rapat Ruang Fase Dalam bagian sebelumnya, kita telah menghitung sifat makroskopis dari suatu sistem terisolasi dengan nilai E, V dan N tertentu. Sekarang kita akan membangun suatu

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D Keadaan Stasioner Pada pembahasan sebelumnya mengenai fungsi gelombang, telah dijelaskan bahwa potensial dalam persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai dasar laut sinusoidal sebagai reflektor gelombang. Persamaan yang digunakan untuk memodelkan masalah dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jurna Sheet Meta dan Software Abaqus Program ABAQUS merupakan saah satu dari program finite eement system yang ada yang digunakan untuk mensimuasi proses pembuatan suatu komponen

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 23, 2010 Pengantar Kelengkungan Quiz 1 Apakah basis vektor dalam sistem koordinat melengkung selalu konstan? 2 Dalam sistem koordinat apakah basis vektornya selalu

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Imamal Muttaqien 1) 1)Kelompok Keahlian Astrofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,

Lebih terperinci