Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld II.1 Pendahuluan Mekanika kuantum dan relativitas umum adalah dua teori yang sukses menggambarkan fisika pada masing-masing wilayah. Masalahnya adalah belum ada cara untuk menggabungkan keduanya menjadi sebuah teori yang konsisten. Salah satu kandidat yang dapat menggabungkan teori tersebut adalah teori string (Green, dkk., 1988). Teori string berupaya untuk merumuskan sebuah kerangka teoretik yang konsisten, yang mana semua gaya-gaya fundamental, termasuk gaya gravitasi, dapat digabungkan sedemikian sehingga semua gaya dapat dipahami secara konsisten meskipun pada level kuantum. Teori string memperluas konsep partikel serupa titik menjadi obyek yang diperluas satu dimensi, yaitu string, sebagai obyek fundamental. String tersebut berada dalam ruang-waktu 1-dimensi atau 11-dimensi untuk teori supergravitasi. Dalam bekerja dengan teori string, pendekatan secara perturbatif sering digunakan dengan persamaan-persamaan yang cukup kompleks. Telah diperoleh bahwa ada lima perumusan berbeda dari teori string perturbatif dan satu sama lain dihubungkan melalui dualitas: dualitas- T dan dualitas-s. Deskripsi berbeda kelima teori string yang dihubungkan melalui dualitas tidak lain adalah deskripsi berbeda dari sebuah teori fundamental 11- dimensi yang dinamakan teori-m. Ada dua jenis string yaitu string tertutup dan string terbuka. Gravitasi digambarkan oleh string tertutup dan materi digambarkan oleh string terbuka. Dalam teori string non perturbatif ada obyek-obyek yang diperluas dinamakan D- brane di mana D berasal dari syarat batas Dirichlet. D-brane merupakan permukaan di mana ujung-ujung string terbuka dapat mulai dan berakhir padanya. Jika materi dapat berada dalam sebuah brane yang memiliki tiga dimensi spasial, dimensi ekstra dapat berukuran besar. Model braneworld terinspirasi dari teori string, khususnya dari model Horava-Witten (Horava dan Witten, 1996). Dalam model braneworld materi dan medan-medan Standar Model dapat terlokalisasi pada brane sedangkan gravitasi berpropagasi di dalam dimensi lebih tinggi dari empat yang dinamakan bulk. Ini berarti bahwa gravitasi merupakan sebuah 1

2 interaksi dimensi tinggi dan hanya dapat dilihat sebagai teori efektif 4-dimensi pada brane. Sejauh ini belum ada teknologi yang dapat mengukur dimensi ekstra kompak berorde skala Planck. Tetapi jika dimensi ekstra berukuran besar, relatif terhadap skala Planck, ada kemungkinan dapat diamati dalam eksperimen collider bahkan juga dalam observasi kosmologi. Dalam ruang waktu 4-dimensi, ada dua skala energi fundamental yang cukup penting: skala elektrolemah, dan skala Planck (Planck scale), Model Standar fisika dapat menggambarkan kuantitas-kuantitas fisika hingga mencapai energi GeV. Pada skala Planck, gravitasi menjadi sama kuatnya dengan interaksi-interaksi Model Standar dan pada skala ini diperlukan sebuah teori graviasi kuantum. Mengapa perbedaan antara kedua skala ini sangat besar? Pertanyaan ini merupakan esensi dari masalah hirarki (hierarchy problem). Analisis yang cukup sederhana dari perbedaan yang cukup besar antara skala lemah dan skala Planck bahwa diantara rentang perbedaan tersebut terdapat kemungkinan terpopulasinya teori-teori baru, seperti supersimetri. Di atas skala perusakan supersimetri, masalah koreksi radiatif untuk massa Higgs secara teoretik dapat diselesaikan meskipun partikel Higgs sampai sejauh ini belum ditemukan. Ada pemecahan lain untuk masalah hirarki yaitu melalui model braneworld, dengan mengasumsikan bahwa hanya ada satu skala energi fundamental, skala lemah. Skala Planck yang cukup besar dipandang sebagai skala yang berasal dari dimensi ekstra dan menjadi skala efektif dalam 4- dimensi. Dengan kata lain, bagi pengamat yang geraknya dibatasi dalam sebuah braneworld yang dimasukkan dalam ruang-waktu bulk akan mengamati bahwa skala energi Planck merupakan skala efektif. Misalnya sebuah braneworld yang dimasukkan dalam ruang-waktu -dimensi, skala Planck -dimensi,, yang merupakan skala gravitasi kemudian diambil seorde dengan skala lemah. Untuk dimensi ekstra dengan menyatakan volume dari seluruh ruang kompak, skala Planck 4-dimensi efektif dinyatakan oleh m = M V n+ pl n. Dengan mengambil cukup besar maka skala energi yang cukup tinggi dapat diperoleh.

3 Pada bab tinjauan pustaka ini, dipaparkan perkembangan dari dimensi ekstra, braneworld dan aspek kosmologi dimensi ekstra. Pembahasan dimulai dari teori dimensi ekstra Kaluza-Klein dan menjelaskan bagaimana dimensi ekstra dapat menggabungkan dua buah interaksi. Model-model braneworld dan aspek kosmologi dimensi ekstra dibahas dalam konteks braneworld Randall-Sundrum. II. Teori Kaluza-Klein dan Dimensi Ekstra Kompak Dengan menambah satu dimensi dari tiga dimensi ruang yang telah diketahui, Kaluza dan Klein dapat menggabungkan gravitasi dan elektromagnetik. Tambahan satu dimensi ruang (dimensi ekstra) adalah berbeda dengan tiga dimensi yang lainnya. Dimensi ekstra dalam teori Kaluza-Klein membentuk sebuah ruang kompak dengan skala kompaktifikasi L. Misalnya, satu buah dimensi ekstra dapat berupa lingkaran dengan radius L. Untuk lebih dari satu buah dimensi ekstra, ruang ini dapat berupa bola dimensi tinggi atau torus. Secara umum, ruang-waktu (4 + n)-dimensi dalam pendekatan Kaluza-Klein memiliki sebuah geometri yang terdiri dari ruang-waktu Minkowski 4-dimensi, M 4, dan manifold kompak n-dimensi dari dimensi ekstra yang dinamakan manifold internal, X n. Secara simbolik dapat dituliskan sebagai: M 4 x X n. Implikasi pendekatan Kaluza-Klein adalah dinamika dalam ruang-waktu (4 + n)-dimensi setelah dikompaktifikasi menghasilkan ruang-waktu Minkowski 4-dimensi. Oleh sebab itu, geometri M 4 x X n adalah solusi dari persamaan Einstein (4 + n)-dimensi. Pada skala jarak yang lebih besar dari L, dimensi ekstra tidak dapat diamati. Berikut ini dibahas implikasi fisis dari dimensi ekstra kompak. Tinjau sebuah medan skalar dalam ruang-waktu (4 + 1)-dimensi dengan rapat Lagrangian diberikan oleh: 1 a L = Φ Φ. a (II.1) Disini a =,1,,3,5 dan medan Φ ( txy,, ) =Φ ( x, y), =,1,,3 bergantung pada koordinat 4-dimensi, x, dan juga koordinat dimensi ekstra, y (atau x 5 ). Dimensi ektra diasumsikan terkompaktifikasi pada sebuah lingkaran S 1 dengan 3

4 radius L, sehingga ruang-waktu (4 + 1)-dimensi memiliki geometri M 4 x S 1. Dalam ruang ini medan skalar adalah periodik terhadap y y+ π L: ( x Φ, y) =Φ ( x, y+ π L). (II.) Ekspansi harmonik dari medan skalar pada lingkaran adalah + / ( ) iny L Φ ( x, y) = φ x e, (II.3) n= di mana * φ ( x ) = ( x ). Substitusi ekspansi ini ke persamaan (II.1), rapat n φ n lagrangian dapat dinyatakan kembali sebagai berikut: + 1 nm L = φ φ φ φ nm, = L Dan dalam bentuk aksi dapat dinyatakan oleh S = d x dyl= d x + n i( n+ m) y/ L n m n m e. (II.4) π L 4 π + L 4 * n φn φn φ * nφn n= L. (II.5) Aksi di atas mengandung sejumlah tak hingga medan-medan 4-dimensi, φ ( x ). Untuk mempelajari sifat-sifat dari medan ini, diperkenalkan notasi Sehingga aksi (II.5) menjadi ϕ π φ. (II.6) L n * k * S = d x ϕ ϕ d x φk φk k k + k = 1 L φ φ. (II.7) Hasil spektrum dari teori yang dikompaktifikasi terdiri dari sebuah medan skalar tak-bermassa (massless) yang dinamakan modus nol, yaitu ϕ, sejumlah tak hingga medan-medan skalar kompleks bermassa dengan massa berbanding terbalik dengan radius kompaktifikasi, m n = k / L. k Semua keadaan ini dinamakan dengan modus Kaluza-Klein. Pada energi rendah, yaitu ketika E << 1/L, hanya modus nol menjadi penting sedangkan pada energi tinggi E >>1/L semua modus Kaluza-Klein menjadi penting. Ini berarti bahwa jika dikompaktifikasi pada radius yang sangat kecil, maka medan-medan tak bermassa menjadi medan efektif dalam teori 4-dimensi. Keberadaan dimensi 4

5 ekstra hanya dapat diamati ketika modus-modus bermassa tereksitasi dan diperlukan energi yang cukup besar untuk terjadi eksitasi. Selanjutnya ditinjau gravitasi dalam ruang-waktu (4 + 1)-dimensi dan bagaimana gravitasi 4 dimensi dapat digabungkan dengan elektromagnetik melalui gravitasi 5-dimensi. Gravitasi dapat dijelaskan secara klasik melalui teori relativitas umum Einstein. Dalam teori tersebut, materi meyebabkan alam semesta melengkung dan partikel-partikel bergerak sepanjang geodesik dalam geometri melengkung ini. Jika materi digambarkan oleh tensor energi-momentum 4-dimensi,, dan adalah konstanta Newton, maka (II.8) dengan, dan berturut-turut menyatakan metrik, skalar Ricci dan tensor Ricci. Dengan menggunakan prinsip variasi, persamaan Einstein (II.8) dapat diturunkan dari aksi Einstein-Hilbert, (II.9) di mana dan (II.1) Sedangkan medan-medan materi dinyatakan oleh aksi. Sementara itu, persamaan Maxwell untuk sebuah potensial gauge, terkopel dengan sebuah sumber arus elektromagnetik,, diberikan oleh, yang (II.11) (II.1) Disini adalah tensor medan elektromagnetik dan adalah permeabilitas vakum. Persamaan (II.11) dapat diturunkan dari aksi berikut (II.13) di mana (II.14) 5

6 Jika persamaan (II.9) dan persamaan (II.13) digabungkan, maka diperoleh teori Einstein-Maxwell untuk gravitasi yang terkopel dengan sebuah medan elektromagnetik. Ide Kaluza dan Klein adalah meninjau gravitasi murni dalam 5- dimensi dan mengabaikan suku materi. Aksi dalam 5-dimensi yang ditinjau adalah (II.15) Metrik 5-dimensi dinyatakan oleh dan adalah skalar Ricci 5-dimensi. Seperti juga dalam contoh sebelumnya dimensi ekstra ruang dikompaktifikasi pada lingkaran,. Dengan mengekspansi metrik sebagai deret Fourier dengan bentuk (II.16) Maka dapat diperoleh sejumlah tak hingga medan-medan dalam 4-dimensi. Modus n terkait dengan medan-medan bermassa, n/l, sedangkan modus nol terkait dengan medan-medan tak-bermassa. Jika L diambil sangat kecil maka massa dari medan-medan bermassa sangat besar. Ini berarti bahwa jika skala kompaktifikasi sangat kecil, dimensi ekstra dapat diamati melalui eksitasi medanmedan bermassa. Selanjutnya tinjau untuk modus nol,, dan definisikan komponen-komponen metrik 5-dimensi,, dan, dalam ungkapan medan-medan 4-dimensi,, dan. Secara eksplisit dapat diberikan oleh komponen-komponen berikut: (II.17) di mana dan. Metrik yang diberikan oleh persamaan (II.17), diinterpretasikan sebagai foton, adalah medan skalar dilaton dan adalah graviton. Dengan hanya meninjau medan-medan tak bermassa, maka integrasi terhadap dari persamaan aksi (II.15), menghasilkan aksi efektif 4- dimensi yang diberikan oleh (II.18) 6

7 Jadi melalui teori gravitasi 5-dimensi dapat diperoleh teori gravitasi efektif 4- dimensi, elektromagnetik dan sebuah medan skalar dilaton. Jika metode kompaktifikasi Kaluza-Klein digunakan untuk mereduksi sebuah teori -dimensi untuk menghasilkan teori 4-dimensi, maka kompaktifikasi pada n-dimensi manifold berbeda, secara umum akan menghasilkan teori efektif yang berbeda dalam 4-dimensi, dengan asumsi bahwa manifold tersebut sangat kecil dan kompak. Meskipun teori Kaluza-Klein berhasil menggabungkan gravitasi dan elektromagnetik, belum dapat menjelaskan mengapa gravitasi lebih lemah dari elektromagnetik dan mengapa dimensi ekstra sangat kecil dan tidak mengeksitasi modus-modus bermassa. Hanya dengan mengambil modus nol yang menghasilkan teori effektif dalam 4-dimensi. Pasal berikut ini mejelaskan alternatif kompaktifikasi Kaluza-Klein di mana dimensi ekstra dapat berhingga, tidak-berhingga dan melengkung melalui model braneworld. II.3 Braneworld dan Dimensi Ekstra II.3.1 Model Horava-Witten Adannya kemungkinan dimensi ekstra non-planckian pertama kali diperkenalkan oleh Horava dan Witten (1996) melalui teori string heterotik E 8 E 8 yang merupakan limit energi rendah dari teori supergravitasi 11-dimensi. Dalam model Horava-Witten, dimensi ke-11 adalah kompak dan periodik: x 11 [ π R, π R] dan memenuhi simetri : x 11 x. Pada titik-titik tetap orbifold, x = dan x = π R terdapat batas-batas yang dinamakan brane-orbifold, dengan ruangwaktu 1-dimensi. Pada batas-batas tersebut terdapat medan-medan gauge yang tidak dapat keluar menuju bulk. Kedua batas tersebut saling berinteraksi melalui gravitasi. Dibandingkan dengan ide awal dari teori string bahwa dimensi ekstra berorde skala Planck, dalam model Horava-Witten, besarnya skala orbifold, Lor 1 ~ π R, lebih besar dari enam dimensi ekstra yang lain, L ~ M yang CY pl dikompaktifikasi dalam manifold Calabi-Yau: L or > L CY. Ketika L or > 1 M pl dipenuhi, maka ruang-waktu efektifnya adalah 5-dimensi. Lukas, dkk., (1999) 7

8 merealisasi model Horava-Witten pada energi rendah dalam 5-dimensi dan solusi kosmologi juga telah diperoleh (Reall, 1999). Di dalam model Horava-Witten, ruang bulk 11-dimensi terdiri dari supermultiplet graviton sedangkan supermultiplet Yang-Mills berada pada masing-masing batas 1-dimensi. Aksi bagian bosonik diberikan oleh Lukas, dkk., (1999): di mana S = S + S, (II.19) SUGRA 11 SSUGRA = d x g 11 R+ CIJKL κ11 4 M 11 YM 1 1 G C G G I1 I11 + ε II 1 I3 I4III III 8 9 1I IJKL, (II.) /3 κ 1 (1) 1 ( ) 11 π trr (1) M SYM = d x g tr F 8πκ 4 11 /3 1 κ 1 () 1 d x g 1 tr( F ) trr 8πκ 4π. (II.1) () M1 Disini F adalah medan-medan gauge E 8 dan adalah 3-form dengan kuat () i IJ C IJK medan diberikan oleh G = 4 C. Di dalam makalah Horava dan Witten IJKL [ I JKL] (1996) suku trr tidak ada. Suku ini ditambahkan oleh Lukas, dkk., (1999) agar aksi di atas konsisten dengan supersimetri. Ansat metrik untuk mereduksi teori 11-dimensi menjadi 5-dimensi adalah di mana V ˆ ( ) MN ˆˆ( ) /3 M M N 1/3 M Mˆ Nˆ 11 MN ds = V g x dx dx + V Ω z dz dz, (II.) = e φ adalah sebuah medan moduli yang menyatakan volume dari ruang Calabi-Yau, x M koordinat dalam ruang Calabi-Yau dengan metrik adalah koordinat ruang-waktu 5-dimensi, z ˆM adalah Ω MN ˆˆ. Proses penurunan secara lengkap dari aksi 11-dimensi menjadi 5-dimensi dapat dilihat pada makalah Lukas, dkk., (1999). Hasilnya adalah teori supergravitasi N = 1 5-dimensi terkopel dengan supermultiplet gauge 4-dimensi, secara simbolik diberikan oleh persamaan (I.). 8

9 Aksi efektif 5-dimensi yang diturunkan dari aksi 11-dimensi persamaan (II.19) adalah ( ) φ M 1 S5 = d x g R φ e Mς ς α e κ φ 4 φ + d x hαe d x h αe κ κ, (II.3) dengan α adalah konstanta, h ν dan h ν adalah metrik-metrik induksi pada φ masing-masing batas dan ς adalah medan skalar kompleks: ς i e ρ + = θ. Solusi kosmologi dari model HW ditinjau oleh (Reall, 1999) dengan metrik 5- dimensinya diberikan oleh ds = e dτ + e ds + e dy, (II.4) U( t, y) A( t, y) B( t, y) 3 di mana φ = φ(, ty), ρ = ρ(, ty). (II.5) Melalui pemisahan variabel, U( t, y) U ( t) U ( y) = + dan seterusnya diperoleh 1 solusi-solusi dari komponen metrik hanya bergantung pada koordinat y: e = e = a H, e = b H, A U 1/ B ( ) =, ς = + ς, φ 3 iθ 4 e bh e dh (II.6) H( y) = α y + c, (II.7) 3 di mana a, b, d, ς, c adalah konstanta-kontanta. Persamaan-persamaan medan untuk solusi bergantung waktu dapat diperoleh dengan mengasumsikan bahwa B e 1 φ e 1 U = dan sebuah gauge e 1 = konstan. Solusi untuk faktor skala pada brane dan solusi untuk medan skalar 1 e φ U1 dalam waktu comoving dt p 3 4 () =, = 1, q =, = ( 1± 3 ), 11 A1 e a t Pt t p B1 φ1 e e Qt t q = e dτ adalah (II.8) dengan P, Q dan t adalah konstanta-konstanta. Dari solusi-solusi yang diperoleh A di atas, 1 B1 e menentukan ukuran dari worldvolume brane dan e menentukan besarnya skala orbifold. Karena besarnya skala orbifold berubah terhadap waktu, 9

