BAB V ALINYEMEN VERTIKAL
|
|
- Widya Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BB V INYEMEN VERTIK linyemen vertikal adala perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan lajur ara atau melalui tepi dalam masing masing perkerasan untuk jalan dengan median. Sering kali disebut juga sebagai penampang memanjang jalan. Perencanaan alinyemen vertikal dipengaui ole besarnya biaya pembangunan yang tersedia. linyemen vertikal yang mengikuti muka tana asli akan mengurangi pekerjaan tana, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak mempunyai tikungan. Tentu saja al ini belum tentu sesuai dengan persyaratan yang diberikan seubungan dengan fungsi jalannya. Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit di atas muka tana asli seingga memudakan dalam pembuatan drainase jalannya, terutama di daera yang datar. Pada daera yang sering kali dilanda banjir sebaiknya penampang memanjang jalan diletakkan di atas elevasi muka banjir. Di dara perbukitan atau pegunungan diusaakan banyaknya pekerjaan galian seimbang dengan pekerjaan timbunan, seingga keseluruan biaya yang dibutukan tetap dapat dipertanggung jawabkan. Jalan yang terletak di atas lapisan tana yang lunak arus pula diperatikan akan kemungkinan besarnya penurunan dan perbedaan penurunan yang mungkin terjadi. Dengan demikian penarikan alinyemen vertikal sangat dipengarui ole berbagai pertimbangan seperti : Kondisi tana dasar Keadaan medan Fungsi jalan Muka air banjir Muka air tana Kelandaian yang masi memugkinkan Perlu pula diperatikan bawa alinyemen vertikal yang direncanakan itu akan berlaku untuk masa panjang, seingga sebaiknya alinyemen vertikal yang dipili tersebut dapat dengan muda mengikuti perkembangan lingkungan. linyemen vertikal disebut juga penampang jalan yang terdiri dari garis garis lurus dan garis garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat datar, mandaki atau menurun, biasa disebut berlandai. andai jalan dinyatakan dengan persen.
2 Pada umumnya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke kanan, maka landai jalan diberi tanda positif untuk pendakian dari kiri ke kanan, dan landai negatif untuk penurunan dari kiri. Pendakian dan penurunan memberi effek yang berarti teradap gerak kendaraan. KENDIN PD INYEMEN VERTIK JN andai Minimum Berdasarkan kepentingan arus lalu lintas, landai ideal adala landai datar (0%). Sebaliknya ditinjau darikepentingan drainase jalan, jalan berlandaila yang ideal. Dalam perencanaan disarankan menggunakan : a. andai datar untuk jalan jalan di atas tana timbunan yang tidak mempunyai kereb. ereng melintang jalan dianggap cukup untuk mengalirkan air di atas badan jalan dan kemudian ke lereng jalan. b. andai 0,5 % dianjurkan untuk jalan jalan di atas tana timbunan dengan medan datar dan mempergunakan kereb. Kelandaian ini ckup membantu mengalirkan air ujan ke inlet atau saluran pembuangan. c. andai minimum sebesar 0,3 0,5 % dianjurkan dipergunakan untuk jalan jalan di daera galian atau jalan yang memakai kereb. ereng melintang anya cukup untuk mengalirkan air ujan yang jatu di atas badan jalan, sedangkan landai jalan yang dibutukan untuk membuat kemiringan dasar saluran samping. andai maksimum Kelandaian 3 % mulai memberikan pengaru kepada gerak kendaraan mobil penumpang, walaupun tidak seberapa dibandingkan dengan gerakan kendaraan truk yang terbebani penu. Pengaru dari adanya kelandaian ini dapat terliat dari berkurangnya kecepatan jalan kendaraan atau mulai dipergunakannya gigi renda. Kelandaian tertentu masi dapat diterima jika kelandaian tersebut mengakibatkan kecepatan jalan tetap lebi besar dari setenga keepatan rencana. Untuk membatasi pengaru perlambatan kendaraan truk teradap arus lalu lintas, maka ditetapkan landai maksimum untuk kecepatan rencana tertentu. Bina Marga (luar kota) menetapkan kelandaian maksimum seperti pada tabel 5., yang dibedakan atas kelandaian maksimum stndar dan kelandaian maksimum mutlak. Jika tidak terbatasi ole kondisi keuangan, maka sebaiknya dipergunakan kelandaian sandar. SHTO membatasi kelandaian maksimum berdasarkan keadaan medan apaka datar, perbukitan atauka pegunungan.
3 Panjang kristis suatu kelandaian andai maksimum saja tidak cukup merupakan fator penentu dalam perencanaan alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek memberikan faktor pengaru yang berbeda dibandingkan dengan jarak yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian besar akan mengakibatkan penurunan kecepatan truk ang cukup berarti jika kelandaian tersebut dibuat pada panjang jalan yang cukup panjang, tetapi kurang berarti jika panjang jalan dengan kelandaian tersebut anya pendek saja. Tabel 5. Kelandaian maksimum jalan. Sumber Traffic Engineering Handbook, 99 dan PGJK, Bina Marga 990 (Rancangan kir) Kecepatan Jalan rteri luar kota Jalan antar kota (SHTO 90) (Bina Marga) Kelandaian Kelandaian Rencana Datar Perbukitan pegunungan Maksimum Maksimum km/jam Standar (%) Mutlak (%) Batas kritis umumnya diambil jika kecepatan truk berkurang mencapai 30 75% kecepatan rencana, atau kendaraan terpaksa mempergunakan gigi renda. Pengurangan kecepatan truk dipengarui ole besarnya kecepatan rencana dan kelandaian. Kelandaian pada kecepatan rencana yang tinggi akan mengurangi kecepatan truk seingga berkisar antara % kecepatan rencana selama menit perjalanan. Tetapi pada kecepatan rencana yang renda, kelandaian tidakbegitu mengurangi kecepatan truk. Kecepatan truk selama menit perjalanan, pada kelandaian ± 0%, dapat mencapai 75% kecepatan rencana. Tabel 5. memberikan panjang kritis yang disarankan ole Bina Marga (luar kota), yang merupakan kira kira panjang menit perjalanan, dan truk bergerak dengan penu. Kecepatan truk pada saat mencapai panjang kritis adala sebesar 5 0 km/jam.
4 ajur pendakian Pada jalan jalan berlandai dan volume yang tinggi, seringkali kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan di bawa kecepatan rencana menjadi pengalang kendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan sekitar kecepatan rencana. Untuk mengindari al tersebut perlula dibuatkan lajur pendakian. ajur pendakian adala lajur yang disediakan kusus untuk truk bermuatan berat atau kendaraan lain yang berjalan dengan kecepatan yang lebi renda, seingga kendaraan lain dapat mendaului kendaraan yang lebi lambat tanpa mempergunakan lajur lawan. Tabel 5. Panjang kritis untuk kelandaian yang melebii kelandaian maksimum standar KECEPTN RENCN (KM/JM) % 500 m 6% 500 m 7% 500 m 8% 40 m 9% 340 m 0% 50 m 6% 500 m 7% 500 m 8% 40 m 9% 340 m 0% 50 m % 50 m 7% 500 m 8% 40 m 9% 340 m 0% 50 m % 50 m % 50 m 8% 40 m 9% 340 m 0% 50 m % 50 m % 50 m 3% 50 m ajur pendakian Gambar 5. ajur pendakian. ENGKUNG VERTIK Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertikal. engkung vertikal tersebut direncanakan sedemikian rupa seingga memenui keamanan, kenyamanan dan drainase. Jenis lengkung vertikal diliat dari letak titik perpotongan kedua bagian lurus (tangen), adala :
5 5... engkung vertikl cekung, adala lengkung di mana titik perpotongan antara kedua tangen berada di bawa permukan jalan.. engkung vertikal cembung, adala lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan. engkung vertikal dapat berbentuk sala satu dari enam kemungkinan pada gambar a Ev = + d g = - g = + g = + g = - b g = - e g = + g = - g = - f g = - g = + g = + c g = + Gambar 5. Jenis lengkung vertikal diliat dari titik perpotongan kedua tangen. engkung vertikal type a, b dan c dinamakan lengkung vertikal cekung. engkung vertikal type d, e dan f dinamakan lengkung vertikal cembung. Persamaan lengkung vertikal Bentuk lengkung vertikal yang umum dipergunakan adala berbentuk lengkung parabola sederana. PPV g Q g% B g% PV Y X ½ Gambar 5.3 engkung vertikal parabola.
6 Titik, titik peralian dari bagian tangen ke bagian lengkung vertikal. Biasa diberi simbul PV (peralian lengkung vertikal). Titik B, titik peralian dari bagian lengkung vertikal ke bagian tangen (peralian tangen vertikal = PTV). vertikal). Titik perpotongan kedua bagian tangen diberi nama titik PPV (pusat perpotongan etak titik titik pada lengkung vertikal dinyatakan dengan ordinat Y dan X teradap sumbu koordinat yang melalui titik. yaitu : Pada penurunan rumus lengkung vertikal terdapat beberapa asumsi yang dilakukan, Panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi lengkung pada bidang orizontal =. Perubaan garis singgung tetap (d Y/dx = r) Besarnya kelandaian bagian tangen dinyatakan dengan g dan g %. Kelandaian diberi tanda positif jika pendakian, dan diberi tanda negatif jika penurunan, yang ditinjau dari kiri. = g g (perbedaan aljabar landai) Ev = pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung Rumus umum parabola dy /dx = r (konstanta) dy/dx = rx +C x = 0 dy/dx = g C = g x = dy/dx =g r +g =g dy dx ( g ( g Y g) g) x x g g x C' x = 0 kalau Y = 0, seingga C = 0 ( g g) x Y gx Dari sifat segitiga sebangun diperole : (y +Y) : g ½ = x : ½ y + Y = g x g x = Y + y Y = - (g g )/ x + Y + y r = (g g )/
7 ( g g) y = x y = 00 x Jika dinyatakan dalam persen (35) Untuk x = ½ dan y = Ev Diperole : Ev = 800.(36) Persamaan di atas berlaku baik untuk lengkung vertikal cembung maupun lengkung vertikal cekung. Hanya bedanya, jika Ev yang diperole positif, berarti lengkung vertikal cembung, jika negatif, berarti lengkung vertikal cekung. Dengan mempergunakan persamaan (35) dan (36) dapat ditentukan elevasi setiap titik pada lengkung vertikal. Conto peritungan Sta o + 85 Sta o + 60 Sta o Sta o +50 Sta o + 00 Sta o Sta o PV ½ PPV ½ PTV Gambar 5.4 Conto Peritungan PPV diketaui berada pada Sta dan mempunyai elevasi + 00 m. perubaan kelandaian terjadi dari 8 % (menurun dari kiri) ke kelandaian sebesar % (menurun dari kiri), dan panjang lengkung vertikal direncanakan sepanjang 50 m. a. Berapaka tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+50 m? b. Berapaka tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+00 m?
8 c. Berapaka tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+60 m? d. Berapaka tinggi rencana sumbu jalan pada Sta m? e. Berapaka tinggi rencana sumbu jalan pada Sta m? g = -8% g = -% = g g = - 8 (-) = - 6% = 50 m Persamaan umum lengkung vertikal : y = y = x 00 6x x y = 5000 y diitung dari garis tangennya. Bertanda negatif, berarti ke atas darigaris tangen (lengkung vertikal cekung). Untuk persamaan lengkung di kiri PPV, x diitung dari titik PV. Untuk persamaan lengkung di kanan PPV, x tidak bole diitung dari titik PV. Hal ini disebabkan kelandaian tidak menerus, tetapi beruba di titik PPV. Jadi x diitung dari titik PTV. Elevasi di sembarang titik pada alinyemen vertikal ditentukan dari kelandaian dan ordinat y. Sta PV berada pada Sta ½, yaitu Sta Sta PTV berada pada Sta ½, yaitu Sta Sta terletak pada bagian lurus berlandai 8 %. Berada sejau (60 50)m = 0 m di kiri PPV. PPV mempunyai ketinggian + 0 m. Elevasi sumbu jalan pada Sta m = %.0 = + 08,80 m. Sta Terletak pada lengkung vertikal sebela kiri titik PPV. Elevasi bagian tangen pada Sta = %. (60 00) = + 04,80 m. Elevasi sumbu jalan pada Sta adala elevasi bagian tangennya dikurangi y untuk x sejau (00 85) m = 5 m dari PV.
9 Elevasi sumbu jalan = + 04, /5000 = + 04,845 m. Sta Terletak tepat pada posisi PPV. Elevasi sumbu jalan pada Sta = elevasi PPV + Ev = /5000 = +0,5. Sta Terletak pada lengkung vertikal sebela kanan titik PPV. Elevasi bagian tangen pada Sta = + 00 %. (300-60) = + 99,0 m. Elevasi sumbu jalan pada Sta adala elevasi bagian tangennya dikurangi y untuk x sejau ( ) m = 35 m dari PTV. Elevasi sumbu jalan = + 99, /5000 = + 99,445 m. Sta Terletak pada bagian lurus berlandai %. Berada sejau (350 60) m = 90 m dikanan PTV. PPV mempunyai ketinggian + 00 m. Elevasi sumbu jalan pada Sta m = + 00 %. 90 = + 98,0 m. ENGKUNG VERTIK CEMBUNG Bentuk lengkung vertikal seperti yang diuraikan terdaulu, berlaku untuk lengkung vertikal cembung atau lengkung vertikal cekung. Hanya saja untuk masing masing lengkung terdapat batasan batasan yang berubungan dengan jarak pandangan. Pada lengkung vertikal cembung, pembatasan berdasarkan jarak pandangan dapat dibedakan atas keadaan yaitu :. Jarak pandangan berada selurunya dalam daera lengkung (S<).. Jarak pandangan berada di luar dan di dalam daera lengkung (S>). engkung vertikal cembung dengan S<
10 g PPV Ev g d d PTV PV S Gambar 5.5 Jarak pandangan pada lengkung vertikal cembung (S<). kx, dimana : Dari persamaan (35) diperole v = x, atau dapat pula dinyatakan dengan y = 00 x k = 00 engkung parabola y = k x (k konstanta) y = Ev Ev = k (½ ) y = = k d y = = k d k d kd Ev k 4 Ev k 4 4d 4d Ev Ev d = 4Ev d = 4Ev S = d + d = 4Ev + 4Ev Ev = 800 S = S =
11 S = 00 = S 00 (37) Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandangan enti menurut Bina Marga, dimana = 0 cm = 0,0 m dan = 0 cm =,0 m, maka : = S 00 = S.(38) 399 CS Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandangan menyiap menurut Bina Marga, dimana = 0 cm =,0 m dan = 0 cm =,0 m, maka : = S,40,40 00 = S.(39) 960 CS C = konstanta garis pandangan untuk lengkung vertikal cembung dimana S<. Tabel 5.3 Nilai C untuk beberapa & berdasarkan SHTO dan Bina Marga SHTO 90 Bina Marga 90 JPH JPM JPH JPM Tinggi mata pengemudi ( ) (m),07,07,0,0 Tinggi objek ( ) (m) 0,5,30 0,0,0 Konstanta C JPH JPM = Jarak pandangan enti = Jarak pandangan menyiap
12 engkung vertikal cembung dengan S> g PPV g Ev PV / PTV S 00 /g / 00 /g Gambar 5.6 Jarak pandangan pada lengkung vertikal cembung (S>). 00 S = + 00 g g = S g g Panjang lengkung minimum jika d/dg = 0, maka diperole : g g 0 g g g = g merupakan jumla aljabar dari g + g = g g = g = = S
13 00 = S -..(40) Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandangan enti menurut Bina Marga, dimana = 0 cm = 0,0 m dan = 0 cm =,0 m, maka : 0,0,0 = S C = S - S.(4) Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandangan enti menurut Bina Marga, dimana = 0 cm =,0 m dan = 0 cm =,0 m, maka :,0,0 = S C = S - S..(4) C = konstanta garis pandangan untuk lengkung vertikal cembung dimana S>. Tabel 5.3 dan tabel 5.4 menunjukkan konstanta C = C tanpa meliat apaka jarak pandangan berada di dalam atau di luar lengkung. Tabel 5.4 Nilai C untuk beberapa & berdasarkan SHTO dan Bina Marga SHTO 90 Bina Marga 90 JPH JPM JPH JPM Tinggi mata pengemudi (m),07,07,, Tinggi objek (m) 0,5,3 0,, Konstanta C JPH = Jarak pandangan enti JPM = Jarak pandangan menyiap Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan kebutuan akan drainase engkung vertikal cembung yang panjang dan ralatif datar dapat menyebabkan kesulitan dalam masala drainase jika disepanjang jalan dipasang kereb. ir di samping jalan
14 tidak mengalir lancar. Untuk mengindari al tersebut di atas panjang lengkung vertikal biasanya dibatasi tidak melebii 50. Persyaratan panjang lengkung vertikal cembung seubungan dengan drainase : = 50.(43) Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan kenyamanan perjalanan Panjang lengkung vertikal cembung juga arus baik diliat secara visual. Jika perbedaan aljabar landai kecil, maka panjang lengkung vertikal yang dibutukan pendek, seingga alinyemen vertikal tampak melengkung. Ole karena itu disyaratkan panjang lengkung yang diambil untuk perencanaan tidak kurang dari 3 detik perjalanan. ENGKUNG VERTIK CEKUNG Disamping bentuk lengkung yang berbentuk parabola sederana, panjang lengkung vertikal cekung juga arus dientukan dengan memperatikan : Jarak penyinaran lampu kendaraan Jarak pandangan bebas di bawa bangunan Persyaratan drainase Keluwesan bentuk Jarak penyinaran lampu kendaraan Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal cekung merupakan batas jarak pandangan yang dapat diliat ole pengemudi pada malam ari. Di dalam perencanaan umumnya tinggi lampu depan diambil setiggi 60 cm, dengan sudut penyebaran sebesar. etak penyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan atas keadaan yaitu :. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan <.. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan >. engkung vertikal cekung dengan jarak penyinaran lampu depan <.
15 B S B º º 60 cm O V D D 00 Gambar 5.7 engkung vertikal cekung dengan jarak pandangan peyinaran lampu depan <. DB = 00 S D B = ( DB) S D B = 00 D B = 0,60 + S tg tg = 0,075 S = 0,60 + S tg 00 S = 0 3,50 S.(44)
16 engkung vertikal cekung dengan jarak penyinaran lampu depan > S º B 60 cm º 00 B O V D D S Gambar 5.8 engkung vertikal cekung dengan jarak pandangan penyinaran lampu depan > D B = S 00 D B = 0,60 + S tg D B = 0,60 + 0,075 S S ,5 S = S - 0,60 0,075 S..(45) Jarak pandangan bebas di bawa bangunan pada lengkung vertikal cekung Jarak pandangan bebas pengemudi pada jalan raya yang melintasi bangunan bngunan lain seperti jalan lain, jembatan penyeberangan, viaduct, equaduct, seringkali teralangi ole bagian bawa bangunan tersebut. Panjang lengkung vertikal cekung minimum diperitungkan berdasarkan jarak pandangan enti minimum dengan mengabil tinggi mata pengemudi truk yaitu,80 m dan tinggi objek 0,50 m (tinggi lampu belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal minimum 5 m, disarankan mengambil yang lebi besar untuk perencanaan yaitu ± 5,5 m, untuk memberi keungkinan adanya lapisan tambaan dikemudian ari.
17 GRIS PNDNG PV KONST. TS PTV S g% g% PPV Gambar 5.9 Jarak pandangan bebas di bawa bangunan pada lengkung vertikal cekung dengan S<. a. Jarak pandangan S< Diasumsikan titik PPV berada di bawa bangunan S m E E = 800 S 800 m S = 800 m S dan m = 800 Jika jarak bebas dari bagian bawa bangunan atas ke jalan adala C, maka : m = C S 800 C = S 800C 400( ).(46) Jika =,80 m, = 0,50 m, dan C = 5,50 m, maka persamaan (46) menjadi : S = 3480 (47)
18 b. Jarak pandangan S> Diasumsikan titik PPV berada di bawa bangunan GRIS PNDNG KONST. TS g % S g % PV PTV Gambar 5.0 Jarak pandangan bebas di bawa bangunan pada lengkung vertikal cekung S E m E E = 800 = S dengan S>. S m = m E C 800C 400( ) (48) Jika =,80 m, = 0,50 m, dan C = 5,50 m, maka persamaan (48) menjadi : PPV = S (49) Bentuk visual lengkung vertikal cekung danya gaya sentrifugal dan gravitasi pada lengkung vertikal cekung menimbulkan rasa tidak nyaman kepada pengemudi. Panjang lengkung vertikal cekung minimum yang dapat memenui syarat kenyamanan adala : V = (50) Dimana : V = kecepatan rencan, km/jam. = perbedaan aljabar landai. = panjang lengkung vertikal cekung.
19 Kenyamanan mengemudi pada lengkung vertikal cekung Panjang lengkung vertikal cekung dengan mempergunakan persamaan (36) pendek jika perbedaan kelandaiannya kecil. Hal ini akan mengakibatkan alinyemen vertikal keliatan melengkung. Untuk mengindari al itu, panjang lengkung vertikal cekung diambil 3 detik perjalanan.
20 RNGKUMN Perencanaan alinyemen vertikal selalu dengan mempertimbangkan kondisi lapisan tana dasar, tinggi muka air banjir, tinggi muka air tana, fungsi jalan, kelandaian, dan keadaan medan. andai minimum sebesar 0,3 0,5 % pada jalan jalan di daera galian, dan dapat datar pada jalan di daera timbunan. Kelandaian maksimum dan panjang kritis suatu jalan dipengarui ole kecepatan dan keadaan medan. ajur pendakian adala lajur kusus untuk kendaraan berat, yang dibuatkan pada jalan berlandai cukup tinggi dan panjang. engkung vertikal merupakan tempat peralian dari kelandaian yang berbentuk lengkung parabola sederana. Pemilian panjang lengkung vertikal cembung arusla merupakan panjang terpanjang yang dibutukan setela mempertimbangkan jarak pandangan, persyaratan drainase, dan bentuk visual lengkung. Pemilian panjang lengkung vertikal cekung arusla merupakan panjang terpanjang yang dibutukan setela mempertimbangkan jarak penyinaran lampu depan kendaraan di malam ari, keluwesan bentuk, dan kenyamanan mengemudi. Pedoman umum dalam perencanaan alinyemen vertikal linyemen vertikal secara keseluruan arusla dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan. Untuk itu sebaiknya dipertikan al al sebagi berikut :. Pada alinyemen vertikal yang relatif datar dan lurus, sebaiknya diindari idden dip, yaitu lengkung lengkung vertikal cekung yang pendek, dan tidak terliat dari jau.. Pada landai menurun yang panjang dan tajam, sebaknya dikuti ole pendakian, seingga kecepatan kendaraan yang tela bertamba besar dapat segera dikurangi. 3. Jika direncanakan serangkaian kelandaian, maka sebaiknya kelandaian yang paling curam diletakkan di bagian awal, diikuti ole kelandaian yang lebi kecil. 4. Sedapat mungkin diindari perencanaan lengkung vertikal yang sejenis (cembung atau cekung) dengan anya dipisakan ole tangen yang pendek.
BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMEN VERTIKAL JALAN
BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMEN VERTIKAL JALAN Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang pertemuaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui
Lebih terperinciKelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :
ALINYEMEN VERTIKAL 4.1 Pengertian Alinyemen Vertikal merupakan perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan 3.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan Menurut Bina Marga (1997), fungsi jalan terdiri dari : a. jalan arteri : jalan yang melayani angkutan utama
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG
PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG Oleh : AGUS BUDI SANTOSO JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA ABSTRAK Perencanaan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Geometrik Jalan Raya Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa permukaan tanah
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya
BAB II DASAR TEORI Pada jalan luar kota dengan kecepatan yang rencana yang telah ditentukan harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat terhalangnya penglihatan
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA Sabar P. T. Pakpahan 3105 100 005 Dosen Pembimbing Catur Arief Prastyanto, ST, M.Eng, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Lebih terperinci4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN
4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN Alignemen vertikal jalan diperlukan pada saat arah jalan mengalami pendakian dan penurunan pada posisi arah jalan. Kondisi ini dapat merubah sudut
Lebih terperinciTurunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi
8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala
Lebih terperinciEng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1
PENDAHULUAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah yang diperkuat (diperkeras)
Lebih terperinciALINEMEN VERTIKAL. PDF created with pdffactory Pro trial version
ALINEMEN VERTIKAL ALINEMEN VERTIKAL Alinemen vertikal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada suatu bidang vertikal yang melalui sumbu jalan tersebut, atau bidang tegak melalui sumbu jalan, atau disebut
Lebih terperinciLengkung lingkaran untuk berbagai kecepatan rencana besar jari-jari minimum yang diijinkan ditinjau dari:
Lengkung Horisontal Lengkung lingkaran untuk berbagai kecepatan rencana besar jari-jari minimum yang diijinkan ditinjau dari: 1. Gaya sentrifugal diimbangi sepenunya ole gaya berat. G. Sin α C. Cos α C.
Lebih terperinciSUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Validasi program dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil dari perhitungan program ini memenuhi syarat atau tidak, serta layak atau tidaknya program ini
Lebih terperinciMatematika ITB Tahun 1975
Matematika ITB Taun 975 ITB-75-0 + 5 6 tidak tau ITB-75-0 Nilai-nilai yang memenui ketidaksamaan kuadrat 5 7 0 atau atau 0 < ITB-75-0 Persamaan garis yang melalui A(,) dan tegak lurus garis + y = 0 + y
Lebih terperincidapat dihampiri oleh:
BAB V PENGGUNAAN TURUNAN Setela pada bab sebelumnya kita membaas pengertian, sifat-sifat, dan rumus-rumus dasar turunan, pada bab ini kita akan membaas tentang aplikasi turunan, diantaranya untuk mengitung
Lebih terperinciPenampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar
Penampang melintang merupakan bentuk tipikal Potongan jalan yang menggambarkan ukuran bagian bagian jalan seperti perkerasan jalan, bahu jalan dan bagian-bagian lainnya. BAGIAN-BAGIAN DARI PENAMPANG MELINTANG
Lebih terperinciBAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI
BAB IV PERENCANAAN 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Harga CBR Tanah Dasar Penentuan Harga CBR sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :
Oleh Mahasiswa PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) JALAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SEPANJANG RUAS JALAN Ds. MAMEH Ds. MARBUI STA 0+00 STA 23+00 MANOKWARI PROPINSI PAPUA
Lebih terperinci2.1 ANALISA JARINGAN JALAN
BAB II REVISI BAB II 2.1 ANALISA JARINGAN JALAN 2.1.1 Sistem Jaringan Jalan Pada Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem
Lebih terperinciPERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP: 0521006 Pembimbing: Ir. Silvia Sukirman Pembimbing Pendamping: Sofyan Triana, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Jalan Menurut Arthur Wignall (2003 : 12) secara sederhana jalan didefinisikan sebagai jalur dimana masyarakat mempunyai hak untuk melewatinya tanpa diperlakukannya izin khusus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman yang semakin maju ini, transportasi menjadi hal vital dalam kehidupan manusia. Kesuksesan bertransportasi sangatlah dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan
Lebih terperinci19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b
PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang
Lebih terperinciBAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan yang akan dibicarakan dalam bab ini, seperti kendaraan rencana, kecepatan rencana,
Lebih terperinciPenyelesaian Model Matematika Masalah yang Berkaitan dengan Ekstrim Fungsi dan Penafsirannya
. Tentukan nilai maksimum dan minimum pada interval tertutup [, 5] untuk fungsi f(x) x + 9 x. 4. Suatu kolam ikan dipagari kawat berduri, pagar kawat yang tersedia panjangnya 400 m dan kolam berbentuk
Lebih terperinciBAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN
BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus
Lebih terperinciTURUNAN FUNGSI. 1. Turunan Fungsi
TURUNAN FUNGSI. Turunan Fungsi Turunan fungsi f disembarang titik dilambangkan dengan f () dengan definisi f ( ) f ( ) f (). Proses mencari f dari f disebut penurunan; dikatakan bawa f diturunkan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui
3.1. Metode Pengambilan Data BAB III METODE PERENCANAAN 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui keadaan medan yang akandiencanakan. 2. Metode wawancara dalam menambah data
Lebih terperinciTURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5
TURUNAN FUNGSI. SIMAK UI Matematika Dasar 9, 009 Jika kurva y a b turun pada interval, maka nilai ab... 5 A. B. C. D. E. Solusi: [D] 5 5 5 0 5 5 0 5 0... () y a b y b b a b b 6 6a 0 b 0 b 6a 0 b 5 b a
Lebih terperinciMODUL 9. Sesi 1 STATIKA I PELENGKUNG TIGA SENDI. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution
STATIKA I MODU 9 Sesi 1 PEENGKUNG TIGA SENDI Dosen Pengasu : Materi Pembelajaran : 1. Konsep Dasar. 2. angka-langka Penyelesaian. 3. PORTA SIMETRIS. a. Memikul Muatan Terpusat Vertikal Tunggal b. Memikul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan
BAB 1 PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
Lebih terperinciBAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN
BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus pada as jalannya yang menggambarkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang bersangkutan pada arah
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah
BAB V T U R U N A N 1. Menentukan Laju Perubaan Nilai Fungsi. Menggunakan Aturan Turunan Fungsi Aljabar 3. Menggunakan Rumus Turunan Fungsi Aljabar 4. Menentukan Persamaan Garis Singgung Kurva 5. Fungsi
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGATAR
DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Halaman Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACK vi KATA PENGATAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
11 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Studi pustaka adalah suatu pembahasan berdasarkan bahan baku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu
Lebih terperinciyang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan geometrik jalan merupakan bagian dari perancangan jalan yang dititik beratkan pada perancangan bentuk fisik jalan sedemikian sehingga dapat menghasilkan
Lebih terperinciPERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP: 0721079 Pembimbing: Dr. Budi Hartanto S., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciSesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus
Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5) Sistem: Jaringan Jalan Primer; Jaringan Jalan Sekunder Status: Nasional; Provinsi; Kabupaten/kota; Jalan desa Fungsi:
Lebih terperinciPerencanaan Geometrik Jalan
MODUL PERKULIAHAN Perencanaan Geometrik Jalan Pengantar Perencanaan Geometrik Jalan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Teknik Sipil Tatap Muka Kode MK 02 Disusun Oleh Reni Karno Kinasih, S.T., M.T Abstract
Lebih terperinciLimit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri
7 Limit Fungsi Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Mengitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri Cobala kamu mengambil kembang gula-kembang gula dalam
Lebih terperinciPENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN STANDARD PERENCANAAN Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 Direktorat
Lebih terperinciSub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan
Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetauan tentang ubungan analisis idrolika dalam perencanaan drainase Analisis Hidraulika Perencanaan Hidrolika pada drainase perkotaan adala untuk menentukan
Lebih terperinciAKAR PERSAMAAN Roots of Equations
AKAR PERSAMAAN Roots o Equations Akar Persamaan 2 Acuan Capra, S.C., Canale R.P., 1990, Numerical Metods or Engineers, 2nd Ed., McGraw-Hill Book Co., New York. n Capter 4 dan 5, lm. 117-170. 3 Persamaan
Lebih terperinciA. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan
A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan. Turunan Fungsi Aljabar a. Mengitung Limit Fungsi yang Mengara ke Konsep Turunan Dari grafik di bawa ini, diketaui fungsi y f() pada interval k < < k +, seingga
Lebih terperinciBAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING
BAB III STRATIFIED CUSTER SAMPING 3.1 Pengertian Stratified Cluster Sampling Proses memprediksi asil quick count sangat dipengarui ole pemilian sampel yang dilakukan dengan metode sampling tertentu. Sampel
Lebih terperinciGb. 2.9 Balok Menerus
BALOK TERLENTUR 1 Jarak Bentang a Panjang perletakan dari sebua balok diatas dua perletakan arus diambil paling tinggi l/0 jarak antara kedua ujung perletakan Jarak-bentang diambil sebesar jarak antara
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma
Lebih terperinci5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000
Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Gambar Situasi Skala 1:1000 Penentuan Trace Jalan Penentuan Koordinat PI & PV Perencanaan Alinyemen Vertikal
Lebih terperinciMODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK
MODE ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BEREEKTRON BANYAK Pada materi Struktur Atom Hidrogen suda kita pelajari tentang Teori Atom Bor, dimana lintasan elektron pada atom Hidrogen berbentuk lingkaran. Namun
Lebih terperinci4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1
4. TURUNAN MA4 Kalkulus I 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DISUSUN OLEH : MUHAMMAD HAYKAL 008011006 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 010 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia
Lebih terperinciSeri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR
Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Ole : Tony Hartono Bagio 00 KALKULUS DASAR Tony Hartono Bagio KATA PENGANTAR
Lebih terperinci254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +
4.3. Perhitungan Daerah Kebebasan Samping Dalam memperhitungkan daerah kebebasan samping, kita harus dapat memastikan bahwa daerah samping/bagian lereng jalan tidak menghalangi pandangan pengemudi. Dalam
Lebih terperinciKAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA
KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM 109+635 SAMPAI DENGAN KM 116+871 ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA DOUBLE TRACK GEOMETRIC INVESTIGATION FROM KM 109+635 UNTIL KM 116+870 BETWEEN CIGANEA
Lebih terperinciBAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan
BAB V MEDIAN JALAN 5.1 Macam-macam Median Jalan 1. Pemisah adalah suatu jalur bagian jalan yang memisahkan jalur lalulintas. Tergantung pada fungsinya, terdapat dua jenis Pemisah yaitu Pemisah Tengah dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
Lebih terperinciPOTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);
POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Pengertian Umum Potongan melintang jalan (cross section) adalah suatu potongan arah melintang yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, sehingga dengan potongan melintang
Lebih terperinciOleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )
Oleh : ARIF SETIYAFUDIN (3107 100 515) 1 LATAR BELAKANG Pemerintah Propinsi Bali berinisiatif mengembangkan potensi pariwisata di Bali bagian timur. Untuk itu memerlukan jalan raya alteri yang memadai.
Lebih terperinciBAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING
BAB III METODE STRATIFIED RADOM SAMPIG 3.1 Pengertian Stratified Random Sampling Dalam bukunya Elementary Sampling Teory, Taro Yamane menuliskan Te process of breaking down te population into rata, selecting
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
161 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Berdasarkan keseluruhan hasil perencanaan yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Lebih terperinciEVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Bayu Chandra Fambella, Roro Sulaksitaningrum, M. Zainul Arifin, Hendi Bowoputro Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPerhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN DIAGRAM... xv DAFTAR SIMBOL... xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2.
Lebih terperinciE-learning Matematika, GRATIS
Penyusun : Arik Murwanto, S.Pd. Editor : Drs. Keto Susanto, M.Si. M.T. ; Istijab, S.H. M.Hum. Imam Indra Gunawan, S.Si. Standar Kompetensi: Menggunakan konsep turunan fungsi dalam pemecaan masala Kompetensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tahapan Perencanaan Jalan Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam perencanaan jalan pada prinsipnya supaya suatu jalan memenuhi syarat keamanan dan kenyamanan
Lebih terperinciBAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMENT HORIZONTAL B.4.1. LENGKUNG PERALIHAN Secara teoritis perubahan jurusan yang dilakukan pengemudi dari jalan lurus (R =
BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMENT HORIZONTAL B.4.1. LENGKUNG PERALIHAN Secara teoritis perubahan jurusan yang dilakukan pengemudi dari jalan lurus (R = oo) ke tikungan berbentuk busur lingkaran (R = R) hams
Lebih terperinciJURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd
JURNAL PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUMON PADA MATERI PEMBAGIAN BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA KEDIRI PADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE
Lebih terperinciAUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG
AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG NAMA KELOMPOK : KHUSNUL KHOTIMAH (108 694 003) INDAH NOVITASARI (108 694 012) LAILATUR ROHMAH (108 694 028) MOCH. BAGUS ALIM MS (108 694
Lebih terperinciPerencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur
Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur Ferdiansyah Septyanto, dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Klasifikasi Jalan 2.1.1 Pengertian : BAB II TINJAUAN PUSTAKA a. Badan jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalulintas, median, dan bahu jalan. b. Bahu Jalan adalah bagian
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 50) Lengkung Geometrik PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MAGISTER TEKNIK JALAN RAYA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Khusus Pembangunan jalur dan stasiun Light Rail Transit akan dilaksanakan menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan jalur layang (Elevated) dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar perencanaan geometrik 2.1.1 Pengertian Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang menitik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan
Lebih terperinciterjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Operasional dan Perencanaan Jalan Luar Kota Analisis operasional merupakan analisis pelayanan suatu segmen jalan akibat kebutuhan lalu-lintas sekarang atau yang diperkirakan
Lebih terperinciPermeabilitas dan Rembesan
9/7/06 Permeabilitas dan Rembesan Mekanika Tana I Norma Puspita, ST.MT Aliran Air Dalam Tana Sala satu sumber utama air ini adala air ujan yang meresap ke dalam tana lewat ruang pori diantara butiran tananya.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,
BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Kendaraan Rencana Menurut Dirjen Bina Marga (1997), kendaraan rencana adalah yang dimensi dan radius putarnya digunakan sebagai acuan dalam perencanaan geometric jalan. Kendaraan
Lebih terperinciEVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta
EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta 2+223.92 Sta 3+391.88) JURNAL PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik
Lebih terperincidi FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 4 Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung adalah Dosen Pendidikan Fisika
PENENTUAN PANJANG GELOMBANG BERBAGAI FILTER WARNA PADA LAMPU TL DAN WOLFRAM DENGAN SPEKTROMETER KISI DIFRAKSI UNTUK MENUNJANG EKSPERIMEN EFEKFOTOLISTRIK Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
64 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejara Singkat Berdirinya Madrasa Tsanawiya Negeri I Candi Laras Utara Madrasa Tsanawiya pada awal didirikan pada taun 1983, ini
Lebih terperinciBAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG
BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG Memperhatikan penampang melintang jalan sebagaimana Bab I (gambar 1.6 dan gambar 1.7), maka akan tampak bagian-bagian jalan yang lazim disebut sebagai komponen penampang
Lebih terperinci4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema )
4. TURUNAN 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba menjadi garis ggung
Lebih terperinciBAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian
BAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian Jarak pandang adalah panjang bagian jalan di depan pengemudi yang dapat dilihat dengan jelas, diukur dari tempat kedudukan mata pengemudi. Kemampuan untuk dapat melihat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik 2.1.1 Pengertian Perencanaan Geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada alinymen horizontal dan alinymen
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK DAN LAYOUT SIMPANG JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA SURABAYA
TUGAS AKHIR RC10-1380 PERENCANAAN GEOMETRIK DAN LAYOUT SIMPANG JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA SURABAYA RONY FERDINAND PANGGABEAN NRP 3110105027 Dosen Pembimbing : Ir. WAHJU HERIJANTO, MT. JURUSAN LINTAS
Lebih terperinciBagas Aryo Y JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang Kumpulrejo TUNDAAN
SIMPANG BERSINYAL Tanggal Ditangani oleh Formulir SIG-V Formulir SIG-V PANJANG ANTRIAN Kota Salatiga Bagas Aryo Y JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang Kumpulrejo TUNDAAN Waktu siklus Kode Arus Kapasitas Derajat
Lebih terperinciI Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*
12 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 2, No. 1 : 12-21, Maret 2015 ANALISIS KELANDAIAN MELINTANG SEBAGAI ELEMEN GEOMETRIK PADA BEBERAPA TIKUNGAN RUAS JALAN MATARAM-LEMBAR Analysis Superelevation on Alignment
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH Diajukan Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH : SLAMET RIYADI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala penelitian komparasi. Kata komparasi dalam baasa inggris comparation yaitu perbandingan. Makna dari
Lebih terperinciTUGAS PERENCANAAN JALAN REL
TUGAS PERENCANAAN JALAN REL Pebriani Safitri 21010113120049 Ridho Fauzan Aziz 210101131200050 Niken Suci Untari 21010113120104 Aryo Bimantoro 21010113120115 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Maksud Tujuan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
JURNAL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIA PADA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR DI SMP NEGERI 5 KEDIRI THE EFFECTIVENESS OF
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
37 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 TAHAPAN PENELITIAN Penelitian ini di bagi menjadi 2 tahap: 1. Pengukuran kondisi geometri pada ruas jalan Ring Road Selatan Yogyakarta Km. 36,7-37,4 untuk mengkorfirmasi
Lebih terperinciEVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK
EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK Dian Idyanata 1) Abstrak Kemacetan merupakan suatu konflik pada ruas jalan yang menyebabkan antrian pada ruas jalan
Lebih terperinciMODUL FISIKA SMA IPA Kelas 11
SM IP Kelas Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyeleaian masala. 3. lirannya stasioner (non turbulen), artinya partikel mengalir menurut garis
Lebih terperinciMATEMATIKA TURUNAN FUNGSI
MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim 0 f ( x ) f( x) KELAS : XI IPA SEMESTER : (DUA) SMA Santa Angela Bandung Taun Pelajaran 04-05 XI IPA Semester Taun Pelajaran 04 05 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul ini kami
Lebih terperinciLONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN
LONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN Ign. Sutyas Aji ) Maraden S ) ) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta ) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM
Lebih terperinci