Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold"

Transkripsi

1 Bab III Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold III.1 Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi teori 4-dimensi yang memiliki generator supersimetri melalui kompaktifikasi orbifold dari teori supergravitasi 5-dimensi dengan generator supersimetri yang terkopel dengan multiplet vektor sembarang dan hipermultiplet. Hipermultiplet dipilih manifold Einstein-Self-Dual Torus (ESDT) yang dibangun oleh Calderbank dan Pedersen (2002) dengan tujuan untuk memperoleh sub ruang K hler dari ruang TSDE. Ada dua langkah yang dilakukan untuk memperoleh teori supersimetri dalam 4-dimensi. Pertama, teori supergravitasi dalam 5-dimensi dikompaktifikasi menjadi 4-dimensi melalui lingkaran 1 S dengan radius R yang diparameterisasi oleh koordinat dimensi ekstra 5 x. Kedua, untuk memperoleh teori dalam 4-dimensi chiral koordinat dimensi ekstra x 5 dikompaktifikasi pada orbifold. Aksi dari simetri 2 pada lingkaran adalah x x dan 5 5 dua buah titik-titk tetap orbifold berada di x 5 = 0 dan = π R di mana medanmedan yang memilki paritas genap dipertahankan. 5 x Sistematika pembahasan adalah sebagai berikut: Pada sub Bab III.2 dikaji teori supergravitasi dalam 5-dimensi tak gauge yang terkopel dengan multiplet vektor dan hipermultiplet. Penurunan dan analisis secara sistematis kompaktifikasi pada orbifold dibahas pad sub Bab III.3. Hasil-hasil pembahasan dirangkum pada sub Bab III.4. III.2 Supergravitasi N = 2 dalam 5-dimensi Dalam pasal ini dikaji teori supergravitasi 5-dimensi yang memiliki dua buah generator supersimetri,, terkopel dengan materi multiplet. Teori supergravitasi 5-dimensi yang terkopel dengan multiplet vektor dan tensor dikaji oleh Gunaydin, dkk., (1985). Ceresole dan Dall Agata (2000) membangun teori 50

2 supergravitasi hipermultiplet. dalam 5-dimensi yang terkopel dengan vektor, tensor dan III.2.1 Multiplet Gravitasional Miltiplet gravitasional 5-dimensi terdiri dari sebuah metrik gravitino Majorana simplektik ganda dan sebuah medan vektor,graviphoton), (Bergshoeff, 2004). Indeks Yunani dengan topi adalah indeks ruang-waktu 5- dimensi yang berjalan dari 0 sampai 5 ( ). Sedangkan indeks latin pada gravitinos berjalan dari 1 sampai 2 ( ). Kemudian aksi bosonik untuk multiplet gravitasional dapat ditulis sebagai berikut: (III.1) Persamaan aksi (III.1) dapat pula dikopel dengan jumlah sembarang vektor dan hipermultiplet sebagaimana akan dibahas pada pasal berikut ini. III.2.2 Kopling Multiplet Vektor dan Hipermultiplet III Manifold Skalar Tinjau teori supergravitasi yang terkopel dengan buah multiplet vektor. Maka teori ini akan memiliki buah medan vector, buah pasangan simplektik gaugino dan buah skalar multiplet vektor. Indeks I pada medan vektor adalah dan indeks pada graviphoton adalah indeks ruang datar. Suku kinetik untuk skalar riil diberikan oleh rapat Lagrangian, (III.2) Skalar multiplet vektor, memparameterisasi ruang target di mana menyatakan indeks lengkung. Metrik diinterpretasikan sebagai sebuah metrik pada manifold Riemannian yang dinamakan geometri riil sangat khusus (very special real geometry) dan dapat digambarkan sebagai sebuah hypersurface dengan polinomial derajat tiga (III.3) 51

3 di mana. Kopling gauge dari teori diberikan oleh (III.4) Sehingga metrik pada manifold Riemannian adalah (III.5) Untuk hipermultiplet dapat mengandung skalar riil dan fermion Majorana simplektik (hyperinos) di mana dan. Rapat Lagrangian dari hipermultiplet dapat ditulis sebagai (III.6) di mana, adalah metrik pada sebuah manifold Riemannian dengan skalar adalah koordinatnya dan menyatakan indeks lengkung yang menempel pada koordinat. Supersimetri lokal mengimplikasikan bahwa adalah sebuah manifold K hler kuaternionik (Bagger dan Witten, 1983). Manifold skalar dapat dinyatakan sebagai produk langsung dari manifold sangat khusus dan manifold kuaternionik, (III.7) dengan,. Aksi dari teori supergravitasi adalah dalam 5-dimensi yang dikompaktifikasi (III.8) di mana turunan-turunan kovarian didefinisikan oleh 52

4 (III.9) III Ruang Einstein Self-Dual Torus Untuk sektor hipermultiplet, yang ditinjau adalah hipermultiplet 4-dimensi memenuhi self-dual dalam ruang Einstein dan memiliki isometri torus. Metriknya diberikan oleh (III.10) di mana dan. Fungsi memenuhi persamaan Laplace dalam ruang hiperbolik dua dimensi yang dibentang oleh, (III.11) dengan dan. Disini diambil dan sedangkan adalah koordinat periodik. Fungsi dikatakan memiliki kelengkungan positif jika memenuhi dan dikatakan memiliki kelengkungan negatif jika memenuhi. III.3 Kompaktifikasi pada Orbifold III.3.1 Analisis Transformasi Orbifold Pada lampiran B diberikan penurunan untuk kompaktifikasi pada lingkaran. Pada pasal ini dibahas teori supergravitasi yang dikompaktifikasi pada orbifold. Ada dua pendekatan untuk melakukan kompaktifikasi melalui orbifold namun kedua pendekatan ini menghasilkan hasil yang sama. Perbedaan terletak pada perlakuannya. Pertama melalui mendekatan downstair. Pada pendekatan ini, 53

5 koordinat dari dimensi ekstra dari teori supergravitasi 5-dimensi memiliki topologi orbifold sedemikian sehingga koordinat ke-5 memenuhi syarat periodik dan memenuhi simetri 2 Struktur dari ruang-waktu 5-dimensi secara simbolik yang terkait dapat dituliskan sebagai (III.12) Secara lokal, teori supergravitasi 5-dimensi masih dipertahankan dan pada batas ada dua buah ruang-waktu 4-dimensi yaitu di yang dinamakan dengan batas dan di yang dinamakan dengan. Pendekatan kedua dinamakan pendekatan upstair. Pada pendekatan ini, kooordinat ke-5 dari teori supergravitasi 5-dimensi memiliki topologi lingkaran sehingga hanya memiliki syarat periodik terkait secara simbolik dapat dituliskan sebagai Dan struktur dari ruang-waktu 5-dimensi yang Selanjutnya didefinisikan transformasi orbifold sebagai berikut: (III.13) (III.14) Titik-titik tetap dari merupakan titik-titik yang berada pada atau, dan pada kedua titik tersebut terdapat masing-masing ruang-waktu 4- dimensi yaitu and yang merupakan batas dari. Untuk memperoleh gambaran yang sama seperti pada penekatan downstair, maka medan-medan harus dibuat invarian terhadap transformasi orbifold serta elemen garis juga harus invarian terhadap transformasi orbifold, yaitu (III.15) Sifat invarian dari kemudian menghasilkan hubungan berikut: (III.16) sedemikian sehingga pada batas dan, diperoleh. Selanjutnya, terhadap transformasi paritas pada bagian gravitasional dari aksi supergravitasi 5-dimensi menjadi 54

6 (III.17) di mana dan keduanya invarian terhadap transformasi Akibat dari perubahan tanda pada bagian gravitasional dari aksi, medan-medan yang lain di dalam aksi juga harus berubah tanda. Transformasi medan vektor dapat dilihat langsung dari transformasinya terhadap, Sebagai akibat dari persamaan (III.18), suku-ff mengalami perubahan tanda: (III.18) (III.19) Sehingga transformasi dari masing-masing komponen dari medan vektor akan memenuhi: dan. Keberadaan suku batas di kedua titik tetap dari orbifold memerlukan suku tambahan dalam aksi (III.1), sehingga aksi menjadi termodifikasi. Untuk mengetahui bentuk dari suku tambahan pada aksi, dapat dilakukan dengan mencari turunan persamaan gerak yang meliputi variasi dari tensor Ricci. Dalam hal ini, turunan dari variasi metrik tidak lenyap pada batas. Berikut ini ditinjau variasi dari skalar Ricci yang dapat menghasilkan aksi termodifikasi dari teori supergravitasi 5-dimensi pada orbifold. Aksi yang dimodifikasi dari teori supergravitasi 5-dimensi dapat ditulis sebagai berikut: (III.20) di mana merupakan trace dari kurvatur ektrinsik. Variasi aksi terhadap metrik diberikan oleh 55

7 (III.21) Untuk memperoleh persamaan di atas, telah digunakan hubungan dari variasi tensor Ricci: (III.22) serta divergensi dari metrik ke persamaan (III.21), maka diperoleh. Dengan menyisipkan persamaan (III.22) (III.23) di mana (III.24) Dengan menerapkan teorema Gauss, suku terakhir dari persamaan (III.23) dapat dinyatakan kembali dalam bentuk: (III.25) Di dalam persamaan (III.25) kuantitas menyatakan normal vektor terhadap permukaan. Suku ini menjadi lenyap akibat dari variasi metrik yang lenyap pada batas dan juga memodifikasi aksi dari teori supergravitasi 5-dimensi pada orbifold. Karena adalah konstant pada permukaan dan dengan memanfaatkan hubungan, maka persamaan (III.25) menjadi (III.26) Suku batas dapat dipandang sebagai sebuah permukaan 4-dimensi yang dimasukkan dalam ruang-wakti 5-dimensi. Sebuah kuantitas dapat didefinisikan sedemikian sehingga variasinya menghasilkan suku yang sama dengan persamaan (III.26), 56

8 (III.27) dengan (III.28) Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa metrik induksi pada permukaan memiliki komponen-(55) yang lenyap, (III.29) Trace kurvatur ekstrinsik dihitung sebagai berikut (III.30) di mana telah digunakan definisi simbol Christoffel dalam perhitungan di atas. Karena dan hanya memiliki komponen-komponen diagonal maka (III.31) dan memiliki variasi lenyap pada permukaan. Suku kedua persamaan (III.20) berasal dari variasi kurvatur ekstrinsik (III.30) yaitu (III.32) dan serupa dengan persamaan (III.26) hanya berbeda faktor 1/2. Dengan hanya meninjau sektor tak bermassa dari teori, di mana, suku kedua persamaan (III.20) tidak memberikan kontribusi pada aksi. Tetapi untuk sektor bermassa suku ini diambil dalam perhitungan. Untuk perhitungan selanjutnya hanya sektor tak bermassa yang ditinjau sehingga teori supersimetri dalam 4-dimensi dapat digambarkan sebagai sebuah teori efektif energi rendah. Dari analisis sektor bosonik, medan-medan 5-dimensi dapat berparitas genap Φ =Φ x 5 5 ( x μ μ, x ) ( x, ) atau ganjil 5 5 ( x μ μ Φ, x ) = Φ( x, x ) terhadap transformasi orbifold. Medan-medan berparitas ganjil adalah lenyap oleh ketidakontinuan pada titik-titk tetap, sehingga dipandang sebagai medan tidak dinamik pada sub manifold. Dengan mengidentifikasi periodisitas medan-medan skalar (III.10), di mana maka terhadap transformasi orbifold 57

9 medan-medan berparitas genap dan medan-medan berparitas ganjil. Paritas ganjil dari tidak dipenuhi dalam fungsi, sebagai contoh, untuk. Aksi simetri pada medan fermion dan parameter spinor dari transformasi supersimetri didefinisikan oleh Lim, (2004): (III.33) di mana (III.34) dengan fungsi riil dari dan,. Dekomposisi spinor 5-dimensi dan konjugatnya menjadi spinor 4-dimensi mengikuti konvensi Bagger, dkk., (2001), diberikan oleh (III.35) dan (III.36) Dengan menggunakan definisi ini dan hasil-hasil sebelumnya, medan-medan dengan paritas genap diberikan oleh (III.37) dan medan-medan dengan paritas ganjil diberikan oleh (III.38) di mana telah didefinisikan (III.39) III.3.2 Hasil Kompaktifikasi Sektor Boson Selanjutnya diturunkan aksi efektif energi rendah supergravitasi kompaktifikasi pada sektor boson dari akasi supupergravitasi melalui tak-gauge 58

10 dalam 5-dimensi (III.8) pada orbifold dengan menggunakan hasil analisis yang telah diperoleh dalam pasal sebelumnya, terhadap simetri, medan bosonik ( ) memiliki paritas genap, sedangkan ( ) memiliki paritas ganjil. Analisis transformasi orbifold di atas pada dasarnya sama dengan kompaktifikasi lingkaran sebagaimana diberikan dalam lampiran B, tetapi medan-medan yang berparitas ganjil tidak diambil dalam perhitungan. Dengan menggunakan ansatz metrik, diperoleh (III.40) (III.41) Persamaan ini dapat dibawa ke bentuk kanonik melalui penyekalaan ulang Weyl pada metrik yang diberikan oleh (III.42) Sehingga persamaan (III.41) menjadi (III.43) Konstanta gravitasional 4-dimensi dapat didefinisikan dalam ungkapan konstanta gravitasional 5-dimensi, (III.44) Persamaan (III.43) dapat dinyatakan kembali dalam bentuk 59

11 (III.45) di mana, dan (III.46) Di dalam persamaan (III.45), buah skalar multiplet vektor dinyatakan dalam buah skalar yang terkendala oleh (III.47) Selanjutnya ditinjau deskripsi dari aksi efektif energi rendah dari supergravitasi dalam 4-dimensi yaitu dengan menunjukkan bahwa skalar di dalam persamaan (III.45) memparametrisasi sebuah manifold kompleks berjenis K hler. Untuk itu didefinisikan dua buah kuantitas kompleks baru yaitu dan : (III.48) Dari definisi ini, fungsi diganti menjadi fungsi dan dapat diperoleh (III.49) (III.50) (III.51) Persamaan Laplace (III.11) dapat dinyatakan dalam bentuk (III.52) Melalui substitusi persamaan-persamaan (III.48) (III.52) ke persamaan (III.45), diperoleh persamaan aksi berikut: 60

12 (III.53) di mana (III.54) Potensial K hler dinyatakan oleh dan yang masing-masing berasal dari kontribusi vektor multiplet dan hypermultiplet, (III.55) III.3.3 Hasil Kompaktifikasi Sektor Fermion Pada pasal sebelumnya telah diperoleh deskripsi aksi efektif untuk sektor boson dengan potensial K hler diberikan oleh persamaan (III.55). Berikut ini dipaparkan hasil kompaktifikasi sektor fermion dan untuk memperoleh teori efektif supersimetrik dalam 4-dimensi. Karena medan-medan fermion tidak bergantung pada koordinat dimensi ekstra maka integrasi pada dimensi ekstra dalam aksi menghasilkan volume yang dapat diserap menjadi definisi konstanta gravitasional 4-dimensi. Dengan kata lain bahwa modus-modus bermassa Kaluza- Klein diabaikan dan hanya ada modus tak bermassa dalam deskripsi teori efektif. Tinjau bagian fermion dari aksi (III.8). Suku kinetik komponen- diberikan oleh (III.56) 61

13 Spinor Majorana simplektik dua komponen didekomposisikan menjadi spinor Majorana 4-dimensi dengan konvensi sebagai berikut: (III.57) Dengan menggunakan definisi ini, persamaan (III.56) dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari bagian genap dan ganjil dari spinor Majorana (III.58) atau dapat juga dinyatakan dalam bentuk (III.59) di mana telah digunakan (III.60) Pada dua buah titik tetap orbifold ketidakkontinuan medan-medan dinyatakan oleh sebuah fungsi tangga yaitu. Fungsi tangga memiliki nilai untuk dan untuk. Agar reduksi menjadi konsisten maka ansat untuk gravitino adalah sebagai berikut (III.61) Disini adalah fungsi sembarang yang hanya bergantung pada koordinat 4-dimensi. Di dalam lampiran B diberikan perhitung secara lengkap penurunan suku gravitino, yang dapat diperoleh dengan mensubstitusikan persamaan (III.61) ke persamaan (III.59) hasilnya adalah (III.62) 62

14 Suku ketiga dari aksi ini tidak lain adalah suku batas. Hasil ini adalah konsisten dengan pendekatan upstair yang telah digunakan oleh Horava dan Witten (1996) di mana ruang-waktu memenuhi struktur dengan simetri pada lingkaran. Sehingga dalam kerangka kerja supergravitasi aksi total adalah jumlah dari aksi pada bulk dan aksi pada batas: (III.63) di mana diberikan oleh (III.8) dan atau dalam konteks braneworld diberikan oleh (III.64) Bagian bulk dari aksi yang mengandung suku gravitino dapat dinyatakan sebagai berikut (III.65) di mana turunan kovarian terhadap gravitino diberikan oleh (III.66) Setelah dilakukan integrasi (III.65) terhadap, diperoleh (III.67) Fungsi menjadi pada persamaan (III.61) berhubungan dengan komponen metrik dan dengan demikian turunan kovarian dalam 4-dimensi (III.66) (III.68) di mana telah digunakan koneksi spin melalui metrik (III.69) dan koneksi-, (III.70) 63

15 Suku kinetik hyperino sektor fermion dari aksi (III.8) diberikan oleh (III.71) Seperti juga untuk suku gravitino, medan-medan tidak bergantung pada koordinat dimensi ekstra maka turunannnya lenyap terhadap koordinat tersebut. Dengan mengambil ansat untuk medan hyperino (III.72) maka persamaan (III.71), menjadi (III.73) Turunan kovarian untuk hyperino dalam 4-dimensi diberikan oleh (III.74) Berikutnya ditinjau suku kinetik gaugino (III.75) Serupa dengan suku-suku fermion yang lain, untuk suku gaugino diperoleh di mana turunan kovarian untuk gaugino dalam 4-dimensi diberikan oleh (III.76) (III.77) Dengan menggabungakan hasil-hasil di atas untuk sektor boson dan sektor fermion, maka diperoleh aksi efektif energi rendah teori supergravitasi dalam 4-dimensi yaitu 64

16 (III.78) di mana turunan-turunan kovarian diberikan oleh persamaan-persamaan (III.68), (III.74) dan (III.77). III.4 Rangkuman Pada bab ini telah dipelajari kompaktifikasi melalui orbifold dari teori supergravitasi dalam 5-dimensi tergandeng dengan multiplet vektor sembarang sedangkan hypermultiplet merupakan medan skalar yang membentang dalam ruang ESDT. Dan hasilnya berupa sebuah teori supergravitasi dalam 4-dimensi. Deskripsi dari teori 4-dimensi dapat direpresentasikan melalui potensial K hler dan diperoleh sebagai kontribusi dari multiplet vektor (III.79) dan dari hipermultiplet diberikan oleh (III.80) Dengan penambahan hipermultiplet universal (Arianto, dkk., 2005), potensial K hler dalam deskripsi teori 4-dimensi diberikan oleh ( I I )( J J )( K K ) κ ( ) 2 2 K = κ4 ln CIJK T + T T + T T + T 4 ln S + S + 2ln f ( ) +. 2 κ 4 ln U U (III.81) Telah diperoleh juga kompaktifikasi untuk sektor fermion dalam teori dalam 4-dimensi. Hasil-hasil di atas telah memperluas hasil-hasil Altend orfer, dkk., (2001) serta Zucker (2001) yang hanya memasukkan vektor multiplet saja, sedangkan hasil dalam disertasi ini mencakup hipermultplet juga. G unara, dkk., (2007) telah mempelajari sifat-sifat umum vakum dari persamaan BPS dan potensial skalar teori supergravitasi dalam 4-dimensi terkopel dengan multiplet chiral. Melalui analisis sistem dinamik pada persamaan gradien flow ditemukan bahwa ada ketidakstabilan di dekat maksimum lokal dari 65

17 potensial skalar, tetapi di dekat titik balik, minimum lokal, potensial skalar menjadi stabil, dan dihasilkan pula titik-titik kritis potensial skalar Gambar III.1 Geometri Orbifold. Selanjutnya, jika analisis di atas dibawa dalam konteks braneworld maka persamaan aksi (III.63) dapat digambarkan dengan sebuah struktur geometri orbifold di mana pada titik-titi tetap dari orbifold terdapat masing-masing 3-brane (Gambar III.1). Gambar bagian atas adalah sebuah representasi skematik dari orbifold diperoleh dengan mengidentifikasi titik-titik pada lingkaran yang dihubungkan melalui simetri refleksi terhadap diameter lingkaran. Ini ekuivalen dengan dua buah bayangan identik dari sebuah interval tertutup yang menempel pada titik-titik ujungnya. Dua buah lingkaran kecil pada lingkaran besar menyatakan dua buah titik-titik tetap dari simetri. Gambar bagian bawah menyatakan struktur ruang M 4 di mana alam semesta 4-dimensi 66

18 dinyatakan oleh 3-brane dan dimensi ekstra memiliki topologi orbifold. Label 1 dan 2 adalah dua buah bayangan identik dari bulk berhubungan dengan dua bagian orbifold. Brane yang berwarna hijau adalah bayangan dari brane yang berwarna biru. Pada bab-bab selanjutnya, skenario braneword yang ditinjau memiliki struktuk geometri M 4 seperti Gambar III.1. 67

Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk

Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk Bab VI Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk VI.1 Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk menggeneralisasi hasil yang diperoleh untuk sistem dua buah brane, dengan memperluas skema perturbasi yang telah dibahas

Lebih terperinci

Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan

Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan Pada Bab III, telah diperoleh sebuah deskripsi teori efektif 4-dimensi dari teori 5- dimensi dengan cara mengkompaktifikasi pada orbifold dalam kerangka kerja

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik Pada pertengahan abad ke-20, fisika teoretik menjadi bidang ilmu yang berkembang pesat dan memberikan perubahan pada prinsip-prinsip fisika

Lebih terperinci

Perspektif Baru Fisika Partikel

Perspektif Baru Fisika Partikel 8 Perspektif Baru Fisika Partikel Tujuan Perkuliahan: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui perkembangan terbaru dari fisika partikel. 2. Mengetahui kelemahan-kelemahan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI METRIK EINSTEIN SELFDUAL PADA

KONSTRUKSI METRIK EINSTEIN SELFDUAL PADA BAB IV KONSTRUKSI METRIK EINSTEIN SELFDUAL PADA MANIFOLD BERDIMENSI-4 4.1 Struktur Selfdual dengan Simetri Torus Dalam 4-dimensi, untuk mengatakan bahwa sebuah manifold adalah quaternionic Kähler adalah

Lebih terperinci

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian Bab 2 Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Geometri Riemann pertama kali dikemukakan secara general oleh Bernhard Riemann pada abad ke 19. Pada bagian ini akan diberikan penjelasan

Lebih terperinci

GRAVITASI EINSTEIN DAN BRANEWORLD DALAM DAERAH EFEKTIF ENERGI RENDAH DAN DIMENSI EKSTRA

GRAVITASI EINSTEIN DAN BRANEWORLD DALAM DAERAH EFEKTIF ENERGI RENDAH DAN DIMENSI EKSTRA GRAVITASI EINSTEIN DAN BRANEWORLD DALAM DAERAH EFEKTIF ENERGI RENDAH DAN DIMENSI EKSTRA DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld

Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld Bab II Tinjauan Pustaka: Dimensi Ekstra dan Braneworld II.1 Pendahuluan Mekanika kuantum dan relativitas umum adalah dua teori yang sukses menggambarkan fisika pada masing-masing wilayah. Masalahnya adalah

Lebih terperinci

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

Teori Dasar Gelombang Gravitasi Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab

Lebih terperinci

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Bab 2 Persamaan Einstein dan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Sebuah himpunan M disebut sebagai manifold jika tiap titik Q dalam M memiliki lingkungan terbuka S yang dapat dipetakan 1-1 melalui sebuah pemetaan

Lebih terperinci

BAB III TENSOR. Berdasarkan uraian bab sebelumnya yang telah menjelaskan beberapa

BAB III TENSOR. Berdasarkan uraian bab sebelumnya yang telah menjelaskan beberapa BAB III TENSOR Berdasarkan uraian bab sebelumnya yang telah menjelaskan beberapa istilah dan materi pendukung yang berkaitan dengan tensor, pada bab ini akan dijelaskan pengertian dasar dari tensor. Tensor

Lebih terperinci

MEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW

MEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF016 http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf016/ VOLUME V, OKTOBER 016 p-issn: 339-0654 e-issn: 476-9398 DOI: doi.org/10.1009/030500505 KOMPAKTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan fisika teoritik melalui Teori Relativitas Umum (TRU) yang dikemukakan oleh Albert Einstein sudah sangat pesat dan cukup baik dalam mendeskripsikan ataupun memprediksi fenomena-fenomena

Lebih terperinci

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI Teori Medan Klasik L. D. Landau 1, E. M. Lifshitz 2 1,2 Institute of Physical Problems USSR Academy of Sciences Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre LIPI Puspiptek,

Lebih terperinci

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains MELLY FRIZHA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Relativitas Einstein Relativitas merupakan subjek yang penting yang berkaitan dengan pengukuran (pengamatan) tentang di mana dan kapan suatu kejadian terjadi dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum pembahasan mengenai irisan bidang datar dengan tabung lingkaran tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. A. Matriks Matriks adalah himpunan skalar (bilangan

Lebih terperinci

STUDI BRANEWORLD DIMENSI LIMA

STUDI BRANEWORLD DIMENSI LIMA http://doi.org/10.1009/pekta Volume Nomor 1 April 017 p-in: 1-8 e-in: 1-9 DOI: doi.org/10.1009/pekta.01.01 TUDI BANEWOLD DIENI LIA Dewi Wulandari 1a) 1 Jurusan Fisika Fakultas atematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum LAMPIRAN A Ringkasan Relativitas Umum Besaran fisika harus invarian terhadap semua kerangka acuan. Kalimat tersebut merupakan prinsip relativitas khusus yang pertama. Salah satu besaran yang harus invarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak model fisika partikel yang dikembangkan oleh fisikawan untuk mencoba menjelaskan keberadaan partikel-partikel elementer serta interaksi yang menyertainya.

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : MATEMATIKA TEKNIK 2 KODE/SKS : IT042227 / 2 SKS Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU 1 Pendahuluan Mahasiswa mengerti tentang mata kuliah Matematika Teknik 2 : bahan ajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mekanika geometrik merupakan bidang kajian yang membahas subyek-subyek seperti persamaan diferensial, kalkulus variasi, analisis vektor dan tensor, aljabar

Lebih terperinci

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN Pada bab 1 ini akan dibahas definisi kode, khususnya kode linier atas dan pencacah bobot Hammingnya. Di samping itu, akan dijelaskanan invarian, ring invarian dan

Lebih terperinci

Kompaktifikasi Teori String Heterotik pada Manifold Calabi-Yau

Kompaktifikasi Teori String Heterotik pada Manifold Calabi-Yau JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME, NOMER JANUARI 25 Kompaktifikasi Teori String Heterotik pada Manifold Calabi-Yau Bintoro A. Subagyo, Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam Jurusan Fisika FMIPA,

Lebih terperinci

DEFORMASI VAKUM SUPERSIMERTIK PADA KAEHLER-RICCI SOLITON BERDIMENSI DUA DENGAN SUPERPOTENSIAL LINEAR

DEFORMASI VAKUM SUPERSIMERTIK PADA KAEHLER-RICCI SOLITON BERDIMENSI DUA DENGAN SUPERPOTENSIAL LINEAR DEFORMASI VAKUM SUPERSIMERTIK PADA KAEHLER-RICCI SOLITON BERDIMENSI DUA DENGAN SUPERPOTENSIAL LINEAR TUGAS AKHIR Kelompok Keahlian Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi Diajukan sebagai syarat

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 23, 2010 Pengantar Kelengkungan Quiz 1 Apakah basis vektor dalam sistem koordinat melengkung selalu konstan? 2 Dalam sistem koordinat apakah basis vektornya selalu

Lebih terperinci

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf Rubono Setiawan Prodi Pendidikan Matematika, F.KIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SOLUSI SCHWARZSCHILD UNTUK PERHITUNGAN PRESISI ORBIT PLANET-PLANET DI DALAM TATA SURYA DAN PERGESERAN MERAH GRAVITASI SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA SOLUSI SCHWARZSCHILD UNTUK PERHITUNGAN PRESISI ORBIT PLANET-PLANET DI DALAM TATA SURYA DAN PERGESERAN MERAH GRAVITASI SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA SOLUSI SCHWARZSCHILD UNTUK PERHITUNGAN PRESISI ORBIT PLANET-PLANET DI DALAM TATA SURYA DAN PERGESERAN MERAH GRAVITASI SKRIPSI SALMAN FARISHI 0304020655 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Hukum gravitasi Newton mampu menerangkan fenomena benda-benda langit yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi antar benda. Namun, hukum gravitasi Newton ini tidak sesuai dengan teori

Lebih terperinci

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh SOLUSI VAKUM PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK BENDA SIMETRI AKSIAL STASIONER MENGGUNAKAN PERSAMAAN ERNST Aldytia Gema Sukma 1, Drs. Bansawang BJ, M.Si, Dr. Tasrief Surungan, M.Sc 3 Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan matematika, teorema Taylor, nilai eigen,

Lebih terperinci

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor ANALISIS VEKTOR Aljabar Vektor Operasi vektor Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu, besaran

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN : PRISMA FISIKA, Vol. I, No. (01), Hal. 1-17 ISSN : 7-804 Aplikasi Persamaan Einstein Hyperbolic Geometric Flow Pada Lintasan Cahaya di Alam Semesta Risko 1, Hasanuddin 1, Boni Pahlanop Lapanporo 1, Azrul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN-KLEIN-GORDON SIMETRI BOLA

SOLUSI PERSAMAAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN-KLEIN-GORDON SIMETRI BOLA SOLUSI PERSAMAAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN-KLEIN-GORDON SIMETRI BOLA Abdul Muin Banyal 1, Bansawang B.J. 1, Tasrief Surungan 1 1 Jurusan Fisika Universitas Hasanuddin Email : muinbanyal@gmail.com Ringkasan

Lebih terperinci

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton III.1 Stress dan Strain Salah satu hal yang penting dalam pengkonstruksian model proses deformasi suatu fluida adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah ciptaan Tuhan yang sangat istimewa. Manusia diberi akal budi oleh sang pencipta agar dapat mengetahui dan melakukan banyak hal. Hal lain yang

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Revisi ke: Tanggal: GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) SPMI-UNDIP/GBPP/xx.xx.xx/xxx Disetujui oleh Dekan Fak Mata Kuliah : Fisika Matematika II Kode/ Bobot : PAF 215/4 sks Deskripsi singkat : Mata

Lebih terperinci

Solusi Khusus Persamaan Ricci Flow untuk Metrik Axisimetrik Empat Dimensi

Solusi Khusus Persamaan Ricci Flow untuk Metrik Axisimetrik Empat Dimensi Solusi Khusus Persamaan Ricci Flow untuk Metrik Axisimetrik Empat Dimensi Laporan Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan pendidikan tingkat S1 di Program Studi Fisika ITB oleh: FIKI

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahkan vektor secara grafis dan dengan vektor komponen 3. Melakukan

Lebih terperinci

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II. A. 1 Matriks didefinisikan sebagai susunan segi empat siku- siku dari bilangan- bilangan yang diatur dalam baris dan kolom (Anton, 1987:22).

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 7, 2010 Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus Quiz 1 Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan memakai vektor-4 fluks jumlah partikel. 2 Tuliskan

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

Pertama, daftarkan kedua himpunan vektor: himpunan yang merentang diikuti dengan himpunan yang bergantung linear, perhatikan:

Pertama, daftarkan kedua himpunan vektor: himpunan yang merentang diikuti dengan himpunan yang bergantung linear, perhatikan: Dimensi dari Suatu Ruang Vektor Jika suatu ruang vektor V memiliki suatu himpunan S yang merentang V, maka ukuran dari sembarang himpunan di V yang bebas linier tidak akan melebihi ukuran dari S. Teorema

Lebih terperinci

KONSTRUKSI METRIK EINSTEIN SELFDUAL PADA MANIFOLD BERDIMENSI 4

KONSTRUKSI METRIK EINSTEIN SELFDUAL PADA MANIFOLD BERDIMENSI 4 KONSTRUKSI METRIK EINSTEIN SELFDUAL PADA MANIFOLD BERDIMENSI 4 TUGAS AKHIR SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan dalam Menempuh Program Pendidikan Sarjana di Program Studi Fisika Oleh Sunario

Lebih terperinci

Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik

Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik BAB II DASAR TEORI 2.1 Teori Dasar Graf 2.1.1 Graf dan Graf Sederhana Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik yang tak kosong dan E adalah himpunan sisi. Untuk selanjutnya,

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU Sistem persamaan linear orde/ tingkat satu memiliki bentuk standard : = = = = = = = = = + + + + + + + + + + Diasumsikan koefisien = dan fungsi adalah menerus

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahan vektor secara grafis dan matematis 3. Melakukan perkalian vektor

Lebih terperinci

KALKULUS INTEGRAL 2013

KALKULUS INTEGRAL 2013 KALKULUS INTEGRAL 0 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATA KULIAH Isi pokok mata kuliah ini memuat pemahaman tentang: () Anti turunan: pengertian anti turunan, teorema-teorema, dan teknik anti turunan, () Integral

Lebih terperinci

Medan Elektromagnetik 3 SKS. M. Hariansyah Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor

Medan Elektromagnetik 3 SKS. M. Hariansyah Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Medan Elektromagnetik 3 SKS M. Hariansyah Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor 2 0 1 4 Medan Elektromagnetik I -Referensi: WILLIAM H HAYT Materi Kuliah -Analisa Vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Chen Nin Yang ( ) 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. - Chen Nin Yang ( ) 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN... And of course, miracle of miracles some concept in mathematics turn out provide the fundamental structures that govern the physical universe! - Chen Nin Yang (1922-...) 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld Bab V Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmoogi Braneword V. Pendahuuan Di daam Bab IV teah dipeajari bahwa persamaan-persamaan induksi pada brane mengandung sebuah tensor Wey terproyeksi yang membawa informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi-diri sebuah elektron adalah energi total elektron tersebut di dalam ruang bebas ketika terisolasi dari partikel-partikel lain (Majumdar dan Gupta, 1947).

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : KALKULUS 3 KODE / SKS : IT042219 / 2 SKS Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU Geometri pada bidang, vektor vektor pada bidang : pendekatan secara geometrik dan secara

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308) DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 7 INTEGRAL PERMUKAAN Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Topik bahasan : Analisis Vektor Tujuan pembelajaran umum : Mahasiswa memahami kalkulus vektor dan dapat menerapkannya dalam bidang rekayasa. Jumlah pertemuan : 3 (tiga ) kali 1, 2 dan 3 1. Mengingat mbali

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308) DIKTAT KULIAH (IE-308) BAB 6 INTEGRAL GARIS Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Ir. Rudy Wawolumaja M.Sc JURUSAN TEKNIK INDUSTRI -

Lebih terperinci

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas pengaruh dasar laut tak rata terhadap perambatan gelombang permukaan secara analitik. Pengaruh dasar tak rata ini akan ditinjau melalui simpangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al., II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Dinamik Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al., 2002). Salah satu tujuan utama dari sistem dinamik adalah mempelajari perilaku dari

Lebih terperinci

Metrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein

Metrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 13, NOMOR 1 JANUARI 17 Metrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein Canisius Bernard Program Studi Fisika, Fakultas Teknologi Informasi dan Sains, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA 3.1 Deskripsi Masalah Permasalahan yang dibahas di dalam Tugas Akhir ini adalah mengenai aliran fluida yang mengalir keluar melalui sebuah celah

Lebih terperinci

Metrik Finsler Pseudo-Konveks Kuat pada Bundel Vektor Holomorfik

Metrik Finsler Pseudo-Konveks Kuat pada Bundel Vektor Holomorfik Metrik Finsler Pseudo-Konveks Kuat pada Bundel Vektor Holomorfik Haripamyu FMIPA Universitas Andalas Email: harpamyu@gmail.com Jenizon FMIPA Universitas Andalas Email: jenizon@gmail.com I Made Arnawa FMIPA

Lebih terperinci

Bab 5 Potensial Skalar. A. Pendahuluan

Bab 5 Potensial Skalar. A. Pendahuluan Bab 5 Potensial Skalar A. Pendahuluan Pada pokok bahasan terdahulu medan listrik merupakan besaran vektor yang memberikan informasi lengkap tentang efek-efek elektrostatik. Secara substansial informasi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Komputasi pada Pembelajaran Fisika dalam Merumuskan Dinamika Benda Ruang 3D

Pemanfaatan Komputasi pada Pembelajaran Fisika dalam Merumuskan Dinamika Benda Ruang 3D Pemanfaatan Komputasi pada Pembelajaran Fisika dalam Merumuskan Dinamika Benda Ruang 3D Melly Ariska Dosen (Universitas Sriwijaya dan Jln. Hasan Bastari Perum. Arcadia) Jalan Raya Palembang-Prabumulih

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-5002 Mekanika Statistik SEMESTER/ Sem. 2-2016/2017 QUIZ 2 Waktu : 120 menit (TUTUP BUKU) 1. Misalkan sebuah

Lebih terperinci

SOLUSI STATIK PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK RUANG VAKUM BERSIMETRI SILINDER DAN PERSAMAAN GERAK PARTIKEL JATUH BEBAS DARI SOLUSI TERSEBUT

SOLUSI STATIK PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK RUANG VAKUM BERSIMETRI SILINDER DAN PERSAMAAN GERAK PARTIKEL JATUH BEBAS DARI SOLUSI TERSEBUT SOLUSI STATIK PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK RUANG VAKUM BERSIMETRI SILINDER DAN PERSAMAAN GERAK PARTIKEL JATUH BEBAS DARI SOLUSI TERSEBUT SKRIPSI Oleh A.Syaiful Lutfi NIM 081810201005 JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA A. Pengantar Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di SD. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori penelitian ini. 2. Konsep Dasar Graf Teori dasar mengenai graf

Lebih terperinci

Bab IV Persamaan Integral Batas

Bab IV Persamaan Integral Batas Bab IV Persamaan Integral Batas IV.1 Konvensi simbol ebelum memulai pembahasan, kita akan memperkenalkan sejumlah konvensi simbol yang akan digunakan pada tesis ini. imbol x, y, x 0 akan digunakan untuk

Lebih terperinci

SISTEM FLUTTER PADA SAYAP PESAWAT TERBANG

SISTEM FLUTTER PADA SAYAP PESAWAT TERBANG SISTEM FLUTTER PADA SAYAP PESAWAT TERBANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Bab 6 Konduktor dalam Medan Elektrostatik. 1. Pendahuluan

Bab 6 Konduktor dalam Medan Elektrostatik. 1. Pendahuluan Bab 6 Konduktor dalam Medan Elektrostatik 1. Pendahuluan Pada pokok bahasan terdahulu tentang hukum Coulomb, telah diasumsikan bahwa daerah di antara muatan-muatan merupakan ruang hampa. Di sini akan dibahas

Lebih terperinci

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n 1. FUNGSI DUA PEUBAH ATAU LEBIH fungsi bernilai riil dari peubah riil, fungsi bernilai vektor dari peubah riil Fungsi bernilai riil dari dua peubah riil yakni, fungsi

Lebih terperinci

2.11 Penghitungan Observabel Sebagai Rerata Ensambel

2.11 Penghitungan Observabel Sebagai Rerata Ensambel 2.11. PENGHITUNGAN OBSERVABEL SEBAGAI RERATA ENSAMBEL33 2.11 Penghitungan Observabel Sebagai Rerata Ensambel Dalam pendahuluan ke teori ensambel, kita mengasumsikan bahwa semua observabel dapat dituliskan

Lebih terperinci

Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang

Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

POTENSIAL LISTRIK. Mengingat integral garis dari medan listrik tidak bergantung pada bentuk lintasan, maka didefinisikan suatu besaran baru, yaitu

POTENSIAL LISTRIK. Mengingat integral garis dari medan listrik tidak bergantung pada bentuk lintasan, maka didefinisikan suatu besaran baru, yaitu POTENSIL LISTRIK Mengingat integral garis dari medan listrik tidak bergantung pada bentuk lintasan, maka didefinisikan suatu besaran baru, yaitu Keterangan: = = ptensial listrik pada suatu titik dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN, PROBLEM HIDRAULIKA SEDERHANA UNTUK APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA

1. PENDAHULUAN, PROBLEM HIDRAULIKA SEDERHANA UNTUK APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA 1. PENDAHULUAN, PROBLEM HIDRAULIKA SEDERHANA UNTUK APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA 1.1. Pengantar Problem sederhana yang dapat mengantarkan pembaca kepada pemahaman Metode Elemen Hingga untuk problem hidraulika

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

Grup USp(2n,C) 1. Definisi dan Parameterisasi Grup USp ( 2, C )

Grup USp(2n,C) 1. Definisi dan Parameterisasi Grup USp ( 2, C ) Grup USp(2n,C) Kevin Frankly Samuel Pardede 1 1 Institut Teknologi Bandung Definisi beserta pembuktian sifat grup USp(2n, C) akan diberikan. Untuk kasus n=1, pembuktian bahwa grup USp(2, C) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein BAB II DASAR TEORI Sebagaimana telah diketahui dalam kinematika relativistik, persamaanpersamaannya diturunkan dari dua postulat relativitas. Dua kerangka inersia yang bergerak relatif satu dengan yang

Lebih terperinci

Teori Bifurkasi (3 SKS)

Teori Bifurkasi (3 SKS) Teori Bifurkasi (3 SKS) Department of Mathematics Faculty of Mathematics and Natural Sciences Gadjah Mada University E-mail : f_adikusumo@gadjahmada.edu Sistem Dinamik PENGERTIAN UMUM : - Formalisasi matematika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

BABAK PENYISIHAN SELEKSI TINGKAT PROVINSI BIDANG KOMPETISI

BABAK PENYISIHAN SELEKSI TINGKAT PROVINSI BIDANG KOMPETISI BABAK PENYISIHAN SELEKSI TINGKAT PROVINSI BIDANG KOMPETISI TIPE A Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Petunjuk : 1. Tuliskan secara lengkap Nama, Nomor Ujian dan data lainnya pada Lembar Jawab Komputer

Lebih terperinci

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG 1. KOORDINAT CARTESIUS DALAM RUANG DIMENSI TIGA SISTEM TANGAN KANAN SISTEM TANGAN KIRI RUMUS JARAK,,,, 16 Contoh : Carilah jarak antara titik,, dan,,. Solusi :, Persamaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini.. Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130

PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130 PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130 Data 1. Besaran Statistika berbicara tentang data dalam bentuk besaran (dimensi) Besaran adalah sesuatu yang dapat dipaparkan secara jelas dan pada prinsipnya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Fisika partikel dibangun dari mekanika kuantum relativistik yang kemudian dikembangkan menjadi teori medan kuantum (Quantum Field Theory) disertai

Lebih terperinci