PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT"

Transkripsi

1 JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha ) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT M.T.Ahmad 1, A.I. Jaya 2 dan R. Ratianingsih 3 1,2,3 Program Studi Matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Taduako Jaan Soekarno-Hatta Km. 09 Tondo, Pau 94118, Indonesia. 1 ongkidonkz@yahoo.com, 2,3 ratianingsih@yahoo.com Abstract Indonesia's popuation sti reies heaviy on rice consumption. Tota popuation of Indonesia more increasing causing demand for rice is increasing every year. Increased demand for rice resuted in the need for good storage of grain so the moisture content can be kept beow the threshod to prevent damaged. One effort so that there is no damage on rice is reguate the absorption function of moisture content on the grain. Fixed temperatures within the warehouse, and the infuence of the outside temperature can affect the moisture content of grain. This research wi observe the changing in moisture content of grain in a warehouse by using a diffusion mode of the two-way fow that is infuenced by the absorption function. The design of the absorption function is arranged so grain moisture content can be maintained beow 14% with regard to conditions barn due to changes in the position of the sun. The mode soutions is determined by using the finite difference method impicit schemes. The simuation resuts show that the moisture content vaues are depended on the initia conditions. So that the water eve of grain not more than 14 %, hence the initia state have to beow 17 %. Key words : Diffusion Mode,Grain, Impicit Schemes,Water Content. Abstrak Penduduk Indonesia masih sangat bergantung pada konsumsi beras. Jumah penduduk Indonesia yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan terhadap beras semakin bertambah tiap tahun. Bertambahnya kebutuhan beras mengakibatkan perunya penyimpanan gabah yang baik agar kadar airnya dapat dijaga di bawah ambang agar tidak rusak. Saah satu upaya agar beras tidak mengaami kerusakan adaah mengatur fungsi penyerapan kadar air pada gabah. Suhu yang tetap daam gudang dan pengaruh suhu dari uar dapat mempengaruhi kadar air gabah. Peneitian ini mengamati perubahan kadar air gabah pada suatu gudang dengan menggunakan mode difusi dua arah airan yang dipengaruhi oeh fungsi penyerapan. Perancangan fungsi penyerapan diatur agar kadar air gabah dapat terjaga di bawah 14% dengan memperhatikan kondisi gudang akibat perubahan posisi matahari. Sousi mode tersebut ditentukan dengan menggunakan metode beda hingga skema impisit. Hasi simuasi menunjukkan bahwa niai kadar air yang diperoeh tergantung pada kondisi awanya. Agar kadar air gabah tidak ebih dari 14%, maka kondisi awanya harus dibawah 17%. Kata Kunci : Gabah, Kadar Air, Mode Difusi, Skema Impisit 92

2 I. PENDAHULUAN Gabah adaah butir-butir padi yang sudah epas dari tangkainya dan masih berkuit (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988).Beras merupakan saah satu bahan pangan yang masih menjadi sumber makanan pokok Bangsa Indonesia. Berbagai upaya teah diakukan, diantaranya adaah dengan cara intensifikasi meaui penyediaan bibit unggu, pemupukan dan mekanisasi. Ha ain yang peru diperhatikan daam usaha pemenuhan kebutuhan beras adaah tahapan daam bercocok tanam padi hingga menjadi beras yang terdiri dari dua tahapan yaitu pra panen dan pasca panen. Pengoahan pasca panen beras yang benar adaah merupakan saah satu syarat agar petani dapat menghasikan beras dengan kuaitas yang baik.menurut Smith dan Diday (2003: 271), pencapaian kuaitas produksi beras yang baik harus meaui beberapa proses yang baik pua di apangan sebeum diakukan pengeringan beras. Kuaitas beras yang baik sangat dipengaruhi oeh faktor penyimpanan gabah. Penyimpanan gabah yang baru dipanen dengan kadar air yang tidak memenuhi syarat dapat membuat waktu simpan ebih singkat dan daya tumbuh gabah kurang baik.kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997). Seain kadar air awa, kondisi gudang penyimpanan juga harus diperhatikan. Kondisi gudang yang tidak baik dapat menyebabkan jumah gabah yang rusak bertambah dan akan menjadi beras yang rusak apabia digiing. Kerusakan gabah karena faktor penyimpanan dapat diminaisir dengan pengaturan kondisi gudang. Gudang yang baik harus memiiki fungsi penyerapan sedemikian hingga kadar air gabah yang disimpan tetap terjaga sesuai dengan syarat yang ditetapkan. Fungsi penyerapan yang buruk menyebabkan gabah yang disimpan memiiki kadar air yang tinggi. Ha ini disebabkan kondisi Indonesia dengan ikim basah menyebabkan keembaban seau tinggi dengan suhu tinggi pua. Kondisi demikian menyebabkan kesuitan daam mempertahankan kadar air bahan di bawah 14% (Ha, 1976). Peneitian ini akan meakukan pengaturan terhadap fungsi penyerapan air agar gudang bisa menjaga kadar air gabah yang disimpan tetap pada ambang yang aman. Pengaturan tersebut diakukan dengan memiih fungsi penyerapan air yang baik yang dapat mempertahankan kadar air gabah yang sesuai. Fungsi penyerapan tersebut digunakan pada penyerapan air pada gudang daam bentuk persamaan differensia parsia. Sousi persamaan tersebut, yang ditentukan secara numerik, menggambarkan distribusi kadar air dari gabah di setiap posisi penyimpanan. Peneitian ini akan menentukan fungsi penyerapan air yang baik dari suatu gudang agar distribusi kadar air di seuruh posisi penyimpanan berada pada ambang yang aman. 93

3 II. METODE PENELITIAN 2.1. Metode Beda Hingga Metode beda hingga ini adaah saah satu metode numerik yang digunakan untuk menyeesaikan persamaan diferensia parsia, dengan menghampiri niai dari turunan suatu fungsi dengan perbandingan seisih dari ekspansi deret Tayor. Sousi numerik mode ditentukan dengan terebih duu meakukan pendiskritan terhadap domain daam dua arah airan. Pendiskritan diakukan dengan menggunakan persamaan beda hingga yang digunakan sebagai hampiran dari turunan-turunan parsia yang muncu daam mode. Beberapa kombinasi persamaan beda akan dikaji untuk mendapatkan persamaan beda yang sesuai untuk mode. Persamaan beda terdiri atas persamaan beda pusat, beda maju, dan beda mundur. Adapun skema dari ketiga persamaan beda tersebut dengan u(x i, t j ) = u i j adaah a. Skema beda maju - Skema beda maju dititik x i : u = u j j i+1 u i x x - Skema beda maju pada saat t j : u = u i t b. Skema beda mundur - Skema beda mundur dititik x i : u... (1) j+1 ui j t = u j j i ui 1 x x j j 1 ui - Skema beda mundur pada saat t j : u t = u i c. Skema beda pusat - Skema beda pusat dititik x i : u = u j i+1 x j u i 1 - Skema beda pusat pada saat t j : u t = u i... (2)... (3) t 2 x j+1 j 1 ui... (4)... (5) 2 t... (6) Untuk suatu kombinasi persamaan beda yang ditentukan diperoeh suatu skema numerik yang menggambarkan kaitan antara niai kadar air gabah pada suatu waktu tertentu dengan niai kadar air gabah pada interva waktu ainnya. Daam Peneitian ini, kaitan tersebut terbangun daam bentuk persamaan impisit. Kadar air gabah seanjutnya diperoeh meaui sousi sistem persamaan inier yang dibangun oeh persamaan tersebut. Suatu fungsi penyerapan air dikatakan optima bia sousi numerik yang mencerminkan kadar air gabah pada domain tidak meebihi 14%. 94

4 2.2. Prosedur Peneitian Peneitian diakukan sesuai prosedur di bawah ini: a. Kajian pustaka berupa peneusuran terhadap kondisi gudang penyimpanan padi yang biasa digunakan dan mode matematika masaah penembusan air untuk satu arah airan. b. Mode difusi satu arah airan diperuas untuk mendapatkan mode difusi dua arah airan. c. Menetapkan asumsi dan ruang ingkup peneitian. d. Menentukan domain fungsi penyerapan air dan syarat batas berdasarkan kondisi keembaban di masing-masing sisi domain. e. Mendefinisikan fungsi penyerapan air untuk domain dan syarat batas yang ditentukan pada angkah c. Dan fungsi penyerapan tersebut diimpementasikan pada mode difusi dua arah airan. f. Menentukan sousi numerik mode difusi dua arah airan dengan menggunakan metode numerik untuk persamaan differensia parsia dengan membuat program komputer. g. Menyimpukan hasi peneitian. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasi Peneitian Memperuas Mode Difusi Mode matematika masaah penembusan air untuk satu arah airan dinyatakan daam persamaanberikut: u = K 2 u t x2 f(x)... (7) u(x, t) : kadar air gabah pada titik x di saat t x, t : variabe posisi dan waktu f(x) : fungsi penyerapan air pada titik x K : koefisien difusi (Jaya, A.I dkk, 1997) yang Mengingat gudang diasumsikan memiiki dua dimensi arah maka mode matematika masaah penembusan air untuk satu arah airan yang dinyatakan daam persamaan (7) akan diperuas menjadi mode difusi dua arah airan, sebagai berikut: u = K u t ( 2 x(t) y(t) + 2 u x 2 y 2) f(x, y)... (8) : arah timur-barat pada saat t : arah bawah-atas pada saat t 95

5 u(x, y, t) : kadar air pada posisi (x,y) pada saat t f(x, y) : fungsi penyerapan pada posisi (x,y) Sousi numerik persamaan (7) ditentukan dengan terebih duu meakukan pendiskritan terhadap domain daam dua arah airan. Pendiskritan diakukan terhadap domain dengan menggunakan persamaan beda hingga yang digunakan sebagai hampiran dari turunan-turunan parsia yang muncu daam mode Menentukan Domain dan Syarat Batas Diasumsikan gudang penyimpanan padi daam arah bawah-atas (arah y) memiiki ebar L1 sedangkan daam arah timur-barat (arah x) memiiki pajang L2.Banyaknya titik pendiskritan ditentukan sejumah n, sehingga ebar seang pendiskritan masing-masing adaah L 1 dan L 2. Domain mode difusi dua arah airan n n digambarkan sebagai berikut: y L 1 0 Gambar 2: Domain Mode Difusi Dua Arah Airan L 2 x Pada domain diberikan syarat batas sebagai berikut: u(0, y, t) = 0.14, u(l 2, y, t) = 0.14, u(x, 0, t) = 0.14, u(x, L 1, t) = 0.14 Syarat batas tersebut didasarkan pada arah mata angin dimana u(0, y, t) = 0.14 menyatakan dinding bagian timur, u(l 2, y, t) = 0.14 menyatakan dinding bagian barat, u(x, 0, t) = 0.14 menyatakan antai gudang dan u(x, L 1, t) = 0.14 menyatakan puncak dari gabah yang disimpan.niai syarat batas diberikan berdasarkan kondisi keberadaan matahari. Pada siang hari antara puku kadar air gabah di bagian dinding sebeah timur mencapai niai terendah, untuk seanjutnya meningkat seiring dengan perubahan posisinya menuju ke arah barat. 96