10 maka jarak antara brane juga berubah. Stabilisasi dari model ini kemudian ditinjau oleh Huey, dkk., (). II.3. Mekanisme Lokalisasi Ide bahwa alam semesta dapat direalisasikan sebagai sebuah hypersurface di dalam ruang-waktu dimensi tinggi telah banyak dikaji dalam kerangka kerja relativitas umum. Aplikasi ide ini dalam fisika partikel pertama kali dikerjakan oleh Akama (198) dan juga oleh Rubakov dan Shaposhnikov (1983) dengan menunjukan sebuah mekanisme lokalisasi di dalam braneworld. Berikut ini diberikan contoh bagaimana medan-medan dapat terlokalisasi pada brane. Tinjau sebuah medan skalar dalam 5-dimensi dengan rapat Lagrangian diberikan oleh 1 λ = Φ Φ Φ, (II.9) 4 a L a ( v ) yang invarian terhadap transformasi : invarian, yaitu terhadap dua vakum Φ Φ, tetapi vakumnya tidak Φ =± v dapat bertukar. Karena itu simetri rusak secara spontan. Sebagaimana telah ditunjukan oleh Rubakov dan Shaposhnikov (1983), ada solusi domain wall dengan persamaan gerak klasik medan skalar adalah λv Φ kls = vtanh y vtanh( m y ). (II.3) Karena solusi ini transversal terhadap domain wall maka dapat dibayangkan bahwa worldvolume-nya memiliki koordinat ruang 3-dimensi, yang kemudian disebut 3-brane. Tegangan dari wall merupakan rapat energi permukaan yang kls kls dengan H adalah Hamiltonian didefinisikan oleh σ = dyh ( Φ ) = dyt ( Φ ) dan T adalah komponen-() dari tensor energi-momentum. Tegangan brane kemudian diperoleh σ ~ 3 m 3/ 3 ~ λ v λ. (II.31) 3

11 Sesuai dengan ide braneworld, eksitasi dari medan-medan dapat diidentifikasi oleh partikel-partikel Model Standar. Spektrum perturbasi dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan gerak yang dilinearkan untuk medan skalar, ( x Φ, y) =Φ ( y) + δφ( x, y). (II.3) kls Kemudian persamaan gerak 5-dimensi memiliki solusi: dφkls δφ ( x, y) = ( x ) dy ρ, (II.33) dengan ρ adalah medan 4-dimensi yang memenuhi persamaan gerak ρ =, (II.34) Jadi ρ adalah fungsi gelombang dari sebuah medan skalar tak bermassa yang berada di dalam ruang-waktu 4-dimensi. Fungsi gelombang ini sebanding dengan dφ kls / dy dan lenyap di luar brane. Akibatnya medan skalar tak bermassa terlokalisasi pada brane. Untuk medan fermion, tinjau medan fermion 5-dimensi Ψ yang terkopel dengan medan skalar Φ dalam sebuah interaksi Yukawa a LΨ i a h = ΨΓ Ψ ΦΨΨ. (II.35) Persamaan gerak medan fermion adalah a iγ Ψ hφ Ψ=. (II.36) a kls Persamaan ini memiliki sebuah solusi yang dapat dinormalisasi dalam ungkapan modus chiral tak bermassa 4-dimensi, χ L, dengan y Ψ N( x, y) = exp hφkls( z) dz χl( x ), (II.37) i χ, χ ( 1 γ ) 5 Γ L = L = χ. (II.38) Dari ungkapan di atas dapat dilihat bahwa fungsi gelombang dari modus ini lenyap diluar brane. Sehingga modus chiral 4-dimensi adalah terlokalisasi pada brane. 31

12 II.3.3 Skenario ADD dan Dimensi Ekstra Besar Model fenomenologi untuk merealisasikan konsep braneworld dengan dimensi ekstra besar dan bertujuan untuk menyelesikan masalah hirarki pertama kali dikaji oleh Arkani-Hamed, dkk., (1999) yang dinamakan model Arkani-Hamed- Dimopoulos-Dvali yang disingkat dengan model ADD. Model ADD menggabungkan ide braneworld dan kompaktifikasi Kaluza-Klein dengan skenario sebagai berikut: Partikel-partikel model standar terlokalisasi pada sebuah 3-brane, sedangkan gravitasi dapat berpropagasi dalam (4+n)-dimensi. Skala gravitasi fundamental adalah M dan skala Model Standar berukuran TeV. n buah dimensi ekstra terkompaktifikasi dengan ukuran karakteristik yang sama, L. Aksi dari model ADD diberikan oleh di mana 4 L n 4 MS ( Ψ ), (II.39) + n M SADD = d x d y GR( G) + d x hl G MN adalah metrik (4+n)-dimensi, h ν adalah metrik induksi pada brane dan L MS adalah Lagrangian Model Standar. Bagian gravitasional dari aksi (II.39) dapat direduksi melalui prosedur Kaluza-Klein menjadi aksi 4-dimensi + n L + n n 4 n 4 M M L ( ) d x d y GR G d x hr h n + n + n pl ( ). (II.4) Sehingga hubungan antara massa Planck 4-dimensi m pl dan massa Planck (4+n)- dimensi adalah m = L M V M. (II.41) Dari persamaan ini dapat dipahami bahwa untuk memperoleh massa Planck yang jauh lebih besar daripada skala gravitasi fundamental, M, ukuran dimensi ekstra haruslah cukup besar dibandingkan dengan panjang fundamental, M = m EW, maka besarnya dimensi ekstra diberikan oleh / n 3 17 n M 1. Jika M pl L= Lew ~1 cm. (II.4) M ew 3

13 Sebagai contoh, untuk satu buah dimensi ekstra, n =1, diperoleh L ~ 1 13 cm yang merupakan daerah kerja dari hukum Newton dalam sistem surya. Ukuran dimensi ekstra cukup besar dalam hal ini dan gravitasi 5-dimensi tidak diamati, jadi skala ini tidak dapat diterima. Untuk n makin besar ukuran dimensi ekstra makin kecil. Kasus yang menarik adalah untuk dua buah dimensi ekstra, n =, yang menghasilkan dimensi ekstra L ~ 1 mm. Eksperimen gravitasi tidak pernah dilakukan pada skala yang lebih kecil dari sub millimeter, oleh sebab gravitasi pada skala ini mungkin berbeda dengan gravitasi 4-dimensi. Untuk n = 6, besarnya dimensi ekstra sekitar 1-14 cm dan lebih besar dari panjang Planck, 1-33 cm. Ini berarti bahwa efek dimensi ekstra terhadap gravitasi dapat diungkap dari skala sub millimeter sampai skala inti atom. Dalam model ADD, potensial gravitasional oleh massa m diberikan oleh + mr n n. (II.43) n= r V() r = Gm Ψ ( y = ) Fungsi Ψ ( y = ) menyatakan modus KK ke-n pada posisi brane, y =, dan n e mn = n / L. Jika r >> L maka dari persamaan (II.43) gravitasi menjadi 4-dimensi m V() r = G. (II.44) r Dalam limit yang berlawanan, pada jarak yang lebih pendek dari ukuran dimensi ekstra, r << L, keberadaan dimensi ekstra dapat diamati melalui modifikasi potensial gravitasional yang diberikan sebagai berikut V() r M m r ( + n) =, (II.45) 1+ n yaitu memenuhi hukum interaksi gravitasional (4 + n)-dimensi. Model ADD dapat menyelesaikan masalah hirarki dan gravitasi dimodifikasi pada skala sub millimeter. Model ini telah memotivasi untuk mengukur gravitasi pada skala yang sangat kecil (Hoyle, dkk., 1; Long, dkk., 3). Meskipun berhasil memecahkan masalah hirarki massa, model ini memunculkan hirarki baru antara skala elektrolemah dan skala kompaktifikasi. Jika diasumsikan massa Planck fundamental disekitar skala energi elektrolemah 1 TeV, skala panjang dimensi 33

14 ekstra masih lebih besar dari skala panjang elektrolemah. Misalnya untuk n = 6, L ~ 1-14 cm >> L elektrolemah ~ 1-19 cm yaitu ada masalah hirarki skala. II.4 Dimensi Ekstra Lengkung dan Model Randall-Sundrum (RS) Di dalam sub bab ini ditinjau model braneworld yang lebih populer yaitu model Randall-Sundrum (RS). Seperti juga dalam model-model yang telah dibahas sebelumnya, alam semesta merupakan sebuah brane di dalam ruang-waktu 5- dimensi dengan simetri refleksi sepanjang dimensi ekstra dan medan-medan gauge Model Standar terlokalisasi pada brane. Randall dan Sundrum (1999) memberikan solusi alternatif dalam permasalahan hirarki skala. Dalam model RS, sebuah hirarki eksponensial dari skala massa muncul tanpa perlu dimensi ekstra berukuran besar. Ini karena latar belakang solusi dari persamaan gerak adalah sebuah metrik non-factorizable. Dalam teori Kaluza-Klein, geometrinya digambarkan oleh sebuah metrik factorizable yaitu metrik 4-dimensi tidak bergantung pada koordinat dimensi ekstra. Untuk metrik non-factorizable bagian metrik 4-dimensi dikalikan oleh sebuah fungsi, dinamakan dengan faktor kelengkungan (warped factor), yang bergantung pada dimensi ekstra. II.4.1 RS I dan Masalah Hirarki Pada model RS I, ada dua buah 3-brane yang dimasukkan dalam ruang waktu bulk Anti-de Sitter 5-dimensi. Dimensi ekstra terkompaktifikasi pada orbifold sehingga struktur geometri ruang-waktu bulk 5-dimensi adalah M 4 dan diparameterisasi oleh koordinat (, x φ ) di mana φ memiliki interval [ π, π ]. Titik-titik tetap (fixed points) orbifold berada pada φ = dan φ = π yang tidak lain merupakan posisi dari kedua 3-brane. Brane yang memiliki tegangan positif ( ) σ +, dinamakan hidden brane (atau brane Planck), ditempatkan di φ = dan ( ) brane yang memiliki tegangan negatif σ, dinamakan visible brane (atau brane Model Standar), ditempatkan di φ = π. Dalam RS I, medan-medan Model Standar terlokalisasi pada brane yang memiliki tegangan negatif. Aksi dari model RS I diberikan oleh S = S + S + S, (II.46) ( + ) ( ) grav brane brane 34

15 di mana 1 Sgrav d x d g R κ π 4 = φ ( Λ), (II.47) π + ( ) ( + ) 4 ( + ) ( + ) ( ) Sbrane = d x h L σ, (II.48) ( ) ( ) 4 ( ) ( ) ( ) Sbrane = d x h L σ. (II.49) Di dalam persamaan di atas g menyatakan metric bulk dan induksi pada brane ( ) h ± ( + ) a b ( ) a b ν = δ δν ab (, φ = ), ν = δδν ab (, φ =π) h g x h g x adalah metrik. (II.5) Untuk memperoleh solusi persamaan gerak, metrik 5-dimensi lengkung yang mempertahankan invarian Poincare 4-dimensi adalah ds e dx dx r d A ( φ ) ν = ην + c φ. (II.51) Koordinat φ dapat diskala ulang untuk menghilangkan koefisien r c yang merupakan karakteristik dari radius kompaktifikasi dimensi ekstra. Dengan metrik (II.51) persamaan Einstein 5-dimensi menjadi persamaan diferensial biasa untuk faktor lengkung A: A = Λ. (II.5) 1 r 6 c κ A = +. (II.53) ( ) ( + ) r σ δ( φ) σ δ( φ π) 3 c Disini aksen menyatakan turunan terhadap φ. Solusi dari persamaan (II.53) adalah Λ A= rc φ rc φ k, Λ<, (II.54) 6 di mana 1/ k = ( Λ/6) adalah sebuah skala yang berorde skala Planck 5-dimensi dan φ, π < φ < φ =, (II.55) φ, < φ < π. Kondisi Λ< menyatakan bahwa ruang-waktu 5-dimensi adalah Anti-de Sitter. Dengan mengambil turunan kedua terhadap φ solusi (II.54) ( ) ( ) A = kr c δ φ δ φ π, (II.56) 35

16 dan membandingkan persamaan ini dengan persamaan (II.53) maka diperoleh ( + ) ( ) 6 Λ σ σ di mana l adalah skala kurvatur bulk, 6 1 = = =, (II.57) κ 6 κ l k = l 1, dan 6 Λ=, (II.58) l Persamaan (II.57) menyatakan sebuah ketertalaan antara tegangan brane dengan konstanta kosmologi bulk. Sebagaimana dibahas pada Bab IV, ketertalaan mengakibatkan konstanta kosmologi pada brane menjadi lenyap. II.4. Pemecahan Masalah Hirarki Untuk memecahkan Masalah hirarki, skala Planck 4-dimensi efektif,, dinyatakan dalam skala 5-dimensi M, k dan r c. Ini dilakukan untuk mengidentifikasi teori efektif energi rendah 4-dimensi sebagai akibat dari fluktuasi graviton tak bermassa. Secara prinsip, untuk menyatakan kuantitaskuantitas 5-dimensi dalam ungkapan kuantitas-kuantitas 4-dimensi dilakukan dengan meninjau fluktuasi medan-medan tak bermasa di dalam brane, seperti medan radion (Charmousis, dkk., ). Namun ini tidak akan mempengaruhi hasil perhitungan skala Planck 4-dimensi efektif,, secara langsung (Pilo, dkk., ). Dengan menyisipkan metrik Minkowski 4-dimensi terganggu ( ) η ( ) h x = + f x, (II.59) ν ν ν ke persamaan aksi (II.46) maka diperoleh sebuah aksi efektif eff π 4 3 krc φ φ c ( ) S = d x d M re hr h π +, (II.6) Pada persamaan (II.59) metrik f ν menyatakan graviton fisis dalam teori efektif 4-dimensi dan merupakan modus tak bermassa dari dekomposisi Kaluza-Klein. R( h ) adalah skalar Ricci yang dibangun dari metrik h ν di dalam persamaan (II.6). Dengan mengintegrasi aksi efektif (II.6), diperoleh hubungan antara massa Planck 4-dimensi m pl dan massa Planck 5-dimensi M, 36

17 π 3 c π M mpl = M r d e = e k ( 3 krcφ krcπ φ 1 ). (II.61) Dapat dilihat bahwa kebergantungan massa Planck m pl cukup lemah terhadap skala kompaktifikasi oleh peredaman eksponensial. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa untuk setiap parameter massa m eff pada brane yang memiliki tegangan negatif dihubungkan dengan massa fundamental m melalui kr m c eff e π m =. (II.61) Jika kr c ~ 1, massa fisis skala elektrolemah m EW dapat dihasilkan dari skala Planck fundamental. Dari tinjauan ini, lemahnya gravitasi merupakan efek geometri dari faktor kelengkungan yang mengalikan metrik induksi pada brane bertegangan negatif. II.4.3 RS II dan Alternatif Kompaktifikasi Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, di dalam sebuah braneworld medanmedan Model Standar terlokalisasi pada brane (Rubakov dan Shaposhnikov, 1983, Akama, 198), sedangkan gravitasi dapat berpropagasi dalam dimensi ke-5. Untuk memperoleh teori gravitasi 4-dimensi dengan tidak melanggar hukum gaya gravitasional Newton yang telah dibuktikan secara eksperimen mm, maka dimensi ekstra dapat dipandang sangat kecil dan kompak, dengan skala massa atau energi berada diantara modus tak-bermassa graviton dan modus bermassa Kaluza-Klein. Hal ini untuk menjamin bahwa gravitasi dapat berperilaku dalam 4-dimensi. Sebagaimana telah dipelajari sebelumnya, di dalam model braneworld dimensi ekstra dapat berukuran besar dan gravitasi berperilaku dalam 5-dimensi. Ini tentunya melanggar hukum Newton. Model kedua dari Randall dan Sundrum dapat memecahkan masalah ini meskipun dimensi ekstra dibuat tak berhingga dan tetap menghasilkan hukum Newton pada brane. Ini adalah akibat dari konstanta kosmologi negative pada bulk. Model braneworld RS II tidak menyelesaikan masalah hirarki namun lebih memberikan gambaran terhadap perilaku gravitasional dalam 4-dimensi. 37

18 Model braneworld RS II dapat diperoleh dari model braneworld RS1 dengan memperbesar jarak antara kedua brane sampai pada tak hingga dan hanya brane yang memiliki tegangan positif yang ditinjau. Brane yang memiliki tegangan negative bekerja sebagai regulator. Dalam kasus ini metrik yang mempertahankan simetri : y y dan invarinsi Poincare 4-dimensi diberikan oleh ( ) ds e dt dx dx dy e dx dx dy A ( y ) i A ( y ) ν = + i + η ν +. (II.6) Di sini dimensi ekstra tidak kompak dan diparametrisasi oleh koordinat y sebagai pengganti φ. Dengan menghilangkan aksi brane yang memiliki tegangan negatif (II.46), persamaan Enstein 5-dimensi menjadi 1 A = Λ. (II.63) 6 κ σ ( + ) Solusi umum persamaan (II.63) adalah ( y) A = δ. (II.64) 3 Λ y+ A = ky+ A, y >, 6 Ay ( ) = Λ + y + A =+ ky + A, y <. 6 Dari solusi ini ada singularitas koordinat di tak-hingga y ± (II.65) dan singularitas fungsi delta di y =. Kontanta integrasi A dapat dihilangkan melalui transformasi koordinat pada brane. Untuk sistem satu buah brane tegangan dari brane diberikan oleh ( ) 61 σ + =, (II.66) κ l Dengan mengambil fluktuasi pada metrik Minkowski 4-dimensi seperti RS I maka massa Planck 4-dimensi menjadi y 3 M 3 ky ky ( 1 ) mpl = M dye = e k, (II.67) di mana y adalah skala karakteristik dari dimensi ekstra. Massa Planck 4-dimensi masih berhingga meskipun diambil y. Ini menunjukan bahwa graviton tak bermassa terikat terhadap brane dan bagi pengamat pada brane gravitasi 5-38

19 dimensi terlihat sebagai gravitasi efektif 4-dimensi. Namun demikian, masih perlu untuk menentukan spektrum dari fluktuasi metrik (II.6), (, ) ky gν e ην fν x y +. (II.68) Untuk mengetahui modus-modus Kaluza-Klein yang muncul dalam teori efektif 4-dimensi dapat dilakukan melalui reduksi Kaluza-Klein. Melalui pemisahan variablel (, ) ψ ( ) f x y y e ν ipx = di mana p = m maka fluktuasi pada metrik menghasilkan persamaan gelombang m ky 1 e y kδ ( y ) k ψ ( ) + y =. (II.69) Garriga dan Tanaka () telah menunjukan bahwa solusi modus nol dari persamaan ini adalah graviton 4-dimensi tak bermassa yang terlokalisasi pada brane. Analisis selanjutnya juga ditunjukan bahwa keadaan-keadaan bermassa m > menghasilkan suku koreksi terhadap potensial Newton, mm l 1 () = GN 1+ 3 r r. (II.7) V r Jika kelengkungan dari ruang AdS sangat kuat, yaitu jika k sangat besar, maka diperoleh potensial Newton yang telah dikenal pada brane. Sebaliknya jika sangat kecil maka potensial yang diperoleh adalah potensial 5-dimensi. Hukum Newton dalam ruang-waktu (4+n)-dimensi telah dikaji oleh Ito (). Hukum Newton 4- dimensi telah diuji pada skala sub milimeter, sehingga parameter l terkendala sebagai berikut l.1 mm~ 1 GeV (II.71) II.5 Braneworld Dvali-Gabadadze-Porrati (DGP) Skenario braneworld yang lain diperkenalkan oleh Dvali, dkk., (). Dalam model ini hanya ada satu buah brane seperti model RS II dengan ruang bulk adalah Minkowski tanpa konstanta kosmologi bulk, Λ 5 = serta tidak ada tegangan brane. Gravitasi standar dapat diperoleh pada skala yang lebih kecil dari r c skala crossover,. Untuk skala yang lebih besar dari skala ini, gravitasi adalah 5- dimensi. Model DGP dapat menggambarkan kosmologi standar pada awal 39

20 semesta (Deffayet, 1) dan menjelaskan percepatan alam semesta saat ini tanpa energi gelap (Deffayet, dkk., ). Model ini tidak bertujuan untuk menyelesaikan masalah hirarki. Ide dari model DGP adalah melokalisasi gravitasi dengan memasukan suku kurvatur (skalar Riccci 4-dimensi) induksi pada brane. Dari sudut pandang bulk suku ini sebagai sebuah sumber dan bekerja sebagai suku kinetik 4-dimensi untuk graviton 5-dimensi. Suku ini ditambahkan by hand tetapi tidak merusak simetri Poincare 4-dimensi. Gravitasi terinduksi pada brane merupakan koreksi loop kuantum dari interaksi antara suku sumber yang terlokalisasi pada brane dan graviton. Aksi dari braneworld DGP diberikan oleh 3 M5 4 M4 4 SDGP = d x dy g5r5 + d x hr+ d 4 xlmat. (II.7) Dapat dianalisis bahwa aksi pada suku-suku gravitasi saling berkompetisi. Ketika suku gravitasi 4-dimensi dominan, pengamat pada brane akan merasakan gravitasi 4-dimensi. Ketika suku gravitasi 5-dimensi menjadi dominan, gravitasi keluar menuju dimensi ekstra dan interaksi gravitasi masuk dalam daerah bulk 5-dimensi. Potensial gravitasi yang dihasilkan antara dua buah sumber statik pada brane sama seperti potensial gravitasi 4-dimensi V ~1/ r untuk jarak r: M << r << r. 1 5 c Sedangkan gravitasi menjadi 5-dimensi V skala crossover yang didefinisikan oleh ~1/ r pada skala yang lebih besar dari r c M =, (II.73) M di mana M 5 adalah skala Planck 5-dimensi dan M 4 adalah skala Planck 4- dimensi. Jika skala crossover dipilih disekitar radius Hubble H 5 ( r 1 cm) maka skala Planck fundamental 5-dimensi dapat memilki nilai M 5 ~ 1 1 MeV (Dvali, dkk., ). 1 c II.6 Kosmologi Braneworld Kosmologi braneworld 1) secara bebas dikembangkan pertama kali oleh Binetruy, dkk., () dan secara signifikan ditemukan bahwa berbeda dengan kosmologi 1) Kajian ulang kosmologi braneworld dapat dilihat pada: Langlois (3), Maartens (4), Brax (4) dan Davis (5). 4

21 standar. Persamaan Friedman pada brane menjadi termodifikasi. Pada energi tinggi parameter Hubble sebanding dengan rapat energi. H ρ, sedangkan dalam kosmologi standar, H ρ 1/. Deffayet, dkk., (1) mengkaji model braneworld ADD dan menemukan bahwa ada suatu fasa percepatan disebabkan oleh sumber yang berasal dari suku kurvatur. Dalam solusinya, transisi ke sebuah percepatan alam semesta 4-dimensi dapat diatur dalam sebuah alam semesta datar, jika skala gravitasi fundamental dipilih sedemikian sehingga parameter kritis dari model, r c berbanding terbalik dengan parameter Hubble, r c H -1. Hasil ini sesuai dengan data pengamatan dari Supernovae (Riess, dkk., 1998) dan pengukuran konstanta kosmologi (Perlmutter, dkk., 1999). Pada pasal berikut ini dikaji aspek kosmologi dalam ruang-waktu 4-dimensi dan dibandingkan dengan hasil perhitungan yang diperoleh dalam konteks braneworld. II.6.1 Kosmologi 4-dimensi: Hasil Relativitas Umum Dalam model kosmologi standar, alam semesta diasumsikan homogen dan isotropik pada skala besar. Metrik yang sesuai untuk menggambarkan model ini adalah metrik Friedmann-Robertson-Walker (FRW), 1 ds = dt + a () t dr + r dθ + r sin θdφ 1 kr, (II.74) dengan a(t) adalah faktor skala alam semesta dan k adalah kurvatur spasial, k =, ±1 yang menentukan geometri alam semsta. Persamaan Einstein dalam relativitas umum diberikan oleh G = Λ h + κ T. (II.75) ν ν 4 ν Untuk Λ= dan κ = πg diperoleh tensor Riemann 4 8 N 1 Rν 8π G = Tν hνt. (II.76) Selanjutnya, tinjau sebuah fluida ideal dengan tensor energi-momentum di mana U adalah kecepatan-4: T = ( ρ + P) U U + Ph, (II.77) ν ν ν 41

22 U dx =, U U = 1, (II.78) ds Sehingga trace dari tensor energi-momentum menghasilkan T = ρ + 3P, (II.79) Rapat energi ρ dan tekanan P diukur dalam kerangka diam fluida. Dalam koordinat komoving yangmana fluida adalah diam, kecepatan-4 diberikan oleh U = ( 1,,,). (II.8) Dari persamaan kekekalan energi, evolusi dari rapat energi digambarkan oleh persamaan kontinuitas a ρ + 3 ( ρ + P) =. (II.81) a Jika persamaan keadaan dari fluida ideal dinyatakan oleh P = ωρ, (II.8) dengan ω adalah konstan, maka persamaan (II.81) menjadi Solusi persamaan ini adalah d 3(1 + ω) ρa = dt. (II.83) ρ ρ a = a Komponen waktu tensor Ricci (II.76) adalah Sedangan dari metrik (II.48) diperoleh ( ω) 31+ ( ρ ). (II.84) R = 4πG + 3P. (II.85) tt R tt a = 3. (II.86) a Persamaan-persamaan (II.85) dan (II.86) menghasilkan persamaan Friedmann a 4π G = + a 3 ( ρ 3P). (II.87) Untuk setiap jenis materi yang memiliki persamaan keadaan (II.8), ruas kanan persamaan (II.87) selalu negatif. Dari observasi, alam semesta adalah mengembang saat ini, yang berarti bahwa turunan kedua dari faktor skala harus positif dan memenuhi ketidaksamaan ρ + 3P <. Bentuk materi yang memiliki persamaan keadaan ω < 1/3 adalah relevan untuk menjelaskan hal ini. 4

23 Sifat isotropik dari alam semesta dapat ditinjau dari komponen θθ tensor Ricci, Komponen spasial persamaan (II.76) adalah R = ( aa + a + k) r θθ. (II.88) ( ρ ) Sehingga komponen θθ tensor Ricci diberikan oleh R = 4πG P h. (II.89) ij ( ) Rθθ πg ρ P a ij = 4 r. (II.9) Maka persamaan-persamaan (II.88) dan (II.9) menghasilkan a 8π G k = ρ. (II.91) a 3 a Jika konstanta kosmologi ada pada persamaan medan Einstein persamaan Friedmann menjadi a 4π G Λ = ( ρ + 3P) +, (II.9) a 3 3 H 8π G k Λ = ρ +. (II.93) 3 a 3 Parameter Hubble didefinisikan oleh H a / a. Dengan mengabaikan nilai yang cukup kecil k/ a H (sesuai dengan observasi bahwa alam semesta mendekati geometri datar, Bennett, dkk., 3) dan juga mengabaikan konstanta kosmologi, maka persamaan Friedmann memiliki solusi a t 3(1 +ω) = a t, (II.94) Persamaan-persamaan (II.9) (II.94) adalah persamaan Friedmann yang menggambarkan dinamika kosmologi FRW. Oleh identitas Bianchi, Persamaanpersamaan (II.9) (II.94) adalah tidak bebas, misalnya persamaan (II.9) dapat diperoleh dari persamaan (II.93) dan (II.94). Secara umum, persamaan (II.9) adalah persamaan dinamika untuk faktor skala a(t), sedangkan persamaan (II.93) merupakan persamaan kendala yang digunakan untuk menentukan konstanta integrasi. II.6. Kosmologi 5-dimensi: Hasil Randall-Sundrum Braneworld 43

24 Tinjau sebuah model satu buah brane (RS II) yang dimasukkan dalam ruangwaktu 5-dimensi. Kosmologi homogen dan isotropik pada brane diberikan oleh metrik Friedmann-Robertson-Walker = + () γ, (II.95) i j ds dt a t ijdx dx di manaγ ij adalah ruang 3-dimensi simetrik maksimal Sedangkan a () t i j 1 γ ijdx dx = dr + r dθ + r sin θdφ. (II.96) 1 kr adalah faktor skala pada brane dan t adalah waktu proper pada brane. Metrik didekat brane dapat dinyatakan dalam sistem koordinat Gaussian di mana brane ditempatkan di y =, ds = g dx dx = g dx dx + dy a b ν ab ν i j = n (, t y) dt + a (, t y) γ ijdx dx + b (, t y) dy (II.97) Metrik (II.97) adalah konsisten menggambarkan kosmologi homogen dan isotropik pada brane. at (, y= ) = a() t adalah faktor skala brane dan nt (, y= ) = 1jika t adalah waktu proper pada brane. bt (, y ) = 1dapat dipenuhi dengan mendefinisikan koordinat dimensi ekstra yang baru., Persamaan Einstein 5-dimensi adalah G = T a b =. (II.98) ab κ,,,...,3,5 ab Tensor energi-momentum 5-dimensi terkomposisi oleh tensor energi-momentum bulk dan tensor energi-momentum brane, dengan bagian bulk, T T = T + T, (II.99) ab ab bulk ab brane ab bulk Λ5 = ab κ g, (II.1) yaitu hanya ada kontanta kosmologi. Dan bagian brane adalah b δ ( y) Ta = diag( ρ σ, P σ, P σ, P σ, brane ), (II.11) b Dalam sistem koordinat (II.97), komponen-komponen persamaan Einstein yang tidak nol diberikan oleh: 44

25 G G G G '' ' ' ' 3 a a b n a a a b k n = + + +, (II.1) a a b b a a a b a ij 5 a a a n a b a n b = η ij n a a n a b a n b a a' a' n' b' n' a' a'' n'' ηij kηij b a a n b n a a n (II.13) an ' ba ' a ' = 3 +, (II.14) an ba a b a a n a a' a' n' b = k n a a n a a a n a 55. (II.15) Di dalam persamaan-persamaan di atas, sebuah titik menyatakan turunan terhadap waktu proper t dan aksen menyatakan turunan terhadap koordinat ke-5, y. Diperlukan sebuah syarat junction untuk memperoleh solusi kosmologi pada brane akibat dari ketidakontinuan persamaan Einstein 5-dimensi oleh keberadan brane. Jika diasumsikan tidak ada fluks materi ke dalam dimensi ekstra }, T 5 =, persamaan (II.14) menghasilkan an ' ba ' a ' + =, (II.16) an ba a Persamaan-persamaan Einstein dapat dibuat lebih sederhana dengan mendefinisikan sebuah fungsi (Binetruy, dkk., ), ( aa ' ) ( aa ) Fty (, ) = ka b n. (II.17) Dengan memanfaatkan persamaan-persamaan (II.11) dan (II.16), turunan terhadap y dari fungsi (II.17) adalah aa ' F' = T. (II.18) 3 κ 3 bulk Sedangkan turunan terhadap waktu diberikan oleh aa F =. (II.83) 3 5 κ T5 3 bulk } Tetadris (3) memperoleh solusi kosmologi oleh adanya fluks energi yang masuk (influx) dari bulk ke brane dan menghasilkan ekspansi yang dipercepat yang bergantung pada persamaan keadaan dari materi pada brane. 45

26 Sehingga 4 κ 3 a Λ F = T a' a dy 3 bulk = + C, (II.19) 6 dengan C adalah konstanta integrasi. Konstanta integrasi ini dapat pula diperoleh dari tensor Weyl 5-dimensi yang terproyeksi pada brane (Ida, ). Suku ini dinamakan dengan suku radiasi gelap. Collins dan Holdom () serta Barcelo dan Visser () telah menunjukkan bahwa C berhubungan dengan massa lobang hitam dalam ruang-waktu Schwarchild- Anti desitter (S-AdS). Persamaan (II.19) bersama-sama dengan persamaan (II.17) menghasilkan a a' k Λ C = an ab a 6 a Ketidakkontinuan pada brane menghasilkan syarat junction sebagai berikut κ 1 ν = ν ν K T h 3 T. (II.11) (II.111) Komponen-komponen tensor kurvatur ekstrinsik dapat pula diperoleh dari metrik, ν n' a' a' a' K = diag,,,. (II.11) n a a a Dengan menggunakan persamaan (II.111), kemudian diperoleh syarat junction [ a' ] κ [ n' ] a κ i = T, = ( Ti ) 3 n 3 brane brane brane y= y= Jika brane memiliki simetri Z, persamaan (II.113) menjadi a' a T. (II.113) ay ( ) = a( y), a'( y) = a'( y), (II.114) ny ( ) = n( y), n'( y) = n'( y), (II.115) κ n' κ = ( σ + ρ), = ( σ 3P ρ ). (II.116) 6 n 6 y= y= Dengan menyisipkan kondisi ini ke persamaan (II.15) diperoleh hukum kekekalan untuk fluida pada brane 3 a ρ + ( ρ + P) =. (II.117) a 46

27 Persamaan ini dapat juga diturunkan secara langsung dari identitas Bianchi. Dengan mengambil b = 1, persamaan (II.11) menghasilkan persamaan Friedmaan pada brane H κ ρ k Λ C = , σ a 4 ρ 1 3 a 6 di mana konstanta kosmologi 4-dimensi pada brane didefinisikan oleh (II.118) 1 Λ ( 4 = Λ+ κ4σ ), (II.119) dan konstanta kopling garvitasional 4-dimensi didefinisikan oleh 4 κ4 = 8πG = κ σ. (II.1) 6 Suku pertama pada ruas kanan persamaan (II.118) adalah suku linear di dalam persamaan Friedmann standar (II.65) dan suku ini adalah relevan pada energienergi rendah ketika tegangan brane jauh lebih besar dari rapat energi pada brane, σ >> ρ. Tetapi pada energi tinggi σ << ρ suku kuadratik menjadi dominan ( H ρ ) dan mengubah dinamika kosmologi standar di mana H ρ 1/. Suku terakhir adalah suku yang mencirikan akibat pengaruh dari bulk. Dengan mengambil C =, evolusi dari faktor skala pada brane adalah 1 3(1 +ω) a t, (II.11) yaitu evolusi lebih lambat dibandingkan dengan kasus standar 3(1 +ω) a t, (II.1) Persamaan Friedmann yang kedua dapat diperoleh dari persamaan (II.118) dan (II.117), Atau H κ4 ρ k C = ( ρ + P) (II.13) 4 σ a a 4 k H κ ρ C = ρ( 1+ ω) (II.99) σ a a Ungkapan persamaan-persamaan Friedman dalam model Randall-Sundrum memodifikasi prediksi nukleosintesa primodial oleh keberadaan suku kuadratik 47

28 rapat energi dan suku radiasi gelap (Langlois, dkk., 1, Barrow and Maartens, ; Ichiki, dkk.,, Bratt, dkk., ), * ρ ρrad nuc.3, ρ * << 3C κ a 4 4. (II.14) Sehingga untuk alam semesta yang didominasi oleh radiasi materi suku radiasi gelap dapat diabaikan. ρrad * >> ρ II.7 Rangkuman Pada bab ini telah dibahas ide-ide dari dimensi ekstra dan model braneworld serta aspek kosmologinya. Teori Kaluza-Klein serta perkembangan teori superstrings/m menuju ke sebuah ide bahwa alam semesta dapat berupa sebuah 3-brane dalam ruang-waktu dimensi tinggi. Model braneworld yang popular, model Randall-Sundrum, memberikan sebuah konsep baru tentang alam semesta, yaitu alam semesta dapat berupa 3-brane yang berada dalam ruang waktu AdS 5- dimensi. Geometri lengkung dalam model ini dapat melokalisasi partikel-partikel model standar di dalam brane. Selain masalah hirarki dapat dijelaskan, aspek kosmologi model Randall-Sundrum mengubah persamaan dinamika oleh dua kontribusi: suku kuadratik dalam rapat energi dan suku radiasi gelap. Suku radiasi gelap hanya dapat ditentukan melalui solusi persamaan-persamaan medan bulk. Akibatnya persamaan-persamaan Friedmann menjadi tidak tertutup, yaitu masih ditentukan oleh geometri bulk dan ini sulit untuk dilakukan kecuali hanya dengan mengambil kasus-kasus khusus seperti mengabaikan keberadaan tensor Weyl 5- dimensi. Selain itu, dalam model RS I (model dua buah brane) kedua brane adalah statik. Sesuai dengan ide braneworld bahwa gravitasi dapat berpropagasi dalam seluruh ruang-waktu. Ini berarti bahwa jika propagasi gravitasi mempengaruhi materi-materi yang terlokalisasi pada brane maka brane dapat berfluktuasi, sebaliknya fluktuasinya akan mempengaruhi geometri dari bulk dan materi-materi brane yang lain. Sehingga tidak dapat dijamin bahwa kedua brane tetap pada kedudukannya dan statik. Dalam disertasi ini, permasalahan tersebut dapat dipecahkan melalui sebuah metode ekspansi gradien, yakni dengan mengekspansi metrik 5-dimensi dalam 48

29 deret perturbasi. Parameter perturbasi didefinisikan pada limit energi rendah dengan mengambil perbandingan antara kuadrat skala kelengkungan bulk dan skala kelengkungan brane sangat kecil. Selanjutnya setiap tensor dapat diekspansi untuk masing-masing orde perturbasi. Keberadaan tensor Weyl sebagai efek dari dimensi ekstra muncul secara aljabar dan dapat dieleminasi melalui persamaanpersamaan dinamika yang diperoleh. Dengan demikian keberadaan tensor Weyl dan interpretasi fisisnya dapat dipahami secara jelas. Kemudian, keberadaan medan skalar 4-dimensi yaitu radion sebagai hasil ekspansi orde-1, menjamin bahwa brane yang berada di dalam bulk adalah dinamik. Fluktuasi radion menentukan jarak antara brane. 49

Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan

Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan Pada Bab III, telah diperoleh sebuah deskripsi teori efektif 4-dimensi dari teori 5- dimensi dengan cara mengkompaktifikasi pada orbifold dalam kerangka kerja

Lebih terperinci

Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk

Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk Bab VI Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk VI.1 Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk menggeneralisasi hasil yang diperoleh untuk sistem dua buah brane, dengan memperluas skema perturbasi yang telah dibahas

Lebih terperinci

Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold

Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold Bab III Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold III.1 Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi teori 4-dimensi yang memiliki generator supersimetri melalui kompaktifikasi orbifold dari

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik Pada pertengahan abad ke-20, fisika teoretik menjadi bidang ilmu yang berkembang pesat dan memberikan perubahan pada prinsip-prinsip fisika

Lebih terperinci

Perspektif Baru Fisika Partikel

Perspektif Baru Fisika Partikel 8 Perspektif Baru Fisika Partikel Tujuan Perkuliahan: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui perkembangan terbaru dari fisika partikel. 2. Mengetahui kelemahan-kelemahan

Lebih terperinci

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

Teori Dasar Gelombang Gravitasi Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN : PRISMA FISIKA, Vol. I, No. (01), Hal. 1-17 ISSN : 7-804 Aplikasi Persamaan Einstein Hyperbolic Geometric Flow Pada Lintasan Cahaya di Alam Semesta Risko 1, Hasanuddin 1, Boni Pahlanop Lapanporo 1, Azrul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan

Lebih terperinci

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Bab 2 Persamaan Einstein dan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Sebuah himpunan M disebut sebagai manifold jika tiap titik Q dalam M memiliki lingkungan terbuka S yang dapat dipetakan 1-1 melalui sebuah pemetaan

Lebih terperinci

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld Bab V Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmoogi Braneword V. Pendahuuan Di daam Bab IV teah dipeajari bahwa persamaan-persamaan induksi pada brane mengandung sebuah tensor Wey terproyeksi yang membawa informasi

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum LAMPIRAN A Ringkasan Relativitas Umum Besaran fisika harus invarian terhadap semua kerangka acuan. Kalimat tersebut merupakan prinsip relativitas khusus yang pertama. Salah satu besaran yang harus invarian

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 7, 2010 Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus Quiz 1 Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan memakai vektor-4 fluks jumlah partikel. 2 Tuliskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan fisika teoritik melalui Teori Relativitas Umum (TRU) yang dikemukakan oleh Albert Einstein sudah sangat pesat dan cukup baik dalam mendeskripsikan ataupun memprediksi fenomena-fenomena

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN-KLEIN-GORDON SIMETRI BOLA

SOLUSI PERSAMAAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN-KLEIN-GORDON SIMETRI BOLA SOLUSI PERSAMAAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN-KLEIN-GORDON SIMETRI BOLA Abdul Muin Banyal 1, Bansawang B.J. 1, Tasrief Surungan 1 1 Jurusan Fisika Universitas Hasanuddin Email : muinbanyal@gmail.com Ringkasan

Lebih terperinci

MEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW

MEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF016 http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf016/ VOLUME V, OKTOBER 016 p-issn: 339-0654 e-issn: 476-9398 DOI: doi.org/10.1009/030500505 KOMPAKTIFIKASI

Lebih terperinci

Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta

Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta B-8 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (6) 7-5 (-98X Print) Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta Muhammad Ramadhan dan Bintoro A. Subagyo Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak model fisika partikel yang dikembangkan oleh fisikawan untuk mencoba menjelaskan keberadaan partikel-partikel elementer serta interaksi yang menyertainya.

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut : 1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan

Lebih terperinci

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian Bab 2 Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Geometri Riemann pertama kali dikemukakan secara general oleh Bernhard Riemann pada abad ke 19. Pada bagian ini akan diberikan penjelasan

Lebih terperinci

Perluasan Model Statik Black Hole Schwartzchild

Perluasan Model Statik Black Hole Schwartzchild Perluasan Model Statik Black Hole Schwartzchild Abd Mujahid Hamdan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-raniry, Banda Aceh, Indonesia mujahid@ar-raniry.ac.id Abstrak: Telah dilakukan perluasan model black

Lebih terperinci

GRAVITASI EINSTEIN DAN BRANEWORLD DALAM DAERAH EFEKTIF ENERGI RENDAH DAN DIMENSI EKSTRA

GRAVITASI EINSTEIN DAN BRANEWORLD DALAM DAERAH EFEKTIF ENERGI RENDAH DAN DIMENSI EKSTRA GRAVITASI EINSTEIN DAN BRANEWORLD DALAM DAERAH EFEKTIF ENERGI RENDAH DAN DIMENSI EKSTRA DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein BAB II DASAR TEORI Sebagaimana telah diketahui dalam kinematika relativistik, persamaanpersamaannya diturunkan dari dua postulat relativitas. Dua kerangka inersia yang bergerak relatif satu dengan yang

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 23, 2010 Pengantar Kelengkungan Quiz 1 Apakah basis vektor dalam sistem koordinat melengkung selalu konstan? 2 Dalam sistem koordinat apakah basis vektornya selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Gravitasi Newton Mengapa planet, bulan dan matahari memiliki bentuk mendekati bola? Mengapa satelit bumi mengelilingi bumi 90 menit, sedangkan bulan memerlukan waktu 27

Lebih terperinci

Metrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein

Metrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 13, NOMOR 1 JANUARI 17 Metrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein Canisius Bernard Program Studi Fisika, Fakultas Teknologi Informasi dan Sains, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Hukum gravitasi Newton mampu menerangkan fenomena benda-benda langit yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi antar benda. Namun, hukum gravitasi Newton ini tidak sesuai dengan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi-diri sebuah elektron adalah energi total elektron tersebut di dalam ruang bebas ketika terisolasi dari partikel-partikel lain (Majumdar dan Gupta, 1947).

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

STUDI BRANEWORLD DIMENSI LIMA

STUDI BRANEWORLD DIMENSI LIMA http://doi.org/10.1009/pekta Volume Nomor 1 April 017 p-in: 1-8 e-in: 1-9 DOI: doi.org/10.1009/pekta.01.01 TUDI BANEWOLD DIENI LIA Dewi Wulandari 1a) 1 Jurusan Fisika Fakultas atematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh SOLUSI VAKUM PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK BENDA SIMETRI AKSIAL STASIONER MENGGUNAKAN PERSAMAAN ERNST Aldytia Gema Sukma 1, Drs. Bansawang BJ, M.Si, Dr. Tasrief Surungan, M.Sc 3 Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Alfabet Yunani

LAMPIRAN I. Alfabet Yunani LAMPIRAN I Alfabet Yunani Alha Α Nu Ν Beta Β Xi Ξ Gamma Γ Omicron Ο Delta Δ Pi Π Esilon Ε Rho Ρ Zeta Ζ Sigma Σ Eta Η Tau Τ Theta Θ Usilon Υ Iota Ι hi Φ, Kaa Κ Chi Χ Lambda Λ Psi Ψ Mu Μ Omega Ω LAMPIRAN

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi

Lebih terperinci

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L) DERET FOURIER Bila f adalah fungsi periodic yang berperioda p, maka f adalah fungsi periodic. Berperiode n, dimana n adalah bilangan asli positif (+). Untuk setiap bilangan asli positif fungsi yang didefinisikan

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D Keadaan Stasioner Pada pembahasan sebelumnya mengenai fungsi gelombang, telah dijelaskan bahwa potensial dalam persamaan

Lebih terperinci

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton III.1 Stress dan Strain Salah satu hal yang penting dalam pengkonstruksian model proses deformasi suatu fluida adalah

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Planet

Bab 5. Migrasi Planet Bab 5 Migrasi Planet Planet-planet raksasa diduga memiliki inti padat yang dibentuk oleh material yang tidak dapat terkondensasi jika terletak sangat dekat dengan bintang utamanya. Karenanya sangatlah

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Imamal Muttaqien 1) 1)Kelompok Keahlian Astrofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,

Lebih terperinci

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Teori Relativitas Umum Sebelum teori Relativitas Umum (TRU) diperkenalkan oleh Einstein pada tahun 1915, orang mengenal sedikitnya tiga

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi. IV.1 Model Concordance

BAB IV. Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi. IV.1 Model Concordance BAB IV Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi IV.1 Model Concordance Fisikawan teoritis hanya dapat menduga bentuk power spectrum dari pemodelan berdasarkan alam semesta mengembang dengan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1 Pendahuluan Tujuan perkuliahan Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1. Mengetahui gambaran perkuliahan. Mengerti konsep dari satuan alamiah dan satuan-satuan dalam fisika partikel 1.1.

Lebih terperinci

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai

Lebih terperinci

METODE POST-NEWTONIAN

METODE POST-NEWTONIAN Bab 3 METODE POST-NEWTONIAN Karena persamaan medan Einstein merupakan persamaan yang tidak linear, maka diperlukan adanya suatu metode lain yang dapat memberikan solusi yang tepat untuk persamaan ini.

Lebih terperinci

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi) Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon di dalam inti atom yang menggunakan potensial Yukawa. 2. Dapat

Lebih terperinci

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas OSILASI Osilasi Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani)

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani) LAMPIRAN A (Bebeapa Besaan Fisika, Fakto konvesi dan Alfabet Yunani) Bebeapa Tetapan dan Besaan Fisika Massa matahai Jai-jai matahai Massa bumi Kecepatan cahaya Konstanta gavitasi = 1,99 10 30 kg = 6,9599

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari mana datangnya dunia? Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pertanyaan di atas selalu ada dan setiap zaman memiliki caranya masing-masing dalam menjawab.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KOMPAKTIFIKASI DIMENSI EKSTRA MENGGUNAKAN TEORI EINSTEIN-HIGGS NON-LINIER SKRIPSI BRIAN AGUNG CAHYO

UNIVERSITAS INDONESIA KOMPAKTIFIKASI DIMENSI EKSTRA MENGGUNAKAN TEORI EINSTEIN-HIGGS NON-LINIER SKRIPSI BRIAN AGUNG CAHYO UNIVERSITAS INDONESIA KOMPAKTIFIKASI DIMENSI EKSTRA MENGGUNAKAN TEORI EINSTEIN-HIGGS NON-LINIER SKRIPSI BRIAN AGUNG CAHYO 1006774146 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK

Lebih terperinci

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola Bab 3 Solusi Pesamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Besimeti Bola Bedasakan bentuk kanonik metik besimeti bola.18, dapat dibuat sebuah metik besimeti bola yang begantung paamete non-koodinat τ sebagai,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Relativitas Einstein Relativitas merupakan subjek yang penting yang berkaitan dengan pengukuran (pengamatan) tentang di mana dan kapan suatu kejadian terjadi dan bagaimana

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

PERSAMAAN KEADAAN FASE QGP PADA AWAL ALAM SEMESTA DALAM MODEL FLUIDA RELATIVISTIK

PERSAMAAN KEADAAN FASE QGP PADA AWAL ALAM SEMESTA DALAM MODEL FLUIDA RELATIVISTIK UNIVERSITAS INDONESIA PERSAMAAN KEADAAN FASE QGP PADA AWAL ALAM SEMESTA DALAM MODEL FLUIDA RELATIVISTIK RADITYA UTAMA 0706163193 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK

Lebih terperinci

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan

Lebih terperinci

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. ILMU FISIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DEFINISI ILMU FISIKA? Ilmu Fisika dalam Bahasa Yunani: (physikos), yang artinya alamiah, atau (physis), Alam

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus

Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus RELATIVITAS Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus Transformasi Galileo Transformasi Lorentz Momentum

Lebih terperinci

Kajian Konstanta Kosmologi Einstein pada Solar System Effect di ruang waktu Schwarzschild de Sitter

Kajian Konstanta Kosmologi Einstein pada Solar System Effect di ruang waktu Schwarzschild de Sitter Kajian Konstanta Kosmologi Einstein pada Solar System Effect di ruang waktu Schwarzschild de Sitter Philin Yolanda Dwi Sagita 1, Bintoro Anang Subagyo 2 1 Program Studi Fisika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen

Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen David J. Griffiths diterjemahkan dari Introduction to Quantum Mechanics Edisi 2) physics.translation@gmail.com Persamaan Schrödinger dalam Koordinat

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya. 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teoriteori yang mendukung karya tulis ini. Teoriteori tersebut meliputi persamaan diferensial penurunan persamaan KdV yang disarikan dari (Ihsanudin, 2008;

Lebih terperinci

FONON I : GETARAN KRISTAL

FONON I : GETARAN KRISTAL MAKALAH FONON I : GETARAN KRISTAL Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat Disusun Oleh: Nisa Isma Khaerani ( 3215096525 ) Dio Sudiarto ( 3215096529 ) Arif Setiyanto ( 3215096537

Lebih terperinci

BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI

BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI Definisi: Suara - gangguan yang menyebar melalui bahan elastis pada kecepatan yang merupakan karakteristik dari bahan tersebut. Suara biasanya disebabkan oleh radiasi dari

Lebih terperinci

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains MELLY FRIZHA

Lebih terperinci

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS Freddy Permana Zen, M.Sc., D.Sc. Laboratorium Fisika Teoretik, THEPI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. PENDAHULUAN Fisika awal abad

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Atom Bohr Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti jejak Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya mengenai spektrum

Lebih terperinci

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A = Bab 2 cakul fi080 by khbasar; sem1 2010-2011 Matriks Dalam BAB ini akan dibahas mengenai matriks, sifat-sifatnya serta penggunaannya dalam penyelesaian persamaan linier. Matriks merupakan representasi

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI Teori Medan Klasik L. D. Landau 1, E. M. Lifshitz 2 1,2 Institute of Physical Problems USSR Academy of Sciences Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre LIPI Puspiptek,

Lebih terperinci

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) 1/34 MOMENTUM - TUMBUKAN (+GRAVITASI) Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Sistem Partikel Dalam pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori relativitas khusus (TRK) yang diperkenalkan Einstein tahun 1905 menyatukan ruang dan waktu menjadi entitas tunggal ruang-waktu (misalnya dalam Hidayat, 2010).

Lebih terperinci

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal Persamaan air dangkal merupakan persamaan untuk gelombang permukaan air yang dipengaruhi oleh kedalaman air tersebut. Kedalaman air dapat dikatakan

Lebih terperinci

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro PETUNJUK UMUM 1. Tuliskan NAMA dan ID peserta di setiap lembar jawaban dan lembar kerja. 2. Tuliskan jawaban akhir di kotak yang disediakan untuk di lembar Jawaban. Lembar kerja dapat digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

MEKANISME PERUSAKAN SIMETRI DENGAN DIMENSI EKSTRA

MEKANISME PERUSAKAN SIMETRI DENGAN DIMENSI EKSTRA MEKANISME PERUSAKAN SIMETRI DENGAN DIMENSI EKSTRA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Fisika Muhandis Shiddiq 0305027041 Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Bab 6 Konduktor dalam Medan Elektrostatik. 1. Pendahuluan

Bab 6 Konduktor dalam Medan Elektrostatik. 1. Pendahuluan Bab 6 Konduktor dalam Medan Elektrostatik 1. Pendahuluan Pada pokok bahasan terdahulu tentang hukum Coulomb, telah diasumsikan bahwa daerah di antara muatan-muatan merupakan ruang hampa. Di sini akan dibahas

Lebih terperinci

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu:

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu: KB.2 Fisika Molekul 2.1 Prinsip Pauli. Konsep fungsi gelombang-fungsi gelombang simetri dan antisimetri berlaku untuk sistem yang mengandung partikel-partikel identik. Ada perbedaan yang fundamental antara

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI

MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI Sebelumnya telah dibahas mengenai penerapan Persamaan Schrödinger dalam meninjau sistem kuantum satu dimensi untuk memperoleh fungsi gelombang serta energi dari sistem.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika merupakan upaya menemukan pola-pola keteraturan alam dan membingkainya menjadi bagan berpikir yang runtut, yakni berupa kaitan logis antara konsepkonsep

Lebih terperinci

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Pertemuan GEARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (5B0809), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 06 Beberapa parameter yang menentukan karaktersitik getaran: Amplitudo

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN OSILASI SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengenal persamaan matematik osilasi harmonik sederhana. Mahasiswa mampu mencari besaranbesaran osilasi antara lain amplitudo, frekuensi, fasa awal. Syarat Kelulusan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada salah satu cabang ilmu fisika yaitu kosmologi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Kosmologi merupakan ilmu yang mengulas alam semesta beserta dinamikanya.

Lebih terperinci

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam RADIASI BENDA HITAM Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam Teori Benda Hitam Jika suatu benda disinari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Gravitasi Newton Beberapa teori dapat membandingkan ketelitian ramalannya dengan teori gravitasi universal Newton. Ramalan mekanika benda angkasa untuk posisi planet sesuai

Lebih terperinci

KETENTUAN AGUNG ( THE GOLDEN RULE ) Suparno Satira

KETENTUAN AGUNG ( THE GOLDEN RULE ) Suparno Satira KETENTUAN AGUNG ( THE GOLDEN RULE ) Suparn Satira Suparn_satira@yah.cm 1 JENJANG / HIRARKI Falsafah Visi Idelgi / Dktrin Misi Aturan / Knsep Dasar Anggaran Dasar / ART Perumusan dinamika / Gejala Peraturan

Lebih terperinci

Bab V Prosedur Numerik

Bab V Prosedur Numerik Bab V Prosedur Numerik Pada bab ini, metode numerik digunakan untuk menghitung medan kecepatan, yakni dengan menghitung batas dan domain integral. Tensor tegangan tak Newton melalui persamaan Maxwell Linear

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci