MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI"

Transkripsi

1 MODUL MATEMATIKA II Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI DEPARTEMEN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

2 KATA PENGANTAR Puji sukur kehadirat Allah SWT ang telah melimpahkan rahmatna sehingga kami dapat menelesaikan Modul Mata Kuliah Matematika II ini. Modul ini merupakan bagian dari media bahan ajar ang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan ang disampaikan khususna mata kuliah Matematika II. Modul ini disusun dalam sembilan bab. Bab I memperkenalkan ungsi dari beberapa peubah. Bab II membahas derivai parsial. Deret Talor dan Mclaurin dibahas pada bab III. Selanjutna nilai ekstrim ungsi dijelaskan pada bab IV. Bab V membahas integral rangkap dan Bab VI mengulas integral rangkap. Pada bab VII dibahas tentang persamaan dierensial dan bab VIII membahas deret tak hingga. Bab terakhir aitu Bab IX membahas tentang transormasi Laplace. Kami menadari bahwa dalam penusunan modul ini masih terdapat banak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran ang membangun sangat kami harapkan untuk bahan penempurnaan di masa mendatang. Semoga modul ini dapat memberikan manaat kepada siapapun ang berminat untuk memperdalam Matematika II khususna dalam bidang teknik sipil. Hormat kami Penusun

3 BAB I FUNGSI DARI BEBERAPA PEUBAH. Jenis Fungsi Peubah Fungsi dengan Peubah Merupakan jenis ungsi dengan buah peubah. = + Fungsi tersebut mempunai buah peubah aitu Fungsi dengan Peubah Merupakan jenis ungsi dengan buah peubah. = + Fungsi tersebut mempunai buah peubah aitu dan Fungsi dengan Peubah Merupakan jenis ungsi dengan buah peubah. = + + Fungsi tersebut mempunai buah peubah aitu dan Fungsi dengan Peubah Banak Merupakan jenis ungsi dengan lebih dari peubah sejumlah n-peubah. = n Fungsi tersebut mempunai n buah peubah aitu sampai dengan n Catatan: Fungsi ang bisa digambarkan dalam koordinat Cartesian adalah ungsi dengan dan peubah karena hana terdapat sumbu dalam koordinat ruang kartesian. Dalam mata kuliah Matematika II ini hana akan dibahas tentang ungsi peubah.. Domain Fungsi Peubah Tinjaulah ungsi di bawah: a = + b g = /

4 Domain dari ungsi adalah seluruh titik pada bidang koordinat. Sedangkan domain dari ungsi g adalah semua titik pada kuadran I dan III bidang karena nilai bilangan dalam akar tidak boleh negati agar tidak menghasilkan bilangan imajiner. Nilai ang menghasilkan bilangan akar positi adalah kuadran I + dan + dan III - dan -. Tentukan domain ungsi = 5 Domain dari ungsi tersebut adalah himpunan semua titik ang memenuhi 5 atau + 5. Karena + = 5 adalah persamaan lingkaran maka domain na adalah semua titik ang terletak pada dan didalam lingkaran dengan jari-jari 5.. Graik Fungsi Peubah Gambarkan graik ungsi = 5. Dari subbab sebelumna telah dijelaskan bahwa domain dari ungsi = 5 adalah semua titik ang terletak pada dan didalam lingkaran dengan jari-jari 5. Maka penggambaran graikna adalah: = 5 = + = lingkaran dengan jari-jari 5 pada bidang = = 5 + = 5 lingkaran dengan jari-jari 5 pada bidang = = 5 + = 5 lingkaran dengan jari-jari 5 pada bidang = 5 = + = lingkaran dengan jari-jari 4 pada bidang = 4 5 = 4 + = 9 lingkaran dengan jari-jari pada bidang Nilai dari tidak boleh negati karena hasil dari ruas kanan akan selalu positi.

5 Soal latihan: Tentukan domain dan gambarkan graik ungsi peubah = 49.

6 BAB II DERIVATIF PARSIAL. Pengertian Derivati Parsial Bila adalah ungsi dari dan dinotasikan sebagai maka turunan dari ungsi tersebut dinotasikan sebagai = d/d Bila adalah ungsi dari dan variabel maka turunan pertama dari ungsi dapat dicari untuk masing-masing atau keseluruhan dari variabel tersebut. Masing-masing turunan tersebut dinamakan turunan parsial. lim lim Catatan: Jika ungsi diturunkan terhadap maka dianggap konstanta Jika ungsi diturunkan terhadap maka dianggap konstanta Derivati Parsial Tingkat Tinggi Merupakan derivati parsial dengan pangkat lebih dari satu

7 Tentukan semua turunan parsial orde dari persamaan w = dan 5 5 w w w w w w Soal latihan: Tentukan semua turunan parsial orde dari persamaan: a w = b w = c w = e cos d w = cos + sin

8 BAB III DERET TAYLOR DAN MCLAURIN. Deret Talor Bentuk: a ' a a! '' a a! ''' a a!... n a a n! n Tentukan deret Talor orde dari = ln pada a = dan gunakan untuk memperkirakan nilai ln 9 dan ln 5. Bandingkan hasilna dengan nilai eksak. = ln = / = -/ = = = - Maka = + - ½- = -/ + / ln 9 = -/9 + 9 / = -5 ln 5 = -/5 + 5 / = 75 Hasil eksak: ln 9 = -/9 + 9 / = -54 ln 5 = -/5 + 5 / = 455 Latihan soal: Carilah polinom Talor orde pada = untuk = dan perlihatkan bahwa ia mewakili secara eksak.. Deret Mclaurin Deret Mclaurin biasana digunakan untuk menghitung pendekatan ungsi trigonometri ang radianna kecil. Semakin besar nilai radianna maka kesalahanna juga akan semakin besar. Bentuk dari deret Mclaurin ini sama dengan deret Talor namun nilai a =. '! ''! '''!... n n! n

9 Cari polinom Mclaurin orde 4 untuk e dan cos. Kemudian gunakan hasilna untuk memperkirakan nilai dari e dan cos. = e = e = e = e iv = e = = = = iv = = cos = -sin = -cos = sin iv = cos = = = - = iv = 4 4 4!! cos 4!!!! e e = 4 cos = 987 Nilai eksak: e = 4 cos = 9999 Soal latihan: Carilah polinom Mclaurin orde 4 untuk = /- dan gunakan untuk memperkirakan nilai.. Deret Talor Fungsi Peubah Deret Talor orde untuk ungsi pada titik ab adalah:!! b b a a b a b a b a b a b a b a b a Carilah deret Talor orde pada titik untuk ungsi = +.

10 9 k Untuk titi Masukkan ke persamaan deret Talor didapatkan hasil = 4 Latihan soal: Carilah deret Talor orde pada titik untuk ungsi =

11 BAB IV NILAI EKSTRIM FUNGSI Nilai ekstrim dapat diketahui dari kurva turunan pertama Dari persamaan diatas dapat diperoleh nilai Sarat cukup adana nilai ekstrim: XY YY XX Harga = maksimum jika < atau < Harga = minimum jika > atau > Selidiki apakah ungsi = Titik kritis = + = = + 8 = Dengan proses eliminasi dan substitusi dari persamaan di atas didapatkan nilai titik kritis = Sarat adana ekstrim: ekstrim minimum 8 XY YY XX Nilai minimum :

12 = = = 8 Soal latihan: Tentukan titik ekstrim macam dan harga ekstrim dari ungsi = - + /4

13 BAB V INTEGRAL RANGKAP Pandang ungsi = kontinu dalam daerah tertutup D pada bidang o dimana daerah D dibatasi oleh: Kurva = dan kurva = g dimana < g Garis lurus = a AC dan garis lurus = b BD dimana a < b D =g = =a =b Maka untuk mencari luasan daerah D adalah: D dd b a g dd Untuk menelesaikan integral di atas diintegrasikan terlebih dahulu terhadap dengan memandang konstan lalu kemudian hasilna diintegrasikan terhadap dari a ke b. Batas integral ang berupa persamaan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum menelesaikan batas integral ang berupa angka. Persamaan tersebut disebut dengan integral lipat. Selesaikan integral lipat berikut dd

14 d d d d dd Soal latihan: Selesaikan integral lipat berikut.. dd. dd 5. Perhitungan Luas Daerah dengan Integral Lipat Hitung besarna luasan daerah ang dibatasi oleh integral lipat dua dd /. D = = =/ =

15 / dd / d d d / d 7 Latihan soal: Hitung besarna luasan daerah ang dibatasi oleh integral lipat dua dd. 5. Pembalikan Urutan Pengintegralan Batas integral lipat dua bisa dibalik dan akan tetap menghasilkan besar luasan ang sama. Jika pada awal persamaan batas arah sumbu berupa persamaan dan batas arah sumbu berupa angka ang berarti integral arah harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum menelesaikan integral arah maka urutan pengintegralan dapat dirubah dengan batas sumbu berupa persamaan dan batas arah sumbu berupa angka ang berarti integral arah harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum menelesaikan integral arah. Keduana akan menghasilkan nilai luasan ang sama. Balik urutan pengintegralan dan hitung besarna luasan daerah ang dibatasi oleh integral lipat dua / dd. =/ = = =/ I II III =

16 / dd Latihan soal: / d d / / d / / d d d / / d d / d d / d / d / 4 7 Balik urutan pengintegralan dan hitung besarna luasan daerah ang dibatasi oleh integral lipat dua dd. 5. Integral Lipat dalam Koordinat Polar Integral lipat dua dalam koordinat cartesian bisa dirubah menjadi integral dalam koordinat polar dengan melakukan transer batas integral ang dalam koordinat cartesian menjadi batas koordinat polar. Hubungan ang berlaku adalah : = r cos φ = r sin φ Jika suatu daerah integrasi S dibatasi oleh φ = α dan φ = β α <β dan lengkungan r = r φ dan r = r φ dimana r φ < r φ maka bentuk integral lipat dua na adalah: S r rdrd r r r r r rdrd Untuk menelesaikan integral arah φ maka r dianggap konstan dan sebalikna. Jika batas integral tidak ada ang berupa persamaan maka penelesaian dapat dilakukan dari batas mana saja namun bila salah satu batas integral berupa persamaan maka batas tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum menelesaikan batas integral dalam bentuk angka. Dengan merubah ke koordinat polar hitung lingkaran dengan jari-jari dan titik pusat B dd dimana B adalah suatu

17 = r cos φ dan = r sin φ sin cos sin cos r r r r Batas: α = dan β = π r = dan r = r - du/ -r dr dan dr du maka r Misal;- U d rdr r dd B - / d U d r du r U d Latihan soal: Rubah ke dalam koordinat polar dan hitung dd a a

18 5.4 Perhitungan Luas Daerah dengan Integral Lipat Koordinat Polar Hitung besarna luasan daerah ang dibatasi oleh persamaan garis r cos φ = dan lingkaran r = dengan pusat. ᵒ α = dan β = π/ r = /cos φ dan r = L / / / cos d rdr d / cos rdr / d r / 4 sec d / cos Latihan soal: Dengan menggunakan koordinat polar hitung luasan ang dibatasi oleh + = + = 4 = dan =. 5.5 Titik Berat Bidang Homogen Koordinat titik berat dari daerah D dengan luas L = dd memenuhi hubungan sebagai berikut: D

19 L M dimana M = dd D L M Sehingga D dan dd D dd dimana M = D D D dd dd dd Cari koordinat titik berat dari daerah ang dibatasi oleh = dan =. - L 4 d d d 8 d / M 8 d d 4 d d /

20 M d d d 4 4 d 47 D D D D dd dd dd dd / / 47 8 / Latihan soal: Cari koordinat titik berat dari daerah ang dibatasi oleh = - dan garis =. 5. Momen Inersia Bidang Datar Homogen Momen inersia daerah D terhadap sumbu : I = dd D Momen inersia daerah D terhadap sumbu : I = dd D Momen inersia terhadap titik I = D dd = I + I Cari momen inersia I dan I dari daerah ang dibatasi oleh garis = dan =.

21 = = Batas: = dan = = dan = I d d d d / 8 I d d 4 d d / Catatan: Urutan batas integral bisa dirubah menjadi persamaan = dan akan menghasilkan nilai momen inersia ang sama Latihan soal: Cari momen inersia I I dan I dari daerah ang dibatasi oleh garis = = dan =.

22 BAB VI INTEGRAL RANGKAP R dv merupakan bentuk integral rangkap tiga aitu suatu ungsi ang terdiri dari variabel bebas dalam daerah tertutup R ang terdiri dari titik-titik dimana ungsina bernilai tunggal dan kontinu. Tunggal artina hana mempunai buah penelesaian dan kontinu artina merupakan perluasan dari gagasan integral tunggal dan rangkap. Bentuk integral rangkap untuk perhitungan volume dalam koordinat kartesian adalah: dv b a Batas integral ang berupa persamaan dengan variabel terbanak diselesaikan terlebih dahulu baru kemudian menelesaikan batas integral dengan variabel ang lebih sedikit dan terakhir menelesaikan integral dengan batas angka. Selesaikan persamaan integral lipat tiga ddd d d dd dd dd d ddd Latihan soal: Selesaikan persamaan integral lipat tiga ddd 4

23 . Volume Benda Volume benda dapat dihitung menggunakan integral lipat tiga sebagai berikut. Volume benda dalam koordinat cartesius = ddd R Volume benda dalam koordinat tabung = R rdrd d Volume benda dalam koordinat bola= r sin drdd R Cari volume benda ang dibatasi oleh tabung + = 4 bidang o garis = dan bidang o ang terletak pada oktan pertama. 4 Misal: U ddd du U / ddd U du du d d / d du d d d 4 / 8 / Latihan soal: Cari volume dari daerah V ang dibatasi oleh tabung parabolis = 4 dan bidang-bidang = = = =.

24 . Koordinat Titik Berat Benda Koordinat titik berat benda dapat dinatakan dalam integral lipat tiga sebagai berikut: M M dv dv M M dv dv M M dv dv

25 BAB VII PERSAMAAN DIFERENSIAL 7. Persamaan Dierensial Orde Penelesaian persamaan dierensial orde dapat dilakukan menggunakan metode: Integral langsung Pemisahan variabel Substitusi =v Menggunakan aktor integral dll Metode Integral Langsung d Selesaikan persamaan dierensial 5 d d d Latihan soal: 5 d 5d 5d 5 c d Selesaikan persamaan dierensial 5 4 d Metode Pemisahan Variabel Selesaikan persamaan dierensial d d Latihan soal: d d d d d c d d d

26 Selesaikan persamaan dierensial d d Metode Substitusi =v Digunakan bila persamaan dierensial tidak bisa diselesaikan menggunakan metode integrasi langsung dan pemisahan variabel. Substitusikan =v dengan v merupakan ungsi dari kemudian dierensiasikan terhadap. Selesaikan persamaan dierensial ln v v ln ln A A v v A d d d d dv v v d d d v v d d dv v dv v v v d d dv d dv d v v ln v ln c dv d v Latihan soal: Selesaikan persamaan dierensial d d Metode Faktor Integral

27 Digunakan untuk menelesaikan bentuk persamaan d P Q dimana P dan Q adalah d ungsi dari atau konstanta. Untuk menelesaikan bentuk persamaan tersebut kalikan kedua ruasna dengan aktor integrasi ang bentukna adalah Pd e. Selesaikan persamaan dierensial d d 5 e P 5 dan Q e d 5 e d d 5 5 d e e e e 5 e e d d d e e e d e d d e d e d e e c e 7 7 Pd 5 sehingga aktor integrasinaadalah e ce 5 5 Latihan soal: Selesaikan persamaan dierensial d e 4 d 7. Persamaan Dierensial Orde d d Bentuk a b c d d Penelesaian dari persamaan integral dengan bentuk di atas tergantung pada bentuk akar persamaan karakteristikna. Kedua akar riil dan berbeda =Ae m + Be m d d Selesaikan persamaan dierensial 5 d d

28 d d 5 m 5m d d m m Ae Be m dan m Kedua akar riil dan sama =e m A+ B d d Selesaikan persamaan dierensial 9 d d d d 9 m m 9 d d m m e A B m dan m Kedua akarna kompleks m = a j = e a Acos β + Bsin β d Selesaikan persamaan dierensial 7 d d 7 d a = b = c = 7 m b b 4ac a j a = β = 7 =e a Acos β + Bsin β = Acos 7 + Bsin 7 7 Latihan soal:

29 d d Selesaikan persamaan dierensial 4 d d d d Bentuk a b c d d Penelesaian dari bentuk persamaan dierensial di atas terdiri dari penelesaian ungsi komplementer dan integral khusus. Penelesaian ungsi komplementer aitu dengan menganggap ruas kanan sama d d dengan nol sehingga penelesaianna sama dengan bentuk a b c d d aitu sesuai dengan bentuk akar persamaan karakteristikna Penelesaian integral khusus aitu menggunakan bentuk umum dari ruas kanan. = C + D + E = Ce a = C cos a + D sin a Sehingga penelesaian totalna = ungsi komplementer + integral khusus. Ruas kanan berupa ungsi polinom berderajat Selesaikan persamaan dierensial d d d d d d d d Penelesaian ungsi komplementer: Ruas kiri:m m = m-m+5 = m = dan m = -5 = Ae + Be -5 Penelesaian integral khusus: Bentuk ruas kanan adalah ungsi polinom berderajat = C + D + E d/d = C + D

30 d /d = C C - C+D C + D + E = C C D C D E = C + -C D + C D E = -C = C = -/ -C D = D = /45 C D E = E = -/5 Sehingga penelesaian totalna adalah: = Ae + Be -5 / + /45 /5 Soal latihan: Selesaikan persamaan dierensial d d d d. Ruas kanan berupa ungsi eksponensial Selesaikan persamaan dierensial d d e d d d d e d d Penelesaian ungsi komplementer: Ruas kiri:m + 4m + 49 = m+7m+7 = m = -7 = e -7 A+ B Penelesaian integral khusus: Bentuk ruas kanan adalah ungsi eksponensial = Ce 5 d/d = 5Ce 5 d /d = 5Ce 5 [5 Ce Ce Ce 5 = 4 e 5 ] /e 5 5C + 7C + 49C = 4 44C = 4 C = /

31 = e 5 / Sehingga penelesaian totalna adalah: = e -7 A+ B + e 5 /. Ruas kanan berupa ungsi trigonometri Selesaikan persamaan dierensial d d sin d d d d sin d d Penelesaian ungsi komplementer: Ruas kiri:m + m + = m j = a = - dan β = = e - A cos + B sin Penelesaian integral khusus: Bentuk ruas kanan adalah ungsi trigonometri = C cos + D sin d/d = -C sin + D cos d /d = -4C cos 4D sin Substitusi: -4C cos 4D sin + -C sin + D cos + C cos + D sin = sin C + D cos + D C sin = sin C + D =...a D C =...b Substitusi persamaan a dan b menghasilkan C = -/5 dan D = /5 = /5 sin cos Sehingga penelesaian totalna adalah: = e - A cos + B sin + /5 sin cos

32 BAB VIII DERET TAK HINGGA Deinisi: Jumlah suku dari barisan tak hingga ang dinatakan dengan: s s s s... n s n Dimana setiap deret dihubungkan dengan jumlah bagian dari barisan. S S S S s s s s s s s s s... n s n Jika lim s n = s hingga maka disebut deret konvergen dan s adalah jumlahna Jika lim s n tidak ada maka disebut deret divergen atau jika s n semakin besar atau kecil n tanpa mendekati suatu limit Buktikan jika a > maka Pilih M > misal a = + b a n Jika lim an = ~ n n n n b nb b... nb M! M n m maka secara ringkas terdapat bilangan bulat positi terbesar m dalam b maka barisan ini divergen M b Latihan soal: Selidiki kekonvergenan deret berikut:

33 BAB IX TRANSFORMASI LAPLACE Transormasi Laplace adalah suatu metode operasional ang dapat digunakan secara mudah untuk menelesaikan persamaan dierensial linier. Dengan menggunakan transormasi Laplace dapat diubah beberapa ungsi umum seperti ungsi sinusoida ungsi sinusoida teredam dan ungsi eksponensial menjadi ungsi-ungsi aljabar variabel kompleks s. Bila persamaan aljabar dalam _ dipecahkan maka penelesaian dari persamaan dierensial transormasi Laplace balik dari variabel tidak bebas dapat diperoleh dengan menggunakan tabel transormasi Laplace. Suatu kelebihan metode transormasi Lapalace adalah bahwa metode ini memungkinkan penggunaan teknik grais untuk meramal kinerja sistem tanpa menelesaikan persamaan dierensial sistem. Kelebihan lain metode transormasi Laplace adalah diperolehna secara serentak baik komponen transien maupun komponen keadaan tunak. Secara sederhana prosedur dasar pemecahan menggunakan metode transormasi Laplace adalah: Persamaan dierensial ang berada dalam kawasan waktu t ditransormasikan ke kawasan rekuensi s dengan transormasi Laplace. Untuk mempermudah proses transormasi dapat digunakan tabel transormasi laplace. Persamaan ang diperoleh dalam kawasan s tersebut adalah persamaan aljabar dari variabel s ang merupakan operator Laplace. Penelesaian ang diperoleh kemudian ditransormasi-balikkan ke dalam kawasan waktu. Hasil transormasi balik ini menghasilkan penelesaian persamaan dalam kawasan waktu. Secara umum Transormasi Laplace digunakan mentransormasikan sinal atau sistem dari kawasan waktu ke kawasan-s. L t F s t e Fungsi Fs adalah transormasi Laplace dari t ang adalah suatu rekuensi s s = s+ jw L disebut operator Laplace st dt

34 Tentukan transormasi Laplace dari ungsi t = e -at. Latihan soal: Hitunglah transormasi Laplace dari t = At

Bagian 2 Turunan Parsial

Bagian 2 Turunan Parsial Bagian Turunan Parsial Bagian Turunan Parsial mempelajari bagaimana teknik dierensiasi diterapkan untuk ungsi dengan dua variabel atau lebih. Teknik dierensiasi ini tidak hana akan diterapkan untuk ungsi-ungsi

Lebih terperinci

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Fungsi Peubah Banak Prof. Dr. Bambang Soedijono PENDAHULUAN D alam modul ini dibahas masalah Fungsi Peubah Banak. Dengan sendirina para pengguna modul ini dituntut telah menguasai pengertian mengenai

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV Turunan. Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV Turunan. Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7 Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV - 101 SKS : 3 SKS Turunan Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7 Kemampuan Akhir ang Diharapkan Mahasiswa mampu : - menjelaskan arti turunan ungsi - mencari turunan ungsi - menggunakan

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4.0. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU BAB PERSAAA DIFERESIAL ORDER SATU PEDAHULUA Persamaan Diferensial adalah salah satu cabang ilmu matematika ang banak digunakan dalam memahami permasalahan-permasalahan di bidang fisika dan teknik Persamaan

Lebih terperinci

BAB VIII PERSAMAAN DIFERENSIAL (PD)

BAB VIII PERSAMAAN DIFERENSIAL (PD) BAB VIII PERSAMAAN DIFERENSIAL (PD) Banak masalah dalam kehidupan sehari-hari ang dapat dimodelkan dalam persamaan diferensial. Untuk menelesaikan masalah tersebut kita perlu menelesaikan pula persamaan

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI ANALITIK

BAB II FUNGSI ANALITIK BAB II FUNGSI ANALITIK Sekarang kita akan mempelajari ungsi dari variabel kompleks dan pengembanganna dalam teori dierensial. Sebagai awal dari bab ini kita mulai dari ungsi analitik, ang mana sangat berperan

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I Nurdininta Athari Definisi PERSAMAAN DIFERENSIAL Persamaan diferensial adalah suatu persamaan ang memuat satu atau lebih turunan fungsi ang tidak diketahui. Jika persamaan

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Orde Satu

Persamaan Diferensial Orde Satu Modul Persamaan Diferensial Orde Satu P PENDAHULUAN Prof. SM. Nababan, Ph. ersamaan Diferensial (PD) adalah salah satu cabang matematika ang banak digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah fisis. Masalahmasalah

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Integral dan Persamaan Diferensial

Sudaryatno Sudirham. Integral dan Persamaan Diferensial Sudaratno Sudirham Integral dan Persamaan Diferensial Bahan Kuliah Terbuka dalam format pdf tersedia di www.buku-e.lipi.go.id dalam format pps beranimasi tersedia di www.ee-cafe.org Bahasan akan mencakup

Lebih terperinci

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n A. Fungsi Dua Variabel atau Lebih Dalam subbab ini, fungsi dua variabel atau lebih dikaji dari tiga sudut pandang: secara verbal (melalui uraian dalam kata-kata) secara aljabar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN KALKULUS

PENDAHULUAN KALKULUS . BILANGAN REAL PENDAHULUAN KALKULUS Ada beberapa jenis bilangan ang telah kita kenal ketika di bangku sekolah. Bilangan-bilangan tersebut adalah bilangan asli, bulat, cacah, rasional, irrasional. Tahu

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

Pada integral diatas, dalam mencari penyelesaiannya, pertama diintegralkan terlebih dahulu terhadap x kemudian diintegralkan lagi terhadap y.

Pada integral diatas, dalam mencari penyelesaiannya, pertama diintegralkan terlebih dahulu terhadap x kemudian diintegralkan lagi terhadap y. PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dibahas perluasan integral tertentu ke bentuk integral lipat dua dari fungsi dua peubah Akan dibahas bentukbentuk integral lipat dalam koordinat kartesius koordinat kutub

Lebih terperinci

Unit 2 KONSEP DASAR ALJABAR. Clara Ika Sari Pendahuluan

Unit 2 KONSEP DASAR ALJABAR. Clara Ika Sari Pendahuluan Unit KONSEP DASAR ALJABAR Clara Ika Sari Pendahuluan P ada unit ini kita akan mempelajari beberapa konsep dasar dalam aljabar seperti persamaan dan pertidaksamaan ang berbentuk linear dan kuadrat, serta

Lebih terperinci

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI BAB I. SISTEM KRDINAT, NTASI & FUNGSI (Pertemuan ke 1 & 2) PENDAHULUAN Diskripsi singkat Pada bab ini akan dijelaskan tentang bilangan riil, sistem koordinat Cartesius, notasi-notasi ang sering digunakan

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis

Lebih terperinci

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kalkulus 1 Dosen Pengampu : Muhammad Istiqlal, M.Pd Disusun Oleh : 1. Sufi Anisa (23070160086)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar ang akan digunakan sebagai landasan berpikir seperti beberapa teorema dan definisi ang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan begitu

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

panjang yang berukuran x i dan y i. Ambil sebuah titik pada sub persegi d

panjang yang berukuran x i dan y i. Ambil sebuah titik pada sub persegi d INTEGAL ANGKAP. Integral angkap Dua. Volume dan Pusat Massa. Integral angkap Tiga.4 Koordinat Tabung dan Koordinat Bola.. Intergral angkap Dua Misal diberikan daerah di bidang XOY ang berbentuk persegi

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks Transformasi Laplace Metode transformasi Laplace adalah suatu metode operasional yang dapat digunakan secara mudah untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear. Dengan menggunakan transformasi Laplace,

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 23 April 2014

Hendra Gunawan. 23 April 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2013/2014 23 April 2014 Kuliah ang Lalu 13.11 Integral Lipat Dua atas Persegi Panjang 13.2 Integral Berulang 13.3 33Integral Lipat Dua atas Daerah Bukan

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral ii Darpublic BAB 9 Turunan Fungsi-Fungsi (1 (Fungsi Mononom, Fungsi Polinom 9.1. Pengertian Dasar Kita telah melihat bahwa apabila

Lebih terperinci

, ω, L dan C adalah riil, tunjukkanlah

, ω, L dan C adalah riil, tunjukkanlah . Jika z j j PROBLEM SE# Sistem Bilangan Kompleks, tentukanlah bagian riil dan bagian imajiner dari bilangan kompleks z z. Carilah harga dan y yang memenuhi persamaan : y j y, j, ( ) ( ). Carilah bentuk

Lebih terperinci

Nurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2

Nurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 Nurdininta Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 2 PDB ORDE II Bentuk umum : + p() + g() = r() p(), g() disebut koefisien jika r() = 0, maka Persamaan Differensial diatas disebut homogen, sebalikna disebut

Lebih terperinci

Matematika Teknik I. Prasyarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks

Matematika Teknik I. Prasyarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks Kode Mata Kuliah : TE 318 SKS : 3 Matematika Teknik I Prasarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks Tujuan : Mahasiswa memahami permasalahan teknik dalam bentuk PD atau integral, serta

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial

Persamaan Diferensial TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Linier Homogen & Non Homogen Tk. n (Differential: Linier Homogen & Non Homogen Orde n) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Analisis Penampang. Pertemuan 4, 5, 6

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Analisis Penampang. Pertemuan 4, 5, 6 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : SKS nalisis Penampang Pertemuan 4, 5, 6 TU : Mahasiswa dapat menghitung properti dasar penampang, seperti luas, momen statis, momen inersia TK : Mahasiswa

Lebih terperinci

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk

Lebih terperinci

MATEMATIKA 3 Turunan Parsial. -Irma Wulandari-

MATEMATIKA 3 Turunan Parsial. -Irma Wulandari- MATEMATIKA 3 Turunan Parsial -Irma Wulandari- Pengertian Turunan Parsial T = (,) Rata-rata perubahan suhu pelat T per satuan panjang dalam arah sumbu, sejauh, untuk koordinat tetap ; (, ) (, ) Rata-rata

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 1 www.darpublic.com 1. Turunan Fungsi Polinom 1.1. Pengertian Dasar Kita telah melihat bahwa apabila koordinat dua titik ang terletak pada suatu garis lurus diketahui, misalna [ 1, 1

Lebih terperinci

1 Sistem Bilangan Real

1 Sistem Bilangan Real Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan solusi pertidaksamaan aljabar ) Menyelesaikan pertidaksamaan dengan nilai mutlak

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah [MA114] Sistem Koordinat Kuadran II Kuadran I P(,) z P(,,z) Kuadran III Kuadran IV R (Bidang) Oktan 1 R 3 (Ruang) 7/6/007

Lebih terperinci

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut : 1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan

Lebih terperinci

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS ANALISA VARIABEL KOMPLEKS Oleh: BUDI NURACHMAN, IR BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu

Lebih terperinci

Diferensial dan Integral

Diferensial dan Integral Open Course Diferensial dan Integral Oleh: Sudaratno Sudirham Pengantar Setelah kita mempelajari fungsi dan grafik, ang merupakan bagian pertama dari kalkulus, berikut ini kita akan membahas bagian kedua

Lebih terperinci

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1 4. TURUNAN MA4 Kalkulus I 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3 Bab Teknik Pengintegralan BAB TEKNIK PENGINTEGRALAN Rumus-rumus dasar integral tak tertentu yang diberikan pada bab hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi integral dari fungsi sederhana dan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS MATEMATIKA TEKNIK 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu bilangan

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS BAB 2 FUNGSI LINIER

MATEMATIKA BISNIS BAB 2 FUNGSI LINIER MATEMATIKA BISNIS BAB FUNGSI LINIER Hikmah Agustin, S.P.,MM DEFINISI FUNGSI Fungsi adalah hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainna. Unsur-unsur pembentukan fungsi : 1. Variabel Variabel

Lebih terperinci

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ -LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id Konsep Limit Fungsi mendasari pembentukan kalkulus dierensial dan integral. Konsep ini

Lebih terperinci

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. 1 Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. Jika persamaan diferensial memiliki satu peubah tak bebas maka disebut Persamaan Diferensial

Lebih terperinci

2 Akar Persamaan NonLinear

2 Akar Persamaan NonLinear 2 Akar Persamaan NonLinear Beberapa metoda untuk mencari akar ang telah dikenal adalah dengan memfaktorkan atau dengan cara Horner Sebagai contoh, untuk mencari akar dari persamaan 2 6 = 0 ruas kiri difaktorkan

Lebih terperinci

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA

Pembahasan Soal SIMAK UI 2012 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Matematika IPA Pembahasan Soal SIMAK UI 0 SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS Matematika IPA Disusun Oleh : Pak Anang Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK SUPERKILAT Pembahasan

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 26 Februari 2014

Hendra Gunawan. 26 Februari 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2013/2014 26 Februari 2014 9.6 Deret Pangkat Kuliah yang Lalu Menentukan selang kekonvergenan deret pangkat 9.7 Operasi pada Deret Pangkat Mlkk Melakukan

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping

Lebih terperinci

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib. : Aip Saripudin, M.T.

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib. : Aip Saripudin, M.T. DESKIPSI MATA KULIAH EL-121 Matematika Teknik I: S1, 3 SKS, Semester II Mata kuliah ini merupakan kuliah lanjut. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep matematika

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI

BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI. Funsi. Graik Funsi. Barisan dan Deret.4 Irisan Kerucut. Funsi Dalam berbaai aplikasi, korespondensi/hubunan antara dua himpunan serin terjadi. Sebaai contoh, volume bola

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI IKA ARFIANI, S.T.

TURUNAN FUNGSI IKA ARFIANI, S.T. TURUNAN FUNGSI IKA ARFIANI, S.T. DEFINISI TURUNAN Turunan dari ( terhadap dideinisikan dengan: d d ' ' ( lim h 0 ( h-( h RUMUS DASAR TURUNAN ' n n n k k ' 0 k ' u' nu u n n '( ( '( ( '( ( '( ( 0 '( ( n

Lebih terperinci

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1 BAB I PRA KALKULUS. Sistem bilangan ril.. Bilangan ril Sistem bilangan ril adalah himpunan bilangan ril dan operasi aljabar aitu operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Biasana bilangan

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping

Lebih terperinci

Pecahan Parsial (Partial Fractions)

Pecahan Parsial (Partial Fractions) oki neswan (fmipa-itb) Pecahan Parsial (Partial Fractions) Diberikan fungsi rasional f (x) p(x) q(x) f (x) r(x) : Jika deg p deg q; maka r (x) ^p (x) q(x) ; dengan deg r < deg q: p (x) q (x) r (x) ^p (x)

Lebih terperinci

Solusi Analitis Persamaan-persamaan Diferensial Orde-1 dengan Metode Analitis Persamaan Diferensial dengan konfigurasi VARIABEL TERPISAH

Solusi Analitis Persamaan-persamaan Diferensial Orde-1 dengan Metode Analitis Persamaan Diferensial dengan konfigurasi VARIABEL TERPISAH Solusi Analitis Persamaan-persamaan Diferensial Orde- dengan Metode Analitis.. Persamaan Diferensial dengan konfigurasi VARIABEL TERPISAH a. Bentuk Umum: f ( ) g( ), f dan g fungsi sembarang. b. Metode

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu fungsi (dasar). Sebagai

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

BAB 1. FUNGSI DUA PEUBAH

BAB 1. FUNGSI DUA PEUBAH BAB. FUNGSI DUA PEUBAH. PENDAHUUAN Pada baian ini akan dibahas perluasan konsep pada unsi satu peubah ke unsi dua peubah atau lebih. Setelah mempelajari bab ini anda seharusna dapat: - Menentukan domain

Lebih terperinci

Adalah : hubungan antara variabel bebas x, variabel

Adalah : hubungan antara variabel bebas x, variabel Adalah : hubungan antara variabel bebas, variabel Bentuk Umum : bebas dan turunanna. d d F(,,, n d,..., ) n Persamaan differensial (PD) menatakan hubungan dinamik, maksudna hubungan tersebut memuat besaran

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 2013

Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 2013 Soal dan Pembahasan UN Matematika SMA IPA Tahun 013 LOGIKA MATEMATIKA p siswa rajin belajar ; q mendapat nilai yang baik r siswa tidak mengikuti kegiatan remedial ~ r siswa mengikut kegiatan remedial Premis

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

Fungsi Dua Peubah dan Turunan Parsial

Fungsi Dua Peubah dan Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah dan Turunan Parsial Irisan Kerucut, Permukaan Definisi fungsi dua peubah Turunan Parsial Maksimum dan Minimum Handout Matematika Teknik, D3 Teknik Telekomunikasi IT Telkom Bandung 1 Irisan

Lebih terperinci

Pengertian Fungsi. Kalkulus Dasar 2

Pengertian Fungsi. Kalkulus Dasar 2 Funsi Penertian Funsi Relasi : aturan an menawankan himpunan Funsi Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner dari A ke B merupakan suatu unsi jika setiap elemen di dalam A dihubunkan denan tepat satu elemen

Lebih terperinci

Modul 10. Fungsi Trigonometri

Modul 10. Fungsi Trigonometri Modul 10 Fungsi Trigonometri 10.1. Fungsi Gonometri Sudut Lancip A c a b 0 A Sudut adalah sudut lancip dengan titik sudut 0, sedang titik A adalah salah satu titik pada kaki sudut tersebut. Jika 0A diproeksikan

Lebih terperinci

x Lingkaran satuan, adalah lingkaran berjari-jari satu dan berpusat di titik asal, direprentasikan dengan z = 1.

x Lingkaran satuan, adalah lingkaran berjari-jari satu dan berpusat di titik asal, direprentasikan dengan z = 1. Bab. Fungsi Kmpleks BAB. FUNGSI KOMPLEKS Sebelum membahas ungsi kmpleks,berikut ini diberikan beberapa knsep dan istilah ang akan banak digunakan dalam pembahasan selanjutna.. Daerah di bidang kmpleks

Lebih terperinci

Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers

Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Bab 6 Sumber: Let s Learn about Korea, 00 Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, siat, dan aturan ungsi komposisi dalam pemecahan masalah;

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu

Lebih terperinci

Modul Matematika 2012

Modul Matematika 2012 Minggu X Modul Matematika 01 Pokok Bahasan : Konsep Dasar Teori Diferensial Sub Pokok Bahasan : 1. Pendahuluan. Kuosien Difference 3. Diferensiasi 4. Kaidah-kaidah Diferensial 5. Jenis-jenis Diferensial

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Diferensiasi ii Darpublic BAB Turunan Fungsi-Fungsi () (Fungsi Perkalian Fungsi, Fungsi Pangkat Dari Fungsi, Fungsi Rasional, Fungsi Implisit).1. Fungsi Yang Merupakan

Lebih terperinci

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tujuan penulisan ini untuk mengkaji tentang pengertian fungsi harmonik, fungsi harmonik konjugat pada

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI IKA ARFIANI, S.T.

TURUNAN FUNGSI IKA ARFIANI, S.T. TURUNAN FUNGSI IKA ARFIANI, S.T. DEFINISI TURUNAN Turunan dari ( terhadap dideinisikan dengan: d d ( lim h 0 ( h-( h RUMUS DASAR TURUNAN n n n k k 0 k u nu u n n ( ( ( ( ( ( ( ( 0 ( ( n n n c RUMUS JUMLAH

Lebih terperinci

Pengertian Fungsi. MA 1114 Kalkulus I 2

Pengertian Fungsi. MA 1114 Kalkulus I 2 Fungsi Pengertian Fungsi Relasi : aturan yang mengawankan himpunan Fungsi Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner dari A ke B merupakan suatu ungsi jika setiap elemen di dalam A dihubungkan dengan tepat

Lebih terperinci

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar Bab I Fungsi Dua Peubah atau Lebih Pengantar Seperti halna dengan fungsi satu peubah kita dapat mendefinisikan fungsi dua peubah atau lebih sebagai pemetaan dan sebagai pasangan berurut.fungsi dengan peubah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Fungsi Non Linear Fungsi non-linier merupakan bagian yang penting dalam matematika untuk ekonomi, karena pada umumnya fungsi-fungsi yang menghubungkan variabel-variabel ekonomi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester: XI Program IPA/ Alokasi Waktu: jam Pelajaran (3 Pertemuan) A. Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit ungsi dan turunan

Lebih terperinci

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE I

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE I BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE I. Pengertian PD, Orde (tingkat), & Derajat (Pangkat) Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat derivatifderivatif (turunan) sekurang-kurangnya derivatif

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN KALKULUS I SISTEM BILANGAN REAL, PERTAKSAMAAN DAN OPERASI GEOMETRIS KURVA SEDERHANA

SOAL-SOAL LATIHAN KALKULUS I SISTEM BILANGAN REAL, PERTAKSAMAAN DAN OPERASI GEOMETRIS KURVA SEDERHANA SOAL-SOAL LATIHAN KALKULUS I BAB I. SISTEM BILANGAN REAL PERTAKSAMAAN DAN OPERASI GEOMETRIS KURVA SEDERHANA. Tentukan bilangan rasional ang mempunai penajian desimal 5777777.... Tentukan himpunan penelesaian

Lebih terperinci

MAT. 03 Persamaan dan Ketidaksamaan

MAT. 03 Persamaan dan Ketidaksamaan MAT. 0 Persamaan dan Ketidaksamaan i Kode MAT. 0 Persamaan dan Ketidaksamaan + = - 5 6 - - + = BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Turunan Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah asalkan limit ini ada. Jika limit ini memang ada, maka dikatakan

Lebih terperinci

Dari contoh di atas fungsi yang tak diketahui dinyatakan dengan y dan dianggap

Dari contoh di atas fungsi yang tak diketahui dinyatakan dengan y dan dianggap BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persamaan Diferensial Definisi 2.1 Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat variabel bebas, variabel tak bebas, dan derivatif-derivatif

Lebih terperinci

MAKALAH FUNGSI KUADRAT GRAFIK FUNGSI,&SISTEM PERSAMAAN KUADRAT

MAKALAH FUNGSI KUADRAT GRAFIK FUNGSI,&SISTEM PERSAMAAN KUADRAT MAKALAH FUNGSI KUADRAT GRAFIK FUNGSI,&SISTEM PERSAMAAN KUADRAT Kelompok 3 : 1.Suci rachmawati (ekonomi akuntansi) 2.Fitri rachmad (ekonomi akuntansi) 3.Elif (ekonomi akuntansi) 4.Dewi shanty (ekonomi management)

Lebih terperinci

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 ANALISA SKALAR DANVEKTOR

BAB 1 ANALISA SKALAR DANVEKTOR 1.1 Skalar dan Vektor BAB 1 ANAISA SKAA DANVEKT Skalar merupakan besaran ang dapat dinatakan dengan sebuah bilangan nata. Simbul,, dan z ang digunakan merupakan scalar, dan besarna juga dinatakan dalam

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN TINGKAT SATU DERAJAT SATU

BAB II PERSAMAAN TINGKAT SATU DERAJAT SATU BAB II PERSAAA TIGKAT SATU DERAJAT SATU Standar Kompetensi Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami ara-ara menentukan selesaian umum persamaan diferensial tingkat satu

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasannya.

Soal dan Pembahasannya. Soal dan Pembahasanna Perhatikan tabel di bawah ini! p q p q ~ q B B B S S B S S Nilai kebenaran dari pernataan majemuk p q ~ q pada tabel di atas adalah p q p q ~ q p q ~ q B B B S B B S S B B S B B S

Lebih terperinci

E-learning matematika, GRATIS

E-learning matematika, GRATIS Penusun : Afifatuz Zahro, S.Pd. Editor : Drs. Keto Susanto, M.Si. M.T. ; Istijab, S.H. M.Hum. Imam Indra Gunawan, S.Si. Pendahuluan Modul ini menajikan standart kompetensi Memecahkan Masalah Yang Berkaitan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih 126 1 5 Dosen Pembimbing: Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

INTEGRAL TAK TENTU (subtitusi parsial) Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

INTEGRAL TAK TENTU (subtitusi parsial) Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ INTEGRAL TAK TENTU subtitusi parsial Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id DEFINISI Untuk ungsi yang terdeinisi pada selang terbuka I, dpt ditentukan ungsi

Lebih terperinci

LIMIT & KEKONTINUAN IRA PRASETYANINGRUM

LIMIT & KEKONTINUAN IRA PRASETYANINGRUM LIMIT & KEKONTINUAN IRA PRASETYANINGRUM Bilangan Tidak Tertentu Nol = Bilangan yang menyatakan banyaknya elemen himpunan kosong Misal : A={Orang yang Istrinya } Terdapat bilangan mendekati dari kiri/bawah/negati

Lebih terperinci

Turunan Fungsi dan Aplikasinya

Turunan Fungsi dan Aplikasinya Bab 8 Sumber: www.duniacyber.com Turunan Fungsi dan Aplikasinya Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, siat, dan aturan dalam perhitungan turunan ungsi; menggunakan turunan untuk

Lebih terperinci

Bab. Persamaan Garis Lurus. Pengertian Persamaan Garis Lurus Gradien Menentukan Persamaan Garis lurus

Bab. Persamaan Garis Lurus. Pengertian Persamaan Garis Lurus Gradien Menentukan Persamaan Garis lurus Bab Sumb er: Scien ce Enclopedia, 997 Persamaan Garis Lurus Dalam suatu perlombaan balap sepeda, seorang pembalap mengauh sepedana dengan kecepatan tetap. Setiap 5 detik, pembalap tersebut menempuh jarak

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI

BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI 5.1 Persamaan garis singgung Bentuk umum persamaan garis adalah = m + n, dimana m adalah koeffisien arah atau kemiringan garis dan n adalah penggal garis. Sekarang perhatikan

Lebih terperinci

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f

Lebih terperinci

Deret Binomial. Ayundyah Kesumawati. June 25, Prodi Statistika FMIPA-UII. Ayundyah (UII) Deret Binomial June 25, / 14

Deret Binomial. Ayundyah Kesumawati. June 25, Prodi Statistika FMIPA-UII. Ayundyah (UII) Deret Binomial June 25, / 14 Deret Binomial Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII June 25, 2015 Ayundyah (UII) Deret Binomial June 25, 2015 1 / 14 Pendahuluan Deret Binomial Kita telah mengenal Rumus Binomial. Untuk bilangan

Lebih terperinci

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah ANALISIS KOMPLEKS Pendahuluan Bil Kompleks Bil Riil Bil Imaginer (khayal) Bil Rasional Bil Irasional Bil Pecahan Bil Bulat Sistem Bilangan Kompleks Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + Untuk maka bentuk

Lebih terperinci