6 Identifikasi Fungsi Penyerapan Air Pengaturan fungsi penyerapan kadar air gudang tergantung kondisi di daam maupun di uar gudang. Peneitian ini mengamati kadar air daam gudang sekitar puku dan kondisi daam gudang yang suhunya tetap berada daam 25 0 C. Sehingga fungsi penyerapan kadar air gabah di gudang diperoeh dari kondisi-kondisi tersebut. Kondisi-kondisi tersebut diberikan niai antara 0 s/d 1, dimana 0 = penyerapan kadar air rendah dan 1 = penyerapan kadar air tinggi, semakin dekat dengan angka 1 maka penyerapan kadar airnya semakin tinggi. Fungsi penyerapan kadar air gabah daam gudang dirancang dengan memperhatikan kondisi gudang akibat perubahan posisi matahari, sehingga diperoeh hasi sebagai berikut: Tabe 1 f(x, y) = : Niai Penyerapan Kadar Air Gabah Di Setiap Titik y\x /4 3/ /4 3/4 3/4 3/ /4 3/4 3/4 3/ /4 3/4 3/4 3/4 1/2 1/ /4 3/4 3/4 3/4 3/4 1/2 1/2 1/ /4 3/4 3/4 3/4 1/2 1/2 1/2 1/ /4 3/4 3/4 1/2 1/2 1/2 1/4 1/4 1/ /4 3/4 3/4 1/2 1/2 1/2 1/4 1/4 1/4 Dari tabe 1 diperoeh fungsi penyerapan kadar air sebagai berikut: 0, untuk (x,y) ainnya. 1 4, untuk (x,y) = (10,8), (8,9), (9,9), (10,9), (8,10), (9,10), (10,10). 1 2, untuk (x,y) = (9,6), (10,6), (8,7)-(10,7), (7,8)-(9,8), (5,9)-(7,9), (5,10)-(7,10). 3 4, untuk (x,y) = (9,3), (10,3), (7,4)-(10,4), (7,5)-(10,5), (5,6)-(8,6), (3,7)-(7,7), (3,8)-(6,8), (2,9)-(4,9), (2,10)-(4,10). 1, untuk (x,y) = {(x,y) x=1,...,10, y=1,2}, {(x,y) x=1,...,8, y=3}, {(x,y) x=1,...,6, y=4,5}, {(x,y) x=1,...,4, y=6}, {(x,y) x=1, y=7,...,10}, (2,7), (2,8).... (9) Menerapkan Metode Beda Hingga Skema pusat terhadap posisi untuk persamaan (8) adaah sebagai berikut: d 2 u = u i+1,j +1 2u i,j +u i 1,j... (10) dx 2 x 2 97

7 d 2 u = u i,j u i,j +u i,j 1... (11) dy 2 y 2 berikut: Adapun skema maju terhadap waktu untuk persamaan (8) adaah sebagai u = u i +1 u i... (12) t t Substitusi persamaan (10) (12) pada persamaan (8) memberikan suatu skema numerik yang menggambarkan kaitan antara niai kadar air gabah pada suatu waktu ke dengan niai kadar air gabah pada interva ke + 1 di setiap titik pendiskritan tersebut diperoeh daam bentuk persamaan impisit daam suatu sistem persamaan inier sebagai berikut: ( K x 2) u i+1,j +1 = u i,j t du dt = K u (d2 dx 2 + d2 u dy 2) f(x, y) + ( 1 t + 2K x 2 + 2K y 2) u i,j +1 ( K x 2) u i 1,j +1 ( K +1 y 2) u i,j+1 ( K y 2) u +1 i,j 1 f(x, y)... (13) dengan i = 1,, n ; j = 1,, n dan bergerak dengan time step t. Dengan memisakan A = K x 2, = 1 t + 2K + 2K x 2 y F = f(x, y)persamaan (13) dapat dinyatakan sebagai berikut: A u +1 i+1,j + B u +1 i,j C u +1 i 1,j + D u +1 i,j+1 E u +1 i,j 1 K K K 2, C = x2, D = y2, E = y 2dan = u i,j F... (14) t Untuk niai F yang ada pada Tabe 1.disubstitusikan pada persamaan (14) akan diuraikan menjadi sistem persamaan untuk j = 1 dengan i berjaan i = anjut dengan j = 2 dengan i berjaan i = sampai dengan j = 10. A u +1 i+1,j + B u +1 i,j C u +1 i 1,j + D u +1 i,j+1 E u +1 i,j 1 = u i,j t F Untuk j = 1 dengan i yang berjaan maka persamaan (7) memberikan: i = 1 A u +1 2,1 + B u +1 1,1 C u +1 0,1 + D u +1 1,2 E u +1 1,0 = u 1,1 i = 2 A u +1 3,1 + B u +1 2,1 C u +1 1,1 + D u +1 2,2 E u +1 2,0 = u 2,1 i = 3 A u +1 4,1 + B u +1 3,1 C u +1 2,1 + D u +1 3,2 E u +1 3,0 = u 3,1 i = 4 A u +1 5,1 + B u +1 4,1 C u +1 3,1 + D u +1 4,2 E u +1 4,0 = u 4,1 i = 5 A u +1 6,1 + B u +1 5,1 C u +1 4,1 + D u +1 5,2 E u +1 5,0 = u 5,1 i = 6 A u +1 7,1 + B u +1 6,1 C u +1 5,1 + D u +1 6,2 E u +1 6,0 = u 6,1 98

8 i = 7 A u +1 8,1 + B u +1 7,1 C u +1 6,1 + D u +1 7,2 E u +1 7,0 = u 7,1 i = 8 A u +1 9,1 + B u +1 8,1 C u +1 7,1 + D u +1 8,2 E u +1 8,0 = u 8,1 i = 9 A u +1 10,1 + B u +1 9,1 C u +1 8,1 + D u +1 9,2 E u +1 9,0 = u 9,1 i = 10 A u +1 11,1 + B u +1 10,1 C u +1 9,1 + D u +1 10,2 E u 10,0 Uangi angkah tersebut sampai j = = u 10,1 t 1... (15) Dengan beberapa sistem persamaan inear di atas, maka matriks yang akan digunakan untuk menyeesaikan permasaahan numerik dapat disusun sebagai berikut (100x1) (1x100 B A D 0 C B A C B A C B A C B A C B A C B A C B A C B A C B A 0 E C B 0 [ B] [ u +1 1,1 u +1 2,1 u +1 3,1 u +1 4,1 u +1 5,1 u +1 6,1 u +1 7,1 u +1 8,1 u +1 9,1 u +1 10,1 u +1 1,2 +1 u 10,10 = ] [ u 1,1 u 2,1 u 3,1 u 4,1 u 5,1 u 6,1 u 7,1 u 8,1 u 9,1 u 10,1 u 1,2 u 10,10 F(i, j) ] Matriks tersebut digunakan untuk menghitung kadar air gabah dari titik (i, j) = (1,1) sampai dengan (10,10) untuk setiap interva waktu. Dengan niai koefisien difusi k = 0.1 cm 2 /s, t = 1.2 jam, x = y = 0.01 km dengan syarat batas u = 14% Menentukan Sousi Numerik Sousi numerik mode difusi kadar air penyimpanan padi diperoeh dengan menyeesaikan sistem persamaan inier yang dibangun oeh persamaan (15).Dengan bantuan program Matab , sousi yang menyatakan kadar air pada posisi (x,y) dan saat t = n t ditentukan waktu pengamatan puku dibagi daam 5 interva secara interatif sedemikian hingga memberikan t = 6 5 jam = 1.2 jam. 99

9 Kasus I (a) (b) (c) Gambar 3 (d) (e) : Kadar air u(x,y) pada setiap iterasi (a) iterasi I, (b) iterasi II, (c) iterasi III, (d) iterasi IV, dan (e) iterasi V Dengan kondisi awa 17% dan untuk n=1, kondisi kadar air yang dihasikan tetap yaitu 17% seperti yang terihat pada gambar 3.a. Dengan menggerakkan niai n, yaitu untuk n=2 dan kondisi awa yang sama, memperihatkan bahwa kadar air muai menurun menjadi 16.23% (ihat gambar 3b). Dan untuk niai n=3,4,5 memperihatkan kadar air secara berturut-turut pada iterasi ke 3,4, dan 5 sebesar 15.71, 14.93, dan Akan tetapi niai kadar air yang dihasikan sampai iterasi keima masih diatas batas 14%. (ihat gambar 3c-3e) Kasus II 100

10 (a) (b) (c) Gambar 4 (d) (e) : Kadar air u(x,y) pada setiap iterasi (a) iterasi I, (b) iterasi II, (c) iterasi III, (d) iterasi IV, dan (e) iterasi V Dengan kondisi awa 16% dan untuk n=1, kondisi kadar air yang dihasikan tetap yaitu 17% seperti yang terihat pada gambar 4.a. Dengan menggerakkan niai n, yaitu untuk n=2 dan kondisi awa yang sama, memperihatkan bahwa kadar air muai menurun menjadi 16.23% (ihat gambar 4b). Dan untuk niai n=3,4,5 memperihatkan kadar air secara berturut-turut pada iterasi ke 3,4, dan 5 sebesar 14.71, 13.93, dan Niai kadar air yang dihasikan sampai iterasi ketiga masih diatas batas 14% tapi ketika sampai pada iterasi keempat dan keima kadar air dibawah batas 14%. (ihat gambar 4c-4e). Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa, kondisi awa yang diberikan yaitu 17% untuk jangka 6 jam kadar air mendekati 14% pada iterasi keempat dan keima yaitu dan sedangkan untuk kondisi awa 16% kadar air dibawah 14% pada iterasi keempat dan keima Pembahasan Mengingat gudang diasumsikan memiiki dua dimensi arah maka mode difusi satu arah airan diperuas menjadi mode difusi dua arah airan seperti pada persamaan (8). Dari niai penyerapan kadar air seperti pada tabe 1 menghasikan fungsi penyerapan kadar air pada persamaan (9). Pada kondisi batas 16% menunjukkan bahwa niai kadar air di bawah 14% pada iterasi keempat dan keima yaitu dan 13.41, sehingga untuk menghasikan kadar air yang tidak meebihi syarat batasnya maka kondisi batas yang diberikan yaitu 16%. 101

11 IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasi peneitian yang teah diakukan, maka dapat disimpukan bahwa : 1. Dari kondisi-kondisi di daam dan di sekitar gudang, dan meakukan uji coba di setiap titik pada penampang vertika gudang dengan memberikan niai indeks antara 0 s/d 1, dimana 0 = penyerapan kadar air rendah dan 1 = penyerapan kadar air tinggi, semakin dekat dengan angka 1 maka penyerapan kadar airnya semakin tinggi. Fungsi penyerapan kadar air gabah di gudang sebagai berikut: f(x, y) = 0, untuk (x,y) ainnya. 1 4, untuk (x,y) = (10,8), (8,9), (9,9), (10,9), (8,10), (9,10), (10,10). 1 2, untuk (x,y) = (9,6), (10,6), (8,7)-(10,7), (7,8)-(9,8), (5,9)-(7,9), (5,10)-(7,10). 3 4, untuk (x,y) = (9,3), (10,3), (7,4)-(10,4), (7,5)-(10,5), (5,6)-(8,6), (3,7)-(7,7), (3,8)-(6,8), (2,9)-(4,9), (2,10)-(4,10). 1, untuk (x,y) = {(x,y) x=1,...,10, y=1,2}, {(x,y) x=1,...,8, y=3}, {(x,y) x=1,...,6, y=4,5}, {(x,y) x=1,...,4, y=6}, {(x,y) x=1, y=7,...,10}, (2,7), (2,8). 2. Dengan menyeesaikan sousi numerik dari persamaan difusi dua arah airan dapat diketahui bahwa, kondisi awa yang diberikan di bawah 17% dapat menjaga kadar air gabah di bawah ambang batasnya untuk jangka waktu 6 jam, ha ini terihat dari hasi simuasi dengan kadar air awa 17 % kadar air mendekati 14% pada iterasi keempat dan keima yaitu dan sedangkan dengan kadar air 16% menunjukkan kadar air di bawah 14% pada iterasi keempat dan keima dimana niai kadar airnya sebesar 13.93% dan Kadar air gabah pada gudang tergantung pada kondisi awanya, agar kadar air dapat terjaga di bawah ambang 14% maka fungsi penyerapan kadar air harus seperti pada persamaan (9). Pengamatan terhadap kadar air gabah memperihatkan bahwa dengan bertambahnya waktu kadar air yang diperoeh semakin turun. Ha ini disebabkan oeh tingkat pemanasan yang makin tinggi seiring dengan perubahan posisi matahari. DAFTAR PUSTAKA [1]. Ha, D.W Handing and Storage of Food Grain in Tropica and Sub tropica Area.Fao agricutura Deveopment.Paper no 90.Rome Itay. [2]. Jaya, A.I, dkk Free Boundary Probem Daam Pemodean Daya Penembusan Air Pada Suatu Media. Universitas Taduako. Pau. 102

12 [3]. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Baai Pustaka. Jakarta. [4]. Smith, C. W. & R. H. Diday Rice: Origin, History, Technoogy, and Production.John Wiey & Sons, Inc. New Jersey: xii hm. [5]. Winarno, F.G Kimia Pangan dan Gizi.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. 103

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA Daam pertemuan pekan ini pokok bahasan kita adaah penerapan manajemen kinerja di perusahaan, dampaknya

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISS: 2460-6464 Mode Matematika Cadangan Premi Asuransi Kesehatan Perawatan Rumah Sakit Menggunakan Metode Prospektif Mathematica Modes of Cacuation of The Heath Insurance Premium Backup

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan 68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

OBJECTIVES PENGANTAR-1

OBJECTIVES PENGANTAR-1 6//0 MINIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN GOLDEN SECTION AND HOOK JEEVES METHODS OBJECTIVES Understand why and where optimization occurs in engineering probem soving. Understand the major eements of the genera

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad Jurna Teematika, vo. 9 no. 2, Institut Teknoogi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-2516 Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betaaktam Departemen Instaasi Produksi Lafiad Devi Puspitarini

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH Rusdianto 1, Syarifa Ajrinah 2, Arinda Wahyuni 3, Edward Syarif 4 1,2,3) Pascasarjana Arsitektur, Fatas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI DINAMIKA INFORMATIKA Vo.6 No. 1, Maret 2014 ISSN 2085-3343 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI Teguh Khristianto, Bayu Surarso,

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

Tinjauan Kasus Persamaan Panas Dimensi Satu secara Analitik

Tinjauan Kasus Persamaan Panas Dimensi Satu secara Analitik SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 T - 5 Tinjauan Kasus Persamaan Panas Dimensi Sau secara Anaiik Ahmadi, Harono, Nikenasih Binaari Program Sudi Maemaika, Universias Negeri Yogyakara

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja: Peatihan dan Penghargaan Sub Pokok Bahasan Pengertian Peatihan Proses pembeajaran dan pengembangan individu Jenis-jenis peatihan karyawan Manfaat peatihan

Lebih terperinci

Pengukuran Indeks Bias Minyak Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal

Pengukuran Indeks Bias Minyak Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal Jurna ILMU DASAR, Vo. 15 No. 2, Jui 2014 : 97-101 97 Pengukuran Indeks Bias Minyak Keapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Ceah Tungga Pam Cooking Oi Refraction Index Measurement Using

Lebih terperinci

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA Prayekti, Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Prayekti FKIP-Universitas Terbuka, emai: prayekti@mai.ut.ac.id

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia SEBARAN POTENSI AIR TANAH DI KECAMATAN CEMPAKA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERG DISTRIBUTION OF GROUND WATER POTENTIALS IN CEMPAKA SUBDISTRICT USING GEOLISTRIC METHOD

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang

KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Khairi Anwar 1, Aris Sugiharto dan Priyo Sidik Sasongko 3 1,, 3 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP J Prof

Lebih terperinci

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TABEL MORTALITAS Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami tabe mortaitas 2. Menjeaskan hubungan antara ajur-ajur tabe mortaitas

Lebih terperinci

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 IRA PRASETYANINGRUM PENDEKATAN KEPUTUSAN KELOMPOK Metoda Dephi Peniaian keompok, diakukan sharing dipandu moderator Masaah Daftar Anggota Ahi Masaah disampaikan ke

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute PEGARUH JEIS MEODE ESIMASI DALAM ESIMASI MARIKS ASAL UJUA (MA) MEGGUAKA DAA ARUS LALULIAS PADA KODISI PEMILIHA RUE KESEIMBAGA (EQUILIBRIUM ASSIGME) Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana eknik

Lebih terperinci

MENGEFISIENSIKAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK : STUDI KASUS PADA MODEL ALIRAN PANAS PADA WATER COOKER (PEMANAS AIR ELEKTRIK)

MENGEFISIENSIKAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK : STUDI KASUS PADA MODEL ALIRAN PANAS PADA WATER COOKER (PEMANAS AIR ELEKTRIK) JIMT Vol. 13 No. 1 Juni 2016 ( Hal. 118 127) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENGEFISIENSIKAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK : STUDI KASUS PADA MODEL ALIRAN PANAS PADA WATER COOKER (PEMANAS

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 37 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneitian Peneitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh service exceence terhadap kepuasan konsumen. Adapun yang

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Deret Fourier dan Transformasi Fourier

Deret Fourier dan Transformasi Fourier Bab 6 caku fi58 by khbasar; sem 2-2 Deret Fourier dan Transformasi Fourier 6. Fungsi Periodik Suatu fungsi dikatakan periodik jika niai fungsi tersebut beruang untuk seang besaran tertentu. Secara definisi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Jurna Imu dan Teknoogi Perikanan Tangkap 2(2): 9-93, Desember 2015 ISSN 2337-4306 Anaisis beban pendingin cod storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Suawesi Utara Cooing oad anaysis of cod storage

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menunjang peaksanaan peneitian ini diakukan tinjauan pustaka mengenai tinjauan studi yang berisi peneitian-peneitian terkait dengan pengenaan kuaitas buah, median fitering,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI UNTUK ASURANSI PENDIDIKAN

PENENTUAN CADANGAN PREMI UNTUK ASURANSI PENDIDIKAN E-Jurna atematika Vo. 4 (), Januari 05, pp. 4-9 ISS: 303-75 EETUA CAAGA REI UTUK ASURASI EIIKA ade utri Ariasih, Ketut Jayanegara, I yoman Widana 3, I utu Eka. Kencana 4 Jurusan atematika, Fakutas IA Universitas

Lebih terperinci

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Manajemen Operasiona KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Formuasi strategi Prioritas bersaing Peran operasi daam strategi

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda. KONTROL AIR FUEL RATIO PADA SPARK IGNITION ENGINE SISTEM EFI SEKUENSIAL MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY ADAPTIF DAPAT MENEKAN BEAYA OPERASIONAL KENDARAAN Abdu Hamid, Ari Santoso Jurusan Teknik Eektro-FTI ITS

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KAPASITAS VITAL PARU TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRATORI

KONTRIBUSI KAPASITAS VITAL PARU TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRATORI Jurna Endurance 2(3) October 2017 (258-262) KONTRIBUSI KAPASITAS VITAL PARU TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRATORI Meiriani Armen Universitas Bung Hatta ria.pjkr12@bunghatta.ac.id Submitted :27-04-2017,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 8 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Selection mengunakan Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM)

Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Selection mengunakan Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM) Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Seection mengunakan Linear Discriminant Anaysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM) rain Tumor s Detection With Feature Extraction & Feature Seection

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GRAVITY (GR) DALAM ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALULINTAS

PENGGUNAAN MODEL GRAVITY (GR) DALAM ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALULINTAS PENGGUNAAN MODEL GRAVITY (GR) DALAM ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALULINTAS Rusmadi Suyuti Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Muhammadiyah Jakarta Jn. Cempaka Putih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jurna Sheet Meta dan Software Abaqus Program ABAQUS merupakan saah satu dari program finite eement system yang ada yang digunakan untuk mensimuasi proses pembuatan suatu komponen

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA PREDIKSI UNTUK MENGHASILKAN PREDIKSI BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK

ANALISIS ALGORITMA PREDIKSI UNTUK MENGHASILKAN PREDIKSI BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK JURNAL ILMU PENGETAHUAN VOL. 3. NO. 1 AGUSTUS 2017 ANALISIS ALGORITMA PREDIKSI UNTUK MENGHASILKAN PREDIKSI BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK Veti Apriana 1 ; Rani Irma Handayani 2 1 Komputerisasi Akuntansi AMIK

Lebih terperinci

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Pertemuan Ketiga Komponen Sistem Informasi Geografis Data dan Informasi.. Data menjadi Informasi Data Pemrosesan, Pengoahan, Konversi

Lebih terperinci

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8 Jurna Akademis dan Gagasan tetika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Haan 1 hingga 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA POWERPOINT DAN BAGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI

Lebih terperinci

Deployment Wireless Sensor Network (WSN) Berdasarkan Konsumsi Energi Sensor Node

Deployment Wireless Sensor Network (WSN) Berdasarkan Konsumsi Energi Sensor Node A Jazari Journa of Mechanica ngineering ISSN: 2527-3426 A Jazari Journa of Mechanica ngineering 1 (1) (2016) 12-17 Depoyment Wireess Sensor Network (WSN) Berdasarkan Konsumsi nergi Sensor Node Hani Rubiani

Lebih terperinci

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract Optimisasi (Abdu H) OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO Abdu Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1 1 Staf Pengajar Jurusan Statistika FSM UNDIP Abstract Investing in asset such as stock; besides

Lebih terperinci

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Lisa Yui Kurniawati 1*), Handayani Tjandrasa 2), Isye Arieshanti 3) 1,2,3) Teknik Informatika, Fakutas Teknoogi Informasi Institut

Lebih terperinci

APLIKASI METODE CROSS ENTROPY UNTUK SUPPORT VECTOR MACHINES

APLIKASI METODE CROSS ENTROPY UNTUK SUPPORT VECTOR MACHINES APLIKASI METODE CROSS ENTROPY UNTUK SUPPORT VECTOR MACHINES Tiananda Widyarini, Budi Santosa Jurusan Teknik Industri Institut Teknoogi Sepuuh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukoio Surabaya 60111 Emai:

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

PENERAPAN HUNGARIAN INVENTORY CONTROL MODEL UNTUK MANAJEMEN PERSEDIAAN BANTUAN BENCANA GEMPA YANG BERPOTENSI TSUNAMI DI KOTA PADANG

PENERAPAN HUNGARIAN INVENTORY CONTROL MODEL UNTUK MANAJEMEN PERSEDIAAN BANTUAN BENCANA GEMPA YANG BERPOTENSI TSUNAMI DI KOTA PADANG PENERAPAN HUNGARIAN INVENTORY CONTROL MODEL UNTUK MANAJEMEN PERSEDIAAN BANTUAN BENCANA GEMPA YANG BERPOTENSI TSUNAMI DI KOTA PADANG Haiva Wahyu Jurusan Teknik Industri, Fakutas Teknik, Universitas Andaas,

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Lebih terperinci

Analisis 9 Saham Sektor Industri di Indonesia Menggunakan Metode SVR

Analisis 9 Saham Sektor Industri di Indonesia Menggunakan Metode SVR Anaisis 9 Saham Sektor Industri di Indonesia Menggunakan Metode SVR Nur Adhi Nugroho1,a, Acep Purqon1,b 1 Laboratorium Fisika Bumi, Keompok Keahian Fisika Bumi dan Sistem Kompeks, Fakutas Matematika dan

Lebih terperinci

guru dan berperan aktif memotivasi

guru dan berperan aktif memotivasi Jurnq miah Guru "COPE", No. 0/Tahun V/Pebruari 2004 PERANAN PERSATUAN GURU REPUBLK NDONESA (PGR) DALAM UPAYA PENNGKATAN PROFESONALSME GURU oeh: Tri Murwaningsih *) Abstrak Masaah tenaga pendidikan di ndonesia

Lebih terperinci

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI KEITN BELJ 2. LNSN TEOI JEMBTN WHETSTONE aam kegiatan beajar anda teah mempeajari pengukuran hgambatan dengan menggunakan ohmmeter dan menggunakan ampermeter dan votmeter dengan metoda amper-vot-meter

Lebih terperinci

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR Nama : Saepudin ABSTRAK Saah satu masaah yang sering dihadapi perusahaan yaitu disipin kerja seperti banyak

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja Manajemen Kinerja Pertemuan ke-ima Pokok Bahasan: Peniaian Kinerja Manajemen Kinerja, 2 sks CHAPTER 5 PENILAIAN KINERJA 1 Pokok Bahasan: Pengertian peniaian kinerja Proses peniaian kinerja Faktor-faktor

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD

RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD Herry Mugirahardjo, Trihardi Priyanto, M. Rifai Musih, A. Ramadhani mugirahardjo@gmai.com Pustek Bahan Industri Nukir

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN ARUS LALULINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MATRIK ASAL TUJUAN (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

ANALISIS PERUBAHAN ARUS LALULINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MATRIK ASAL TUJUAN (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) ANALISIS PERUBAHAN ARUS LALULINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MATRIK ASAL TUJUAN (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Tas an Junaedi Jurusan Teknik Sipi, Fakutas Teknik UNILA J. Sumantri Brojonegoro No.1

Lebih terperinci

Outline. Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining

Outline. Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining Outine Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining Latar Beakang 3 Mengapa harus Data Mining? Definisi Data Mining Pengertian Yang Saah Imu Data Mining Arsitektur Data Mining

Lebih terperinci

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB V VERIFIKASI PROGRAM BAB V VERIFIKASI ROGRAM Hasi perhitungan niai beban kritis eastis yang didapat dari program dibandingkan dengan hasi perhitungan manua. Beberapa kasus porta bidang yang digunakan daam verifikasi ini terdapat

Lebih terperinci

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI Jurna Imiah Teknik Sipi Vo. 11, No. 1, Januari 7 KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI Ida Bagus Rai Widiarsa1 dan Putu Deskarta1 Abstrak:

Lebih terperinci

IMLPEMENTASI MINISASI l 1 -l 0 UNTUK RESTORASI CITRA YANG MENGALAMI DEGRADASI OLEH DERAU GAUSSIAN CAMPURAN

IMLPEMENTASI MINISASI l 1 -l 0 UNTUK RESTORASI CITRA YANG MENGALAMI DEGRADASI OLEH DERAU GAUSSIAN CAMPURAN IMLPEMEASI MIISASI 1 - UUK RESORASI CIRA YAG MEGALAMI DEGRADASI OLEH DERAU GAUSSIA CAMPURA Suci Istachoti Jannah 1, Yudhi Purananto, Ruy Soeaiman 3 eknik Informatika, Fakutas eknoogi Informasi, IS emai

Lebih terperinci

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 61/UN..1.4/PPd/2015

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement Bab III Sudi Kasus Mode Doube Decremen Pada bab ini, akan dieaskan erebih dahuu mengenai beberapa definisi daam eori Doube Decremen. Seanunya akan dibahas benuk kuanifikasi dependensi daam kasus Doube

Lebih terperinci

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 125/UN.4/PPd/Dept/Ak/201

Lebih terperinci

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld Bab V Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmoogi Braneword V. Pendahuuan Di daam Bab IV teah dipeajari bahwa persamaan-persamaan induksi pada brane mengandung sebuah tensor Wey terproyeksi yang membawa informasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG. Ofyar Z. Tamin

METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG. Ofyar Z. Tamin METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG Ofyar Z. Tamin Seminar Potensi Pemanfaatan Kemampuan Komputer Untuk Rancang Bangun Jaan dan Jembatan di Indonesia, PT PERENTJANA DJAJA,

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurna Pengembangan Teknoogi Informasi dan Imu Komputer e-issn: 2548-964X Vo. 2, No. 9, September 2018, hm. 2579-2588 http://j-ptiik.ub.ac.id Evauasi Dan Perbaikan Desain Antarmuka Pengguna Situs Web Pariwisata

Lebih terperinci

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013 Proceeding Seminar Nasiona Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, - Oktober PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA OPERASI PEMOTONGAN MILLING

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL-DUAL PADA PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN TRAPEZOIDAL

METODE SIMPLEKS PRIMAL-DUAL PADA PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN TRAPEZOIDAL METODE SIMPLEKS PRIMAL-DUAL PADA PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN TRAPEZOIDAL Bambang Irawanto 1,Djwandi 2, Sryoto 3, Rizky Handayani 41,2,3 Departemen Matematika Faktas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI. [Type the document subtitle] LKjIP TAHUN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG

LAPORAN KINERJA INSTANSI. [Type the document subtitle] LKjIP TAHUN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG LAPORAN KINERJA INSTANSI [Type the document subtite] LKjIP TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG 201 6 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Aah

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpuan 7.1.1. Kondisi Pabik Daam Aspek K3 Saat Ini Aspek K3 di pabik saat ini masih banyak yang peu dibenahi. Kaena kondisi pabik saat ini banyak ha yang dapat menyebabkan

Lebih terperinci

HANDOUT PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah : LB 461 Jumlah SKS : 2 Semester : Genap (6) Kelompok Mata Kuliah

HANDOUT PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah : LB 461 Jumlah SKS : 2 Semester : Genap (6) Kelompok Mata Kuliah HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN TABLET EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN METODE GRANULASI BASAH DAN CETAK LANGSUNG SKRIPSI

STUDI PEMBUATAN TABLET EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN METODE GRANULASI BASAH DAN CETAK LANGSUNG SKRIPSI STUDI PEMBUATAN TABLET EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN METODE GRANULASI BASAH DAN CETAK LANGSUNG SKRIPSI Diajukan sebagai saah satu syarat untuk memperoeh Gear Sarjana Farmasi

Lebih terperinci

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Lisa Yui Kurniawati, dkk, Prediksi Pergerakan Harga Vo. 4, No. 1 Juni 2014 ISSN 2088-2130 PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Lisa Yui Kurniawati 1*), Handayani Tjandrasa

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS JURNAL SKRIPSI PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS DAN PUSH UPWITH CLAP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT LENGAN PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI PENCAK SILAT JPOK FKIP UNS TAHUN 04 SKRIPSI

Lebih terperinci

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD Konferensi Nasiona Imu osia & Teknoogi (KNiT) Maret 016, pp. 56~6 ANIMAI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK IWA D 56 Desy Yekti A 1, Nani Purwati 1 AMIK BI Yogyakarta e-mai: mbesesek@gmai.com,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN BUKU PEGANGAN BAGI PELATIH 1 Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasiona 2002 Pertama terbit tahun 2002 Pubikasi Kantor Perburuhan Internasiona diindungi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Prambanan, tim robot STIKOM Surabaya dengan nama O3STAD_11K

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Prambanan, tim robot STIKOM Surabaya dengan nama O3STAD_11K BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Kontes Robot Indonesia yang mengusung tema Membangun Candi Prambanan, tim robot STIKOM Surabaya dengan nama O3STAD_11K merancang sebuah robot tema perombaan. Di mana daam

Lebih terperinci

YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ

YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ Tito Tuwono,ST, M.Sc Program Studi Teknik Eektro, Fakutas Teknoogi Industri, Universitas Isam Indonesia Jaan Kaiurang km 14,5 jogjakarta 55501 titoyuwono@yahoo.com,

Lebih terperinci

JURNAL EVALUASIPROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAANMASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

JURNAL EVALUASIPROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAANMASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG JURNAL EVALUASIPROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAANMASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG YOHANIS MALIOGHA 110314064 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir.

Lebih terperinci

SIMULASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAFO 1/4 λ dan TIPE SINGLE STUB

SIMULASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAFO 1/4 λ dan TIPE SINGLE STUB SIMUASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAF 1/4 λ dan TIPE SINGE STUB Dewi Panca Wati [1], Imam Santoso [2], Ajub Ajuian Zahra [2] Jurusan Teknik Eektro, Fakutas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci