DIKTAT ANALISA KOMPLEKS. BINTI ANISAUL K, M.Pd.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIKTAT ANALISA KOMPLEKS. BINTI ANISAUL K, M.Pd."

Transkripsi

1 DIKTAT ANALISA KOMPLEKS BINTI ANISAUL K, M.Pd.

2 BAB I BILANGAN KOMPLEKS Sistem bilangan ang sudah dikenal sebelumna aitu sistem bilangan real, tetapi sistem bilangan real ternata masih belum cukup untuk menelesaikan semua bentuk persamaan. Oleh karena itu, perlu suatu jenis bilangan baru ang disebut bilangan kompleks. Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=. Jadi disamping bilangan real kita perlu bilangan jenis baru. Bilangan jenis baru ini dinamakan bilangan imajiner atau bilangan kompleks. A. Pengertian Bilangan Kompleks Mengapa perlu bilangan kompleks? mempunai penelesaian dengan. tidak mempunai penelesaian jika. Sehingga perlu mengidentifikasi suatu bilangan sehingga mempunai penelesaian. Selanjutna perlu dikembangkan suatu sistem bilangan aitu bilangan kompleks. Definisi Bilangan Kompleks Bilangan kompleks : merupakan pasangan berurut, dengan,. Ditulis :,. merupakan bilangan ang berbentuk i dengan, dan, i. Ditulis : i. Jika i, maka Re = bagian riil, Im = bagian imajiner, i = satuan imajiner dan i.

3 Ada beberapa hal ang perlu diperhatikan dalam bilangan kompleks aitu. C = himpunan bilangan kompleks = i,, & i.. Jika Re dan Im 3. Jika Re dan Im 4. Kesamaan bilangan kompleks. Misalkan i dan i. jika dan hana jika maka dinamakan bilangan imajiner murni. maka merupakan bilangan riil. dan. Contoh a. i Re b. i Re dan Im. dan Im. B. Bidang Kompleks Bilangan kompleks merupakan pasangan berurut,, sehingga secara geometri dapat disajikan sebagai titik, pada bidang kompleks bidang, dengan sumbu sumbu riil dan sumbu sumbu imajinair. Selain itu, bilangan kompleks i, juga dapat disajikan sebagai vektor dalam bidang kompleks dengan titik pangkal pada titik asal dan ujung vektor merupakan titik,. sumbu imajinair, i O sumbu riil Gambar. Bidang kompleks 3

4 C. Operasi Aljabar Operasi aljabar pada bilangan kompleks sesuai dengan operasi aljabar pada bilangan riil. Operasi Aljabar pada bilangan kompleks Misalkan i dan i. a. Penjumlahan : i b. Pengurangan : i c. Perkalian : d. Pembagian : i i i i, Perlu diperhatikan :. negatif. Jika i maka i.. kebalikan Jika i maka i. Sifat Operasi Aljabar a. Hukum komutatif b. Hukum asosiatif c. Hukum distributif 3 3 d. Elemen netral dalam penjumlahan i 4

5 e. Elemen netral dalam perkalian i.. D. Modulus dan Bilangan Kompleks Sekawan Penajian bilangan kompleks sebagai vektor dapat digunakan untuk mengembangkan konsep nilai mutlak bilangan riil pada bilangan kompleks. Definisi modulus nilai mutlak Modulus nilai mutlak i didefinisikan sebagai bilangan riil non negatif Modulus = = dan ditulis sebagai. Secara geometri, menatakan jarak antara titik, dan titik asal. Misalkan i dan i. Jarak antara dan didefinisikan dengan. Selanjutna, persamaan R menatakan bilangan kompleks ang bersesuaian dengan titik-titik pada lingkaran dengan pusat dan jari-jari R. Definisi bilangan kompleks sekawan Bilangan kompleks sekawan dari i didefinisikan sebagai bilangan kompleks i. Secara geometri, bilangan kompleks sekawan dan merupakan pencerminan titik, terhadap sumbu riil. i dinatakan dengan titik, Contoh a. 3 4i b. 3 3i menatakan lingkaran dengan pusat 3, 3 dan jari-jari R. c. Jika 3 4i maka 3 4i. 5

6 Sifat Modulus dan Bilangan Kompleks Sekawan a. b. Re Re c. Im Im d. e. f. g. h. i. j. k. Re, Im i l. m. Pertidaksamaan Segitiga : n. o. p. n n. E. Bentuk Kutub Bentuk kutub bilangan kompleks Bilangan kompleks i dapat disajikan dalam koordinat kutub r,. Misalkan r cos dan r sin maka i dapat dinatakan dalam bentuk kutub r cos i r sin r cos i sin r cis 6

7 dengan r = modulus nilai mutlak = =. = argumen dari = arg = arc tg,. r θ = + i Nilai argumen dari arg tidak tunggal tetapi merupakan kelipatan sesuai dengan kuadran dimana titik berada. Sedangkan, nilai utama principal value dari arg ditulis Jelas, Arg dengan Arg adalah tunggal. arg Arg n, n,,,. Perlu diperhatikan bahwa : r r cos i sin r cos i sin cis r cis arg arg Operasi aljabar bentuk kutub dan sifat argumen Misalkan r cos i dan r cos i sin dengan r, r, arg, arg. a. Perkalian r r cis cis sin arg arg arg. b. Pembagian r cis cis r. 7

8 arg arg arg. c. Invers sebarang bilangan kompleks i r e aitu cis. r arg arg. Contoh 3 i i 3 Diketahui. Tentukan bentuk kutub dari dan. i Penelesaian : Menggunakan sifat argumen diperoleh : cis cis cis cis cis 4 cis. 6 Selain dalam bentuk umum i dan bentuk kutub rcos i sin, bilangan kompleks juga dapat dinatakan dalam bentuk eksponen. Bentuk eksponen Bentuk eksponen bilangan kompleks i r e i aitu dengan i e cos i sin dinamakan rumus Euler. Operasi aljabar bentuk eksponen i i Misalkan r e dan r e. a. Perkalian r b. Pembagian i i r e e r r i e 8

9 i e r r c. Invers sebarang bilangan kompleks i r e aitu r i e Bentuk pangkat Misalkan i r e, maka menggunakan aturan pangkat seperti pada bilangan riil diperoleh n i n i n r e n r e, n,,, Rumus Moivre Jika r, maka bentuk pangkat di atas menjadi atau n i n i n e e, i n i n e e, n,,,. Selanjutna dapat ditulis dalam bentuk cos isin n cos n isin n ang disebut Rumus Moivre. F. Bentuk Akar Bentuk akar Misalkan ditulis n r cis, akar pangkat n dari bilangan kompleks atau n. Jika diberikan bilangan kompleks dan n bilangan bulat positif, maka diperoleh n buah akar untuk k n r k k cos i sin n n, k,,,, n. n aitu Secara geometri, n buah akar tersebut merupakan titik-titik sudut segi n beraturan pada suatu lingkaran dengan pusat titik O dan jari-jari n r. Contoh 4 Tentukan semua akar dari 3 8i dan gambarkan akar-akar tersebut dalam bidang kompleks. 9

10 Penelesaian : Misalkan 8i, maka r 8 dan arctg 8, 3 k k 3 sin 8 i 8 cos i, k,,. k 3 3 Sehingga diperoleh 3 i 8 cos sin cos isin 3 i cos isin i. 7 7 cos i sin 3 i Ringkasan Bilangan kompleks i mempunai bentuk kutub r cis, dan bentuk eksponen i r e, dengan arg.

11 BAB II FUNGSI KOMPLEKS A. DEFINISI Pada analisis kompleks, ang perlu di perhatikan adalah fungsi kompleks ang dapat diturunkan pada domain tertentu. Pertama-tama akan di definisikan dahulu bahwa : S adalah himpunan bilangan kompleks, dan fungsi f dan S adalah aturan ang menetapkan setiap di dalam S suatu bilangan kompleks w, disebut sebagai nilai fungsi f di, di tulis sebagai : Pada rumus diatas, merupakan peubah kompleks. Jadi, S merupakan domain dari definisi fungsi f. oleh karena itu, himpunan ang merupakan seluruh nilai fungsi f disebut sebagai jangkauan range dari f. sedangkan w adalah bilangan komplek juga, sehingga dapat dituliskan sebagai :, dengan u merupakan bagian nata real dan v merupakan bagian imajiner. Jadi, w bergantung pada Pada rumus di atas menunjukkan bahwa fungsi kompleks ekuivalen dengan pasangan fungsi dan ang keduana bergantung pada dua peubah dan. Domain asal fungsi Domain hasil fungsi Contoh :

12 Tuliskan dalam bentuk u dan v! Jawab : Misalkan, maka fungsi Jadi, Jika maka dan Berarti, dan B. OPERASI PADA FUNGSI KOMPLEKS Operasi pada fungsi menangkut operasi pada penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian didefinisikan sebagai berikut: a b c d Masing masing dengan sarat dan untuk d ditambahkan sarat Contoh: Diberikan fungsi Maka diperoleh: a b

13 c d masing-masing pernataan a, b, dan c dengan sarat d dengan sarat dan untuk pernataan C. FUNGSI ELEMENTER. FUNGSI EKSPONENESIAL Sebelum mengetahui lebih lanjut disini kita definisikn fungsi eksponensial dapat ditulis Dimana rumus sebslumna Dan gunakan untuk mendapatkan radians. Dari sini didapat definisi bahwa mengurangi ke fungsi eksponensial ang biasa dalam kalkulus dimana ; dan beberapa penjelasan di kalkulus, sering ditulis untuk. Catatan bahwa pada saat suku ke positif akar dari adalah untuk menentukan dimana, pernataan menceritakan bahwa fungsi eksponensial komplek adalah juga. dimana. Kecuali untuk penjelasan bagian 8 bahwa biasana mengharuskan untuk menggantikan seperti kumpulan dari suku ke akar dari. Sesuai dengan definisi, ; dan titik titik keluar di bagian 3, definisi ini mengingatkan dari penebab sifat Maka adalah merupakan perluasan dari sifat di kalkulus, 3 dan 3

14 Tetapi dan keduana real, dan kita mengetahuina dari bagian 7, bahwa Dari sini Dan didapat ; The right hand terakhir karena dari pernataan. sifat 3 tidak dapat di tegakkan. Bagaimana melihat sifat 3 memungkinkan untuk menulis, atau 4 Dari sini dinatakan fakta bahwa, ini mengikuti bahwa. Ada suatu bilangan dari sifat sebelumna bahwa dengan contoh bagian, untuk contoh, ang diharapkan. Sesuai 5 Masing masing dimana pada bidang. Catatan bahwa perbedaan dari untuk semua menceritakan bahwa adalah seluruhna bagian 3. Itu benar juga bahwa 6 untuk sembarang bilangan komplek Ini jelas ditulis pada definisi di bentuk dimana dan Yang mana menceritakan bahwa 7 dan Pernataan 6 maka mengikuti pengamatan dari bagian adalah selalu positif. Sementara sifat dari ini, bagaimanapun, tidak diharapkan. Untuk contoh, dimisalkan dan Kita tentukan bahwa adalah berkala, dengan teor periode imajiner : 8 Menurut contoh illustrasi lainna sifat dari bahwa tidak mempunai. aitu, saat tidak pernah negative, maka nilai dari ada. 4

15 Contoh. Carilah semua nilai ang memenuhi 9 Untuk menentukan, kita tulis persamaan 9. Maka dari bagian 8 mengenai persamaan dua bilangan komplek adalah sama dalam bilangan eksponensial,jadi dan Jadi, dan diperoleh.. Fungsi Trigonometri Persamaan sec.6 menjelaskan bahwa e i cos isin dan e i cos isin Pada setiap bilangan real, dan dari persamaan ini diperoleh e i i e i i i sin dan e e cos Sehingga, i i e e sin dan i e cos Definisi diatas ang mendasari pendefinisian sinus itu dan fugsi cosinus dari suatu variabel kompleks seperti berikut : i i e e sin, i e cos i e i Fungsi itu adalah keseluruhan saat menggabungkan garis-garis lurus latihan 3, bagian.4 dari keseluruhan fungsi i e dan eksponensial itu, ditemukan dari pertanaan bahwa d d sin cos, cos sin. d d i e i i e. Diketahui turunanna dari fugsi Itu adalah mudah dengan melihat dari defenisi bahwa 3 sin sin dan cos cos Dan suatu variasi identitas ang lain dari trigonometri adalah benar pada variabel kompleks. 5

16 Contoh. Tunjukkan bahwa 4 sin cos sin sin, Gunakan defenisi dan baik dari fungsi ekspoesial, pertama ditulis sin cos e i e i i e i e i Kemudian dilakukan perkalian untuk menghilangkan di sebelah kanan e e i e e i i i i i i Atau sin sin ; Dan identik 4 ang tidak bisa dipungkiri Idetik 4 dipelajari pada identitas lihat latihan 3 dan 4 5 sin sin cos cos sin, 6 cos cos cos sin sin, Dan dari persamaan diatas ditujukkan bahwa 7 sin cos, 8 sin sin cos, cos cos sin, 9 sin cos, sin cos. Ketika adalah suatu bilangan rill, pertama dapat digiakan defenisi dan fungsi hiperbola e e e sinh dan cosh Pada kalkulus dituliskan sin i isinh dan cos i cosh Merupakan rill dan bagian imajiner dari sin dan cos kemudian diperlihatkan dengan mudah degan menulis dan i pada identitas 5 dan 6: sin sin cosh icos sinh, cos cos cosh isin sinh, Dimana i. e 6

17 Suatu bilangan dibutuhkan benar dari sin dan cos dengan mendekati dari ekspresi dan.sifat berkala dari fungsi itu, sebagai contoh, adalah jelas : 3 sin sin, sin sin, 4 cos cos, cos cos. Juga lihat latihan 9 5 sin sin sinh, 6 Karena tak terbatas, ini benar dari dua persamaan dan adalah tidak berbatas pada bidang kompleks, di mana nilai mutlak dari dan adalah kecil atau sama dengan semua nilai pada.lihat definisi dari batas pada akhir bagian 7. Nilai nol pada sebuah fungsi merupakan nilai dari sedemikian sehingga.karen a merupakan fungsi sinus biasa dalam kalkulus di mana adalah real, diketahui bahwa nilai real semuaqna bernilai nol pada. Untuk menunjukkan bahwa tidak ada nilai nol ang lain, diasumsikan bahwa dan carana mengikuti dari persamaan 5 bahwa Jadi, Dengan jelas, dimana dan, sehingga 7 jika dan hana jika Karena Berdasarkan identitas 9 ang ke 8 jika dan hana jika Jadi, ini merupakan keadaan ang sebenarna dengan, nilai nol pada semuana real. Empat fungsi trigonometri lainna menegaskan hubungan dari fungsi sinus dan cosinus dengan hubungan-hubungan: 9 7

18 Selidiki bahwa persamaan dan adalah analitik di mana-mana kecuali pada keistimewaan bagian 3 Di mana nilai nol pada. Demikian juga, dan mempunai keistimewaan pada nol dari, akni rumus turunan Dengan menurunkan persamaan sebelah kanan 9 dan, didapatkan Kadangkala tiap fungsi trigonometri ditegaskan dengan persamaan 9 dan ikut dijelaskan dari persamaan 3 dan 4. Untuk contoh: 3 Pemetaan properties dari transformasi adalah sangat penting untuk aplikasi selanjutna. Saat belajar memilih properties cukup dengan membaca bagian 89 chap 8, di mana pemetaan tersebut didiskusikan. 3. Fungsi Hiperboliks Fungsi hiperbolik sinus dan hiperbolik kosinus didifinisikan sebagai dengan suatu variabel riil ; aitu dari suatu variabel kompleks Karena dan adalah fungsi lengkap, berdasarkan dari definisi dan adalah fungsi lengkap. Sedemikian sehingga, Karena cara ang digunakan oleh fungsi eksponensial ada pada definisi dan dari definisi Bagian 33, maka 8

19 Dari dan, fungsi hiperbolik sinus dan fungsi kosinus saling berhubungan dengan fungsi trigonometri, sehingga 3 4 Beberapa dari persamaan ang sering digunakan ang selalu menertakan fungsi hiperbolik sinus dan fungsi kosinus aitu Dan 9 dimana. Ketika persamaan ini mengikuti secara langsung dari definisi, dengan mudah diperoleh dari hubungan persamaan trigonometri, dengan bantuan dari persamaan 3 dan 4. contoh Untuk menggambarkan cara dari pembuktian ang tepat, misalkan dengan menggunakan persamaan. Berdasarkan persamaan 4,. Yaitu 3 Dimana. Dari persamaan 5, pada bagian 33, kita ketahui bahwa dan ini memungkinkan kita untuk menuliskan persamaan 3 ke dalam bentuk persamaan. 9

20 Maksud dari dan mengikuti hubungan persamaan 4 bahwa dan adalah periodik dengan periode. Persamaan 4 juga menatakan bahwa 4 jika dan hana jika dan 5 jika dan hana jika 6 Fungsi hiperbolik tangen dari didefinisikan oleh persamaan dan analitik di setiap daerah di mana. Fungsi dan adalah kebalikan dari dan. Secara langsung mengikuti rumus turunan, ang mana sama dengan ang ditetapkan pada Kalkulus dari fungsi ang bersesuaian dengan variabel riil : 7 8

21 BAB III TRANSFORMASI ELEMENTER Pada bab ini akan membicarakan arti geometri fungsi kompleks. Suatu fungsi dapat dipikirkan sebagai suatu proses bahwa sebagian dari bidang Z dipetakan ke bagian bidang W. Hal ini menjelaskan istilah pemetaan dan transformasi sebagai nama lain untuk suatu fungsi f memetakan ke w dengan w adalah peta dibawah f dan adalah prapeta dari w. Keadaan seperti ini ang mendasari pembahasan mengenai transformasi elementer. A. Transformasi Kebalikan Transformasi kebalikan asalah transformasi ang berbentuk. Untuk mencari peta oleh transformasi dilakukan dengan cara sebagai berikut. Jika diperoleh: Dengan demikian transformasi kebalikan memetakan suatu titik pada bidang-z dengan modulus sama dengan dan argumenna menjadi suatu titik pada bidang W dengan modulus sama dengan dn argumenna Selanjutna akan ditentukan peta dari garis lurus dan lingkaran di oleh transformasi kebalikan Adapun prosesna sebagai berikut.

22 . Misalkan persamaan garis lurus di adalah dan tak bersama- sama nol ditransformasikan oleh Namakan dan maka : Sehingga diperoleh : dan Jika dan dinatakan dalam dan maka : Sehingga diperoleh : dan Jadi peta garis lurus di oleh transformasi adalah : Jika maka petana berupa garis lurus. Tetapi jika petana berupa suatu lingkaran. Seperti pada gambar di bawah ini:

23 . Misalkan persamaan lingkaran di adalah ditransformasikan oleh diperoleh: Jika maka petana berupa garis lurus. Tetapi jika petana berupa suatu lingkaran. Contoh: Tentukan peta dari garis oleh transformasi Penelesaiaan: 3

24 Jadi garis pada bidang-z dipetakan oleh ke bidang-w menjadi lingkaran dengan pusat dan jari-jari. Contoh: Tentukan peta dari lingkaran oleh transformasi Penelesaiaan: Jadi lingkaran di bidang-z dipetakan oleh ke bidang-w menjadi garis. B. Transformasi Bilinear Definisi : Jika a, b, c, dan d konstanta kompleks maka : w = f =, untuk ad bc, dinamakan Transformasi bilinear Kita asumsikan c guna menghindari persamaan bilinear berubah menjadi persamaan linnear. Analog dengan transformasi kebalikan, maka transformasi bilinear juga memetakan garis dan lingkarang menjadi garis atau lingkaran. Pemetaan bilinear w = f = = merupakan komposisi dari fungsi-fungsi berikut : k = c + d, h =, g = 4

25 Jadi, transformasi bilinear merupakan gabungan dari transformasi linear diikuti dengan transformasi kebalikan dan dilanjutkan dengan transformasi linear sekali lagi. Teorema 3.3.: Jika sebarang titik pada bidang-z dan sebarang titik pada bidang-w, maka terdapat fungsi transformasi bilinear ang memetakan dengan j =,, 3 adalah : Bukti : dengan ad bc 5

26 6 Analisa Kompleks Binti Anisaul Khasanah, M.Pd.

27 TERBUKTI Contoh Soal Carilah transformasi bilinear dari titik ke titik Penelesaian : Dengan menggunakan teorema 3.3. : 7

28 Jadi, transformasi bilinear ang memetakan adalah : Tentukan peta I > oleh transformasi bilinear Penelesaian: I > Digeser I > 8

29 Jadi, diperoleh lingkaran dengan pusat dan r = v u Diperbesar v u v v Diputar Digeser u u 9

30 Berikut ini diberikan cara lain untuk menentukan hasil transformasi oleh w = Natakan dalam w, sehingga w = Jadi peta dari I > oleh transformasi w = adalah : I > 3

31 BAB IV FUNGSI ANALITIK A. Konsep Dasar Dalam Topologi di Bidang Kompleks Definisi : Diberikan dengan a. disebut lingkungan dari b. disebut lingkungan dari tanpa Definisi: Diberikan himpunan. a. Titik disebut titik dalam himpunan A, jika terdapat bilangan sehingga berlaku. b. Himpunan titik dalam A didefinisikan dengan. c. Titik disebut titik luar himpunan A, jika terdapat bilangan, sehingga berlaku d. A disebut himpunan terbuka jika berlaku, aitu setiap merupakan titik dalam himpunan A. Definisi : Diberikan himpunan a. Titik disebut titik limit himpunan A, jika untuk setiap bilangan berlaku. b.himpunan titik limit A didefinisikan dengan A = p titik limit himpunan A } c. A disebut himpunan tertutup, jika berlaku d. Titik disebut titik terasing terpencil himpunan A, jika dan p bukan titik limit A aitu terdapat bilangan sehingga berlaku 3

32 Definisi: Diberikan himpunan. a. Titik disebut titik batas himpunan A, jika untuk setiap bilangan berlaku b. Himpunan titik batas A didefinisikan dengan c. Interior himpunan A didefinisikan dengan IntA = {: titik dalam A} d. Eksterior himpunan A didefinisikan dengan EksA ={: titik luar A} e. Penutup himpunan A didefinisikan dengan Definisi : Diberikan himpunan a. Himpunan A dikatakan terhubung connected, jika setiap dapat dihubungkan oleh suatu lengkungan kontinu C ang seluruhna terkandung di A b. Himpunan A dikatakan daerah domain di C, jika A adalah suatu himpunan terbuka dan terhubung di C. Region adalah suatu daerah dengan atau tanpa titik batasna. Catatan: Daerah seringkali disebut region terbuka sedangkan suatu daerah beserta titik batasna disebut region tertutup. Konsep-Konsep Topologi Pada Fungsi Kompleks Himpunan pada pembahasan ini adalah koleksi atau kumpulan titik-titik pada bidang Z. Dianggap anda telah memahami operasi pada himpunan aitu gabungan, irisan, penjumlahan dan pengurangan beserta sifat-sifatna.. Lingkungan/persekitaran a. Persekitaran adalah himpunan semua titik ang terletak di dalam lingkaran ang berpusat di,berjari-jari r,. Ditulis o 3

33 b. Persekitaran tanpa o adalah himpunan semua titik o ang terletak di dalam lingkaran ang berpusat di o, berjari-jari. Ditulis. Komplemen Andaikan S suatu himpunan. Komplemen dari S ditulis S c,merupakan himpunan semua titik pada bidang Z ang tidak termasuk di S. 3. Titik limit Titik o disebut titik limit dari himpunan S jika untuk setiap o maka o Jika o o bukan titik limit, maka o disebut titik terasing. 4. Titik batas Titik o disebut titik batas dari himpunan S jika untuk setiap o memuat suatu titik di S dan memuat suatu titik ang tidak di S. 5. Batas dari himpunan S adalah himpunan semua titik batas dari S. 6. Interior dan Eksterior Titik o disebut interior dari himpunan S jika ada No, sehingga No, S. Titik ang bukan titik interior atau bukan titik batas disebut titik eksterior. 7. Himpunan Terbuka Himpunan S disebut himpunan terbuka jika semua anggota S adalah titik interior S. 8. Himpunan Tertutup Himpunan S disebut himpunan tertutup jika S memuat semua titik limitna. 9. Himpunan Terhubung Himpunan terbuka S disebut terhubung, jika setiap dua titik di S dapat dihubungkan oleh penggal garis ang seluruhna terletak di S.. Daerah domain Himpunan terbuka S ang terhubung disebut daerah domain.. Daerah Tertutup Daerah tertutup S adalah daerah terbuka digabung dengan batasna.. Penutup dari himpunan S adalah himpunan S digabung dengan titik limitna. 33

34 B. Limit Fungsi Kompleks Suatu fungsi dikatakan mempunai limit untuk mendekati titik, dapat dituliskan sebagai : Jika nilai dekat ke untuk semua dekat ke untuk setiap bilangan nata positif, dapat ditemukan bilangan nata positif sedemikian rupa sehingga untuk semua di dalam cakram disk aitu ; didapatkan : Untuk setiap didalam cakram, nilai terletak dalam cakram. Secara umum definisi limit dalam kompleks sama dengan definisi limit pada bilangan riil dalam kalkulus. Kalau pada bilangan riil bila mendekati hana mendekati sepanjang garis riil sedangkan pada bilangan kompleks bila mendekati akan mendekati dari semua arah dalam bidang kompleks. Definisi Limit lim f w dibaca limit f untuk menuju sama dengan w, dan didefinisikan sebagai berikut: lim f w f w. berlaku Definisi : Diberikan suatu fungsi f ang terdefinisi pada daerah. a. jika dan hana jika untuk setiap bilangan terdapat bilangan sehingga jika berlaku b. jika dan hana jika untuk setiap lingkungan terdapat lingkungan terhapuskan sehingga jika berlaku. Buktikan bahwa : a. 34

35 b. Teorema : Deberikan fugsi kompleks f terdefinisi pada daerah dengan dan. a. Jika b. jika dan hana jika terdapat bilangan k Teorema : Diberikan fungsi kompleks f dan g ang terdefinisi pada daerah dengan Jika dan maka a. b. c. d. Teorema :. Diberikan fungsi kompleks f ang terdefinisi pada daerah dengan a. jika dan hana jika b. Jika maka. Diberikan fungsi didefinisikan pada daerah jika setiap, dan, maka untuk 35

36 Teorema:. Diberikan terdefinisi pada daerah dan jika dan hana jika dan. Diberikan terdefinisi pada daerah dan Jika selalu ada dengan nilai L untuk sepanjang kurva dan suatu titik limit S. Dalam bentuk ang lebih formal, dikatakan bahwa :, untuk, adalah jika dan hana jika, diberikan sembarang, dapat ditemukan suatu sedemikian sehingga bia titik adalah anggota ang terletak didalam, maka di dalam. Contoh Perhatikan fungsi identitas Untuk sembarang titik jelaslah bahwa, untuk,, karena jadi bila,. Contoh Penelesian :. Karena dan bila, substitusi langsung menghasilkan untuk limit ang diberikan Conth 3 Contoh 4 Tunjukkan bahwa jika maka untuk tidak ada. 36

37 Penelesaian : Kita buat sepanjang sumbu nata Dengan membuat sepanjang garis kita peroleh : Contoh 5 i Misalkan f,. Buktikan lim Bukti: i f. Ambil ε > sebarang. Pilih berlaku i f i i i i i Jadi untuk setiap dan positif berlaku f bila, lihat gambar. Sehingga menurut definisi limit terbukti lim Contoh 6 i f. Misalkan f. Buktikan lim f tidak ada. Bukti: Akan ditunjukkan nilai limit dengan lintasan ang berbeda. Pendekatan sepanjang sb- positif, dalam hal ini =. i i. lim f lim lim lim.,, i, i. Pendekatan sepanjang sb- positif, dalam hal ini =. i i. lim f lim lim lim.,, i, i. Pendekatan sepanjang garis =. 37

38 38 i i i i i i i i f lim.. lim lim lim,,. Karena pendekatan sepanjang arah ang berbeda menghasilkan nilai ang tidak sama maka lim f tidak ada. Teorema Andaikan f = u, + iv,, = + i, ω = u + iv maka,,, lim, lim lim,, v v dan u u f Bukti: Misalkan,,, lim, lim,, v v dan u u, artina,,, v v u u Pilih, min. Karena v v u u v v i u u iv u iv u dan i i i maka u iv iv u bila i i. Jadi lim f. Misalkan lim f, artina u iv iv u bila i i. Perhatikan bahwa iv u iv u v v i u u v v iv u iv u v v i u u u u

39 39 dan i i i Sehingga v v dan u u bila. Jadi,,, lim, lim,, v v dan u u. Teorema Andaikan B g A f lim, lim maka B A g f lim. AB g f lim. B A g f lim. Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga Kadang-kadang suatu bidang kompleks memuat titik di tak hingga.bidang kompleks ang memuat titik tersebut disebut bidang kompleks ang diperluas. Teorema 3 Jika dan w titik-titik pada bidang dan w, maka lim lim f jhj f lim lim w f jhj w f 3 / lim lim f jhj f Bukti: Misalkan lim f, artina f bila < < δ.....#. Akan dibuktikan lim f.

40 Titik w = f berada di suatu lingkungan-ε,aitu w > /ε dari bila ada di lingkungan < < δ dari. Sehingga persamaan # dapat ditulis menjadi f bila < < δ. Jadi lim. f Misalkan lim f w, artina f w bila >/δ...*. Akan dibuktikan lim f w. Pada persamaan * rubah dengan /, maka akan diperoleh f w bila < < δ. Jadi lim f w. 3 Misalkan lim f, artina f bila > /δ...**. Akan dibuktikan lim. f / Pada persamaan ** rubah dengan /, maka akan diperoleh f / bila < < δ. Jadi lim. f / 4

41 C. KEKONTINUAN Definisi Kontinu Misalkan terdefinisi dan bernilai tunggal dalam suatu lingkungan dari dan juga pada aitu lingkungan dari. Fungsi dikatakan kontinu di jika lim f f Perhatikan bahwa ini mengakibatkan tiga sarat ang harus dipenuhi. Fungsi f dikatakan kontinu di jika lim f ada f ada lim f f Pernataan pada persamaan 3 jelas memuat pernataan pada persamaan dan, karena secara implisit keberadaan nilai dari setiap sisi adalah sama. Pernataan padapersamaan 3 mengatakan bahwa, untuk setiap bilangan suatu bilangan positif sedemikian sehingga Dengan kata lain f kontinu di = jika lim f f berlaku f positif, terdapat f Fungi kompleks f dikatakan kontinu pada region D jika f kontinu pada tiap titik dalam D. Misalkan f = u, + iv, kontinu di = + i, u, dan v, kontinu di, lim u, u, dan lim v, v,,,,, Sifat-sifat fungsi kontinu Fungsi konstan kontinu pada bidang kompleks Jika f dan g kontinu pada daerah D maka a f+g kontinu 4

42 b f-g kontinu c f.g kontinu d f/g kontinu kecuali di D sehingga g = Contoh. Bila didefinisikan sebagai: Periksalah apakah Jawab: kontinu di Telah diketahui bahwa sedangkan sehingga untuk kontinu di. Bila, untuk apakah kontinu di dan di Jawab: Brapapun nilai didefinisikan, tidak mungkin kontinu di sebab tidak ada. Sekarang akan kita periksa terlebih dahulu apakah ada. Jadi akan kontinu di asalkan 4

43 D. TURUNAN FUNGSI KOMPLEKS Definisi Turunan Semua fungsi ang analitik pasti dapat diturunkan diferensiabel, tetapi tidak berlaku sebalikna, bahwa fungsi ang diferensiabel menunjukkan analitisitas. Definisi turunan fungsi kompleks sama seperti turunan pada fungsi real : Turunan fungsi f di, ditulis dengan f didefinisikan sebagai berikut: Defnisi Keterdiferensialan: Misalkan adalah fungsi kompleks dengan daerah asal domain, dan. Fungsi dikatakan terdiferensialkan / dapat diturunkan / memiliki turunan di jika f f f lim jika limitna ada. d Notasi untuk turunan f di adalah f f. Dengan. d Jika nilai limit tersebut ada, maka nilai limit tersebut dinotasikan sebagai dan disebut sebagai turunan di. Jika terdiferensialkan di setiap titik pada suatu himpunan maka diperoleh sehingga dapat dide_nisikan fungsi baru ang disebut fungsi turunan dari aitu Dengan Contoh:. Jika maka secara umum, diperoleh Sehingga diperoleh fungsi turunan dari. Jika dan maka adalah 43

44 Sehingga diperoleh fungsi turunan dari adalah Aturan turunan pada bilangan riil berlaku juga pada bilangan kompleks. Aturan Turunan d. c d d. d d d 3. c f cf d n n 4. n,, n d d d 5. f g f g d d 6. f g f g f g 7. d d f g f g g f g Contoh Tentukan turunan dari fungsi berikut:. f = + i 5 i. f pada i i Penelesaian : Dengan menggunakan aturan turunan 4 dan aturan rantai. diperoleh f i.4 i. 44

45 . Dengan menggunakan aturan turunan 7 diperoleh f f g f g i i i g i i Sehingga untuk = i diperoleh i i f i i. i i 4i Aturan Rantai Misalkan f mempunai turunan di, dan g mempunai turunan di f. Maka fungsi F = g[f] mempunai turunan di, dan F g[ f ]. f. Dengan kata lain, jika w = f dan W = gw = F, maka menurut aturan rantai dw d Contoh dw dw dw d Tentukan turunan dari fungsi f = + i 5 dengan menggunakan aturan rantai! Penelesaian: Misalkan w = + I dan W = w 5. Maka menurut aturan rantai dw dw dw = 5w 4 4 = + i 4. d dw d E. PERSAMAAN CAUCHY RIEMAN Persamaan Cauch Reimann merupakan persamaan ang sangat penting pada analisis kompleks karena persamaan ini digunakan untuk menguji keanalitikan suatu fungsi kompleks w = f = u, + iv,. Pada pasal ini akan mengembangkan sarat perlu dan cukup agar suatu fungsi ang diberikan mempunai turunan. Hal ini dicapai melalui dua teorema.teorema pertama memberikan rumus untuk turunan asal turunan itu ada. Sedangkan teorema kedua memuat sarat cukup akni jika dipenuhi oleh fungsi ang diberikan akan menjamin adana turunan fungsi dan teorema ini menatakan lokasi dimana turunan itu berada. 45

46 . Definisi Persamaan Cauch Riemann Fungsi f dikatakan analitik pada domain D jika dan hana jika turunan parsial pertama dari u dan v memenuhi persamaan Cauch Riemann, aitu Misalkan diberikan, f ' f lim w w f w dengan. f dengan mengunakan definisi turunan diperoleh: Misalkan i, diperoleh w lim w w i i f Jadi, u, dan v, Turunan parsial pertama dari u dan v.... adalahu,, u,, v,, dan v, Fungsi u, v, u, u, v dan v semuana kontinu pada R, karena masing-masing merupakan fungsi polinom. Dari turunan parsial pertama dapat dibentuk hubungan berikut u v dan u v... ' Dari persamaan dan dapat disimpulkan bahwa jika, f ' i i u iv v iu f diperoleh Dengan melihat gejala tersebut di atas diturunkan suatu teorema ang disajikan di bawah ini ang disebut dengan persamaan Cauch Reimann. Teorema Teorema : Diketahui f = u, + iv,,andaikan bahwa :. u, + iv, dan turunan parsialna u, v, u, v kontinu di semua titik dalam suatu lingkungan N tertentu bagititik. Pada titik maka Bukti : Dari kalkulus dua peubah kita mengetahui bahwa hipotesis menjamin ang berikut :untuk sembarang titik u v u v dan 46

47 Dengan menuju nol bila menuju ke nol. Begitu pula Dan sekali lagi menuju ke nol bila menuju ke nol. Sekarang,menurut hipotesis kedua relasi tersebut menjadi Maka Mengingat i dan ii,persamaan diatas menghasilkan : Selanjutna kita mengambil limit relasi di atas untuk Jelaslah hasil bagi pada ruas kiri mrnghasilkan turunan f pada Dipihak lain untuk maka juga Dan semua menuju ke nol,akibatna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bila dua suku terakhir iii menuju ke nol dan turunan f pada ada aitu: Teorema : Andaikan bahwa fungsi suatu titik Maka pada titik itu mempunai turunan pada Dan karenana 47

48 Bukti : Karena ada, limit untuk mendapatkan f harus tak bergantung dari sepanjang jalur. khususna nilai f pada akan menjadi sama jika kita memilih jalur mendatar. Maka tentu saja Menurut definisi dua limit terakhir adalah berturut-turut maka Dengan memilih jalur vertical/tegak dan dengan cara serupa akan menghasilkan Contoh : Buktikan bahwa turunan ada untuk semua dan bahwa Jawab : Dengan menuliskan f dalam bentuk u+iv, aitu jadi Fungsi tersebut kontinu dititik pada bidang datar dan jelas Untuk semua, hal ini memenuhi teorema sehinggaf ada untuk semua. dan berakibat bahwa teorema dipenuhi untuk setiap jadi diperoleh 48

49 . Sarat Cauch Riemann Sarat ang diperlukan agar fungsi f terdiferensial di adalah sarat Chauch-Riemann, ang menghubungkan derivatif-derivatif parsial tingkat pertama dari fungsi bagian real dan fungsi bagian imajiner dari f. Jika terdifferensial di maka mempunai derivatif parsial pertama di dan di titik ini dipenuhi persamaan Cauch Riemann Derivative f di dapat dinatakan dengan Jika persamaan C-R tidak terpenuhi di maka pasti tidak terdifferensial di. Contoh : Buktikan tidak terdifferensial di Bukti : sehingga Persamaan Cauch Riemann Dan tidak terpenuhi jika jadi pasti f tidak terdifferensial di 49

50 Catatan : Sarat Cauch Riemann hana sarat perlu untuk keterdifferensialan. Contoh : Buktikan fungsi tidak terdifferensial di. Bukti : Jadi persamaan Cauch Riemann terpenuhi tetapi Untuk tidak ada sehingga f tidak terdifferensial di meskipun persamaan Cauch Riemann dipenuhi di,. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa : i. Sarat perlu 5

51 ii. Sarat cukup CONTOH SOAL. Gunakan persamaan Cauch-Riemann untuk memeriksa keterdeferensialan fungsi berikut f Jawab : u, v, karena u v tidak memiliki diferensial. i u v dan v v u u maka tidak berlaku persamaan Cauch Reimann sehingga. Tentukan turunan dari fungsi-fungsi berikut : a. Jawab : dengan Sehingga 5

52 b. Jawab : Sehingga 3. Buktikan tidak terdifferensial di Bukti : sehingga Persamaan Cauch Riemann Dan tidakterpenuhijika jadi pasti f tidak terdifferensial di 5

53 F. Fungsi Analtik Fungsi f disebut analitik atau holomorfik atau reguler atau monogenik di titik apabila f ada di semua titik pada suatu lingkungan. Teorema 5 Misal f = u, + iv,. Andaikan i. u, v, u, v kontinu di semua titik dalam lingkungan tertentu N dari titik ii. persamaan Cauch- Riemann u v u v berlaku di setiap titik di N maka f analitik di Contoh Buktikan f = tidak analitik Bukti: Karena f hana mempunai turunan di = atau f tidak ada pada persekitaran =. Beberapa hal ang perlu diperhatikan i. Jika f analitik pada setiap titik dihimpunan S maka fanalitik pada S. ii. Jika f analitik di seluruh bidang kompleks maka f fungsi meneluruh /fungsi utuh entire function. iii. Daerah keanalitikan region of analcit bagi f adalah keseluruhan titik pada bidang datar ang membuat f analitik. Contoh Misalkan f 3. Apakah f analitik? Penelesaian: f ada di semua kecuali di + = atau = ± i. Jadi f analitik kecuali di = ± i. 53

54 BAB V PENGINTEGRALAN KOMPLEKS A. Integral Fungsi Kompleks Misalkan C adalah lintasan di bidang kompleks dan Fungsi terdefinisi di lintasan C. Akan ditentukan dan sifat-sifatna. Definisi Integral Fungsi Komplek: Pendefinisian integral fungsi kompleks serupa dengan pendefinisian integraal fungsi real, aitu dengan mengganti selang pengintegralan oleh suatu lintasan. Misalkan adalah lintasan ang menghubungkan dan dan tedefinisi di. Integral fungsi sepanjang lintasan didefinisikan sebagai Dengan = panjang maksimum dari busur dari partisi ang didefinisikan pada C, aitu = sebarang bilangan kompleks ang terletak pada busur Jika limit tersebut ada, maka dikatakan terintegralkan sepanjang lintasan pengintegralan C. Teorema berikut menatakan sarat ang harus dipenuhi oleh agar terintegralkan dan bagaimana cara menghitung nilai integralna. Teorema Eksistensi Integral Fungsi Kompleks Jika kontinu di setiap titik pada kurva mulus : maka ada dan 54

55 Sifat-sifat Integral Kompleks Misalkan adalah sebarang konstanta kompleks, adalah lintasan ang terdiri dari kurva mulus dan dan terintegralkan sepanjang kurva. Maka. = dimana k konstanta Jika terbatas di, aitu terdapat sehingga dan jika panjang lintasan dan maka Soal dan Pembahasan. Hitunglah sepanjang parabola, garis lurus dari ke dan kemudian dari ke garis lurus dari ke. Penelesaian a Titik dan pada parabola berkaitan dengan dan. Maka integral ang diberikan sama dengan b Sepanjang garis lurus dari ke,, dan integral garisna sama dengan 55

56 Sepanajang garis lurus dari ke,, dan integral garisna sama dengan c Suatu persamaan garis ang menghubungkan dan adalah garisna sama dengan. Selesaikan untuk, maka. Jadi integral Hasil tersebut dapat juga diperoleh dengan menggunakan. Hitunglah C d jika. a. C adalah busur parabola dari ke Jawab : C d = id id C = d d i d C C C C d. d = d d i d 3. d = d d i d = i 3 3 = 56

57 b. adalah ruas garis lurus dari ke Jawab : Dengan titik persamaan A dan B maka persamaanna : C d = d d i d C C C C d = d d i d d = i = i 4 4 c. C adalah ruas garis lurus dari ke dilanjutkan dari ke Jawab : C d = C d + C d Dengan diketahui didapat didapat Jadi, d = C C d = id id C d = d d i 4d = i = 4i 57

58 Maka C d = C d + C d = + 4i = 4 i 3. Hitunglah, jika a. C adalah parabola dari titik, ke,4 jawab : DIK : b. C adalah garis lurus dari ke dilanjutkan dari ke jawab : 58

59 ,, B. Integral Cauch Pada materi ini lanjutan dari materi pokok 4 ang membahas tentang integral kompleks.pada Bab 4 kita bergumul dengan integral fungsi kompleks sembarang. Tiga pasal pada bab ini dikhususkan untuk mempelajari integrasi fungsi-fungsi analitik. Fungsi-fungsi ang telah dikenal demikian, tentu saja merupakan fungsi-fungsi ang tergolong lebih dibatasi, tetapi justru sifatna ang lebih sempit itulah ang memungkinkan pengembangan teori ang kuat disertai keindahan matematik ang luar biasa, dan pada saat ang sama, tak ternilai hargana di dalam tangan seorang ilmuwan terapan. Dalam teori integrasi fungsi-fungsi analitiklah, sifat-sifat ang kuat dan struktur dalam ang dimiliki oleh sejumlah fungsi-fungsi tersebut dapat dimunculkan dalam bentuk hasil-hasil berikut ini dan juga kemudian, dalam penerapan hasil-hasil tersebut. Landasan untuk pengembangan isi buku ini selanjutna terdiri dari apa ang dinamakan teori fungsi analitik Cauch, ang inti teorina adalah teorema integral 59

60 Cauch ang termashur. Mengenai teorema ini, menarik untuk dicatat bahwa, sesungguhna, Cauch pertama kali membuktikan suatu bentuk ang lebih lemah dari teorema itu ang sekarang diberi nama sesuai dengan namana, dan Goursat-lah ang kemudian membuktikan bahwa salah satu dari hipotesis dalam bentuk asli teorema itu tidak hana takperlu tetapi juga berlebihan lihat Catatan Teorema 5.. berikut. Teorema 5.. Theorema Integral Cauch. Andaikan bahwa. F analitik pada daerah terhubung sederhana R.. C adalah suatu lintasan tertutup ang terletak seluruhna dalam R. Maka Bukti : Dengan mengingat kembali Teorema Green dari calculus ang mengatakan. Jika daerah ang dibatasi oleh lengkungan tertutup c, fungsi kontinu maka : Dari teorema 5. didapat Dengan menggunakan teorema green maka Hal ini berlaku karena analitik,sehingga ada, berarti fungsi u dan v kontinu. Kemudian Cauch menambahkan bahwa kontinu sehingga kontinu. Selain analitik,. jika dua persamaan ini diisikan ruas kanan, dua bentuk integral ganda bernilai nol, dipeloreh 6

61 CATATAN: Teorema Cauch ang asli mencakup hipotesis tambahan bahwa turunan f' kontinu pada C dan pada Dl C. Tetapi, akan ditunjukkan sebagai akibat Teorema 5.., bahwa jika f analitik pada suatu daerah R, maka f'jugaanalitik pada R dan kontinu di situ. Oleh karena itu, seperti kita katakan sebelumna, kontinuitas f' merupakan suatu hipotesis ang berlebihan. karena itu sudah diimplikasikan oleh analitisitas f. CATATAN. Konvers teorema Cauch tak berlaku; artina pernataan berikut, pada umumna salah. Jika untuk setiap lintasan tertutup C di dalam daerah terhubung sederhana R, maka/analitik dalam R. Suatu contoh ang menggambarkan kenataan ini diperlihatkan oleh fungsi f = /. ang integralna dapat ditunjukkan menjadi nol sepanjang sembarang lintasan tertutup ang integralna didefinisikan. Tetapi f jelas gagal menjadi analitik pada =. Konvers sebagian teorema Cauch, dikenal sebagai teorema Morera, akan dibuktikan pada Pasal. Bukti teorema integral Cauch agak sulit dan memerlukan keakraban dengan sejumlah konsep analitik ang dikembangkan pada Lampiran 5B sebelum bukti ang sesungguhna. Uraian singkat bukti teorema ini diberikan di sini untuk kepentingan mereka ang mungkin tertarik pada garis besar bukti ang panjang itu. Bagan Singkat Untuk Bukti Theorema Cauch Bukti dibagi atas tiga bagian besar:. Teorema itu pertama-tama dibuktikan untuk kasus di mana C, lintasan integrasina merupakan segitiga. Bagian bukti ini merupakan bukti analitik ang mudah ang 6

62 menggunakan pertimbangan atau alasan geometrik ang sangat elementer sifatna. Bukti selebihna sangat tergantung pada bagian ini lihat Gambar 5... GAMBAR 5.. BUKTI TEOREMA CAUCHY, KEJADIAN I.. Bagan bukti ang kedua dikhususkan untuk menetapkan suatu hasil ang bersifat teknik: Setiap segibanak polgon tertutup dengan jumlah sisi ang terbatas dapat. dibagi-bagi menjadi sejumlah terhingga segitiga-segitiga. Kemudian, karena menurut bagian. bukti ini integral tersebut sama dengan nol sepanjang setiap segitiga, maka denga mudah kita mendalihkan bahwa integral tersebut sama dengan nol bila C merupakan segi banak. Sangat mendasar pada bagian bukti ini, ialah kenataan bahwa setiap sisi segitiga hasil pembagian di atas, ang tidak terletak pada sisi segibanak tersebut dijelajahi dua kali dan dalam arah ang berlawanan lihat Gambar 5.. Oleh karena itu, nilai integral sepanjang bagian lintasan ang demikian sama dengan nol. GAMBAR 5.. BUKTI TEOREMA CAUCHY, KEJADIAN. 3. Pada bagan terakhir dibuktikan bahwa sembarang lintasan tertutup C dapat di-dekati dengan segibanak tertutup dengan banakna sisi sekehendak kita. lihat Gambar Sebagai akibatna, kita dapat membuktikan bahwa integral sepanjang C dibanding dengan integral sepanjang segibanak pendekatan dapat berbeda sekecil ang kita inginkan, jadi nilaina sama dengan nol, sesuai bukti bagian. 6

63 GAMBAR 5.3. BUKTI THEOREMA CAUCHY, KEJADIAN 3. Teorema integral Cauch, meskipun sangat penting dalam dirina sendiri, ketenaranna hampir tertutup oleh akibat-akibat ang ditimbulkanna, baik kedalamanna maupun keluasanna. Kita mulai studi kita dengan bentuk ekivalen bagi teorema Cauch. Lihat Soal.7.. Teorema 5. Bebas lintasan. Andaikan bahwa. R adalah daerah terhubung sederhana.. Z dan Z adalah titik-titik dalam R. 3. f selalu analitik dalam R. Maka nilai integral sepanjang lintasan sembarang C ang menghubungkan Z dan Z, dalam urutan seperti itu, adalah sama, asal C adalah lintasan ang terletak seluruhna di dalam R. Teorema ini merupakan suatu alat ang sangat memudahkan untuk menghitung beberapa integral tertentu, karena ia memungkinkan kita untuk memilih lintasan integrasi ang paling memudahkan, sepanjang sarat-saratna dipenuhi. Lebih tepatna, teorema itu menatakan bahwa nilai integral itu hana bergantung pada titik awal dan titik akhir lintasan C, secara sederhana kita mengatakan bahwa integral itu bebas lintasan. Contoh berikut menggambarkan konsep ini. CONTOH. Hitung integral dimanac=c + C seperti pada Gambar 5.4. Tanpa Teorema 5.. tersedia di hadapan kita, kita harus mendapatkan persamaan untuk seperempat lingkaran C dan penggal garis C dan kemudian diteruskan dengan 63

64 menggunakan cara-cara ang dikembangkan pada Pasal 8 dan 9. Tetapi, karena integran f{ = 3 analitik di dalam suatu daerah terhubung sederhana ang memuat titik-titik Z = - dan Z =. Teorema 5.. memungkinkan kita untuk memilih sembarang lintasan dari Z ke Z. Jelaslah, lintasan ang paling memudahkan dalam kasus ini ialah garis lurus dari Z ke Z K: =, -. Kemudian, substitusi dalam integral ang diberikan menghasilkan integral nata ang nilaina mudah ditemukan ialah. GAMBAR 5.4 CONTOH Rumus Integral Cauch Teorema integral Cauch diakini secara umum sebagai hasil ang paling penting di dalam teori fungsi analitik. Rumus integral Cauch, ang akan kita perkenalkan pada teorema berikut, mungkin merupakan hasil terpenting berikutna. Teorema tersebut memperlihatkan hubungan ang erat antar nilai-nilai ang dicapai oleh suatu fungsi anatitik di dalam daerah analitisitasna, dan khususna, dalam bagian dalam lintasan tertutup sederhana ang dibe'rikan, di mana fungsi itu analitik. Tetapi pentingna teorema ini mencapai lebih jauh dari pada itu; sebagai salah satu akibatna kita boleh menebutkan kenataan bahwa hal itu membentuk dasar untuk pengembangan teori deret pangkat kompleks ang pada giliranna, membawa ke teori residu dengan berbagai macam penggunaanna dalam sejumlah besar lapangan terapan. Pada tingkatan ang lebih elementer, rumus integral Cauch dan perluasanna melengkapi alat-alat ang memudahkan untuk perhitungan berbagai macam integral kompleks. 64

65 Teorema 5.7 Rumus Integral Cauch. Andaikan bahwa. Suatu fungsi f analitik pada lintasan tertutup sederhana C ang berorientasi posit if dan pada DI C.. adalah sembarang titik pada DI Q. Maka CATATAN Dalam menggunakan rumus Teorema 5.7., pembaca hendaklah berhati-hati untuk membedakan fungsi f, ang menurut hipotesis analitik dalam Dl C, dan fungsi f/ Z - Z, ang mempunai singularitas dalam Dl Q, katakan, pada =. Juga, perhatikan bahwa rumus tersebut berlaku sesuai dengan ang dinatakan dalam hipotesis, aitu rahwa C berorientasi positif. Tentu saja, jika C berorientasi negatif, maka ruas kiri rumus menjadi fz. Beberapa implikasi ang lebih mendalam akan muncul sendiri dalam pengembangan keemudian. Dalam contoh-contoh berikut, kita menggambarkan beberapa penggunaanna ang lebih praktis. CONTOH Hitung integral di mana C: =, berorientasi positif. Dalam notasi Teorema 5.7., / = ang merupakan fungsi meneluruh, dan Z = i, ang berada di Dl C. Maka menurut rumus integral Cauch CONTOH Hitung Integral dimana C : = -3i + e it, t 65

66 Integralna analitik kecuali pada =, ang berada di Lr C dan pada - ang berada di Dl C. Jadi, dengan menulis integral ang diberikan dalam bentuk Kita dapat menggunakan rumus integral Cauch dengan f= / dan = - =. Kita lanjutkan dengan suatu perluasan Teorema 5.7, ang akan menghasilkan bentuk umum rumus integral Cauch. Dari sudut pandangan praktis, hasil tersebut merupakan suatu alat ang jauh lebih kuat dari pada rumus Teorema 5.7, bila dihubungkan dengar. perhitungan beberapa integral kompleks tertentu. Lebih penting lagi, rumus umum menun-jukkan kebenaran suatu sifat fungsi kompleks ang sangat kuat dan berpengaruh luas. aitu, bahwa fungsi analitik memiliki turunan semua tingkat pada setiap titik pada mana ia analitik. Pada giliranna, hal ini menunjukkan bahwa jika, suatu fungsi analitik, maka tidak hana ia mempunai turunan pada setiap tingkat, tetapi turunan-turunanna sen-diri merupakan fungsi analitik; lihat Akibat- Teorema 5.8, di bawah. Teorema 5.8 Rumus Umum Integral Cauch. A ndaikan bahwa. Suatu fungsi f analitik pada suatu lintasan tertutup sederhana C ang berorientasi positif, dan pada DI C.. Z adalah sembarang titik pada DI C. Maka untuk setiap bilangan bulat n =,, -,... turunan f {n ada dan tertentu dengan rumus CATATAN: Teorema 5.7. adalah kasus khusus Teorema 5.8, untuk n =, karena f berarti f. 66

67 Jika suatu fungsi f analitik pada Z, maka, menurut definisi, ia juga analitik di suatu N,e. Sekarang, jika suatu lintasan tertutup sederhana C dilukis di dalam N dengan pada Dl, maka hipotesis Teorema 5.8 dipenuhi. Dengan mengulangi argumentasi ang sama untuk setiap titik pada daerah R pada mana /analitik, maka kita dapat menetapkan ang berikut ini. Akibat- Teorema 5.8. Andaikan bahwa f analitik pada suatu daerah R. Maka f mempunai turunan semua tingkat ang amlitik pada R dan tertentu dengan rumus pada Teorema 5.8. Akibat Teorema 5.8 ang lain ialah pertidaksamaan Cauch, ang menempatkan suatu batas atas nilai-nilai ang dicapai oleh turunan-turunan fungsi analitik pada titiktitik di dalam daerah analitisna. Kita formalkan konsep ini dalam Akibat- Teorema 5.8., sebagai berikut, ang garis besar buktina nampak dalam Soal.5. Akibat- Teorema 5.8 Pertidaksamaan Cauch. Andaikan bahwa. f analitik pada C: - = p dan pada Dl C.. f berbatas pada C, artina, terdapat bilangan nata positif'm sedemikian hingga f < M, untuk semua pada C. Maka, untuk semua n =,,,... Berhubungan erat dengan hasil di atas adalah konsep "modulus maksimum" ang kita bicarakan pada Bagian III. 67

68 CONTOH 3. Hitung integral d, di mana C : =7 e it, t. Dalam konteks Teorema 5.8, kita mempunai/ = + e, = - dan n =. Sekarang, karena f merupakan fungsi meneluruh dan di dalam Dl C, maka hipotesis teorema tersebut dipenuhi. Oleh karena itu, dengan menggunakan rumus dalam kesimpulan teorema itu untuk n =, kita mendapatkan bahwa CONTOH 4. Hitung integral untuk C : - 3 =, dengan orientasi positif. Pertama, kita mencatat bahwa singularitas integran ang terletak di dalam DlC hana =. Jadi dalam konteks Teorema 5.8, kita dapat mengambil f = / 3, =, dan n =. Maka rumus teorema itu menghasilkan sebagai berikut: CONTOH 5. Hitung integral untuk C: = 3, dengan orientasi positif. Dalam menangani soal ini pertama-tama kita akan menggunakan teorema anulus berganda Teorema 5.6. untuk mengasingkan singularitas = dan =, ang keduana berada di dalam Dl C. Kemudian, kita akan menggunakan Teorema 5.8 dalam bentuk seperti ang dikerjakan pada Contoh 4 untuk menelesaikan soal itu. 68

69 Misalkan C ialah lingkaran ang berpusat di dan C ialah lingkaran ang berp usat di, keduana berorientasi positif dan dengan jari-jari cukup kecil sedemikiar. hingga mereka tidak berpotongan satu dengan ang lain dan keduana terletak di dalam Dl C. Gambarlah bangunan itu Maka: = = =. 69

70 DAFTAR PUSTAKA Hidaat Sardi Fungsi Kompleks. Jakarta: Karunika. Spiegel, Murra R.,Koko Martono Teori dan Soal-soal Peubah Kompleks Jakarta: Erlangga. Paliouras, John D., Wibisono Gunawan Peubah Kompleks untuk Ilmuan dan Insinur. Jakarta: Erlangga. 7

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS ANALISA VARIABEL KOMPLEKS Oleh: BUDI NURACHMAN, IR BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu

Lebih terperinci

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd i DAFTAR ISI BAB I. BILANGAN KOMPLEKS... 1 I. Bilangan Kompleks dan Operasinya... 1 II. Operasi Hitung Pada Bilangan Kompleks... 1 III.

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI ANALITIK

BAB II FUNGSI ANALITIK BAB II FUNGSI ANALITIK Sekarang kita akan mempelajari ungsi dari variabel kompleks dan pengembanganna dalam teori dierensial. Sebagai awal dari bab ini kita mulai dari ungsi analitik, ang mana sangat berperan

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS MATEMATIKA TEKNIK 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu bilangan

Lebih terperinci

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah ANALISIS KOMPLEKS Pendahuluan Bil Kompleks Bil Riil Bil Imaginer (khayal) Bil Rasional Bil Irasional Bil Pecahan Bil Bulat Sistem Bilangan Kompleks Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + Untuk maka bentuk

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4.0. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kalkulus 1 Dosen Pengampu : Muhammad Istiqlal, M.Pd Disusun Oleh : 1. Sufi Anisa (23070160086)

Lebih terperinci

Bab 2 Fungsi Analitik

Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 ini direncanakan akan disampaikan dalam 4 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: () Pertemuan I: Fungsi Kompleks dan Pemetaan. (2) Pertemuan II: Limit Fungsi, Kekontiuan,

Lebih terperinci

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS. Oleh: Endang Dedy

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS. Oleh: Endang Dedy FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS Oleh: Endang Dedy Diskusikan! Sistem Bilangan Kompleks 1 Perhatikan definisi berikut: Bilangan kompleks adalah suatu bilangan yang didefinisikan dengan =+iy,, y R dan i 1.Coba

Lebih terperinci

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Fungsi Peubah Banak Prof. Dr. Bambang Soedijono PENDAHULUAN D alam modul ini dibahas masalah Fungsi Peubah Banak. Dengan sendirina para pengguna modul ini dituntut telah menguasai pengertian mengenai

Lebih terperinci

x Lingkaran satuan, adalah lingkaran berjari-jari satu dan berpusat di titik asal, direprentasikan dengan z = 1.

x Lingkaran satuan, adalah lingkaran berjari-jari satu dan berpusat di titik asal, direprentasikan dengan z = 1. Bab. Fungsi Kmpleks BAB. FUNGSI KOMPLEKS Sebelum membahas ungsi kmpleks,berikut ini diberikan beberapa knsep dan istilah ang akan banak digunakan dalam pembahasan selanjutna.. Daerah di bidang kmpleks

Lebih terperinci

Bab II Fungsi Kompleks

Bab II Fungsi Kompleks Bab II Fungsi Kompleks Variabel kompleks z secara fisik ditentukan oleh dua variabel lain, yakni bagian realnya x dan bagian imajinernya y, sehingga dituliskan z z(x,y). Oleh sebab itu fungsi variabel

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI MODUL MATEMATIKA II Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI DEPARTEMEN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL KATA PENGANTAR Puji sukur kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI IDENTITAS MAHASISWA NAMA NPM KELOMPOK : : : DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I Bilangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN KALKULUS

PENDAHULUAN KALKULUS . BILANGAN REAL PENDAHULUAN KALKULUS Ada beberapa jenis bilangan ang telah kita kenal ketika di bangku sekolah. Bilangan-bilangan tersebut adalah bilangan asli, bulat, cacah, rasional, irrasional. Tahu

Lebih terperinci

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n A. Fungsi Dua Variabel atau Lebih Dalam subbab ini, fungsi dua variabel atau lebih dikaji dari tiga sudut pandang: secara verbal (melalui uraian dalam kata-kata) secara aljabar

Lebih terperinci

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA Bilangan Kompleks Anwar Mutaqin Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA DAFTAR ISI 1 BILANGAN KOMPLEKS 1 1.1 Eksistensi Bilangan Kompleks.................... 1 1.2 Operasi Aritmatika..........................

Lebih terperinci

Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks

Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks Bab 1 ini direncanakan akan disampaikan dalam 3 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: (1) Pertemuan I: Pengertian bilangan kompleks, Sifat-sifat aljabat, dan

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS 1 BAB II FUNGSI LIMIT DAN KEKONTINUAN Sebelum dibahas mengenai fungsi kompleks, maka perlu dipelajari konsep-konsep topologi yang akan digunakan pada fungsi

Lebih terperinci

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tujuan penulisan ini untuk mengkaji tentang pengertian fungsi harmonik, fungsi harmonik konjugat pada

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

1 Sistem Bilangan Real

1 Sistem Bilangan Real Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan solusi pertidaksamaan aljabar ) Menyelesaikan pertidaksamaan dengan nilai mutlak

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Kompleks

Sistem Bilangan Kompleks Modul Sistem Bilangan Kompleks Drs. Hidayat Sardi, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini akan membahas bilangan kompleks, sistemnya dan arti geometri dari bilangan kompleks. Untuk itu Anda dianggap telah paham

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36 Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36 Irisan Kerucut animation 1 animation 2 Irisan kerucut adalah kurva ang terbentuk dari perpotongan antara sebuah kerucut dengan bidang datar. Kurva irisan ini

Lebih terperinci

MODUL ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS

MODUL ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 1 MODUL ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS Oleh: DIDIK HERMANTO, M. Pd. STKIP PGRI BANGKALAN PRODI S1PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014 2 BAB I BILANGAN KOMPLEKS A. PENGERTIAN BILANGAN KOMPLEKS Bilangan kompleks merupakan

Lebih terperinci

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar Bab I Fungsi Dua Peubah atau Lebih Pengantar Seperti halna dengan fungsi satu peubah kita dapat mendefinisikan fungsi dua peubah atau lebih sebagai pemetaan dan sebagai pasangan berurut.fungsi dengan peubah

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV Turunan. Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV Turunan. Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7 Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV - 101 SKS : 3 SKS Turunan Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7 Kemampuan Akhir ang Diharapkan Mahasiswa mampu : - menjelaskan arti turunan ungsi - mencari turunan ungsi - menggunakan

Lebih terperinci

: D C adalah fungsi kompleks dengan domain riil

: D C adalah fungsi kompleks dengan domain riil BAB 4. INTEGRAL OMPLES 4. Integral Garis ompleks Misalkan ( : D adalah fungsi kompleks dengan domain riil b D [ a, b], maka integral (, dimana ( x( + iy( dapat dengan mudah a b dihitung, yaitu a i contoh

Lebih terperinci

ANALISIS AKIBAT INTEGRAL CAUCHY Ricky Antonius, Helmi, Yudhi INTISARI

ANALISIS AKIBAT INTEGRAL CAUCHY Ricky Antonius, Helmi, Yudhi INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 07, No. 1 (2018), hal 41-46. ANALISIS AKIBAT INTEGRAL CAUCHY Ricky Antonius, Helmi, Yudhi INTISARI Analisis kompleks salah satu cabang matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar ang akan digunakan sebagai landasan berpikir seperti beberapa teorema dan definisi ang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan begitu

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA 1 MINGGU KE- POKOK DAN SUB POKOK BAHASAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATAKULIAH : FUNGSI KOMPLEKS (3 SKS)

Lebih terperinci

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI BAB I. SISTEM KRDINAT, NTASI & FUNGSI (Pertemuan ke 1 & 2) PENDAHULUAN Diskripsi singkat Pada bab ini akan dijelaskan tentang bilangan riil, sistem koordinat Cartesius, notasi-notasi ang sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA 3.1 Deskripsi Masalah Permasalahan yang dibahas di dalam Tugas Akhir ini adalah mengenai aliran fluida yang mengalir keluar melalui sebuah celah

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun dari berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

KALKULUS INTEGRAL 2013

KALKULUS INTEGRAL 2013 KALKULUS INTEGRAL 0 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATA KULIAH Isi pokok mata kuliah ini memuat pemahaman tentang: () Anti turunan: pengertian anti turunan, teorema-teorema, dan teknik anti turunan, () Integral

Lebih terperinci

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 1 Sistem Bilangan Kompleks (C) 1 1 Pendahuluan...............................

Lebih terperinci

Unit 2 KONSEP DASAR ALJABAR. Clara Ika Sari Pendahuluan

Unit 2 KONSEP DASAR ALJABAR. Clara Ika Sari Pendahuluan Unit KONSEP DASAR ALJABAR Clara Ika Sari Pendahuluan P ada unit ini kita akan mempelajari beberapa konsep dasar dalam aljabar seperti persamaan dan pertidaksamaan ang berbentuk linear dan kuadrat, serta

Lebih terperinci

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Bilangan Real S PENDAHULUAN Drs. Soemoenar emesta pembicaraan Kalkulus adalah himpunan bilangan real. Jadi jika akan belajar kalkulus harus paham terlebih dahulu tentang bilangan real. Bagaimanakah

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS 2 PENDAHULUAN SISTEM BILANGAN KOMPLEKS REAL IMAJINER RASIONAL IRASIONAL BULAT PECAHAN BULAT NEGATIF CACAH ASLI 0 3 ILUSTRASI Carilah akar-akar persamaan x 2 + 4x

Lebih terperinci

LIMIT DAN KEKONTINUAN

LIMIT DAN KEKONTINUAN LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen

Lebih terperinci

Pada integral diatas, dalam mencari penyelesaiannya, pertama diintegralkan terlebih dahulu terhadap x kemudian diintegralkan lagi terhadap y.

Pada integral diatas, dalam mencari penyelesaiannya, pertama diintegralkan terlebih dahulu terhadap x kemudian diintegralkan lagi terhadap y. PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dibahas perluasan integral tertentu ke bentuk integral lipat dua dari fungsi dua peubah Akan dibahas bentukbentuk integral lipat dalam koordinat kartesius koordinat kutub

Lebih terperinci

SRI REDJEKI KALKULUS I

SRI REDJEKI KALKULUS I SRI REDJEKI KALKULUS I KLASIFIKASI BILANGAN RIIL n Bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli : n 1, 2, 3, 4, 5,. n n Bilangan asli membentuk himpunan bagian dari klas himpunan bilangan yang lebih

Lebih terperinci

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS MODUL 1 Teori Bilangan Bilangan merupakan sebuah alat bantu untuk menghitung, sehingga pengetahuan tentang bilangan, mutlak diperlukan. Pada modul pertama ini akan dibahas mengenai bilangan (terutama bilangan

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan

Lebih terperinci

MATERI PELAJARAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB I: BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA. 1.1 Pangkat Bulat. A. Pangkat Bulat Positif

MATERI PELAJARAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB I: BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA. 1.1 Pangkat Bulat. A. Pangkat Bulat Positif MATERI PELAJARAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB I: BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA 1.1 Pangkat Bulat A. Pangkat Bulat Positif B. Pangkat Bulat Negatif dan Nol C. Notasi Ilmiah D. Sifat-Sifat Bilangan Berpangkat

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

A B A B. ( a ) ( b )

A B A B. ( a ) ( b ) BAB. FUNGSI A. Relasi dan Fungsi Misalkan A dan B dua himpunan tak kosong. Relasi T dari himpunan A ke B adalah himpunan bagian dari A B. Jadi relasi A ke B merupakan himpunan (,y), dengan pada himpunan

Lebih terperinci

Bab 3 Fungsi Elementer

Bab 3 Fungsi Elementer Bab 3 Fungsi Elementer Bab 3 ini direncanakan akan disampaikan dalam 3 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: (1) Pertemuan I: Fungsi Eksponensial dan sifat-sifatnya, Fungsi Trigonometri. ()

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah [MA114] Sistem Koordinat Kuadran II Kuadran I P(,) z P(,,z) Kuadran III Kuadran IV R (Bidang) Oktan 1 R 3 (Ruang) 7/6/007

Lebih terperinci

TRANSFORMASI BILINEAR

TRANSFORMASI BILINEAR TRANSFORMASI BILINEAR Di susun untuk memenuhi tugas matakuliah Fungsi Kompleks yang dibimbing oleh Ibu Indriati Nurul H. KELOMPOK 7 Anggota: Maharani Kusuma Arumsari (40931413115) Andrie Kurniawan (40931417687)

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH FUNGSI KOMPLEKS. oleh Dr. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu, M.Si.

CATATAN KULIAH FUNGSI KOMPLEKS. oleh Dr. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu, M.Si. ATATAN KULIAH FUNGSI KOMPLEKS oleh Dr. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu, M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 2014 Daftar Isi 1 Bilangan Kompleks

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use. Vektor

Open Source. Not For Commercial Use. Vektor Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Vektor Vektor adalah sebuah besaran ang mempunai nilai dan arah. Secara geometri vektor biasana digambarkan sebagai anak panah berarah (lihat gambar di samping)

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran

Rencana Pembelajaran Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan nilai turunan suatu fungsi di suatu titik ) Menentukan nilai koefisien fungsi sehingga

Lebih terperinci

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f

Lebih terperinci

22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA)

22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA) 22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA) NO. 1. Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkarannya, menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk serta menggunakan prinsip logika matematika dalam pemecahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

BAB I SISTEM KOORDINAT

BAB I SISTEM KOORDINAT BAB I SISTEM KOORDINAT 1.1 Sistem Koordinat Sistem koordinat adalah suatu cara ang digunakan untuk menentukan letak suatu titik pada bidang ( R ) atau ruang ( R ). Beberapa macam sistem koordinat ang kita

Lebih terperinci

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1 BAB I PRA KALKULUS. Sistem bilangan ril.. Bilangan ril Sistem bilangan ril adalah himpunan bilangan ril dan operasi aljabar aitu operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Biasana bilangan

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

Kalkulus: Fungsi Satu Variabel Oleh: Prayudi Editor: Kartono Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2006 Hak Cipta 2005 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3 Bab Teknik Pengintegralan BAB TEKNIK PENGINTEGRALAN Rumus-rumus dasar integral tak tertentu yang diberikan pada bab hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi integral dari fungsi sederhana dan tidak dapat

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Orde Satu

Persamaan Diferensial Orde Satu Modul Persamaan Diferensial Orde Satu P PENDAHULUAN Prof. SM. Nababan, Ph. ersamaan Diferensial (PD) adalah salah satu cabang matematika ang banak digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah fisis. Masalahmasalah

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Darpublic Hak cipta pada penulis, SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral Oleh: Sudaratmo Sudirham Darpublic,

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI

BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI 5.1 Persamaan garis singgung Bentuk umum persamaan garis adalah = m + n, dimana m adalah koeffisien arah atau kemiringan garis dan n adalah penggal garis. Sekarang perhatikan

Lebih terperinci

Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK

Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK Tinjauan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar defleksi (lendutan) pada balok, memahami metode-metode penentuan defleksi dan dapat menerapkan

Lebih terperinci

FT UNIVERSITAS SURABAYA VARIABEL KOMPLEKS SUGATA PIKATAN. Bab V Aplikasi

FT UNIVERSITAS SURABAYA VARIABEL KOMPLEKS SUGATA PIKATAN. Bab V Aplikasi Bab V Aplikasi Selain aplikasi yang sudah diperkenalkan di bab I, teori variabel kompleks masih memiliki banyak ragam aplikasi lainnya. Beberapa di antaranya akan dibahas di dalam bab ini. Perhitungan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI ( ) =

II. LANDASAN TEORI ( ) = II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Diferensiasi ii Darpublic BAB Turunan Fungsi-Fungsi () (Fungsi Perkalian Fungsi, Fungsi Pangkat Dari Fungsi, Fungsi Rasional, Fungsi Implisit).1. Fungsi Yang Merupakan

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

KISI KISI LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR 2014

KISI KISI LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR 2014 LKS SMK 214 Bidang : Matematika Teknologi KISI KISI LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR 214 1 Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep aljabar memaham, mengaplikasikan, menganalisai

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x)

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x) II. TINJUAN PUSTAKA 2.1. Limit Definisi lim f(x) = L, dan mengatakan limit f (x) ketika x mendekati a sama dengan L, jika dapat dibuat nilai f (x) sebarang yang dekat dengan L dengan cara mengambil nilai

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

Asimtot.wordpress.com FUNGSI TRANSENDEN

Asimtot.wordpress.com FUNGSI TRANSENDEN FUNGSI TRANSENDEN 7.1 Fungsi Logaritma Asli 7.2 Fungsi-fungsi Balikan dan Turunannya 7.3 Fungsi-fungsi Eksponen Asli 7.4 Fungsi Eksponen dan Logaritma Umum 7.5 Pertumbuhan dan Peluruhan Eksponen 7.6 Persamaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

Bab III. Integral Fungsi Kompleks

Bab III. Integral Fungsi Kompleks Bab III Integral Fungsi ompleks Integrasi suatu fungsi kompleks f() = u + iv dilakukan pada bidang Argand, sehingga integrasinya menyerupai integral garis pada integral vektor. Hal ini terjadi mengingat

Lebih terperinci

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada 5 TURUNAN JUMLAH PERTEMUAN : 4 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada permasalahan yang ada Materi : 5.1 Pendahuluan Ide awal

Lebih terperinci

matematika K-13 PERSAMAAN GARIS LURUS K e l a s

matematika K-13 PERSAMAAN GARIS LURUS K e l a s K- matematika K e l a s XI PERSAMAAN GARIS LURUS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami pengertian garis, garis pada koordinat Cartesius,

Lebih terperinci

A B A B A B a 1 a 1 a 1 b 2 b 2 b 2 c 3 c 3 c 3 d d d. Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Relasi Fungsi Relasi Bukan Fungsi Relasi Bukan Fungsi

A B A B A B a 1 a 1 a 1 b 2 b 2 b 2 c 3 c 3 c 3 d d d. Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Relasi Fungsi Relasi Bukan Fungsi Relasi Bukan Fungsi sumbu y F U N G S I Definisi Fungsi Fungsi adalah pemetaan atau kejadian khusus dari suatu relasi. Jika himpunan A dan B memiliki relasi R sedemikian rupa sehingga setiap elemen himpunan A terhubung dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR, DAN FUNGSI TRIGONOMETRI. TOPIK-TOPIK YANG BERKAITAN DENGAN FUNGSI.3 FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR,

Lebih terperinci

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )=

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )= Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ()= (+) () Penyusun Zulfaneti Yulia Haryono Rina Febriana Nama NIm : : Untuk ilmu yang bermanfaat Untuk Harapan

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN KOMPLEKS

BAB I BILANGAN KOMPLEKS BAB I BILANGAN KOMPLEKS. Pengertian Bilangan Kompleks Pada awal perkuliahan bilangan real (R), kita telah mempelajari bilangan real beserta sifat-sifatnya. Sekarang kita akan melanjutkan perkuliahan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU BAB PERSAAA DIFERESIAL ORDER SATU PEDAHULUA Persamaan Diferensial adalah salah satu cabang ilmu matematika ang banak digunakan dalam memahami permasalahan-permasalahan di bidang fisika dan teknik Persamaan

Lebih terperinci

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks 0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Integral dan Persamaan Diferensial

Sudaryatno Sudirham. Integral dan Persamaan Diferensial Sudaratno Sudirham Integral dan Persamaan Diferensial Bahan Kuliah Terbuka dalam format pdf tersedia di www.buku-e.lipi.go.id dalam format pps beranimasi tersedia di www.ee-cafe.org Bahasan akan mencakup

Lebih terperinci

Bab1. Sistem Bilangan

Bab1. Sistem Bilangan Modul Pra Kalkulus -0. Bab. Sistim Bilangan Bab. Sistem Bilangan. Sistim Bilangan Jenis bilangan berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan. Jenis bilangan yang pertama kali

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use

Open Source. Not For Commercial Use Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Limit dan Kekontinuan Misalkan z = f(, y) fungsi dua peubah dan (a, b) R 2. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk mengamati

Lebih terperinci

2 Akar Persamaan NonLinear

2 Akar Persamaan NonLinear 2 Akar Persamaan NonLinear Beberapa metoda untuk mencari akar ang telah dikenal adalah dengan memfaktorkan atau dengan cara Horner Sebagai contoh, untuk mencari akar dari persamaan 2 6 = 0 ruas kiri difaktorkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum pembahasan mengenai irisan bidang datar dengan tabung lingkaran tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. A. Matriks Matriks adalah himpunan skalar (bilangan

Lebih terperinci

Pertemuan ke 8. GRAFIK FUNGSI Diketahui fungsi f. Himpunan {(x,y): y = f(x), x D f } disebut grafik fungsi f.

Pertemuan ke 8. GRAFIK FUNGSI Diketahui fungsi f. Himpunan {(x,y): y = f(x), x D f } disebut grafik fungsi f. Pertemuan ke 8 GRAFIK FUNGSI Diketahui fungsi f. Himpunan {(,y): y = f(), D f } disebut grafik fungsi f. Grafik metode yang paling umum untuk menyatakan hubungan antara dua himpunan yaitu dengan menggunakan

Lebih terperinci