BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB LANDASAN TEORI.1 Sejarah Analisis Jalr Teknik analisis jalr yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahn 1934, sebenarnya merpakan pengembangan korelasi yang dirai menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimblkannya. Lebih lanjt, analisis jalr mempnyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi berganda merpakan bentk khss dari analisis jalr (Sarwono, 007). Path analysis walapn ckp lama dikembangkan, tetapi bar dikenal secara las oleh para ahli ilm-ilm sosial setelah sosiolog Otis D. Dncan pada tahn 1966 memperkenalkannya ke dalam literatr sosiologi lewat tlisannya Path Analysis : Sociological Example yang dimat dalam AJS (American Jornal of Sociology). Sejak saat itlah, path analysis banyak dibicarakan, khssnya oleh para ahli sosiologi, bahkan diantaranya ada yang menganggap path analysis sebagai the mods operandi of sociological research (Miller & Stokes, 1975:193). Sekarang path analysis bkanlah monopoli para sosiolog lagi. Path analysis telah menjadi model analisis para ilmwan sosial lainnya (Ridwan & Achmad Engkos Kncoro, 007).

2 Jadi, pada awalnya analisis jalr (path analysis) dikembangkan oleh Sewal Wright (1934). Namn, analisis jalr tersebt bar dikenal las setelah Otis D. Dncan, seorang ahli sosiologi yang menlis literatr sosiologinya pada American Jornal of Sociology. Analisis jalr (path analysis) sendiri bertjan ntk menjelaskan pengarh-pengarh yang ada pada seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen. Seperti yang dikemkakan oleh Ridwan dan Achmad Engkos Kncoro bahwa analisis jalr bertjan ntk menerangkan pengarh langsng dan tidak langsng dari seperangkat variabel secara serempak (simltan) ata mandiri (parsial) dari variabel penyebab (eksogen) terhadap variabel akibat (endogen). Model path analysis yang dibicarakan adalah pola hbngan sebab akibat ata a set of hypothesized casal asymetric relation among the variables.. Pengertian Analisis Jalr Terdapat beberapa definisi mengenai analisis jalr diantaranya, yait Ridwan dan Achmad Engkos Kncoro mengemkakan bahwa analisis jalr dignakan ntk menganalisis pola hbngan antar variabel dengan tjan ntk mengetahi pengarh langssng mapn tidak langsng seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). David Garson dalam Jonathan Sarwono (007), mengartikan analisis jalr sebagai model perlasan regresi berganda yang dignakan ntk mengji keselarasan matriks korelasi dengan da ata lebih

3 model hbngan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Sementara it definisi lain datang dari Pal Webey dalam Jonathan Sarwono (007), yang mengatakan bahwa Analisis jalr merpakan pengembangan langsng bentk regresi berganda dengan tjan ntk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitde) dan signifikansi (significance) hbngan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel. Sedangkan Sarwono mengartikan analisis jalr sebagai kepanjangan dari analisis regresi berganda. Jadi, dari definisi di atas dapat disimplkan bahwa analisis jalr merpakan sat teknik dalam menganalisis masalah regresi berganda dengan menggambarkan masalah tersebt menjadi jalr-jalr yang saling berhbngan. Modelnya digambarkan dalam bentk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tnggal mennjkkan sebagai penyebab (David Garson dalam Jonathan Sarwono, 007). Jalr-jalr yang berisikan variabel eksogen dan endogen tersebt dihbngkan oleh beberapa anak panah, yait panah tnggal dan panah berjng ganda. Dimana anak panah tnggal mennjkkan sebagai penyebab. Namn, terkadang terdapat pla anak panah berjng ganda yang saling menghbngkan variabel-variabel eksogen (bebas). Anak panah tersebt menyatakan adanya hbngan korelasi (saling mempengarhi) di antara variabel tersebt. Analisis Jalr ini dikatakan sebagai pengembangan dari regresi berganda, karena pada dasarnya konsep regresi berganda sama dengan konsep analisis jalr dimana pada keda konsep tersebt terdapat variabel yang dipengarhi (terikat) dan yang mempengarhi (bebas). Namn perbedaannya terletak pada hbngan antar variabel.

4 Jika pada konsep regresi tidak dipermasalahkan mengapa hbngan antar variabel terjadi serta apakah hbngan antar variabel tersebt disebabkan oleh variabel it sendiri ata mngkin dipengarhi oleh variabel lain. Namn pada analisis jalr, hbngan antar variabel tersebtlah yang dipelajari. Analisis jalr ini mempelajari apakah hbngan yang terjadi disebabkan oleh pengarh langsng dan tidak langsng dari variabel independen terhadap variabel dependen, mempelajari ketergantngan sejmlah variabel dalam sat model (model kasal), dan menganalisis hbngan antar variabel dari model kasal yang telah dirmskan oleh peneliti atas dasar pertimbangan teoritis..3 Asmsi-asmsi Analisis Jalr Sebelm menganalisis data, ada baiknya memperhatikan beberapa asmsi-asmsi pada analisis jalr berikt : a. Hbngan antar variabel bersifat linier dan normal. b. Variabel endogen (terikat) minimal dalam skala kr interval dan ratio. c. Hbngan sebab-akibat yang akan dianalisis didasarkan pada teori-teori yang relevan, artinya model teori yang akan diji telah sesai dengan teori yang ada. d. Hbngan antar variabel yang bersifat kasalitas hanya berlangsng sat arah. e. Menggnakan tehnik pengambilan sampel yang memberikan pelang yang sama kepada setiap anggota poplasi.

5 f. Observed variables dikr tanpa kesalahan (instrmen pengkran valid dan reliabel)..4 Manfaat Analisis Jalr Adapn manfaat ata kegnaan analisis jalr yait : a. Menjelaskan sat fenomena yang dipelajari ata permasalahan yang diteliti. b. Memprediksi nilai variabel endogen (terikat) berdasarkan variabel-variabel eksogen (bebas). c. Menentkan variabel eksogen (bebas) mana yang lebih berpengarh terhadap variabel endogen (terikat) dan menelsri jalr-jalr pengarh variabel eksogen (bebas) terhadap variabel endogen (terikat). Hal ini dikenal dengan faktor determinan. d. Pengjian model menggnakan theory trimming, baik ntk ji reliabelitas (ji keajegan) konsep yang sdah ada dan ji pengembangan konsep bar..5 Model Analisis Jalr.5.1 Model Analisis Jalr Berdasarkan Banyaknya Sb Strktr Adapn beberapa contoh model analisis jalr jika ditinja dari segi banyaknya sb strktr (banyaknya variabel endogen) yait :

6 a. Model Sat Jalr Pada model ini hanya terdapat sat variabel endogen, sehingga pada persamaan strktralnya nanti hanya terdapat sat sb strktr. Model ini disebt jga model regresi berganda karena rms mmnya hampir sama dengan regresi berganda, dimana terdapat da variabel bebas dan sat variabel terikat serta adanya variabel lain yang tidak dikr (error). Adapn contoh dari diagram jalr model sat jalr dapat digambarkan seperti berikt : X 1 Y X Gambar.1 Model Sat Jalr b. Model Da Jalr Pada model ini terdapat da variabel endogen dan beberapa variabel eksogen. Model ini disebt jga model mediasi, karena terdapat variabel perantara yang mempengarhi variabel endogen Y. Pada model ini terdapat da sb strktr persamaan strktral. Adapn model dapat digambarkan sebagai berikt :

7 X 1 Y 1 Y X Gambar. Model Da Jalr c. Model Kompleks Pada model ini terdapat lebih dari da jalr, dimana terdapat variabel-variabel perantara yang jga mempengarhi variabel-variabel endogen. Dikatakan kompleks karena terdapat lebih dari da variabel endogen, sehingga dalam persamaan strktralnya jga terdapat lebih dari da persamaan strktral. Adapn model kompleks dapat digambarkan sebagai berikt : X 1 Y Y 1 X Y 3 Gambar.3 Model Kompleks

8 .5. Model Analisis Jalr Berdasarkan Sebab Akibat Adapn jika dilihat dari segi sebab akibat, model analisis jalr terbagi atas da, yait : A. Model Rekrsif Model ini memperlihatkan bahwa adanya hbngan sat arah di antara variabelvariabel eksogen yang ada terhadap variabel endogen. Hbngan ini ditnjkkan adanya panah sat arah yang hanya mengarah kepada variabel endogen. Adapn model rekrsif dapat digambarkan sebagai berikt : X 1 X Y X 3 Gambar.4 Model Rekrsif

9 B. Model Non Rekrsif Model ini mennjkkan adanya hbngan timbal balik antar variabel eksogen dan variabel endogen. Hbngan tersebt diperlihatkan dengan adanya anak panah yang berbalik (tidak searah). Gambar ntk model non rekrsif sebagai berikt : X 1 X Y 1 Y X Gambar.5 Model Non Rekrsif Adapn yang dimaksd dengan model rekrsif dapat diterangkan oleh contoh diagram di atas. Dimana variabel Y 1 ke Y kemdian berbalik lagi dari Y ke Y 1, ata dari variabel X 1 ke Y 1 kemdian panah berbalik lagi dari Y 1 ke X 1..6 Tahap-tahap Analisis Jalr Berikt beberapa tahap di dalam analisis jalr, yait : 1. Membat model (diagram jalr) berdasarkan konsep dan teori. Mermskan persamaan strktral berdasarkan model

10 3. Pemeriksaan terhadap asmsi-asmsi yang ada pada analisis jalr 4. Pendgaan parameter ata perhitngan koefisien jalr 5. Pengjian model 6. Interpretasi model.7 Konsep Dasar Analisis Jalr.7.1 Koefisien Jalr Adapn yang dimaksd dengan koefisien jalr merpakan nilai yang mennjkkan pengarh langsng variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y). Pengarh tersebt dapat ditnjkkan seperti gambar berikt : X 1 Y X Gambar.6 Koefisien Jalr pada Diagram Jalr Hbngan antara X 1 dan X adalah hbngan korelasional. Intensitas keeratan hbngan tersebt dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi r. Hbngan X 1 dan X ke Y adalah hbngan kasal. Besarnya pengarh langsng dari X 1 ke Y, dan dari X ke Y, masing-masing dinyatakan oleh besarnya nilai x 1 x

11 nmerik koefisien jalr dan. Nilai menggambarkan besarnya pengarh langsng variabel resid (implicit exogenos variable) terhadap Y. Nilai mennjkkan variabel ata faktor residal yang fngsinya menjelaskan pengarh variabel lain yang telah teridentifikasikan oleh teori, tetapi tidak diteliti ata variabel lainnya yang belm teridentifikasi oleh teori, ata mncl sebagai akibat dari kekeliran pengkr variabel (Ridwan & Achmad Engkos Kncoro, 007). Untk menghitng nilai dignakan rms : = 1 - Dimana : = Error R = Koefisien Determinasi (pengarh total variabel eksogen terhadap variabel endogen yang dihitng secara parsial) Berikt langkah-langkah ntk menghitng koefisien jalr, dalam hal ini ntk model analisis jalr berganda ata kompleks : 1. Gambarkan dengan jelas model (diagram jalr) yang mencerminkan permasalahan yang terkandng dalam hipotesa yang diajkan sehingga tampak jelas apa yang menjadi variabel eksogen dan apa yang menjadi variabel endogennya beserta persamaan strktralnya.. Hitng matriks korelasi antar variabel. Adapn gambar matriksnya dapat ditliskan seperti berikt :

12 X 1 X X R = 1 r x x r r x x 1 x x 1 Adapn formla ntk menghitng koefisien korelasi dignakan Prodct Moment Coefficient dari Karl Pearson. Dignakannya Prodct Moment Coefficient ini karena variabel-variabel yang akan dicari korelasinya berskala interval. Adapn formlanya yait : r xy N X N XY ( X ).( Y) ( X ). N Y ( Y) 3. Tentkan sb-strktr dan persamaan strktral yang akan dihitng koefisien jalrnya. Misalnya terdapat k bah variabel eksogens dan sebah variabel endogens X. Maka persamaan strktralnya dapat ditlis sebagai berikt : X = P xx1.x 1 + P xx. X + +P xxk. X k +. Kemdian hitng matriks korelasi antar variabel eksogen yang menyssn sb strktr tersebt dengan rms :

13 X 1 X X k R = 1 r x x r r x x 1 x x 1 4. Menghitng matriks invers korelasi variabel eksogen dengan rms : X 1 X X k R -1 = C 11 C C 1 C C C 1k k kk 5. Menghitng sema koefisien jalr P xxi, dengan i = 1,, 3,, k melali rms : x x x x x x 1 k C 11 C C 1 C C C 1k k kk. r r r x x 1 x x x x k Sedangkan ntk menghitng koefisien korelasi dalam analisis jalr model sederhana, yang terdiri dari sat variabel eksogen dan sat variabel endogen nilainya sama dengan besarnya koefisien korelasi antara keda variabel tersebt (p x x i = r ). x x i

14 .7. Pengarh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen Pengarh yang diterima oleh variabel endogen dapat terjadi secara sendiri-sendiri (parsial) mapn secara bersama-sazma (simltan). Pengarh secara parsial dapat berpa pengarh langsng (direct effect) dan dapat jga berpa pengarh tidak langsng (direct effect) melali variabel eksogen yang lain. Adapn cara ntk menghitng besarnya pengarh langsng, pengarh tidak langsng, dan pengarh total variabel eksogen tehadap variabel endogen secara parsial (sendiri-sendiri) yait sebagai berikt : a. Pengarh langsng variabel eksogen terhadap variabel endogen = p x x i x P x x i b. Pengarh tidak langsng dari variabel eksogen terhadap variabel endogen yait = p x x i x r x p x x i x 1 x c. Pengarh total variabel eksogen terhadap variabel endogen yait dihitng dengan menjmlahkan pengarh langsng dan pengarh tidak langsng variabel eksogen terhadap variabel endogen : = [p x x i x p x x i ] + [p x x i x r x p x i x 1 x x ] Sedangkan ntk menghitng pengarh variabel eksogen terhadap variabel endogen secara bersama-sama (simltan) dapat menggnakan rms berikt :

15 R x ( x1, x, xk ) x x x x 1 x x k r r r x x x x x x 1 k Dimana : R x x, x x ) ( 1 k adalah koefisien determinasi total X 1, X, X k terhadap X ata besarnya pengarh variabel eksogens secara bersama-sama (gabngan) terhadap variabel endogens. x x x1 x x x xk adalah koefisien jalr. r r r x x x x x adalah koefisien korelasi variabel eksogens X 1 k 1, X, X k dengan variabel endogens X..8 Pengjian Koefisien Jalr Mengji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalr yang telah dihitng, baik secara sendiri-sendiri mapn secara bersama-sama, serta mengji perbedaan besarnya pengarh masing-masing variabel eksogens terhadap variabel endogens, dapat dilakkan dengan langkah kerja berikt : 1. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diji. H o : p x xi = 0, artinya tidak terdapat pengarh variabel eksogens (X ) terhadap variabel endogens (X i ).

16 H 1 : p x x i 0, artinya terdapat pengarh variabel eksogens (X ) terhadap variabel endogens (X i ). Dimana dan i = 1,,, k. Gnakan statistik ji yang tepat, yait : a. Untk mengji setiap koefisien jalr (secara parsial) : t p x ( 1 R x ( x1x xk )) C n k 1 x i ii Dimana: i = 1,, k k = Banyaknya variabel eksogenos dalam sb-strktr yang sedang diji t = Mengikti tabel distribsi t, dengan derajat bebas = n k 1 Kriteria pengjian : - Ditolak H 0 jika nilai t hitng t tabel (n-k-1). - Diterima H 0 jika nilai hitng t hitng t tabel (n-k-1).

17 b. Untk mengji koefisien jalr secara keselrhan/bersama-sama (simltan) : F ( n k k(1 1)( R R x x ( x, x, x ) ( x, x, x ) 1 1 k ) k ) Dimana : i = 1,, k k = Banyaknya variabel eksogens dalam sb-strktr yang sedang diji t = Mengikti tabel distribsi F Snedecor, dengan derajat bebas (degrees of freedom) k dan n k 1 Kriteria pengjian : - Ditolak H 0 jika nilai F hitng F tabel (k, n-k-1). - Diterima H 0 jika nilai F hitng F tabel (k, n-k-1). c. Untk mengji perbedaan besarnya pengarh masing-masing variabel eksogens terhadap variabel endogens. t p ( 1 R x ( x x x ))( C 1 x x i k p x x ii n k 1 j C jj C ij )

18 Kriteria pengjian : - Ditolak H 0 jika nilai t hitng t tabel (n-k-1) ; ata - Ditolak H 0 jika nilai t hitng t tabel (n-k-1). 3. Ambil kesimplan, apakah perl trimming ata tidak. Apabila terjadi trimming, maka perhitngan hars dilang dengan menghilangkan jalr yang menrt pengjian tidak bermakna (no significant)..9 Teori-teori Variabel Penelitian.9.1 Hasil Belajar Pengertian Hasil Belajar Pada bknya yang berjdl Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Sdjana (009), mengemkakan bahwa belajar dan mengajar sebagai sat proses mengandng tiga nsr yang dapat dibedakan, yakni tjan pengajaran (instrksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar. Hbngan ketiga nsr tersebt digambarkan dalam gambar berikt :

19 Tjan Instrksional a c Pengalaman belajar b Hasil Belajar (proses belajar-mengajar) Gambar.7 Hbngan Unsr-Unsr Belajar-Mengajar Garis (a) meennjkkan hbngan antara tjan instrksional dengan proses belajar-mengajar, garis (b) mennjkkan hbngan antara proses belajar-mengajar dengan hasil belajar, dan garis (c) mennjkkan hbngan antara tjan instrksional dengan hasil belajar. Dari ketiga nsr-nsr tersebt masingmasing berhbngan antara sat sama lain, yang kesemanya mengarah pada hasil belajar sebagai sebah akhir pencapaian (penilaian) dalam proses belajarmengajar. Jadi, dapat didefinisiskan bahwa hasil belajar merpakan sat pencapaian oleh siswa atas proses belajar-mengajar yang telah ditemph, yang di dalamnya terkandng tjan-tjan instrksional. Hasil belajar sendiri merpakan implementasi dari apa yang telah dipelajari siswa sebelmnya ke dalam kehidpan sehari-hari. Seperti yang dikemkakan oleh Sdjana (009) bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perbahan tingkah lak. Tingkah lak sebagai hasil belajar dalam pengertian yang las mencakp bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh karena it, hasil belajar hendaknya mamp menilai siswa dalam ketiga aspek tingkah lak yang ada.

20 Jadi, dapat ditarik kesimplan bahwa hasil belajar merpakan sat penilaian yang diperoleh dari kemampan siswa mengikti proses belajar, yang berpa angka ata hrf pada periode wakt tertent Faktor-faktor yang Mempengarhi Hasil Belajar Soekanto (01) menyebt bahwa di dalam pola hbngan interaksi sosial anak dan remaja merpakan salah sat pihak, di samping adanya pihak lain. Pihakpihak tersebt saling mempengarhi, sehingga terbentklah kepribadiankepribadian tertent. Pihak-pihak tersebt dapat disebt sebagai lingknganlingkngan sosial tertent dan pribadi-pribadi tertent. Soekanto (01) jga menyebtkan bahwa ada pengarh dari lingkngan sosial dalam mempengarhi tmbhnya motivasi dan keberhasilan stdi anak dan remaja, di samping jga terdapat peranan-peranan pribadi yang tidak mstahil mempnyai pengarh yang lebih besar. Lingkngan sosial tersebt dapat berpa kelarga (misalnya orang ta, sadara-sadara, dan kerabat dekat), kelompok sepermainan, dan kelompok pendidik (sekolah). Dari raian di atas, dapat ditarik kesimplan bahwa faktor-faktor yang mempengarhi hasil belajar yait ada da faktor, antara lain : a. Faktor internal Yang dimaksd faktor internal yait faktor yang berasal dari dalam diri siswa it sendiri. Faktor ini melipti jasmani dan rohani siswa, antara lain intelegensi siswa, sikap siswa, minat, bakat, motivasi, serta kondisi fisik siswa it sendiri.

21 b. Faktor internal Faktor ini merpakan faktor yang berasal dari lar siswa, yakni lingkngan sosial. Seperti yang telah dikemkakan oleh Soekanto (009) bahwa yang termask lingkngan sosial yait kelarga, kelompok sepermainan, dan kelompok pendidik (sekolah). Keda faktor tersebt jga berperan penting dalam belajar sehingga secara tidak langsng mempengarhi dalam pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemkakan Syah (010) yait bahwa faktor-faktor yang mempengarhi belajar yait ada tiga faktor, antara lain faktor internal (keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa), faktor internal (kondisi lingkngan di sekitar siswa), serta faktor pendekatan belajar (jenis paya belajar siswa yang meipti strategi dan metode yang dignakan siswa) Indikator dan Jenis-jenis Hasil Belajar Adapn menrt Syah (010) dalam bknya Psikologi Pendidikan dikatakan bahwa, pada prinsipnya, pengngkapan hasil belajar ideal melipti segenap ranah psikologis yang berbah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Knci pokok ntk memperoleh kran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terrai di atas adalah mengetahi garis-garis besar indikator (pennjk adanya prestasi tertent) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak dingkap ata dikr. Berikt tabel yang menyajikan tentang indikator, jenis, dan cara evalasi hasil belajar yang berasal dari berbagai smber rjkan (Srya, 198;

22 Barlow, 1985; Petty, 004) dalam Mhibbin Syah, 009 dengan penyesian seperlnya. Tabel.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evalasi Hasil Belajar Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evalasi A. Ranah Cipta (Kognitif) 1. Pengamatan 1. Dapat mennjkkan. Dapat membandingkan 3. Dapat menghbngkan 1. Tes lisan. Tes tertlis 3. Observasi. Ingatan 1. Dapat menyebtkan. Dapat mennjkkan kembali 1. Tes lisan. Tes tertlis 3. Observasi 3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 1. Tes lisan. Tes tertlis 4. Penerapan 1. Dapat memberikan contoh. Dapat menggnakan secara tepat 1. Tes tertlis. Pemberian tgas 3. Observasi

23 5. Analisis (pemeriksaan dan penilaian secara teliti) 1. Dapat mengraikan. Dapat mengklasifikasikan ata memilah-milah 1. Tes tertlis. Pemberian tgas 6. Sintesis (membat padan bar dan th) B. Ranah Ras (Afektif) 1. Dapat menghbngkan. Dapat menyimplkan 3. Dapat menggeneralisasikan (membat prinsip mm) 1. Tes tertlis. Pemberian tgas 1. Penerimaan 1. Mennjkkan sikap menerima. Mennjkkan sikap menolak 1. Tes tertlis. Tes skala sikap 3. Observasi. Sambtan 1. Kesediaan berpartisipasi Ata terlibat. Kesediaan memanfaatkan 1. Tes skala sikap. Pemberian tgas 3. Observasi 3. Apresiasi ata sikap menghargai 1. Menganggap penting dan bermanfaat. Menganggap indah dan harmonis 3. Mengagmi 1. Tes skala penilaian ata sikap. Pemberian tgas 3. Observasi

24 4. Internalisasi (pendalaman) 1. Mengaki dan meyakini. Mengingkari 1. Tes skala sikap. Pemberian tgas ekspresif (yang menyatakan sikap) dan proyektif 5. Karakterisasi (penghayatan) C. Ranah Karsa (Psikomotor) 1. Melembagakan ata Meniadakan. Menjelmakan dalam pribadi dan perilak sehari-hari 1. Pemberian tgas ekspresif dan proyektif. Observasi 1. Keterampilan bergerak dan bertindak 1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tbh lainnya 1. Observasi. Tes tindakan. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal 1. Mengcapkan. Membat mimik dan gerakan jasmani 1. Tes lisan. Observasi 3. Tes tindakan Smber : Mhibbin Syah, 009.

25 Penilaian Hasil Belajar Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertent. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah paya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakkan oleh siswa dan gr dalam mencapai tjan-tjan pengajaran (Sdjana, 009). Secara mm, sistem penilaian hasil belajar dibedakan atas da sistem yait penilaian acan norman (PAN) dan penilaian acan patokan (PAP). Penilaian acan norma (PAN) merpakan penilaian yang didasarkan atas rata-rata kelompok siswa. Sedangkan penilaian acan patokan (PAP) merpakan penilaian yang didasarkan atas tjan instrksional yang hars dicapai siswa. Sdjana (009) mengngkapkan bahwa sistem penilaian acan patokan ini disebt jga standar mtlak, karena dalam penilaian bisa saja terjadi sema siswa gagal ata tidak lls karena tidak dapat memenhi kriteria yang telah ditentkan..9.. Kegiatan Ekstrakrikler.9..1 Pengertian Kegiatan Ekstrakrikler Kegiatan ekstrakrikler adalah kegiatan pendidikan di lar mata pelajaran dan pelayanan konseling ntk membant pengembangan peserta didik sesai dengan kebthan, potensi, bakat dan minat mereka melali kegiatan yang secara khss

26 diselenggarakan oleh pendidik dan ata tenaga kependidikan yang berkemampan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Kegiatan ekstrakrikler sendiri merpakan bagian dari pengembangan diri, dan biasanya difasilitasi ata dibimbing oleh gr ata tenaga kependidikan. Kegiatan ekstrakrikler jga dapat diartikan sebagai sat kegiatan pendidikan di lar mata pelajaran dan pelayanan konseling yang merpakan wahana pengembangan pribadi peserta didik melali berbagai aktivitas sesai dengan kebthan, potensi, bakat, dan minat siswa, baik yang terkait langsng mapn tidak langsng dengan materi kriklm sebagai bagian tak terpisahkan dari tjan dan ntk mennjang pencapaian tjan pendidikan di selrh lembaga pendidikan. Jadi, dapat disimplkan bahwa kegiatan ekstrakrikler adalah segala aktivitas yang dilakkan siswa di lar kegiatan belajar mengajar yang telah terjadwal oleh sekolah yang dinyatakan dalam nilai yang ada di laporan hasil belajar (siswa) raport siswa..9.. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakrikler Dalam mencapai tjan ntk meningkatkan dan mengembangkan minat dan bakat siswa, ada beberapa jenis kegiatan ekstrakrikler yang dapat diterapkan di lembaga pendidikan, antara lain : 1. Krida, melipti kepramkaan, Pelatihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Krss Kader Da wah (KKD), Palang Merah Remaja (PMR), Paskan Pengibar Bendera (PASKIBRAKA).

27 . Karya Ilmiah, melipti Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), Kegiatan Pengasaan Keilman dan Kemampan Akademik, Penelitian. 3. Latihan/Lomba, Keterbakatan/Prestasi, melipti pengembangan bakat olahraga, seni dan bdaya, cinta alam, jrnalistik, teater, dan keagamaan. 4. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan sbstansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindngan HAM, keagamaan, seni bdaya. Pada prinsipnya masih banyak lagi jenis ekstrakrikler yang dapat dilaksanakan demi mengembangkan minat dan bakat peserta didik Penilaian Kegiatan Ekstrakrikler Karena kegiatan ekstrakrikler merpakan bagian dari pengembangan diri dan bkan termask mata pelajaran, maka hasil dan proses kegiatan ekstrakrikler dinilai secara kalitatif dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangk kepentingan lainnya oleh penanggng jawab kegiatan. Namn seringkali, dalam laporan hasil belajar siswa ntk penilaian kegiatan ekstrakrikler tersebt diambil dari kerajinan dan kehadiran, dimana di dalam kehadiran tersebt jga dinilai prestasi ata kemampan siswa dalam mengikti kegiatan ekstrakrikler yang dipilihnya.

28 .9.3 Interaksi Sosial Pengertian Interaksi Sosial Sebagai makhlk sosial, mansia ditntt ntk selal berinteraksi dengan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan mansia tidak bisa lepas dari keberadaan orang lain yang ada di sekitarnya. Di dalam interaksi tersebt, terdapat sat kontak dan komnikasi dengan orang lain, yang mendorong individ ata sekolompok individ tersebt ntk saling berhbngan sat sama lain. Menrt Soekanto (01), bentk mm proses sosial adalah interaksi sosial (yang jga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merpakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentk lain proses sosial hanya merpakan bentk-bentk khss dari interaksi sosial. Jadi interaksi sosial dapat diartikan sebagai sat hbngan timbal-balik antara individ-individ, antara kelompok-kelompok mansia, mapn antara individ dengan kelompok mansia yang menghasilkan aktivitas-aktivitas sosial. Soekanto (01) jga mengemkakan bahwa apabila da orang bertem, interaksi sosial telah dimlai pada saat it. Mereka saling menegr, berjabat tangan, saling berbicara ata bahkan mngkin berkelahi. Aktivitas semacam it merpakan bentk-bentk interaksi sosial. Walapn orang-orang yang bertem mka tersebt tidak saling berbicara ata tidak saling menkar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perbahanperbahan dalam perasaan mapn syaraf orang-orang yang bersangktan, yang

29 disebabkan oleh misalnya ba keringat, minyak wangi, sara berjalan dan sebagainya. Semanya it menimblkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemdian menentkan tindakan apa yang akan dilakkannya. Dari keda contoh yang telah dikemkakan di atas, dapat terlihat bahwa interaksi sosial terjadi karena adanya kontak dan komnikasi antara pihak-pihak yang bersangktan. Kontak dan komnikasi tersebt merpakan sat syarat terjadinya interaksi sosial. Dengan kata lain, interaksi sosial hanya berlangsng jika keda belah pihak memberikan reaksi atas hbngan yang dilakkan. Jadi dari beberapa pernyataan yang telah dikemkakan di atas, penlis kemdian menarik sat kesimplan mengenai pengertian interaksi sosial. Penlis menyimplkan bahwa interaksi sosial adalah hbngan timbal balik, respon akibat adanya komnikasi dan kontak antara da individ ata lebih Faktor-faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial Menrt Soekanto (01) dalam Pengantar Sosiologi, ada beberapa faktor yang mendasari berlangsngnya interaksi sosial, antara lain : 1. Imitasi Faktor ini memiliki peranan penting dalam interaksi sosial. Karena imitasi dapat menimblkan dorongan pada seseorang ntk memathi kaidah-kaidah dan nilainilai yang berlak. Namn di sisi lain, imitasi mngkin saja mengakibatkan terjadinya hal yang negatif jika sesat hal yag ditir merpakan hal yang brk

30 ata negatif. Contohnya, seorang anak SMP merokok karena menir temannya yang seorang perokok. Imitasi jga dapat menyebabkan daya kreasi seseorang mati ata tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena orang tersebt hanya menir setiap perlakan/sikap, dan sebagainya yang dianggap menarik oleh orang tersebt.. Sgesti Faktor ini berlangsng apabila seseorang memberi pandangan ata sesat sikap yang berasal dari dirinya yang kemdian diterima oleh pihak lain. Berlangsngnya sgesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang menghambat daya berpikirnya secara rasional. Proses ini jga mngkin terjadi karena apabila orang yang memberikan pandangan adalah orang yang berwibawa ata mngkin karena sifatnya yang otoriter. Ata mngkin jga karena orang yang memberikan pandangan merpakan bagian dari sat kelompok yang bersangktan, ata masyarakat. 3. Identifikasi Identifikasi merpakan sat proses kecenderngan-kecenderngan ata keinginan-keinginan dalam diri seseorang ntk sama dengan pihak lain. Proses ini sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentk karena proses ini. Namn, sebelm seseorang sampai pada proses identifikasi ini, mlanya orang tersebt melali proses imitasi dan ata sgesti. Proses ini berlangsng pada sat keadaan dimana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi idealnya) sehingga

31 pandangan, sikap mapn kaidah-kaidah yang berlak pada pihak lain tadi dapat melembaga dan bahkan menjiwai pada orang tersebt. 4. Simpati Simpati merpakan sat proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Pada proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walapn dorongan tama pada simpati ialah keinginan ntk memahami pihak lain dan ntk bekerja sama dengannya. Banyak sekali contoh simpati yang dapat dilihat pada kehidpan nyata, seperti seseorang yang menggalang dana ntk membant konflik yang sedang terjadi di Palestina, jga seseorang yang meminjamkan ang kepada orang lain ntk membant mengatasi masalah orang tersebt, dan lain sebagainya. Kesema contoh tersebt pada mlanya didasari akan perasaan iba ata rasa kasihan akan penderitaan orang lain, sehingga timbl dorongan ntk membant (bekerja sama) dalam menyelesaikan permasalahan yang ada Interaksi Sosial Di Kalangan Remaja Menrt Soekanto (01), sat tinjaan sosiologis didasarkan pada hbngan antar mansia, hbngan antar kelompok serta hbngan antar mansia dan kelompok, di dalam proses kehidpan bermasyarakat. Di dalam hbnganhbngan tersebt (interaksi sosial), anak dan remaja merpakan salah sat pihak, di samping adanya pihak-pihak lain yang saling mempengarhi sehingga terbentklah kepribadian-kepribadian tertent.

32 Di dalam proses interaksi tersebt, terdapat proses sosialisasi yang bertjan agar dipathi dan dimengertinya nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlak di masyarakat. Dalam proses sosialisasi yang khssnya tertj pada anak-anak, banyak pihak yang berperan di dalamnya. Pihak-pihak tersebt yait kelarga, kelompok sepermainan, dan ata kelompok pendidik (sekolah). Secara psikologis, sia remaja merpakan sia dimana yang bersangktan sedang mencari identitasnya. Untk it, hars ada tokoh-tokoh ideal yang mamp memberikan contoh-contoh yang terpji. Oleh karena it, pada masa ini orangta diharapkan dapat memberikan ata menanamkan pengertian kepada anaknya yang sedang dalam masa remaja, karena pada masa ini pergalan remaja rang lingkpnya bertambah las (baik di sekolah mapn di lar sekolah). Pergalan tersebt dapat membentk kepribadian yang baik mapn yang brk, hal ini bergantng pada penerimaan yang bersangktan terhadap hal-hal yang berlangsng di dalam lingkngannya. Remaja akan senantiasa selal mencari hal-hal bar ata mengadaptasi, bahkan menir segala hal yang dianggapnya menarik dari lingkngan sekelilingnya. Remaja yang tidak memiliki hbngan yang erat dengan orangtanya, seringkali mendapatkan contoh-contoh yang tidak terpji dari lingkngan disekitarnya. Hal ini, dikarenakan tidak adanya peran orangta yang senantiasa menanamkan dan memberikan pengertian serta sebagai penimbang mengenai pengarh-pengarh yang berasal dari lar. Oleh karena it, orangta hars selal mengarahkan anaknya agar mentaati nilai-nilai dan norma yang berlak di masyarakat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 32 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN / WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa, dan memberi informasi serta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa, dan memberi informasi serta

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M000259 Di PT.PAL INDONESIA Oleh : Selfy Atika Sary NRP : 1307 030 053 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE Vale Added, Vol. 11, No. 1, 015 PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE 1 Moh Yamin Darsyah, Ujang Malana 1, Program Stdi Statistika FMIPA Universitas Mhammadiyah Semarang Email:

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logika Fzzy Pada awalnya sistem logika fzzy diperkenalkan oleh Profesor Lotfi A. Zadeh pada tahn 1965. Konsep fzzy bermla dari himpnan klasik (crisp) yang bersifat tegas ata

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Makalah Seminar Tgas Akhir Jnanto Prihantoro 1, Trias Andromeda. 2, Iwan Setiawan

Lebih terperinci

Pemodelan Matematika Rentang Waktu yang Dibutuhkan dalam Menghafal Al-Qur an

Pemodelan Matematika Rentang Waktu yang Dibutuhkan dalam Menghafal Al-Qur an Pemodelan Matematika Rentang Wakt yang Dibthkan dalam Menghafal Al-Qr an Indah Nrsprianah Tadris Matematika, IAIN Syekh Nrjati Cirebon Email: rizqi.syadida@yahoo.com Abstrak Kegiatan menghafal Al-Qr an

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING Desi Yanti, Sayti Rahman, Rismayanti 3 Jrsan Teknik Informatika Universitas Harapan Medan Jl. HM Jhoni

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M. ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS Dian Permana Ptri 1, Herri Slaiman FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gnng Jati Cirebon

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi. belakangan terakhir institusi-institusi pendidikan telah menyadari akan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi. belakangan terakhir institusi-institusi pendidikan telah menyadari akan pentingnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Dari pendidikan dimulailah pembentukan karakter individu. Tidak hanya itu, pendidikan juga merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN _ WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG FORUM KOORDINASI PEJABAT PEMERINTAHAN DAN VERTIKAL DI DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE Inner Prodcts Angle and Orthogonality in Inner Prodct Spaces Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Sqares Orthogonal Matrices;

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB III PENDEKATAN TEORI 9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan

Lebih terperinci

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK)

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) Arif Setiawan 1*, Pratomo Setiaji 1 1 Program Stdi Sistem Informasi, Fakltas Teknik, Universitas Mria Kds Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kds 59352 * Email:

Lebih terperinci

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK PEDOMAN KALIBRASI PERALAN VOLUMETRIK 1. PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini ditjkan ntk memberikan petnjk bagi laboratorim kalibrasi dalam melakkan kalibrasi peralatan volmetrik dan mengharmonisasikan praktek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umm Bins Bsiness School Bina Nsantara (Bins) University didirikan pada tanggal 1 Oktober 1974 yang berawal dari sebah lembaga pendidikan kompter jangka pendek,

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Aljabar Linier Dosen Pengampu: Darmadi, S. Si, M. Pd

Mata Kuliah: Aljabar Linier Dosen Pengampu: Darmadi, S. Si, M. Pd . RUANG BERDIMENSI n EUCLIDIS Mata Kliah: Aljabar Linier Dosen Pengamp: Darmadi S. Si M. Pd Dissn oleh: Kelompok Pendidikan Matematika VA. Abdl Fajar Sidiq (8.). Lilies Prwanti (8.76). Ristinawati (8.)

Lebih terperinci

BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1)

BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1) 5 BAB III MTOD LMN HINGGA 3. Tegangan Tegangan adalah gaa per nit area pada sat material sebagai reaksi akibat gaa lar ang dibebankan pada strktr. Pada Gambar 3.. diperlihatkan elemen kbs dalam koordiant

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN 5 LATIHAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA Abstrak TBC penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardioaskler

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG _ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN 30 3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN Lat merpakan sat lingkngan yang sangat kompleks baik ditinja dari segi biotik mapn abiotik. Tak terkecali dengan dasar perairan, dasar perairan merpakan sat medim yang

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH ;' I. ~ tr'. T I BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada BAB TIJAUA PUSTAKA.. Pendahlan Disain prodk merpakan proses pengembangan konsep aal ntk mencapai permintaan dan kebthan dari konsmen. Sat desain prodk ang baik dapat mendorong pengembangan ang skses, dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT oleh GURITNA NOOR AINATMAJA M SKRIPSI ditlis dan diajkan ntk memenhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E. Objektif. Teori. Contoh 4. Simplan

Lebih terperinci

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1)

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1) tahaean Vol. 4 No. Janari 007 rnal TKNIK SIPIL Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan nergi Syaalddin ) Abstrak Paper ini menyajikan pengerjaan hkm kekekalan energi pada pemodelan

Lebih terperinci

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN Wiryanto Dewobroto ---------------------------------- Jrsan Teknik Sipil - Universitas elita Harapan, Karawaci FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK ERENCANAAN UJIAN TENGAH SEMESTER ( U T S ) GENA TAHUN AKADEMIK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendkng pembahasan dari sistem yang akan dibat. 2.1. Katalog Perpstakaan Katalog perpstakaan adalah sat media yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pembahasan pada bab ini, merpakan pembahasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori tersebt melipti mata ang, pelak yang berperan, faktor-faktor yang mempengarhi

Lebih terperinci

APLIKASI SPANNING TREE UNTUK MENENTUKAN HAMBATAN TOTAL PADA RANGKAIAN LISTRIK SKRIPSI. Oleh: MUAYYAD NANANG KARTIADI NIM

APLIKASI SPANNING TREE UNTUK MENENTUKAN HAMBATAN TOTAL PADA RANGKAIAN LISTRIK SKRIPSI. Oleh: MUAYYAD NANANG KARTIADI NIM APLIKASI SPANNING TREE UNTUK MENENTUKAN HAMBATAN TOTAL PADA RANGKAIAN LISTRIK SKRIPSI Oleh: MUAYYAD NANANG KARTIADI NIM. 06510042 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan:

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan: PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM Perl diingat kembali definisi panjang dan jarak sat ektor pada rang hasil kali dalam Eclid, yait rnag ektor yang hasil kali dlamnya didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 17 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 17 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 17 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERJMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) PADA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan adalah bersifat assosiatif. Penelitian assosiatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE TEKAA TAAH PADA DIDIG PEAHA METODA RAKIE Moda kernthan F Gaya F dapat disebabkan oleh: gesekan pada dasar (gravity retaining walls) masknya dinding ke dalam tanah (sheet retaining walls) angker dan penahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 01 LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Analisis jalur Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog dan Sorbom,

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS BALOK KOLOM BAJA BERPENAMPANG SIMETRIS GANDA BERDASARKAN SNI DAN METODA ELEMEN HINGGA

ANALISIS KAPASITAS BALOK KOLOM BAJA BERPENAMPANG SIMETRIS GANDA BERDASARKAN SNI DAN METODA ELEMEN HINGGA Konferensi asional Teknik Sipil 3 (KoTekS 3) Jakarta, 6 7 ei 29 AAISIS KAPASITAS BAOK KOO BAJA BERPEAPAG SIETRIS GADA BERDASARKA SI 3 729 2 DA ETODA EEE HIGGA Aswandy Jrsan Teknik Sipil, Institt Teknologi

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan seperti jaringan komnikasi, transportasi, penjadalan, dan pencarian rte kini semakin banak ditemi di tengah-tengah masarakat. Masalah tersebt dimlai dari menemkan

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR

STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR Ahmad Zbair, Riswal K, Wlandari ABSTRAK Stdi tentang Identifikasi IPAL Komnal dan

Lebih terperinci

1. DIAGRAM JALUR DAN PERSAMAAN STRUKTURAL

1. DIAGRAM JALUR DAN PERSAMAAN STRUKTURAL 1. DIAGRAM JALUR DAN PERSAMAAN STRUKTURAL ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) I. Analisis Jalur Analisis Jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright (1934) dengan tujuan menerangkan akibat langsung

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL USU

JURNAL TEKNIK SIPIL USU JURNAL TEKNIK SIPIL USU ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN IDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN PENERBANGAN MEDAN Inda Yfina 1, Rdi Iskandar 2 1

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Stdi Pendahlan Langkah aal dalam enelitian ini adalah mencari dan mengmlkan smbersmber seerti: bk, jrnal ata enelitian sebelmna ang mendkng enelitian ini. 3. Tahaan Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE TRIMMING PADA ANALISIS JALUR

BAB III METODE TRIMMING PADA ANALISIS JALUR 36 BAB III METODE TRIMMING PADA ANALISIS JALUR 3.1 Analisis Jalur Analisis jalur yang dikenal sebagai path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Riduwan

Lebih terperinci

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi Jrnal Matematika Integratif ISSN 4-684 Volme No, Oktober 05, pp - 8 Kontrol Optimm pada Model Epidemik SIR dengan Pengarh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi N. Anggriani, A. Spriatna, B. Sbartini, R. Wlantini

Lebih terperinci

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah : TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SATUAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara-cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis dan memberi interpretasi terhadap

Lebih terperinci

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Swandi *, Sri Gemawati 2, Samsdhha 2 Mahasiswa Program Stdi Magister Matematika, Dosen Pendidikan Matematika Uniersitas Pasir Pengaraian 2 Dosen Jrsan Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel atau lebih, yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM)

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM) MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM) Aditya Eka Mlyono, Smardi 2 Jrsan Teknik Elektro, Fakltas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN - WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN 1 PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN BAB 5.1. 5.2. 1 SUB POKOK BAHASAN : Jenis-jeins Jembatan Bagian-bagian Strktr Jembatan 1. Tjan Pembelajaran Umm : Mamap mengenal jenis-jenis Jembatan Balok

Lebih terperinci

STUDI APLIKASI GASIFIKASI DI INDUSTRI GERABAH : PERANCANGAN SISTEM GASIFIKASI PADA TUNGKU PEMBAKARAN GERABAH SEMI KONTINU

STUDI APLIKASI GASIFIKASI DI INDUSTRI GERABAH : PERANCANGAN SISTEM GASIFIKASI PADA TUNGKU PEMBAKARAN GERABAH SEMI KONTINU 1 STUDI APLIKASI GASIFIKASI DI INDUSTRI GERABAH : PERANCANGAN SISTEM GASIFIKASI PADA TUNGKU PEMBAKARAN GERABAH SEMI KONTINU Alvin Malana, Adi Srjosatyo Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO)

PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) Pratnya Paramitha O., Stikno dan Heri Kswanto 3 Mahasiswa Jrsan Statistika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 25 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat permasalahan yang paling mendasar di masyarakat dapat teratasi.

Lebih terperinci

PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK

PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KONTRAK PEMBELAJARAN (Pedoman Pembelajaran bagi Dosen dan Mahasiswa) Mata Kliah PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK 2 SKS / SEMESTER IV Pengamp / Pembelajar Agng Setya Wardana, STP PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

2.1 Konsep Dasar Statistika

2.1 Konsep Dasar Statistika 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara-cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis dan memberi interpretasi terhadap

Lebih terperinci

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Mardhika WA 1, Syamsdhha 2, Aziskhan 2 mardhikawirahadi@nriacid 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika 2 Laboratorim Komptasi Jrsan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG _'C.. BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses

Lebih terperinci

Simulasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tumor

Simulasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tumor Jrnal Kbik, Volme No. (7) ISSN : 338-896 Simlasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tmor Habib Abdllah, a), Dian Nraiman dan Esih Skaesih Jrsan Matematika UIN Snan Gnng Djati Bandng a) email:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSIAS INDONESIA PERANANGAN PENGENDALI MODEL PREDIIVE ONROL (MP) PADA SISEM EA EXANGER DENGAN JENIS KARAKERISIK SELL AND UBE ESIS RIDWAN FARUDIN 76733 FAKULAS EKNIK PROGRAM SUDI EKNIK KONROL INDUSRI

Lebih terperinci