ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TUBE 0856MG
|
|
- Shinta Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANAISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TBE 0856MG Roy Indra esmana Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin niversitas Jenderal Amad Yani, Cimai Bandung Abstrak Bongkaan es akan terbentuk pada ujung pitot tube pesawat terbang. Diperlukan panas tertentu untuk dapat menega terbentuknya bongkaan es agar pitot tube tetap berfungsi. Panas yang diperlukan dapat beruba sesuai yang diperlukan agar tidak merusak struktur pesawat. Diperlukan peritungan seara konveksi dan konduksi untuk mengetaui rata-rata perpindaan panas dan temperatur pemanas pitot tube. Kata Kuni: Pitot Tube, Konveksi, Konduksi. Notasi T Temperatur / Suu [F] ρ Masa jenis [lbm/ft 3 ] ν Kinematik viskositas [ft /s] k Konduktivitas termal [Btu/r.ft.F] pr Prandtl number jarak [ft] koefisien perpindaan panas [Btu/r.ft.F] rata-rata perpindaan panas [Btu/r] ynold number Keepatan udara [ft/s] Panjang [ft] w ebar [ft] A uas [ft ] Subsript Konveksi k Konduksi Aliran bebas s Dinding as Pemanas Sepanjang pitot tube C okal Pendaulun Pitot tube 0856MG dipasang pada pesawat Beeraft 1900D. Pesawat ini terbang biasanya pada ketinggian sampai 5000 ft diatas permukaan laut dan pada keepatan 60 knots atau setara dengan 439 ft/s. Pitot tube berfungsi sebagai alat navigasi pesawat untuk dapat mengetaui ketinggian, keepatan dan tekanan. Prinsip kerja pitot tube yaitu dengan membandingkan tekanan antara tekanan total yang didapat dari pitot tube dan tekana statik yang didapat dari statik tube. Dengan perbedaan tekanan yang didapat (tekanan dinamik), seingga bisa diketaui keepatan pesawat dan berbagai parameter lain sesuai dengan tabel International Standard Atmospere (ISA). Gambar 1. Pitot Tube Terdapat beberapa fenomena ketika pesawat terbang pada ketinggian tertentu dan keepatan tertentu, yaitu dengan suu yang sangat dingin sangat muda terbentuknya es pada ujung-ujung bagian depan (leading edge) pesawat, sala satunya yaitu pitot tube. ntuk menega terbentuknya es pada mulut pitot tube yang dapat mengganggu fungsi dari pitot tube tersebut, maka 1 P a g e
2 dipasangkan sebua sistem yang dikenal dengan istila Anti Iing System. Prinsip kerja dari sistem ini yaitu dengan ara memberikan pemanas pada pitot tube. Pemanas akan memberikan perlawanan suu teradap suu yang berasal dari lingkungan (ambient). Gambar. Aliran udara pada Pitot Tube Pada kali ini akan dilakukan peritungan mengenai perpindaan panas yang terjadi pada beberapa ketinggian pesawat pada saat terbang, yaitu pada ketinggian ft sampai 5000 ft dengan skala kenaikan tiap 1000 ft. Material yang digunakan pitot tube 0856MG tidak diketaui, maka pada analisa ini material yang digunakan diasumsikan menggunakan tembaga murni (Copper Pure) dengan nilai konduktivitas panasnya 4 Btu/r ft F (pada suu 3 F). Gambar 3. Penampang Pitot Tube Pada gambar 3 diatas diperliatkan penampang pitot tube seara sederana. Panjang pitot tube () dari pemanas ke ujung pitot tube diketaui sebesar 0,65 ft. Jari-jari dalam (r) sebesar 0,095 ft dan jari-jari luar (R) sebesar 0,038 ft. Pada analisa ini juga dapt diliat besar suu yang diperlukan pemanas untuk menega terbentuknya es pada ujung pitot tube. Teori Dasar Sistem perpindaan panas dibagi menjadi 3 jenis, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Seara umum, ketiga jenis tersebut dibedakan berdasarkan media dalam upaya memindakan energi panas. Konduksi menggunakan media padat, konveksi menggunakan media fluida, sedangkan radiasi menggunakan media gelombang elektromagnetik. Pada kasus ini, metode yang digunakan adala seara konduksi dan konveksi. Proses perpindaan panas seara konduksi bila diliat seara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya renda dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebi tinggi. ntuk perpindaan panas seara konduksi, setiap material mempunyai nilai konduktivitas panas (k) [Btu/r ft F], yang mempengarui besar perpindaan panas yang dilakukan pada suatu material. k k. A. (1) Apabila kalor berpinda dengan ara gerakan partikel yang tela dipanaskan dikatakan perpindaan kalor seara konveksi. Bila perpindaannya dikarenakan perbedaan kerapatan disebut konveksi alami (Free Convetion) dan bila didorong, misal dengan fan atau pompa disebut konveksi paksa (Fored Convetion). Besarnya per-pindaan panas seara konveksi tergantung pada : uas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A). Perbedaan suu antara permukaan benda dengan fluida ( T), dan juga, koefisien konveksi (), yang tergantung pada: visositas fluida (µ) keepatan fluida (v) perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida ( ) kapasitas panas fluida (Cp) rapat massa fluida ( ρ ) P a g e
3 w... () Aliran fluida pada plat datar dapat digambarkan seperti pada gambar 4. Terdapat dua jenis aliran yang mengalir pada plat datar yaitu laminar dan turbulen. Kedua jenis aliran ini berpengaru teradap besar perpindaan panas yang terjadi. viskositas menurut Witaker dan untuk memepertaankan ketergantungan sifat-sifat fluida teradap suu, maka nilai koefsien perpindaan panas dapat diperole: 0,8 ( 900) k 0,43 0,036 pr. (6) Identifikasi Masala dan peritungan Gambar 4. Aliran fluida pada plat datar ntuk mengetaui perpindaan panas pada aliran laminar, arus diketaui panjang aliran laminar terlebi daulu, dimana panjang aliran laminar tersebut dipengarui ole nilai kinematik viskositas (v), ynold number dan keepatan aliran udara. Nilai ynold number pada aliran laminar bernilai sekitar ν. (3) Maka besar koefisien perpindaan panas seara konveksi untuk sepanjang aliran laminar atau lokal adala: Pada analisa ini, pesawat dianggap diam dan udara mengalir dengan keepatan pesawat. Pada pitot tube, udara didalam lubang pitot tube tidak mengalir, maka peritungan perpindaan panas dalam lubang diabaikan, dan udara yang mengalir dipermukaan luar pitot tube diasumsikan seperti udara yang mengalir pada plat datar. Keepatan aliran udara yang terjadi diperkirakan sebesar 60 knots atau sebesar 0,4 Ma, maka dari itu, peritungan perpindaan panas yang terjadi tidak menggunakan peritungan pada aliran keepatan tinggi, dikarenakan peritungan pada aliran keepatan tinggi untuk aliran dengan keepatan lebi dari 0,5 Ma. Perpindaan yang terjadi pada pitot tube, dapat digambarkan seperti pada gambar 5. Suu ambient berpengaru teradap ujung pitot tube dan suu dari pemanas juga berpengaru teradap pitot tube. k 1/ 3 1/ 0,664 pr. (4) ntuk mengitung perpindaan panas keseluruan atau sepanjang, maka arus ditentukan dulu nilai ynold number sepanjang plat ( ) dan koefisien perpindaan panas konveksi keseluruan ( ). (5) ν Koefisien perpindaan panas rata-rata sepanjang plat dengan mengabaikan koreksi Gambar 5. Ilustrasi perpindaan panas ntuk menjaga suu pada ujung pitot tube dari pengaru suu ambient dan suu pemanas, besar rata-rata perpindaan panas seara konveksi sama dengan besar perpindaan panas yang terjadi seara konduksi atau bisa di gambarkan seara matematik menjadi: k (7) 3 P a g e
4 ntuk mengitung rata-rata perpindaan panas seara konveksi, arus ditentukan dulu panjang aliran laminar atau letak terjadinya transisi aliran. Dengan menggunakan persamaan (3), bisa diketaui panjang aliran laminar dengan nilai kinematik viskositas didapat dari tabel sifat fisik udara berdasarkan temperatur. Agar lebi akurat, parameter temperatur yang digunakan adala temperatur film. Conto peritungan akan dilakukan pada ketinggian ft. ntuk mengataui temperatur pada ketinggian tertentu bisa diketaui dari tabel International Standard Atmospere (ISA), berdasarkan tabel ISA, pada ketinggian ft, suu udara sekitar 3 F, maka untuk menjaga suu ujung pitot minimal 3 F, besar suu filmnya yaitu sebesar: T + Ts T film T film 8F Dari tabel sifat fisik udara, pada suu 8 F, beberapa nilai koefisien yang didapat yaitu: ρ 0,08 lbm/ft 3 ν 0, ft /s k 0,0139 Btu/r ft F Pr 0,7 Maka panjang aliran laminar adala: ν. 3 0, ,065 ft 10 Maka jarak tempat terjadinya transisi dari ujung plat sejau 0,065 ft. Nilai ini akan beruba tergantung dari nilai kinematik viskositasnya. Menentukan besar koefisien perpindaan panas seara konveksi disepanjang aliran laminar. Dengan persamaan (4), maka didapat nilai koefisien perpindaan panasnya sebesar: 5 0,664 k pr 1/ 3. 0,0139 0,664 0,7 0,065 56,79Btu / r. ft. F 1/ 1/ 3 ( 10 ) 5 1/ Koefisien perpindaan panas sepanjang aliran laminar sebesar 56,79 Btu/r.ft.F. nilai ini akan beruba dipengarui ole besarnya konduktivitas termal dan prandtl number. Panjang pitot tube adala 0,65 ft. Sedangkan bagian yang terkena aliran laminar adala sebesar 0,065 ft. Maka sebagian besar atau sekitar 90% bagian pitot tube terkena aliran turbulent. Maka nilai ynold number disepanjang pitot tube (0,65 ft) adala dengan menggunakan persamaan (5). ν 439 0,65 0,143 19, Dari persamaan (6). Maka koefisien rata-rata perpindaan panas disepanjang pitot tube adala; 0,036 k pr 0,43 0,0139 0,036 0,7 0,65 0,8 ( 900). 5 [(19, ) 900] 67,15Btu / r. ft. F ntuk menentukan besar rata-rata perpindaan panas seara konveksi, dari persamaan (), maka arus ditentukan dulu lebar dari benda yang dialiri. Karena pitot tube ini berbentuk lingkaran, maka lebar benda yang dialiri sama dengan keliling luar dari pitot tube tersebut. w π R w π w 0,06 ft 0,038 0,43 Maka : 4 P a g e
5 w... w...( T T ) 0,06 0,65 67,15 77,86Btu / r s ( 3 3) Analisa asil peritungan Dari peritungan diatas, besar rata-rata perpindaan panas konveksi yang terjadi antara aliran udara bebas dengan pitot tube sebesar 77,86 Btu/r. Berdasarkan persamaan (7), besar rata-rata perpindaan seara konveksi sama dengan besar rata-rata perpindaan seara konduksi. Maka untuk menentukan temperatur yang dibutukan pemanas pitot tube untuk menjaga suu pitot tube minimal 3 F adala: Dimana : A π R π r A π A π ( R r ) ( 0,038 0,095 ) 0, ft Pada peritungan rata-rata perpindaan panas seara konduksi pada pitot tube, nilai konduktivitas termal yang digunakan adala konduktivitas termal dari material yang digunakan, bukan konduktivitas termal udara. Maka: k k. A. ( Tas Ts ) k k. A.. Tas + Ts k. A 77,86 0,65 Tas , T 38,30F as Perirtungan pada beberapa ketinggian dan beberapa sifat fisik udara bisa diliat pada tabel 1. Beberapa sifat fisik yang ditampilkan pada tabel 1 adala asil interpolasi yang dilakukan teradap beberapa temperatur yang perlukan. Gambar 6. Jarak transisi teradap T Gambar 6 adala grafik perbandingan antara (jarak transisi) teradap temperatur ambient. Pada grafik tersebut diperliatkan bawa terjadinya penambaan jarak tempat terjadinya transisi aliran. Semakin tinggi temperatur, maka tempat terjadinya transisi aliran semakin jau. Analisa ini pada aliran dengan keepatan tetap. Gambar 7. Perbandingan laminar dengan total Gambar 7 memperliatkan grafik perbandingan antara koefisien perpindaan panas seara konveksi yang terjadi pada aliran laminar / lokal dan sepanjang pitot tube. Garis miring / gradient kedua garis tersebut ampir sama. Hal tersebut memperliatkan penambaan/ perubaan koefisien perpindaan panas seara konveksi baik pada aliran laminar maupun total enderung konstant. 5 P a g e
6 Pada ketinggian ft, untuk menjaga temperatur pitot tube minimal 3 F (0 0 C) diperlukan temperatur pemanas minimal F ( C). dan untuk ketinggian 5000 ft diperlukan temperatur minimal F ( C). Gambar 8. Perbandingan T ambient dengan T eat element Gambar 8 memperliatkan grafik perbandingan antara temperatur ambient dan temperatur eat element yang mempengarui pitot tube. Temperatur eat element meningkat dengan tajam seiring perubaan ketinggian. Perubaan temperatur eat element sangat dipengarui rata-rata perpindaan panas yang terjadi. Kesimpulan dan Saran Dapat ditarik kesimpulan, yaitu: Besar rata-rata perpindaan panas sangat berpengaru teradap temperatur pemanas yang diperlukan untuk menjaga keseim-bangan suatu temperatur. Temperatur pemanas yang diperlukan sangat tinggi dibandingkan perubaan temperatur ambient. Dari analisa diatas ada beberapa saran, antara lain yaitu: ntuk menentukan material pitot tube, endaknya disesuaikan dengan karakteristik terbang pesawat tersebut, agar laju perpindaan panas yang terjadi bisa seimbang dengan perubaan temperatur ambient. Menggantikan fungsi pitot tube dengan berbagai sensor dapat meningkatkan akurasi dan meminimalisir pemborosan yang ditimbulkan perangkat mekanik. ferensi Kreit, Frank. Priniples of Heat Transfer, Tird edition. Harper & Row, Publiser, In Hawkerbeeraft, Rayteon. MM & IPC Beeraft 1900D, Capter P a g e
7 Tabel 1. Sifat fisik udara dan asil peritungan No Alt T T film ρ ν k pr 3 10 ft F F lbm/ft ft /s Btu/r ft F ft Btu/r ft 5 F 10 Btu/r ft F Btu/r F Tas P a g e
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP INNER TUBE DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER
PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP INNER TUBE DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Triyono kaloka 1, Nova Risdiyanto Ismail 2, Agus suyatno
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciSUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati
Lebih terperinciBAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI
II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua
Lebih terperinciANALISA SISTEM MESIN PENDINGIN WATER CHILLER YANG MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R12 DENGAN VARIASI PULI KOMPRESOR
ANALISA SISTEM MESIN PENDINGIN WATER CHILLER YANG MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R DENGAN VARIASI PULI KOMPRESOR Agung Nugroo Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fata (UNISFAT) Jl.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat
BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciTurunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi
8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala
Lebih terperinciMasalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel
Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa
Lebih terperinciKONVEKSI PAKSA ALIRAN LAMINER ISOTERMAL DI ATAS PLAT DATAR PADA BERBAGAI KONDISI PROFIL KECEPATAN
KONVEKSI PAKSA ALIRAN LAMINER ISOTERMAL DI ATAS PLAT DATAR PADA BERBAGAI KONDISI PROFIL KECEPATAN Budiman Sudia Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Halu Oleo Kendari Email: budimansudia@rocketmailcom
Lebih terperinciPerpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola
Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,
Lebih terperinciMODUL FISIKA SMA IPA Kelas 11
SM IP Kelas Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyeleaian masala. 3. lirannya stasioner (non turbulen), artinya partikel mengalir menurut garis
Lebih terperinciGambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km
BAB III STUDI KASUS APANGAN 3.1. Umum Pada bab ini akan dilakukan studi kasus pada pipa penyalur minyak yang dipendam di bawa tana (onsore pipeline). Namun karena dibutukan untuk inspeksi keadaan pipa,
Lebih terperinciTURBIN UAP. Penggunaan:
Turbin Uap TURBIN UAP Siklus pembangkitan tenaga terdiri dari pompa, generator uap (boiler), turbin, dan kondenser di mana fluida kerjanya (umumnya adala air) mengalami perubaan fasa dari cair ke uap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan
Lebih terperinciGambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin
Lebih terperinciA. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan
A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan. Turunan Fungsi Aljabar a. Mengitung Limit Fungsi yang Mengara ke Konsep Turunan Dari grafik di bawa ini, diketaui fungsi y f() pada interval k < < k +, seingga
Lebih terperincidapat dihampiri oleh:
BAB V PENGGUNAAN TURUNAN Setela pada bab sebelumnya kita membaas pengertian, sifat-sifat, dan rumus-rumus dasar turunan, pada bab ini kita akan membaas tentang aplikasi turunan, diantaranya untuk mengitung
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciMODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK
MODE ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BEREEKTRON BANYAK Pada materi Struktur Atom Hidrogen suda kita pelajari tentang Teori Atom Bor, dimana lintasan elektron pada atom Hidrogen berbentuk lingkaran. Namun
Lebih terperinciPerpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02
MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II INJAUAN PUSAKA 2.. Sistem Kerja dan Start urbin Gas Penggerak mula yang digunakan pada system ini adala motor diesel. Motor diesel ini diubungkan dengan accessory gear melalui torque converter dan
Lebih terperinciSudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 8-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)
Sudaryatno Sudiram ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 8- Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 8 Teori Pita Energi Tentang Padatan Setela mempelajari bagaimana atom
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinci4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1
4. TURUNAN MA4 Kalkulus I 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul
Lebih terperinciPanas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving
PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-164
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 B-164 Re-Design Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Analisa Termodinamika dan Perpindaan Panas Siti Duratun Nasiqiati Rosady dan Bambang Arip
Lebih terperinciBAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI
BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI Aliran Viscous Berdasarkan gambar 1 dan, aitu aliran fluida pada pelat rata, gaa viscous dijelaskan dengan tegangan geser τ diantara lapisan fluida dengan rumus: du τ µ
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang
Lebih terperinciOlimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam
Olimpiade Sains Nasional 008 Eksperimen Fisika Hal dari Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekola Menenga Atas Agustus 008 Waktu: 4 jam Petunjuk umum. Hanya ada satu soal eksperimen, namun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai
Lebih terperinciEVALUASI RANCANGAN PEMANAS MINYAK JARAK MEMANFAATKAN KALOR BUANG ENGINE DIESEL
Aitorium Universitas Gunadarma, Depok, 0- Agustus 008 ISSN : 4-686 EVALUASI RANCANGAN PEMANAS MINYAK JARAK MEMANFAATKAN KALOR BUANG ENGINE DIESEL Candra Permana Wisnu Hendradjit 3 FX Nugroo Soelami Program
Lebih terperinciBAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA
FISIK TOM I. SOL PILIHN GND 0. Pernyataan berikut yang termasuk teori atom menurut Dalton adala... agian terkecil suatu atom adala elektron. lektron dari suatu unsur sama dengan elektron dari unsure lain.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.
Lebih terperinciANALISA HEAT EXCHANGER KNL DENGAN TEKNIK KONTROL FUZZY. Sugeng Tirta Atmadja 1)
ANALISA HEAT EXCHANGER KNL 5-05 DENGAN TEKNIK KONTROL FUZZY Sugeng Tirta Atmadja ) Abstrat Suatu mesin transmisi penerus putaran dan daya di dalam gearbox menggunakan oli atau minyak pelumas yang berfungsi
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR
UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR Jotho *) ABSTRAK Perpindahan panas dapat berlangsung melalui salah satu dari tiga
Lebih terperinciAnalisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks
Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks Dwi Arif Santoso Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Lebih terperinciANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK
ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID
Lebih terperinciIX. TEGANGAN PADA BEJANA DINDING TIPIS
IX. TEGANGAN PADA BEJANA DINDING TIPIS 9.1. Pengertian Bejana Tekan Bejana tekan (essure vessels) merupakan struktur tertutup ang mengandung gas atau airan ang ditekan. Beberapa bentukna seperti silinder,
Lebih terperinciPermeabilitas dan Rembesan
9/7/06 Permeabilitas dan Rembesan Mekanika Tana I Norma Puspita, ST.MT Aliran Air Dalam Tana Sala satu sumber utama air ini adala air ujan yang meresap ke dalam tana lewat ruang pori diantara butiran tananya.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan
Lebih terperinciBAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA
BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA 2.1 Konsep Dasar Thermodinamika Energi merupakan konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisa teknik. Sebagai gagasan dasar bahwa
Lebih terperinciANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA
ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA Oleh Audri Deacy Cappenberg Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta ABSTRAK Pengujian Alat Penukar Panas Jenis Pipa Ganda Dan
Lebih terperinciPENDINGIN TERMOELEKTRIK
BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...
JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan
Lebih terperinciPengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar
JURNA TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 52 56 Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Lebih terperinciTabel 2.3 Daftar Faktor Pengotoran Normal ( Frank Kreit )
h i = Konduktansi permukaan rata-rata fluida sebelah dalam pipa (Btu/h ft 2 F) R o = Tahanan pengotoran pada sebelah luar pipa (Btu/h ft 2 F) R i = Tahanan pengotoran pada sebelah dalam pipa (Btu/h ft
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
Lebih terperinciSkripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI
KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DENGAN MENGGUNAKAN SOLAR ENERGY DEMONSTRATION TYPE LS-17055-2 DOUBLE SPOT LIGHT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk
Lebih terperinciIV. ANALISIS PERANCANGAN
IV. ANALISIS PERANCANGAN A. Rangka Analisis rangka dilakukan berdasarkan daya atau kekuatan tarik yang dimiliki ole traktor penarik (rotary and traktor Yanmar YZC). Besarnya daya tarik traktor diperole
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciMARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.
KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciBAB 3 ANALISA DENGAN UJI MODEL FISIK
28 BAB ANALISA DENGAN UJI MODEL FISIK.1 Deskripsi model.1.1 Pembuatan model Model yang digunakan adala saluran yang terbuat dari kaca berdimensi panjang (l) 8 m,tinggi () 0.7 m, dan lebar (b) 0.4 m dengan
Lebih terperinciKonduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi
Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi
Lebih terperinciSATUAN OPERASI FOOD INDUSTRY
SATUAN OPERASI RYN FOOD INDUSTRY Satu tujuan dasar industri pangan: mentransformasi bahan baku pertanian menjadi makanan yg layak dikonsumsi melalui serangkaian tahapan proses,. Tipe alat yg digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pendingin Mesin pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas ke suatu tempat yang temperaturnya
Lebih terperinciSIMAK UI Fisika
SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar
BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN KAJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI ALAMIAH PADA SALURAN PERSEGI EMPAT BERBELOKAN TAJAM OLEH Prof. DR. Ir. Ahmad Syuhada, M.
Lebih terperinciPENGARUH KETEBALAN INNER-HELICAL FIN TERHADAP CHARACTERISTIC OF PERFORMANCE PADA HEAD EXCHANGER
PENGARUH KETEBALAN INNER-HELICAL FIN TERHADAP CHARACTERISTIC OF PERFORMANCE PADA HEAD EXCHANGER Isak Usman 1), Slamet Wayudi 2), Bambang Dwi Argo 2) 1). Maasiswa Prog. Magister dan Doktor JurusanTeknik
Lebih terperinciPENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA. Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi
Jurnal Dinamika, April 2016, halaman 62-73 ISSN 2087-7889 Vol. 07. No. 1 PENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi Pogram Studi
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN EVAPORATOR KULKAS (LEMARI ES) DENGAN MENGUNAKAN REFRIGERANT R-22 DAN R-134A
99 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 04, No. 3, Oktober 2015 ANALISIS PERBANDINGAN EVAPORATOR KULKAS (LEMARI ES) DENGAN MENGUNAKAN REFRIGERANT R-22 DAN R-134A Imam Faozan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE
UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE PADA ALAT PENUKAR KALOR TABUNG CANGKANG DENGAN SUSUNAN TABUNG SEGITIGA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul
Lebih terperinci4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema )
4. TURUNAN 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba menjadi garis ggung
Lebih terperinciTEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di halaman paling belakang ini
TEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di alaman paling belakang ini 1. Model atom Dalton a. Atom adala bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi lagi b. Atom suatu
Lebih terperinciSUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB
SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Lebih terperinciHEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL
HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN.
BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang
Lebih terperinciLimit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri
7 Limit Fungsi Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Mengitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri Cobala kamu mengambil kembang gula-kembang gula dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam
Lebih terperinciSolusi Analitik Model Perubahan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace
Jurnal Gradien Vol. No.2 Juli 24 : 5-3 Solusi Analitik Model Perubaan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace Syarifa Meura Yuni, Icsan Setiawan 2, dan Okvita Maufiza Jurusan Matematika FMIPA Universitas
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PADA SIRIP 2 DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK ANTARA SIRIP BERCELAH DENGAN SIRIP UTUH
i PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PADA SIRIP 2 DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK ANTARA SIRIP BERCELAH DENGAN SIRIP UTUH TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciBAB V. SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL
BAB V. SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL Bangsa Perancis Louis Victor prince de Broglie (189-1987) menyampaikan ipotesisnya bawa materi memiliki sifat gelombang di samping sifat partikel. Prinsip ini yang
Lebih terperinciLONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN
LONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN Ign. Sutyas Aji ) Maraden S ) ) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta ) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM
Lebih terperinciTOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!
TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-nya. Shalawat serta salam penulis junjung kepada Nabi Muhammad
Lebih terperinciPENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA
PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA Tekad Sitepu Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Pengembangan mesin-mesin pengering tenaga surya dapat membantu untuk
Lebih terperinciFisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida
Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Zat Padat dan Fluida Pertanyaan Apa itu fluida? 1. Cairan 2. Gas 3. Sesuatu yang
Lebih terperinciPENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI
PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh
Lebih terperinciSub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan
Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetauan tentang ubungan analisis idrolika dalam perencanaan drainase Analisis Hidraulika Perencanaan Hidrolika pada drainase perkotaan adala untuk menentukan
Lebih terperinciT P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer
Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan metode pengawetan alami yang sudah dilakukan dari zaman nenek moyang. Pengeringan tradisional dilakukan dengan memanfaatkan cahaya matahari untuk
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI PERPINDAHAN
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model
Lebih terperinciuntuk i = 0, 1, 2,..., n
RANGKUMAN KULIAH-2 ANALISIS NUMERIK INTERPOLASI POLINOMIAL DAN TURUNAN NUMERIK 1. Interpolasi linear a. Interpolasi Polinomial Lagrange Suatu fungsi f dapat di interpolasikan ke dalam bentuk interpolasi
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Termal Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau (Juni Oktober 2016). 3.2 Jenis
Lebih terperinciTURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5
TURUNAN FUNGSI. SIMAK UI Matematika Dasar 9, 009 Jika kurva y a b turun pada interval, maka nilai ab... 5 A. B. C. D. E. Solusi: [D] 5 5 5 0 5 5 0 5 0... () y a b y b b a b b 6 6a 0 b 0 b 6a 0 b 5 b a
Lebih terperinci