Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemodelan Matematika dan Metode Numerik"

Transkripsi

1 Bab 3 Pemodelan Matematika dan Metode Numerik 3.1 Model Keadaan Tunak Model keadaan tunak hanya tergantung pada jarak saja. Oleh karena itu, distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari jarak dapat dihitung dengan menggunakan hukum kekekalan energi yang menyatakan laju perubahan energi suatu sistem sama dengan jumlah panas dikurangi jumlah kerja pada sistem tersebut, dengan mengasumsikan proses perpindahan panas yang terjadi bersifat tunak dan tidak ada kerja yang dilakukan oleh sistem, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : q = de dt. 3.1) Perhitungan laju perubahan energi dalam kasus ini dijelaskan dengan menggunakan konsep fluks. Akan diperhatikan proses aliran energi dalam suatu segmen x sampai dengan x + x pada kontrol volum Gambar 3.1), untuk mendapatkan laju 29

2 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 3 perubahan energi dengan konsep fluks. Misalkan energi yang masuk melalui titik x adalah f x) sedangkan energi yang masuk melalui titik x + x adalah f x + x). Jika f bernilai positif, maka energi mengalir masuk ke dalam segmen melalui sebelah kiri titik ujung x, sedangkan penulisan tanda minus untuk f x + x) dibutuhkan karena f x + x) > menunjukkan energi mengalir ke sebelah kanan titik ujung x + x. Sehingga laju perubahan energi adalah : f x) f x + x). 3.2) Berdasarkan aproksimasi Taylor, Persamaan 3.2) merupakan turunan pertama f x), yaitu : f x. 3.3) Dengan mengabaikan energi potensial dan kinetik, dan mengasumsikan tidak ada efek nuklir, listrik, dan magnetik, maka dengan menguraikan energi yang terjadi pada sistem yaitu hanya energi panas MC v T) dan energi yang menyebabkan kehilangan tekanan M p ρ ), dengan M sebagai mass flow, yaitu aliran massa yang melewati luas penampang A, M = ρva, maka f adalah : MC v T + p ρ ). 3.4) Gambar 3.1: Segmen x sampai dengan x + x pada Kontrol Volum.

3 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 31 Dengan mensubstitusikan f yang berbentuk Persamaan 3.4) ke dalam Persamaan 3.3) dan menotasikan V sebagai volume sehingga V = 1/ρ, maka laju perubahan energi menjadi, M dc vt + pv) dx. 3.5) dx Dengan mengasumsikan gas yang dialirkan bersifat ideal, sehingga pv = RT dan C p = C v + R, maka Persamaan 3.5) menjadi, MC p dt. 3.6) Dengan mensubstitusikan Persamaan 3.6) ke dalam Persamaan 3.1), maka diperoleh, q = MC p dt. 3.7) Mengenai panas q) yang terjadi di sistem, dengan sistem pada kasus ini adalah sebuah pipa Gambar 3.2), akan dibahas sebagai berikut. Terjadi aliran gas sepanjang pipa dari ujung pipa di kiri x sampai dengan ujung pipa di kanan x+ x, dengan temperatur gas T) yang lebih besar dibandingkan dengan temperatur lingkungan ). Hal ini yang mengakibatkan terjadinya perpindahan panas sepanjang dx dari gas ke lingkungan sekitarnya secara konveksi, sehingga temperatur gas terus berkurang sampai mendekati temperatur sekitarnya. Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan dan media bergerak fluida) yang mempunyai temperatur berbeda melalui proses difusi ataupun dengan cara mengalirnya fluida tersebut dari molekul dengan temperatur yang lebih tinggi ke molekul dengan temperatur yang lebih rendah. Dengan demikian, panas yang terjadi akibat proses konveksi menurut Newton s law of cooling, dapat dituliskan ke dalam bentuk persamaan seperti, q = k L T )dx, 3.8)

4 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 32 dengan k L adalah koefisien perpindahan panas secara konveksi yang bergantung pada kondisi batas yang dipengaruhi oleh geometri permukaannya dan gerakan fluida. Gambar 3.2: Perpindahan Panas secara Konveksi di dalam Pipa. Dengan mensubstitusikan Persamaan 3.8) ke dalam Persamaan 3.7), maka diperoleh persamaan, MC p dt = k L T )dx. 3.9) Dengan membentuk Persamaan 3.9) seperti berikut, dt T ) = k L MC p dx. akan diperoleh persamaan untuk menghitung distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari jarak, yaitu dengan cara mengintegralkan kedua suku per-

5 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 33 samaan tersebut. Langkah - langkahnya adalah sebagai berikut : Tx) T) dt T ) = k L MC p x dx. Hasil pengintegralannya adalah sebagai berikut, lnt ) Tx) T) = k L MC p x x. Dengan mensubstitusi batas integralnya akan menghasilkan persamaan, ln ) Tx) Tamb ) = k L x. T) ) MC p Dengan memberikan eksponen di kedua ruas persamaan di atas, maka akan diperoleh persamaan untuk menghitung distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari jarak, yaitu: Tx) = + T) )exp αx, 3.1) dengan α = k L /MC p Sedangkan untuk mendapatkan persamaan yang dapat menghitung distribusi tekanan sepanjang pipa sebagai fungsi dari jarak, dapat diperoleh dengan cara berikut : Dari persamaan untuk mendapatkan mass flow, bisa diperoleh v = M/ρA, persamaan ini akan di substitusikan ke dalam persamaan penurunan tekanan aki-

6 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 34 bat gaya gesek, Persamaan 2.37) dp dx = 2 f gρv 2 D ), sehingga akan diperoleh, dp dx = 2 f gm 2 ρa 2 D. 3.11) Persamaan mencari rapat massa, Persamaan 2.15) ρ g = pm g ZRT ), akan disubstitusikan ke dalam Persamaan 3.11), sehingga diperoleh, dp dx = 2 f gm 2 ZRT pm g A 2 D. 3.12) Dengan menggunakan turunan parsial, dp 2 dx yang dapat dituliskan menjadi bentuk 2p dp dx, sehingga dengan mensubstitusi Persamaan 3.12) ke dalam bentuk turunan parsial tersebut, akan diperoleh, dp 2 dx = 4 f gm 2 ZRT M g A 2 D. 3.13) Dengan mensubstitusi persamaan untuk menghitung distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari jarak, Persamaan3.1) ke dalam Persamaan 3.13), maka akan diperoleh, dp 2 = 4 f gm 2 ZR dx + T) )exp αx dx) M g A 2 D. 3.14) Dengan mengintegralkan Persamaan 3.14), suku kiri terhadap p 2 dengan batas p dari p) sampai dengan px) dan suku kiri terhadap x dengan batas x dari sampai dengan x, maka akan diperoleh, p 2 px) p) = ZR [ 4 f A 2 x x M g D T) ) [ exp αx ) ] ) ] x M 2 α. 3.15)

7 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 35 Dengan memasukkan nilai batas integralnya, maka akan diperoleh persamaan akhir untuk menghitung distribusi tekanan yang hanya bergantung pada jarak saja, yaitu : dengan px) = p) 2 KM 2, 3.16) K = ZR A 2 M g [ 4 f x + T) T )] amb )1 exp αx ) D α. 3.2 Model Keadaan Transien Berbeda dengan keadaan tunak, keadaan transien merupakan keadaan yang bergantung pada jarak dan waktu. Pada Persamaan energi 2.48), akan dijabarkan panas per unit massa per unit satuan luas qρa) yang terjadi pada sistem dengan kondisi transien. Dengan mengasumsikan perpindahan panas yang terjadi hanya proses konduksi yang melewati dinding pipa dan konveksi yang terjadi antara partikel fluida di dalam pipa, yang dapat mengakibatkan perpindahan panas dari gas ke lingkungan sekitar Gambar 3.3). Dengan menggunakan konsep fluks pada proses konduksi dan asumsi seperti yang telah disebutkan di atas, maka didapatkan persamaan, qρadx = q konduksi x q konduksi x+dx q konveksi. 3.17) Konduksi adalah perpindahan panas melalui media diam yang diakibatkan oleh aktivitas partikel dan energi yang berpindah dari partikel dengan temperatur yang lebih tinggi ke partikel dengan temperatur yang lebih rendah. Dengan demikian, panas yang terjadi akibat proses konduksi menurut Fourier s law of cooling, dapat

8 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 36 Gambar 3.3: Perpindahan Panas Konveksi dan Konduksi di dalam Pipa. dituliskan ke dalam bentuk persamaan, q = λ T, 3.18) dengan λ adalah konduktivitas bahan yang dilalui panas. Lalu, Persamaan 3.18) dan 3.8) akan disubstitusikan ke dalam Persaman 3.17), sehingga menjadi, qρadx = λ T + λ T + ) λ T ) k L T )dx, dengan T λ ) sebagai perubahan panas akibat konduksi sepanjang dx. Dengan menyederhanakan persamaan tersebut, akan diperoleh persamaan akhir yaitu : qρadx = λ T ) k LT )dx. 3.19) Dengan mengkombinasikan antara Persamaan 2.48) dan 3.19), akan diperoleh

9 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 37 persamaan, ρvac vtdx) } {{ } 1 + k L T ) dx } {{ } 4 + ρvap dx ) ρ } {{ } 2 + t ρac vtdx) } {{ } 5 λa T ) dx } {{ } 3 =. 3.2) Akan diintegralkan tiap suku Persamaan 3.2) terhadap x, dengan x dari x = sampai x = L. Lalu dengan memasukkan data yang dibutuhkan pada hasil pengintegralan, akan dilakukan analisis dimensi untuk mendapatkan model yang lebih sederhana. Data masukan yang dibutuhkan adalah, Besaran Keterangan Nilai Satuan γ g Specific Gravity gas,6538 P Tekanan di inlet 1146,17 psia T Temperatur di inlet 36,48 K T L Temperatur di outlet 285,7 K Temperatur lingkungan 284,7 K R Konstanta gas universal 518,8 J/kg K C v Specific Heat 1,759x1 3 J/kg K C p Specific Heat 2,278x1 3 J/kg K k L Koef. perpindahan panas konveksi 25 W/m K L Panjang pipa 369 m D Diameter pipa,67945 m ɛ Koef. kekasaran pipa, 1968 λ Konduktivitas bahan 3,4x1 2 W/m K Q Laju alir ,67 m 3 /h Tabel 3.1: Data Masukan. Dari data masukan di atas, dapat dicari rapat massa, faktor deviasi, kecepatan suara, dan faktor gesekan dengan korelasi pada bab 2, yaitu :

10 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 38 Besaran Keterangan Nilai Satuan ρ Rapat massa 69,51853 kg/m 3 Z Faktor deviasi,8445 c Kecepatan suara 337,188 m/s f g Faktor gesekan,8 Tabel 3.2: Hasil Perhitungan ρ,z, c dan f g. Proses pengintegralan Persamaan 3.2) dan proses memberikan data yang ada di Tabel 3.1 dan 3.2 pada hasil pengintegralan adalah sebagai berikut : 1. L ρvac vt)dx ρqc v T x=l T x= ) 69, ,67 1,759x1 3 2, x L ρvap ρ ) dx ρqzrt x=l T x= ) 69, ,67, ,8 2, ,5x1 9.

11 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK L λa T ) dx λa T x=l T x= ) x 3,4x1 2 π 4,679452,56 23,93) 4,36x1 5, 4. Dengan T x= dan T x=l diperoleh dari selisih nilai temperatur pada keadaan tunak di titik x = dan x = L. L k L T )dx k L LT ) ,48 284,7) 2x L t ρac vt)dx ρac v L T t 69,5 π 4, ,2x1 7, Dengan memisalkan penambahan temperatur yang terjadi adalah 5 K dalam waktu 1 jam. Dengan melihat hasil pengintegralan di atas, akan dilakukan analisis dimensi, yaitu dengan mengabaikan suku yang nilainya sangat kecil dibandingkan

12 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 4 dengan nilai yang lainnya, dalam arti nilai tersebut sangat kecil pengaruhnya. Dengan demikian, suku ke empat akan diabaikan, karena nilainya terlalu kecil dibandingkan dengan nilai suku lainnya, sehingga akan didapatkan penyederhanaan dari Persamaan energi 3.2) menjadi, [ ρadxcv T) ] + [ ρvadx C v T + p )] = k L T )dx. 3.21) t ρ Dengan mensubstitusikan p = c 2 ρ dan mx,t) = ρx,t)vx,t) ke dalam Persamaan 3.21), maka model aliran transien dengan pipa horizontal dapat direpresentasikan oleh persamaaan berikut : ρ t + m) =, ) m t + m 2 ρ +c2 ρ = f gm m 2Dρ, t [ ρacv T ] + [ ma Cv T + c 2)] = k L T ). 3.22) 3.3 Metode Numerik Pada subbab ini akan dibahas skema numerik yang akan digunakan pada Persamaan 3.22) untuk mengetahui distribusi aliran yang bersifat transien sepanjang pipa. Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai analisis dimensi, syarat awal dan syarat batas Analisis Dimensi Analisis dimensi yang dilakukan disini adalah mengubah besaran menjadi besaran tidak berdimensi dengan tujuan menyederhanakan model yang akan diselesaikan secara numerik. Akan dilakukan analisis dimensi pada Persamaan 3.22),

13 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 41 dengan memilih beberapa besaran sebagai acuan. Untuk besaran panjang, dipilih panjang pipa L) sebagai acuan, lalu untuk rapat massa dipilih rapat massa di inlet ρ ) sebagai acuan, sedangkan untuk temperatur dipilih temperatur lingkungan ) sebagai acuan dan untuk kecepatan dipilih kecepatan suara c) sebagai acuan. Selain itu, ada besaran yang dibuat tak berdimensi terhadap besaran acuan yang telah ditentukan di atas, seperti fluks massa, besaran ini akan dibuat tak berdimensi terhadap fluks massa di inlet m ) dengan m = ρ c. Selain itu, besaran waktu, besaran ini akan dibuat tak berdimensi terhadap t dengan t = L/c. Apabila ruas kanan t = L/c dikalikan dengan ρ ρ, maka t = Lρ m. Secara umum, analisis dimensi dapat diringkas sebagai berikut : x = x L, ρ = ρ ρ, T = T, m = m, t = t. m t Dengan mensubstitusi besaran yang telah dibuat tak berdimensi pada Persamaan 3.22) yang pertama, diperoleh ρ t + m x =. 3.23) Sedangkan dengan mensubstitusikan besaran yang telah dibuat tak berdimensi untuk Persamaan 3.22) yang kedua, diperoleh m t + m 2 ρ + ρ) = L f g m m. 3.24) x 2D ρ Dan yang terakhir, akan disubstitusikan besaran yang telah dibuat tak berdimensi untuk Persamaan 3.22) yang ketiga, dengan sebelumnya membuat persamaan tersebut menjadi lebih sederhana, yaitu dengan membagi persamaan tersebut dengan

14 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 42 AC v, sehingga menjadi, [ )] [ ] ρt + m T + c2 = k L T ). t C v AC v Akan dibuat pemisalan, yaitu λ 1 = c2 C v dan λ 2 = k L AC v. Dengan mensubstitusikan λ 1, λ 2, dan besaran yang telah dibuat tak berdimensi, maka akan diperoleh ρ T t + m T + λ ) 1 = λ 2t T 1 ). 3.25) x ρ Persamaan 3.23), 3.24) dan 3.25) memuat semua variabel yang sudah tidak berdimensi lagi. Ketiga persamaan tersebut yang akan digunakan dalam skema numerik. Namun, untuk kemudahan notasi, tanda. akan dihilangkan, sehingga penulisannya menjadi, ρ t + m ) m t + m 2 ρ +ρ ρt t + m =, = L f gm m 2Dρ, ) T+ λ 1 = λ 2t ρ T 1). 3.26) Syarat Awal Dalam melakukan proses numerik, dibutuhkan syarat awal. Pada kasus ini, proses aliran bersifat tunak pada kondisi awalnya. Oleh karena itu, keadaan tunak digunakan sebagai syarat awal. Proses aliran bersifat tunak dalam arti sifat fluidanya tidak mengalami perubahan terhadap waktu. Apabila direpresentasikan ke dalam bentuk persamaan, maka menjadi ρ t =, m t =, ρt) t =. 3.27)

15 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 43 Akan disubstitusikan Persamaan 3.27) ke dalam Persamaan 3.26), yaitu menjadi =, m 2 m ) ρ +ρ m = L f gm m 2Dρ, ) T+ λ 1 = λ 2t ρ T 1). 3.28) Dari Persamaan 3.28) yang pertama, m = memberi arti bahwa fluks massa bernilai konstan sepanjang pipa, karena yang diketahui adalah nilai fluks massa di inlet yaitu m, maka untuk keadaan tunak nilai fluks massa sepanjang pipa konstan sebesar nilai fluks massa di inlet yaitu m. Dengan hubungan antara fluks massa dan laju alir, akan diperoleh distribusi laju alir sepanjang pipa untuk keadaan tunak. Distribusi laju alir untuk keadaan tunak bersifat konstan sepanjang pipa, sama seperti nilai fluks massa untuk keadaan tunak. ) Sedangkan untuk Persamaan 3.28) kedua, m 2 ρ +ρ dengan mengganti m dengan m diperoleh m 2 lnρ ρ2 = L f gm 2 x 2D = L f gm m 2Dρ +C. 3.29) Dengan mensubstitusi ρ = 1, maka akan diperoleh C = 1/2, sehingga apabila disubstitusikan ke dalam Persamaan3.29) diperoleh persamaan akhir, yaitu : f ρ) = 2Dlnρ L f g D L f g m 2 ρ 2 1 ) x =. 3.3) Masalah di atas sama dengan mencari akar fungsi terhadap ρ. Dalam tugas akhir ini, digunakan metode Newton Raphson untuk mencari akar fungsi terhadap ρ, dengan x yang merupakan panjang pipa akan dibagi menjadi beberapa segmen, misal-

16 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 44 kan J segmen, dengan tiap segmen mempunyai panjang x. Dengan proses tersebut dan hubungan antara rapat massa dan tekanan yang direpresentasikan melalui persamaan keadaan, maka akan diperoleh distribusi tekanan sepanjang pipa untuk keadaan tunak Gambar 3.4). Distribusi tekanan untuk keadaan tunak bersifat menurun sepanjang pipa. Gambar 3.4: Tekanan pada Keadaan Tunak. ) Dan terakhir untuk persamaan 3.28) ketiga, m T+ λ 1 = λ 2t ρ T 1) dengan mengganti m dengan m, diperoleh m lnt 1) = λ 2t ρ x +C. 3.31) Dengan mensubstitusikan temperatur di inlet yang telah dibuat tak berdimensi yaitu T = T, maka diperoleh C = m ln T 1 ), sehingga apabila disubstitusikan ke dalam Persamaan 3.31) dan membentuk kedalam fungsi temperatur T terhadap x,

17 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 45 diperoleh persamaan akhir, yaitu : ) Tx) = 1 + exp λ 2 t ρ m x T ) Dengan Persamaan 3.32) akan diperoleh distribusi temperatur sepanjang pipa pada keadaan tunak Gambar 3.5). Distribusi temperatur bersifat menurun menuju temperatur lingkungan, setelah mencapai temperatur lingkungan, nilai temperatur tidak dapat turun lagi. Gambar 3.5: Temperatur pada Keadaan Tunak Syarat Batas Pada dasarnya syarat batas diperoleh dari masalah di lapangan. Dalam tugas akhir ini, syarat batas yang diketahui adalah nilai laju alir di inlet dan di outlet Gambar 3.6) dan Gambar 3.7), yang akan dikonversikan ke dalam fluks massa.

18 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 46 Gambar 3.6: Laju Alir di Inlet Waktu Simulasi 7 jam. Data diberikan pada Tabel 3.3. Selain itu, diketahui juga syarat batas untuk temperatur di inlet yaitu bernilai konstan. Waktu Laju Alir di Inlet Laju ALir di Outlet Satuan 1 jam MMS CF/D 1 2 jam MMS CF/D 2 3 jam Turun secara linear MMS CF/D 3 4 jam MMS CF/D 4 5 jam MMS CF/D 5 6 jam Naik secara linear MMS CF/D 6 7 jam MMS CF/D Tabel 3.3: Syarat Batas. Untuk nilai yang tidak diketahui pada batasnya, dalam kasus ini adalah rapat massa ρ) dan ρt) di outlet, dapat diperoleh dengan cara diskritisasi Persamaan 3.26) untuk persamaan yang pertama dan ketiga. Sebelumnya L yang merupakan panjang pipa akan dibagi menjadi beberapa segmen, misalkan J segmen, dengan

19 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 47 tiap segmen mempunyai panjang x dan t yang merupakan waktu proses terjadinya transien akan dibagi menjadi beberapa segmen, misalkan N segmen, dengan tiap segmen mempunyai panjang t. Maka notasi ρ n dan ρn J yang berturut - turut adalah rapat massa gas di inlet dan outlet pada waktu ke-n. Proses diskritisasi persamaan 3.26) untuk persamaan yang pertama dan ketiga, yaitu : 1. Diskritisasi untuk rapat massa ρ) di inlet : ρ n+1 = ρ n + t ) m n x m n ) 2. Diskritisasi untuk rapat massa ρ) di outlet : ρ n+1 J = ρ n J + t ) m n x J 1 m n J. 3.34) 3. Diskritisasi untuk ρt) di outlet : ρ n+1 J T n+1 J = ρ n J T n J t x [ m n J T n J + λ 1 ) m n J 1 T n J 1 + λ 1 ) ] λ 2t ρ T n J 1 ) t. 3.35) Skema Lax-Wendroff Pada sub bab ini, akan dijelaskan mengenai skema numerik yang digunakan dalam penyelesaian. Sebelumnya perhatikan Persamaan 3.26). Persamaan tersebut dapat ditulis ke dalam bentuk vektor seperti, U t + F U) = r U), 3.36)

20 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 48 Gambar 3.7: Laju Alir di Outlet Waktu Simulasi 7 jam. dengan U = ρ m ρ T, F U) = m 2 ρ m + ρ m T + λ ) 1, r U) = L f g m m 2ρD λ 2 t ρ T 1). Skema numerik yang akan digunakan merupakan skema Lax-Wendroff dua langkah, dengan stencil Gambar 3.8). Adapun skema Lax-Wendroff dua langkah yaitu : U n+1 = 1 U n j j+1 + ) U n t j F U n 2 x j+1 ) F U n j + r U n j ) t, 3.37) U n+1 j = U n j t F x U n+1 j+ 1 2 F U n+1 j 1 2 ) + r U n j ) t, 3.38)

21 BAB 3. PEMODELAN MATEMATIKA DAN METODE NUMERIK 49 dengan j = 1,2,..., J 1, dan U n j = ρ n j m n j ρ n j T n j, F n j U n j ) = m n j m n j m n 2 j ρ n j + ρ n j T n j + λ ) 1, r U) = L f g m n j m n j 2ρ n j D λ 2 t ρ T n j 1 ). Gambar 3.8: Stencil Skema Lax-Wendroff Dua Langkah. Notasi U n j ke- j pada step waktu ke-n. menyatakan rapat massa ρ), fluks massa m) dan ρt) di segmen

Bab 4. Analisis Hasil Simulasi

Bab 4. Analisis Hasil Simulasi Bab 4 Analisis Hasil Simulasi Pada bab ini, akan dilakukan analisis terhadap hasil simulasi skema numerik Lax-Wendroff dua langkah. Selain itu hasil simulasi juga akan divalidasi dengan menggunakan data

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas penurunan model persamaan panas dimensi satu. Setelah itu akan ditentukan penyelesaian persamaan panas dimensi satu secara analitik dengan metode

Lebih terperinci

[1] Beggs, H. Dale: Gas Production Operations, Oil and Gas Consultants International, Inc., Tulsa, Oklahoma, 1993.

[1] Beggs, H. Dale: Gas Production Operations, Oil and Gas Consultants International, Inc., Tulsa, Oklahoma, 1993. Daftar Pustaka [1] Beggs, H Dale: Gas Production Operations, Oil and Gas Consultants International, Inc, Tulsa, Oklahoma, 1993 [] Hoffman, Joe D: Numerical Methods for Engineers and Scientists, McGraw-hill,

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan Pada bagian ini akan dipelajari tiga jenis persamaan diferensial parsial (PDP) linear orde dua yang biasa dijumpai pada masalah-masalah dunia nyata, yaitu persamaan

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Fluida Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-moleku1di dalam fluida mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

Aliran Fluida. Konsep Dasar

Aliran Fluida. Konsep Dasar Aliran Fluida Aliran fluida dapat diaktegorikan:. Aliran laminar Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau lamina lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas, dengan komponen utamanya adalah metana (CH 4 ) yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan.

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika Termodinamika Energi dan Hukum 1 Termodinamika Energi Energi dapat disimpan dalam sistem dengan berbagai macam bentuk. Energi dapat dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain, contoh thermal, mekanik,

Lebih terperinci

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN Hukum Newton - Viskositas RYN 1 ALIRAN BAHAN Fluid Model Moveable Plate A=Area cm 2 F = Force V=Velocity A=Area cm 2 Y = Distance Stationary

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya. 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teoriteori yang mendukung karya tulis ini. Teoriteori tersebut meliputi persamaan diferensial penurunan persamaan KdV yang disarikan dari (Ihsanudin, 2008;

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Model LWR Pada skripsi ini, model yang akan digunakan untuk memodelkan kepadatan lalu lintas secara makroskopik adalah model LWR yang dikembangkan oleh Lighthill dan William

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah mesin yang mengkonversikan energi mekanik menjadi energi tekanan. Menurut beberapa literatur terdapat beberapa jenis pompa, namun yang akan dibahas dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERSAMAAN DIFUSI, PERSAMAAN KONVEKSI DIFUSI, DAN METODE PEMISAHAN VARIABEL

BAB III PERSAMAAN DIFUSI, PERSAMAAN KONVEKSI DIFUSI, DAN METODE PEMISAHAN VARIABEL BAB III PERSAMAAN DIFUSI, PERSAMAAN KONVEKSI DIFUSI, DAN METODE PEMISAHAN VARIABEL Dalam menyelesaikan persamaan pada tugas akhir ini terdapat beberapa teori dasar yang digunakan. Oleh karena itu, pada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang NASKAH SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL 016 CALON PESERTA INTERNATIONAL PHYSICS OLYMPIAD (IPhO) 017 FISIKA Teori Waktu: 5 jam KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tujuan Pembelajaran Umum: 1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar persamaan diferensial 2 Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar persamaan diferensial untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan Nama : Ahmad Sulaiman NIM : 5202414055 Rombel :2 PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan energi yang berpindah antar

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA A III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA 3.1 Teori Dasar Metode Volume Hingga Computational fluid dnamic atau CFD merupakan ilmu ang mempelajari tentang analisa aliran fluida, perpindahan panas dan

Lebih terperinci

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik Moh. Ivan Azis September 13, 2011 Daftar Isi 1 Pendahuluan 1 2 Masalah nilai batas 1 3 Persamaan integral batas 2 4 Hasil

Lebih terperinci

Model Transien Aliran Gas pada Pipa

Model Transien Aliran Gas pada Pipa Model Transien Aliran Gas pada Pipa TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Sarjana Program Studi Matematika ITB Oleh: Nur aini 101 03 031 Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 7, 2010 Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus Quiz 1 Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan memakai vektor-4 fluks jumlah partikel. 2 Tuliskan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Kalor Kalor adalah energi yang diterima oleh benda sehingga suhu benda atau wujudnya berubah. Ukuran jumlah kalor dinyatakan dalam satuan joule (J). Kalor disebut

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 ) digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Resistance Spot Welding (RSW) atau Las Titik Tahanan Listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan plat yang disambung ditekankan satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Asap atau polutan yang dibuang melalui cerobong asap pabrik akan menyebar atau berdispersi di udara, kemudian bergerak terbawa angin sampai mengenai pemukiman penduduk yang berada

Lebih terperinci

FLUIDA BERGERAK. Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline.

FLUIDA BERGERAK. Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline. FLUIDA BERGERAK ALIRAN FLUIDA Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline. Aliran turbulen Suatu aliran dikatakan laminar / stasioner / streamline

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D Keadaan Stasioner Pada pembahasan sebelumnya mengenai fungsi gelombang, telah dijelaskan bahwa potensial dalam persamaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Parsial Persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan parsial suatu fungsi (yang diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Pendahuluan. 2.2 Turbin [6,7,]

BAB II DASAR TEORI Pendahuluan. 2.2 Turbin [6,7,] BAB II DASAR TEORI 2.1. Pendahuluan Bab ini membahas tentang teori yang digunakan sebagai dasar simulasi serta analisis. Bagian pertama dimulasi dengan teori tentang turbin uap aksial tipe impuls dan reaksi

Lebih terperinci

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI Aliran Viscous Berdasarkan gambar 1 dan, aitu aliran fluida pada pelat rata, gaa viscous dijelaskan dengan tegangan geser τ diantara lapisan fluida dengan rumus: du τ µ

Lebih terperinci

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi

Lebih terperinci

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S Fisika Panas SKS Adhi Harmoko S Balon dicelupkan ke Nitrogen Cair Balon dicelupkan ke Nitrogen Cair Bagaimana fenomena ini dapat diterangkan? Apa yang terjadi dengan molekul-molekul gas di dalam balon?

Lebih terperinci

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Model Aliran Panas Perpindahan panas adalah energi yang dipindahkan karena adanya perbedaan temperatur. Terdapat tiga cara atau metode bagiamana panas dipindahkan: Konduksi Konduksi

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan tahap sarjana pada

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

Teori Kinetik Zat. 1. Gas mudah berubah bentuk dan volumenya. 2. Gas dapat digolongkan sebagai fluida, hanya kerapatannya jauh lebih kecil.

Teori Kinetik Zat. 1. Gas mudah berubah bentuk dan volumenya. 2. Gas dapat digolongkan sebagai fluida, hanya kerapatannya jauh lebih kecil. Teori Kinetik Zat Teori Kinetik Zat Teori kinetik zat membicarakan sifat zat dipandang dari sudut momentum. Peninjauan teori ini bukan pada kelakuan sebuah partikel, tetapi diutamakan pada sifat zat secara

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA IV. KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA 4.1. Penelitian Sebelumna Computational Fluid Dnamics (CFD) merupakan program computer perangkat lunak untuk memprediksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM FLUIDA DINAMIK

TRANSFER MOMENTUM FLUIDA DINAMIK TRANSFER MOMENTUM FLUIDA DINAMIK Fluida dinamik adalah fluida dalam keadaan bergerak atau mengalir. Syarat bagi fluida untuk mengalir adalah adanya perbedaan besar gaya antara dua titik yang dijalani oleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Berikut adalah diagram alir penelitian konduksi pada arah radial dari pembangkit energy berbentuk silinder. Gambar 3.1 diagram alir penelitian konduksi

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA 3.1 Deskripsi Masalah Permasalahan yang dibahas di dalam Tugas Akhir ini adalah mengenai aliran fluida yang mengalir keluar melalui sebuah celah

Lebih terperinci

TEORI KINETIK GAS (II) Dr. Ifa Puspasari

TEORI KINETIK GAS (II) Dr. Ifa Puspasari TEORI KINETIK GAS (II) Dr. Ifa Puspasari a) Gas terdiri atas partikelpartikel yang sangat kecil yang disebut molekul, massa dan besarnya sama untuk tiap-tiap jenis gas. b) Molekul-molekul ini selalu bergerak

Lebih terperinci

MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM

MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi impuls dan momentum dan memformulasikan impuls dan momentum 2. Memformulasikan hukum kekekalan momentum 3. Menerapkan konsep kekekalan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi Panas

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi Panas Metode Elemen Batas MEB) untuk Model Konduksi Panas Moh. Ivan Azis October 14, 011 Abstrak Metode Elemen Batas untuk masalah konduksi panas pada media ortotropik berhasil ditemukan pada tulisan ini. Solusi

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH Syukran 1* dan Muh. Haiyum 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB 2 ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I

BAB 2 ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I BAB 2 ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I Bab ini hanya akan membahas Sistem Tertutup (Massa Atur). Energi Energi: konsep dasar Termodinamika. Energi: - dapat disimpan, di dalam sistem - dapat diubah bentuknya

Lebih terperinci

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger) JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) B-316 Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger) Ahmad Zaini dan

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT  JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP FENOMENA PERPINDAHAN LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com luqmanbuchori@undip.ac.id JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum Perpindahan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KINETIKA KIMIA Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Pendahuluan Dalam bagian ini kita mengkhususkan diri pada materi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformasi Laplace Salah satu cara untuk menganalisis gejala peralihan (transien) adalah menggunakan transformasi Laplace, yaitu pengubahan suatu fungsi waktu f(t) menjadi

Lebih terperinci

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN UMUM Pukulan air/ water hammer adalah fenomena hidraulik pada suatu pipa akibat adanya penutupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com DR. M. DJAENI, ST, MEng JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum

Lebih terperinci

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Didalam Bab 4.1 telah dijelaskan bahwa gelombang suara di dalam fluida tidak dipengaruhi oleh permukaan luarnya yang sejajar dengan arah suara propagasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan model Sisko dalam masalah aliran

Lebih terperinci

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk

Lebih terperinci

Bab VIII Teori Kinetik Gas

Bab VIII Teori Kinetik Gas Bab VIII Teori Kinetik Gas Sumber : Internet : www.nonemigas.com. Balon udara yang diisi dengan gas massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis udara mengakibatkan balon udara mengapung. 249 Peta Konsep

Lebih terperinci

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan

Lebih terperinci

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa WhatsApp:

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa  WhatsApp: Treefy Education PEMBAHASAN LATIHAN 1 1.a) Bayangkan bola berada di puncak pipa. Ketika diberikan sedikit dorongan, bola akan bergerak dan menabrak tanah dengan kecepatan. Gerakan tersebut merupakan proses

Lebih terperinci

FIsika FLUIDA DINAMIK

FIsika FLUIDA DINAMIK KTSP & K-3 FIsika K e l a s XI FLUIDA DINAMIK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami definisi fluida dinamik.. Memahami sifat-sifat fluida

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas tentang dasar-dasar teori yang digunakan untuk mengetahui kecepatan perambatan panas pada proses pasteurisasi pengalengan susu. Dasar-dasar teori tersebut meliputi

Lebih terperinci

( v 2 0.(sin α) 2. g ) 10 ) ) 10

( v 2 0.(sin α) 2. g ) 10 ) ) 10 16. Sebuah bola ditembakkan dari tanah ke udara. Pada ketinggian 9,1 m komponen kecepatan bola dalam arah x adalah 7,6 m/s dan dalam arah y adalah 6,1 m/s. Jika percepatan gravitasi g = 9,8 m/s 2, maka

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1. Pendahuluan BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti Alam. Karena itu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK Diameter pipa penstock yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130 mm, sehingga luas penampang pipa (Ap) dapat dihitung

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro atau biasa disebut PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air sama halnya dengan PLTA, hanya

Lebih terperinci

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai dasar laut sinusoidal sebagai reflektor gelombang. Persamaan yang digunakan untuk memodelkan masalah dasar

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN PENGARUH KECEPATAN UDARA. PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN A. Walujodjati * Abstrak Penelitian menggunakan Unit Aliran Udara (duct yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci