PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN"

Transkripsi

1 Jrna Imiah Teknik Indstri Vo. No. Jni ISSN PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN Mchammad Abrori dan Rina Wahyningsih Abstrak: Matching is a part of graph theory that discss to make a pair that can be sed to soe many probems; one of them is the assignment probem. The assignment probem is to make a pair probem for n as the empoyees and for n as the dties therefore each empoyee gets one dty and each dty is gien exacty for each empoyee. The assignment probem can be soed by determining the matching in weighted bipartite graph throgh Hngarian Method. It can be determined from the aternating tree of a formed edge. If there is agmenting path that agmenting path is sed to form the more nmber of matching. If the formed path is aternating path therefore the process is abeing the new node nti finding the agmenting ertices. This matching is caed as the perfect matching with the nmber of maximm weighed side in weighted bipartite graphs. The rest matching is the sotion for the assignment probem by giing an empoyee with a dty. Keywords: matching graph assignment probem Hngarian method. PENDAHULUAN Sebah matching merpakan masaah mengenai mengawankan eemeneemen daam sebah himpnan dengan eemen-eemen daam himpnan yang ain. Sebah matching merpakan sbset M dari himpnan edge E sedemikian hingga tidak ada da edge yang incident ke sat erteks yang sama (Magn: ). Matching dapat diapiksikan daam banyak ha misanya identifikasi keasian tanda tangan penentan jadwa sosi marriage probem ata pemasangan antara aki-aki dengan perempan dan penyeesaian dari masaah pengasan (assignment probem). Penempatan awa task-task ke daam prosessor-prosessor dimana biaya dari sat pengasan merpakan fngsi tota wakt ekseksi dan tota wakt komnikasi sehingga diperoeh pengasan yang optima yait pengasan yang meminimmkan fngsi keda biaya tersebt (Venkateswaran: 99) merpakan contoh ain apikasi dari matching. Masaah pengasan merpakan permasaahan memasangkan n pegawai dan n tgas sedemikian sehingga setiap pegawai mendapatkan sat tgas dan tiap tgas diberikan tepat pada sat pegawai. Masaah pengasan dapat direpresentasikan daam bentk graf bipartit. Graf bipartit merpakan graf yang tidak memiiki cyce ganji oop dan dapat dipartisi menjadi da bagian himpnan simp yait V dan V dengan V mennjkkan himpnan pegawai sedangkan himpnan tgas ditnjkkan Jrsan Matematika Uniersitas Isam Negeri Snan Kaijaga Jn. Adi Scipto no. Jakarta E-mai : borymch@yahoo.com Jrsan Matematika Uniersitas Isam Negeri Snan Kaijaga Jn. Adi Scipto no. Jakarta Naskah diterima: Desember direisi: Maret disetji: Mei 9

2 Abrori & Wahyningsih/Penentan Matching Maksimm../ JITI ()Jni pp.(9-) dengan V. Sebah sisi graf menghbngkan sebah pegawai dengan tgas dapat diberi sebah bobot yang mennjkkan bobot ata niai pegawai terhadap tgas. Masaah pengasan dapat dicari hasi optimanya dengan cara menentkan matching maksimm pada graf bipartit berbobot. Matching maksimm pada sat graf bipartit berbobot adaah matching yang memiiki jmah bobot yang maksimm sehingga penentan matching maksimm pada graf bipartit berbobot bkan hanya sekedar mencari matching dengan kardinaitas terbanyak tetapi jga memperhatikan bobot yang termat pada sisi graf bipartit tersebt. Cara menentkan matching maksimm pada graf bipartit berbobot ini dapat diseesaikan menggnakan metode Hngarian. Sehingga tjan dari peneitian ini adaah ntk mendapatkan matching maksimm pada graf bipartit berbobot menggnakan metode Hngarian Metode Hngarian merpakan saah sat metode yang dignakan ntk menyeesaikan masaah pengasan. Ada da macam intrepretasi dari metode ini yait dengan menggnakan matrik dan graf bipartit berbobot. METODE PENELITIAN Peneitian dimai dengan mempeajari konsep dasar yang berkaitan dengan matching pada graf bipartit berbobot metode Hngarian dan masaah pengasan. Seanjtnya mermskan masaah pengasan daam bentk graf bipartit berbobot sehingga dapat diseesaikan menggnakan metode Hngarian. Sebah matrik kran x disajikan sebagai contoh kass peneitian (Howard Anton 987: 8). Matrik tersebt dibawa menjadi matrik pengasan dan direpresentasikan ke daam bentk graf bipartit berbobot kemdian dicari matching berbobot maksimmnya menggnakan metode Hngarian. MATCHING Definisi : Matching (Kocay dan Kreher : 9) Matching M adaah himpnan sisi sedemikian sehingga tidak terdapat da sisi pada M yang bertem pada simp yang sama. Banyaknya matching yang terdapat pada sat graf disebt kardinaitas matching dan diambangkan dengan M. Contoh: Sisi matching M pada graf G adaah sisi ( ) ( ) dan ( ) Terdapat da istiah simp pada matching:. Simp Satrated. Simp satrated adaah simp yang incident dengan sisi pada matching M. (Gondran dan Minox 98: 8) Contoh : simp 6. Simp Unsatrated. Simp nsatrated adaah simp yang tidak incident dengan setiap sisi pada matching M. (Gondran dan Minox 98: 8) Contoh : simp 8 dan

3 Jrna Imiah Teknik Indstri Vo. No. Jni ISSN Seain simp terdapat da istiah intasan pada matching yakni:. Lintasan Aternating. Lintasan aternating adaah intasan pada graf G yang sisisisinya bergantian antara matching dan bkan matching. (Gondran dan Minox 98: 8). Contoh: intasan Lintasan Agmenting. Lintasan agmenting adaah intasan aternating yang simp pangka dan simp jngnya adaah simp nsatrated (Gondran dan Minox 98: 8). Contoh : intasan Matching Maksimm M disebt matching maksimm jika G tidak memat matching M yang ain dengan M > M. (Bondy dan Mrty 976: 7) Contoh: Graf dengan matching yang bem maksimm Graf dengan matching yang maksimm Pohon Aternating Pohon adaah sebah graf terhbng yang mempnyai n bah simp (n-) sisi dan tidak mempnyai cyce (Same 8: 9). Sedangkan pohon aternating T merpakan pohon berakar di simp jika setiap intasan yang berawa di adaah intasan aternating-m (Chartrand dan Oeerman 99:69). Terdapat bentk pohon aternating dengan akar yakni:. Sema simp pada T kecai adaah simp satrated-m.. Pohon T memat sebah simp nsatrated-m seain simp Masaah Pengasan Masaah pengasan dapat dikeompokkan menjadi da yait :. Masaah minimisasi yait masaah pengasan yang mencari tota kergian minimm.. Masaah maksimasi yait masaah pengasan yang mencari tota kentngan maksimm.

4 Abrori & Wahyningsih/Penentan Matching Maksimm../ JITI ()Jni pp.(9-) Penyeesaian masaah pengasan sama artinya dengan menentkan -regar sbgraf pada graf bipartit G dengan kardinaitas maksimm. (Chatrand dan Oeerman 99: 6) Pada kondisi dimana peniaian menjadi pertimbangan maka ha ini dapat diseesaikan dengan menentkan sebah -regar sbgraf H pada graf berbobot G dengan penjmahan bobot sisi-sisi pada H sehingga G jga maksimm. (Chatrand dan Oeerman 99: 6) Penyeesaian Matching Maksimm dengan Metode Hngarian Teorema-teorema yang menjadi dasar daam penentan matching maksimm pada graf bipartit berbobot menggnakan metode Hngarian. (Berge 98: ) Misa M dan M adaah matching di graf G. Jika H adaah sbgraf perentang dari G dengan himpnan sisi E( H ) = M M = ( M M ) ( M M ) maka setiap komponen dari H akan mengikti saah sat dari tipe berikt:. Sebah simp terasing.. Sebah cyce genap dengan sisi bergantian antara M dan M. Sebah intasan dengan sisi saing bergantian antara M dan M sedemikian sehingga setiap simp terakhir dari intasan adaah simp nsatrated di M dan M tetapi bkan di kedanya. Istrasinya sebagai berikt: G : 6 e 7 e e e e 7 H : 6 e e 7 e e 7 H : 6 e e 7 e e 7 e e6 e e 6 e e6 Teorema: (Bondy dan Mrty 976: 7) H dan H adaah sbgraf perentang G Matching M di G adaah matching maksimm jika dan hanya jika G tidak memat intasan agmenting. Sebagai istrasi dari teorema ini diberikan graf G pada M = e e e adaah matching di G dan Gambar di bawah ini. Misakan { } 6 P : merpakan intasan agmenting-m maka M = { e e e e 7 } adaah matching yang diperoeh dengan agmenting-m sepanjang P dengan M = = M + Contoh : Agmenting-M sepanjang P e (a) e e e e e6 e (b) e e e e e e6 e

5 Jrna Imiah Teknik Indstri Vo. No. Jni ISSN Matching Maksimm pada Graf Bipartit Matching maksimm pada graf bipartit adaah banyaknya matching yang termat pada sat graf bipartit dengan kardinaitas yang maksimm. Misakan G merpakan graf bipartit dengan partisi ( X Y ). Jika S X maka persekitaran S adaah N ( S) yait simp-simp yang adjacent dengan simp di S. Teorema (Kocay dan Kreher : ) Misakan G adaah graf bipartit dengan partisi ( X Y ) maka G memat sebah matching yang memenhi setiap simp X jika dan hanya jika N( S) ntk setiap S X. Teorema ini membant daam penysnan pohon aternating. Chartrand dan Oeermann (99: 6) memberikan cara menysn pohon aternating yang berakar pada yait dengan menempatkan pada tingkatan dan sema simp K k yang adjacent dengan di G ditempatkan pada tingkatan dan simp dihbngkan pada simp i ( i k ). Misa i ntk i k. Simp K k ditempatkan pada tingkatan dan simp dihbngkan pada simp i ( i k ). Jika pohon aternating sdah terssn pada tingkatan genap (m genap) maka setiap simp ada tingkat m dignakan ntk mengji simp y adjacent. Simp y adaah simp di Y T yang adjacent pada sebah simp x di S. Jika y adaah simp satrated dengan yz M dimana z bkan termask pohon aternating sehingga simp y ditempatkan pada tingkatan m + dan z ditempatkan pada m + dengan demikian adjacent dengan y dan y adjacent dengan z dan akan terbentk pohon aternating seperti gambar (a) di bawah ini. Jika y adaah simp nsatrated maka pohon aternating dibangn dengan menambahkan simp y dan sisi xy sehingga didapat intasan agmenting dari simp ke simp y seperti gambar (b) di bawah ini. Dengan intasan agmenting ini dapat dibentk matching bar yang ebih besar. Contoh proses membangn pohon aternating (a) Tingkatan (b) M L L x L L m M L L x y m + y z m + S Ssnan pohon aternating berhenti jika tidak bisa menambah tingkatan pohon aternating ata intasan agmenting teah ditemkan. L

6 Abrori & Wahyningsih/Penentan Matching Maksimm../ JITI ()Jni pp.(9-) Setiap k-regar graf bipartit mempnyai matching semprna jika k >. Matching semprna pada graf bipartit menghasikan kardinaitasnya sebanyak V ( G) (Kocay dan Kreher : ) Matching Maksimm pada Graf Berbobot Matching maksimm pada graf berbobot merpakan matching yang memiiki jmah bobot sisi yang maksimm. (Chartrand dan Oeermann 99: 6). Matching dengan bobot maksimm bem tent memiiki kardinaitas maksimm. Contoh Matching berbobot maksimm dan matching maksimm: Matching Maksimm pada Graf Bipartit Berbobot Matching maksimm pada graf bipartit berbobot merpakan matching semprna dengan jmah bobot sisi yang maksimm pada graf bipartit berbobot. Misakan G adaah graf bipartit berbobot dengan partisi himpnan V dan V. Graf G adaah graf bipartit engkap berbobot yang memat G sebagai sbgraf. Misakan G memiiki partisi himpnan U dan U dengan U = U = maksimm { V V } dan V i termat di U i ntk i =. Misa x U dan y U jika wg ( xy) = wg ( xy) maka xy E( G) dan jika w G ( xy) = maka xy E( G). Jika M adaah matching semprna dengan jmah bobot maksimm di G V ( G) M E G adaah matching maksimm di G dengan kardinaitas. maka ( ) Peabean simp ata ( x) adaah fngsi niai rea dari himpnan simp V V ntk setiap V dan V ; ( ) + ( ) w( ) dimisakan ( ) = max w( ) ntk setiap V V ( ) = ntk setiap V maka adaah peabean simp di G dengan { E( G ) V V ( ) + ( ) w( ) } E = dan dan =

7 Jrna Imiah Teknik Indstri Vo. No. Jni ISSN Teorema (Chartrand dan Oeermann 99: 7) Jika adaah peabean simp pada graf bipartit engkap berbobot G. Misa H adaah sbgraf perentang dari G. Jika E memat matching semprna M maka M merpakan matching berbobot maksimm di G Metode Hngarian Berikt adaah metode hngarian ntk menentkan matching maksimm pada graf biparti berbobot. Misakan G adaah graf bipartit berbobot dengan partisi himpnan simp V dan V.. Langkah pertama adaah meakkan peabean simp.. Untk V ( ) = max w( ) V misa.. Untk V misa ( ) =.. H adaah sbgraf perentang dari G dengan himpnan sisi E... Misa G adaah graf dasar dari H.. Piih sembarang matching M di G. Jika mendapatkan matching maksimm di G dicari apakah G merpakan matching semprna maka menrt teorema di atas matching semprna tersebt adaah matching maksimm di G. Jika matching maksimm di G tersebt bkan matching semprna maka ssn sebah pohon aternating T yang berakar di simp nsatrated ntk menentkan peabean simp bar. Berikt merpakan angkah-angkah ntk menentkan sebah peabean simp bar... Jika setiap simp di V merpakan simp satrated di M maka M adaah matching maksimm di G dan proses berhenti. Jika tidak maka anjtkan... Misa x adaah simp nsatrated di V... Ssn pohon aternating dari M yang berakar di x. G Jika terdapat intasan agmenting-p di maka gantikan M dengan M = M E( P) ntk mendapatkan matching bar. Jika tidak memat intasan agmenting P dan T adaah pohon aternating dari M dengan akar x yang tidak dapat diperas agi di G maka peabean simp diganti dengan sebah peabean simp bar dengan sifat bahwa M dan T termat di graf dasar G dari H.. Menghitng peabean simp bar Misakan: m = minima { ( ) +( ) w( ) V ( T) dan V V ( )} Maka berak ntk : ( ) ( ) ( ) m ntk = + m ntk V ( T ) ( ) yang ainnya V ( T ) T

8 Abrori & Wahyningsih/Penentan Matching Maksimm../ JITI ()Jni pp.(9-). Jika peabean simp yang bar bem memat sema simp di V maka ang ke angkah.. Contoh Kass Misa seorang manager sebah persahaan meakkan seeksi terdapat caon pegawai i ( i = K) ntk posisi jabatan ( i = K i ). Seeksi diakkan ntk mengetahi kemampan setiap peamar ntk setiap posisi. Kemampan peamar kerja merpakan bobot sisi yang menghbngkan peamar kerja dengan m = w jabatan. Bentk matrik M = [ ] dengan ( ) M = m ij 9 6 G adaah graf bipartit berbobot dengan partisi himpnan simp dengan partisi himpnan V = ( ) dan V = ( ) dengan mengikti angkah-angkah pada metode Hngarian diperoeh hasi sebagai berikt: Langkah.a Untk V misa ( ) = max w( ) ij V Sehingga diperoeh ( ) = ( 96) misa ( ) = maka niai peabean ( ) = ( ) Untk V G :.b Misa H adaah sbgraf perentang dari G dengan himpnan sisi E.c Misa G adaah graf dasar dari H i j Langkah. Piih sembarang matching M di G M = Misa dipiih ( ) ( ) ( ) 6

9 Jrna Imiah Teknik Indstri Vo. No. Jni ISSN Langkah.a Terdapat simp pada V yang merpakan simp nsatrated di M maka anjtkan..b adaah simp nsatrated di V sehingga dignakan sebagai simp akar..c Ssn pohon aternating dari M yang berakar di. Diperoeh pohon aternating T dengan V ( T ) = { } karena tidak ditemkan intasan agmenting dan pohon aternating T tidak dapat diperas agi di G maka peabean simp diganti dengan sebah peabean simp bar. Pohon aternating pertama Langkah. Menghitng peabean bar m = minima { ( ) +( ) w( ) V ( T) dan V V ( )} V ( T ) = { } V dan V ( T ) = { } diperoeh m = yakni pada sisi ( ) bar ( ) yang terbentk adaah: ( ) m = { 86} ntk V ( ) = ( ) + m = { } ntk V ( ) ntk yang T sehingga peabean simp ( T ) ( T ) ainnya Matching M dan sisi m Langkah. Karena peabean simp yang bar bem memat sema simp maka ang ke angkah.c Langkah.c Ssn pohon aternating dari M yang berakar di. Diperoeh pohon aternating T dengan V ( T ) = { } karena ditemkan P = maka intasan agmenting-m yakni {( ) ( ) ( )} intasan agmenting P dignakan ntk membentk matching bar dan kembai ke angkah.a. 7

10 Abrori & Wahyningsih/Penentan Matching Maksimm../ JITI ()Jni pp.(9-) M = {( ) ( ) ( )} P = {( ) ( ) ( )} Pohon aternating keda maka M = M P = {( ) ( )( ) ( )} Matching M Langkah.a Terdapat simp pada V yang merpakan simp nsatrated di M maka anjtkan. Langkah.b adaah simp nsatrated di V sehingga dignakan sebagai simp akar. Langkah.c Ssn pohon aternating dari M yang berakar di. Diperoeh pohon aternating T dengan V ( T ) = { } karena tidak ditemkan intasan agmenting dan pohon aternating T tidak dapat diperas agi di G maka peabean simp diganti dengan sebah peabean simp bar Pohon aternating ketiga Langkah. Menghitng peabean bar m = minima { ( ) +( ) w( ) V ( T) dan V V ( )} V ( T) = { } dan V V ( T ) = { } dari perhitngan diperoeh m = yakni pada sisi ( ) ( ) peabean bar yang terbentk adaah : T dan sisi 8

11 Jrna Imiah Teknik Indstri Vo. No. Jni ISSN ( ) m = { 7 } ( ) + m = { } ( ) ntk V ( T) ( ) = ntk V ( T) ntk yang ainnya Langkah. Karena peabean simp yang bar bem memat sema simp maka ang ke angkah.c. Matching M dan sisi m Langkah.c Ssn pohon aternating dari M yang berakar di. Diperoeh pohon aternating T dengan V ( T ) = { } karena diperoeh intasan agmentingi P = maka intasan {( ) ( ) ( ) ( ) ( )} agmenting P dignakan ntk membentk matching bar dan kembai pada angkah.a Pohon aternating keempat M = {( ) ( )( ) ( )} P = {( ) ( ) ( ) ( ) ( )} maka M = M P = {( ) ( ) ( ) ( ) ( )} Matching M 9

12 Abrori & Wahyningsih/Penentan Matching Maksimm../ JITI ()Jni pp.(9-) M = ( ) i 9 6 ( ) i 7 Langkah.a Setiap simp di V merpakan simp satrated di M maka matching adaah matching maksimm di G dan proses berhenti. Jadi M E( G) = {( ) ( ) ( ) ( ) ( )} adaah matching maksimm di G. Dari angkah-angkah di atas diperoeh matching semprna dengan bobot maksimm sebesar. dan kardinaitas matching M adaah. Jadi penempatan caon pegawai pada posisi jabatan adaah sebagai berikt: caon pegawai pada jabatan caon pegawai pada jabatan caon pegawai pada jabatan caon pegawai pada jabatan dan caon pegawai pada jabatan. E. Kesimpan Sosi penempatan pegawai Matching maksimm pada graf bipartit berbobot dapat ditentkan menggnakan metode Hngarian. Matching tersebt merpakan matching semprna dengan dengan kardinaitas dan jmah bobot sisi yang maksimm pada graf bipartit berbobot. Matching maksimm yang diperoeh pada graf bipartit berbobot merpakan sosi optima dari masaah pengasan yakni memasangkan seorang pegawai dengan sebah tgas. Metode Hngarian dapat membant persahaan ata institsi daam mengambi keptsan tertama menyangkt pemberian pekerjaan penempatan posisi pegawai pembatan jadwa dan ain sebagainya.

13 Jrna Imiah Teknik Indstri Vo. No. Jni ISSN Daftar Pstaka Anton Howard 987 Ajabar Linear Eementer: Jakarta. Berge Code 97 Graph and Hypergraph Dnod: Netherands. Bondy J.A dan Mrty U.S.R. 976 Graph Theory with Appications Mac Mian Press: New York. Chartrand Gary dan Oeermann Ortrd 99 Appied and Agoritmic Graph Theory Mc Graw Hi Internationa Edition: New York. Gondran M. dan Minox M. 98 Graphs and Agorithms. John Wiey & Sons Ltd.: Chichester Inggris. Kocay Wiiam dan Kreher Donad Graph Theory and Optimization Chapman & Ha / CRC. Magn J.. Greedy Matching Agorithms an Experimenta Stdy. Schweizerischer Nationafond Grant NF -.9. Zűrich Switzerand. Venkateswaran R. Obraniic Z. Raghaendra C.S. 99. Cooperatie Genetic for Optimization Probem in Distribted Compter System. Technica report TR-EECS-9-8. Schoo of EECS. Washington State Uniersity. Wibisono Same 8 Matematika Diskrit. Edisi Keda Graha Im: Yogyakarta.

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT oleh GURITNA NOOR AINATMAJA M SKRIPSI ditlis dan diajkan ntk memenhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL-DUAL PADA PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN TRAPEZOIDAL

METODE SIMPLEKS PRIMAL-DUAL PADA PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN TRAPEZOIDAL METODE SIMPLEKS PRIMAL-DUAL PADA PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN TRAPEZOIDAL Bambang Irawanto 1,Djwandi 2, Sryoto 3, Rizky Handayani 41,2,3 Departemen Matematika Faktas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan seperti jaringan komnikasi, transportasi, penjadalan, dan pencarian rte kini semakin banak ditemi di tengah-tengah masarakat. Masalah tersebt dimlai dari menemkan

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai 6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logika Fzzy Pada awalnya sistem logika fzzy diperkenalkan oleh Profesor Lotfi A. Zadeh pada tahn 1965. Konsep fzzy bermla dari himpnan klasik (crisp) yang bersifat tegas ata

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE Inner Prodcts Angle and Orthogonality in Inner Prodct Spaces Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Sqares Orthogonal Matrices;

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS Ole: Citra Dewi Ksma P. 106 100 007 Dosen pembimbing: DR. Sbiono, MSc. Latar Belakang PENDAHULUAN Penyakit Tberklosis TB adala

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Mardhika WA 1, Syamsdhha 2, Aziskhan 2 mardhikawirahadi@nriacid 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika 2 Laboratorim Komptasi Jrsan

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN 5 LATIHAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendkng pembahasan dari sistem yang akan dibat. 2.1. Katalog Perpstakaan Katalog perpstakaan adalah sat media yang

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M. ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Aljabar Linear Elementer MA SKS Silabs : Bab I Matriks dan Operasinya Bab II Determinan Matriks Bab III Sistem Persamaan Linear Bab IV Vektor di Bidang dan di Rang Bab V Rang Vektor Bab VI Rang Hasil Kali

Lebih terperinci

APLIKASI SPANNING TREE UNTUK MENENTUKAN HAMBATAN TOTAL PADA RANGKAIAN LISTRIK SKRIPSI. Oleh: MUAYYAD NANANG KARTIADI NIM

APLIKASI SPANNING TREE UNTUK MENENTUKAN HAMBATAN TOTAL PADA RANGKAIAN LISTRIK SKRIPSI. Oleh: MUAYYAD NANANG KARTIADI NIM APLIKASI SPANNING TREE UNTUK MENENTUKAN HAMBATAN TOTAL PADA RANGKAIAN LISTRIK SKRIPSI Oleh: MUAYYAD NANANG KARTIADI NIM. 06510042 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Aljabar Linier Dosen Pengampu: Darmadi, S. Si, M. Pd

Mata Kuliah: Aljabar Linier Dosen Pengampu: Darmadi, S. Si, M. Pd . RUANG BERDIMENSI n EUCLIDIS Mata Kliah: Aljabar Linier Dosen Pengamp: Darmadi S. Si M. Pd Dissn oleh: Kelompok Pendidikan Matematika VA. Abdl Fajar Sidiq (8.). Lilies Prwanti (8.76). Ristinawati (8.)

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT BEBERP IDENTITS PD GENERLISSI BRISN FIBONCCI Sri Melati 1, Mashadi, Msraini M 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika Dosen Jrsan Matematika Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan lam Universitas Ria Kamps

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Swandi *, Sri Gemawati 2, Samsdhha 2 Mahasiswa Program Stdi Magister Matematika, Dosen Pendidikan Matematika Uniersitas Pasir Pengaraian 2 Dosen Jrsan Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Sejarah Analisis Jalr Teknik analisis jalr yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahn 1934, sebenarnya merpakan pengembangan korelasi yang dirai menjadi beberapa interpretasi akibat

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK)

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) Arif Setiawan 1*, Pratomo Setiaji 1 1 Program Stdi Sistem Informasi, Fakltas Teknik, Universitas Mria Kds Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kds 59352 * Email:

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E. Objektif. Teori. Contoh 4. Simplan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK

EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK Jrnal Matematika UNAND Vol. No. 2 Hal. 39 43 ISSN : 233 29 c Jrsan Matematika FMIPA UNAND EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK YULIANA PERMATASARI Program Stdi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pembahasan pada bab ini, merpakan pembahasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori tersebt melipti mata ang, pelak yang berperan, faktor-faktor yang mempengarhi

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS Dian Permana Ptri 1, Herri Slaiman FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gnng Jati Cirebon

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi Jrnal Matematika Integratif ISSN 4-684 Volme No, Oktober 05, pp - 8 Kontrol Optimm pada Model Epidemik SIR dengan Pengarh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi N. Anggriani, A. Spriatna, B. Sbartini, R. Wlantini

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON Jrnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 157 161 ISSN : 233 291 c Jrsan Matematika FMIPA UNAND PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON DALIANI Program Stdi Matematika, Fakltas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umm Bins Bsiness School Bina Nsantara (Bins) University didirikan pada tanggal 1 Oktober 1974 yang berawal dari sebah lembaga pendidikan kompter jangka pendek,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M000259 Di PT.PAL INDONESIA Oleh : Selfy Atika Sary NRP : 1307 030 053 Pembimbing :

Lebih terperinci

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah : TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci

SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI KOMPLIT ( ) DENGAN

SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI KOMPLIT ( ) DENGAN PROSIDING ISBN : 978 979 6353 3 SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI OMPLIT ( ) A. DENGAN Oleh Imam Fahcruddin Mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Stdi Pendahlan Langkah aal dalam enelitian ini adalah mencari dan mengmlkan smbersmber seerti: bk, jrnal ata enelitian sebelmna ang mendkng enelitian ini. 3. Tahaan Analisis

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING Desi Yanti, Sayti Rahman, Rismayanti 3 Jrsan Teknik Informatika Universitas Harapan Medan Jl. HM Jhoni

Lebih terperinci

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan:

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan: PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM Perl diingat kembali definisi panjang dan jarak sat ektor pada rang hasil kali dalam Eclid, yait rnag ektor yang hasil kali dlamnya didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERMAINAN ELLO YANG DAPAT DIMENANGKAN FITRI DURROTUN NAFISAH

KARAKTERISTIK PERMAINAN ELLO YANG DAPAT DIMENANGKAN FITRI DURROTUN NAFISAH KARAKTERISTIK PERMAINAN ELLO YANG DAPAT DIMENANGKAN FITRI DURROTUN NAFISAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i ABSTRAK FITRI DURROTUN

Lebih terperinci

Rekomendasi Pengambilan Mata Kuliah Pilihan Menggunakan Recursive Elimination Algorithm (Relim)

Rekomendasi Pengambilan Mata Kuliah Pilihan Menggunakan Recursive Elimination Algorithm (Relim) Rekomendasi Pengambilan Mata Kliah Pilihan Menggnakan Recrsive Elimination Satrio Prasojo (st.prasojo@gmail.com), Shafiah, ST., MT (fi@telkomniversity.ac.id), Hetti Hidayati, S.Kom., MT (htt@telkomniversity.ac.id),

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSIAS INDONESIA PERANANGAN PENGENDALI MODEL PREDIIVE ONROL (MP) PADA SISEM EA EXANGER DENGAN JENIS KARAKERISIK SELL AND UBE ESIS RIDWAN FARUDIN 76733 FAKULAS EKNIK PROGRAM SUDI EKNIK KONROL INDUSRI

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik Perteman IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Strktr Kay IV.1 Batang Tarik Gamar 4.1 Batang tarik Elemen strktr kay erpa atang tarik ditemi pada konstrksi kdakda. Batang tarik merpakan sat elemen strktr yang menerima

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB III PENDEKATAN TEORI 9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

lensa objektif lensa okuler Sob = fob

lensa objektif lensa okuler Sob = fob 23 jekti ler S = ~ S = A B d 24 Diagram pembentkan bayangannya adalah sebagari berikt: jekti d ler S = ~ S S A B S Teropong Pantl (Teleskop Releksi) Teropong jenis ini menggnakan sat positi, sat cermin

Lebih terperinci

Optimasi Multi Response Surface pada Industri Kemasan Botol Plastik dengan Pendekatan Fuzzy Programming

Optimasi Multi Response Surface pada Industri Kemasan Botol Plastik dengan Pendekatan Fuzzy Programming JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vo. 3, No., (04) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) D-06 Optiasi Mti Response Srface pada Indstri Keasan Boto Pastik dengan Pendekatan Fzzy Prograing Lea Devi Meyina dan Sony Snaryo

Lebih terperinci

1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak.

1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak. 1 1. Grafik di samping menyatakan hbngan antara jarak (s) terhadap wakt (t) dari benda yang bergerak. Bila s dalam m, dan t dalam sekon, maka kecepatan rata-rata benda A. 0,60 m/s D. 3,00 m/s B. 1,67 m/s

Lebih terperinci

Analisis Komputasi pada Segmentasi Citra Medis Adaptif Berbasis Logika Fuzzy Teroptimasi

Analisis Komputasi pada Segmentasi Citra Medis Adaptif Berbasis Logika Fuzzy Teroptimasi Analisis Komptasi pada Segmentasi Citra Medis Adaptif Soesanti, dkk. 89 Analisis Komptasi pada Segmentasi Citra Medis Adaptif Berbasis Logika Fzzy Teroptimasi Indah Soesanti ), Adhi Ssanto 2), Thomas Sri

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Modl Standar ntk dignakan dalam Perkliahan di Universitas Merc Bana Fakltas Program Stdi Tatap Mka Kode MK Dissn Oleh Ilm Kompter Teknik Informatika 9 Abstract Matakliah Menjadi Dasar

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB

LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB 23 lensa objektif lensa okler Sob = ~ Sob = fob A fob fob B d 24 Diagram pembentkan bayangannya adalah sebagari berikt: lensa objektif d Sob = ~ lensa okler Sob Sok

Lebih terperinci

vektor ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip

vektor ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip MODUL MATEMATIKA SMA ektr ( MAT..4 ) Dissn Oleh : Drs. Pndjl Prijn Nip. 95807.980..00 PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 Jalan Mayjen Sngkn N. 58 Telp. (04) 7506 Malang Mdl..4 VEKTOR

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG _ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah. TE Teknik Numerik Sistem Linear

Trihastuti Agustinah. TE Teknik Numerik Sistem Linear E 09467 eknik Nmerik Sistem Linear rihastti Agstinah Bidang Stdi eknik Sistem Pengatran Jrsan eknik Elektro - FI Institt eknologi Seplh Nopember O U L I N E OBJEKIF EORI 3 CONOH 4 SIMPULAN 5 LAIHAN OBJEKIF

Lebih terperinci

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda Vol. 9, No.2, 114-122, Januari 2013 Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda Hasmawati 1 Abstrak Graf yang memuat semua siklus dari yang terkecil sampai ke

Lebih terperinci

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN 1 PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN BAB 5.1. 5.2. 1 SUB POKOK BAHASAN : Jenis-jeins Jembatan Bagian-bagian Strktr Jembatan 1. Tjan Pembelajaran Umm : Mamap mengenal jenis-jenis Jembatan Balok

Lebih terperinci

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik Intera asi Metode Interal Kadr ratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi i Gass merpaka an metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi.

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi. Interasi Metode Interal Kadratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi Gass merpakan metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Fisika Ebtanas

Fisika Ebtanas isika Ebtanas 1996 1 1. Di bawah ini yang merpakan kelompok besaran trnan adalah A. momentm, wakt, kat ars B. kecepatan, saha, massa C. energi, saha, wakt ptar D. wakt ptar, panjang, massa E. momen gaya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada BAB TIJAUA PUSTAKA.. Pendahlan Disain prodk merpakan proses pengembangan konsep aal ntk mencapai permintaan dan kebthan dari konsmen. Sat desain prodk ang baik dapat mendorong pengembangan ang skses, dan

Lebih terperinci

Pemodelan Matematika Rentang Waktu yang Dibutuhkan dalam Menghafal Al-Qur an

Pemodelan Matematika Rentang Waktu yang Dibutuhkan dalam Menghafal Al-Qur an Pemodelan Matematika Rentang Wakt yang Dibthkan dalam Menghafal Al-Qr an Indah Nrsprianah Tadris Matematika, IAIN Syekh Nrjati Cirebon Email: rizqi.syadida@yahoo.com Abstrak Kegiatan menghafal Al-Qr an

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT GRAF YANG MEMUAT SEMUA SIKLUS Nur Rohmah Oktaviani Putri * CHARACTERISTIC OF THE GRAPH THAT CONTAINS ALL CYCLES Nur Rohmah Oktaviani Putri

SIFAT SIFAT GRAF YANG MEMUAT SEMUA SIKLUS Nur Rohmah Oktaviani Putri * CHARACTERISTIC OF THE GRAPH THAT CONTAINS ALL CYCLES Nur Rohmah Oktaviani Putri SIFAT SIFAT GRAF YANG MEMUAT SEMUA SIKLUS Nur Rohmah Oktaviani Putri * Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin CHARACTERISTIC OF THE GRAPH THAT CONTAINS

Lebih terperinci

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Makalah Seminar Tgas Akhir Jnanto Prihantoro 1, Trias Andromeda. 2, Iwan Setiawan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL USU

JURNAL TEKNIK SIPIL USU JURNAL TEKNIK SIPIL USU ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN IDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN PENERBANGAN MEDAN Inda Yfina 1, Rdi Iskandar 2 1

Lebih terperinci

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni Diktat Klia TK Matematika BAB TURUNAN Graien Garis Singgng Tinja seba krva = f() seperti iperliatkan paa Gambar Garis ang melali titik P(, f( )) an Q( +, f( + )) isebt tali bsr Graien tali bsr tersebt

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gnawan Semester II, 2016/2017 3 Maret 2017 Kliah yang Lal 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN - WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF LINTASAN GABUNG GRAF BIPARTIT LENGKAP SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA. Oleh : MARISA LEZTARI

PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF LINTASAN GABUNG GRAF BIPARTIT LENGKAP SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA. Oleh : MARISA LEZTARI PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF LINTASAN GABUNG GRAF BIPARTIT LENGKAP SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA Oleh : MARISA LEZTARI 06 934 018 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin hasma_ba@yahoo.com Abstract Graf yang memuat semua siklus dari yang terkecil sampai

Lebih terperinci

KIMIA HASIL PERTANIAN

KIMIA HASIL PERTANIAN KONTRAK PEMBELAJARAN (Pedoman Pembelajaran bagi Dosen dan Mahasiswa) Mata Kliah KIMIA HASIL PERTANIAN 2 SKS / SEMESTER VI Pengamp / Pembelajar Agng Setya Wardana, STP PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Lebih terperinci

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi 1 ARUS LAUT Ada gaa ang berperan dalam ars ait: gaa-gaa primer dan gaa-gaa seknder. Gaa primer berperan dalam menggerakkan ars dan menentkan kecepatanna, gaa primer ini antara lain adalah: stress angin,

Lebih terperinci