BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah Khss Ibkota Jakarta yang ditetapkan dalam Bab I Pasal pengertian pasar adalah sat tempat transaksi jal beli mm milik Pemerintah Daerah, tempat pedagang secara teratr dan langsng memperdagangkan barang dan jasa (LDKI JAKARTA, 993, p3). Dalam ilm ekonomi, pasar adalah tempat transaksi jal beli yang tidak selalnya memerlkan lokasi fisik. Pasar yang dimaksd bisa merjk kepada sat negara tempat sat barang dijal dan dipasarkan. Contohnya adalah pasar valta asing. ( 5, p).. Jenis jenis pasar Ada beberapa jenis pasar, antara lain : pasar tradisional, pasar modern, dan pasar ekonomi. Pasar tradisional biasanya terdiri dari kios-kios yang dibka oleh penjal dan kebanyakan menjal kebthan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan. Bahan-bahan makanan tersebt bisa berpa ikan, sayr-sayran, telr, daging dan lain-lain. Selain it, ada pla yang menjal ke-ke dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemkan di Indonesia, dan mmnya terletak dekat kawasan permahan agar memdahkan pembeli ntk mencapai pasar. ( 5, p)

2 9 Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namn pasar jenis ini berada dalam bangnan dan barang-barang yang dijal biasanya adalah barang tahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket. Berdasarkan Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah Khss Ibkota Jakarta yang ditetapkan dalam Bab III Pasal 7, maka pasar diklasifikasikan menjadi tiga, yait menrt sifat kegiatan dan jenis dagangannya, menrt rang lingkp pelayanan dan tingkat potensi pasar, dan menrt wakt kegiatan. (LDKI JAKARTA, 993, p4)... Pasar Menrt Sifat Kegiatan dan Jenis Dagangan Yang termask ke dalam jenis pasar menrt sifat kegiatan dan jenis dagangannya yait : (LDKI JAKARTA, 993, p). Pasar eceran, ialah pasar yang menjal berbagai jenis barang dalam jmlah kecil, misalnya : per ikat, per btir, per bah, per ekor, per kilo dan lain lain.. Pasar grosir, ialah pasar yang menjal berbagi jenis barang dalam jmlah besar, misalnya : per kintal, per ton, per bal, per gross, per lsin, dan lain lain. 3. Pasar indk, ialah pasar yang berfngsi sebagai tempat pengmplan, tempat pelelangan, tempat penyimpanan, tempat penyalran barang kebthan sehari hari antara lain : a. Pasar Indk sayr mayr dan bah bahan. b. Pasar Indk Beras dan lain lain.

3 4. Pasar khss, ialah pasar yang memperjalbelikan jenis barang tertent, misalnya : a. Sk cadang. b. Alat alat teknik. c. Ikan. d. Ayam. e. Brng dan lain lain.... Pasar Menrt Rang Lingkp Pelayanan dan Tingkat Potensi Pasar Yang dimaksd dengan potensi pasar adalah tingkat kesanggpan dan kekatan ekonomi pasar yang dikr dari pendapatan pasar dan keramaian pasar.(ldki JAKARTA, 993, p3) Atas dasar potensi pasar dapat dibedakan menjadi empat, yait : a. Pasar teladan. b. Pasar maj. c. Pasar berkembang. d. Pasar tmbh. Yang termask ke dalam jenis pasar menrt rang lingkp pelayanannya yait :. Pasar lingkngan, ialah pasar yang rang lingkp pelayanannya melipti sat lingkngan pemkiman disekitar pasar tersebt dan jenis barang yang diperdagangkan tertama kebthan sehari hari.. Pasar wilayah, ialah pasar yang rang lingkp pelayanannya melipti beberapa lingkngan pemkiman dan barang yang diperjalbelikan lebih lengkap dari pada pasar lingkngan.

4 3. Pasar kota, ialah pasar yang rang lingkp pelayanannya melipti wilayah kota tempat barang barang yang diperjalbelikan lengkap. 4. Pasar regional, ialah pasar yang rang lingkp pelayanannya melipti kawasan jakarta dan sekitarnya....3 Pasar Menrt Rang Wakt Kegiatan Yang termask ke dalam jenis pasar menrt wakt kegiatan yait : (LDKI JAKARTA, 993, p). Pasar siang, ialah pasar yang kegiatannya antara pkl 5. s.d 8. WIB.. Pasar malam hari, ialah pasar yang kegiatannya antara pkl 8. s.d 5. WIB 3. Pasar siang malam, ialah pasar yang kegiatannya sepanjang hari.. Manajemen (Pengelolaan) Manajemen ata pengelolaan adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggnakan sema smber daya organisasi ntk mencapai sasaran organisasi yang sdah ditetapkan. (Manajemen Jilid,996,p7).. Pengelolaan Pasar Tradisional Berdasarkan Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah Khss Ibkota Jakarta, maka hak dan kewajiban pengelolaan pasar yang diberikan kepada pengelola pasar dalam hal ini adalah PD. Pasar Jaya menyangkt beberapa hal pengelolaan, antara lain pengelolaan tentang sema hal

5 yang berkaitan dengan pemakaian tempat, fasilitas, biaya tempat saha yang dikelola oleh PD. Pasar Jaya. Selain it, pengelolaan pasar pn menyangkt hal pembinaan pemakai tempat saha dalam hal ini adalah pedagang ekonomi lemah... Kebijakan Manajemen Kebijakan manajemen merpakan sebah kebijakan ata keptsan yang diambil oleh pemimpin sat manajemen terhadap sema hal yang berkaitan dengan manajemen tersebt. Berdasarkan Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah Khss Ibkota Jakarta, wewenang pengambilan kebijakan manajemen yang berkaitan dengan pengelolaan pasar diberikan kepada para Direksi PD. Pasar Jaya..3 Analisis Profil.3. Model Umm Analisis Profil Pada dasarnya analisis profil (profile analysis) berkaitan dengan sitasi di mana sekmplan perlakan (ji ji, pertanyaan pertanyaan, dan sebagainya) diberikan kepada da ata lebih kelompok kemdian diamati respons yang terjadi. Dalam analisis profil diasmsikan bahwa respons dari kelompok kelompok bersifat bebas, tetapi sema respons hars dinyatakan dalam satan yang sama agar dapat diperbandingkan ata dijmlahkan. (Gazpers, 99, p55) Bayangkan bahwa p bah respons berkran sama (dikr dalam satan yang sama) telah dikmplkan dari nit nit penarikan contoh (sampling nits) yang bebas, dikelompokkan berdasarkan k perlakan ata kondisi percobaan. Misalkan bahwa data pengamatan dissn seperti dalam Tabel.

6 3 Perlakan Tabel. Daftar Pengamatan Profil Respons.... p Total nit Y.... Y p R Y n.... Y n p R n Total T.... T p C Y k.... Y kp R k k Y nk k.... Y nk kp R nk k Total T k.... T kp C k Total jendral G.... G p G Smber : Bk Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Vincent Gaspersz tahn 99 Catatan : P bah respons hars dikr dalam satan (nit) yang sama agar mereka dapat dijmlahkan. Dari daftar pengamatan profil (Tabel.) dapat dirmskan bentk mm model profil, sebagai berikt: Y ijh τ jh + ε ijh i,,.., n j j,,.., k k,,.., p (.)

7 4 di mana : Y ijh nilai pengamatan ke-i pada respons ke-h di bawah perlakan ke-j. τ jh pengarh dari perlakan ke-j terhadap respons ke-h. ε ijh pengarh galat (error) yang timbl pada respons ke-h dari nit penarikan contoh (sampling nits) ke-ij (pengamatan ke-i dari perlakan ke-j). Asmsi yang paling mendasar dari model analisis profil (Rms.) adalah nilai nilai galat memiliki distribsi mlti-normal dengan vektor nilai rata rata nol dan matriks peragam Σ..3. Analisis Profil Da Kelompok Berikt ini akan dikemkakan konsep dasar analisis profil dengan membatasi terhadap da kelompok. Bayangkan bahwa kita memiliki da kelompok (poplasi) dengan nilai rata rata respons U dan U. Untk memdahkan penjelasan, bayangkan saja bahwa dalam kass ini p banyaknya respons 4 yang merpakan respons dari 4 perlakan yang diberikan pada kelompok dan kelompok. Dengan demikian, kita mempnyai vektor nilai rata rata respons berikt : U [,, 3, 4 ] U [,, 3, 4 ] Karena sema respons dikr dalam satan yang sama, maka kita boleh menggambarkan nilai rata rata respons it pada salib smb dengan mendefinisikan smb Y sebagai rata rata respons dan smb X sebagai perlakan yang dicobakan/diberikan. Grafik tentang nilai rata rata respons dan perlakan yang diberikan menggambarkan profil dari masing masing kelompok. Misalkan bahwa

8 profil kelompok tampak seperti dalam Gambar. dan profil kelompok seperti dalam Gambar., ntk kass p banyaknya respons 4 5. Rata - rata respons 3 4 Perlakan Gambar. Profil Kelompok (p4) Smber : Bk Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Vincent Gaspersz tahn 99 Rata - rata respons 3 4 Perlakan Gambar. Profil Kelompok (p4) Smber : Bk Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Vincent Gaspersz tahn 99 Garis patah dalam Gambar. mennjkkan profil ntk kelompok sedangkan garis patah dalam Gambar. mennjkkan profil ntk kelompok. Oleh karena profil ntk kelompok dan profil ntk kelompok dibangn berdasarkan skala pengkran yang sama, maka pada dasarnya keda profil it dapat dipetakan ke dalam sebah grafik seperti tampak dalam Gambar.3

9 6 Selanjtnya psatkan perhatikan pada Gambar.3 yang memat profil kelompok dan profil kelompok. Jika kita ingin mengji apakah vektor nilai rata rata respons dari kelompok sama dengan kelompok, jadi U U ; maka pada dasarnya kita dapat melakkan analisis profil dalam Gambar.3, karena profil profil it dibangn berdasarkan nilai rata rata respons dan perlakan yang dicobakan. Jika kita mermskan hipotesis H : U U yang berimplikasi bahwa perlakan yang dicobakan mempnyai pengarh (rata rata) yang sama pada da kelompok (poplasi), maka dalam bentk analisis profil terhadap Gambar.3, kita dapat mermskan tiga pertanyaan spesifik berikt :. Apakah profil profil it sejajar (parallel)?. Rata - rata respons 3 4 Perlakan Gambar.3 Profil Kelompok dan (p 4) Smber : Bk Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Vincent Gaspersz tahn 99. Jika diasmsikan profil profil it sejajar, apakah mereka berimpit (coincident)?. 3. Jika diasmsikan profil profil it berimpit, apakah sema nilai rata rata respons mempnyai besaran yang sama?. Pertanyaan ini identik dengan apakah profil profil it sejajar tehadap smb datar (smbx)?.

10 7 Dalam kass Gambar.3, di mana p 4, maka pertanyaan nomor dalam analisis profil yait apakah profil profil it sejajar?. Akan sama saja dengan rmsan hipotesis nol berikt : H Dengan demikian pertanyaan nomor dalam analisis profil dapat dirmskan ke dalam H serta menanyakan apakah H dapat diterima?. Berdasarkan kenyataan ini, maka jawaban terhadap pertanyaan nomor akan diperoleh melali pengjian hipotesis H. Secara mm, apabila kita memiliki p bah respons pengamatan, maka ntk kass da kelompok dapat dirmskan H sebagai berikt : H.p p.p p Kita dapat mermskan H dalam bentk yang lebih sederhana, yait : H : CU CU ata C (U U ) dimana C merpakan matriks pembanding yang didefinisikan sebagai berikt : C ( ( p -) x p )

11 8 U.. U p p Untk kass p 4, maka dapat dirmskan : H : CU CU ata CU CU ata C(U U ) di mana : C 3 x 4 U 3 4 U 3 4 Untk mengji H, maka dipergnakan ji T Hotelling yang dirmskan sebagai berikt : T n n ( n + n ) ( x - x ) C (CS C ) - C( x - x ) (.) Selanjtnya kita menentkan besaran F berikt : F n + n - p T (.3) (n + n - ) (p -) F Jika F > F Kaidah keptsan pengjian H adalah : α ; v p - ; v n + n - p α ; v p -; v n + n - p,maka terima H, maka tolak H (.4) dimana p banyaknya respons pengamatan, n kran contoh kelompok, dan n kran contoh kelompok. Jika H diterima, maka mennjkkan bahwa profil profil

12 9 it sejajar, sebaliknya apabila H ditolak, maka mennjkkan bahwa profil profil it tidak sejajar. Jika sejajar, maka berimplikasi : h,h h,h ntk h,,, p. Selanjtnya apabila profil it sejajar (parallel), maka ingin diketahi apakah mereka berimpit?. Profil profil akan berimpit hanya jika tinggi total p j U sama dengan tinggi total p j U, dimana didefinisikan j [,,.., ], yang merpakan vektor satan. Dengan demikian dapat dirmskan : H : j U j U Pengjian terhadap hipotesis H dilakkan dengan menggnakan ji T - Hotelling yang dirmskan sebagai berikt : T j ( x - x ) ( )j S j j (x - x ) + n n - j (x x ) ( + ) j S j n n (.5) Jika T > Kaidah keptsan ntk pengjian hipotesis H adalah : F F α ; v ; v n + n - p α ; v ; v n + n - p,maka terima H, maka tolak H (.6) Apabila H diterima, maka hal ini mennjkkan bahwa profil profil it berimpit, sebaliknya apabila H ditolak, maka mennjkkan bahwa profil profil it tidak berimpit.

13 Selang kepercayaan ( α) % bagi parameter (U - U ) dapat ditentkan, sebagai berikt : j (x x P j (x x -α ) - t < j (U ) + t α/;n + n - - U α/;n + n - (/ n ) < (/ n j + /n )j S j (.7) + /n )j S j Untk profil profil yang berimpit, maka x, x,, x n dan x, x,, x n merpakan sema nilai pengamatan dari poplasi normal yang sama. Langkah terakhir dalam analisis profil adalah melihat jika total nilai rata rata dari keda kelompok adalah sama (kesamaan taraf profil), apakah sema nilai rata rata respons it memiliki besaran yang sama?. Dengan demikian, di bawah asmsi kesejajaran profil profil, dirmskan hipotesisi H 3 berikt: H 3 : C (U + U ) dimana C merpakan matriks pembanding (contrast matrix) yang telah didefinisikan di depan. Untk mengji hipotesis H 3 perl dihitng vektor nilai rata rata bersama, sebagai berikt : n Σ x i x n i n n + n n i + n x + Σ x i n + n + n x (.8) T Selanjtnya dignakan statistik T Hotelling yang dirmskan sebagai berikt : - (n + n ) x C (CS C ) C x (.9) Kemdian dihitng besaran F, sebagai berikt :

14 F (n n + n - p T (.) + n - ) (p -) F Jika F > F Kaidah keptsan pengjian hipotesis H 3 adalah : α ; v p - ; v n + n α ; v p -; v n + n - p - p,maka terima H, maka tolak H (.) Jika H 3 diterima berarti sema nilai rata rata respons dari keda kelompok adalah sama, yang berarti identik dengan profil profil it sejajar terhadap smb datar (smb X), sebaliknya apabila H 3 ditolak berarti tidak sema nilai rata rata respons dari keda kelompok adalah sama yang berarti pengarh perlakan yang dicobakan tidak semanya sama. Dalam setiap pengjian profil, kita membthkan matriks peragam gabngan S, yang merpakan pendga tak bias bagi matriks peragam poplasi Σ, yang dapat dihitng sebagai berikt : S (n -) S + (n -) S (.) n + n - Di mana S dan S masing masing adalah matriks peragam contoh dari kelompok dan kelompok, sedangkan n adalah kran contoh kelompok dan n adalah kran contoh kelompok. Secara mm, apabila kita memiliki k bah kelompok dengan masing masing kran contoh kelompok adalah n, n,,n k, serta matriks peragam contoh kelompok adalah S, S,..., S k, maka dengan asmsi bahwa matriks peragam poplasi adalah sama ntk sema kelompok, kita dapat menentkan matriks peragam gabngan berdasarkan pendgaan berikt :

15 S (n -) S + (n -) S (nk -)S k (.3) n + n n - k k.3.3 Contoh Penerapan Analisis Profil Untk menerapkan analisis profil dalam kass da kelompok, maka diberikan contoh penerapan pada pengjian terhadap da kelompok orang yang didefinisikan sebagai kelompok sia krang dari 6 tahn dan kelompok sia lebih dari 6 tahn. Kelompok sia lebih dari 6 tahn terdiri dari orang sedangkan kelompok sia krang dari 6 tahn terdiri dari 37 orang. Variabel ji yang diberikan terdiri dari empat macam yang berkaitan dengan () informasi, () kesamaan/keserpaan, (3) aritmetika, dan (4) penyelesaian gambar. Respons dikr dalam sat satan pengkran. Hasil percobaan menghasilkan nilai rata rata respons terhadap keempat macam ji serta matriks peragam gabngan S, sebagai berikt : Tabel. Tabel rata rata perlakan terhadap da kelompok sia Variabel Uji (x) Informasi (x ) Kesamaan (x ) Aritmetika (x 3 ) Penyelesaian gambar (x 4 ) Usia < 6 tahn (n 37) Kelompok Usia >6 tahn (n ) S

16 3 Apabila nilai rata rata respons dari keempat macam ji it digambarkan, maka akan memperlihatkan profil profil dari kelompok tidak pikn (kelompok ) dan kelompok pikn (kelompok ), seperti tampak dalam gambar.4 Rata - rata Skor (Respons) ,57,49 9,57 8,75 8,5 7,97 5,33 4, Perlakan (Variabel ji) Gambar.4 Profil Hasil Uji ntk Contoh Kelompok dan Kelompok Langkah langkah dalam analisis profil dapat diikti sebagai berikt :. Pengjian kesejajaran profil profil : Untk mengji kesejajaran profil profil, maka dirmskan hipotesis berikt : H Hipotesis H dapat dinyatakan secara lebih singkat, sebagai berikt : H : CU CU ata C ( U U ) Dimana : C U [,, 3, 4 ]

17 4 U [,, 3, 4 ] Pengjian H menggnakan ji T Hotelling (lihat rms.), ntk it perl dilakkan beberapa perhitngan berikt : CS C Catatan : C adalah matriks pembanding, sedangkan S adalah matriks peragam gabngan (CS C ) x - x C (x x ).5.3 Dengan demikian apabila diselesaikan akan diperoleh : T n n ( n + n ) ( x - x ) C (CS C ) - C( x - x ) (37)() [.4.5.3] Selanjtnya dihitng besaran F, sebagai berikt :.686 F (n n + n - p T + n - ) (p -) ( ) ( ) (4 -) (.46).47

18 5 Sesai dengan kaidah keptsan.4, maka kita menerima H, karena F.47 < F.5 ; 3 ; ; dengan demikian disimplkan bahwa pada dasarnya profil poplasi orang sia krang dari 6 tahn (poplasi kelompok ) sejajar dengan profil poplasi orang sia lebih dari 6 tahn (poplasi kelompok ).. Pengjian keberimpitan profil profil. Selanjtnya apabila profil profil it sejajar, maka kita ingin mengetahi apakah profil profil it berimpit?. Berdasarkan gambar.4, kita melihat bahwa keda profil kelompok dan kelompok tidak berimpit, namn kita ingin membktikan secara statistika apakah benar keda profil it dalam poplasi tidak berimpit atakah pada dasarnya keda profil dalam poplasi it berimpit sehingga ketidakberimpitan profil profil dalam gambar.4, semata mata karena kesalahan penarikan contoh. Ingat bahwa profil profil dalam gambar.4 merpakan profil profil dari contoh kelompok dan contoh kelompok, yang dipergnakan sebagai pendga bagi profil poplasi. Uji keberimpitan profil profil dapat dilakkan dengan mermskan hipotesis H, sebagai berikt : H : Σ 4 4 h h h Σ h Hipotesis H dapat dirmskan secara lebih singkat dalam bentk notasi matriks, sebagai berikt : H : j U j U di mana :

19 6 j U U [ ] [ 3 4] [ ] 3 4 Pengjian hipotesis H dapat menggnakan ji T -Hotelling. Untk it perl dilakkan beberapa perhitngan berikt : j (x x ) j S j [ ] [ ] Berdasarkan rms.5, maka dapat diselesaikan : T j ( x - x ) ( )j S j j (x - x ) + n n (4.7) (.84958) - (4.7) 7. Sesai dengan kaidah keptsan.6, maka kita menolak H karena T 7. > F. ; ; (berdasarkan transformasi linear). Dengan demikian dapat disimplkan bahwa taraf (level) dari profil profil adalah berbeda sangat nyata pada α., jadi keda profil it tidak berimpit. Dengan menggnakan rms.7 dapat dibatkan selang kepercayaan 99% bagi parameter j (U U ), yang apabila diselesaikan akan diperoleh hasil: P(5.98 < j (U U ) <.56).99 Catatan : T. / ; 47.4 (berdasarkan interpolasi linear).

20 Oleh karena selang kepercayaan 99% bagi parameter j (U U ) tidak mengandng nilai nol, maka hal ini mennjkkan bahwa keda profil yang diji 7 tidak berimpit. Hasil pengjian keda profil berdasarkan hipotesis H mennjkkan bahwa keda profil it tidak berimpit, hal ini berarti taraf dari keda profil it berbeda. Jadi total nilai rata rata respons dari kelompok berbeda dengan kelompok. 3. Pengjian Kesejajaran profil profil terhadap smb datar (x). Langkah terakhir dalam analisis profil adalah mengji kesamaan nilai rata rata respons dari keda kelompok yang diamati. Untk it, dirmskan hipotesis H 3 sebagai berikt : H 3 : Σ j Σ j Σ j3 Σ j j j j j4 Hipotesis H 3 dapat dirmskan secara lebih singkat menggnakan notasi matriks, sebagai berikt : H 3 : C (U + U ) di mana : C ( U + U ) Pengjian hipotesis H 3 menggnakan ji T -Hotelling. Untk it perl melakkan beberapa perhitngan berikt :

21 8 n x n + n x + x n n + n ( 37 / 49) x C ( / 49) [ ] [ ] (CS C ) - telah dihitng pada wakt mengji hipotesis H, yait : (CSC ) Apabila diselesaikan, maka akan diperoleh : T (n + n ) x C (CS C ) - C x ( 37 + ) [ ] F (n n + n - p T + n - ) (p -) ( ) ( ) (4 -) (66.7) 53. Sesai dengan kaidah keptsan., kita menolak H 3 karena F 53. > F. ; 3 : (berdasarkan interpolasi linear). Dengan demikian disimplkan bahwa profil profil it tidak sejajar terhadap smb datar (smb X), dan oleh karena it disimplkan bahwa pengarh perlakan tidak sama semanya. Pengarh keempat perlakan ji yang diberikan dapat dibandingkan berdasarkan selang kepercayaan serempak ntk beda (selisih) nilai rata rata mereka.

22 9.4 Rekayasa Piranti Lnak Sebah teknologi yang melipti sebah proses, serangkaian metode, dan seperangkat alat.(pressman, 997) Karakteristik Perangkat Lnak :. Perangkat lnak dibangn dan dikembangkan, tidak dibat dalam bentk yang klasik.. Perangkat lnak tidak pernah sang. 3. Sebagian besar perangkat lnak dibat secara cstom-bilt, serta tidak dapat dirakit dari komponen yang sdah ada. Elemen elemen Perangkat Lnak : a. Proses Proses proses membatasi kerangka kerja ntk serangkaian area proses knci yang hars dibangn demi kefektifan penyampaian teknologi pengembangan perangkat lnak. b. Metode Metode metode rekayasa perangkat lnak memberikan teknik ntk membangn perangkat lnak. Metode metode it menyangkt serangkaian tgas yang las yang menyangkt analisis kebthan, konstrksi program, desain, pengjian dan pemeliharaan. c. Alat Bant Tool tool rekayasa perangkat lnak memberikan topangan yang otomatis atapn semi otomatis pada proses proses dan metode metode yang ada. Ketika tool tool diintegrasikan sehingga informasi yang diciptakan oleh sat tool bisa

23 3 dignakan oleh yang lain, sistem ntk menopang perkembangan peramgkat lnak yang disebt Compter-Aided Software Engineering (CASE). Model Waterfall merpakan model proses dalam rekayasa piranti lnak yang sering dignakan dalam penelitian skripsi. Model ini biasa disebt jga model air terjn. Model ini mengslkan sebah pendekatan kepada perkembangan perangkat lnak yang sistematik dan sekensial yang mlai pada tingkat dan kemajan sistem pada selrh analisis, desain, kode, pengjian dan pemeliharaan. Urtan kerjanya disajikan dalam gambar di bawah : Smber : Bk Rekayasa Piranti Lnak, Roger S Pressman tahn 99 Gambar.5 Model Waterfall dalam rekayasa piranti lnak. Analisis Proses pengmplan kebthan diintensifkan dan difokskan, khssnya pada perangkat lnak. Kebthan baik ntk sistem mapn perangkat lnak didokmentasikan dan dilihat lagi dengan pelanggan.. Desain Proses desain menerjemahkan syarat / kebthan ke dalam sebah representasi perangkat lnak yang dapat diperkirakan demi kalitas sebelm dimlai pemnclan kode. 3. Pengkodean dan Pengembangan

24 Desain hars dapat diterjemahkan ke dalam bentk bahasa mesin yang bisa 3 dibaca. 4. Implementasi dan Pengjian. Sekali kode dibat, pengjian program dimlai. Proses pengjian berfoks pada logika internal perangkat lnak, memastikan bahwa sema pernyataan sdah diji. 5. Pemeliharaan. Perangkat lnak akan mengalami perbahan setelah disampaikan kepada pelanggan. Pemeliharaan perangkat lnak mengaplikasikan lagi setiap fase program sebelmnya dan tidak membat yang bar lagi..5 State Transition Diagram (STD) State Transition Diagram merpakan sebah modelling tool yang dignakan ntk mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantngan terhadap wakt. STD merpakan sat kmplan keadaan ata atribt yang mencirikan sat keadaan pada wakt tertent.(universitas Bina Nsantara, ) Komponen-komponen tama adalah : (Universitas Bina Nsantara, ). State, disimbolkan dengan State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika sat tindakan dilakkan. Ada da jenis state yait : state awal dan state akhir. State akhir dapat berpa beberapa state, sedangkan state awal tidak boleh lebih dari sat.. Arrow, disimbolkan dengan

25 3 Arrow sering disebt jga dengan transisi state yang diberi label dengan ekspresi atran, label tersebt mennjkkan kejadian yang menyebabkan transisi terjadi. 3. Condition dan Action, disimbolkan dengan Condition Action State State Untk melengkapi STD diperlkan hal lagi yait condition dan action. Condition adalah sat event pada lingkngan eksternal yang dapat dideteksi oleh sistem, sedangkan action adalah yang dilakkan oleh sistem bila terjadi perbahan state ata merpakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan kelaran ata tampilan. (Jeffrey. A, 996, p364)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M000259 Di PT.PAL INDONESIA Oleh : Selfy Atika Sary NRP : 1307 030 053 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Sejarah Analisis Jalr Teknik analisis jalr yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahn 1934, sebenarnya merpakan pengembangan korelasi yang dirai menjadi beberapa interpretasi akibat

Lebih terperinci

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG _ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH ;' I. ~ tr'. T I BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umm Bins Bsiness School Bina Nsantara (Bins) University didirikan pada tanggal 1 Oktober 1974 yang berawal dari sebah lembaga pendidikan kompter jangka pendek,

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE Vale Added, Vol. 11, No. 1, 015 PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE 1 Moh Yamin Darsyah, Ujang Malana 1, Program Stdi Statistika FMIPA Universitas Mhammadiyah Semarang Email:

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN / WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING Desi Yanti, Sayti Rahman, Rismayanti 3 Jrsan Teknik Informatika Universitas Harapan Medan Jl. HM Jhoni

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M. ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Makalah Seminar Tgas Akhir Jnanto Prihantoro 1, Trias Andromeda. 2, Iwan Setiawan

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR

STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR Ahmad Zbair, Riswal K, Wlandari ABSTRAK Stdi tentang Identifikasi IPAL Komnal dan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN ^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logika Fzzy Pada awalnya sistem logika fzzy diperkenalkan oleh Profesor Lotfi A. Zadeh pada tahn 1965. Konsep fzzy bermla dari himpnan klasik (crisp) yang bersifat tegas ata

Lebih terperinci

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK)

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) Arif Setiawan 1*, Pratomo Setiaji 1 1 Program Stdi Sistem Informasi, Fakltas Teknik, Universitas Mria Kds Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kds 59352 * Email:

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

Pemodelan Matematika Rentang Waktu yang Dibutuhkan dalam Menghafal Al-Qur an

Pemodelan Matematika Rentang Waktu yang Dibutuhkan dalam Menghafal Al-Qur an Pemodelan Matematika Rentang Wakt yang Dibthkan dalam Menghafal Al-Qr an Indah Nrsprianah Tadris Matematika, IAIN Syekh Nrjati Cirebon Email: rizqi.syadida@yahoo.com Abstrak Kegiatan menghafal Al-Qr an

Lebih terperinci

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA Abstrak TBC penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardioaskler

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS Dian Permana Ptri 1, Herri Slaiman FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gnng Jati Cirebon

Lebih terperinci

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK PEDOMAN KALIBRASI PERALAN VOLUMETRIK 1. PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini ditjkan ntk memberikan petnjk bagi laboratorim kalibrasi dalam melakkan kalibrasi peralatan volmetrik dan mengharmonisasikan praktek

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pembahasan pada bab ini, merpakan pembahasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori tersebt melipti mata ang, pelak yang berperan, faktor-faktor yang mempengarhi

Lebih terperinci

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE Inner Prodcts Angle and Orthogonality in Inner Prodct Spaces Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Sqares Orthogonal Matrices;

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB III PENDEKATAN TEORI 9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan

Lebih terperinci

merupakan kabupaten ke dua terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang berbatasan dengan dua kota madya yaitu Malang dan Batu dan

merupakan kabupaten ke dua terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang berbatasan dengan dua kota madya yaitu Malang dan Batu dan IPTEK BAGI MASYARAKAT (IBM) USAHA PENGOLAHAN KURMA TOMAT MENGHADAPI PERMASALAHAN INTENSITAS PERUBAHAN CUACA PADA POSDAYA MANALAGI VI DAN VII DUSUN SUMBERMULYO DESA MADIREDO KECAMATAN PUJON Samsl Arifin

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 31 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 31 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 31 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM "DELTA TIRTA'' KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada BAB TIJAUA PUSTAKA.. Pendahlan Disain prodk merpakan proses pengembangan konsep aal ntk mencapai permintaan dan kebthan dari konsmen. Sat desain prodk ang baik dapat mendorong pengembangan ang skses, dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendkng pembahasan dari sistem yang akan dibat. 2.1. Katalog Perpstakaan Katalog perpstakaan adalah sat media yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL USU

JURNAL TEKNIK SIPIL USU JURNAL TEKNIK SIPIL USU ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN IDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN PENERBANGAN MEDAN Inda Yfina 1, Rdi Iskandar 2 1

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Aljabar Linear Elementer MA SKS Silabs : Bab I Matriks dan Operasinya Bab II Determinan Matriks Bab III Sistem Persamaan Linear Bab IV Vektor di Bidang dan di Rang Bab V Rang Vektor Bab VI Rang Hasil Kali

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN _ WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG FORUM KOORDINASI PEJABAT PEMERINTAHAN DAN VERTIKAL DI DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SIDOOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 49 TAHUN 2013 TENTANG. TARIJ7 SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SlDOARJO

BUPATI SIDOOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 49 TAHUN 2013 TENTANG. TARIJ7 SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SlDOARJO BUPATI SIDOOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 49 TAHUN 2013 TENTANG TARIJ7 SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SlDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SfDOARJO, Menimbang MengingaL

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT oleh GURITNA NOOR AINATMAJA M SKRIPSI ditlis dan diajkan ntk memenhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1)

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1) tahaean Vol. 4 No. Janari 007 rnal TKNIK SIPIL Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan nergi Syaalddin ) Abstrak Paper ini menyajikan pengerjaan hkm kekekalan energi pada pemodelan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG _'C.. BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN - WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah : TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1)

BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1) 5 BAB III MTOD LMN HINGGA 3. Tegangan Tegangan adalah gaa per nit area pada sat material sebagai reaksi akibat gaa lar ang dibebankan pada strktr. Pada Gambar 3.. diperlihatkan elemen kbs dalam koordiant

Lebih terperinci

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan:

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan: PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM Perl diingat kembali definisi panjang dan jarak sat ektor pada rang hasil kali dalam Eclid, yait rnag ektor yang hasil kali dlamnya didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor

Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Pengembangan Hasil Kali Titik Pada Vektor Swandi *, Sri Gemawati 2, Samsdhha 2 Mahasiswa Program Stdi Magister Matematika, Dosen Pendidikan Matematika Uniersitas Pasir Pengaraian 2 Dosen Jrsan Matematika

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 01 LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, v Menimbang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Matematika Model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran seseorang ketika

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik Perteman IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Strktr Kay IV.1 Batang Tarik Gamar 4.1 Batang tarik Elemen strktr kay erpa atang tarik ditemi pada konstrksi kdakda. Batang tarik merpakan sat elemen strktr yang menerima

Lebih terperinci

Fisika Ebtanas

Fisika Ebtanas isika Ebtanas 1996 1 1. Di bawah ini yang merpakan kelompok besaran trnan adalah A. momentm, wakt, kat ars B. kecepatan, saha, massa C. energi, saha, wakt ptar D. wakt ptar, panjang, massa E. momen gaya,

Lebih terperinci

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN 1 PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN BAB 5.1. 5.2. 1 SUB POKOK BAHASAN : Jenis-jeins Jembatan Bagian-bagian Strktr Jembatan 1. Tjan Pembelajaran Umm : Mamap mengenal jenis-jenis Jembatan Balok

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gnawan Semester II, 2016/2017 3 Maret 2017 Kliah yang Lal 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai 6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan

Lebih terperinci

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT BEBERP IDENTITS PD GENERLISSI BRISN FIBONCCI Sri Melati 1, Mashadi, Msraini M 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika Dosen Jrsan Matematika Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan lam Universitas Ria Kamps

Lebih terperinci

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi Jrnal Matematika Integratif ISSN 4-684 Volme No, Oktober 05, pp - 8 Kontrol Optimm pada Model Epidemik SIR dengan Pengarh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi N. Anggriani, A. Spriatna, B. Sbartini, R. Wlantini

Lebih terperinci

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika VOTEKNIKA Jrnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika Vol. 4, No. 2, Jli - Desember 2016 ISSN: 2302-3295 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEARSIPAN DI SMK NEGERI 5 PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Rifeldo

Lebih terperinci

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Mardhika WA 1, Syamsdhha 2, Aziskhan 2 mardhikawirahadi@nriacid 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika 2 Laboratorim Komptasi Jrsan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 17 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 17 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 17 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERJMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) PADA

Lebih terperinci

Analisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral

Analisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral Jrnal Ilmiah EKNIK DESAIN MEKANIKA Vol6 No1, Janari 2017 (11-16) Analisa Performasi Kolektor Srya erkonsentrasi Dengan Variasi Jmlah Pipa Absorber Berbentk Spiral I Gsti Ngrah Agng Aryadinata, Made Scipta

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Nmr : 100.ADD/ PU.22/PL-PK//201 Tanggal, 22 Janari 201 Untk Pengadaan SEBELUM ADENDUM : PENNGKATAN JARNGAN RGAS SEKUNDER LOLOR SETELAH ADENDUM : PENNGKATAN JARNGAN RGAS SEKUNDER

Lebih terperinci

Rekomendasi Pengambilan Mata Kuliah Pilihan Menggunakan Recursive Elimination Algorithm (Relim)

Rekomendasi Pengambilan Mata Kuliah Pilihan Menggunakan Recursive Elimination Algorithm (Relim) Rekomendasi Pengambilan Mata Kliah Pilihan Menggnakan Recrsive Elimination Satrio Prasojo (st.prasojo@gmail.com), Shafiah, ST., MT (fi@telkomniversity.ac.id), Hetti Hidayati, S.Kom., MT (htt@telkomniversity.ac.id),

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Modl Standar ntk dignakan dalam Perkliahan di Universitas Merc Bana Fakltas Program Stdi Tatap Mka Kode MK Dissn Oleh Ilm Kompter Teknik Informatika 9 Abstract Matakliah Menjadi Dasar

Lebih terperinci

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi.

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi. Interasi Metode Interal Kadratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi Gass merpakan metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

^/ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

^/ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA V WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 2^TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PIMPINAN DAN ANGGOTA

Lebih terperinci

vektor ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip

vektor ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip MODUL MATEMATIKA SMA ektr ( MAT..4 ) Dissn Oleh : Drs. Pndjl Prijn Nip. 95807.980..00 PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 Jalan Mayjen Sngkn N. 58 Telp. (04) 7506 Malang Mdl..4 VEKTOR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh. tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh. tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya. 5 BAB TIJAUA PUSTAKA.1 Daya Dkng Tanah Pasir Kapasitas dkng menyatakan tahanan geser tanah ntk melawan penrnan akibat pembebanan, yait tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang-bidang

Lebih terperinci

PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO)

PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) Pratnya Paramitha O., Stikno dan Heri Kswanto 3 Mahasiswa Jrsan Statistika,

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM)

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM) MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM) Aditya Eka Mlyono, Smardi 2 Jrsan Teknik Elektro, Fakltas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE TEKAA TAAH PADA DIDIG PEAHA METODA RAKIE Moda kernthan F Gaya F dapat disebabkan oleh: gesekan pada dasar (gravity retaining walls) masknya dinding ke dalam tanah (sheet retaining walls) angker dan penahan

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gnawan Semester II, 013/014 5 Maret 014 Kliah yang Lal 10.1 Parabola, aboa, Elips, danhiperbola a 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

Abstrak. a) b) Gambar 1. Permukaan parametrik (a), dan model solid primitif (b)

Abstrak. a) b) Gambar 1. Permukaan parametrik (a), dan model solid primitif (b) Simlasi ergerakan segitiga Bcket ntk indentifikasi kemngkinan interferensi antara pahat dan benda-kerja (oging) pada sistem-am berbasis model-faset 3D. Kiswanto, riadhana Laboratorim Teknologi Manfaktr

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS Ole: Citra Dewi Ksma P. 106 100 007 Dosen pembimbing: DR. Sbiono, MSc. Latar Belakang PENDAHULUAN Penyakit Tberklosis TB adala

Lebih terperinci

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN Wiryanto Dewobroto ---------------------------------- Jrsan Teknik Sipil - Universitas elita Harapan, Karawaci FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK ERENCANAAN UJIAN TENGAH SEMESTER ( U T S ) GENA TAHUN AKADEMIK

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN _. WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR :;-i TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN PADA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT MEKANIS BAJA KARBON AKIBAT PEMBEBANAN DINAMIS

ANALISIS SIFAT MEKANIS BAJA KARBON AKIBAT PEMBEBANAN DINAMIS bstrak NISIS SIFT MEKNIS BJ KRBN KIBT EMBEBNN DINMIS hmad Seng rgram Stdi Teknik Mesin Fakltas Teknik, Universitas Khairn Kamps II Unkhair Gambesi Ternate, Telp : 91-311356 Fax : 91-311356 E-mail : ahmadseng@yah.cm,

Lebih terperinci

1. Persamaan Energi Total

1. Persamaan Energi Total . Persamaan Eneri Total Eneri total adala jmla eneri karena ketinian elevasi (potential enery), eneri tekanan (pressre enery), dan eneri kecepatan (velocity ead). Prinsip eneri kekal ini lebi dikenal denan

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Prinsip Kerja Oven Surya

PENDEKATAN TEORITIS. Prinsip Kerja Oven Surya PENDEKATAN TEORITIS Prinsip Kerja Oen Sra Prinsip kerja en sra sebagai berikt: Iradiasi sra akan mask ke dalam rang en dengan da cara, ait secara langsng ata dipantlkan melali reflektr ang mengelilingi

Lebih terperinci