Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742"

Transkripsi

1 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - Badan Tenaga Nklir Nasional Jl. Lebak Bls Raya No. 9. Jakarta 10 johnrida@batan.go.id Abstrak Telah dilakkan analisis pelrhan Florine 18 (F-18) kode A1801/10 menggnakan sistem pencacah kamar pengion Capintec CRC-7BT S/n.717. Impritas F-18 pada proses analisis tersebt telah dikr menggnakan perangkat spektrometer gamma. Tjan analisis ini ntk memperoleh nilai mr paro dan karakteristik pelrhan dari F-18 secara eksperimen yang selanjtnya dignakan sebagai data acan dalam aplikasi penyediaan smber standar F-18. Ummnya F-18 dignakan ntk keperlan diagnostik/terapi pada sat rmah sakit. Proses analisis diawali dengan pencacahan yang terdiri dari da tahap. Tahap pertama dalam orde satan mci dan ke da dilakkan setelah proses pelrhan pada orde µci. Hasil mennjkkan mr paro dan ketidakpastiannya masing-masing (1,8183 ± 5,93%) dan (1,888 ± 5,79%) jam. Persamaan garis grafik eksponensial pelrhan F-18 tahap pertama dan ke da masing-masing adalah y = 11,8 x e -0,37x (R = 1,000) dan y = 18,18 x e -0,38x (R = 0,999). Hasil ini ckp stabil karena perbedaan mr paro dan ketidakpastian dari ke da tahap tidak terlal jah. Dengan diketahi mr paro, ketidakpastian yang terkoreksi dan karakteristik pelrhan ini diharapkan dapat mendongkrak peningkatan jaminan kalitas pengkran radiasi khssnya F-18, sehingga pihak konsmen (pasien) lebih mendapatkan perlindngan keselamatan dari radiasi sesai peratran ketenagankliran yang berlak. Kata knci: mr paro, pelrhan dan ketidakpastian I. PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan aplikasi berbagai jenis radioisotop dalam kedokteran nklir telah berkembang dengan pesat. Salah sat contoh adalah penggnaan F-18 ntk keperlan diagnostik mapn terapi pada sat rmah sakit. Di dalam proses penggnaannya tak lepas dari faktor keakrasian dan kepresisian ntk menentkan kalitas hasil pengkran radioaktivitas menggnakan alat kr radiasi. Tingkat kalitas hasil pengkran ini jga dapat dipengarhi oleh hal lain misalnya nilai ketidakpastian mr paro secara eksperimen dan karakteristik pelrhannya, yang selanjtnya dignakan sebagai dasar penentan wakt penyinaran yang tepat kepada konsmen (pasien). Umr paro F-18 sebenarnya memiliki nilai yang tidak selal sama dibandingkan dengan mr paro secara teori. Perbedaan ini dipengarhi oleh beberapa hal yang antara lain faktor kemrnian (impritas) radiokimia mapn kemrnian radionklidanya. Di dalam permsan program software sat alat kr radiasi (dose calibrator) biasanya menggnakan maskan (inpt) mr paro secara teori. Apabila perbedaan mr paro yang sebenarnya terhadap teori ini terlal besar maka akan menyebabkan kesalahan yang besar pla pada penentan wakt penyinaran yang tepat ke konsmen. Dalam kondisi ini bisa membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena it diperlkan hasil analisis yang dapat menginformasikan nilai ketidakpastian wakt paro dan karakteristik pelrhan F-18. Pada kesempatan ini akan dilakkan analisis pelrhan F- 18 kode A1801/10 menggnakan sistem pencacah kamar pengion Capintec CRC-7BT nomor seri 717 yang bertjan ntk memperoleh nilai mr paro dan karakteristik pelrhan dari F-18 secara eksperimen. Dengan diketahi mr paro, ketidakpastian yang terkoreksi dan karakteristik pelrhan ini diharapkan dapat mendongkrak peningkatan jaminan kalitas pengkran radiasi khssnya F-18, sehingga pihak konsmen (pasien) lebih mendapatkan perlindngan keselamatan dari radiasi sesai peratran ketenagankliran yang berlak [1]. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada mmnya akselerator siklotron merpakan mesin penghasil radiofarmaka berpa Florine-18 (F-18) yang dignakan ntk mernt fngsi organ melali Positron Emission Tomography (PET). F-18 memancarkan energi gamma (γ) dan beta positif (β + ) masing-masing 511 dan 19,8 kev. Umr paro F-18 secara teori 1,888 jam []. Dalam pemanfaatannya akselerator siklotron menghasilkan proton, yang selanjtnya direaksikan dengan oksigen-18 (O-18) sehingga menghasilkan F-18. Proses ini menimblkan paparan radiasi netron dan gamma. Radiasi netron hanya dihasilkan oleh reaksi O-18 + proton, sedangkan radiasi gammanya diakibatkan kemngkinan, yait hasil reaksi O-18 + proton dan hasil interaksi antara radiasi netron dengan partikel di sekitarnya. Perhitngan nilai ketidakpastian (U) terdiri dari tipe A dan B. Tipe A melipti nilai-nilai ketidakpastian data pengkran alat kr standar Capintec CRC-7BT ( ) dan tipe B melipti nilai-nilai ketidakpastian kebocoran detektor ( leak ), Umr paro teori ( pr ), resolsi bacaan ( resl ), respon detektor ( res ), linieritas ( lin ), akrasi ( akr ) dan repeatability ( rpb ) [3]. Untk tipe A, deviasi standar pengkran Capintec (σ ) adalah [] N ( Ai A) i= 1 σ =, (1) N(N 1) sehingga ketidakpastian Capintec ( ) dalam prosen (%) adalah ISSN

2 6 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY = A σ ( N 1) x100. () temperatr ( o C) dan kelembaban (%) sebelm menghbngkan kabel Capintec ke power spply PLN. Dari nilai-nilai ketidakpastian tipe A dan B diperoleh nilai ketidakpastian standar gabngan c =. (3) leak pr resl res i Apabila k adalah faktor cakpan ntk nilai derajat kebebasan efektif (v eff ) dengan tingkat kepercayaan 95% dan menggnakan nilai kritis k-stdents, maka nilai ketidakpastian bentangan (U) dapat ditentkan []. v eff leak pr resl res lin akr ( / ) ( / ) ( / ) ( v leak vleak pr vpr i / vi )) = () Nilai ketidakpastian bentangan (U) diperoleh dari hasil perkalian nilai faktor cakpan (k) dengan nilai ketidakpastian gabngan ( c ) yang disajikan pada Tabel 1. U = k. c (5) TABEL 1. HUBUNGAN DERAJAT KEBEBASAN TERHADAP FAKTOR CAKUPAN Derajat Kebebasan Nilai k pada TK 95% Derajat Kebebasan Nilai k pada TK 95% >> III. TATA KERJA Peralatan yang dignakan dalam analisis pelrhan F-18 adalah sistem pencacah kamar pengion Capintec CRC-7BT S/n 717 yang dapat dilihat di dalam Gambar 1. Radioisotop yang dignakan adalah sebah sampel F-18 di dalam ampl 5 ml hasil prodksi Sistem Pesawat Siklotron milik Rmah Sakit Gading Plit Jakarta. Aktivitas awal F- 18 tersebt sebesar 11,66 mci (per 8 Oktober 010 jam 15.8 WIB). Sebelm melakkan pencacahan menggnakan Capintec CRC-7BT operator wajib memakai monitor radiasi perorangan (TLD) sampai pekerjaan selesai. Langkah awal pencacahan dengan alat kr standar Capintec CRC-7BT adalah menyiapkan formlir data pencacahan kamar pengion Capintec serta mencatat identitas radionklida sampel, nama pelaksana/penyelia, wakt pengkran, Gambar 1. Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT. Pengaktifan Capintec dilakkan dengan menekan tombol on pada panel belakang dan membiarkannya hingga stabil dalam rentang wakt antara 30 sampai 60 menit. Setelah it menekan tombol range 0 mci dan averaging, tombol TEST bacaan yang hars terletak pada volt, tombol ZERO dan memtar Zero adjstment agar bacaan 0,00 mci. Tombol BGK ditekan dan Backgrond adjstment diptar agar bacaan 0,00 mci. Dengan demikian Radionclide Factor (RF) dapat diatr dengan menekan tombol yang sesai ntk radionklida sampel (tombol F-18). Agar proses pencacahan dapat dilakkan dengan baik maka radionklida sampel dimaskkan ke dalam holder dan meletakkannya tepat pada posisi tengah smr detektor. Dengan demikian aktivitas ter-display dapat diamati dan dicatat sebanyak 15 kali pada FORM- LMR-STD-15. Tahap pengkran pertama dilakkan sebanyak 11 tahap pada selang wakt tertent sehingga hasil pengkran aktivitas terakhirnya telah melrh dan melewati besaran mr paronya. Satan kr pada pengkran tahap pertama ini adalah milicrie (mci), sedangkan pada pengkran tahap keda dilakkan seperti tahap pertama setelah melali proses delay ata pelrhan, sehingga F-18 memiliki aktivitas sampai dalam satan mikrocrie (µci). Dari keda tahap pengkran di atas dapat ditentkan akisisi data, rerata aktivitas dan deviasi standarnya. Selanjtnya dapat dibat karakteristik grafik pelrhan, mr paro dan ketidakpastiannya. Nilai ketidakpastian terdiri dari tipe A dan B. Tipe A diperoleh dari distribsi cacah sampel dan latar, sedangkan Tipe B diperoleh dari spesifikasi alat kr standar yang melipti: kebocoran, wakt paro, resolsi, respon, linieritas, akrasi dan repeatability. Dengan menggnakan persamaan 6 dapat ditentkan nilai ketidakpastian gabngan ( c ). Berdasarkan hasil pengkran, perhitngan dan analisis data pencacahan/ketidakpastian maka dapat ditentkan karakteristik pelrhan dengan aktivitas yang tertelsr. Dari hasil ini dapat dibandingkan karakteristik pelrhan dari masing-masing tahap (dalam satan mci dan µci) ntk memperkirakan kemrnian bahan (raw material) dari F-18 melali perbandingan terhadap mr paro secara teoritisnya (berdasarkan acan terbar standar pelrhan radioisotop internasional seperti yang direkomendasikan oleh BIPM). ISSN

3 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 65 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari kegiatan Uji Karakteristik Pelrhan F-18 Kode A1801/10 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT diperoleh Tabel data hasil pengkran aktivitas F-18 pada tahap pertama dan keda serta distribsi wakt lrhnya (jam) seperti yang ditnjkkan dalam Tabel dan 3. TABEL. HASIL PENGUKURAN AKTIVITAS F-18 TAHAP PERTAMA. No Latar (µci) (mci) (mci) (mci) (mci) (mci) (mci) (mci) (mci) (mci) (mci) (mci) 1 0,00 11,8 9,1 7,53 6,0,7 3,1,60,13 1,81 1,68 1,50 0,00 11,7 9,11 7,5 6,0,7 3,,60,13 1,81 1,67 1,50 3 0,00 11,8 9,10 7,53 6,0,6 3,1,60,13 1,81 1,67 1,50 0,00 11,7 9,11 7,53 6,0,6 3,1,60,13 1,81 1,68 1,50 5 0,00 11,7 9,11 7,53 6,0,6 3,1,60,13 1,81 1,67 1,9 6 0,00 11,7 9,10 7,53 6,19,6 3,0,60,13 1,81 1,67 1,9 7 0,00 11,7 9,10 7,5 6,19,6 3,1,60,13 1,81 1,67 1,9 8 0,00 11,7 9,10 7,5 6,18,6 3,0,60,13 1,81 1,68 1,9 9 0,00 11,6 9,10 7,53 6,18,6 3,0,60,13 1,81 1,68 1,9 10 0,00 11,6 9,10 7,5 6,19,6 3,1,60,13 1,81 1,67 1,9 11 0,00 11,6 9,09 7,5 6,18,6 3,0,60,13 1,81 1,67 1,9 1 0,00 11,6 9,10 7,5 6,17,6 3,0,60,13 1,81 1,67 1,9 13 0,00 11,6 9,10 7,5 6,18,6 3,0,59,13 1,81 1,67 1,9 1 0,00 11,6 9,10 7,5 6,19,6 3,0,59,1 1,81 1,67 1,9 15 0,00 11,5 9,09 7,51 6,18,6 3,0,60,1 1,81 1,67 1,9 x 0 11,66 9,10 7,55 6,189,61 3,05,599,19 1,810 1,673 1,93 σ 0 0,008 0,008 0,007 0,010 0,00 0,006 0,00 0,00 0,000 0,005 0,005 (%) 0,07 0,085 0,099 0,160 0,083 0,00 0,135 0,165 0,000 0,7 0,307 TABEL 3. HASIL PENGUKURAN AKTIVITAS F-18 TAHAP KEDUA. No Latar Latar (µci) (µci) (µci) (µci) (µci) (µci) (µci) (µci) (µci) (µci) (µci) 1 0,6 18,6 11,0 7,3 0,7 5,5,6 3,5,8, 1,8 0,7 18,6 11,1 7,3 0,8 5,,7 3,,7, 1,9 3 0,8 18,6 11,0 7,3 0,9 5,6,7 3,5,7,3,0 0,6 18,7 11,0 7, 0,9 5,6,8 3,5,7,3, 5 0,6 18,6 11,0 7,3 0,9 5,5,8 3,5,7,3,1 6 0,6 18,6 11,0 7, 0,8 5,,7 3,5,7,,0 7 0,6 18,6 11,0 7, 0,8 5,5,7 3,,8,5,0 8 0,6 18,7 11,0 7, 0,8 5,5,8 3,3,8,5 1,9 9 0,6 18,7 10,9 7, 0,8 5,5,7 3,3,8, 1,9 10 0,6 18,6 11,0 7, 0,8 5,6,7 3,3,8, 1,8 11 0,6 18,5 11,1 7, 0,9 5,5,8 3,,8,3 1,8 1 0,6 18, 11,1 7, 0,9 5,5,8 3,3,9,3 1,8 13 0,6 18,5 11,0 7, 0,9 5,5,6 3,,9, 1,9 1 0,6 18,6 11,0 7,3 0,9 5,5,6 3,3,9, 1,9 15 0,6 18,5 10,9 7, 0,8 5,,6 3,3,9,3 1,9 x 0,60 17,967 10,387 6,613 0,80,660 3,867,50 1,95 1,533 1,087 σ 0,05 0,083 0,059 0,09 0,061 0,065 0,080 0,101 0,08 0,070 0,116 (%) 0,6 0,57 0,738 1,05,066 3,993,185,590 10,70 ISSN

4 66 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY Pada tahap pertama diperoleh aktivitas F-18 masih dalam satan mci, sedangkan pada tahap aktivitas sdah menrn hingga dalam satan µci. Hal ini dilakkan ntk mengetahi karakteristik pelrhan F-18 pada saat aktivitas tinggi dan rendah. Hal ini sangat penting dilakkan agar tjan ketepatan besarnya dosis yang dibthkan melali pelrhan dapat di dicapai dengan tepat dan akrat. Dari hasil pengkran aktivitas F-18 Kode A1801/10 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT selanjtnya dapat dibat perhitngan mr paro F-18 dan ketidakpastiannya seperti yang ditnjkkan dalam Tabel dan 5. Dalam Tabel diperoleh hasil ji karakteristik pelrhan F-18 pada tahap pertama menggnakan SPKP Capintec CRC-7BT berpa mr paro dan ketidakpastiannya sebesar (1,83 ± 0,5%) jam. Nilai ketidakpastiannya ckp kecil krang dari 1%. Hal ini mennjkkan bahwa akrasi dan kestabilan alat kr ckp baik, tertama ntk pengkran aktivitas F-18 yang masih besar (dalam satan mci). Pada ji karakteristik tahap da akrasi dan kestabilannya menrn, sehingga diperoleh nilai ketidakpastian mr paro yang lebih besar (lebih dari 1%). Perbedaan karakteristik pelrhan F-18 pada tahap pertama dan keda secara lebih jelas ditnjkkan dalam Gambar dan 3. Karakteristik grafik pelrhan aktivitas F-18 pada tahap pertama memiliki persamaan y = 11,8 e -0,37x dan R = 1,000 yang terdistribsi dari 11 titik pengkran, sedangkan grafik karakteristik pelrhan F-18 pada tahap keda yang terdiri dari 9 titik distribsi memiliki persamaan garis y = 18,18 e -0,38x dan R = 0,999. TABEL. HASIL KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN AKTIVITAS F-18 TAHAP PERTAMA. SUMBER RADIASI : F-18 (T½ teori = 1,888 jam) Aktivitas Awal No. Ref. Date (mci) (MBq) Tanggal Aktivitas Akhir t (Jam) Pengkran (mci) (MBq) T1/ (Jam) 1 11,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 15:8 0, ,66 16, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 16:0 0, ,10 337, 1, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 16:3 1, ,55 78,3 1, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 17:03 1, ,189 8,99 1, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 18:0,56667,61 157,66 1, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 18:7 3, ,05 118,59 1, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 19:0 3,86667,599 96,16 1, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 19:5,0000,19 78,77 1, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 0:17, ,810 66,97 1, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 0:30 5, ,673 61,90 1, ,66 16,8 8/10/010 15:8 8/10/010 0:8 5, ,93 55, 1,888 Umr Paro = 1,83 jam ± 0,009 jam 1,83 jam ± 0,5 % TABEL 5. HASIL KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN AKTIVITAS F-18 TAHAP KEDUA. SUMBER RADIASI : F-18 (T½ teori = 1,888 jam) Aktivitas Awal Tanggal Aktivitas Akhir No. Ref. Date t (Jam) (µci) (kbq) Pengkran (µci) (kbq) T1/ (Jam) 1 17,967 66,78 9/10/010 8:31 9/10/010 8:31 0, ,967 66, ,967 66,78 9/10/010 8:31 9/10/010 9:58 1, ,387 38,3 1, ,967 66,78 9/10/010 8:31 9/10/010 11:09, ,613,68 1,86 17,967 66,78 9/10/010 8:31 9/10/010 1:00 3,8333,66 17, 1, ,967 66,78 9/10/010 8:31 9/10/010 1:31, ,867 13,08 1, ,967 66,78 9/10/010 8:31 9/10/010 13:0 5,15000,5 93,98 1,8 7 17,967 66,78 9/10/010 8:31 9/10/010 1:13 5, ,95 7, 1, ,967 66,78 9/10/010 8:31 9/10/010 1:53 6, ,533 56,7 1, ,967 66,78 9/10/010 8:31 9/10/010 15:5 7,3333 1,087 0, 1,787 Umr Paro = 1,805 jam ± 0,01 jam 1,805 jam ± 1,15 % ISSN

5 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 67 Gambar. Grafik karakteristik pelrhan aktivitas F-18 tahap pertama. Gambar 3. Grafik karakteristik pelrhan aktivitas F-18 tahap keda. Temperatr pada saat pengkran adalah C, sedangkan temperatr kr terbaik ntk pengoperasian sistem pencacah kamar pengion adalah ± C. Hal ini mennjkkan bahwa temperatr saat pengkran di atas masih dalam daerah temperatr kr terbaik ntk melakkan pengkran. Hal ini perl diperhatikan karena apabila perbedaan temperatr pengkran terlal jah dari batas temperatr kr terbaik maka akan mempengarhi kinerja alat kr it sendiri, tertama dalam menentkan distribsi data aktivitas pelrhan F-18. Kelembaban pada saat pengkran adalah 53%, sedangkan nilai kelembaban yang dianjrkan sesai IK- LMR-STD-10 adalah 60 ± 10%. Hal ini mennjkkan bahwa kelembaban saat pengkran tersebt masih dalam kondisi kelembaban yang dianjrkan. Namn hal yang paling penting ntk diperhatikan dalam pengkran metode relatif adalah kesamaan kondisi pada saat pengkran dengan alat standar dan dengan alat kr yang dikalibrasi. Dasar peratran pengkondisian rang kr tidak secara jelas dinyatakan, namn secara tjan pengkondisian rang kr adalah ntk menjaga kestabilan peralatan (instrments). Dalam kondisi rang kr yang stabil (tidak terlal panas dan lembab), maka kestabilan mr komponen-komponen elektronik dalam sistem peralatan kr jga lebih panjang. Kondisi rang kr yang stabil ini jga mendkng faktor linieritas dari alat kr yang bersangktan. Hasil perhitngan ketidakpastian tipe A dan B dari pengkran F-18 tahap pertama dan keda ditnjkkan dalam Tabel dan 3. Dari hasil ketidakpastian tipe A pada keda tahap mennjkkan beberapa perbedaan, yait nilai deviasi standar akisisi data cacah F-18 tahap keda lebih besar dibanding tahap pertama. Perbedaan ini mngkin disebabkan akrasi alat kr pada saat pengkran tahap pertama lebih baik karena nilai besaran aktivitas F-18 masih relatif lebih besar (dalam satan mci). Dari hasil ketidakpastian tipe B (rectanglar) ntk kebocoran, mr paro, respon, linearitas, akrasi dan repeatability memiliki nilai sama, namn ntk resolsi bacaan memiliki nilai yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan skala rentang kr yang dignakan tidak sama. Pada pengkran F-18 pada tahap pertama menggnakan satan mci. Sedangkan pada tahap keda menggnakan satan µci. Dari Tabel dan 7 dapat diketahi jenis distribsi, ketidakpastian (U i ), bilangan pembagi, nilai derajat kebebasan (v i ) dan ketidakpastian efektif ( i ) dari masing-masing komponen tipe A dan B. Hasil perhitngan di atas dengan ketetapan faktor konversi (c i ) = 1 (sat), sehingga i = i c i. Sesai persamaan () dapat diketahi nilai ketidakpastian standar gabngan ( c ) ntk F-18 tahap pertama dan keda masing-masing sebesar,68% dan,769%. Nilai derajat kebebasan efektif dan faktor cakpan k (ntk tingkat kepercayaan 95%) pada keda smber tersebt sama. Dengan persamaan (6) diperoleh nilai ketidakpastian bentangan (U) dari F-18 tahap pertama dan keda masing-masing sebesar 5,93% dan 5,79%. IV. KESIMPULAN Telah dilakkan penentan karakteristik pelrhan F-18 pada tahap pertama dan keda menggnakan sistem pencacah kamar pengion Capintec CRC-7BT S/N 717. Masing-masing pencacahan dilakkan dalam 11 dan 9 tahap. Penglangan data tiap tahap sebanyak 15 kali cacahan dalam satan aktivitas (mci dan µci). Hasil perhitngan berpa grafik karakteristik pelrhan F-18 tahap pertama dan keda yang memiliki mr paro masingmasing (1,8183 ± 5,93%) dan (1,888 ± 5,79%) jam. ISSN

6 68 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY TABEL 6. HASIL KETIDAKPASTIAN UMUR PARO F-18 TAHAP PERTAMA. TABEL 7. HASIL KETIDAKPASTIAN UMUR PARO F-18 TAHAP KEDUA. [] TdeR, Table de Radionclides Atomic and Nclear Data, Recommended data/table BNM-LNHB/CEA Table de Radionclides CEA, ncleide.org/ddepwg/ddepdata.htm, 00 [3] International Atomic Energy Agency, Measrement Uncertainty, A Practical Gide for Secondary Standards Dosimetry Laboratories, Tecdoc-1585, Vienna, 008 [] Instrksi Kerja Unit Standarisasi, No. Dokmen: IK-LMR-STD-10, P3KRBiN-Batan, 003 [5] A Handbook of Radioaktivity Measrements Procedres, NCRP Report No. 58, 1 Edition, 1978 TANYA JAWAB Dewita (PTAPB-BATAN)? Apakah mr parh F18 belm diketahi, ata menrt literatr sdah ada informasinya?? Berapa batas ketidakpastian yang menyebabkan ganggan ata ketidakpercayaan dalam pengkran? Sdah diketahi (1,888±1,6%) jam. Flktasi pengkran dari beberapa pakar masih besar sekitar Dalam hal ketidakpastian tidak dibatasi. Namn hsil eksperimen ckp bags ±1%. Ketidakpastian bentangan 75% diakibatkan ketidakpastian Tipe B dari alat kr (respon, akrasi, dan linearitas). Holnisar (PTKMR-BATAN)? Untk organ jenis apakah F-18 dignakan? Hasil ini ckp stabil di mana perbedaan mr paro dan ketidakpastiannya tidak terlal jah bila dibandingkan teori, prosentase perbedaannya masing-masing 0,% dan 0,69%. Persamaan garis grafik eksponensial pelrhan F-18 tahap pertama dan keda masing-masing adalah y = 11,8e -0,37x (R = 1) dan y = 18,18e -0,38x (R = 0,999). Dengan diketahinya karakteristik pelrhan dan ketidakpastian yang tertelsr ini diharapkan dapat mendongkrak peningkatan jaminan kalitas bagi pihak konsmen ntk mendapatkan perlindngan keamanan, keselamatan dan kesehatan yang memadai sesai peratran ketenagankliran yang berlak. PUSTAKA [1] Peratran Pemerintah, Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Smber Radioaktif, PP No. 33, Jakarta, 007 Florine-18 (F-18) dignakan ntk mernt fngsi organ melali Positron Emission Tomography (PET) tertama ntk diagnosis par-par. Yang dimaksd F-18 diikat dalam senyawa Floro-Deoksi-d-glkosa (FFDG-18). Pramdita (PTAPB-BATAN)? 18 F dari mana? Dalam bentk senyawa kimia apa? 18 F diperoleh dari siklotron milik RS. Gading Plit Jakarta. Senyawa kimianya adalah Floro-Deoksi-d-glkosa (FFDG-18). ISSN

PENENTUAN CALIBRATOR SETTING CAPINTEC CRC-7BT UNTUK SAMARIUM-153

PENENTUAN CALIBRATOR SETTING CAPINTEC CRC-7BT UNTUK SAMARIUM-153 YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 011 PENENTUAN CALIBRATOR SETTING CAPINTEC CRC-7BT UNTUK SAMARIUM-153 Wijono, Gatot Wurdiyanto Pustek Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN, Jl.Lebak Bulus No.49 Jakarta, 1440

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK PEDOMAN KALIBRASI PERALAN VOLUMETRIK 1. PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini ditjkan ntk memberikan petnjk bagi laboratorim kalibrasi dalam melakkan kalibrasi peralatan volmetrik dan mengharmonisasikan praktek

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Makalah Seminar Tgas Akhir Jnanto Prihantoro 1, Trias Andromeda. 2, Iwan Setiawan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN / WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Sejarah Analisis Jalr Teknik analisis jalr yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahn 1934, sebenarnya merpakan pengembangan korelasi yang dirai menjadi beberapa interpretasi akibat

Lebih terperinci

PERATURAN. TAHUN 2O1s TENTANG BUPATI SITUBONDO,

PERATURAN. TAHUN 2O1s TENTANG BUPATI SITUBONDO, BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 0 TAHUN 2O1s TENTANG LAPORAN HARTA KEI(AYAAN BAGI PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH I(ABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Pengembangan Metode Pengukuran Aktivitas 226 Ra, 137 Cs dan 60 Co menggunakan Pencacah Kamar Pengion Detektor Merlin Gerin CPGB 1

Pengembangan Metode Pengukuran Aktivitas 226 Ra, 137 Cs dan 60 Co menggunakan Pencacah Kamar Pengion Detektor Merlin Gerin CPGB 1 60 Wijono, dkk / Pengembangan Metode Pengukuran Aktivitas 6 Ra, 37 Cs dan menggunakan Pencacah Kamar Pengembangan Metode Pengukuran Aktivitas 6 Ra, 37 Cs dan menggunakan Pencacah Kamar Pengion Detektor

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M000259 Di PT.PAL INDONESIA Oleh : Selfy Atika Sary NRP : 1307 030 053 Pembimbing :

Lebih terperinci

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK)

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) Arif Setiawan 1*, Pratomo Setiaji 1 1 Program Stdi Sistem Informasi, Fakltas Teknik, Universitas Mria Kds Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kds 59352 * Email:

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG _ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE Vale Added, Vol. 11, No. 1, 015 PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE 1 Moh Yamin Darsyah, Ujang Malana 1, Program Stdi Statistika FMIPA Universitas Mhammadiyah Semarang Email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logika Fzzy Pada awalnya sistem logika fzzy diperkenalkan oleh Profesor Lotfi A. Zadeh pada tahn 1965. Konsep fzzy bermla dari himpnan klasik (crisp) yang bersifat tegas ata

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1)

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1) tahaean Vol. 4 No. Janari 007 rnal TKNIK SIPIL Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan nergi Syaalddin ) Abstrak Paper ini menyajikan pengerjaan hkm kekekalan energi pada pemodelan

Lebih terperinci

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN Wiryanto Dewobroto ---------------------------------- Jrsan Teknik Sipil - Universitas elita Harapan, Karawaci FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK ERENCANAAN UJIAN TENGAH SEMESTER ( U T S ) GENA TAHUN AKADEMIK

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN _ WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG FORUM KOORDINASI PEJABAT PEMERINTAHAN DAN VERTIKAL DI DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISTIK SERAPAN DAN KOEFISIEN ATENUASI LINIER PENYANGGA MYLAR TERHADAP RADIASI UNTUK SUMBER STANDAR Sr-90

PENENTUAN KARAKTERISTIK SERAPAN DAN KOEFISIEN ATENUASI LINIER PENYANGGA MYLAR TERHADAP RADIASI UNTUK SUMBER STANDAR Sr-90 PENENTUAN KARAKTERISTIK SERAPAN DAN KOEFISIEN ATENUASI LINIER PENYANGGA MYLAR TERHADAP RADIASI UNTUK SUMBER STANDAR Sr-90 Wijono, Gatot Wurdiyanto, dan Pujadi Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan:

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan: PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM Perl diingat kembali definisi panjang dan jarak sat ektor pada rang hasil kali dalam Eclid, yait rnag ektor yang hasil kali dlamnya didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM)

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM) MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM) Aditya Eka Mlyono, Smardi 2 Jrsan Teknik Elektro, Fakltas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH ;' I. ~ tr'. T I BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendkng pembahasan dari sistem yang akan dibat. 2.1. Katalog Perpstakaan Katalog perpstakaan adalah sat media yang

Lebih terperinci

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah : TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan

Lebih terperinci

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA Abstrak TBC penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardioaskler

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses

Lebih terperinci

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR 78 ISSN 0216-3128 Pujadi, dkk. FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR Pujadi 1, Gatot Wurdiyanto 1 dan

Lebih terperinci

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING Desi Yanti, Sayti Rahman, Rismayanti 3 Jrsan Teknik Informatika Universitas Harapan Medan Jl. HM Jhoni

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

by Emy 1 IMAGE RESTORATION by Emy 2

by Emy 1 IMAGE RESTORATION by Emy 2 Copyright @ 2007 by Emy 1 IMAGE RESTORATION Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mamp membedakan proses pengolahan citra mengnakan image enhancement dengan image restoration Mamp menganalisis citra yang

Lebih terperinci

Fisika Ebtanas

Fisika Ebtanas isika Ebtanas 1996 1 1. Di bawah ini yang merpakan kelompok besaran trnan adalah A. momentm, wakt, kat ars B. kecepatan, saha, massa C. energi, saha, wakt ptar D. wakt ptar, panjang, massa E. momen gaya,

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin RADIOKALORIMETRI Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, Telp/fax (021) 7563141 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Produksi radioisotop dan radiofarmaka pada instalasi rumah sakit diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit terhadap radioisotop yang memiliki waktu paruh singkat.

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik Sipil LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax.

Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik Sipil LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. Jl Gegerkalong Hilir, esa Ciwarga, Bandng, Telp/Fax : 0 01 45 8 PEMBORAN / SAMPLING AN VANE SHEAR TEST Standar Acan : ASTM - 145 89 I TUJUAN 1 Untk menyelidiki / mengetahi jenis-jenis lapisan tanah (stratigrafi)

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT oleh GURITNA NOOR AINATMAJA M SKRIPSI ditlis dan diajkan ntk memenhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SATUAN

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Modl Standar ntk dignakan dalam Perkliahan di Universitas Merc Bana Fakltas Program Stdi Tatap Mka Kode MK Dissn Oleh Ilm Kompter Teknik Informatika 9 Abstract Matakliah Menjadi Dasar

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN 30 3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN Lat merpakan sat lingkngan yang sangat kompleks baik ditinja dari segi biotik mapn abiotik. Tak terkecali dengan dasar perairan, dasar perairan merpakan sat medim yang

Lebih terperinci

LKPD.3 HUKUM ARCHIMEDES

LKPD.3 HUKUM ARCHIMEDES LKPD.3 HUKUM RCHIMEDES Kelompok : Nama nggota : 1. 2. 3. 4. 5.. Tjan Percobaan. Tjan Percobaan - Melali penyelidikan ini peserta didik mamp mengetahi pengarh volme benda yang tercelp dalam zat cair terhadap

Lebih terperinci

merupakan kabupaten ke dua terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang berbatasan dengan dua kota madya yaitu Malang dan Batu dan

merupakan kabupaten ke dua terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang berbatasan dengan dua kota madya yaitu Malang dan Batu dan IPTEK BAGI MASYARAKAT (IBM) USAHA PENGOLAHAN KURMA TOMAT MENGHADAPI PERMASALAHAN INTENSITAS PERUBAHAN CUACA PADA POSDAYA MANALAGI VI DAN VII DUSUN SUMBERMULYO DESA MADIREDO KECAMATAN PUJON Samsl Arifin

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR

STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR Ahmad Zbair, Riswal K, Wlandari ABSTRAK Stdi tentang Identifikasi IPAL Komnal dan

Lebih terperinci

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139 252 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 252-257 PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139 Holnisar, Hermawan Candra, Gatot Wurdiyanto

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini 1 1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resltan dengan menggnakan 3 neraca pegas berikt ini Yang sesai dengan rms vektor gaya resltan secara analitis adalah gambar A. (1), (2) dan (3) D. (1), dan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG _'C.. BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

^/ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

^/ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA V WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 2^TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PIMPINAN DAN ANGGOTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSIAS INDONESIA PERANANGAN PENGENDALI MODEL PREDIIVE ONROL (MP) PADA SISEM EA EXANGER DENGAN JENIS KARAKERISIK SELL AND UBE ESIS RIDWAN FARUDIN 76733 FAKULAS EKNIK PROGRAM SUDI EKNIK KONROL INDUSRI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada BAB TIJAUA PUSTAKA.. Pendahlan Disain prodk merpakan proses pengembangan konsep aal ntk mencapai permintaan dan kebthan dari konsmen. Sat desain prodk ang baik dapat mendorong pengembangan ang skses, dan

Lebih terperinci

Analisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral

Analisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral Jrnal Ilmiah EKNIK DESAIN MEKANIKA Vol6 No1, Janari 2017 (11-16) Analisa Performasi Kolektor Srya erkonsentrasi Dengan Variasi Jmlah Pipa Absorber Berbentk Spiral I Gsti Ngrah Agng Aryadinata, Made Scipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini permintaan siklotron komersial untuk terapi proton dan produksi isotop semakin meningkat. Produksi isotop ini digunakan untuk kebutuhan PET (Positron Emission

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN ^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umm Bins Bsiness School Bina Nsantara (Bins) University didirikan pada tanggal 1 Oktober 1974 yang berawal dari sebah lembaga pendidikan kompter jangka pendek,

Lebih terperinci

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1 Pertemuan Ke: 1 Mata Kuliah/Kode : Fisika Semester dan : Semester : VI : 150 menit Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat memahami gejala radioaktif 1. Menyebutkan pengertian zat radioaktif 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE TEKAA TAAH PADA DIDIG PEAHA METODA RAKIE Moda kernthan F Gaya F dapat disebabkan oleh: gesekan pada dasar (gravity retaining walls) masknya dinding ke dalam tanah (sheet retaining walls) angker dan penahan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB III PENDEKATAN TEORI 9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan

Lebih terperinci

Abstrak. a) b) Gambar 1. Permukaan parametrik (a), dan model solid primitif (b)

Abstrak. a) b) Gambar 1. Permukaan parametrik (a), dan model solid primitif (b) Simlasi ergerakan segitiga Bcket ntk indentifikasi kemngkinan interferensi antara pahat dan benda-kerja (oging) pada sistem-am berbasis model-faset 3D. Kiswanto, riadhana Laboratorim Teknologi Manfaktr

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M. ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno

Lebih terperinci

PENENTUAN PANJANG LENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERLAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN LENGAN

PENENTUAN PANJANG LENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERLAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN LENGAN PENENTUAN PANJANG ENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN ENGAN Hafid Psat Penelitian Kalibrasi, Instrentasi dan Metrologi IPI

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 31 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 31 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 31 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM "DELTA TIRTA'' KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik Perteman IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Strktr Kay IV.1 Batang Tarik Gamar 4.1 Batang tarik Elemen strktr kay erpa atang tarik ditemi pada konstrksi kdakda. Batang tarik merpakan sat elemen strktr yang menerima

Lebih terperinci

PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR

PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR Diktat Mata Kliah PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALA PENUKAR KALOR Dignakan Khss Di Lingkngan Program Stdi eknik Mesin S-1 Universitas Mhammadiah Yogakarta Oleh: EDDY NURCAHYADI, S, MEng (1979010600310

Lebih terperinci

KINERJA INSTALASI PENDINGIN SIKLOTRON DECY-13

KINERJA INSTALASI PENDINGIN SIKLOTRON DECY-13 Volme 7, November 05 ISSN 4-349 KINERJA INSTALASI PENDINGIN SIKLOTRON DECY-3 Edi Trijono Bdisantoso, Sprapto, Stadi Psat Sains Teknologi Akselerator BATAN, Jl.Babarsari Kotak Pos 60 ykbb Jogjakarta 558

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006 Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN 14108542 PRODUKSI TEMBAGA64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Aljabar Linear Elementer MA SKS Silabs : Bab I Matriks dan Operasinya Bab II Determinan Matriks Bab III Sistem Persamaan Linear Bab IV Vektor di Bidang dan di Rang Bab V Rang Vektor Bab VI Rang Hasil Kali

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 01 LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT BEBERP IDENTITS PD GENERLISSI BRISN FIBONCCI Sri Melati 1, Mashadi, Msraini M 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika Dosen Jrsan Matematika Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan lam Universitas Ria Kamps

Lebih terperinci

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI Wijono, Pujadi, dan Gatot Wurdiyanto Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN ABSTRAK PENGUNGKUNGAN 85 Kr, 133 Xe,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 49 TAHUN 2013 TENTANG. TARIJ7 SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SlDOARJO

BUPATI SIDOOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 49 TAHUN 2013 TENTANG. TARIJ7 SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SlDOARJO BUPATI SIDOOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 49 TAHUN 2013 TENTANG TARIJ7 SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SlDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SfDOARJO, Menimbang MengingaL

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN - WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni Diktat Klia TK Matematika BAB TURUNAN Graien Garis Singgng Tinja seba krva = f() seperti iperliatkan paa Gambar Garis ang melali titik P(, f( )) an Q( +, f( + )) isebt tali bsr Graien tali bsr tersebt

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pembahasan pada bab ini, merpakan pembahasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori tersebt melipti mata ang, pelak yang berperan, faktor-faktor yang mempengarhi

Lebih terperinci

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai 6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan

Lebih terperinci

Analisis Komputasi pada Segmentasi Citra Medis Adaptif Berbasis Logika Fuzzy Teroptimasi

Analisis Komputasi pada Segmentasi Citra Medis Adaptif Berbasis Logika Fuzzy Teroptimasi Analisis Komptasi pada Segmentasi Citra Medis Adaptif Soesanti, dkk. 89 Analisis Komptasi pada Segmentasi Citra Medis Adaptif Berbasis Logika Fzzy Teroptimasi Indah Soesanti ), Adhi Ssanto 2), Thomas Sri

Lebih terperinci

1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak.

1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak. 1 1. Grafik di samping menyatakan hbngan antara jarak (s) terhadap wakt (t) dari benda yang bergerak. Bila s dalam m, dan t dalam sekon, maka kecepatan rata-rata benda A. 0,60 m/s D. 3,00 m/s B. 1,67 m/s

Lebih terperinci

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F 1 1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menrt smb x adalah A. ½ 3 F B. ½ F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F. Benda jath bebas adalah benda yang memiliki: (1) Kecepatan awal nol () Percepatan = percepatan

Lebih terperinci