PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BAGI SISWA KELAS IX J DI SMPN 3 CIMAHI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BAGI SISWA KELAS IX J DI SMPN 3 CIMAHI"

Transkripsi

1 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BAGI SISWA KELAS IX J DI SMPN 3 CIMAHI Kokom Komaria SMPN 3 Cimai Komarya@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetaui penerapan metode pembelajaran problem soling model Polya serta peningkatan asil belajar siswa setela mengikuti kegiatan pembelajaran. Secara kusus penelitian ini bertujuan untuk: (I) mendiskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran problem soling model polya pada program pembelajaran intensif siap mengadapi UN 2011 pada mata pelajaran matematika yang mengacu pada SKL, (2) mengetaui peningkatan kemampuan memecakan masala matematika siswa kelas IX J SMPN 3 Cimai dengan metode pembelajaran problem soling model polya. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX J SMPN 3 Cimai yang terdiri dari 40 siswa pada tanggal 14 Maret sampai 26 maret Rancangan penelitian yang digunakan adala penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus I membaas tentang menyelesaikan masala yang berkaitan dengan perbandingan. Siklus II membaas tentang menyelesaikan masala yang berkaitan dengan jual-beli dan perbankan atau koperasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan memecakan masala adala asil belajar siswa melalui tes pada akir masingmasing siklus. Hasil penelitian menunjukkan bawa metode pembelajaran problem soling model Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecakan masala matematika. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan rata-rata nilai asil belajar siswa seperti berikut ini. Rata- rata asil belajar siswa pada siklus I meningkat sebesar 3,7 yaitu dari 52,4 menjadi 56,1. Sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 8,9 yaitu dari 56,1 menjadi 65. Dengan pembelajaran ini siswa lebi teliti dalam mengerjakan suatu soal, seingga tingkat kesalaan dalam mengerjakan soal juga berkurang. Kendala yang masi diadapi adala kurangnya kemampuan siswa dalam materi apersepsi yang mendukung penyelesaian masala. Kata kunci: problem soling model Polya PENDAHULUAN Latar Belakang Masala Perubaan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacer centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diarapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetauan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa memperole kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetauannya seingga mereka akan memperole pemaaman yang mendalam (deep learning) dan pada akirnya dapat meningkatkan kualitas asil belajar siswa. Pembelajaran yang inoatif dengan pendekatan berpusat pada siswa (student centered learning) memiliki keragaman metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa. Metode- metode tersebut antara lain adala: a) berbagi informasi ; (b) belajar dari pengalaman PM-181

2 Kokom Komaria / Penerapan Metode Pembelajaran (experience Based); (c) pembelajaran melalui pemecaan masala (problem soling based). Problem Soling dapat diartikan sebagai rangkaian aktiitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masala yang diadapi secara ilmia. Terdapat 3 ciri utama dari problem soling. 1. problem soling merupakan rangkaian aktiitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Soling ada sejumla kegiatan yang arus dilakukan siswa. Problem Soling tidak mengarapkan siswa anya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian mengafal materi pelajaran, akan tetapi melalui problem soling siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengola data, dan akirnya menyimpulkan. 2. Aktiitas pembelajaran diarakan untuk menyelesaikan masala. problem soling menempatkan masala sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masala maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. 3. Pemecaan masala dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmia. Berpikir dengan menggunakan metode ilmia adala proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmia dilakukan melalui taapan-taapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masala didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Sala satu model pemecaan masala adala model Polya. Langka-langka dalam pembelajaran problem soling menurut Polya ada 4, yaitu : (1) memaami masala, (2) menentukan rencana strategi penyelesaian masala, (3) menyelesaikan strategi penyelesaian masala, dan (4) memeriksa kembali jawaban yang diperole. Pembelajaran ini dimulai dengan pemberian masala, kemudian siswa berlati memaami, menyusun strategi dan melaksanakan strategi sampai dengan menarik kesimpulan. Guru membimbing siswa pada setiap langka problem soling dengan memberikan pertanyaan yang mengara pada konsep. Dalam implemantasinya di lapangan sampai saat ini proses pembelajaran yang berpusat pada siswa masi mengalami banyak kendala. Sala satu kendalanya adala rendanya kemampuan siswa dalam memecakan masala yang ditandai dengan (1) rendanya kemampuan siswa dalam menganalisis masala, (2) rendanya kemampuan siswa dalam merancang rencana penyelesaian masala, dan (3) rendanya kemampuan siswa dalam melaksanakan peritungan terutama yang berkaitan dengan materi apersepsi yang mendukung proses pemecaan masala. Mengacu pada berbagai teori diatas maka metode problem soling model Polya sangat tepat untuk diterapkan sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masala matematika. Rumusan Masala Berdasarkan latar belakang masala di atas, masala penelitian ini dirumuskan, apaka penerapan metode problem soling model Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masala matematika? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adala : Untuk mengetaui apaka penerapan metode problem soling model Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masala matematika. Manfaat Penelitian Menyimak uraian pada tujuan penelitian tersebut di atas, dan dengan tercapainya tujuan tersebut dapat dipetik manfaat penelitian, yaitu: 1. Bagi guru; jika penerapan metode problem soling model Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masala, maka dalam menentukan metode pembelajaran, metode problem soling model Polya tepat untuk digunakan. 2. Bagi siswa; akan tumbu kesadaran pentingnya mengembangkan kemampuan dalam PM-182

3 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 memecakan masala matematika, seingga masala akan dengan muda terselesaikan. 3. Bagi dunia pendidikan; bawa paradigma pendidikan sekarang beruba ke ara student centre yang berarti bawa proses pembelajaran lebi ditekankan pada aktiitas siswa sebagai konsekuensinya siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masala. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adala penelitian tindakan kelas, dilaksanakan pada program pembelajaran intensip siap UN 2011 yang dilaksanakan mulai tanggal 14 Maret sampai 26 maret Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam 3 pertemuan yang masing- masing berdurasi 2 x 40 menit. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adala seluru siswa kelas IX J taun pelajaran , di lingkungan SMP Negeri 3 Cimai Kota Cimai. sebanyak 40 orang terdiri dari 23 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa laki- laki. Prosedur Penelitian Secara garis besar penelitian yang dilakukan ini dapat dibagi menjadi empat taap, yaitu 1. Taap Persiapan Taap persiapan ini meliputi :(a) Menentukan Subyek Penelitian, (b) Menentukan banyak siklus dan (c) Membuat Alat Pengumpul Data 2. Taap Pelaksanaan a. Melaksanakan siklus I berdasarkan rencana tindakan 1. b. Melakukan analisis teradap informasi pada instrumen penelitian pada siklus I, serta merefleksi kekurangan dan kelebian dalam pembelajaran pada siklus I. c. Merencanakan tindakan 2 untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I d. Melaksanakan siklus II berdasarkan rencana tindakan 2 e. Melakukan analisis teradap informasi pada instrumen penelian pada siklus II, serta merefleksi kekurangan dan kelebian dalam pembelajaran pada siklus II. f. Data-data yang diperole pada setiap siklus tindakan diola untuk mengetaui sejau mana peningkatan kemampuan siswa dalam memecakan masala dengan menerapkan metode problem soling model Polya. 3. Taap Ealuasi dan refleksi Ealuasi: Menganalis asil belajar siswa untuk mengetaui keberasilan penerapan metode problem soling yang tela dilaksanakan pada tiap siklus. Refleksi: Mereiew proses pembelajaran yang suda dilaksanakan untuk mengetaui factor-faktor pendukung dan kendala yang diadapi. 4. Taap pelaporan Pelaporan direalisasikan dalam bentuk makala. Instrumen dan Teknik Analisis Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adala instrumen pengumpul data asil penelitian yaitu berupa Instrumen kinerja siswa berkenaan dengan kemampuan siswa dalam strategi pemecaan masala. Instrumen ini memuat penilaian teradap komponen indikator kemampuan pemecaan masala matematika yang mengacu pada langka- langka pemecaan masala model Polya yang meliputi kemampuan memaami masala (understanding te PM-183

4 Kokom Komaria / Penerapan Metode Pembelajaran problem), merencanakan penyelesaian (deising a plan), melaksanakan peritungan (carrying out te plan), dan memeriksa kembali proses atau asil (looking back). Teknik analisis data dilakukan dengan menganalisis kinerja siswa dalam menyelesaikan masala matematika melalui penskoran. Skor penilaian yang digunakan adala cara yang lazim dilakukan, yaitu skala Seingga untuk mengetaui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masala dilakukan dengan meliat peningkatan rata- rata asil belajar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setela data terkumpul melalui obserasi dan analisis instrument pengumpul data mengenai kinerja siswa dalam menyelesaikan masala ternyata menunjukkan bawa metode problem soling model polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecakan masala matematika dengan rincian sebagai berikut: 1. Kemampuan pada aspek menganalisis masala, ditunjukan dengan kemampuan siswa dalam menentukan apa yang diketaui, apa yang ditanyakan, dan apa yang diperlukan. 2. Kemampuan dalam merencanakan penyelesaian masala, ditunjukkan dengan kemampuan mengkoneksitas atau menentukan konsep-konsep yang terkait yang mendukung proses pemecaan masala. 3. Kemampuan melakukan peritungan sesuai dengan yang direncanakan, al ini ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyelesaikan peritungan secara sistematis sesuai dengan taap- taap yang direncanakan. 4. Kemampuan mengoreksi langka- langka penyelesaian yang suda dilakukan, al ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang meragukan asil akir setela proses peritungan dan tertuntut untuk mengoreksi kembali langka- langka penyelesaian yang saling terkait. Pada siklus 1 siswa melakukan pemecaan masala sesuai dengan model Polya. Pada proses menganalisis masala siswa suda terampil menentukan factor yang diketaui,dan factor yang ditanyakan. Namun masi ditemukan kendala dalam menyusun rencana penyelesaian masala dikarenakan al- al seperti berikut ini: 1. Sempitnya wawasan siswa teradap konsep-konsep yang terkait dengan suatu masala. 2. Kurangnya kemampuan siswa dalam materi apersepsi. Karena keterbatasan tersebut maka kemampuan siswa dalam memecakan masala belum ada peningkatan yang signifikan yaitu baru terjadi kenaikan rata- rata nilai sebesar 3,7 yaitu dari 52,4 menjadi 56,1. Berdasarkan asi refleksi pada siklus 1 maka disusun rencana untuk pelaksanaan siklus 2 yaitu dengan penugasan terstruktur mengenai keterampilan siswa dalam menyusun rencana penyelesaian masala dengan menekankan pada keterampilan siswa menganalisis konsep- konsep yang terkait dari suatu masala matematika yang diberikan dan mengingatkan kembali penguasaan materi apersepsi yang terkait tersebut. Dengan diterapkannya rencana tersebut pada siklus ke- 2 terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam memecakan masala, al ini bisa diliat dari adanya peningkatan ratarata nilai sebesar 8,9 yaitu dari 56,1 menjadi 65,0. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembaasan teradap masala dalam tulisan ini maka dapat disimpulkan bawa, metode problem soling model polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecakan masala matematika. Langka- langka pemecaan masala model polya dapat membimbing kreatiitas siswa dalam menyelesaikan masala secara ilmia. Hal ini memotiasi siswa untuk dapat belajar secara mandiri dan melati siswa untuk berpikir logis dan teliti seingga kesalaan siswa dalam proses menyelesaikan massala terkontrol dengan dilakukannya looking back teradap langka- langka yang tela dilakukan. Berdasarkan asil analisis data, kendala yang diadapi ole siswa kelas IX dalam memecakan masala matematika yang terkait dengan SKL adala: PM-184

5 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei Sempitnya wawasan siswa tentang keterkaitan antar konsep dalam matematika, seingga siswa kesulitan dalam menyusun strategi pemecaan masala. 2. Rendanya kemampuan siswa pada materi apersepsi yang terkait seingga siswa perlu diingatkan lagi, akibatnya pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien karena dalam kenyataannya banyak ditemukan siswa yang sama sekali tidak mengetaui tentang materi apersepsi tersebut dan al ini menuntut guru untuk kembali memberikan pembelajaran ulang (remedial). Untuk mengatasi kedua kendala tersebut, maka penulis menyarankan, agar pembelajaran matematika dibuat seperti pesan berangkai. Hal ini sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika yang sala satunya adala bersifat spiral artinya konsep sebelumnya merupakan fondasi bagi keberasilan penguasaan materi selanjutnya. Untuk mewujudkannya sepanjang perjalanan jenjang kelas siswa arus ditantang dengan masala- masala matematika yang dalam penyelesaiannya mengaitkan beberapa konsep terdaulu yang suda dipelajari seingga imforcement atau penguatan konsep yang tela dikuasai siswa dapat dipertaankan. DAFTAR PUSTAKA Adjie, N. dan Maulana. (2006). Pemecaan Masala Matematika. Bandung : UPI Press Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inoatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Amadi, A. & Prasetya, J.T. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Daar, R.W.(1996). Teori-Teori Belajar, Jakarta; Erlangga. Jones, T. (2000). Instructional Approaces to Teacing Problem Soling in Matematics : Integrating Teories of Learning and Tecnology. Final Paper, EDUC6100 Suarsimi Arikunto (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. J Jakarta: Rineka Cipta. Wayudin. (2007). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Bandung : Sekola Pascasarjana UPI Bandung. LAMPIRAN Conto masala untuk menguji kemampuan menyelesaikan masala berkaitan dengan skala dan perbandingan. Sebua gedung direncanakan selesai dibangun selama 20 ari ole 28 pekerja. Setela dikerjakan 8 ari, pekerjaan dientikan seama 4 ari. Jika kemampuan bekerja setiap orang sama dan supaya pembangunan gedung selesai tepat waktu, banyak pekerja tambaan yang diperlukan adala Alternatif cara penyelesaian ke-1: Langka- langka Penyelesaian: 1. Analisis masala Berdasarkan konteks cerita, masala termasuk perbandingan berbalik nilai Diketaui: Banyak pekerja 28 orang kesanggupan waktu 20 ari Waktu yang suda dilaksanakan 8 ari maka sisa waktu tinggal 20-8 = 12 ari. Dari 12ari sisa waktu, pekerjaan diistiraatkan selama 4 ari, maka sisa waktu yang masi tersedia adala 12-4 = 8 ari PM-185

6 Kokom Komaria / Penerapan Metode Pembelajaran Artnya yang searusnya diselesaikan selama 12 ari lagi ole 28 pekerja arus diselesaikan dalam waktu 8 ari. Karena al tersebut maka diperlukan penambaan pekerja. 2. Rencana penyelesaian Masala Menerapkan pola penyelesaian perbandingan berbalik nilai Waktu ideal = waktu yang tersedia Banyak pekerja yang diarapkan Banyak pekerja yang suda tersedia 3. Melakukan peritungan sesuai yang direncanakan Misal banyak pekerja yang diarapkan adala x 12 x = 8 28 Penyelesaian soal dilanjutkan dengan mengaitkan pada materi system persamaan linier satu ariable dalam bentuk pecaan Siswa diarakan untuk berpikir logis, Fokus masala: menentukan berapa nilai x ( satu x) Ruas kiri dan ruas kanan dikalikan dengan 28, seingga diperole: 12 x 28 x = 28 x x28 = x 8 x = 42 Artinya pekerjaan akan selesai tepat waktu jika dikerjakan ole 42 orang pekerja. Kesimpulan: Dengan demikian diperlukan penambaan pekerja sebanyak 42 orang 28 orang =14 0rang. 4. Looking back Proses konfirmasi dengan mensubtitusiakan 14 teradap x pada persamaan 12 x = = x 28 = 42 x 8 Mengasilkan pernyataan benar Alternatif penyelesaian ke- 2: 1. Analisis masala sama dengan di atas. 2. Rencana pemecaan masala Dengan mengkomunikasikan masala ke dalam diagram. Misal perkalian jumla pekerja dengan waktu didefinisikan sebagai olume pekerjaan. Maka: Rencana awal didefinisikan sebagai berikut: Total Volum pekj= 28 orang x 20 ari = 560 Volum pekj dalam 8 ari pertama yang suda dilaksanakan = 28 orang x 8 ari = 224 PM-186

7 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 Volum pekj selama diberentikan 4 ari 0 orang x 4ari = 0 ( 0 orang artinya tidak ada satu orangpun yang bekerja) Jadi sisa olum pekj = 336 Seingga formula yang dipergunakan untuk mengetaui total pekerja yang diperlukan adala sisa olum pekj : sisa waktu yang tersedia, yaitu: 336 : 8 = 42 Dengan demikian diperlukan tambaan pekerja sebanyak = 14 orang. Jika dikomunikasikan dalam diagram seperti berikut ini, Total Volum pekj 20 x 28 = 560 Volum pekj dalam 8 ari = 8 x 28 = 224 Volum pekj dalam 4 ari istr = 4 x 0 = 0 Sisa Volum pekyang arus diselesaikan dalam sisa waktu 8 ari 336 Total pekerja? Tambaan Pekerja? Conto masala untuk menguji kemampuan menyelesaikan masala berkaitan dengan jual-beli dan perbankan atau koperasi. Sebua pedagang menjual jam tangan dengan arga Rp ,00. Pedagang tersebut mendapat untung 32%. Harga pembelian jam tangan tersebut adala.. Alternatif cara penyelesaian: 1. Analisis soal Diketaui: Harga jual = Rp ,00. PM-187

8 Kokom Komaria / Penerapan Metode Pembelajaran Besar keuntungan = 32%. Ditanyakan: Harga beli 2. Rencana pemecaan masala Landasan : Definisi: besar keuntungan adala prosentase keuntungan dikali arga pembelian Konsep untung, adala Harga jual > arga beli maka masala dirumuskan dengan: Harga jual = arga beli + keuntungan 3. Proses peritungan Misal arga beli = b dan arga jual = j Maka: Harga jual = arga beli + keuntungan j = b + 32% x b 132 j = b ( dikaitkan dengan operasi bilangan pecaan) b = j : b = : 100 b = Looking Back Mengkonfirmasi kebenaran penyelesaian dengan dua konsep tentang keuntungan. Harga beli = Rp ,00 Harga jual = Rp ,00 Konsep 1 Besar keuntungan = Harga jual Harga beli = Rp ,00 - Rp ,00 = Rp ,00 Konfirmasi dengan konsep 2. Besar keuntungan = prosentasi keuntungan x arga beli Besar keuntungan = 32% x Rp ,00 = Rp ,00 Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bawa arga beli jam tangan adala Rp ,00 PM-188

9 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PENGARUH FAKTOR PERTUMBUHAN POPULASI TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH DENGUE Kusbudiono dan Basuki Widodo Jurusan Matematika ITS Surabaya Abstrak Demam Berdara Dengue tela menjadi sala satu penyakit yang tergolong epidemik dan endemik serta belum ditemukan obatnya. Pada daera dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi tingkat penyebaran juga akan semakin tinggi. Sala satu model pertumbuan penduduk adala model pertumbuan populasi logistik akan dapat meramalkan tingkat kepadatan penduduk. Selama ini antara pertumbuan penduduk dengan epidemik suatu penyakit dianggap sebagai sesuatu yang terpisa. Ole karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba mengaitkan antara laju pertumbuan populasi dari model pertumbuan populasi logistik dengan epidemi penyakit demam berdara Dengue. Metode penelitian pada tesis ini adala studi pustaka dan simulasi model, nantinya akan dikaji model pertumbuan populasi logistik. Selain itu juga akan dibaas kaitan antara pertumbuan populasi dengan epidemi penyakit demam berdara Dengue. Hasil dari penelitian ini adala penyelesaian dan simulasi model pertumbuan logistik dan model epidemi penyakit demam berdara Dengue. Selain itu juga diasilkan bawa laju pertumbuan populasi berpengaru dalam epidemi penyakit demam berdara Dengue. Kata kunci: laju pertumbuan populasi, model pertumbuan populasi logistik PENDAHULUAN Perubaan jumla populasi populasi setiap waktu merupakan sala satu penanda terjadinya pertumbuan populasi yang dipengarui ole jumla kelairan, kematian dan migrasi. Sala satu model pertumbuan adala model pertumbuan kontinu kususnya model logistik. Dimana model pertumbuan logistik tersebut tentunya mempunyai kelebian dan kekurangan. Dengan diketauinya banyaknya kelairan, kematian dan migrasi maka laju perubaan populasi dapat diitung. Kembali pada model pertumbuan logistik, model ini merupakan pengembangan dari model pertumbuan eksponensial yang pertama kali dicetuskan ole Maltus. Model pertumbuan logistik ini pertama kali dicetuskan ole Pierre Velust pada taun 1838.(Mucyidin, 2009) Sala satu conto terapan model matematika yang diambil dalam penelitian ini adala bidang keseatan, yaitu terjadinya penyebaran penyakit demam berdara. Penyakit demam berdara Dengue merupakan sala satu penyakit menular yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa / waba. Nyamuk penularnya (Aedes aegypti) dan irus Dengue tersebar luas, seingga penularan penyakit demam berdara dengue terjadi di semua tempat / wilaya yang terdapat nyamuk penular penyakit tersebut. (Agusybana, 2005) Untuk itu perlu dikembangkan suatu sistem sureilans yang didukung ole sistem komputer dan teknologi informasi. Sebelum digunakan, diberikan pelatian kepada para tenaga yang akan mengoperasikannya.(agusybana, 2005). Sala satu alat untuk menunjang sistem tersebut adala model matematika yang berbentuk sistem persamaan differensial biasa order satu. Dalam penelitian ini akan dilakukan simulasi dan analisa dengan menyelesaikan model tersebut secara numerik dengan metode Runge-Kutta. Pada daera dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi maka akan mening-katkan angka kejadian. (Djallalluddin dkk, 2004). Laju kelairan dan kematian tidak anya berpengaru teradap perubaan jumla populasi. Akan tetapi keduanya juga berpengaru teradap epidemi penyakit. M-209

10 Kusbudiono / Pengaru Faktor Pertumbuan Sala satunya adala penyakit demam berdara Dengue. Selama ini antara pertumbuan penduduk dengan epidemik suatu penyakit dianggap sebagai sesuatu yang terpisa. Ole karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba mengaitkan antara laju pertumbuan populasi dari model pertumbuan populasi logistik dengan epidemi penyakit demam berdara Dengue. Pada bagian awal akan dikaji macam-macam model pertumbuan populasi. Selanjutnya dari baasan mengenai pertumbuan populasi penduduk ini diperole permasalaan sebagai berikut a. Bagaimana pengaru laju pertumbuan logistik teradap dinamika penyebaran penyakit demam berdara Dengue? b. Bagaimana penyelesaian dan simulasi model pertumbuan logistik dan model penyebaran penyakit demam berdara? Tujuan utama dari penulisan tugas akir ini adala untuk menganalisa model pertumbuan populasi dan kaitannya dengan epidemi penyakit demam berdara. Untuk mencapai tujuan tersebut, terlebi daulu akan dikaji model pertumbuan populasi kontinu yang didalamnya membaas model pertumbuan eksponensial dan logistik kemudian dikaji juga model penyebaran demam berdara. Tujuan berikutnya adala dari data-data yang diperole dilakukan simulasi dengan terlebi daulu membuat program penyelesaian dari model logistik dan model penyebaran demam berdara tersebut. Manfaat yang dapat diperole dari penelitian ini adala sebagai berikut: a. bagi peneliti akan diperole tambaan informasi mengenai pengaru dari laju pertumbuan penduduk teradap penyebaran penyakit demam berdara dengue, b. bagi Dinas Keseatan Kabupaten kususnya puskesmaspuskesmas dengan menggunakan metode pada penelitian ini akan diperole taksiran jumla penderita demam berdara Dengue. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kajian pustaka dengan melakukan studi literature dan pengumpulan referensi mengenai teori-teori yang mendukung penyelesaian penelitian ini, antara lain : a. penyakit demam berdara dengue, b. model matematika dari pertumbuan logistik, c. model matematika dari penyebaran penyakit demam berdara dengue, d. penyelesaian dari model matematika penyebaran penyakit demam berdara. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Model Pertumbuan Populasi Logistik Model pertumbuan populasi logistik ini merupakan penyempurnaan dari model pertumbuan eksponensial diatas. Pada model ini jumla populasi dipengarui ole besar kecilnya daya dukung lingkungan seperti suplai makanan, tempat tinggal, kualitas bangunan dan lain sebagainya. Dengan al tersebut diarapkan model ini mempunyai penyimpangan data populasi yang sangat kecil atau mempunyai kemiripan dengan data yang sebenarnya. Untuk mengkonstruksi model pertumbuan ini diasumsikan bawa besarnya perubaan populasi ( t ) dalam selang waktu t sebanding dengan: (1) banyaknya populasi pada saat t, y( t ) (2) selang waktu t (3) proporsi sisa banyaknya indiidu dalam populasi yang belum digunakan (1 adala jumla maksimum banyaknya indiidu dalam suatu populasi. y K ). Dengan K berarti Seingga dari asumsi-asumsi diatas diperole ubungan () y( t) y( t) 1 yt t yang K M-210

11 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 y y( t) ry( t) 1 t (3.1) K dengan r merupakan konstanta kesebandingan. Hasil tersebut memberikan laju pertumbuan populasi logistik sebagai berikut dy y() t ry( t) 1 (3.2) dt K Dengan cara yang sama pada persamaan pertumbuan ekspoennsial didapat solusi kusus persamaan (3.2) Ky0 yt () (3.3) rt K y e y dari persamaaan (3.3) untuk t didapat y t lim x 0 0 Ky K y e y 0 rt 0 0 Hal tersebut berarti untuk jangka waktu yang sangat lama terdapat jumla maksimum dari populasi tersebut yang membatasi pertumbuan populasinya. Sebagai ilustrasi akan dilakukan simulasi model dengan menggunakan data penduduk Indonesia antara taun yang ditunjukkan ole tabel 1. Tabel 1. Daftar Jumla Penduduk Indonesia Taun Jumla Penduduk Indonesia Dari tabel 1. terliat bawa dari mulai taun jumla penduduk Indonesia mengalami kenaikan. Secara umum terliat dari awal taun pada tabel bila dibandingkan dengan akir taun pada tabel tela terjadi kenaikan jumla penduduk. Untuk menentukan model logistik dengan data jumla penduduk Indonesia pada tabel 1, terlebi daulu arus diketaui nilai K dan r. Sala satu caranya adala melakukan pelinieran solusi persaman logistik pada persamaan (3.3). Pelinieran solusi tersebut dapat mengunakan metode nonlinier least squares estimation yang memenui persamaan berikut: dengan 1 yi 2 3t 1 e β1 y merupakan jumla populasi pada saat t, i populasi, β 2 jumla populasi pada saat t = 0 dan β 3 kontrol laju pertumbuan populasi. Pada tabel 1, jumla penduduk Indonesia masi berada dibawa , dengan demikian dapat dipili nilai β 1 = Selanjutnya dimisalkan t = 0 adala taun 1961 dengan satuan waktu 10 taun kemudian substitusikan kedalam persamaan (3.5) dan menggunakan nilai y 0 = dari data tabel 1 serta diasumsikan error adala 0, maka diperole 2 1,137 (3.6) dengan cara yang sama, untuk t 1 = 1 pada taun 1971 diperole β 3 = 0,281. Dan dengan memadankan persamaan (3.3) dengan persamaan (3.5) diperole M-211 i 1 K (3.4) (3.5) adala nilai asimtotik pertumbuan

12 Kusbudiono / Pengaru Faktor Pertumbuan K (3.7) r 0,281 Selanjutnya dengan mensubtitusikan nilai pada persamaan (3.7) kedalam persamaan (3.3) serta mensubtitusikan persamaan (3.6) dan (3.7) kedalam persamaan (3.5), diperole yt () (3.8) 0,281t e untuk persamaan logistik dan untuk persamaan logistic least square. yt () ,454 0,0361t 1 e Tabel 2. Daftar Perbandingan Jumla Penduduk Indonesia Hasil Sensus dan Hasil Model Taun Sensus Model LLS (3.9) Gambar 1. Grafik Perbandingan Jumla Penduduk Indonesia Hasi Sensus dan Hasil Model Dari persamaan (3.8) dan (3.9) diatas diperole jumla taksiran model pertumbuan logistik seperti pada tabel diatas. Dari tabel (2) maupun seperti terliat dari gambar (1) diatas, model pertumbuan logistik dan metode LLS cukup signifikan untuk menaksir pertumbuan populasi antara taun Kajian Model Penyebaran Demam Berdara Dengue Model Matematika Model transmisi demam berdara Dengue yang digunakan dalam penelitian ini adala sebagai berikut: M-212

13 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 d b S N S I S dt T NT d b I S I r I dt NT d R ri R dt d b S D S I S dt NT d b I S I I dt NT (3.10) Dengan kondisi-kondisi: NT S I R dan N S I (3.11) dimana: S : sub populasi seat yang dapat ternfeksi demam berdara Dengue, I : sub populasi indiidu yang terinfeksi ole irus demam berdara Dengue, R : sub populasi indiidu yang sembu dari penyakit demam berdara Dengue, S : sub populasi nyamuk seat yang rentan terinfeksi, I : sub populasi nyamuk yang terinfeksi. Jumla total populasi diasumsikan konstan untuk kedua populasi manusia dan ektor. Jadi tingkat perubaan bagi manusia total dan populasi ektor sama dengan nol. Untuk populasi D manusia diperole λ = µ. Sedangkan jumla populasi ektor adala N. Kemudian dengan memisalkan S S I, I NT N, R S R, S T N T N dan I I N persamaan (3.10) dinormalkan menjadi ds SI S dt di SI dt r I (3.12) di 1 I I I dt D dengan b dan γ = bβ n untuk n dan semuanya memenui kondisi S + I + R = 1 NT dan S + I =1. Hubungan Pertumbuan Populasi dengan Epidemi Demam Berdara Dengue. Menentukan Laju Pertumbuan Penduduk Laju pertumbuan penduduk berubungan erat dengan dengan jumla kelairan dan kematian pada suatu populasi. Untuk menentukan laju pertumbuan penduduk yang dapat M-213

14 Kusbudiono / Pengaru Faktor Pertumbuan digunakan sebagai acuan memprediksi dinamka penduduk dimasa yang akan datang memerlukan data relatif omogen. Selanjutnya dari data laju pertumbuan ini akan diola sebagai informasi dn pada model epidemi penyakit demam berdara Dengue. Misalkan rt () dt merupakan laju N pertumbuan yang bergantung pada waktu. Untuk mengestimasi laju pertumbuan populasi r(t) dengan interpolasi linier dari data suatu populasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Misalkan N i dan N i+1 adala ukuran sensus yang berurutan dari jumla populasi saat t i dan t i+1. Dengan N Ni 1 N i, t ti 1 t i dan N N( t t) N( t ), b) jika, N N t ti ti 1 t t, maka diperole estimasi () N rt, tn() t t c) aproksimasi yang baik diperole dengan mengganti N(t) dengan N t. 2 Selanjutnya persamaan pada pernyataan ke-2 diatas dapat ditulis dalam bentuk 1 t t t dn r( t) N( t) dan dengan menggunakan deret Taylor diperole N t N() t N 2 2 dt. Dan berdasarkan persamaan diatas, laju pertumbuan penduduk dapat diaproksimasi dengan persamaan berikut: t N() t t rt () (3.13) 2 N Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (3.13) dan data pada tabel (1) didapat data r(t) pada tabel 3. Dari tabel (3) terliat bawa laju pertumbuan penduduk Indonesia antara taun bernilai positif. Hal tersebut berarti bawa pada kurun waktu tersebut tela terjadi kenaikan jumla penduduk. Sedangkan dari gambar (2) tampak bawa laju pertumbuan memiliki kecenderungan turun dengan laju pertumbuan tertinggi terjadi pada taun 1971 dan terenda terjadi pada taun Turunnya laju pertumbuan ini menggambarkan jumla penduduk Indonesia meskipun semakin bertamba tetapi pertambaannya semakin sedikit. Selanjutnya apabila diliat lebi teliti terliat laju pertumbuan penduduk pada taun memiliki kecenderungan naik. Sedangkan taun memiliki kecenderungan turun. Penurunan laju pertumbuan penduduk ini dipengarui ole berbagai faktor sala satunya adala kesadaran dalam merencanakan kelairan anak. Selain itu juga penundaan usia perkawinan dengan alasan pendidikan dan tentu saja jumla kematian dan kelairan juga ikut berkontribusi teradap penurunan laju pertumbuan penduduk ini. Akan tetapi mulai taun 1990 mulai terjadi kenaikan laju pertumbuan. Tabel 3. Laju Pertumbuan Penduduk Indonesia Taun Taun Jumla Penduduk Nilai r(t) ,0204 0,0236 0,0195 0,0134 0, M-214

15 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 Gambar 2. Grafik Laju Pertumbuan Penduduk Indonesia Simulasi Numerik Kaitan Laju Pertumbuan Penduduk dan Epidemi Demam Berdara Dengue. Berikut ini disajikan simulasi numerik berikut asilnya untuk beberapa kondisi parameter tertentu. Keterangan: (1) Garis warna ungu, ketika kelairan dianggap masi normal. (2) Garis warna ijau, ketika kelairan naik dua kali dari keadaan normal. (3) Garis warna mera, ketika kelairan naik empat kali dari keadaan normal. (4) Garis biru, ketika kelairan naik sepulu kali dari keadaan normal. dari gambar (3), dengan menggunakan parameter data saat angka kelairan dan kematian sama, kemudian sejalan dengan waktu populasi S turun menuju ke titik kesetimbangan. Pada saat kelairan dinaikkan menjadi dua kali lipatnya, jumla I dan I tidak mengalami kenaikan yang signifikan seperti yang terliat pada gambar (4) dan gambar (5). Juga terliat seiring dengan berjalannya waktu jumla I dan I cenderung mengalami kenaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan saat kelairan berada dalam keadaan normal. Begitu pula saat kelairan dinaikkan menjadi sepulu kali lipat. KESIMPULAN Model pertumbuan logistik merupakan penyempurnaan dari model ekponensial. Hasil estimasi dengan model ini mempunyai penyimpangan tidak sebesar model ekponensial. Jumla populasi menurut mkodel ini akan selalu menuju ke suatu nilai yang disebut carryingcapasity. Pada model epidemi demam berdara dapat disimpulkan bawa jika laju pertumbuan membesar, maka peluang jumla pnduduk yang terindikasi terinfeksi demam berdara juga akan membesar. Namun jika laju pertumbuan penduduk tinggi, indiidu menjadi seat mempunyai peluang yang lebi besar jika dibandingkan dengan model dengan peluang terinfeksi konstan. Gambar 3. Grafik Simulasi Epidemi Demam Berdara Untuk S M-215

16 Kusbudiono / Pengaru Faktor Pertumbuan Gambar 4. Grafik Simulasi Epidemi Demam Berdara Untuk I Gambar 4. Grafik Simulasi Epidemi Demam Berdara Untuk I SARAN Untuk mengasilkan estimasi suatu populasi dengan menggunakan model pertumbuan populasi logistik arus dipili data jumla populasi dengan jumla migrasi yang tidak terlalu besar. Untuk mengkaitkan laju pertumbuaan dengan epidemi demam berdara, diperlukan data yang lebi lengkap dari data sekarang. DAFTAR PUSTAKA Agusybana, F. dan Purnami, C. T. (2007), Sistem Sureilans Demam Berdara Dengue (DBD) Berbasis Komputer untuk Perencanaan, Pencegaan dan Pemberantasan DBD di Kota Semarang, INOVASI, Vol. 4, al Dinata, A., (2006), Pengendalian Terpadu Nyamuk Demam Berdara., ttp:// 21 Nopember 2006 Djallalluddin, Hasni, H.B., Riana, W. dan Lisda, H. (2004), Gambaran Penderita Pada Kejadian Luar Biasa Demam Berdara Dengue Di Kabupaten Banjar Dan Kota Banjarbaru Taun 2001., DEXA MEDIA., No. 2, Vol. 17, al Graam, R.R., Juffrie, M., Tan, R., Hayes, C.G., Laksono, I., Ma roef, C., Sutaryo, Erlin, Porter, M-216

17 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 K.R. dan Halstead, S.B. (1999), A prospoectie Seroepidemiologic Study on Dengue in Cildren Four to Nine Years of Age in Yogyakarta, Indonesia. Studies in , Am. J. Trop. Med. Hyg., Vol. 61, No. 3, al Guzman, M.G. dan Kouri, G. (2002 ), Dengue: an update, Te Lancent Infectious Diseases., Januari 2, Kristina, Ismina dan Wulandari, L. (2004), Kajian Masala Keseatan: Demam Berdara Dengue, Badan Penelitian dan Pengembangan Keseatan, Departemen Keseatan, Jakarta. Mucyidin, A. (2009), Model Pertumbuan Populasi dan Kaitannya dengan Epidemi Penyakit Tuberkolosis, Tesis Magister, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Nuraini, N., Soewono, E. dan Sidarto, K.A. (2007), Matematical Model of Dengue Disease Transmission wit Seere DHF Compartment, Bull. Malays. Mat. Sci. Soc, Vol. 30, No. 2. al Pongsumpun, P. (2006), Transmission Model for Dengue Disease Wit and Witout Te Effect of Extrinsic Incubation Period, KMITL sci. Tec. J., Vol. 6, No. 2. al Purnomo, K.D. (2001), Model Pertumbuan Populasi dengan Memodifikasi Model Pertumbuan Logistik, Majala Ilmia Matematika dan Statistika, Vol. 1,No. 1, al Santoso, W. (1994), Persamaan Differensial Biasa dengan Penerapan Modern, Erlangga, Jakarta. Timuneno, H.M., Utomo, R.H.S. dan Widowati (2007), Model Pertumbuan Logistik dengan Waktu Tunda, Jurnal Matematika, Vol. 11, No. 1, al Utama, A., (2004), Dengue, Permasalaan dan Solusinya, Lembaga Ilmu Pengetauan Indonesia. World Healt Organizaton (1997), Dengue Haemorragic Feer: Diagnosis, Treatment, Preention and Control, Genea. M-217

18 Kusbudiono / Pengaru Faktor Pertumbuan M-218

PENGARUH FAKTOR PERTUMBUHAN POPULASI TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH DENGUE

PENGARUH FAKTOR PERTUMBUHAN POPULASI TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH DENGUE Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PENGARUH FAKTOR PERTUMBUHAN POPULASI TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH DENGUE

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor Pertumbuhan Populasi Terhadap Epidemi Demam Berdarah Dengue. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Program Studi S2 Matematika

Pengaruh Faktor Pertumbuhan Populasi Terhadap Epidemi Demam Berdarah Dengue. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Program Studi S2 Matematika Pengaruh Faktor Pertumbuhan Populasi Terhadap Epidemi Demam Berdarah Dengue Kusbudiono Pembimbing: Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Program Studi S2 Matematika 2011 Outline

Lebih terperinci

Matematika dan Statistika

Matematika dan Statistika ISSN 4-6669 Volume 2, Juni 22 MAJALAH ILMIAH Matematika dan Statistika DITERBITKAN OLEH: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS JEMBER Majala Ilmia Matematika dan Statistika Volume 2, Juni 22 PROFIL PENDERITA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala penelitian komparasi. Kata komparasi dalam baasa inggris comparation yaitu perbandingan. Makna dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar 26 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adala siswa kelas VII B MTs Al Hikma Bandar Lampung semester genap taun pelajaran 2010/2011 pada pokok baasan Gerak Lurus. Dengan jumla

Lebih terperinci

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuantitati dengan desain posttest control group design yakni menempatkan subyek penelitian kedalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA Abdul Hamid 1, Pebriyenni 1, Niniwati 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd JURNAL PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUMON PADA MATERI PEMBAGIAN BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA KEDIRI PADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi 8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala

Lebih terperinci

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (215 2337-352 (231-928X Print A-25 Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa Singgi Tawin Muammad, Erna Apriliani,

Lebih terperinci

Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan

Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan Iin Indawati, Tjandrakirana, Rinie Pratiwi Puspitawati Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jalan

Lebih terperinci

Solusi Analitik Model Perubahan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace

Solusi Analitik Model Perubahan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace Jurnal Gradien Vol. No.2 Juli 24 : 5-3 Solusi Analitik Model Perubaan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace Syarifa Meura Yuni, Icsan Setiawan 2, dan Okvita Maufiza Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

STATISTICS WEEK 8. By : Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP

STATISTICS WEEK 8. By : Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP STATISTICS WEEK 8 By : Hanung N. Prasetyo BAHASAN Pengertian Hypotesisdan Hypotesis Testing Tipe Kesalaan dalam Pengujian Hipotesis Lima Langka Pengujian Hipotesis Pengujian: Dua Sisi dan Satu Sisi Uji

Lebih terperinci

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING BAB III STRATIFIED CUSTER SAMPING 3.1 Pengertian Stratified Cluster Sampling Proses memprediksi asil quick count sangat dipengarui ole pemilian sampel yang dilakukan dengan metode sampling tertentu. Sampel

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

Penggunaan Media Kelereng dan Gelas Plastik

Penggunaan Media Kelereng dan Gelas Plastik MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KELERENG DAN GELAS PLASTIK SISWA KELAS III SDN JATIBANJAR I JOMBANG Awaludin Arif Hidayat PGSD FIP Universitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS JURNAL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIA PADA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR DI SMP NEGERI 5 KEDIRI THE EFFECTIVENESS OF

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adala penelitian kuantitati, penelitian ini berlandaskan pada ilsaat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR. Abstrak

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR. Abstrak UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR Siti Halima 1, Jon Sabari 2 1 Maasiswa Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta (2015) 2 Dosen Pengampu

Lebih terperinci

dapat dihampiri oleh:

dapat dihampiri oleh: BAB V PENGGUNAAN TURUNAN Setela pada bab sebelumnya kita membaas pengertian, sifat-sifat, dan rumus-rumus dasar turunan, pada bab ini kita akan membaas tentang aplikasi turunan, diantaranya untuk mengitung

Lebih terperinci

di FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 4 Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung adalah Dosen Pendidikan Fisika

di FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 4 Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung adalah Dosen Pendidikan Fisika PENENTUAN PANJANG GELOMBANG BERBAGAI FILTER WARNA PADA LAMPU TL DAN WOLFRAM DENGAN SPEKTROMETER KISI DIFRAKSI UNTUK MENUNJANG EKSPERIMEN EFEKFOTOLISTRIK Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 64 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejara Singkat Berdirinya Madrasa Tsanawiya Negeri I Candi Laras Utara Madrasa Tsanawiya pada awal didirikan pada taun 1983, ini

Lebih terperinci

Universitas Bung Hatta. Universitas Negeri Padang

Universitas Bung Hatta. Universitas Negeri Padang UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA SISWA KELAS VII.3 SMPN 1 GUNUNG TALANG TAHUN 2012-2013

Lebih terperinci

Implementasi Metode Pembelajaran inquiry Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII Mts. Hidayatullah Mataram

Implementasi Metode Pembelajaran inquiry Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII Mts. Hidayatullah Mataram Implementasi Metode Pembelajaran inquiry Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII Mts. Hidayatulla Mataram Ainun Mardia, Saiful Prayogi, Samsun Hidayat Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Lina Sri Rahayu, Achmad Ramadhan, dan Najamuddin Laganing

Lina Sri Rahayu, Achmad Ramadhan, dan Najamuddin Laganing Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN 2354-614X Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SDN Bumi Harapan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING BAB III METODE STRATIFIED RADOM SAMPIG 3.1 Pengertian Stratified Random Sampling Dalam bukunya Elementary Sampling Teory, Taro Yamane menuliskan Te process of breaking down te population into rata, selecting

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah BAB V T U R U N A N 1. Menentukan Laju Perubaan Nilai Fungsi. Menggunakan Aturan Turunan Fungsi Aljabar 3. Menggunakan Rumus Turunan Fungsi Aljabar 4. Menentukan Persamaan Garis Singgung Kurva 5. Fungsi

Lebih terperinci

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan. Turunan Fungsi Aljabar a. Mengitung Limit Fungsi yang Mengara ke Konsep Turunan Dari grafik di bawa ini, diketaui fungsi y f() pada interval k < < k +, seingga

Lebih terperinci

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Ole : Tony Hartono Bagio 00 KALKULUS DASAR Tony Hartono Bagio KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

EKSISTENSI BIFURKASI MUNDUR DAN KENDALI OPTIMAL PADA MODEL PENYAKIT VEKTOR-BORNE YANG DISEBABKAN NYAMUK

EKSISTENSI BIFURKASI MUNDUR DAN KENDALI OPTIMAL PADA MODEL PENYAKIT VEKTOR-BORNE YANG DISEBABKAN NYAMUK TUGAS AKHIR - SM141501 EKSISTENSI BIFURKASI MUNDUR DAN KENDALI OPTIMAL PADA MODEL PENYAKIT VEKTOR-BORNE YANG DISEBABKAN NYAMUK CHARISMA JUNI KUMALASARI NRP 1211 100 032 Dosen Pembimbing: Subcan, M.Sc,

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SIS-SI DALAM PENYEBARAN PENYAKIT MALARIA DENGAN VAKSINASI TAKSEMPURNA

MODEL MATEMATIKA SIS-SI DALAM PENYEBARAN PENYAKIT MALARIA DENGAN VAKSINASI TAKSEMPURNA MODEL MATEMATIKA SIS-SI DALAM PENYEBARAN PENYAKIT MALARIA DENGAN VAKSINASI TAKSEMPURNA N FAJRI, P SIANTURI, T BAKHTIAR Abstrak Dalam penelitian ini, dibaas sebua model penyebaran penyakit malaria tipe

Lebih terperinci

AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG

AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG NAMA KELOMPOK : KHUSNUL KHOTIMAH (108 694 003) INDAH NOVITASARI (108 694 012) LAILATUR ROHMAH (108 694 028) MOCH. BAGUS ALIM MS (108 694

Lebih terperinci

untuk i = 0, 1, 2,..., n

untuk i = 0, 1, 2,..., n RANGKUMAN KULIAH-2 ANALISIS NUMERIK INTERPOLASI POLINOMIAL DAN TURUNAN NUMERIK 1. Interpolasi linear a. Interpolasi Polinomial Lagrange Suatu fungsi f dapat di interpolasikan ke dalam bentuk interpolasi

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 01 UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT Sutarma 1), Jon Sabari ) 1) Pascasarjana, Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM 4 SIFA-SIFA SAISIK DAI EGESI KONINUM Abstrak Matriks pembobot W pada egresi Kontinum diperole dengan memaksimumkan fungsi kriteria umum ternata menimbulkan masala dari aspek statistika. Prinsip dari fungsi

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Model Host-Vector Transmisi HIV/AIDS Pada Pengguna Jarum Suntik

Analisis Kestabilan Model Host-Vector Transmisi HIV/AIDS Pada Pengguna Jarum Suntik Jurnal Matematika Vol. 7 o. 1, Juni 17. : 1693-1394 Analisis Kestabilan Model Host-Vector Transmisi HV/AD Pada Pengguna Jarum untik Jafaruddin (Alm) Jurusan Matematika Uniersitas usa Cendana apmaida M.

Lebih terperinci

BAB 5 DIFFERENSIASI NUMERIK

BAB 5 DIFFERENSIASI NUMERIK BAB 5 DIFFERENSIASI NUMERIK 5.1. Permasalaan Differensiasi Numerik Sala satu peritungan kalkulus yang banyak digunakan adala differensial, dimana differensial ini banyak digunakan untuk keperluan peritungan

Lebih terperinci

Pemodelan Matematika Penyebaran Penyakit Leptospirosis Antara Vektor Penyebar Dengan Populasi Manusia

Pemodelan Matematika Penyebaran Penyakit Leptospirosis Antara Vektor Penyebar Dengan Populasi Manusia SEMNAR NASONAL MATEMATKA DAN PENDDKAN MATEMATKA UNY 5 T - 39 Pemodelan Matematika Penyearan Penyakit Leptospirosis Antara Vektor Penyear Dengan Populasi Manusia Fuji Lestari, Sugiyanto Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kombinasi (Mixed Methods).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kombinasi (Mixed Methods). 31 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adala metode penelitian kombinasi (Mixed Metods). Metode penelitian kombinasi adala suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara

Lebih terperinci

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri 7 Limit Fungsi Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Mengitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri Cobala kamu mengambil kembang gula-kembang gula dalam

Lebih terperinci

Matematika ITB Tahun 1975

Matematika ITB Tahun 1975 Matematika ITB Taun 975 ITB-75-0 + 5 6 tidak tau ITB-75-0 Nilai-nilai yang memenui ketidaksamaan kuadrat 5 7 0 atau atau 0 < ITB-75-0 Persamaan garis yang melalui A(,) dan tegak lurus garis + y = 0 + y

Lebih terperinci

Abstrak. : kepatuhan ibu, imunisasi bayi. Kata kunci

Abstrak. : kepatuhan ibu, imunisasi bayi. Kata kunci HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA BANDENGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUKUH KOTA PEKALONGAN Hilda Prajayanti Ana Setyowati

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5 TURUNAN FUNGSI. SIMAK UI Matematika Dasar 9, 009 Jika kurva y a b turun pada interval, maka nilai ab... 5 A. B. C. D. E. Solusi: [D] 5 5 5 0 5 5 0 5 0... () y a b y b b a b b 6 6a 0 b 0 b 6a 0 b 5 b a

Lebih terperinci

REPRESENTASI DAN TEORI APOS UNTUK MENGEKSPLORASI PEMAHAMAN MATEMATIKA MAHASISWA PADA KONSEP LIMIT

REPRESENTASI DAN TEORI APOS UNTUK MENGEKSPLORASI PEMAHAMAN MATEMATIKA MAHASISWA PADA KONSEP LIMIT 1 REPRESENTASI DAN TEORI APOS UNTUK MENGEKSPLORASI PEMAHAMAN MATEMATIKA MAHASISWA PADA KONSEP LIMIT Disusun ole: Ela Nurlaela Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA A. Pendauluan

Lebih terperinci

Profil Keakuratan Komunikasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Ditinjau dari Perbedaan Jender

Profil Keakuratan Komunikasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Ditinjau dari Perbedaan Jender Jurnal Didaktik Matematika ISSN: 355-4185 Profil Keakuratan Komunikasi Matematis Maasiswa Calon Guru Ditinjau dari Perbedaan Jender Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan Email: dewi_lubis6@yaoo.co.id

Lebih terperinci

MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : 2 (DUA)

MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : 2 (DUA) MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : (DUA) Muammad Zainal Abidin Personal Blog SMAN Bone-Bone Luwu Utara Sulsel ttp://meetabied.wordpress.com PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul ini

Lebih terperinci

BAB III BASIC REPRODUCTION NUMBER

BAB III BASIC REPRODUCTION NUMBER BAB III BASIC REPRODUCTIO UMBER Dalam kaitannya dengan kejadian luar biasa, dalam epidemiologi matematika dikenal suatu besaran ambang batas (threshold) yang menjadi indikasi apakah dalam suatu populasi

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam Olimpiade Sains Nasional 008 Eksperimen Fisika Hal dari Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekola Menenga Atas Agustus 008 Waktu: 4 jam Petunjuk umum. Hanya ada satu soal eksperimen, namun

Lebih terperinci

BAB V ALINYEMEN VERTIKAL

BAB V ALINYEMEN VERTIKAL BB V INYEMEN VERTIK linyemen vertikal adala perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan lajur ara atau melalui tepi dalam masing masing perkerasan

Lebih terperinci

Betty Rahayu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang

Betty Rahayu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA DOSEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DARUL ULUM JOMBANG Betty Raayu (bettyraayu.se@gmail.com) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum ABSTRAK Tujuan dalam penelitian

Lebih terperinci

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1 4. TURUNAN MA4 Kalkulus I 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi. Oleh:

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi. Oleh: PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenui Sala Satu

Lebih terperinci

BAB III INTEGRASI NUMERIK

BAB III INTEGRASI NUMERIK Bab BAB III INTEGRASI NUMERIK Integrasi numerik mengambil peranan penting dalam masala sains dan teknik. Hal ini menginat di dalam bidang sains sering ditemukan ungkapan-ungkapam integral matematis yang

Lebih terperinci

Differensiasi Numerik

Differensiasi Numerik Dierensiasi Numerik Yuliana Setiowati Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2007 1 Topik DIFFERENSIASI NUMERIK Mengapa perlu Metode Numerik? Dierensiasi dg MetNum Metode Selisi Maju Metode Selisi Tengaan

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 997

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 997 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 997 USULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN PRODUK KATEGORI KAWAT TEMBAGA UNTUK MEMINIMASI STOCK OUT DENGAN PENDEKATAN METODE CONTINUOUS REVIEW

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sketsa Lokasi Proyek Perluasan Lahan Pabrik NPK Super. juga dibagi ke dalam beberapa zona pengerjaan.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sketsa Lokasi Proyek Perluasan Lahan Pabrik NPK Super. juga dibagi ke dalam beberapa zona pengerjaan. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Pengumpulan Data 4... Sketsa Lokasi Proyek Perluasan Laan Pabrik NPK Super PT. Pupuk Kaltim PT. Pupuk Kaltim dibagi menjadi beberapa laan (blok) pabrik, sala satunya

Lebih terperinci

E-learning Matematika, GRATIS

E-learning Matematika, GRATIS Penyusun : Arik Murwanto, S.Pd. Editor : Drs. Keto Susanto, M.Si. M.T. ; Istijab, S.H. M.Hum. Imam Indra Gunawan, S.Si. Standar Kompetensi: Menggunakan konsep turunan fungsi dalam pemecaan masala Kompetensi

Lebih terperinci

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim 0 f ( x ) f( x) KELAS : XI IPA SEMESTER : (DUA) SMA Santa Angela Bandung Taun Pelajaran 04-05 XI IPA Semester Taun Pelajaran 04 05 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul ini kami

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN 1. Identifikasi Mata Kulia Nama Mata kulia Kode Mata Kulia Kredit Semester Tingkat Program studi Jurusan Dosen Waktu Kulia : Ekonomi Pembangunan : S1 : 2 SKS : II : I : SI : Akuntansi

Lebih terperinci

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema )

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema ) 4. TURUNAN 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba menjadi garis ggung

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU

METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU PROSIDING ISSN: 50-656 METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU Danar Ardian Pramana, M.Sc 1) 1) DIV TeknikInformatikaPoliteknikHarapanBersama danar_ardian@ymail.com

Lebih terperinci

TEKNIS PERENCANAAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI

TEKNIS PERENCANAAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Nomor : /PRT/M/05 Tanggal : 4 MEI 05 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI TEKNIS PERENCANAAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI. Pendauluan

Lebih terperinci

Dengan maraknya wabah DBD ini perlu adanya suatu penelitian dan pemikiran yang

Dengan maraknya wabah DBD ini perlu adanya suatu penelitian dan pemikiran yang BAB I Pendahuluan Dari sisi pandang WHO, Demam Berdarah Dengue (selanjutnya disingkat DBD) telah menjadi salah satu penyakit yang tergolong epidemik dan endemik serta belum ditemukan obatnya. Sejak tahun

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN TURUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SELISIH ORDE PUSAT BERBANTUAN PROGRAM MATLAB

MENYELESAIKAN TURUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SELISIH ORDE PUSAT BERBANTUAN PROGRAM MATLAB MENYELESAIKAN TURUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METDE SELISIH RDE PUSAT BERBANTUAN PRGRAM MATLAB Arwan Maasiswa Prodi Matematika, FST-UINAM Try Azisa Prodi Matematika, FST-UINAM Irwan Prodi Matematika,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK LABOLATORIUM PG PAUD PALEMBANG KECAMATAN SUKARAMI Ole : Dra. Hj. Rusnawaty Umar, M.Pd. Dra. Hj. Masito, M.Pd, ABSTRAC Tis researc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi virus dengue adalah suatu insiden penyakit yang serius dalam kematian di kebanyakan negara yang beriklim tropis dan sub tropis di dunia. Virus dengue

Lebih terperinci

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (s,s) DAN METODE CONTINUOUS REVIEW (s,q) UNTUK MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. XYZ Selvia Dayanti 1, Ari

Lebih terperinci

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK KB. INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK.1 Efek Stark. Jika sebua atom yang berelektorn satu ditempatkan di dalam sebua medan listrik (+ sebesar 1. volt/cm) maka kita akan mengamati terjadinya pemisaan

Lebih terperinci

TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN

TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN NEGERI SMKN PERIKANAN PANGKALPINANG Halaman : dari Halaman Revisi : PANGKALPINANG KARTU SOAL UJIAN SEKOLAH Tgl. Efektif : Juli TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN A. TUJUAN Untuk mengetaui koefisien suatu Benda

Lebih terperinci

Kata Kunci: Persediaan, Analisis ABC, Overstock, Continous Review (s,s), Continous Review (s,q) ABSTRACT

Kata Kunci: Persediaan, Analisis ABC, Overstock, Continous Review (s,s), Continous Review (s,q) ABSTRACT PERANCANGAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN PRODUK KATEGORI CHEMICAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIK CONTINOUS REVIEW (s,s) DAN CONTINOUS REVIEW (s,q) UNTUK MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN DI PT XYZ Dimas

Lebih terperinci

KALKULUS. Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah KALKULUS Dosen Pengampu : Ibu Kristina Eva Nuryani, M.Sc. Disusun Oleh :

KALKULUS. Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah KALKULUS Dosen Pengampu : Ibu Kristina Eva Nuryani, M.Sc. Disusun Oleh : KALKULUS Laporan Ini Disusun Untuk Memenui Mata Kulia KALKULUS Dosen Pengampu : Ibu Kristina Eva Nuryani, M.Sc Disusun Ole : 1. Anggit Sutama 14144100107 2. Andi Novantoro 14144100111 3. Diya Elvi Riana

Lebih terperinci

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan...

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan... Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember (Analysis of P-IRT Number on Te Food Label IRTP Production in Kaliwates District Jember Regency) Andi Hilman

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG SIKAP TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN IBU PERIKSA HAMIL DI PUSKESMAS I GROGOL SUKOHARJO

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG SIKAP TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN IBU PERIKSA HAMIL DI PUSKESMAS I GROGOL SUKOHARJO HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG SIKAP TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN IBU PERIKSA HAMIL DI PUSKESMAS I GROGOL SUKOHARJO Ferry Yulianti* Winarsi Nur Ambarwati** Abstract Perception is processing organization,

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM MESIN PENDINGIN WATER CHILLER YANG MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R12 DENGAN VARIASI PULI KOMPRESOR

ANALISA SISTEM MESIN PENDINGIN WATER CHILLER YANG MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R12 DENGAN VARIASI PULI KOMPRESOR ANALISA SISTEM MESIN PENDINGIN WATER CHILLER YANG MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R DENGAN VARIASI PULI KOMPRESOR Agung Nugroo Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fata (UNISFAT) Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Pendidikan merupakan sala satu kebutuan manusia yang penting untuk mengembangkan diri dalam keidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan terbagi atas pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri BAB IV HASIL PENELITIAN PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adala sala satu industri pembuatan obat obatan terkemuka di Indonesia dibawa naungan BUMN. Dalam proses produksinya PT Kimia Farma (Persero)

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SIS-SI DALAM PENYEBARAN PENYAKIT MALARIA DENGAN VAKSINASI TAKSEMPURNA NUR FAJRI

MODEL MATEMATIKA SIS-SI DALAM PENYEBARAN PENYAKIT MALARIA DENGAN VAKSINASI TAKSEMPURNA NUR FAJRI MODEL MATEMATIKA SIS-SI DALAM PENYEBARAN PENYAKIT MALARIA DENGAN VAKSINASI TAKSEMPURNA NUR FAJRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 05 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM TEMU KENALI CITRA BERBASIS KONTEN WARNA

EVALUASI SISTEM TEMU KENALI CITRA BERBASIS KONTEN WARNA EVALUASI SISTEM TEMU KENALI CITRA BERBASIS KONTEN WARNA Reza Sansa Hardika 1), Metty Mustikasari 2), Risdiandri Iskandar 3) 1)2)3) Sistem Informasi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya, 100, Pondok

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2650

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2650 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2650 KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK KATEGORI SUB PART SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIK CONTINUOUS

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF PUISI MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS 3 SDN JUBUNG 01 KEC. SUKORAMBI KAB. JEMBER.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF PUISI MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS 3 SDN JUBUNG 01 KEC. SUKORAMBI KAB. JEMBER. :/. ttp:/ ttp:/. ttp:/ ttp:/. ttp:/ ttp:/. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF PUISI MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS 3 SDN JUBUNG 01 KEC. SUKORAMBI KAB. JEMBER e TA ( elektronik

Lebih terperinci

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f D. URAIAN MATERI 1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi a. Definisi Turunan Sala satu masala yang mendasari munculnya kajian tentang turunan adala gradien garis singgung. Peratikan Gambar 1. f(c +

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR, PENGALAMAN KERJA, UPAH, TEKNOLOGI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN

PENGARUH UMUR, PENGALAMAN KERJA, UPAH, TEKNOLOGI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PENGARUH UMUR, PENGALAMAN KERJA, UPAH, TEKNOLOGI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN Lu Sri Kumbadewi, I Wayan Suwendra 1, Gede Putu Agus Jana Susila 2 Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

65 Soal dengan Pembahasan, 315 Soal Latihan

65 Soal dengan Pembahasan, 315 Soal Latihan Galeri Soal Soal dengan Pembaasan, Soal Latian Dirangkum Ole: Anang Wibowo, SPd April MatikZone s Series Email : matikzone@gmailcom Blog : HP : 8 8 8 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang mengkutip

Lebih terperinci

Jurnal MIPA 40 (2) (2017): Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 40 (2) (2017): Jurnal MIPA. Jurnal MIPA 40 (2) (2017): 125-133 Jurnal MIPA ttp://journal.unnes.ac.id/nju/index.pp/jm Analisis Faktor-Faktor dan Peluang yang Berpengaru teradap Tingkat Keparaan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Sleman

Lebih terperinci

Ambarwati, et al, Verifikasi Desa ODF (Open Defecation Free) Pasca Pemicuan (Studi di Kelurahan...

Ambarwati, et al, Verifikasi Desa ODF (Open Defecation Free) Pasca Pemicuan (Studi di Kelurahan... Verifikasi Desa ODF (Open Defecation Free) Pasca Pemicuan (Studi Di Keluraan Banjar Sengon Kecamatan Patrang dan Desa Wringin Telu Kecamatan Puger Kabupaten jember) (Te Verification of Open Defecation

Lebih terperinci

LONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN

LONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN LONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN Ign. Sutyas Aji ) Maraden S ) ) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta ) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM

Lebih terperinci

MODEL REGRESI PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) (Studi Kasus : Kinerja Satuan Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal)

MODEL REGRESI PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) (Studi Kasus : Kinerja Satuan Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal) (Studi Kasus : Kinerja Sekretariat Daera Kabupaten Tegal MODEL REGRESI PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) (Studi Kasus : Kinerja Satuan Kerja Sekretariat Daera Kabupaten Tegal) Ole Imam Tayudin Dosen STMIK Amikom

Lebih terperinci

OPTIMASI RANCANGAN EKSPERIMEN KOKOH YANG DINAMIS BERDASARKAN FUNGSI KERUGIAN KUALITAS. Abstrak

OPTIMASI RANCANGAN EKSPERIMEN KOKOH YANG DINAMIS BERDASARKAN FUNGSI KERUGIAN KUALITAS. Abstrak OPTIMASI RANCANGAN EKSPERIMEN KOKOH YANG DINAMIS BERDASARKAN FUNGSI KERUGIAN KUALITAS Trianingsi Eni Lestari 1), Haryono ), M. Sjaid Akbar ) 1) Maasiswa Program Magister Jurusan Statistika FMIPA ITS Surabaya

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Masalah utama

Pengendalian Persediaan Masalah utama Pemodelan EOQ 4 es 01 eko@uns.ac.id Pendauluan Pengendalian Persediaan Masala utama Menentukan jumla pemesanan yang ekonomis ( Economic Order Quantity ) Menentukan laju kecepatan produksi seingga meminimasi

Lebih terperinci

PENGUJIAN POMPA SPIRAL DENGAN KINCIR AIR PADA ALIRAN IRIGASI

PENGUJIAN POMPA SPIRAL DENGAN KINCIR AIR PADA ALIRAN IRIGASI PENGUJIAN POMPA SPIRAL DENGAN KINCIR AIR PADA ALIRAN IRIGASI Marwanto 1,Asral 2, Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA 3.1 Teori Dasar Metode Volume Hingga Computational fluid dynamic atau CFD merupakan ilmu yang mempelajari tentang analisa aliran fluida, perpindaan panas dan

Lebih terperinci

ESTIMASI FUNGSI DENSITAS GEMPA TEKTONIK DI JAWA BALI

ESTIMASI FUNGSI DENSITAS GEMPA TEKTONIK DI JAWA BALI ESTIMASI FUNGSI DENSITAS GEMPA TEKTONIK DI JAWA BALI Ole Pumma Purwani M004048 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenui sebagian persyaratan memperole gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TUBE 0856MG

ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TUBE 0856MG ANAISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TBE 0856MG Roy Indra esmana Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin niversitas Jenderal Amad Yani, Cimai Bandung Email: royindralesmana@gmail.om Abstrak Bongkaan es akan

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matakuliah Calculus I Kelas SBI Menggunakan Model Pembelajaran Multi Media Interaktif (MMI) 1

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matakuliah Calculus I Kelas SBI Menggunakan Model Pembelajaran Multi Media Interaktif (MMI) 1 JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan ole Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 2 Nomor 2, Desember 2011 Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matakulia Calculus I Kelas SBI Menggunakan Model Pembelajaran

Lebih terperinci

Permeabilitas dan Rembesan

Permeabilitas dan Rembesan 9/7/06 Permeabilitas dan Rembesan Mekanika Tana I Norma Puspita, ST.MT Aliran Air Dalam Tana Sala satu sumber utama air ini adala air ujan yang meresap ke dalam tana lewat ruang pori diantara butiran tananya.

Lebih terperinci

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 03 Tahun 2016

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 03 Tahun 2016 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR (STUDI KASUS PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2011-2014) THE FINANCIAL

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi 1 Firdha Dwishafarina Zainal, Setijo Winarko, dan Lukman Hanafi Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Setiap mahasiswa yang pernah mengambil kuliah kalkulus tentu masih ingat dengan turunan fungsi yang didefenisikan sebagai

Setiap mahasiswa yang pernah mengambil kuliah kalkulus tentu masih ingat dengan turunan fungsi yang didefenisikan sebagai Bab 7 Turunan Numerik Lebi banyak lagi yang terdapat di langit dan di bumi, Horatio, daripada yang kau mimpikan di dalam ilosoimu. (Hamlet) Setiap maasiswa yang perna mengambil kulia kalkulus tentu masi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCN PELKSNN PEMBELJRN Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester: XI Program IP/ lokasi Waktu: 8 jam Pelajaran (4 Pertemuan). Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam

Lebih terperinci