BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jurna Sheet Meta dan Software Abaqus Program ABAQUS merupakan saah satu dari program finite eement system yang ada yang digunakan untuk mensimuasi proses pembuatan suatu komponen materia dan untuk menganaisa kekuatan materia tersebut, kemudian ditarik suatu kesimpuan dari hasi simuasi dan anaisa tersebut sebagai hasi pendekatan dari proses produksi yang sebenarnya. ( Edi Jasmani 26 ). Uji tarik ( tensie test ) diakukan untuk mengetahui beban tarik maksimum suatu materia, yaitu beban yang timbu apabia pada bagian benda bekerja beberapa gaya yang arah garis kerjanya bertoak beakang. Kita dapat menentukannya dengan membebani batang tersebut dengan tarikan yang semakin tinggi dan mengukur gaya maksima yang dapat ditahan sebeum batang tersebut menjadi putus. Putus atau patah berarti behwa unsur gaur materi tersebut menjadi terepas pada tempat yang tertentu. ( Groenendijk, 198 ). Sheet meta forming merupakan proses pembentukan terhadap materia dengan bahan dasar pat untuk dijadikan sebuah produk. Satu ha yang paing utama dari proses sheet meta forming adaah proses deformasi, pada saat proses berangsung yang terjadi pertama kai adaah deformasi eastis 1

2 kemudian deformasi pastis. Ketika beban yang teah diberikan diepas, maka bagian materia yang mengaami deformasi pastis akan mengaami perubahan bentuk yang permanen tetapi bagian materia yang mengaami deformasi eastis akan kembai ke bentuk semua. Dengan memanfaatkan tahap pastis tersebut maka proses pembentukan dapat tercapai dimana bentuk pat dapat sesuai dengan bentuk yang diinginkan. (Rao, 1987). Proses sheet meta forming sebagai kunci efek dari tegangan adaah Forming Limit Stress Diagram ( FLSD ). Maka Forming Limit Stress Diagram sebagai dasar pada tegangan dan juga bisa diapikasikan pada tegangan (strain path) yang kompek, untuk mengetahui kriteria kerusakan / kecacatan hasi proses produksi. ( Jing Zhang, dan Xiantin Zhow, 1999 ). Proses sheet meta forming disesuaikan dengan kompeksitas bentuk komponen yang akan dibuat. Untuk bentuk yang sederhana hanya diperukan satu tahap pembentukan ( singe stage sheet meta forming ) sedang untuk bentuk yang kompek dibutuhkan beberapa tahap pembentukan ( muti stage sheet meta forming ) karena tidak dapat diseesaikan dengan satu kai proses. (Takahashi, 1999 ) Dasar Teori Baja karbon Baja karbon atau carbon stee adaah paduan antara besi (Fe) dan karbon (C) dimana unsur karbon sangat menentukan sifat -sifatnya. 2

3 Sedang unsur-unsur paduan ainnya yang biasa terkandung didaamnya terjadi karena proses pembuatannya. Baja merupakan ogam yang paing banyak digunakan daam bidang teknik. Baja daam pencetakannya dapat berbentuk peat ( sheet meta ), batangan, pipa dan ain sebagainya. Berdasarkan kadar karbon, baja karbon dapat dikasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu : a). Baja Karbon Rendah (Hypoeutectoid) Baja dengan kadar karbon (<,3 %). Baja ini disebut baja ringan (mid stee) atau baja perkakas. Baja karbon rendah bukan termasuk baja yang keras karena kandungan karbonnya rendah (<,3 %). Baja ini dapat dijadikan mur, baut, peraatan senjata, aat pengangkat presisi. b). Baja Karbon Sedang (Eutectoid) Baja karbon dengan kadar karbon (,3 %,6 %) dan kandungan karbonnya memungkinkan baja untuk dikeraskan sebagian dengan pengerjaan panas (heat treatment) yang sesuai. Baja karbon sedang digunakan untuk sejumah peraatan mesin seperti roda gigi otomotif, poros bubungan, poros engko,serta peraatan tangan. 3

4 c). Baja Karbon Tinggi (Hypereutectoid) Baja karbon dengan kadar karbon (>,8 %) dibuat dengan cara digiing panas. Apabia baja ini digunakan untuk bahan produksi, maka harus dikerjakan daam keadaan panas dan digunakan untuk peraatan mesin berat, batang-batang pengontro, pegas kumparan dan ain- ain. ( H. Amanto, Daryanto, 1999 ) Sifat Mekanik Bahan Daam pemiihan bahan untuk produk, perancang harus memperhatikan sifat-sifat ogam seperti kekuatan (strength), keiatan (ductiity), kekerasan (hardness) atau kekuatan uuh (fatique strength). Sifat mekanik didefinisikan sebagai ukuran kemampuan bahan untuk membawa atau menahan gaya atau tegangan. Pada saat menahan beban, atom-atom atau struktur moeku berada daam kesetimbangan. Gaya ikatan pada struktur menahan setiap usaha untuk mengganggu kesetimbangan ini, misanya gaya uar atau beban. a. Bahan iat (ductie) dan bahan rapuh (britte) Bahan-bahan ogam biasanya dikasifikasikan sebagai bahan iat (ductie) atau bahan rapuh (britte). Bahan iat mempunyai gaya regangan ( tensie strain ) reatif besar sampai dengan titik kerusakan (misa baja atau auminium) sedangkan bahan rapuh mempunyai 4

5 gaya regangan yang reatif keci sampai dengan titik yang sama. Besi cor dan beton merupakan contoh bahan rapuh. b. Moduus kekerasan (moduus of toughness) Kerja yang diakukan suatu unit voume bahan, seperti misanya gaya tarikan yang dinaikkan dari no sampai suatu niai yang menyebabkan keruntuhan didefinisikan sebagai moduus kekerasan. Ini dapat dihitung sebagai uasan dibawah kurva tegangan-regangan dari origin sampai titik keruntuhan. Kekerasan bahan adaah kemampuan untuk menyerap energi pada seang pastis dari bahan c. Batas uuh bahan Sebenarnya sifat eastis masih terjadi sedikit di atas batas proporsiona, namun hubungan antara tegangan dan regangan tidak inear dan pada umumnya batas daerah eastis dan daerah pastis suit untuk ditentukan. Karena itu, maka didefinisikan kekuatan uuh (yied point). Kekuatan uuh adaah harga tegangan terendah dimana materia muai mengaami deformasi pastis. Pada gambar tegangan-regangan, memperihatkan titik uuh atas dan titik uuh bawah yang ditandai oeh pengurangan beban mendadak, diikuti dengan perpanjangan yang meningkat dan peningkatan beban yang 5

6 mendadak agi. Gejaa ini disebut meuuhnya bahan, yang ditandai dengan perubahan bentuk yang pastis dan naik turunnya beban. d. Kasifikasi Bahan Sampai saat ini, diskusi kita adaah didasarkan pada asumsi bahwa bahan mempunyai dua karakteristik, yaitu: Homogen, yaitu mempunyai sifat eastis yang sama pada keseuruhan titik pada bahan. Isotropis, yaitu mempunyai sifat eastis yang sama pada semua arah pada setiap titik daam bahan. Daam uji tarik pat pat yang digunakan adaah pat dengan potongan searah serat / fiamen ( Gambar II.1 ). Gambar pat dengan (a) fiamen satu arah. Fiamen Gambar pat dengan (b) Fiamen fiamen dua arah ( Gambar II.1 ), fiamen pat 6

7 e. Deformasi Deformasi terjadi bia bahan mengaami gaya. Seama deformasi, bahan menyerap energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang deformasi. Sekeci apapun gaya yang bekerja, maka benda akan mengaami perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan ukuran secara fisik ini disebut deformasi. Deformasi ada dua macam yaitu deformasi eastis dan deformasi pastis. Yang dimaksud deformasi eastis adaah deformasi yang terjadi akibat adanya beban yang jika beban ditiadakan, maka materia akan kembai keukuran semua. Sedangkan deformasi pastis adaah deformasi yang bersifat permanen jika bebannya diepas, ( Edi Jasmani 21 ). Penambahan beban pada bahan yang teah mengaami kekuatan tertinggi tidak dapat diakukan, karena pada kondisi ini bahan teah mengaami deformasi tota. Jika beban tetap diberikan maka regangan akan bertambah dimana materia seakan menguat yang disebut dengan penguatan regangan (strain hardening) yang seanjutnya benda akan mengaami putus pada kekuatan patah (Singer dan Pyte, 1995). Hubungan tegangan-regangan dapat dituiskan sebagai berikut: 7

8 E P σ = = A ε δ L Sehingga deformasi (δ) dapat dikeahui : δ = P L A E Dimana : P = Beban (N) A = Luas permukaan (mm 2 ) L E = Panjang awa (mm) = Moduus Eastisitas Sebuah pat yang diberi beban secara terus-menerus, secara bertahap akan mengaami deformasi. Pada awa pembebanan akan terjadi deformsi eastis sampai pada kondisi tertentu bahan akan mengaami deformasi pastis. Pada awa pembebanan bahan di bawah kekuatan uuh bahan akan kembai kebentuk semua, ha ini dikarenakan sifat eastis bahan. Peningkatan beban meebihi kekuatan uuh (yied point) yang dimiiki pat akan mengakibatkan airan deformasi pastis sehingga pat tidak akan kembai ke bentuk semua, ha ini bisa diihat daam diagram tegangan-regangan pada gambar II.2. 8

9 Batas eastisitas σ max C Batas Proporsiona σ e B σ y atas D σ patah σ p A σ y bawah Kekuatan tarik Tegangan σ O eastis Regangan ε pastis pastis taksempurna Gambar II.2. Diagram Tegangan Regangan Kesebandingan antara gaya tarik dan eongasi yang timbu sebenarnya hanya beraku sampai pada harga batas tegangan tarik tertentu, yang biasa kita sebut batas proporsiona, batas ini tergantung pada sifat sifat bahan. Didaam penyeidikan sifat sifat mekanis diatas batas proporsiona, hubungan antara regangan tegangan biasanya diukiskan secara grafik dengan suatu diagram pengujian tarik. 9

10 Disini eongasi diukiskan sebagai sumbu horisonta dan tegangan-regangan yang terjadi diukiskan dengan ordinat ordinat OABCD. Tegangan dari O hingga A adaah merupakan daerah proporsiona. Diatas A muai terjadi penyimpangan, jadi titik A merupakan batas proporsiona. Pembebanan yang berkeanjutan menyebabkan pertambahan panjang ( eongasi ) pada titik B sehingga diagram menjadi meengkung, pada titik B eongasi pat berangsung dengan penambahan gaya tarik yang ebih sedikit sehingga mengaami uuh yang biasa disebut dengan titik umer (yied point). Penarikan pat yang ebih jauh agi akan menyebabkan adanya perawanan interna oeh moeku pat hingga dicapai titik C, pada titik iniah gaya tarik memperoeh harga maksimum. Tegangan yang ditimbukan merupakan kekuatan tertinggi (utimate strength) dari bahan yang dipakai. Seteah meewati titik C eongasi pat masih berangsung meskipun beban semakin berkurang dan akhirnya batang mengaami pengecian dan akhirnya patah (fracture), ditunjukkan oeh titik D. Kekuatan uuh adaah harga tegangan terendah dimana materia muai mengaami deformasi pastis. Titik σ y atas adaah titik uuh atas dan titik σ y bawah adaah titik uuh bawah yang ditandai oeh pengurangan beban yang mendadak, diikuti dengan perpanjangan yang meningkat dan peningkatan beban yang 1

11 mendadak agi. Gejaa ini disebut meuuhnya bahan, yang ditandai dengan perubahan bentuk yang pastik dan naik-turunnya beban Pada titik muur hubungan tegangan-regangan sudah tidak inier, namun sifat eastis masih terjadi sedikit diatas batas proporsiona. Pada umumnya batas daerah eastis dan daerah pastis suit untuk ditentukan. Karena itu, maka didefinisikan kekuatan uuh (yied strength). Batas proporsiona merupakan tegangan tertinggi dimana materia masih mengaami deformasi eastis dan beum mengaami deformasi pastis. Titik muur atau yang biasa disebut dengan titik uuh (yied point) adaah titik transisi dari eastis ke daerah pastis. Pada titik muur ini materia muai mengaami deformasi pastis yang bersifat permanen jika beban muai diepas Eastisitas dan Pastisitas Pat Daam pemiihan materia seperti embaran pat untuk pembuatan komponen yang harus diperhatikan adaah sifat-sifat materia antar ain; kekuatan (strength), keiatan (ductiity), kekerasan dan kekuatan eah. Sifat mekanik materia untuk membawa atau menahan gaya atau tegangan. Pada saat menahan beban, struktur moeku berada daam keseimbangan. Gaya uar pada proses penarikan akan mengakibatkan materia mengaami tegangan. 11

12 a. Eastisitas Sebuah benda terdiri dari partike partike keci atau moeku moeku. Diantara moeku moeku ini bekerjaah gaya gaya yang biasa disebut gaya moekuer. Gaya gaya moekuer ini memberi perawanan terhadap gaya gaya uar yang berusaha mengubah bentuk benda itu sampai terjadi suatu keseimbangan antara gaya gaya uar dan gaya gaya daam. Seanjutnya benda itu dikatakan berada daam keadaan regang ( state of strain ). Eastisitas adaah sifat yang dimiiki oeh suatu materia yang menyebabkan benda / materia akan kembai ke bentuk seperti semua seteah diberi beban dan mengaami perubahan bentuk kemudian beban dihiangkan. Sebuah benda yang kembai sepenuhnya kepada bentuk semua kita namakan eastis sempurna, sedangkan apabia tidak sepenuhnya kembai kepada bentuk semua kita namakan eastis parsia (sebagian). ( S. Timoshenko dan Goodier ). Eastisitas bahan sangat ditentukan oeh moduus eastisitas, moduus eastisitas suatu bahan didapat dari hasi bagi antara tegangan dan regangan σ E = ε 12

13 Dimana : E = Moduus eastisitas ( Mpa ) σ ε = Tegangan (Mpa) = Regangan Garis moduus berupa garis urus pada kurva beban dan perpanjangan, yang menunjukkan bahwa beban berbanding urus dengan perpanjangan seperti gambar II.3. ( Gambar II.3 ) Garis Moduus Bia garis moduus itu membuat sudut besar dengan sumbu horizonta, berarti bahan itu sangat tahan terhadap perubahan bentuk eastik (kaku), memiiki moduus eastisitas tinggi sehingga tahan terhadap perubahan bentuk (deformasi) eastis. 13

14 b. Pastisitas Pastisitas adaah sifat yang dimiiki oeh suatu materia, yaitu ketika beban yang diberikan kepada suatu benda / materia hingga mengaami perubahan bentuk kemudian dihiangkan au benda tidak bisa kembai sepenuhnya ke bentuk semua. Peningkatan pembebanan yang meebihi kekuatan uuh (yied strength) yang dimiiki pat mengakibatkan airan deformasi permanen yang disebut pastisitas. Menurut Mondeson (1983) teori pastis terbagi menjadi dua kategori: 1). Teori fisik Teori fisik menjeaskan airan bagaimana ogam akan menjadi pastis. Meninjau terhadap kandungan mikroskopik materia seperti hanya pengerasan krista atom dan disokasi butir kandungan materia saat mengaami tahap pastisitas. 2). Teori matematik Teori matematik berdasarkan pada fenomena ogis aami dari materia dan kemudian dideterminasikan ke daam rumus yang digunakan untuk acuan perhitungan pengujian materia tanpa mengabaikan sifat dasar materia. 14

15 a. Tegangan ( Stress ) Tegangan adaah tahanan materia terhadap gaya atau beban. Tegangan diukur daam bentuk gaya per uas. Tegangan norma adaah tegangan yang tegak urus terhadap permukaan dimana tegangan tersebut diterapkan. Tegangan norma berupa tarikan atau tekanan. Satuan SI untuk tegangan norma adaah Newton per meter kuadrat (N/m 2 ) atau Pasca (Pa). Tegangan dihasikan dari gaya seperti : tarikan, tekanan atau geseran yang menarik, mendorong, meintir, memotong atau mengubah bentuk potongan bahan dengan berbagai cara. Perubahan bentuk yang terjadi sering sangat keci dan hanya testing machine adaah contoh peraatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan bentuk yang keci dari bahan yang dikenai beban. Cara ain untuk mendefinisikan tegangan adaah dengan menyatakan bahwa tegangan adaah jumah gaya dibagi uas permukaan dimana gaya tersebut bereaksi. Tegangan norma dianggap positif jika menimbukan suatu tarikan (tensie) dan dianggap negatif jika menimbukan penekanan (compression). 15

16 Tegangan norma (σ) adaah tegangan yang bekerja tegak urus terhadap bidang uas (Timoshenko dan Goodier, 1986) : F σ = n A Tegangan adaah besaran pengukuran intensitas gaya atau reaksi daam yang timbu persatuan uas. Tegangan menurut Marciniak dkk. (22) dibedakan menjadi dua yaitu, Engineering stress dan true stress. Engineering stress dapat dirumuskan sebagai berikut : σ eng = F A Dimana : σ eng F = Engineering stress (MPa) = Gaya (N) A = Luas permukaan awa (mm 2 ) Sedangkan True stress adaah tegangan hasi pengukuran intensitas gaya reaksi yang dibagi dengan uas permukaan sebenarnya (actua). True stress dapat dihitung dengan : F σ = A 16

17 Dimana : σ F = True stress ( MPa) = Gaya (N) A = Luas permukaan sebenarnya (mm 2 ) Tegangan norma dianggap positif jika menimbukan suatu tarikan (tensie) dan dianggap negatif jika menimbukan penekanan. b. Regangan ( Strain ) Regangan didefinisikan sebagai perubahan ukuran atau bentuk materia dari panjang awa sebagai hasi dari gaya yang menarik atau yang menekan pada materia. Apabia suatu spesimen struktur materia diikat pada jepitan mesin penguji dan beban serta pertambahan panjang spesifikasi diamati serempak, maka dapat digambarkan pengamatan pada grafik dimana ordinat menyatakan beban dan absis menyatakan pertambahan panjang. Batasan sifat eastis perbandingan regangan dan tegangan akan inier akan berakhir sampai pada titik muur. Hubungan tegangan dan regangan tidak agi inier pada saat materia mencapai pada batasan fase sifat pastis. Menurut Marciniak dkk. (22) regangan dibedakan menjadi dua, yaitu : engineering strain dan true strain. 17

18 Engineering strain adaah regangan yang dihitung menurut dimensi benda asinya (panjang awa). Sehingga untuk mengetahui besarnya regangan yang terjadi adaah dengan membagi perpanjangan dengan panjang semua. ε eng = 1% = 1% Dimana : ε eng = Engineering strain = Perubahan panjang o = Panjang mua-mua = Panjang seteah diberi gaya True strain regangan yang dihitung secara bertahap (increment strain), dimana regangan dihitung pada kondisi dimensi benda saat itu (sebenarnya) dan bukan dihitung berdasarkan panjang awa dimensi benda. Maka persamaan regangan untuk true strain (ε) adaah ε = d = n Dimana : ε = True strain 18

19 c. Kurva Tegangan Regangan Menurut Marciniak dkk. (22) ada beberapa ha yang harus diketahui daam ha Tegangan-Regangan pada mekanis bahan yaitu : 1. Kurva True stress and True strain Proses pengepresan (stamping) atau sheet meta forming menggunakan sifat pastis (pasticity) dari materia ogam yang akan menyebabkan bahan peat menjadi bentuk baru apabia diregang meebihi batas eastis (easticity) sehingga deformasinya permanen. Ha yang mendasar dari proses pengepresan adaah memanfaatkan sifat pastisitas dari materia saat peat diberi gaya. Dengan memanfaatkan tahap pastisitas tersebut maka proses pembentukan dapat dicapai, dimana bentuk peat akan sesuai dengan bentuk cetakan yang diinginkan (Rao, 1987). Konsep ini terdapat pada kurva tegangan-regangan sebenarnya (true strain-stress curve) pada Gambar II.4. Daerah pastis terdapat pada garis kurva diatas titik muur batas tegangan dimana materia tidak akan kembai ke bentuk semua apabia beban diepas, dan akan mengaami 19

20 deformasi tetap yang disebut permanent set (Timoshenko dan Goodier, 1986). Persamaan kurva Tegangan Regangan daam bentuk eksponensia adaah sebagai berikut: n σ = K ε Dimana : K = Strenght coefficient n = Hardening exponent True stress K Yf Y True strain ( Gambar II.4 ) Kurva True stress and True strain Prinsip tegangan pada kondisi pastis dengan teori von mises Stress. Kriteria ukuran terjadinya keuuhan yang digunakan secara uas adaah ketika uasan bidang muai terdeformasi pastis sampai 2

21 tegangan pada permukaan uasan mencapai niai maksimum (kritis). Beberapa peneiti teah menyatakan menggunakan kriteria ini. Teori ini disebut dengan teori batas uuh tegangan sisa (von mises yied theory) (Marciniak dkk. 22). Kriteria uuh (yied) pada peneitian ini menggunakan persamaan Von Mises yied condition (Marciniak dkk. 22) sebagai berikut : {( σ σ ) + ( σ σ ) + ( σ σ ) } 2 1 dimana : = σ f 2 σ, σ σ = Principe Stresses. 1 2, σ f = Fow Stress Kondisi uuh pada suatu bidang menggunakan angka perbandingan tegangan (stress ratio) α. 2. Jenis jenis kurva Stress Strain Setiap materia mempunyai kurva Stress-Strain yang berbeda beda tergantung dari komposisi dan beberapa faktor seperti perakukan panas. Beberapa jenis kurva Stress - Strain sebagai berikut: ( Gambar II.5 ). 21

22 1. Perfecty eastic 2. Rigid, perfecty pastic 3. Eastic, perfecty pastic 4. Rigid, ineary strain hardening 5. Eastic, ineary strain hardening σ σ σ ε ε ε (a) (b) (c) σ σ ε ε (d) (e) ( Gambar II.5 ) Jenis Kurva Stress Strain Kurva tegangan regangan dipengaruhi oeh : 22

23 Temperatur Faktor temperatur sangat mempengaruhi bentuk kurva Tegangan - Regangan. Secara umum hubungan dari temperatur terhadap materia biasanya semakin meningkatnya temperatur materia akan meningkatkan keuetan (ductiity) dan ketangguhan (toughness) materia, menurunkan moduus eastisitas, titik uuh, dan UTS-nya. Strain rate Strain rate adaah aju deformasi benda ketika mendapat beban. Daam proses manufaktur, benda kerja akan meregang terdeformasi sesuai dengan kecepatan beban yang diterimanya. Strain rate merupakan fungsi perubahan geometri benda / spesimennya. Efek dari strain rate pada fow stress adaah semakin tinggi strain rate, makin tinggi fow stress. Efek ini adaah kebaikan dari efek temperature pada fow stress. 23

24 Stress Increasing Strain Rate Increasing Temperature Strain ( Gambar II.6 ), Grafik Strain Rate Secara umum, dengan naiknya strain rate, maka kekuatan materia akan meningkat. Efek tekanan hidrostatik Efek tekanan hidrostatik mempengaruhi dari sifat materia sebagai berikut: 1. Meningkatkan strain rate 2. Punya efek keci (dapat diabaikan) terhadap kurva Tegangan-Regangan 3. Tak ada efek pada strain atau beban maksimum saat necking. Efek radiasi Perubahan sifat materia karena efek radiasi mengakibatkan kondisi materia sebagai berikut: 24

25 1. Yied stress naik 2. Tensie strength dan hardness meningkat 3. Ductiity dan toughness menurun 3. Ductiity Keuetan suatu bahan menggambarkan seberapa besar ketahanan meregang suatu bahan sampai tidak terjadi kerusakan. Jika materia dibebani sampai mencapai UTS, maka regangan akan merata. Regangan yang terjadi sampai titik UTS-nya dinamakan uniform strain, sedangkan memanjangnya materia sampai terjadi retak disebut tota eongation. Dua kuantitas yang umum dipakai untuk mendefinisikan ductiity suatu bahan daam uji tarik adaah eongation dan reduction of area adaah: Eongation = ( f o ) o x 1% Dimana: f = Panjang akhir o = Panjang mua-mua Reduction of area = (A o A f )A o x 1% Dimana: A f = Luas penampang akhir A o = Luas penampang mua-mua 25

26 d. Konversi Engineering Strain ke True Strain Sifat pastis suatu materia bisa dtunjukkan oeh yied point dan post yied. Pergeseran dari eastis ke pastis terjadi pada suatu titik tertentu yang biasanya dikena sebagai batas regang. ketika ogam mengaami pembebanan maka akan mengaami regangan yang apabia beranjut maka tegangan yang terjadi menjadi tidak inier dengan pertambahan regangan, ha ini bisa diihat pada gambar dibawah ini. ( Gambar II.7 ), Karakteristik hubungan Tegangan (strees) Regangan (strain) 26

27 Ketika kita mendefinisikan pastisitas daam ABAQUS maka harus menggunakan true stess dan true strain. Tetapi sering kai data yang disediakan bentuk nomina stress dan nomina strain. Sehingga daam penggunaannya harus dikonversikan terebih dahuu ke bentuk true strees dan true strain. Nomina strain dihitung dari persamaan ε nom = = = 1 True strain kemudian dihitung dari nomina strain menggunakan : ( ) ε = In 1 + ε nom hubungan antara true stress dan nomina strain dibentuk dengan menggangap voumetric deformation diabaikan, maka A. A. = sehingga penampang yang terjadi dari penampang awa menjadi A = A dengan demikian dapat diperoeh definisi true stress menjadi. σ = F A = F A. = σ nom 27

28 maka true stress dapat dihitung dari nomina stress dan nomina strain : ( ) σ = σ nom 1 + ε nom e. Dekomposisi pastic strain Regangan yang diperoeh dari materia tes yang digunakan untuk mendefinisikan periaku pastik bukanah pastik strain pada materia, tetapi berupa tota strain yang terjadi. Oeh karena itu harus diakukan dekomposisi terhadap tota strain menjadi komponen eastic strain dan pastic strain. Ha ini bisa diihat pada gambar... komponen pastic strain dengan eastic strain yang besarnya adaah true stress dibagi dengan Young s moduus. ε p = ε ε e = ε σ E dimana : p ε = true pastic strain ε = true tota strain e ε = true eastic strain σ = true stress 28

29 E = young s moduus ( Gambar II.8 ), Dekomposisi tota strain kekomponen pastik dan eastik f. Perbandingan tegangan dan regangan (Stress and strain ratio) Perbandingan tegangan dan regangan (Stress and strain ratio) Perbandingan tegangan dan regangan pada kondisi materia terdeformasi Pada gambar II.9 menggambarkan tentang prinsip tegangan yang bekerja pada suatu eemen pada saat uji tarik. Prinsip tegangan dan regangan untuk eemen yang terdeformasi untuk uniaxia tension 29

30 ( Gambar II.9 ), Principa Stress Metode Eemen Hingga Metode Eemen Hingga (MEH) dipergunakan sebagai sousi pendekatan yang dapat memecahkan persoaan-persoaan mekanika dengan geometri maupun pembebanan yang kompek (Cook, 199) Digunakan metode pembagian meshing (pemodean mesh) sebagai pendekatan, yaitu dengan membuat partition daam bidang materia dan penentuan node didaamnya. 3

31 Metode ini memiiki sifat yang sama dengan metode numerik yang ainnya, yaitu untuk mendapatkan niai pendekatan. Metode ini senantiasa dipergunakan sebagai iterasi untuk memperoeh harga yang paing mendekati harga eksak. Secara eksak Metode Eemen Hingga diakukan asumsi peraihan pada setiap eemennya dengan angkah-angkah sebagai berikut: 1. Membagi struktur menjadi beberapa eemen (sub region) yang berhingga dengan memiih eemen yang cocok untuk geometri struktur anaisis. 31

32 2. Mengasumsikan fungsi peraihan tiap eemen sedemikain rupa sehingga peraihan pada setiap titik sembarang dipengaruhi oeh niai titik nodanya. 3. Menentukan persamaan pendekatannya dengan menurunkan persamaan keseimbangan untuk setiap noda dari hasi diskretisasi struktur sesuai distribusi eemen. 4. Mengeksakkan sistem persamaan pendekatan fungsi peraihan noda. Mode eemen untuk struktur secara umum disesuaikan dengan kasus-kasus maupun probem fisik yang ditemui. Mode eemen dibagi menjadi tiga yaitu: a. Eemen garis (Eemen satu dimensi) Eemen ini hanya memiiki dimensi panjang. Biasanya digunakan untuk memodekan benda yang mempunyai panjang jauh ebih besar dari pada ebar dan tinggi seperti batang pipa, baok dan ain-ain. Berdasarkan kemampuan menahan beban, eemen satu dimensi dibagi menjadi dua jenis yaitu; a. Bar : Eemen yang hanya mampu menahan beban pada panjangnya saja. b. Beam : Eemen yang dapat menahan beban tegak urus pada bidang potongnya. 32

33 ( Gambar II.1 ). Eemen Satu Dimensi b. Eemen Dua Dimensi Eemen ini digunakan untuk memodekan benda yang mempunyai satu dimensi jauh ebih keci dari dua dimensi ainya dan benda tiga dimensi yang memiiki sifat seragam pada panjangnya. Eemen pada dua dimensi dibagi menjadi dua yaitu : a. Membran : Hanya dapat menahan beban yang sejajar pada bidangnya. b. Pate : Seain sejajar pada bidangnya juga dapat menahan beban tegak urus terhadap bidangnya. ( Gambar II.11 ) Eemen Segitiga, Segiempat, Quadriatera c. Eemen Tiga Dimensi Eemen ini digunakan untuk memodekan struktur secara utuh. 33

34 ( Gambar II.12 ) Eemen Tiga Dimensi Program ABAQUS merupakan saah satu dari program finite eement system yang ada yang digunakan untuk mensimuasi proses pembuatan suatu komponen materia dan untuk menganaisa kekuatan materia tersebut, kemudian ditarik suatu kesimpuan dari hasi simuasi dan anaisa tersebut sebagai hasi pendekatan dari proses produksi yang sebenarnya. Jadi digunakan ABAQUS CAE dengan pemodean meshing sebagai pendekatannya. 34

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Is This Stress? 1 Bukan, Ini adalah stress Beberapa hal yang menyebabkan stress Gaya luar Gravitasi Gaya sentrifugal Pemanasan

Lebih terperinci

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI Jurna Imiah Teknik Sipi Vo. 11, No. 1, Januari 7 KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI Ida Bagus Rai Widiarsa1 dan Putu Deskarta1 Abstrak:

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik ogam Oleh zhari Sastranegara Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. da empat jenis uji coba

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD

RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD Herry Mugirahardjo, Trihardi Priyanto, M. Rifai Musih, A. Ramadhani mugirahardjo@gmai.com Pustek Bahan Industri Nukir

Lebih terperinci

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS 1.1.PENDAHULUAN Tujuan Pengujian Mekanis Untuk mengevaluasi sifat mekanis dasar untuk dipakai dalam disain Untuk memprediksi kerja material dibawah kondisi pembebanan Untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp SM NEGERI 14 JKRT Jaan SM Barat, Ciiitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tp. 01 809096 BIDNG STUDI : FISIK DINMIK ROTSI F 1. Sebuah roda dapat mengeinding pada sebuah bidang datar yang kasar. Massa roda 0,5

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 5 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 5 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 5 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085749055673 2010 UN Paket: A 2010 D. 1. Gambar perspektif piktoria dari gambar proyeksi

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan 68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Mata Peajaran : Dasardasar istrik dan eektronika Bahan Kajian : Konsep tegangan dan resistansi Keas/semester : 10/1 Potensi Dasar : Menjeaskan arus, tegangan

Lebih terperinci

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pandangan Umum terhadap Mesin Uji Tarik Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO EFEK WAKTU PERLAKUAN PANAS TEMPER TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPAK BAJA KOMERSIAL Bakri* dan Sri Chandrabakty * Abstract The purpose of this paper is to analyze

Lebih terperinci

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal SIMAK UI 2011 Fisika Kode Soa Doc. Name: SIMAKUI2011FIS999 Version: 2012-11 haaman 1 01. Sebuah mikroskop terdiri dari ensa obyektif (f 1 = 0,5 cm) dan ensa okuer (f 2 = 2 cm). Jarak antara kedua ensa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

Sifat Sifat Material

Sifat Sifat Material Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja: Peatihan dan Penghargaan Sub Pokok Bahasan Pengertian Peatihan Proses pembeajaran dan pengembangan individu Jenis-jenis peatihan karyawan Manfaat peatihan

Lebih terperinci

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG Zulhanif Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung Gedung H Fakultas Teknik, Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut: 1. Tempat pengambilan data : Laboratorium Bahan Teknik Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

Semoga Tidak Mengantuk!!!

Semoga Tidak Mengantuk!!! Assalamu alaykum Wr. Wb. Selamat agi...!!! Nama saya: AHMAD TUSI Semoga Tidak Mengantuk!!! I KNOW WHAT YOU RE THINKING, GUYS!!! Who cares?!! Bahan untuk konstruksi bangunan ini kekuatannya berapa ya?!

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM)

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM) MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM) FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perancangan konstruksi mesin harus diupayakan menggunakan bahan seminimal

Lebih terperinci

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending Budi Setyahandana 1, Anastasius Rudy Setyawan 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kampus III Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan) b. Tugas : Jelaskan cara membuat diagram teganganregangan

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan) b. Tugas : Jelaskan cara membuat diagram teganganregangan Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

Struktur Baja 2 Kolom tersusun

Struktur Baja 2 Kolom tersusun Struktur Baja Koom tersusun Bagus Eratodi Struktur tersusun prismatis dengan eemen ang dihubungkan oeh peat meintang dan memiku gaa sentris Komponen struktur tersusun dari beberapa eemen ang disatukan

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute PEGARUH JEIS MEODE ESIMASI DALAM ESIMASI MARIKS ASAL UJUA (MA) MEGGUAKA DAA ARUS LALULIAS PADA KODISI PEMILIHA RUE KESEIMBAGA (EQUILIBRIUM ASSIGME) Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana eknik

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis VII EASTISITAS Kompetensi yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa setelah mempelajari bab elastisitas adalah kemampuan memahami, menganalisis dan mengaplikasikan konsep-konsep elastisitas pada kehidupan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI KEITN BELJ 2. LNSN TEOI JEMBTN WHETSTONE aam kegiatan beajar anda teah mempeajari pengukuran hgambatan dengan menggunakan ohmmeter dan menggunakan ampermeter dan votmeter dengan metoda amper-vot-meter

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

PAPER KEKUATAN BAHAN HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN. Oleh : Ni Made Ayoni Gede Panji Cahya Pratama

PAPER KEKUATAN BAHAN HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN. Oleh : Ni Made Ayoni Gede Panji Cahya Pratama PAPER KEKUATAN BAHAN HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN Oleh : Ni Made Ayoni 1011305003 Gede Panji Cahya Pratama 1011305004 Dian Asgar Paradisa 1011305005 Gede Andri 1011305006 Paul Ludgerrius R. 1011305007

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Lebih terperinci

Kategori Sifat Material

Kategori Sifat Material 1 TIN107 Material Teknik Kategori Sifat Material 2 Fisik Mekanik Teknologi Kimia 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sifat Fisik 3 Kemampuan suatu bahan/material ditinjau dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti

Lebih terperinci

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER I. TEGNGN NORML DN TEGNGN GESER.. Tegangan Normal (Normal Stress) Gaya internal yang bekerja pada sebuah potongan dengan luasan yang sangat kecil akan bervariasi baik besarnya maupun arahnya. ada umumnya

Lebih terperinci

KULIAH PERTEMUAN 9 Analisa struktur statis tak tentu dengan metode consistent deformations pada balok dan portal

KULIAH PERTEMUAN 9 Analisa struktur statis tak tentu dengan metode consistent deformations pada balok dan portal KULIH PERTEUN 9 naisa struktur statis tak tentu dengan metode consistent deformations pada baok dan porta. Lembar Informasi 1. Kompetensi ahasiswa dapat menghitung reaksi peretakan dan menggambarkan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi dan memudahkan segala aktifitas manusia, karena aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi dan memudahkan segala aktifitas manusia, karena aktifitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya teknologi yang ditemukan dalam segala hal bertujuan untuk memenuhi dan memudahkan segala aktifitas manusia, karena aktifitas dari manusia yang semakin

Lebih terperinci

Kuliah Mekanika Fluida 21/03/2005. Kuliah Mekanika Fluida Keseimbangan Benda Terapung

Kuliah Mekanika Fluida 21/03/2005. Kuliah Mekanika Fluida Keseimbangan Benda Terapung Kuiah ekanika Fuida Keseimbangan enda Terapung Ir. Djoko Luknanto.Sc., Ph.D. Dosen Jurusan Teknik Sipi FT U 21/03/2005 Jack a otta 1 Fuida Diam embahas sistem yang berhubungan dengan cairan: yang tidak

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES DEEP DRAWING STAINLESS STEEL DENGAN SOFTWARE ABAQUS

SIMULASI PROSES DEEP DRAWING STAINLESS STEEL DENGAN SOFTWARE ABAQUS SIMULASI PROSES DEEP DRAWING STAINLESS STEEL DENGAN SOFTWARE ABAQUS Tri Widodo Besar Riyadi, Budi Hastomo Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Jurna Imu dan Teknoogi Perikanan Tangkap 2(2): 9-93, Desember 2015 ISSN 2337-4306 Anaisis beban pendingin cod storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Suawesi Utara Cooing oad anaysis of cod storage

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menunjang peaksanaan peneitian ini diakukan tinjauan pustaka mengenai tinjauan studi yang berisi peneitian-peneitian terkait dengan pengenaan kuaitas buah, median fitering,

Lebih terperinci

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013 Proceeding Seminar Nasiona Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, - Oktober PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA OPERASI PEMOTONGAN MILLING

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN 1 GIRI BANYUWANGI TAHUN 2010 / 2011 AYUNAN SEDERHANA

UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN 1 GIRI BANYUWANGI TAHUN 2010 / 2011 AYUNAN SEDERHANA UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN GIRI BANYUWANGI TAHUN 00 / 0 NAMA :... NO. UJIAN :... AYUNAN SEDERHANA Tujuan : Menentukan percepatan gravitasi disuatu tempat. Aat dan bahan : - beban - penggaris

Lebih terperinci

Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK. Rahmawan Setiaji Kelompok 9

Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK. Rahmawan Setiaji Kelompok 9 Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK Rahmawan Setiaji 0706163735 Kelompok 9 Laboratorium Metalurgi Fisik Departemen Metalurgi dan Material FTUI 2009 MODUL 1 PENGUJIAN TARIK I.

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN REGANGAN

TEGANGAN DAN REGANGAN Kokoh Tegangan mechanics of materials Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TEGANGAN DAN REGANGAN 1 Tegangan Normal (Normal Stress) tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus permukaan

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISS: 2460-6464 Mode Matematika Cadangan Premi Asuransi Kesehatan Perawatan Rumah Sakit Menggunakan Metode Prospektif Mathematica Modes of Cacuation of The Heath Insurance Premium Backup

Lebih terperinci

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda. KONTROL AIR FUEL RATIO PADA SPARK IGNITION ENGINE SISTEM EFI SEKUENSIAL MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY ADAPTIF DAPAT MENEKAN BEAYA OPERASIONAL KENDARAAN Abdu Hamid, Ari Santoso Jurusan Teknik Eektro-FTI ITS

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM Hera Setiawan 1* 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352 * Email: herasetiawan6969@yahoo.com

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9] BAB II DASAR TEORI MESIN PRESS BTPTP, KARAKTERISTIK BTPTP DAN METODE ELEMEN HINGGA 2.1 Mesin press BTPTP Pada dasarnya prinsip kerja mesin press BTPTP sama dengan mesin press batako pada umumnya dipasaran

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN PENGERUSAK DAN MICROSTRUKTUR DISUSUN OLEH : IMAM FITRIADI NPM : 13.813.0023 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

TEGANGAN MAKSIMUM DUDUKAN STANG SEPEDA: ANALISIS DAN MODIFIKASI PERANCANGAN

TEGANGAN MAKSIMUM DUDUKAN STANG SEPEDA: ANALISIS DAN MODIFIKASI PERANCANGAN TEGANGAN MAKSIMUM DUDUKAN STANG SEPEDA: ANALISIS DAN MODIFIKASI PERANCANGAN Ridwan Saidi 1, Cokorda Prapti Mahandari 2 1 Pusat Studi Otomotif Universitas Gunadarma Jl. Akses UI Cimanggis Depok. 2 Fakultas

Lebih terperinci

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN).

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda logam yang keras dan kuat (Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Sedangkan menurut Setiadji

Lebih terperinci

FISIKA EKSPERIMENTAL I 2014

FISIKA EKSPERIMENTAL I 2014 Pengukuran Tensile Strength, dan Modulus Elastisitas Benda Padat Novi Tri Nugraheni (081211333009), Maya Ardiati (081211331137), Diana Ega Rani (081211331138), Firdaus Eka Setiawan (081211331147), Ratna

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik Definisi 2 Metal Alloys (logam paduan) adalah bahan campuran yang mempunyai sifat-sifat logam, terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur, dan sebagai unsur utama

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Sidang Tugas Akhir (TM091486) Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN GY GESER, MOMEN LENTUR, DN TEGNGN bstrak: Mekanika bahan merupakan ilmu yang mempelajari aturan fisika tentang perilaku-perilaku suatu bahan apabila dibebani, terutama yang berkaitan dengan masalah gaya-gaya

Lebih terperinci

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI PENGARUH BEBAN DAN TEKANAN UDARA PADA DISTRIBUSI TEGANGAN VELG JENIS LENSO AGUS EFENDI Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI Velg merupakan komponen utama dalam sebuah kendaraan.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC)

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC) PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC) Oleh Instansi e-mail : Ir. Muhammad Khotibul Umam Hs, MT : Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY : umamhasan@lycos.com

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik GUNAWAN NIM.

Lebih terperinci

kekuatan dan sifatnya cocok untuk memikul beban. Baja struktur banyak dipakai

kekuatan dan sifatnya cocok untuk memikul beban. Baja struktur banyak dipakai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Baja struktur merupakan jenis baja yang berdasarkan pertimbangan ekonomi, kekuatan dan sifatnya cocok untuk memikul beban. Baja struktur banyak dipakai untuk kolom

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci