ANALISIS PERCABANGAN RETAK PADA MATERIAL KERAMIK PIEZOELEKTRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERCABANGAN RETAK PADA MATERIAL KERAMIK PIEZOELEKTRIK"

Transkripsi

1 AALISIS PERCABAGA REAK PAA MAERIAL KERAM PIEZOELEKR IG Wiratmaja Puja (), Muhamad Hidayat () dan Qing Hua Qin () () epartemen eknik Mesin IB () Schoo o Aerospace, Mechanica, and Mechatronics Engineering, University o Sydney, Austraia Ringkasan Percabangan atau beokan retak pada materia pieoeektrik dapat terjadi akibat pembebanan mekanik atau eektrik. aam makaah ini disajikan anaisis percabangan retak untuk materia keramik pieoeektrik (PZ). Materia canggih jenis ini sangat tepat untuk diapikasikan pada peraatan sensor, aktuator, dan juga bidang struktur pintar. engan mengapikasikan Stroh ormaism yang teah dikembangkan untuk eastoeectric, maka boundary vaue probem dapat diseesaikan dengan transormasi Hibert. Sousi eastik, eektrik, stress intesity actor, dan strain energi density didapat secara ekspisit daam bentuk integra yang dapat dipecahkan dengan metoda Gauss-Chebysev-Quadrature. Hasi numerik untuk jenis keramik pieoeektrik (PZ) diberikan untuk iustrasi periaku stress-eectric intensity actor baik secara kuantitati maupun kuaitati. Abstract Crack branch or kink in pieoeectric body may occur due to mechanica or eectric oading. his paper presents the anaysis o crack branch or ceramic pieoeectric materias. his type o advanced materias is very advantageous or appication in smart structures, measurements device and actuators. Utiiing the extended Stroh Formaism or eastoeectric, the boundary vaue probems are soved by way o Hibert ransorms. he expicit expressions or the eastic, eectric, stress and eectric intesity actor, and strain energi density are presented in integra orms. hese integras are soved using Gauss-Chebysev-Quadrature. umerica resuts or pieoeectric ceramics are presented to iustrate both quaitative and quantitative behaviour o the stress- eectric intesity actors. Keywords: crack, branch, pieoeectric,eectroeastic, ceramics, stress-eectric intesity actor. PEAHULUA Materia pieoeektrik keramik (pieoceramic) adaah saah satu materia maju yang memiiki prospek apikasi engineering yang uas di masa depan. Saat ini pieoeektrik secara uas digunakan pada berbagai peraatan seperti sensor, actuator, transducer, dan struktur pintar. Berbeda dengan materia pieoeektrik aami, karakteristik easto-eektrik pieoeektrik keramik dapat direkayasa untuk mendapatkan siat tertentu yang diinginkan. Mekanika pieoceramic sangat kompeks karena siat anisotropic serta siat couping antara siat eastic dan siat eektrik. Aspek mekanika retakan peru mendapat perhatian khusus berhubung pieoceramic adaah jenis materia getas[]. Retak juga dapat direkayasa pada media pieoceramic untuk meningkatkan sensitivitas pada karakteristik tertentu. Jenis retak dapat bermacam-macam seperti retak berbentuk garis, retak berbentuk siindris dan retak tidak beraturan. Retak berbentuk garis pun dapat bermacam-macam bentuknya, seperti retak cabang tungga, retak cabang banyak, retak menembus permukaan, retak antar muka (interace crack), retak terhenti (hated) pada antar muka biomateria[]. Beberapa pubikasi tentang enomena retak pada pieoeektrik yang mendahuui peneitian ini antara ain diakukan oeh Qin dan Mai tentang percabangan retak pada bi-materia pieoeektrik[3,], Zhu dan Yang tentang retak yang berbeok pada krista pieoeektrik [5], Qin dan Mai tentang Fungsi Green[6], serta Hayashi dan asser untuk aspek energy reease rate[7]. i daam makaah ini dibahas retak cabang yang berbentuk suatu retak garis pada materia pieokeramik. Retak cabang yang dimaksud adaah retak yang tumbuh dari ujung suatu retak (utama) dan/atau membentuk sudut terhadap sumbu retak (utama) tersebut. Geometri retak cabang ini dapat diiustrasikan seperti pada Gambar.. Pada materia pieoeektrik, beban eektromekanik mempunyai peran yang penting pada muncunya retak cabang. yang seterusnya dapat merambat dengan arah yang baru. Persamaan yang mengatur karakteristik materia pieoceramic yang mengandung retak cabang adaah persamaan integra MESI Vo. o.

2 singuar. Penyeesaian persamaan integra singuar ini akan memberikan inormasi tentang karakteristik dari materia pieoeektrik tersebut. Penyeesaian persamaan integra singuar dapat diakukan dengan cara anaitik atau dengan cara numerik. Penyeesaian anaitik seringkai sangat suit diakukan, bahkan sering kai tidak dapat diakukan, untuk berbagai masaah retak. Karena suitnya penyeesaian anaitik, penyeesaian numerik menjadi aternati penyeesaian. i daam makaah ini penyeesaian persamaan integra singuar untuk kasus retak cabang yang terjadi pada materia pieoeektrik diakukan dengan menggunakan sousi numerik. Sebuah program komputer kemudian dibuat untuk menyeesaikan sousi numerik ini. Penyeesaian sousi numerik ini akan memberikan inormasi tentang karakteristik dari materia pieoeektrik. Persamaan singuar untuk retak pada materia pieoeektrik yang dikembangkan oeh Qin[3,] diadopsi sebagai persamaan dasar. Materia keramik pieoeektrik adaah tipe transversey isotropic. Ukuran retak diasumsikan reati keci sehingga dapat didekati dengan mode pieoeektrik soid. FORMULASI ELEKROELAS UUK PIEZOELEKR aam sistem koordinat Cartesian x i (i,,3), hukum constitutive untuk media pieothermoeastik dapat dinyatakan daam notasi tensor sebagai berikut [8] : σ ij i c ijk γ k e ijs E s β ij εises eirsγ rs ki γ h i λij, i () ij E ( ui,j u j, i ) ϕ i, i dengan persamaan keseimbangan, σ ij,i ; i, i ; h i, i () di mana siat simetri pada koeisien materia diadopsi dan secara notasi tensor dapat dinyatakan dengan c ijk c jik ckij ; e kij e kji ; e ijk ekji ; εij ε ji ; β β (3) ij ji i sini σ ij, i, E i, γ ij, h i,, ϕ, u i, adaah masing-masing stress component, eectric dispacement, eectric ied, strain, heat ow, temperatur, eectric potentia, dan mechanica dispacement. Konstanta c ijk, e kij, ε ij, β ij, λ i, k ij adaah konstanta eastis, konstanta pieoeektrik, permitivitas, moduus therma, koeisien pyroeectric dan koeisien konduksi panas. Indeks yang diuang menandakan penjumahan, dan koma menandakan dierensiasi. 3. PERSAMAA IEGRAL SIGULAR UUK REAK CABAG Suatu media pieoeektrik tak berhingga yang dikenai tegangan mekanik dan medan istrik ditunjukkan pada gambar. Media ini mengandung sebuah retak utama dengan panjang a dan sebuah retak cabang tumbuh pada ujung retak utama dengan panjang dan membentuk sudut tehadap sumbu retak utama. Gambar Geometri Retak Cabang Permasaahan ini dapat diormuasikan daam bentuk potensia kompeks yang didasarkan pada Stroh ormaism[9]. Sousi umum medan eektro-eastis dapat dituiskan daam bentuk[6]: u Re φ Re φ, φ, { A () } { B () } dengan () adaah ungsi kompeks, dan ( ) { ( ) ( ) ( ) ( )} (5) i x pi x ; i,, 3,. u { u,u,u 3, ϕ} { σ, σ, σ3, { σ, σ, σ, } () } (6) u adaah Eastic ispacement and Eectric Potentia (EEP) dan adaah Stress and Eectric ispacement (SE). Sedangkan iai A dan B pada persamaan utama dapat ditentukan dengan penjabaran Stroh ormaism. Kondisi batas yang harus dipenuhi baik pada retak utama maupun cabangnya adaah : idak terdapat traksi arus pada permukaan retak utama atau pada permukaan crack ( x ) ( x ) ; x < c φ ' φ' (7) Sepanjang permukaan retak cabang tidak terdapat traksi arus. φ r, φ' r, ; < r (8) ( ) ( ) ', r, r < 5 MESI Vo. o.

3 . SOLUSI SIGULAR Sebuah retak dapat diihat sebagai suatu distribusi disokasi yang kontinyu[]. istribusi disokasi ini akan menghasikan kondisi singuar. Kondisi singuar ini membutuhkan sousi singuar. Untuk bidang tak berhingga yang mengandung sebuah disokasi tepi, b, pada (x,x ). Sousi eektro eastis dapat dipenuhi oeh ungsi potensia [3], () ( ) n B b (9) i Jika terdapat retak pada bidang tersebut, sousi eektroeastis tidak hanya diberikan oeh persamaan (9) saja, tetapi juga oeh kondisi batas pada permukaan retak di manakondisi batas ini harus dipenuhi. Potensia kompeks yang baru, I () untuk suatu disokasi tepi (edge disocation) untuk bidang dengan sebuah retak di daamny a dapat dituiskan sebagai : ( ) ( ) ( ) () I di mana R () akan ditentukan dengan kondisi SE pada permukaan retak sama dengan no (traction ree). raksi yang bekerja pada permukaan retak, x, x < c, dengan unit norma [,, ] adaah t ( x ) ( ) Re{ B ' ( ) } B ' ( ) B ' () R () engan memasukkan persamaan (9) ke persamaan () akan dihasikan : ( x) t di mana B B b B B b () i xi α xi α () diag[ ()()()()] α raksi arus, -t(x ), untuk meawan traksi-arus pada persamaan (), menghasikan bentuk Hibert probem[6], 3 a ( ) t( x) dx i χ ( )( x ) χ B R' ( ) cχ a di mana χ ( ) adaah ungsi Pemej : ( ) (3) χ () () a engan menggunakan contour integra akan didapatkan B ' dan R i i - ( ) B F(, ) B b B B F(, ) B b ( ib B ) b c B B b Lb i L ib B ( ) ( ) χ F (, ) (5) ( ) χ Bentuk akhir disokasi retak dapat dituis menjadi : ' ( ) ' ( ) ' ( ) I R - B b F(, ) B b B B F(, ) i α α B b (6) Bentuk persamaan integra untuk potensia disokasi retak cabang dapat diturunkan dengan mendeinisikan sistem koordinat pada saat tumbuhnya retak cabang seperti ditunjukkan pada gambar. Gambar. Sumbu pada retak cabang einisikan dan daam bentuk koordinat siinder sebagai berikut : x a r cos ; x r sin a r( cos p sin ) (7) dan disokasi x a r cos ; x r sin a r ( cos p sin ) (8) maka disokasi tungga pada (x,x ) dapat dituiskan daam bentuk : α a r ( cos pα sin ) a r ( cos p sin ); r α α (9) engan mengganti b dengan b(r o )dr o dan dengan mengintegrasikan terhadap r o dari (ujung retak utama) sampai dengan akan dihasikan potensia untuk distribusi disokasi pada retak cabang sebagai berikut: i ( ) B F(, ) ' α α (, ) ( ) B b r d r - B B F () Peru dicatat bahwa b(r o )dr o adaah kerapatan (density) disokasi yang harganya beum diketahui. Untuk itu b(r o )dr o dapat dicari dengan menerapkan kondisi batas yaitu bebas traksi sepanjang permukaan retak cabang t () r o φ t () r o () o r Kondisi bebas traksi sepanjang permukaan retak harus dipenuhi untuk dapat menurunkan persamaan integra. B MESI Vo. o. 6

4 Mengingat medan easto-eektrik yang jaraknya jauh dari disokasi tidak terpengaruh oeh adanya retak, maka ' syarat asimtotik kondisi batasnya adaah ( ) ketika (), dengan syarat yang harus dipenuhi ' ketika. Untuk memenuhi kondisi asimtotik ini maka dapat ditetapkan ungsi koreksi ' ' ' () () () () Sousi untuk ' dapat diadopsi dari [] ' B (3) c Untuk memenuhi kondisi batas pada cabang retak yaitu φ, r, maka traksi-arus sepanjang permukaan cabang retak harusah no, maka : t n sin cos φ, sin φ, cos () Untuk tujuan penyederhanaan, deinisi sistem koordinat dapat dituiskan daam bentuk a r cos p sin a r ( ) r ( cos p sin ) a r a (6) dimana cos p sin ; cos p sin sehingga pada saat, maka ; a r (7) ( ) ( r ) ( r ) ( r ) r r a r r (8) engan menggunakan sistem koordinat yang disederhanakan ini maka turunan parsia ungsi potensia dapat diakukan sebagai berikut : Φ φ, r r r B ( ) B ( ) { } ( ) B ( ) ' B ( ) B '( ) '( ) B '( ) φ ' B { } B (9) φ adaah suatu ungsi vektor yang diketahui yang berhubungan dengan medan SE yang diinduksi oeh beban uar. Seanjutnya dapat dievauasi { B ' ( ) ' ( ) }... B yang menghasikan :... i i B B B B b α α α - α { (, ) (, ) } ( r ) dr i B F B B F B b { B F(, ) B B F(, ) B } b( r ) dr - ( r ) dr (3) Evauasi masing-masing suku pada persamaan di atas akan menghasikan i B α { L L} Re B B - α α - b( r ) dr ( r r ) { L} b( r ) d r ( r r ) ; α B b dimana L i B ( r ) dr... B (3) suku ke- dan ke-3 digabungkan dan seteah hasi evauasi disederhanakan akan didapatkan, i Im { B F(, ) B } b( r ) Im dr { B F(, ) B } b( r ) dr dengan penyederhanaan dan memasukkan matriks maka dihasikan Im (3) { B α F(, ) B - B α F(, ) B } b( r ) dr Y ( r, r ) b( r ) dr (33) dengan { B } α α ( r,r ) Im B F(, ) B - B F(, ) Y engan demikian persamaan integra singuar untuk retak cabang dapat dituiskan daam bentuk Re { L} b( r ) dr ( r r ) Υ ( r,r ) b( r ) dr Φ ( r) (3) di mana α - Φ φ Re B α B c Untuk memudahkan penyeesaian secara numerik, maka diusukan normaisasi sistem koordinat dari [,] r r menjadi [-,], yaitu s ; s, sehingga dr ds, dan ( r r ) ( s s ). ke 7 MESI Vo. o.

5 Akhirnya didapat hubungan dr r r ds s s (35) engan demikian persamaan integra untuk retak cabang akhirnya dapat dituiskan daam bentuk Re { L} b( s ) ds ( s s ) Y ( s,s ) b( s ) ds Φ ( s) (36) Persamaan ini seanjutnya akan diubah ke daam bentuk persamaan numerik untuk menentukan karakteristik medan easto-eektrik dan actor intensitas tegangan disekitar retakan. 5. FORMULASI UMER UUK SOLUSI PERSAMAA IEGRAL SIGULAR Persamaan integra singuar untuk suatu retak cabang yang teah dituis daam koordinat yang teah dinormaisasi seanjutnya akan dipecahkan dengan metoda numerik. Integra ini termasuk integra singuar jenis pertama dengan kerne Cauchy (s - s ) dan kerne Fredhom Y (s,s o ). Fungsi yang akan dicari adaah kerapatan (density) disokasi, b(s ), pada retak cabang. Bentuk b(s ) daam ungsi berat adaah ˆ ( s ) bˆ ( s ) j j b j b ( s ) (37) s s ˆb ( s ) adaah sebuah ungsi vektor reguer daam deret poinomia Chebyshev yang terdeinisi pada seang x dan memenuhi kondisi bˆ ( ). ˆb j adaah vektor dengan konstanta rea dan j ( s ) adaah poinomia Chebyshev jenis pertama. Fungsi berat yang dipiih adaah s di manakedua ujung retak cabang adaah singuar. Pemiihan ungsi berat ini sangat bergantung dari asumsi bagaimana retak tersebut terbentuk dan kondisi batas yang muncu di sekitar retak. engan menggunakan metoda yang dikembang kan oeh Endorgan dan Gupta [] dapat ditentukan persamaan sousi numerik yang sesuai untuk menyeesaikan kondisi retak cabang ini daam bentuk k Re r ( L) ( s s ) k dan kondisi batas bˆ Y ( s,s ) bˆ ( s ) Φ ( s ) r k ( ) bˆ ( ) bˆ ( ) ok j j k k j k k ( ) k k r (38) ˆb k k (39) dimana ( k ) s k cos ( k,,..., ) r s r cos ( r,,..., ) Karena kondisi batas daam bentuk poinomia Chebyshev, maka persamaan integra singuar juga harus diubah daam bentuk poinomia Chebyshev, menjadi : Re( ) L Y ( ) ( sr,s ) b ˆ jj ( s ) Φ ( sr ) k ok k sr sk j () engan menyeesaikan buah yang tidak diketahui pada persamaan diatas maka akan didapatkan niai ˆb ( s o ) pada seuruh titik yang dianaisis pada retak cabang. engan metode interpoasi akan didapatkan bˆ. besarnya ( ) s o engan mengetahui besarnya ˆb kj ˆb pada ujung retak cabang, ( ) bˆ ( ), maka dapat dihitung besarnya aktor intensitas tegangan pada ujung retak cabang tersebut. Persamaan untuk menghitung aktor intensitas tegangan (SIF) adaah : () r K im r () r dengan K K K K K untuk materia PZ { } II III I { K K K K } K untuk materia PZ5 dan PZ5H II I III Besarnya niai n (r) adaah n () r Ω() sehingga ( L) bˆ ( ) ( s ) Re Ω( ) Re( L) bˆ ( ) () 8 r o K Ω( ) Re( L) bˆ ( ) (3) 8 di manaω() adaah matriks rotasi dengan sumbu putar x (untuk materia PZ) atau sumbu putar x 3 (untuk materia PZ5 dan PZ5H), masing-masing adaah Ω Ω ( ) ( ) cos sin cos sin sin cos sin cos n untuk PZ () untuk PZ5/ PZ5H Matriks rotasi ini digunakan untuk mengubah posisi K pada sumbu goba retak utama ke posisi sumbu oka retak cabang. 6. KARAKERIS FAKOR IESIAS EGAGA (SIF) Studi karakteristik aktor intensitas tegangan untuk materia keramik pieoeektrik diakukan untuk tiga jenis materia yang banyak digunakan daam struktur pintar yaitu PZ, PZ5 dan PZ5H. Konstanta eastoeektrik untuk ketiga jenis materia tersebut adaah : MESI Vo. o. 8

6 Materia PZ[] Konstanta Eastis daam /m : c 39 x 9, c 77.8 x 9, c 7.3 x 9, c 33 3 x 9, c c x 9. Konstanta Pieoeektrik daam C/m e , e , e 5 3., Konstanta ieektrik daam F/m : κ 6. x -9, κ x -9, Materia PZ5[] Konstanta Eastis daam /m : c 7 x 9, c c x 9, c c 33 6 x 9, c x 9, c 35.5 x 9, c 55 c x 9. Konstanta Pieoeektrik daam C/m e 3.3, e e 3-6.5, e 35 e Konstanta ieektrik daam F/m : κ 3. x -9, κ κ x -9. K I / K K I / K / σ.5e-8 x 8 / σ 5 C/ / e-8 σ C/ a/ (b) Materia PZ5 / σ /.5e-8 σ 5x 8 C / / e-8 σ C/ Materia PZ5H[6] Konstanta Eastis daam /m : c x 9, c c x 9, c c 33 x 9, c x 9, c.8 x 9, c 55 c 66. x 9. Konstanta Pieoeektrik daam C/m e 5.8, e e 3-5., e 35 e 6 5.8, Konstanta ieektrik daam F/m : κ 7.35 x -9, κ κ x -9, Karakteristik pengaruh penambahan medan istrik positi pada aktor intensitas tegangan modus I ditunjukkan pada gambar 3 (a), (b), (c) untuk materia PZ, PZ5 dan PZ5H. K I / K a/ (a) Materia PZ / σ / σ.5e-8 5x C/ / σe-8 C/... a/ (c) Materia PZ5H Gambar 3. Karakteristik K I pada materia PZ, PZ5 dan PZ5H apat diobservasi bahwa aktor intensitas tegangan modus I akan mengaami penurunan dengan bertambahnya medan tegangan istrik positi dan dengan semakin besarnya sudut retak cabang. i antara ketiga materia pieoeektrik, K I materia PZ memperihatkan siat yang paing sensiti terhadap penambahan medan istrik positi, terihat dari paing besarnya penurunan aktor intensitas tegangan modus I untuk penambahan medan istrik positi yang sama. Materia PZ5H adaah yang paing tidak sensiti terhadap penambahan medan istrik positi. Jika sensitiitas materia PZ5H dibandingkan dengan sensitiitas materia PZ5, maka menunjukkan perbedaan yang keci. Perbedaan yang keci ini disebabkan oeh siat-siat eektro-mekanik kedua materia yang mirip. Untuk modus II, pengaruh penambahan medan istrik positi pada aktor intensitas tegangan modus ditunjukkan pada gambar. 9 MESI Vo. o.

7 K II / K K II / K K II / K a/ (a) Materia PZ / σ.5e-8 / σ 5x C/ / σe-8 C/ (b) Materia PZ5 (c) Materia PZ5H Gambar Karaktristik K II pada materia PZ, PZ5 dan PZ5H ari gambar terihat bahwa aktor intensitas tegangan modus II akan meningkat dengan semakin besarnya sudut retak cabang. Seteah mencapai puncak pada sudut tertentu, aktor intensitas tegangan ini akan berkurang dengan bertambahnya sudut retak cabang. Perubahan yang juga bisa diamati adaah bahwa aktor intensitas tegangan modus II di bawah sudut tertentu (berbeda untuk setiap materia) mempunyai niai yang paing besar untuk / σ dan niai yang paing keci untuk / 8 σ C/. Seteah meewati sudut (tertentu tersebut) akan terjadi ha yang sebaiknya yaitu niai KII untuk / σ 8 C/ adaah yang paing besar, sedangkan / σ /.5e-8 σ. 5x C/ e-8 / σ C/ / σ.5e-8 / σ. 5x C/ e-8 / σ C/ a/ 6 a/ / σ berniai paing keci. Variasi K II untuk materia PZ adaah yang terbesar dan PZ5H adaah yang terkeci untuk ketiga materia. Ini menunjukkan bahwa K II materia PZ adaah yang paing sensiti terhadap perubahan medan istrik positi. Sedangkan materia PZ5 dan PZ5H mempunyai hasi yang berdekatan, ha ini disebabkan oeh siat materia yang berdekatan pua. Pengaruh tegangan mekanik terhadap aktor intensitas eectric dispacement, K pada ketiga jenis materia pieoeektrik ditunjukkan pada gambar 5. Graik ini menunjukkan eek kope dari materia pieoeektrik. K / K ο -E- -E- -6E- -8E- -E- -.E- PZ PZ5 PZ5H Gambar 5 Pengaruh tegangan mekanik terhadap eectric dispacement, K pada materia PZ, PZ5 dan PZ5H Karena adanya siat couping antara eastic dengan eektrik, terihat bahwa aktor intensitas eectric dispacement, K, akan meningkat (arah medan istriknya adaah negati) dengan semakin besarnya sudut retak cabang sampai sudut tertentu. iai K kemudian akan mengeci seteah mencapai titik tertinggi tersebut. iai K tertinggi dimiiki oeh materia PZ5 diikuti oeh materia PZ5H dan kemudian PZ. etapi sudut terjadinya K tertinggi ini, paing besar pada materia PZ, kemudian diikuti oeh materia PZ5H dan PZ5. Gambar 6 memperihatkan pengaruh panjang retak cabang pada perubahan aktor intensitas tegangan modus I untuk ketiga materia pada berbagai arah percabangan retak. Karakteristik SIF modus I menunjukkan bahwa untuk / σ C/, K I akan mengeci dengan semakin kecinya a/ sampai pada titik tertentu, kemudian akan membesar sampai a/. Jika dibandingkan dengan gambar untuk a/ 6 terihat bahwa perubahan terbesar aktor intensitas tegangan modus I diaami oeh materia PZ au diikuti oeh materia PZ5 dan PZ5H. Ha ini menunjukkan bahwa materia PZ adaah materia yang paing sensiti terhadap perubahan panjang retak cabang dibandingkan materia PZ5 dan PZ5H. Penambahan medan istrik positi akan mempengaruhi aktor intensitas tegangan modus I di manaterdapat tegangan kombinasi antara tarik dan geser ( σ σ ). MESI Vo. o.

8 KI / K KI / K K I / K o.e.e.e o / σ / e-8 σ C/ (a) Materia PZ (b) Materia PZ5 (c) Materia PZ5H 3 o 5 o.e3.e.e5.e6 a/ (og) / σ e-8 / σ C/ 3 o 5 o.e.e.e.e3.e.e5.e6 a/ (og) o 3 o 5 o / σ e-8 / σ C/.E.E.E.E 3.E.E 5.E 6 a/ (og) Gambar 6 Pengaruh dimensi dan arah cabang retak terhadap K I pada materia PZ, PZ5 dan PZ5H Gambar 7 menunjukkan karakteristik K I yang mendapat beban medan istrik positi untuk materia PZ. erihat bahwa dengan adanya tegangan geser yang bekerja pada materia (besarnya sama dengan tegangan tarik) maka akan dihasikan niai K I yang berbeda untuk sudut positi dan sudut negati retak cabang. Ha ini dapat dijeaskan bahwa tegangan geser tidak simetri terhadap sumbu x, tetapi berawan arah, sehingga sudut positi dan sudut negati akan menghasikan niai K I yang berbeda. Pada materia PZ terihat bahwa K terbesar I adaah untuk / σ, terus / σ. 5x C/ dan 8 / σ C/. Ini menunjukkan bahwa penambahan medan istrik positi akan memperkeci KI pada kondisi σ. a/ 6.8 /.5e-8 σ. 5x C/.5 e-8 / σ C / / σ Gambar 7 Perubahan K I, di manaσ pada Materia PZ, PZ5 dan PZ5H 7. KESIMPULA σ.3 / σ.5x C/ /- σ C/ -.3 Sousi engkap untuk retak cabang pada media keramik pieoeektrik teah dipresentasikan daam makaah ini. Permasaahan kondisi batas diseesaikan berdasarkan Stroh Formaism yang teah dikembangkan untuk retakan pada pieoeektrik oeh Qin. Karakteristik aktor intensitas tegangan untuk berbagai variabe mekanik-eektrik ditampikan daam bentuk graikgraik, sehingga memudahkan observasi sensitivitas SIF terhadap arah cabang retakan. iai aktor intensitas tegangan modus I, K I, akan semakin keci dengan semakin besarnya medan istrik positi dan semakin besarnya sudut retak cabang. Faktor intensitas tegangan modus II, K II, akan semakin besar dengan semakin besarnya medan istrik positi dan sudut retak cabang, dan seteah mencapai sudut tertentu, K II akan berkurang dengan semakin besarnya medan istrik positi dan sudut retak cabang. Perubahan K I dan K II pada materia PZ adaah yang paing sensiti terhadap penambahan medan istrik positi dibandingkan dengan perubahan materia PZ5 dan PZ5H. Sumber dana : ana Peneitian yang didasari artike ini adaah meaui dana Research on Ceramic or riboogica Machine Components, Internationa Linkage Research Program, Grant o. /IRL/ URGE/, irectorate Genera or Higher Education, Indonesia, /. 8. AFAR PUSAKA σ. Sosa, H., (98), On the racture mechanics o pieoeectric soids, Internationa Journa o Soids and Structures, Vo. 8, pp Broek,., (986), Eementary Engineering Fracture Mechanics, Martinus ijho Pubisher, ordrecht KI / K MESI Vo. o.

9 3. Qing-Hua Qin, Yiu-Wing Mai, (), Crack branch in pieoeectric bimateria system, Internationa Journa o Engineering Science, Vo 38, pp. 673±693.. Qin, Q.-H. and Mai, Y. W. (999), Crack Branch in Pieoeectric Bimateria System, Int. J. Soids and Structures, Vo. 38, pp Zhu,. and Yang. Wei. (998), Crack Kinking in Pieoeectric Soid, Int. J. Soids and Structures Vo. 36, pp Q.H. Qin, Y.W. Mai, (5), hermo-eectroeastic Green's unction and appication or bimateria o pieoeectric mate-rias, Arch. App. Mech., to appear. 7. K. Hayashi, S. emat-asser, (98), Energy- Vo. 8, pp reease rate and crack kinking under combined oading, J. App. Mech. 5±5. 8. Shen, S., Kuang, Z.B., (998), Interace Crack in Bi-Pieothermoeastic Media and the Interaction with a point heat source, Internationa Journa o Soid and Structures, V.5, o. 3, pp A.. Stroh, isocations and cracks in anisotropic easticity, Phi. Mag. 7 (958) 65±66.. His,. A., Key, P. A., ai,.. and Korsunsky, A. M., (996), Soution o Crack Probems: he istributed isocation echnique, Kuwer Academic Pubisher, ordrecht.. F. Erdogan, G.. Gupta, (97), On the numerica soution o singuar integra equations, Q. App. Math. Vo. 3, pp. 55± 53.. ing,.c.., (99), Image singuarities o Green's unctions or anisotropic eastic ha-space and bimaterias, Q. J. Mech. App.Math, Vo 5, pp. 9± LAMPIRA Stroh Formaism untuk Benda Pieoeektrik aam sistem koordinat kartesian, sousi persamaan keseimbangan untuk deormasi dua dimensi di mana u k dan ϕ hanya tergantung pada x dan x dapat dinyatakan dengan dimana u J a J () (J,,3,) (L.) x px, u ϕ (L.) an p, a j adaah konstanta yang harus ditentukan harganya. aam notasi matriks u a() (L.3) Sehingga u, a adaah empat vektor dan u disebut dengan dispacement yang digeneraisasi. Persam aan (), (), (L.3) dan (L.) dikombinasikan menjadi satu persamaan [ Q p(rr ) p ] a (L.5) Matriks x Q dan adaah simetri tetapi tidak deinit positi dan nonsinguar. Penentuan eemen matriks Q, R dan mengikuti aturan sebagai berikut : E ijkm Cijkm, J, K,,3 emij, J,,3 : K eikm, K,,3 : J kim, J K (L.6) ij or k 33 3 or 3 3 or 3 or P or q Untuk bidang x x E c pq Cijk ; e ip e ik Q ; R ; Q (L.7) Untuk bidang x x 3 E E E Q ; R ; Q 3 (L.8) E 3 E 3 Vektor ungsi tegangan yang digeneraisasi, φ dideinisikan sebagai φ b(), b (R pr)a (Q pr)a (L.9) p dengan σ i -φ i,, σ i -φ i,, -φ,, φ, (L.) Sousi um um yang didapatkan dengan superposisi deapan sousi dar i persamaan (L.3) dan (L.9), dihubungkan dengan deapan niai eigen p, adaah α u Re ( ) a α α α, φ Re b α α ( α ) dengan Re berarti bagian rea. Pada sebagian besar apikasi, diasumsikan α ( α ) q α α ( α ) (α tidak dij umah) α (L.) (L.) Maka persamaan (L.) direduksi menjadi, daam notasi matriks, { } { q } u Re A ( ) q, φ Re B ( ) di manaa dan B adaah matriks x yaitu A [a, a, a 3, a ], B [b,b,b 3,b ] d an ( ) adaah matrik diagona x ( ) diag ( ), ( ), ( ), ( ) 3 (L.3) (L.) (L.5) MESI Vo. o.

10 Matrik Kekakuan Materia Keramik Pieoeektrik Konstanta materia pieoeektrik PZ direerensikan pada bidang x x 3. Matriks Q, R dan pada penjabaran Stroh ormaism menjadi c c66 Q ; c55 e5 e 5 k c55 c c e e 33 k33 c3 e3 R c ; 55 e 5 (L.6) Sedangkan konstanta materia pieoeektrik PZ5 dan PZ5H direerensikan pada bidang x x, sehingga matriks Q, R dan menjadi c e c c66 Q ; c66 e6 R c55 ; e k e c66 e6 c (L.7) c e6 k 3 MESI Vo. o.

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

Jurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA. Jurna MIPA 37 () (014): 130-135 Jurna MIPA http://journa.unnes.ac.id/nju/index.php/jm TRANSFER PANAS LUBANG HITAM SCHWARZSCHILD Y Tiandho Triyanta KK Fisika Teori Energi Tinggi dan Instrumentasi, Fakutas

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld Bab V Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmoogi Braneword V. Pendahuuan Di daam Bab IV teah dipeajari bahwa persamaan-persamaan induksi pada brane mengandung sebuah tensor Wey terproyeksi yang membawa informasi

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 IRA PRASETYANINGRUM PENDEKATAN KEPUTUSAN KELOMPOK Metoda Dephi Peniaian keompok, diakukan sharing dipandu moderator Masaah Daftar Anggota Ahi Masaah disampaikan ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute PEGARUH JEIS MEODE ESIMASI DALAM ESIMASI MARIKS ASAL UJUA (MA) MEGGUAKA DAA ARUS LALULIAS PADA KODISI PEMILIHA RUE KESEIMBAGA (EQUILIBRIUM ASSIGME) Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana eknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menunjang peaksanaan peneitian ini diakukan tinjauan pustaka mengenai tinjauan studi yang berisi peneitian-peneitian terkait dengan pengenaan kuaitas buah, median fitering,

Lebih terperinci

OBJECTIVES PENGANTAR-1

OBJECTIVES PENGANTAR-1 6//0 MINIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN GOLDEN SECTION AND HOOK JEEVES METHODS OBJECTIVES Understand why and where optimization occurs in engineering probem soving. Understand the major eements of the genera

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

Analisis 9 Saham Sektor Industri di Indonesia Menggunakan Metode SVR

Analisis 9 Saham Sektor Industri di Indonesia Menggunakan Metode SVR Anaisis 9 Saham Sektor Industri di Indonesia Menggunakan Metode SVR Nur Adhi Nugroho1,a, Acep Purqon1,b 1 Laboratorium Fisika Bumi, Keompok Keahian Fisika Bumi dan Sistem Kompeks, Fakutas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB V VERIFIKASI PROGRAM BAB V VERIFIKASI ROGRAM Hasi perhitungan niai beban kritis eastis yang didapat dari program dibandingkan dengan hasi perhitungan manua. Beberapa kasus porta bidang yang digunakan daam verifikasi ini terdapat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA

PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA UTILIZATION OF MAGNETIK FLUX AS A SOURCE OF POWER PLANT BY USING SOLENOID Muhammad Furqon Setiadi 1, Mas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan suatu komponen material dan untuk menganalisa kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jurna Sheet Meta dan Software Abaqus Program ABAQUS merupakan saah satu dari program finite eement system yang ada yang digunakan untuk mensimuasi proses pembuatan suatu komponen

Lebih terperinci

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI KEITN BELJ 2. LNSN TEOI JEMBTN WHETSTONE aam kegiatan beajar anda teah mempeajari pengukuran hgambatan dengan menggunakan ohmmeter dan menggunakan ampermeter dan votmeter dengan metoda amper-vot-meter

Lebih terperinci

Deret Fourier dan Transformasi Fourier

Deret Fourier dan Transformasi Fourier Bab 6 caku fi58 by khbasar; sem 2-2 Deret Fourier dan Transformasi Fourier 6. Fungsi Periodik Suatu fungsi dikatakan periodik jika niai fungsi tersebut beruang untuk seang besaran tertentu. Secara definisi,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 8 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Konsistensi Hambatan Kawat Kumparan Terhadap Hukum Ohm pada Berbagai Medium

Konsistensi Hambatan Kawat Kumparan Terhadap Hukum Ohm pada Berbagai Medium 8 Prosiding Pertemuan Imiah XX HFI Jateng & DIY Konsistensi Hambatan Kawat Kumparan Terhadap Hukum Ohm pada Berbagai Medium Sandi Somantri, Moh. Toifur, Sumaji Program Magister Pendidikan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

APLIKASI METODE CROSS ENTROPY UNTUK SUPPORT VECTOR MACHINES

APLIKASI METODE CROSS ENTROPY UNTUK SUPPORT VECTOR MACHINES APLIKASI METODE CROSS ENTROPY UNTUK SUPPORT VECTOR MACHINES Tiananda Widyarini, Budi Santosa Jurusan Teknik Industri Institut Teknoogi Sepuuh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukoio Surabaya 60111 Emai:

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

Momentum Sudut (Bagian 2)

Momentum Sudut (Bagian 2) Momentum Suut Bagian Pengenaan Konsep otasi aam Mekanika Kuantum:. Sistem Kooinat Boa. Hamonia Sfeis Spheica Hamonics 3. Momentum Suut Obita 4. Momentum Suut Intinsik Spin Pesamaan Schöinge aam tiga -

Lebih terperinci

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract Optimisasi (Abdu H) OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO Abdu Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1 1 Staf Pengajar Jurusan Statistika FSM UNDIP Abstract Investing in asset such as stock; besides

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad Jurna Teematika, vo. 9 no. 2, Institut Teknoogi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-2516 Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betaaktam Departemen Instaasi Produksi Lafiad Devi Puspitarini

Lebih terperinci

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp SM NEGERI 14 JKRT Jaan SM Barat, Ciiitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tp. 01 809096 BIDNG STUDI : FISIK DINMIK ROTSI F 1. Sebuah roda dapat mengeinding pada sebuah bidang datar yang kasar. Massa roda 0,5

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Alfabet Yunani

LAMPIRAN I. Alfabet Yunani LAMPIRAN I Alfabet Yunani Alha Α Nu Ν Beta Β Xi Ξ Gamma Γ Omicron Ο Delta Δ Pi Π Esilon Ε Rho Ρ Zeta Ζ Sigma Σ Eta Η Tau Τ Theta Θ Usilon Υ Iota Ι hi Φ, Kaa Κ Chi Χ Lambda Λ Psi Ψ Mu Μ Omega Ω LAMPIRAN

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja Manajemen Kinerja Pertemuan ke-ima Pokok Bahasan: Peniaian Kinerja Manajemen Kinerja, 2 sks CHAPTER 5 PENILAIAN KINERJA 1 Pokok Bahasan: Pengertian peniaian kinerja Proses peniaian kinerja Faktor-faktor

Lebih terperinci

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal SIMAK UI 2011 Fisika Kode Soa Doc. Name: SIMAKUI2011FIS999 Version: 2012-11 haaman 1 01. Sebuah mikroskop terdiri dari ensa obyektif (f 1 = 0,5 cm) dan ensa okuer (f 2 = 2 cm). Jarak antara kedua ensa

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD

RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD Herry Mugirahardjo, Trihardi Priyanto, M. Rifai Musih, A. Ramadhani mugirahardjo@gmai.com Pustek Bahan Industri Nukir

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

Transformasi Datum dan Koordinat

Transformasi Datum dan Koordinat Transformasi Datum dan Koordinat Sistem Transformasi Koordinat RG091521 Lecture 6 Semester 1, 2013 Jurusan Pendahuluan Hubungan antara satu sistem koordinat dengan sistem lainnya diformulasikan dalam bentuk

Lebih terperinci

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Lisa Yui Kurniawati 1*), Handayani Tjandrasa 2), Isye Arieshanti 3) 1,2,3) Teknik Informatika, Fakutas Teknoogi Informasi Institut

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan 68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode

Lebih terperinci

Struktur Baja 2 Kolom tersusun

Struktur Baja 2 Kolom tersusun Struktur Baja Koom tersusun Bagus Eratodi Struktur tersusun prismatis dengan eemen ang dihubungkan oeh peat meintang dan memiku gaa sentris Komponen struktur tersusun dari beberapa eemen ang disatukan

Lebih terperinci

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom A 1 Vektor Fisika Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sub Pokok ahasan Definisi Vektor Penjumlahan Vektor Vektor Satuan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 37 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneitian Peneitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh service exceence terhadap kepuasan konsumen. Adapun yang

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

Selanjutnya rancangan perkuliahan setiap pertemuan adalah sebagai berikut: Jenis Tugas TR CBR CJR MR RI PJCT M K M K M K M K M K M K T P L

Selanjutnya rancangan perkuliahan setiap pertemuan adalah sebagai berikut: Jenis Tugas TR CBR CJR MR RI PJCT M K M K M K M K M K M K T P L Seanjutnya rancangan perkuiahan setiap pertemuan adaah sebagai berikut: Pert. Ke Aktivitas Perkuiahan Softski yang Diharapkan 1 Learning Contract - - - - - - - - - - - - Ketekunan Kedisipinan 1 Dosen membagikan

Lebih terperinci

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda. KONTROL AIR FUEL RATIO PADA SPARK IGNITION ENGINE SISTEM EFI SEKUENSIAL MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY ADAPTIF DAPAT MENEKAN BEAYA OPERASIONAL KENDARAAN Abdu Hamid, Ari Santoso Jurusan Teknik Eektro-FTI ITS

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia SEBARAN POTENSI AIR TANAH DI KECAMATAN CEMPAKA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERG DISTRIBUTION OF GROUND WATER POTENTIALS IN CEMPAKA SUBDISTRICT USING GEOLISTRIC METHOD

Lebih terperinci

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Jurna Imu dan Teknoogi Perikanan Tangkap 2(2): 9-93, Desember 2015 ISSN 2337-4306 Anaisis beban pendingin cod storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Suawesi Utara Cooing oad anaysis of cod storage

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 7, 2010 Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus Quiz 1 Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan memakai vektor-4 fluks jumlah partikel. 2 Tuliskan

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja: Peatihan dan Penghargaan Sub Pokok Bahasan Pengertian Peatihan Proses pembeajaran dan pengembangan individu Jenis-jenis peatihan karyawan Manfaat peatihan

Lebih terperinci

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA Prayekti, Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Prayekti FKIP-Universitas Terbuka, emai: prayekti@mai.ut.ac.id

Lebih terperinci

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB II BESARAN VEKTOR

BAB II BESARAN VEKTOR BAB II BESARAN VEKTOR.1. Besaran Skalar Dan Vektor Dalam fisika, besaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang dinyatakan dengan

Lebih terperinci

Pengukuran Indeks Bias Minyak Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal

Pengukuran Indeks Bias Minyak Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal Jurna ILMU DASAR, Vo. 15 No. 2, Jui 2014 : 97-101 97 Pengukuran Indeks Bias Minyak Keapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Ceah Tungga Pam Cooking Oi Refraction Index Measurement Using

Lebih terperinci

ANALISA PERKIRAAN UMUR PADA CROSS DECK KAPAL IKAN KATAMARAN 10 GT MENGGUNAKAN METODE FRACTURE MECHANICS BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA PERKIRAAN UMUR PADA CROSS DECK KAPAL IKAN KATAMARAN 10 GT MENGGUNAKAN METODE FRACTURE MECHANICS BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA LOGO ANALISA PERKIRAAN UMUR PADA CROSS DECK KAPAL IKAN KATAMARAN 10 GT MENGGUNAKAN METODE FRACTURE MECHANICS BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Erik Sugianto (4108 100 094) Dosen Pembimbing: Dony Setyawan ST

Lebih terperinci

Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Selection mengunakan Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM)

Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Selection mengunakan Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM) Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Seection mengunakan Linear Discriminant Anaysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM) rain Tumor s Detection With Feature Extraction & Feature Seection

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA PREDIKSI UNTUK MENGHASILKAN PREDIKSI BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK

ANALISIS ALGORITMA PREDIKSI UNTUK MENGHASILKAN PREDIKSI BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK JURNAL ILMU PENGETAHUAN VOL. 3. NO. 1 AGUSTUS 2017 ANALISIS ALGORITMA PREDIKSI UNTUK MENGHASILKAN PREDIKSI BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK Veti Apriana 1 ; Rani Irma Handayani 2 1 Komputerisasi Akuntansi AMIK

Lebih terperinci

ALAT BANTU STUDI KUALITATIF HAMBURAN ELEKTRON-ATOM ABSTRACT PENDAHULUAN

ALAT BANTU STUDI KUALITATIF HAMBURAN ELEKTRON-ATOM ABSTRACT PENDAHULUAN ALAT BANTU STUDI KUALITATIF HAMBURAN ELEKTRON-ATOM Lucky E. Santoso ABSTRACT A graphica user interface appication is deveoped as a too for quaitative study on eectron-atom eastic scattering. The appication

Lebih terperinci

SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK

SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK ISSN: 693-693 Terakreditasi DIKTI, SK No: 5/DIKTI/Kep/2 8 SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK Andi Adriansah Program Studi Teknik Eektro, Fakutas Teknoogi

Lebih terperinci

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat. .. esaran Vektor Dan Skalar II V E K T O R da beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. da juga besaran fisis yang tidak cukup hanya

Lebih terperinci

4.3. MEDAN LISTRIK OLEH DISTRIBUSI MUATAN KONTINYU

4.3. MEDAN LISTRIK OLEH DISTRIBUSI MUATAN KONTINYU 4.3. MEDAN LISTRIK OLEH DISTRIBUSI MUATAN KONTINYU Selain muatan berbentuk titik, dimungkinkan juga distribusi muatan kontinyu dalam bentuk garis, permukaan atau volume seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN

METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN Mohammad Ivan Azis ) ABSTRACT A boundary element method is derived for the solution of static boundary

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Lebih terperinci

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TABEL MORTALITAS Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami tabe mortaitas 2. Menjeaskan hubungan antara ajur-ajur tabe mortaitas

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN 1 GIRI BANYUWANGI TAHUN 2010 / 2011 AYUNAN SEDERHANA

UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN 1 GIRI BANYUWANGI TAHUN 2010 / 2011 AYUNAN SEDERHANA UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN GIRI BANYUWANGI TAHUN 00 / 0 NAMA :... NO. UJIAN :... AYUNAN SEDERHANA Tujuan : Menentukan percepatan gravitasi disuatu tempat. Aat dan bahan : - beban - penggaris

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Analisa Kestabilan Lyapunov

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Analisa Kestabilan Lyapunov Institut Teknologi Seuluh Noember Surabaya Analisa Kestabilan Lyaunov Contoh Soal Ringkasan Latihan Contoh Soal Ringkasan Latihan Sistem Keadaan Kesetimbangan Kestabilan dalam Arti Lyaunov Penyajian Diagram

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

KULIAH PERTEMUAN 9 Analisa struktur statis tak tentu dengan metode consistent deformations pada balok dan portal

KULIAH PERTEMUAN 9 Analisa struktur statis tak tentu dengan metode consistent deformations pada balok dan portal KULIH PERTEUN 9 naisa struktur statis tak tentu dengan metode consistent deformations pada baok dan porta. Lembar Informasi 1. Kompetensi ahasiswa dapat menghitung reaksi peretakan dan menggambarkan bidang

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement Bab III Sudi Kasus Mode Doube Decremen Pada bab ini, akan dieaskan erebih dahuu mengenai beberapa definisi daam eori Doube Decremen. Seanunya akan dibahas benuk kuanifikasi dependensi daam kasus Doube

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Mata Peajaran : Dasardasar istrik dan eektronika Bahan Kajian : Konsep tegangan dan resistansi Keas/semester : 10/1 Potensi Dasar : Menjeaskan arus, tegangan

Lebih terperinci

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI Jurna Imiah Teknik Sipi Vo. 11, No. 1, Januari 7 KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI Ida Bagus Rai Widiarsa1 dan Putu Deskarta1 Abstrak:

Lebih terperinci

SIMULASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAFO 1/4 λ dan TIPE SINGLE STUB

SIMULASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAFO 1/4 λ dan TIPE SINGLE STUB SIMUASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAF 1/4 λ dan TIPE SINGE STUB Dewi Panca Wati [1], Imam Santoso [2], Ajub Ajuian Zahra [2] Jurusan Teknik Eektro, Fakutas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Saluran Transmisi pada Gelombang Mikro

Saluran Transmisi pada Gelombang Mikro Sauran Transmisi pada Gembang Mikr Daam frekuensi tinggi, suatu sauran transmisi akan menimbukan efek kapasitansi dan induktansi yang terdistribusi di sepanjang sauran. Karena panjang gembang ebih keci

Lebih terperinci

FIXATION TEST UNTUK PENDIMENSIAN NODE HARDWARE PADA JARINGAN SDH (SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY)

FIXATION TEST UNTUK PENDIMENSIAN NODE HARDWARE PADA JARINGAN SDH (SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) UPN Veteran Yogyaarta, 23 Mei 29 FIXATION TEST UNTUK PENDIMENSIAN NODE HARDWARE PADA JARINGAN SDH (SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) M. Zen Samsono Hadi 1), Aries Pratiarso 2), M. Agus Zainuddin 3) Jurusan

Lebih terperinci

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi JURNAL FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, 113-123 ISSN 2252-763X Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi Annisa Eki Mulyati dan Sugiyanto Program Studi Matematika Fakultas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

VEKTOR GAYA. Gambar 1. Perkalian dan pembagian vektor

VEKTOR GAYA. Gambar 1. Perkalian dan pembagian vektor VEKTOR GAYA Perkalian dan Pembagian vektor dengan scalar Jika vektor dikalikan dengan nilai positif maka besarnya meningkat sesuai jumlah pengalinya. Perkalian dengan bilangan negatif akan mengubah besar

Lebih terperinci

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan.

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan. Vektor Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan. Skalar hanya memiliki besaran saja, contoh : temperatur,

Lebih terperinci

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD Konferensi Nasiona Imu osia & Teknoogi (KNiT) Maret 016, pp. 56~6 ANIMAI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK IWA D 56 Desy Yekti A 1, Nani Purwati 1 AMIK BI Yogyakarta e-mai: mbesesek@gmai.com,

Lebih terperinci

Hukum Gauss. Pekan #2. Hukum Gauss Pekan #2 1 / 17

Hukum Gauss. Pekan #2. Hukum Gauss Pekan #2 1 / 17 Hukum Gauss Pekan #2 Hukum Gauss Pekan #2 1 / 17 Pokok bahasan: Fluks Hukum Gauss Penerapan hukum Gauss Hukum Gauss Pekan #2 2 / 17 Fluks dari suatu vektor Misal terdapat udara yang mengalir dengan kecepatan

Lebih terperinci

Implementasi Fuzzy Inference System Mamdani Pada Proses Penentuan Kelulusan Calon Mahasiswa

Implementasi Fuzzy Inference System Mamdani Pada Proses Penentuan Kelulusan Calon Mahasiswa Impementasi Fuzzy Inference System amdani Pada Proses Penentuan Keuusan Caon ahasiswa (Studi Kasus : Penerimaan ahasiswa Baru Poiteknik Negeri Lhokseumawe Jaur UPN) Rahmad Hidayat Dosen Teknik Informatika

Lebih terperinci