SIMULASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAFO 1/4 λ dan TIPE SINGLE STUB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIMULASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAFO 1/4 λ dan TIPE SINGLE STUB"

Transkripsi

1 SIMUASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAF 1/4 λ dan TIPE SINGE STUB Dewi Panca Wati [1], Imam Santoso [2], Ajub Ajuian Zahra [2] Jurusan Teknik Eektro, Fakutas Teknik, Universitas Diponegoro Jn. Prof. Sudharto, Tembaang, Semarang, Indonesia Abstrak Permasaahan utama dari teekomunikasi adaah fenomena menyampaikan informasi dari satu titik ke titik yang ain. Saah satu cara menyampaikan informasi adaah dengan media sauran transmisi. Agar komunikasi berjaan dengan baik maka informasi yang disampaikan meaui sauran transmisi harus berjaan semaksima mungkin atau dapat mengirim daya secara maksima. eh karena itu diperukan adanya penyesuaian antara beban sauran transmisi dengan sauran transmisi tersebut. Perhitungan secara manua memerukan proses perhitungan yang rumit dan memakan waktu. eh karena itu diperukan suatu aat bantu untuk mengatasi ha tersebut. Pada tugas akhir ini menggunakan simuasi smith chart untuk penyesuai impedans tipe trafo 1/4λ dan tipe singe stub. Metode trafo 1/4λ dan tipe singe stub pada Program smith chart yang dibuat diuji dengan rangkaian seri hubung terbuka, seri hubung singkat, parae hubung terbuka dan parae hubung singkat. Hasi pengujian yang sudah diakukan, Pada metode trafo ¼ λ, dengan perubahan Zo semakin besar dan Z tetap menghasikan niai Zoi dan panjang geombang berkurang. Hasi perhitungan metode singe stub menghasikan dua aternatif, jika panjang stub bertambah maka jarak stub dari Z berkurang, jika panjang stub berkurang maka jarak stub dari Z bertambah. Kata kunci : matching impedansi, smith chart, sauran transmisi. 1. Pendahuuan 1.1 atar Beakang Daam sauran transmisi untuk sauran komunikasi, masaah penyesuaian impedansi merupakan permasaahan yang sangat penting, agar impedansi antara dua media atau dua rangkaian yang berhubungan dapat berfungsi dengan baik. Dengan diakukan penyesuaian impedansi, maka pantuan yang terjadi dapat diperkeci sehingga transfer daya dapat berjaan semaksima mungkin (maximum power transfer), yang secara umum dapat dikatakan bahwa bia diantara dua media yang berbeda impedansinya dipasang rangkaian penyesuai impedans, maka harga impedansi media satu bia diihat dari sisi penyesuai impedansi yang dihubungkan dengan media tersebut sama dengan harga conjugate impedansi media yang ain. Penyesuaian impedansi sauran mempunyai kaitan yang erat dengan impedansi karakteristik sauran dan komponen (peemahan/redaman) yang keduanya ditentukan oeh adanya komponen R,, C dan G daam sauran. Pada sauran tanpa rugi-rugi tidak mengandung komponen α. Adanya komponen α ini mempengaruhi anaisis penyesuaian impedansi karena itu daam anaisis penyesuaian impedansi dibagi menjadi dua yaitu 1.penyesuaian impedansi untuk sauran tanpa rugi-rugi 2.penyesuaian impedansi untuk sauran berugi-rugi. Adapun metode yang dapat diakukan dan yang akan dibahas daam penyesuaian impedansi adaah trafo ¼ λ dan singe stub. Seama ini daam pengamatan penyesuaian impedansi digunakan cara yang manua. Anaisis penyesuaian impedansi disini umumnya digunakan smithchart dan untuk mendapatkan keteitian yang baik dan daam waktu yang singkat maka peru 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Eektro UNDIP 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Eektro UNDIP digunakan bantuan komputer. Pada tugas akhir ini dicoba menggunakan perangkat unak MATAB version 7.1 Dihaharapkan dengan dibuatnya perangkat unak ini dapat digunakan sebagai pembeajaran mengenai sauran transmsi. 1.2 Pembatasan Masaah Permasaahan dari tugas akhir ini dibatasi pada penyesuaian impedansi sauran transmisi ossess dengan metode trafo ¼ λ dan metode singe stub, sedangkan bahasa komputer yang digunakan untuk membuat program penyesuaian impedansi adaah MATAB version DASAR TERI 2.1 Sauran Transmisi [1] Sauran transmisi didefinisikan sebagai suatu struktur atau susunan yang memandu perambatan geombang eektromagnetik dari titik α ke titik β. Pada sauran transmisi permukaan sepanjang propagasi berada daam daerah z dengan frekuensi ω sehingga niai geombang sebesar β=ω/c, maka z daam daerah waktu tergantung dari tegangan dan arus dimana,,, dengan : V = tegangan (vot) e = konstanta Botzman (2,232 x ) β = ω/c Perbandingan niai konstanta v(z,t)/i(z,t)=v/i sehingga menyisakan niai konstan dan bebas dari z. Perbandingan tersebut disebut dengan impedansi karakteristik, yang dapat dihitung : dengan : Z = impedansi (Ω)

2 Jaur rugi rugi transmisi dapat ditangani dengan memperhatikan parameter niai sistem tersebut. Rugirugi sauran transmisi tersebut dihitung daam beberapa kondisi tertentu yang dapat menghasikan parameter tertentu bersubstansia dan dapat dimengerti niai tertentu tersebut. 2.2 Smith Chart [1] Penggunaan smith chart daam sauran transmisi akan memudahkan penyeesaian masaah penyesuaian impedansi pada sauran transmisi. Penyeesaian masaah dengan menggunakan smith chart ini, sering disebut dengan penyeesaian masaah secara grafis. Sehingga akurasi hasi yang diperoeh sangat tergantung dari ketepatan kita pada saat memetakan titik-titik dan mentransformasinya ke titik-titik ain daam smith chart tersebut. Semakin presisi pada saat memetakan dan mentransformasi titik-titik tersebut, semakin akurat pua hasi yang diperoeh. Dibanding dengan menggunakan perhitungan, reatif ebih banyak waktu dan tenaga diperukan untuk memecahkan persoaan dengan dasar biangan kompek tersebut, dibanding dengan perhitungan pada operasi dengan biangan nyata. Untuk membantu pemecahan tersebut, dapat digunakan suatu peta (chart), yang dikena dengan Peta Smith atau Smith Chart. Smith chart menggambarkan grafik Γ-pane dengan jaringan kurva bersifat inear dari ingkaran resistasi konstan dan reaktansi konstan yang digambarkan daam satu kesatuan ingkaran. Sebenarnya, smith chart adaah pengambaran grafis kurva bersifat inear daam histogram garis. Beberapa koefisien refeksi titik Γ jatuh pada saat perpotongan antara ingkaran resistansi dan reaktansi, r, x, dari penyesuaian impedansi maka dapat dibaca secara angsung z = r + jx. Sebaiknya, dengan memberikan z = r + jx dan menentukan perpotongan antara ingkaran r, x, titik kompeks Γ dapat ditempatkan dan niainya dapat dibaca pada koordinat poar dan kartesian. Pada smithchart, jika suatu impedansi dinyatakan dengan Z = R + jx, maka normaisasi impedansi tersebut menjadi : (2-9) Impedansi Z sering kai dinyatakan secara kompeks, yaitu terdiri dari resistansi R dan reaktansi X. Admitansi Y merupakan kebaikan dari Z, yaitu: Smithchart adaah pernyataan grafis yang mendasar dari suatu tinjauan impedansi sebagai satu garakan sepanjang sauran transmisi. Sisi kanan merupakan bentuk rektanguar dari persamaan pada sisi kiri yang merupakan bentuk poar. 2.3 Penyesuaian Impedansi Penyesuai impedansi adaah ha yang penting daam rentang frekuensi geombang mikro. Suatu sauran transmisi yang diberi beban yang sama dengan impedansi karakteristik mempunyai standing wave ratio (SWR) sama dengan satu, dan mentransmisikan sejumah daya tanpa adanya pantuan. Juga efisiensi transmisi menjadi optimum jika tidak ada daya yang dipantukan. Penyesuaian daam sauran transmisi mempunyai pengertian yang berbeda dengan daam teori rangkaian. Daam teori rangkaian, transfer daya maksimum membutuhkan impedansi beban sama dengan konjugasi kompeks sumber. Penyesuaian seperti ini disebut dengan penyesuaian konjugasi. Daam sauran transmisi, penyesuaian mempunyai pengertian memberikan beban yang sama dengan impedansi karakteristik sauran. 2.4 Metode Sauran Trafo ¼ λ [4] Metode sauran trafo ¼ λ adaah saah satu metode penyesuaian impedansi dimana sebagai penyesuaian impedansi digunakan sauran dengan panjang ¼ λ dengan menentukan harga impedansi karakteristik sedemikian rupa sehingga dicapai penyasuaian impedansi dari dua media yang dihubungkan. Pada Gambar 2.3 dapat diihat contoh dari sauran ¼ λ dengan impedansi karakteristik Zo yang digunakan sebagai penyesuaian impedansi yang menghubungkan impedansi sumber ke beban. Gambar 2.1 pemetaan antara z-pane dan Γ-pane [1] Gambar 2.3 penyesuaian impedansi menggunakan sauran 1/4 λ. Gambar 2.2 peta smith(smithchart). [3] Karena untuk mendapatkan sauran dengan impedansi karakteristik kompeks dengan harga tertentu sangat suit, maka penyesuaian impedansi sauran ¼ λ ini akan ebih baik jika digunakan untuk menyesuaikan dua media yang mempunyai impedansi resistif murni, karena yang dibutuhkan adaah sauran dengan panjang ¼ λ dan dengan impedansi karakteristik murni atau berarti bahwa sauran yang

3 diperukan adaah sauran tanpa rugi-rugi. Peru diingat bahwa agar didapat sauran tanpa rugi-rugi, maka frekuensi kerja yang digunakan harus reative cukup tinggi. Biasanya sauran ¼ λ ini digunakan untuk penyesuaian impedansi antara dua sauran transmisi tanpa rugi-rugi yang berbeda impedansi karakteristik. 2.5 Metode Singe Stub [5] Penyesuai stub sering disebut sebagai bagian dari sauran transmisi yang biasanya impedansi karakteristiknya sama dengan sauran utama dengan ujung terbuka atau terhubung singkat, dan dihubungkan secara parae dengan sauran utama. Untuk dapat menyesuaikan impedansi dua media yang dihubungkan, diakukan dengan mengatur panjang stub dan jarak dimana stub dipasang, dan yang diukur dari saah satu media, sehingga didapatkan penyesuaian impedansi. ebih jeasnya diihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Penyesuaian impedansi singe stub. 2.6 Sauran transmisi rangkaian terhubung singkat dan terbuka. [1] Sauran transmisi rangkaian terhubung singkat dan terbuka biasanya digunakan untuk rangkaian konstruksi resonan yang sebaik penyesuaian stub. Sauran transmisi ini cocok digunakan untuk kasus khusus pada impadansi beban; Z = ~, untuk sauran rangkaian ujung terbuka dan Z = 0 untuk rangkaian ujung tertutup. Gambar 2.5 Impedansi hubung terbuka dan hubung singkat. Dengan mengetahui tegangan rangkaian ujung terbuka dan arus pada rangkaian ujung tertutup pada akhir termina a,b, memperboehkan kita untuk menggantikan niai segmen dari sebuah sauran, termasuk generator. Dengan menghubungankan impedansi beban Z, rangkain ekivaen dapat menghasikan tegangan(v ) dan arus(i ) yang sama dengan generator asa. 2.7 Transformasi ¼ λ dengan Konfigurasi Seri. [1] Transformasi ¼λ membutuhkan beban yang dijadikan niai mutak. Metode tersebut dapat dimodifikasikan pada beban kompek, akan tetapi biasanya ebar bandwidth yang dimiiki akan hiang. Modifikasi untuk memasukkan transformasi ¼ λ tidak pada beban, akan tetapi pada jarak antar tegangan minimum dan maximum. Gambar 2.6 menunjukkan kasus bagian ¼ λ digabungkan dengan min di pandang dari titik beban. Pada intinya, geombang impedansi yang diperihatkan pada transformasi geombang ¼ λ akan menjadi niai nyata(tanpa reaktansi) dimana Z min = Z 0 /S, dengan S adaah SWR dari beban yang tidak sesuai. Gambar 2.6 transformasi ¼ λ untuk penyesuaian beban kompeks. Saah satu aternatifnya memiih tegangan maximum max dimana geombang impedansinya akan menjadi Z max = Z 0 S. Panjang eektrik min atau max berhubungan dengan sudut phasa θ dari refeksi koefisien beban Γ. Perhitungan panjang bagian min atau max, tergantung dari frekuensi yang bersesuaian(f 0 ). Karena impedansi kompeks merubah frekuensi dengan cepat, bagian tersebut dapat memberi panjang yang saah pada frekuensi yang ain. 2.8 Transformasi ¼ λ dengan shunt stub. [1] Dua metode yang mungkin digunakan daam penyesuian beban kompek adaah stub terhubung singkat atau terbuka yang dihubungkan secara parae terhadap beban dan mengatur panjang atau jaur impedansi, sehingga suseptasi dari beban suseptansi dapat ditiadakan, hasinya adaah beban nyata yang dapat disesuaikan dengan 1/4λ. Pada metode pertama, panjang stub dapat dipiih dari saah satu metode λ/8 atau 3λ/8 dan niai impedansinya ditentukan sesuai kebutuhan niai suseptansi yang ingin dihiangkan. Pada metode yang kedua, karakteristik impedansi stub dipiih berdasarkan niai koefisien dengan tepat dan panjangnya untuk menentukan konseasi suseptansi. Metode tersebut dapat diihat pada gambar dibawah 2.8 daam prakteknya banyak menggunakan dengan metode penyesuaian stub karena mudah daam penyesuian impedansi, dimana stub tersebut tidak terhubung dengan beban tetapi dengan bagian serinya. Gambar 2.7 penyesuaian dengan menggunakan ¼ λ dan sunt stub 2.9 Penyesuaian singe stub. [1] Stub tuner banyak digunakan untuk menyesuaikan beberapa beban kompeks dengan jaringan utama. Tetap daam keadaan terhubung singkat atau ujung terbuka pada jaringan, terhubung parae atau seri pada jaringan di jarak yang diinginkan dari beban. Pada apikasi jaringan kabe koaksia atau kabe sejajar, stub dihasikan oeh perpotongan panjang yang tepat pada jaringan utama. Stub terhubung singkat biasanya ebih banyak digunakan karena stub ujung terbuka diperboehkan menyebar dari titik akhirnya.

4 Bagaimanapun, pada microwave menghubungkan rangkaian yang bekerja pada jaringan microstrip, radiasi bukanah ha utama yang di perhatikan karena ukuran yang sangat keci, dan stub terhubung singkat atau ujung terbuka mungkin digunakan. Singe stub tuner bisa digunakan pada rangkaian penyesuaian dan dapat bersesuian pada beban apapun. Bagaimanapun, terkadang susah untuk menghubungkan dengan jaringan utama jika bebannya berbeda untuk menyesuikan. Daam kasus ain, doube stub mungkin digunakan, tapi tidak sesuai untuk semua beban. Tripe stub dapat bersesuaian pada setiap beban. Pada gambar 2.9 diperihatkan gambar singe stub parae dan seri. Gambar. 2.8 hubungan parae pada singe stub 2.9 Hubungan seri pada singe stub 3.PERENCANAAN PRGRAM Pada bagian ini akan menjeaskan tentang perencanaan pembuatan smithchart GUI dengan menggunakan GUIDE. Seperti yang teah diuraikan pada bab II, penyesuaian impedansi dipengaruhi oeh adanya konstanta redaman(α). Adanya konstanta α membedakan sauran transmisi tanpa rugi-rugi dan berugi-rugi, juga menyebabkan anaisis penyesuaian impedansi menjadi rumit. Konstanta α mempengaruhi pot dari ingkaran Γ pada smithchart. Bia harga α = 0, maka ampitudo Γ sepanjang sauran konstan, sehingga pot dari Γ pada smithchart berbentuk ingkaran. Bia harga α 0, maka ampitude Γ pada smithchart menjadi berbentuk spira kedaam bia arahnya menuju generator. Ampitudo Γ tersebut turun oeh faktor e -2α, dimana adaah jarak antara titik pengamatan dan ujung beban. 3.1 PENGGUNAAN SMITHCHART Penggunaan smithchart daam sauran transmisi akan memudahkan penyeesaian masaah-masaah sauran transmisi. Di bawah ini diberikan cara penggunaan smithchart daam sauran transmisi Menormaisasi Beban Setiap impedansi/admitansi yang dipetakan pada peta ini harus dinormaisasikan terhadap impedansi karakteristik sauran Z 0, dan digunakan notasi z (huruf keci) untuk impedansi yang teah dinormaisir tersebut. Jika suatu impedansi dinyatakan dengan Z = R + jx, maka normaisasi impedansi tersebut seperti pada persamaan : Transformasi Impedansi ke Admitansi Daam menyeesaian masaah sauran transmisi, sering kai kita bekerja dari impedansi ke admitansi atau sebaiknya. Impedansi Z sering kai dinyatakan secara kompeks, yaitu terdiri dari resistansi R dan reaktansi X. Admitansi Y merupakan kebaikan dari Z, seperti pada persamaan yaitu: 3.2 PEMBUATAN SMITHCHART 3.3 PENYESUAIAN IMPEDANSI SAURAN TRANSMISI TANPA RUGI-RUGI Untuk membahas sauran transmisi tanpa rugi-rugi ini, semua sauran transmisi yang ada daam pembahasan, baik yang dipakai sebagai penyesuaian impedansi (misanya dipakai untuk stub) atau sebagai media yang akan disesuaikan merupakan sauran transmisi tanpa rugi-rugi Metode Sauran Trafo ¼ λ Daam perencanaan secara grafis, untuk menentukan harga impedansi karakteristik sauran trafo ¼ λ digunakan smithchart dengan angkah-angkah sebagai berikut : 1) Menormaisasi Z terhadap Z diperoeh z = Z / Z, dan dipot pada smithchart. 2) Memutar z ke arah generator sampai memotong sumbu rii(resistif), diukur panjang putaran, diperoeh. 3) Perpotongan pemutaran z terhadap sumbu rii tersebut adaah impedansi sauran (ternormaisasi). 4) Harga Z diperoeh dengan : I Z = I Gambar 3.1 Diagram air metode sauran trafo ¼ λ a. Metode ¼ λ seri terhubung singkat Pada metode ini beberapa ha yang diperhatikan adaah:

5 1) Metode ini perhitungan panjang stub dimuai pada titik WTG = 0.25 amda (titik hubung terbuka). Titik akhir perhitungan panjang stub adaah perpanjangan garis urus antara titik perpotongan titik SWR = 0 dengan titik Z. 2) Panjang stub yang digunakan adaah panjang yang dihasikan antara kedua titik tersebut, 3) Perhitungan keuaran impedansi hasi penambahan stub adaah : Z I = b. Metode ¼ λ parae hubung terbuka 1) Mempot diagram smithchart 2) Menghitung impedansi beban ternormaisasi (Z) 3) Mempot titik Z pada smithchart 4) Mempot ingkaran SWR dengan jari-jari Z 5) Menarik garis urus menyinggung titik SWR=0 dengan titik Z hingga menyentuh ingkaran amda beban menuju generator (daerah kapasitif dan induktif). 6) Menarik titik hubung terbuka (WTG = 0.25) menuju titik Z searah jarum jam (CW). 7) Mempot hasi perhitungan Zoi dan panjang stub. c. Metode ¼ λ parae open circuit 1) Mempot diagram smith chart 2) Menghitung impedansi beban ternormaisasi (Z) 3) Mempot titik Z pada smith chart 4) Mempot ingkaran SWR dengan jari-jari Z 5) Menarik garis urus menyinggung titik SWR=0 dengan titik Z hingga menyentuh ingkaran amda beban menuju generator (daerah kapasitif dan induktif). 6) Menarik titik short circuit (WTG = 0) menuju titik B serah jarum jam (CW). 7) Mempot hasi perhitungan Zoi dan panjang stub Metode Singe Stub Untuk pembahasan angkah-angkah perencanaan, peru diketahui terebih dahuu prinsip perencanaan penyesuaian impedansi singe stub dengan menginakan smithchart. Prinsip anaisa tersebut diuraikan sebagai berikut : Gambar 3.3 Diagram Air metode singe stub Bia beban dinyatakan dengan impedansi Z, maka peru dinormaisasi terhadap Z, dipot pada smithchart. Untuk mendaptkan y diputar ke arah beban dengan VSWR yang sama sejauh ¼ λ. Tetapi bia diketahui y bisa angsung dipot. Untuk mendapatkan panjang d1, y diputar ke arah generator dengan VSWR yang sama sampai titik y =1+jb atau y =1-jb. Panjang perputaran antara y 1 1 samapai y tersebut merupakan d1. 1 angkah seanjutnya adaah menghiangkan harga +jb atau jb. Bia : 1) Stub dihubung singkat, maka untuk menghiangkan harga reaktif diatas dengan jaan memutar y ke arah beban ke titik y =. Maka 1 diperoehah panjang d2. 2) Stub dihubung terbuka, maka untuk menghiangkan harga reaktif diatas dengan jaan memutar y ke arah beban ke titik y =0. Maka 1 diperoeh panjang d2. a. Metode singe stub seri terhubung singkat 1) Mempot gambar smithchart dasar 2) Menghitung impedansi beban ternormaisasi (Z) 3) Mempot titik Z pada smithchart 4) Mempot ingkaran Z 5) Mempot garis urus memotong titik Z dan SWR=0 hingga memotong ingkaran Z di dua titik 6) Mempot garis urus antara perpotongan ingkaran Z dengan g=1 pada kedua titik perpotongan. 7) Pot titik rii Z pada smithchart. 8) Hitung panjang stub dengan menghitung panjang amda dari titik WTG =0 menuju titik rii Z 1 dan 2 9) Hitung posisi stub dari beban. b. Metode singe stub seri hubung terbuka 1) Mempot gambar smithchart dasar 2) Menghitung impedansi beban ternormaisasi (Z) 3) Mempot titik Z pada smithchart 4) Mempot ingkaran Z 5) Mempot garis urus memotong titik Z dan SWR=0 hingga memotong ingkaran Z di dua titik 6) Mempot garis urus antara perpotongan ingkaran Z dengan g=1 pada kedua titik perpotongan. 7) Pot titik rii Z pada smithchart. 8) Hitung panjang stub dengan menghitung panjang amda dari titik WTG=0.25 amda (titik terhubung singkat) menuju titik rii Z 1 dan 2 9) Hitung posisi stub dari beban. c. Metode singe stub parae terhubung singkat 1) Mempot gambar smithchart dasar

6 2) Menghitung impedansi beban ternormaisasi (Z) 3) Mempot titik Z pada smithchart 4) Mempot ingkaran Z 5) Mempot garis urus memotong titik Z dan SWR=0 hingga memotong ingkaran Z di dua titik 6) Mempot garis urus antara perpotongan ingkaran Z dengan g=1 pada kedua titik perpotongan. 7) Pot titik rii Z pada smithchart. 8) Hitung panjang stub dengan menghitung panjang amda dari titik WTG =0.25 amda (titik terhubung singkat) menuju titik rii Z 1 dan 2 9) Hitung posisi stub dari beban. d. Metode singe stub parae hubung terbuka 1) Mempot gambar smithchart dasar 2) Menghitung impedansi beban ternormaisasi (Z) 3) Mempot titik Z pada smithchart 4) Mempot ingkaran Z 5) Mempot garis urus memotong titik Z dan SWR=0 hingga memotong ingkaran Z di dua titik 6) Mempot garis urus antara perpotongan ingkaran Z dengan g=1 pada kedua titik perpotongan. 7) Pot titik rii Z pada smithchart. 8) Hitung panjang stub dengan menghitung panjang amda dari titik WTG =0 amda (titik rangkaian terhubung singkat) menuju titik rii Z 1 dan 2 9) Hitung posisi stub dari beban. 4 ANAISIS PRGRAM Pada bab ini akan dibahas mengenai jaannya program untuk menghitung penyesuaian impedansi menggunakan smith chart. Proses dimuai dengan memasukkan niai beban (Z) dan Z, serta memiih metode penyeesaian penyesuaian impedansi. Metode penyeesaian penyesuaian impedansi yang disediakan : metode sauran trafo ¼ λ yang dibagi daam 4 sub metode yaitu metode seri open circuit, seri short sirkuit, parae open sirkuit, dan parae short sirkuit, dan metode singe stub yang juga dibagi daam 4 sub metode yang sama. 4.1 PERHITUNGAN PENYESUAIAN IMPEDANSI Metode Trafo ¼ λ Metode ini digunakan untuk menghitung penyesuaian impedansi karena dengan menambah sauran transmisi terte-ntu sepanjang ¼ λ (ain dari sauran transmisi utama), akan ebih mudah menghitung impedansi karkteristik sauran yang dipakai. Bia Z = R(rii), Sauran ain dengan impedansi karakteristik Z 01 dengan panjang λ/4 dipasang angsung pada beban, dengan menggunakan rumus : (4-1) dengan: Z = impedansi karakteristik sauran transmisi utama. Bia Z = R+ jx(kompeks), yang harus diperhatikan adaah etak pemasangan sauran dengan impedansi karakteristik Z tersebut(misakan sepanjang dari beban). Dengan pertimbangan ini, maka digunakan smith chart. Berikut ini diberikan contoh perhitungan menggunakan smith chart secara manua dan dengan menggunakan perangkat unak. Suatu sauran transmisi dengan impedansi karakteristik 50Ω dan impedansi beban Z =(50+j100) Ω. Rencanakan suatu sauran trafo ¼ λ agar beban dari sauran transmisi tersebut daam kondisi bersesuaian. Penyeesaian : a. Metode seri hubung singkat: 1) Menormaisasi Z terhadap Z diperoeh z = Z / Z, dan dipot pada smith chart 2) Memutar z ke arah generator dengan VSWR yang sama sampai memotong sumbu rii(resistif), diukur panjang putaran, diperoeh. 3) Perpotongan pemutaran z terhadap sumbu rii tersebut adaah impedansi sauran (ternormaisasi) z. in 4) Menghitung Zin = zin * z 0. Sehingga 5) Menghitung harga sauran ain dengan impedansi Z diperoeh dengan I Tabe 4.1 perhitungan Zoi menggunakan metode ¼ seri hubung singkat dengan parameter Z tetap. Zo Z R +jx Zoi amda 0, , , ,1804 0, ,8119 0, ,3836 0, ,16 0, ,6781 0, ,6157 0, ,63 0, ,71 0, ,15 0, ,53 0, ,16 0, ,12 0, , ,5 0,173

7 3) Perpotongan pemutaran z terhadap sumbu rii tersebut adaah impedansi sauran (ternormaisasi) z. in 4) Menghitung Zin = zin * z 0. 5) Menghitung harga sauran ain dengan impedansi Z diperoeh dengan I Gambar 4.2 Perhitungan penyesuaian impedansi metode ¼λ seri hubung singkat dengan perangkat unak b. Metode seri hubung buka: 1) Menormaisasi Z terhadap Z diperoeh z = Z / Z, dan dipot pada smith chart 2) Memutar z ke arah berawanan generator dengan VSWR yang sama sampai memotong sumbu rii(resistif), diukur panjang putaran, diperoeh. 3) Perpotongan pemutaran z terhadap sumbu rii tersebut adaah impedansi sauran (ternormaisasi) z. in 4) Menghitung Zin = zin * z 0. 5) Menghitung harga sauran ain dengan impedansi Z diperoeh dengan I c. Metode Parae hubung singkat 1) Menormaisasi Z terhadap Z diperoeh z = Z / Z, dan dipot pada smith chart 2) Memutar Z ke arah generator dengan VSWR yang sama meewati Y sampai memotong sumbu rii(resistif), diukur panjang putaran, diperoeh. = λ. 3) Perpotongan pemutaran z terhadap sumbu rii tersebut adaah impedansi sauran (ternormaisasi) z. zin=5.8+j0. in 4) Menghitung Zin = zin * z 0. Sehingga Zin = 5.8x50 = 290 ohm 5) Menghitung harga sauran ain dengan impedansi Z diperoeh dengan I ohm d. Metode hubung buka 1) Menormaisasi Z terhadap Z diperoeh z = Z / Z, dan dipot pada smith chart 2) Memutar Y ke arah berawanan generator dengan VSWR yang sama meewati Y sampai memotong sumbu rii(resistif), diukur panjang putaran, diperoeh. Diatas teah diuraikan contoh soa menyeesaikan matching impedansi sauran trafo ¼ λ dengan menggunakan smith chart secara manua. Berikut ini adaah penyeesaian permasaahan contoh soa diatas dengan menggunakan bantuan komputer atau software, 1) Jaankan program smith Masukkan niai oad(z ) dan niai impedansi karakteristik sauran utama Z 0. 2) Piih metode ¼ amda sesuai metode yang diinginkan (rangkaian seri hubung singkat, rangkaian seri hubung terbuka,rangkaian parae hubung singkat,rangkaian parae hubung terbuka). 3) Tekan tombo execute ¼ amda, maka diperoeh hasi sesuai sesuai dengan metode yang dipiih Metode Singe Stub Metode ini diakukan dengan memberi sebuah stub yang ujungnya dihubung singkat atau dibuka dan dipasang secara parae (shunt) ataupun seri dengan sauran utama. Jenis sauran yang digunakan sebagai stub sama dengan sauran utama. Prinsipnya hanya mencari panjang etak stub terhadap beban dengan panjang stub baik stub dihubung singkat atau terbuka. Berikut ini diberikan permasaahan untuk di anaisa dengan mengerjakan secara manua dan dengan bantuan komputer(software). Sauran transmisi tanpa rugi-rugi 50 W terhubung dengan beban dengan impedansi Z = (25 - j50)w. Rancangah penyesuaian impedansi dengan singe stub agar beban tersebut sesuai (matched) dengan sauran transmisi. Penyeesaian : a. Metode seri hubung singkat: Impedansi beban ternormaisasi : beban ini dipetakan pada peta Smith dengan okasi titik Z. Seanjutnya kita gambar ingkaran S konstan meaui Z. Untuk memudahkan pemetaan, sebaiknya kita ubah impedansi beban ini ke bentuk admitansi beban, dengan cara memutar sejauh 0,25λ pada ingkaran S, sehingga diperoeh y, y = 0.4+j0.8 Titik ini berokasi di 0,115λ skaa WTG. Daam domain admitansi, ingkaran r menjadi ingkaran g, dan ingkaran x menjadi ingkaran b. Seanjutnya, kita putar beban menuju generator sejauh d, agar admitansi input ternormaisasi yd mempunyai harga rii sama dengan 1. Keadaan ini dipenuhi oeh dua titik C dan D (dari Gambar 4.5 dan 4.6), dimana kedua titik tersebut

8 memotong ingkaran g = 1. Titik C dan D ini merupakan dua aternatif penyeesaian untuk mendapatkan panjang d. 1) Menghitung panjang stub a) Di titik C, diperoeh y = 1 + j1,58, yang d etaknya 0,178 λ pada skaa WTG. Jarak antara B dan C adaah: d = (0,178-0,115) λ = 0,063 λ 1 b) Didapatkan dari perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1 suatu titik yang bia ditarik menuju titik rii berada pada titik 1.6 (daerah induktif) dan titik 3.4 (daerah kapasitif). c) Titik 1.6 dan 3.4 ini menjadi acuan perhitungan panjang stub yang akan digunakan. d) Panjang stub aternatif 1 dihitung dari titik WTG = 0 menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 pada titik 1.6 searah jarum jam (CW), ditemukan niai sebesar 0.34 λ. e) Panjang stub aternatif 2 dihitung dari titik WTG = 0 menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 pada titik 3.4 searah jarum jam (CW). Ditemukan niai sebesar 0.16 λ. 2) Menghitung posisi stub a) Dari titik Z ditarik niai rii Z ditemukan titik rii 1.0 b) Didapatkan dari perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1 suatu titik yang bia ditarik menuju titik rii berada pada titik 1.6 dan 3.4. c) Titik 1.6 dan 3.4 ini menjadi acuan perhitungan panjang stub yang akan digunakan. d) posisi stub aternatif 1 dihitung dari titik rii Z menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 pada titik 1.6 searah jarum jam (CW). Ditemukan niai sebesar 0.04 λ. e) Panjang stub aternatif 2 dihitung dari titik perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 pada titik 3.4 searah jarum jam (CW). Ditemukan niai sebesar 0.18 λ. Tabe 4.5 perhitungan panjang stub dan posisi stub dari Z dengan metode singe stub seri hubung singkat dengan parameter Z tetap. Zo R Z aternatif 1 +jx panjang stub posisi stub dari Z , , ,3339 0, , , , , , , ,34 0, , , , , , , , , , ,0861 panjang stub aternatif 2 posisi stub dari Z 0, , , , , ,1661 0, , , , ,1596 0,1955 0, , , , , , ,1619 0, , ,22574 Gambar 4.6 Perhitungan penyesuaian impedansi metode Singe stub seri hubung singkat dengan perangkat unak. b. Metode seri hubung buka: Impedansi beban ternormaisasi : Beban ini dipetakan pada peta Smith dengan okasi titik Z. Seanjutnya kita gambar ingkaran S konstan meaui Z. Untuk memudahkan pemetaan, sebaiknya kita ubah impedansi beban ini ke bentuk admitansi beban, dengan cara memutar sejauh 0,25λ pada ingkaran S, sehingga diperoeh y, y = 0.4+j0.8 Titik ini berokasi di 0,115λ skaa WTG. Daam domain admitansi, ingkaran r menjadi ingkaran g, dan ingkaran x menjadi ingkaran b. Seanjutnya, kita putar beban menuju generator sejauh d, agar admitansi input ternormaisasi yd mempunyai harga rii sama dengan 1. Keadaan ini dipenuhi oeh dua titik C dan D (dari Gambar 4.5 dan 4.6), dimana kedua titik tersebut memotong ingkaran g = 1. Titik C dan D ini merupakan dua aternatif penyeesaian untuk mendapatkan panjang d. 1) Menghitung panjang stub

9 a) Di titik C, diperoeh y = 1 + j1,58, yang d etaknya 0,178 λ pada skaa WTG. Jarak antara B dan C adaah: d = (0,178-0,115) λ = 0,063 λ 1 b) Didapatkan dari perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1 suatu titik yang bia ditarik menuju titik rii berada pada titik 1.6 dan 3.4. c) Panjang stub aternatif 1 dihitung dari titik WTG = 0.25 menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 pada titik1.6 searah jarum jam (CW). Ditemukan niai sebesar 0.09 λ. d) Panjang stub aternatif 2 dihitung dari titik WTG = 0.25 menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 pada titik 3.4 searah jarum jam. Ditemukan niai sebesar 0.4 λ. 2) Menghitung posisi stub a) Dari titik Z ditarik niai rii Z ditemukan titik rii 1.0 b) Didapatkan dari perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1 suatu titik yang bia ditarik menuju titik rii berada pada titik 1.6 dan 3.4. c) Posisi stub aternatif 1 dihitung dari titik rii Z menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 pada titik 1.6 searah jarum jam. Ditemukan niai sebesar 0.04 λ. d) Panjang stub aternatif 2 dihitung dari titik perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 antara titik 1.6 dan 3.4. Ditemukan niai sebesar 0.18 λ. c. Metode parae hubung singkat: Impedansi beban ternormaisasi : Beban ini dipetakan pada peta Smith dengan okasi titik Z. Seanjutnya kita gambar ingkaran S konstan meaui Z. Untuk memudahkan pemetaan, sebaiknya kita ubah impedansi beban ini ke bentuk admitansi beban, dengan cara memutar sejauh 0,25λ pada ingkaran S, sehingga diperoeh y, y = 0.4+j0.8 a) Dari titik Z ditarik niai rii Z ditemukan titik rii 1.0 b) Didapatkan dari perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1 suatu titik yang bia ditarik menuju titik rii berada pada titik 1.6 dan 3.4. c) Posisi stub aternatif 1 dihitung dari titik rii Y menuju titik perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1yang teah ditarik garis urus dengan SWR=1 (titik 0.18) searah jarum jam. Ditemukan niai sebesar 0.29 λ. d) Panjang stub aternatif 2 dihitung dari titik perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1yang teah ditarik garis urus dengan SWR=1 (titik 0.32). Ditemukan niai sebesar 0.43 λ. d. Metode parae hubung buka: Impedansi beban ternormaisasi : Beban ini dipetakan pada peta Smith dengan okasi titik Z. Seanjutnya kita gambar ingkaran S konstan meaui Z. Untuk memudahkan pemetaan, sebaiknya kita ubah impedansi beban ini ke bentuk admitansi beban, dengan cara memutar sejauh 0,25λ pada ingkaran S, sehingga diperoeh y, y = 0.4+j0.8 1) Menghitung panjang stub a) Didapatkan dari perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1 suatu titik yang bia ditarik menuju titik rii berada pada titik 1.6 dan 3.4. b) Panjang stub aternatif 1 dihitung dari titik WTG =0 menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 pada titik 3.4 searah jarum jam (CW). Ditemukan niai sebesar 0.34 λ. c) Panjang stub aternatif 2 dihitung dari titik WTG =0 menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 titik 1.6 searah jarum jam. Ditemukan niai sebesar 1.6 λ. 1) Menghitung panjang stub a) Didapatkan dari perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1 suatu titik yang bia ditarik menuju titik rii berada pada titik 1.6 dan 3.4. b) Panjang stub aternatif 1 dihitung dari titik WTG =0.25 menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 pada titik 3.4 searah jarum jam (CW). Ditemukan niai sebesar 0.09 λ. c) Panjang stub aternatif 2 dihitung dari titik WTG =0.25 menuju titik rii perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1 titik 1.6 searah jarum jam. Ditemukan niai sebesar 0.4 λ. 2) Menghitung posisi stub

10 2) Menghitung posisi stub a) Dari titik Z ditarik niai rii Z ditemukan titik rii 1.0 b) Didapatkan dari perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1 suatu titik yang bia ditarik menuju titik rii berada pada titik 1.6 dan 3.4. c) Posisi stub aternatif 1 dihitung dari titik rii Y menuju titik perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g=1yang teah ditarik garis urus dengan SWR=1 (titik 0.18) searah jarum jam. Ditemukan niai sebesar 0.29 λ. d) Panjang stub aternatif 2 dihitung dari titik perpotongan antara ingkaran S dan ingkaran g = 1yang teah ditarik garis urus dengan SWR=1 (titik 0.32). Ditemukan niai sebesar 0.43 λ. 5. PENUTUP 5.1 KESIMPUAN hubung buka dan singe stub seri hubung singkat, seri hubung terbuka, parae hubung singkat, parae hubung buka, dapat diambi kesimpuan bahwa: 1) Pada metode trafo ¼ λ seri hubung singkat, dengan Zo yang bertambah panjang dan Z tetap menyebabkan Zoi dan panjang geombang bertambah panjang. 2) Pada metode trafo ¼ λ seri hubung terbuka, dengan Zo yang bertambah panjang dan Z tetap menyebabkan Zoi bertambah panjang dan panjang geombang berkurang. 3) Pada metode trafo ¼ λ parae hubung singkat, dengan Zo yang bertambah dan Z tetap menyebabkan Zoi bertambah panjang dan panjang geombang berkurang. 4) Pada metode trafo ¼ λ parae hubung terbuka, dengan Zo yang bertambah panjang dan Z tetap menyebabkan Zoi bertambah panjang dan panjang geombang berkurang. 5) Pada metode singe stub seri hubung singkat, dengan Zo bertambah dan Z tetap menghasikan 2 aternative jawaban: a) Panjang stub bertambah, maka jarak stub dari Z berkurang. b) Panjang stub berkurang, maka jarak stub dari Z bertambah. 6) Pada metode singe stub seri hubung terbuka, dengan Zo bertambah dan Z tetap menghasikan 2 aternative jawaban: a) Panjang stub bertambah, maka jarak stub dari Z berkurang. b) Panjang stub berkurang, maka jarak stub dari Z bertambah. 7) Pada metode singe stub seri hubung singkat, dengan Zo bertambah dan Z tetap menghasikan 2 aternative jawaban: a) Panjang stub bertambah, maka jarak stub dari Z bertambah. b) Panjang stub berkurang, maka jarak stub dari Z bertambah. 8) Pada metode singe stub seri hubung singkat, dengan Zo bertambah dan Z tetap menghasikan 2 aternative jawaban: a) Panjang stub bertambah, maka jarak stub dari Z bertambah. b) Panjang stub berkurang, maka jarak stub dari Z bertambah. 5.2 SARAN Proyek akhir ini dapat dikembangkan ebih anjut, dan terdapat beberapa saran, antara ain : 1) Daam proyek akhir seanjutnya dapat diakukan penyesuaian impedansi untuk sauran transmisi dengan rugi-rugi. 2) Untuk proyek akhir seanjutnya dapat diakukan anaisis penyesuaian impedansi dengan metode C, doube stub, singe stub. DAFTAR PUSTAKA [1] rfanidis. Shophais J, Eectromagnetic Waves and Antennas, Rutgers University, [2] David M. Pozar, Microwave Engineering, University of Massachusetts at Ambherst, [3] Kraus, John D. And Ronad J. Marhefka, Antennas for A Apication, 3 th ed., McGraw-Hi, [4] Wiiam Sinnema, Eectronic Transmission Technoogy, RENTICE HA, INC, [5] Freeman, Roger, Teecomunications Transmission Handbook, 4 th ed., Wieyinteracience Pubication. Canada, Pembimbing I Imam Santoso, S.T., M.T. NIP BIDATA MAHASISWA Dewi Panca Wati Mahasisiwa Jurusan Teknik Eektro Program Studi Eektronika dan Teekomunikasi Fakutas Teknik Universitas Diponegoro. Mengetahui, Pembimbing II Ajub Ajuian Zahra, S.T., M.T NIP

Rangkaian Matching. Matching dengan λ/4 Line

Rangkaian Matching. Matching dengan λ/4 Line Rangkaian Matching Matching dengan λ/4 Line Matching dengan Stub Saluran Transmisi Teknik Elektro, Univ. Mercu Buana 2004 8.1 Dari Pertemuan terdahulu: Transformasi impedansi dengan pemasangan saluran

Lebih terperinci

Saluran Transmisi pada Gelombang Mikro

Saluran Transmisi pada Gelombang Mikro Sauran Transmisi pada Gembang Mikr Daam frekuensi tinggi, suatu sauran transmisi akan menimbukan efek kapasitansi dan induktansi yang terdistribusi di sepanjang sauran. Karena panjang gembang ebih keci

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

Week 8: Rangkaian Matching. Matching dengan λ/4 Line. Matching dengan Stub. Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 8 8.

Week 8: Rangkaian Matching. Matching dengan λ/4 Line. Matching dengan Stub. Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 8 8. Week 8: Rangkaian Matching Matching dengan λ/4 Line Matching dengan Stub Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 8 8.1 Dari Pertemuan terdahulu: Transformasi impedansi dengan pemasangan saluran

Lebih terperinci

Teknik Transmisi. Radio

Teknik Transmisi. Radio Teknik Transmisi By : Dwi Andi Nurmantris Radio 8. SMITH CHART (Pengenalan dan Aplikasinya) PENGENALAN SMITH CHART Skala Resistansi (bagian Real) Skala Reaktansi (bagian imajiner) Skala Sudut Koefisien

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Dibuat untuk Memenuhi SAP Mata Kuliah Praktek Saluran pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi Oleh: Martinus Mujur Rose, S.T., M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI. Oleh: Team Dosen Elkom

RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI. Oleh: Team Dosen Elkom RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI Oleh: Team Dosen Elkom 1 Fungsi : Digunakan untuk menghasilkan impendansi yang tampak sama dari impedansi beban maupun impedansi sumber agar terjadi transfer daya maksimum.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja: Peatihan dan Penghargaan Sub Pokok Bahasan Pengertian Peatihan Proses pembeajaran dan pengembangan individu Jenis-jenis peatihan karyawan Manfaat peatihan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI KEITN BELJ 2. LNSN TEOI JEMBTN WHETSTONE aam kegiatan beajar anda teah mempeajari pengukuran hgambatan dengan menggunakan ohmmeter dan menggunakan ampermeter dan votmeter dengan metoda amper-vot-meter

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda. KONTROL AIR FUEL RATIO PADA SPARK IGNITION ENGINE SISTEM EFI SEKUENSIAL MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY ADAPTIF DAPAT MENEKAN BEAYA OPERASIONAL KENDARAAN Abdu Hamid, Ari Santoso Jurusan Teknik Eektro-FTI ITS

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

Elektronika Telekomunikasi Modul 2

Elektronika Telekomunikasi Modul 2 Elektronika Telekomunikasi Modul 2 RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI (Impedance Matching Circuit) Prodi D3 Teknik Telekomunikasi Yuyun Siti Rohmah, MT Fungsi : Digunakan untuk menghasilkan impendansi yang

Lebih terperinci

PENYESUAIAN IMPEDANSI ANTENA OPEN DIPOLE RF 217 MHz MENGGUNAKAN METODE SINGLE STUB

PENYESUAIAN IMPEDANSI ANTENA OPEN DIPOLE RF 217 MHz MENGGUNAKAN METODE SINGLE STUB PENYESUAIAN IMPEDANSI ANTENA OPEN DIPOLE RF 217 MHz MENGGUNAKAN METODE SINGLE STUB Bledug Kusuma Prasaja & M., Abdulah K. Sirat Teknik Elektro FT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat,

Lebih terperinci

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01 Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01 Adib Budi Santoso 1), Prof. Ir. Gamantyo H., M.Eng, Ph.D 2), Eko Setijadi, ST., MT.,

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA

PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA UTILIZATION OF MAGNETIK FLUX AS A SOURCE OF POWER PLANT BY USING SOLENOID Muhammad Furqon Setiadi 1, Mas

Lebih terperinci

YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ

YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ Tito Tuwono,ST, M.Sc Program Studi Teknik Eektro, Fakutas Teknoogi Industri, Universitas Isam Indonesia Jaan Kaiurang km 14,5 jogjakarta 55501 titoyuwono@yahoo.com,

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI IMPEDANCE MATCHING CIRCUIT OLEH : HASANAH PUTRI ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI - RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI 1 Fungsi : Digunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK FASO DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASA ANGKAIAN LISTIK 1. Fasor Fasor adalah grafik untuk menyatakan magnituda (besar) dan arah (posisi sudut). Fasor utamanya digunakan untuk menyatakan gelombang sinus

Lebih terperinci

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Mata Peajaran : Dasardasar istrik dan eektronika Bahan Kajian : Konsep tegangan dan resistansi Keas/semester : 10/1 Potensi Dasar : Menjeaskan arus, tegangan

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal SIMAK UI 2011 Fisika Kode Soa Doc. Name: SIMAKUI2011FIS999 Version: 2012-11 haaman 1 01. Sebuah mikroskop terdiri dari ensa obyektif (f 1 = 0,5 cm) dan ensa okuer (f 2 = 2 cm). Jarak antara kedua ensa

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

Elektromagnetika II. Nama : NIM : Kelas : Tanggal Tugas : / Take Home Kuis II

Elektromagnetika II. Nama : NIM : Kelas : Tanggal Tugas : / Take Home Kuis II Nama : NIM : Kelas : Tanggal Tugas : / Take Home Kuis II Elektromagnetika II Aturan Tugas.. Soal terdiri dari soal besar. Aturan pengerjaan soal ada disetiap soal, tolong dibaca baik-baik.. Pengumpulan

Lebih terperinci

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Pertemuan Ketiga Komponen Sistem Informasi Geografis Data dan Informasi.. Data menjadi Informasi Data Pemrosesan, Pengoahan, Konversi

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI DTG2D3 ELEKTONIKA TELEKOMUNIKASI MATCHING IMPEDANCE NETWOK By : Dwi Andi Nurmantris PENDAHULUAN MATCHING IMPEDANCE NETWOK Apa Fungsi matching impedance network (IMC)??? Digunakan untuk menghasilkan impendansi

Lebih terperinci

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram blog dasar dari RF energy harvesting.

Gambar 2.1. Diagram blog dasar dari RF energy harvesting. BAB II DASAR TEORI 2.1 RF Energi Harvesting Pengertian dari energy harvesting merupakan suatu proses dimana energi dari berbagai macam sumber yang ada ditangkap dan dipanen. Sistem energy harvesting ini

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

ANALISIS RANGKAIAN RLC

ANALISIS RANGKAIAN RLC ab Elektronika ndustri Fisika. AUS A PADA ESSTO ANASS ANGKAAN Jika sebuah resistor dilewati arus A sebesar maka pada resistor akan terdapat tegangan sebesar r. Sehingga jika arus membesar maka tegangan

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013 Proceeding Seminar Nasiona Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, - Oktober PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA OPERASI PEMOTONGAN MILLING

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Antena Dipole Antena dipole tunggal adalah suatu antena resonan yang mempunyai panjang total nominal ½ λ pada frekuensi pembawa, biasanya disebut antena dipole setengah gelombang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan BAB II DASAR TEORI 2.1 Antena Antena merupakan elemen penting yang terdapat dalam sistem telekomunikasi tanpa kabel (wireless). Pemilihan antena yang tepat, perancangan yang baik dan pemasangan yang benar

Lebih terperinci

BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK

BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK 22 BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK 3.1 KONTROL RELE JARAK Input Proteksi Jarak Sinyal Kontrol S W Saluran Transmisi Output Gambar 3.1 Skema kontrol rele jarak Sistem kontrol untuk proteksi jarak dapat

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 RESONANSI

PERCOBAAN 6 RESONANSI PERCOBAAN 6 RESONANSI TUJUAN Mempelajari sifat rangkaian RLC Mempelajari resonansi seri, resonansi paralel, resonansi seri paralel PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul rangkaian

Lebih terperinci

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA Prayekti, Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Prayekti FKIP-Universitas Terbuka, emai: prayekti@mai.ut.ac.id

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

Deret Fourier dan Transformasi Fourier

Deret Fourier dan Transformasi Fourier Bab 6 caku fi58 by khbasar; sem 2-2 Deret Fourier dan Transformasi Fourier 6. Fungsi Periodik Suatu fungsi dikatakan periodik jika niai fungsi tersebut beruang untuk seang besaran tertentu. Secara definisi,

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pembagi Daya 2.1.1 Definisi Pembagi Daya Pembagi daya merupakan komponen pasif microwave yang digunakan untuk membagi daya karena baik port input maupun port output nya match.

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz) STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz) Apli Nardo Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN 1 GIRI BANYUWANGI TAHUN 2010 / 2011 AYUNAN SEDERHANA

UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN 1 GIRI BANYUWANGI TAHUN 2010 / 2011 AYUNAN SEDERHANA UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN GIRI BANYUWANGI TAHUN 00 / 0 NAMA :... NO. UJIAN :... AYUNAN SEDERHANA Tujuan : Menentukan percepatan gravitasi disuatu tempat. Aat dan bahan : - beban - penggaris

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji 5 BAB 2 DAAR PERANCANGAN COUPLER 2.1 DIRECTIONAL COUPLER Directional coupler memegang peranan penting dalam rangkaian microwave pasif. Divais ini di implementasikan dalam banyak cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan 68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT KOPLING APERTURE DENGAN FREKUENSI 2,45 GHz MENGGUNAKAN ANSOFT HFSS 11

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT KOPLING APERTURE DENGAN FREKUENSI 2,45 GHz MENGGUNAKAN ANSOFT HFSS 11 PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT KOPLING APERTURE DENGAN FREKUENSI 2,45 GHz MENGGUNAKAN ANSOFT HFSS 11 Windu Bastian, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

DTG2A3. By : Dwi Andi Nurmantris

DTG2A3. By : Dwi Andi Nurmantris DTGA3 Teknik Saluran Transmisi By : Dwi Andi Nurmantris 1. KONSEP PANTUAN DAAM SAURAN TRANSMISI Where Are We? PreTest Pre 1. Apakah penyebab pantulan dalam saluran transmisi?. Apa pengaruh pantulan dalam

Lebih terperinci

TEORI RANGKAIAN. 7/28/2012 Teori Rangkaian by Zaenab Muslimin

TEORI RANGKAIAN. 7/28/2012 Teori Rangkaian by Zaenab Muslimin TOI ANGKAIAN Pada bab ini akan dibahas penyelesaian persoalan yang muncul pada angkaian Listrik dengan menggunakan suatu teori rangkaian tertentu. Ada beberapa teori yang dibahas pada bab ini, yaitu :

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH Rusdianto 1, Syarifa Ajrinah 2, Arinda Wahyuni 3, Edward Syarif 4 1,2,3) Pascasarjana Arsitektur, Fatas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN LINGKARAN PENGUATAN KONTAN Kau Uniatera ( 0 Penuatan makimum dieroeh ada kondii : untuk dan maka enuatan G dan G 0. Untuk embaran niai G dan G yan berada diantara no dan niai makimumnya, G -max dan G -max,

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD Konferensi Nasiona Imu osia & Teknoogi (KNiT) Maret 016, pp. 56~6 ANIMAI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK IWA D 56 Desy Yekti A 1, Nani Purwati 1 AMIK BI Yogyakarta e-mai: mbesesek@gmai.com,

Lebih terperinci

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI 3.1. UMUM Antena yang akan dibuat pada penelitian adalah antena biquad dengan pencatuan aperture coupled. Ada beberapa tahapan dalam perancangan dan simulasi antena

Lebih terperinci

Struktur Baja 2 Kolom tersusun

Struktur Baja 2 Kolom tersusun Struktur Baja Koom tersusun Bagus Eratodi Struktur tersusun prismatis dengan eemen ang dihubungkan oeh peat meintang dan memiku gaa sentris Komponen struktur tersusun dari beberapa eemen ang disatukan

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

ANALISIS MESIN INDUKSI TIGA FASA DENGAN KOMPENSASI TEGANGAN. Edy Ervianto dan Suwitno ABSTRAK. Pada paper ini, diusulkan suatu bentuk

ANALISIS MESIN INDUKSI TIGA FASA DENGAN KOMPENSASI TEGANGAN. Edy Ervianto dan Suwitno ABSTRAK. Pada paper ini, diusulkan suatu bentuk JURNAL PENELTAN X (2): 1-6 (2004) rssn 08524585 ANALSS MESN NDUKS TGA FASA DENGAN KOMPENSAS TEGANGAN Edy Ervianto dan Suwitno Staf Pengajar Fakutas teknik Universitas Riau, Pekanbaru ABSTRAK Mesin induksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Filter Secara umum, filter berfungsi untuk memisahkan atau menggabungkan sinyal informasi yang berbeda frekuensinya. Mengingat bahwa pita spektrum elektromagnetik adalah

Lebih terperinci

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN MODUL ISIKA TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. SUMBER TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK Sumber tegangan bolak-balik

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI MICROSTRIP PADA ALAT UKUR KOEFISIEN PANTUL

APLIKASI TEKNOLOGI MICROSTRIP PADA ALAT UKUR KOEFISIEN PANTUL ORBITH VOL. 11 NO. JULI 015 : 86 91 APLIKASI TEKNOLOGI MICROSTRIP PADA ALAT UKUR KOEFISIEN PANTUL Oleh: Budi Basuki Subagio Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedarto,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL- BAND ( 2,4 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN STUB PADA SALURAN PENCATU

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL- BAND ( 2,4 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN STUB PADA SALURAN PENCATU PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUA- BAND ( 2,4 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN STUB PADA SAURAN PENCATU Eden Herdani, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja Manajemen Kinerja Pertemuan ke-ima Pokok Bahasan: Peniaian Kinerja Manajemen Kinerja, 2 sks CHAPTER 5 PENILAIAN KINERJA 1 Pokok Bahasan: Pengertian peniaian kinerja Proses peniaian kinerja Faktor-faktor

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya 1 Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya Rudy Yuwono Abstrak -Televisi-televisi swasta di Indonesia bekerja menggunakan frekuensi yang berbeda-beda. Dilakukan analisa menggunakan antena UWB

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

BAB III TAPPING DAN TAP CHANGER 3.1 Penentuan Jumlah Tap Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik.

Lebih terperinci

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi MODUL 4 (MEKNIK TEKNIK) 27 43 Muatan tak angsung untuk peengkung 3 sendi 431 Pendahuuan eperti pada baok menerus, pada peengkung 3 sendi ini pun terdapat muatan yang tak angsung Pada kenyataannya tidak

Lebih terperinci

Perancangan Tunable Interdigital Bandpass Filter

Perancangan Tunable Interdigital Bandpass Filter Perancangan Tunable Interdigital Bandpass Filter Pada Rentang Frekuensi 680-950 MHz Bima Taufan Prasedya 1, Bambang Setia Nugroho 2, Budi Syihabbuddin 3 Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 1 bimataufanp@gmail.com

Lebih terperinci

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI Jaringan komunikasi secara berkala harus memilih satu band frekuensi dan mengabaikan (attenuasi) frekuensi yang tidak diinginkan. Teori filter modern menyediakan metode untuk

Lebih terperinci

BAB V SPIRAL TRANSISI

BAB V SPIRAL TRANSISI MINGGU 7 & 8 Diskripsi singkat Manfaat Reevansi Learning Outcome : materi minggu ini berisi tentang engkung atau busur transisi yang berupa engkung prira atau kotoid, dengan sifat-sifatnya dan kegunaannya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA SALURAN MIKROSTRIP ANTARA METODE SINGLE STUB DAN DOUBLE STUB

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA SALURAN MIKROSTRIP ANTARA METODE SINGLE STUB DAN DOUBLE STUB TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA SALURAN MIKROSTRIP ANTARA METODE SINGLE STUB DAN DOUBLE STUB O L E H ETERNAL DEAN REFISIS NIM : 050402006 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1 Pengertian Antena Antena merupakan salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik akan

Lebih terperinci

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT 3.1. Pendahuluan Antena slot mikrostrip menggunakan slot berbentuk persegi panjang ini merupakan modifikasi dari desain-desain

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA Pengukuran terhadap antena dilakukan setelah antena dirancang. Pengukuran dilakukan untuk dua buah antena yaitu antena mikrostrip array elemen dan antena mikrostrip

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement Bab III Sudi Kasus Mode Doube Decremen Pada bab ini, akan dieaskan erebih dahuu mengenai beberapa definisi daam eori Doube Decremen. Seanunya akan dibahas benuk kuanifikasi dependensi daam kasus Doube

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk

BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk BAB II DASAR TEORI 2.1 Filter Filter atau tapis didefinisikan sebagai rangkaian atau jaringan listrik yang dirancang untuk melewatkan atau meloloskan arus bolak-balik yang dibangkitkan pada frekuensi tertentu

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci