BAB II FUNGSI ANALITIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II FUNGSI ANALITIK"

Transkripsi

1 BAB II FUNGSI ANALITIK Sekarang kita akan mempelajari ungsi dari variabel kompleks dan pengembanganna dalam teori dierensial. Sebagai awal dari bab ini kita mulai dari ungsi analitik, ang mana sangat berperan dalam analisis kompleks. 9. FUNGSI DARI SUATU VARIABEL KOMPLEKS Misalkan S suatu himpunan bilangan kompleks. Suatu ungsi ang dideinisikan pada S adalah suatu aturan pengaitan setiap di S dengan tepat satu bilangan kompleks w. Bilangan w disebut nilai dari di dan dinotasikan dengan (); aitu w = (). Himpunan S disebut daerah deinisi dari. Tidak selalu tepat untuk menggunakan notasi ang berbeda diantara suatu ungsi ang diberikan dan nilaina. Sebagai contoh, jika dideinisikan pada setengah bidang Re > ang berarti bahwa persamaan w=, berhubungan dengan ungsi w=, atau secara sederhana ungsi, dimana Re >. Akan ditegaskan bahwa daerah deinisi dan suatu aturan ang dibutuhkan dalam urutan untuk ungsi terdeinisi. Jika daerah deinisi tidak disebutkan secara khusus maka kita mengambil himpunan ang paling besar sehingga ungsi tersebut tedeinisi dengan baik. Selanjutna, jika kita hana mengatakan dari ungsi adalah himpunan dari semua titik ang tidak nol dalam bidang. maka daerah deinisina Misalkan bahwa w=u+iv adalah nilai dari suatu ungsi di = +i, sehingga u+iv = (+i). Setiap bilangan real u dan v tergantung pada variabel real dan, dan dari sini bahwa () dapat diekspresikan dalam bentuk suatu pasangan dari ungsi bernilai real dari variabel dan : () ()=u(,)+iv(,). 35

2 Jika koordinat polar r dan, sebagai pengganti dari dan untuk digunakan, maka u+iv = (re i ), dimana w =u+iv dan = (re i ). Dalam kasus ini, kita tulis () ()=u (r,)+iv(r,). Contoh : Jika ()=, maka (+i)=(+i) = +i. Jadi u (,)= dan v(,)=. Jika kita menggunakan koordinat polar, (re i )= (re i ) =r e i =r cos +ir sin. Akibatna, u(r,) =r cos dan v(r,)=r sin. Jika, dalam persamaan () atau (), ungsi v adalah selalu sama dengan nol, maka bilangan () adalah selalu real. Sebagai contoh suatu ungsi ang bernilai real dari variabel kompleks adalah ()= i. Jika n = atau suatu bilangan bulat positi dan jika a, a, a,., a n adalah konstanta kompleks dengan a n, maka ungsi P()=a +a + a + +a n n adalah suatu polinom ang berderajat n. Perlu dicatat bahwa penjumlahan dari sejumlah hingga suku-suku di atas daerah deinisina adalah seluruh bidang. Pembagian P()/Q() dari polinom adalah disebut ungsi rasional disetiap titik dengan Q(). Polinom dan ungsi rasional merupakan ungsi elementer, tetapi sangat penting dalam kelas ungsi dari suatu variabel kompleks. Perumuman dari konsep ungsi adalah aturan pengaitan paling banak satu nilai dari setiap titik didaerah deinisina. Fungsi bernilai banak terjadi dalam teori ungsi dari variabel kompleks, demikian juga dalam kasus variabel real. Jika ungsi bernilai banak dipelajari, harus selalu satu dari nilai ang mungkin setiap titik ang diambil, dalam kesimetrian, dan suatu ungsi (bernilai tunggal) adalah dikonstruksi dari ungsi bernilai banak. Sebagai contoh, misalkan bahwa adalah suatu bilangan kompleks tak nol = re i. 36

3 Kita ketahui dari bahagian 7 bahwa / mempunai dua nilai aitu re, dimana adalah nilai utama (-<) dari arg. Tetapi, jika kita hana memilih nilai positi dari i r dan ditulis re (r>, -<<), terlihat bahwa ini merupakan ungsi (bernilai tunggal) adalah terdeinisi dengan baik pada daerah ang diberikan. Dimana nol adalah hana mempunai akar kuadrat nol, kita juga menulis () =. Fungsi adalah terdeinisi dengan baik pada daerah ang terdiri dari seluruh bidang kompleks kecuali sepanjang =, akni pada sumbu real negati.. PEMETAAN. Siat dari ungsi bernilai real dari variabel real adalah ungsina selalu dapat digambarkan dengan graik. Tetapi jika w =(), dimana dan w adalah bilangan kompleks, tidak selalu sederhan digambarkan dengan graik sebab setiap bilangan dan w berada dalam bidang ang lebih besar dari pada garis. Salah satu cara bagaimana menggambarkanna adalah dengan mengindikasi setiap pasang titik = (,) ang berhubungan dengan titik w = (u,v). Disini pada umumna kita menggambarkan bidang dan w secara terpisah. Jika ungsi dilakukan dengan cara ini, maka selalu dihubungkan dengan pemetaan, atau transormasi. Baangan dari titik dalam daerah deinisi S adalah titik w = (), dan himpunan semua baangan dari semua titik dalam himpunan T ang termuat dalam S disebut baangan dari T. Baangan dari seluruh daerah deinisi dari S disebut range dari. Baangan invers dari suatu titik w adalah himpunan semua titik dalam daerah deinisi dari ang mempunai pasangan baangan w. Baangan invers suatu titik boleh memuat hana satu titik, beberapa titik, atau tidak sama sekali. Kasus ini terjadi jika w bukan merupakan range dari. Bentuk translasi, rotasi, dan pencerminan adalah digunakan untuk menampaikan karateristik geometri dari pemetaan tertentu. Dalam kasus ini, kadang-kadang tepat untuk digambarkan dan w dalam bidang ang sama. Sebagai contoh, pemetaan w = + = (+) + i, i 37

4 Dimana = + i, dapat ditentukan melalui suatu translasi dari setiap titik satu satuan kekanan. Karena i = e i/, maka pemetaan w = i = r epi, dimana = re i, rotasi pada jari-jari vektor untuk setiap bilangan kompleks tak nol terus kekanan sudut titik asal ang berlawanan dengan arah jarum jam; dan pemetaan w = = i adalah transormasi setiap titik = + i kedalam pencermianan terhadap sumbu. Inormasi umum ang digunakan dalam menggambar baangan dari suatu kurva dan daerah ang lebih sederhana adalah mengindikasi baangan titikna satu persatu. Dalam contoh berikut, kita ilustrasikan ini dengan transormasi w =. Contoh. Dari contoh dalam bagian 9, pemetaan w = dapat dijelaskan melalui transormasi: () u =, v = dari bidang kebidang uv. Bentuk pemetaan ini ang akan digunakan dalam menemukan baangan dari hperbola tertentu. Mudah ditunjukkan bahwa, setiap cabang dari hperbola = c (c > ) adalah pemetaan satu-satu dan pada kegaris vertikal u = c. Kita mulai dengan mencatat persamaan () bagian ang pertama bahwa u = c jika (,) adalah suatu titik ang terletak pada salah satu cabang. Khususna, jika terletak pada cabang bagian kanan, bagian kedua dari persamaan () dapat diketahui bahwa v = c. Jadi baangan dari cabang bahagian kanan dapat dinatakan dalam bentuk parameter melalui u = c, v = c - ; dan jelas bahwa baangan dari titik (,) pada cabang dipindahkan keseluruh garis melalui jejak (,) dengan arah ke atas (lihat gambar 4). Demikian juga, dimana pasangan dari persamaan 38

5 u = c, v = c - ; melengkapi persamaan parameter untuk baangan dari cabang bahagian kiri dari hperbola, baangan dari titik bergerak turun sepanjang seluruh cabang bahagian kiri adalah terlihat dipindahkan ke atas pada seluruh garis u = c. Sebagai latihan, tunjukkan bahwa setiap cabang dari hperbola = c (c > ) adalah ditransormasi kedalam garis v = c, melalui indikasi dalam gambar 4. Kasus dimana c dan c adalah negati juga disajikan dalam latihan. v u=c > v=c > u Gambar 4. w = Contoh. Misalkan kita menggunakan persamaan () untuk menunjukkan bahwa baangan dari sebagian bidang vertikal,, ang ditunjukkan dalam gambar 5, adalah daerah semi parabola tertutup. Jika < <, titik (, ) digerakan ke atas suatu penggal garis vertikal, ang diberi nama L dalam gambar 5, melalui naik dari =. Baangan di luar jejak bidang uv menurut persamaan (), ang dinatakan dalam bentuk parameter () u =, v = (< ). 39

6 Gunakan persamaan ang kedua untuk mensubtitusi kedalam ang pertama, terlihat bahwa baangan titik-titik (u,v) harus terletak pada parabola D L L A A L L v B C D C u (3) v 4 u dengan puncak di, Gambar 5. w = ; dan okusna dititik asal. Dimana v adalah naik dengan melalui v =, menurut persamaan () bagian kedua, terlihat bahwa melalui titik (,) digerakan ke atas melalui L dari sumbu, baanganna adalah digerakan ke atas melalui sebagian parabola L dari sumbu u. Selanjutna, jika suatu bilangan lebih besar dari, tetapi lebih kecil dari, adalah ditentukan, penggal garis L mempunai baangan L aitu sebagian parabola dikanan L, melalui indikasi dalam gambar 5. Perlu dicatat bahwa baangan dari penggal garis BA didalam gambar adalah setengah parabola v = -4(u-) ang paling atas dan diberi nama dengan B A. Baangan dari penggal garis CD ang diperoleh dari persamaan () bahwa titik (,), dimana, pada CD ditransormasi kedalam titik (-,) dalam bidang uv. Juga, melalui titik ang digerakan ke atas dari titik asal sepanjang CD, baanganna digerakan kekiri dari titik asal sepanjang sumbu u. Jadi jelas bahwa penggal garis vertikal di bidang, baanganna adalah parabola dibidang uv ang turun sampai pada penggal garis C D. 4

7 Sekarang jelas bahwa baangan dari semua penggal garis dintara dan didalam CD dan BA adalah merupakan daerah semiparabola tertutup ang dibatasi oleh A B C D. Juga setiap titik dalam daerah tersebut mempunai baangan hana satu titik didalam bagian tertutup ang dibatasi oleh ABCD. Juga daerah semiparabola adalah merupakan baangan dari bagian tadi dan merupakan pemetaan ang bersiat satu-satu dan pada antara titik dalam daerah tertutup. Contoh 3. Kita kembali pada contoh di bagian 9 bahwa w = = r e i dimana = re i. Jika w = e i, kita mempunai e i = r e i ; dan akibatna r, = + n (n =,,, ). Jelas, baangan dari setiap titik tak nol adalah diperoleh dengan mengkuadratkan modulus dari dan menggandakan nilai dari arg. titik w = Selidiki bahwa titik = r e i pada lingkaran r = r adalah ditransormasikan kedalam r e i pada lingkaran r. Melalui titik pada lingkaran pertama digerakan berlawanan dengan arah jarum jam dari sumbu real positi ke sumbu imajiner positi, baanganna pada lingkaran kedua dipindahkan berlawanan dengan jarum jam dari sumbu real positi ke sumbu real negati (lihat gambar 6). Juga, semua nilai positi ang mungkin dari r ang dipilih, berhubungan dengan sudut dalam dan w berada dikuadran pertama dan di atas bidang masing-masing. Transormasi w = adalah pemetaan satu-satu dan pada dari kuadran pertama r, / dalam bidang pada setengah bidang, dari bidang w, melalui indikasi dalam gambar 6. Titik = adalah jelas dipetakan pada w =. Transormasi w = juga memetakan sebagian bidang atas r, / pada seluruh bidang w. Bagaimanapun, dalam kasus ini, transormasi adalah bukan satu-satu karena kedua sumbu real negati dan positi dalam bidang adalah dipetakan pada sumbu real positi dalam bidang w. 4

8 Jika n suatu bilangan bulat positi ang lebih besar dari, siat pemetaan dari transormasi w = n, atau i n in e r e adalah serupa dengan w =. Sehingga peta transormasi dari seluruh bidang pada seluruh bidang w dimana setiap titik taknol dalam bidang w adalah baangan dari n titik-titik ang berbeda dalam bidang. Lingkaran r = r adalah dipetakan pada lingkaran cakram n r, tetapi bukan satu-satu. n r ; dan sektor rr, /n adalah dipetakan pada v r r u Gambar 6. w = Latihan. Untuk setiap ungsi di bawah ini, tentukan daerah deinisina: (a). ; (b). Arg ; (c). ; (d).. Tuliskan ungsi () = dalam bentuk () = u(,) + iv(,). 3. Misalkan () = + i( ), dimana = + i. Gunakan dan untuk mengepresikan () dalam suku-suku dari, dan berikan jawaban ang paling sederhana. 4. Tuliskan ungsi, dalam bentuk () = u(r,) + iv(r,). 4

9 5. Tunjukkan bahwa setiap cabang dari hperbola = c (c >) adalah pemetaan pada garis v = c dengan transormasi w =, melalui indikasi dalam gambar Domain >, >, < terdiri dari semua titik pada cabang atas hperbola dari keluarga = c, dimana < c <. Gunakan hasil pada soal nomor 5 untuk menunjukkan bahwa baangan dari domain ini di bawah transormasi w = adalah sebagian dari bidang horiontal < v <. 7. Berdasarkan contoh bagian, dan soal no. 5 carilah suatu domain dalam bidang ang mempunai baangan di bawah transormasi w = adalah domain kuadrat dalam bidang w ang dibatasi oleh garis u =, u =, v = dan v =. 8. Cari dan gambarkan, serta tunjukkan hubungan orientasi, baangan dari hperbola = c (c < ) dan = c (c < ) dibawah transormasi w =. 9. Tunjukkan, dengan mengindikasi orientasi hubungan, pemetaan w = transormasi = c ( c > ) kedalam parabola v 4c u c ang semua titik apina di w =.. Gunakan hasil dalam soal no. 9 untuk menunjukkan bahwa transormasi w = adalah pemetaan satu-satu dari bidang ab di atas sumbu pada daerah tertutup diantara dua parabola v = 4u (u+a ) dan v = 4u (u+b ).. Bagaimana merubah bentuk dalam contoh, bagian, bahwa transormasi w = memetakan suatu bidang vertikal c, dari sembarang luas pada suatu daerah semi parabola tertutup, melalui gambar 6.b. 43

10 . Modiikasi contoh bahagian, untuk menunjukkan bahwa jika w =, baangan dari daerah segitiga tertutup dengan garis = dan = adalah daerah parabola tertutup ang dibatasi pada bahagian kiri dengan -v dari sumbu v dan bahagian kanan dibatasi oleh parabola v = -4(u-). Selidiki hubungan titik-titik pada kedua daerah tertutup dan terbatas tersebut melalui gambar Gambar daerah pada sektor r, /4 ang dipetakan oleh transormasi (a). w = ; (b). w = 3 ; (c). w = Interprestasi lain dari ungsi w = () = u(,) + iv(,) adalah suatu lapangan vektor dalam daerah deinisi. Fungsi ang mengaitkan suatu vektor w, dengan komponenkomponen u(,) dan v(,), kesetiap titik ang dideinisikan. Indikasikan graik ang dinatakan dengan lapangan vektor (a). w =i; (b)... LIMIT Misalkan suatu ungsi ang terdeinisi disemua titik dalam lingkungan penghilangan dari. Pernataan bahwa limit dari () melalui ang didekati dengan adalah suatu bilangan w, atau 44

11 () lim w mempunai arti bahwa titik w = () dapat dibuat sembarang dekat dengan w jika kita memilih ang cukup dekat dengan tetapi berbeda dengan. Kita sekarang mengekspresikan deinisi dari limit dalam bentuk ang tepat digunakan. Pernataan () mempunai arti bahwa, untuk setiap bilangan >, terdapat suatu bilangan positi sedemikian sehingga () w asalkan -. Secara geometri deinisi ini mengatakan bahwa, untuk setiap lingkungan- w w dari w, terdapat suatu lingkungan penghilangan- dari, sedemikian sehingga untuk setiap dalam lingkungan tersebut mempunai suatu baangan w dalam lingkungan (lihat gambar 8). Perlu dicatat bahwa, meskipun semua titik dalam lingkungan penghilangan - tidak perlu semua baanganna keseluruh lingkungan w w. Jika suatu ungsi konstan ang bernilai w, maka baangan dari selalu merupakan pusat dari lingkungan. Sebagai catatan, sekali kita mendapatkan suatu, maka kita dapat mengganti dengan dengan setiap bilangan positi ang lebih kecil dari, misalna /. v w w u Gamabar 8 Deinisi () menatakan bahwa terdeinisi disemua titik dalam suatu lingkungan penghilangan. Sehingga lingkungan penghilangan selalu ada jika adalah suatu titik interior dari suatu daerah dimana terdeinisi. Kita dapat memperluas deinisi dari limit 45

12 dalam kasus dimana adalah titik batas dari daerah ang memungkin bahwa persamaan () ang pertama dipenuhi dengan hana titik terletak dikedua daerah dan domain. Contoh. Tunjukkan bahwa jika () = i/ dalam cakram buka i, maka lim Titik = terletak pada batas dari daerah deinisi. Akan diselidiki bahwa jika dalam daerah, i i i. Juga, untuk setiap dan suatu bilangan positi, i asalakan -.. Jadi sarat persamaan () dipenuhi oleh titik-titik dalam daerah jika sama dengan atau bilangan positi ang lebih kecil (lihat gambar 9). Dalam pendahuluan konsep tentang limit pada paragraph pertama bagian ini, kita dapatkan suatu siat bahwa, jika suatu limit dari suatu ungsi () ada disuatu titik, maka limitna itu adalah tunggal. Untuk membuktikan suat ini, kita memisalkan bahwa w dan lim w. lim terdapat bilangan positi dan sehingga w asalkan - Maka, untuk setiap bilangan positi, 46

13 dan w asalkan -. Jadi, jika, dimana menatakan bilangan ang paling kecil antara dan, maka w w w w Hal ini menunjukkan bahwa, w w. Tetapi w w adalah suatu konstanta non negati, dan dapat dipilih sembarang ang paling kecil. Jadi w -w =, atau w = w. Jika adalah suatu titik interior dari daerah deinisi, dan limit dari persamaan () ada, persamaan () ang pertama harus berlaku untuk setiap titik dalam lingkungan penghilangan -. Jadi simbol mengakibatkan bahwa adalah dapat mendekati dalam sembarang arah, tanpa dari suatu arah ang khusus. Contoh berikut menggunakan cara ini. Contoh. Jika, maka (4) lim tidak ada. Jika limitna ada, maka kita dapat menemukan limitna dengan memisalkan titik = (,) mendekati titik asal dari berbagai arah. Tetapi jika = (,) adalah titik tak nol pada sumbu real, i ; i dan jika = (,) adalah titik tak nol pada sumbu imajiner, i. i Jadi, dengan memisalkan mendekati titik asal sepanjang sumbu real, kita peroleh limitna adalah. Pada hal lain, didekati sepanjang sumbu imajiner diperoleh limitna sama dengan. Dari ketunggalan limit, kita simpulkan bahwa limit pada persamaan (4.) tidak ada. 47

14 . TEOREMA-TEOREMA PADA LIMIT Teorema. Misalkan bahwa () = u(,) + iv(,), = + i, dan w = u + iv. Maka () lim w jika dan hana jika () lim,, u, u dan lim,, v, v Untuk membuktikan teorema di atas, kita asumsikan bahwa limit pada () benar dan akan dibuktikan limit pada (). Limit pada persamaan () bagian diketahui bahwa, untuk setiap positi terdapat bilangan positi dan sehingga (3) u u asalkan - dan v v -. asalkan (4) Misalkan menatakan bilangan ang paling kecil antara dan. Karena dan u iv u iv u u iv v u u v v - i i. i Dari persamaan (3) dan (4) diperoleh asalkan u iv u iv i i. Jadi, limit pada () benar. Misalkan sekarang mulai mengasumsikan bahwa limit () benar. Dengan asumsi ini kita ketahui bahwa, untuk setiap bilangan positi, terdapat bilangan positi sehingga (5) u iv u iv (6) i i asalkan.. 48

15 Tetapi dan u u u u iv v u iv u iv u u iv v u iv u v v. iv i i i -. Jadi dari sini persamaan (5) dan (6) memberikan bahwa u asalkan u dan v v i i. Ini menunjukkan bahwa limit () telah dibuktikan, dan bukti teorema telah lengkap. Teorema. Misalkan bahwa (7) lim wo dan lim F Wo maka (8) lim F wo Wo (9) lim F wo Wo dan, jika W, maka () lim F w W o o., Teorema ini dapat dibuktikan secara langsung dengan menggunakan deinisi limit dari ungsi bernilai kompleks. Tetapi dengan teorema, pembuktian lebih mudah. Sebagai contoh, kita buktikan (9), dan kita tulis u, iv,, F U, iv,, = + i, w = u + iv, W = U + iv. Maka dari hipotesis persamaan (7) limit (,) mendekati (, ) dari ungsi u, v, U, dan V ada dan mempunai limit u, v, U, dan V masing-masing. Jadi komponen real dan 49

16 imajinerna dari perkalian ()F() = (uu vv) + i(vu + uv) mempunai limit u U v V dan v U + u V, masing-masing, dengan (,) mendekati (, ). Jadi dengan menggunakan teorema, ()F() mempunai limit (u U v V ) + i( v U + u V ) dengan mendekati ; dan ini sama dengan w W. Siat (9) buktina telah diberikan, dan untuk siat (8) dan () dapat dibuktikan dengan cara serupa. Sebagai akibat dari teorema adalah lim c c untuk setiap konstanta kompleks c = a + bi dan setiap. Juga, lim ; dan dari siat (9) dan induksi matematika, bahwa n n lim (n =,, ). Juga, dalam siat (8) dan (9), limit dari suatu polinom P() = a + a + a + + a n n Dengan mendekati adalah nilai dari polinom dititik, akni : () lim P P Selain itu siat dari limit adalah () Jika lim w, maka lim w. Siat ini mudah dibuktikan dengan menggunakan deinisi dari limit dan kenataan bahwa (lihat bagian 4) w w. 3. LIMIT DITITIK TAK HINGGA Terkadang cukup baik untuk memasukkan titik di ketakhinggaan dalam bidang kompleks, ang dinotasikan dengan, dan menggunakan limit ang memuatna. Bidang kompleks bersama-sama dengan titik takhingga ini disebut bidang kompleks perluasan. Untuk memvisualisasi titik diketakhinggaan, salah satu ang dapat dipikirkan dari bidang 5

17 kompleks misalna perputaran suatu titik mengelilingi suatu permukaan bola menurut garis katulistiwa dengan pusat titik = (gambar ). Setiap titik di bidang mempunai hubungan dengan tepat satu titik P pada permukaan bola. Titik P ditentukan oleh garis ang melalui titik dan kutub utara N dari bola dengan permukaanna. Dengan cara demikian, setiap titik P pada permukaan bola, ang lainna pada kutub utara N, terdapat hubungan dengan tepat satu titik di bidang. Dengan memisalkan titik N dari bola ang berhubungan dengan titik tak hingga, diperoleh korespondensi satu-satu antara titik-titik pada bola dan titik-titik pada bidang kompleks perluasan. Bola tersebut dikenal sebagai bola Riemann, dan hubunganna disebut proeksi stereograik. N P Gambar Perhatikan bagian luar dari lingkaran satuan ang berpusat pada titik asal bidang kompleks ang berhubungan dengan belahan bumi bagian atas di mana katulistiwa dan titik N dihilangkan. Selanjutna, untuk setiap bilangan positi kecil, titik-titik tersebut di bidang kompleks di luar lingkaran = / berhubungan dengan titik-titik pada bola dekat ke N. Kita sebut himpunan ini > / suatu lingkungan, atau lingkungan dari. Perlu disepakati bahwa, berkenaan dengan titik, kita artikan suatu titik di bidang hingga. Selanjutna, jika titik diketakhinggaan dipertimbangkan, maka akan dijelaskan secara khusus. Artina sekarang kita siap memberikan pernataan 5

18 lim ( ) w jika salah satu atau w, atau mungkin keduana diganti dengan titik takhingga. Dalam deinisi limit pada bagian, kita mengganti lingkungan dari dan w dengan lingkungan dari. Pernataan lim terdapat suatu bilangan positi sedemikian sehingga () asalkan -, mempunai arti bahwa untuk setiap bilangan positi,. Jadi, titik w = () terletak dalam lingkungan- w dari asalkan terletak dalam lingkungan penghilangan dari, -. Pernataan pada persamaan () dapat ditulis dari sini terlihat bahwa () lim Contoh. Selanjutna, i 3 lim karena lim asalkan - w jika dan hana jika lim i 3, lim. mempunai arti bahwa, untuk setiap positi, terdapat suatu bilangan positi sedemikian sehingga (3) w asalkan. Dengan mengganti pada persamaan (3) dengan /, maka diperoleh 5

19 Ini berarti bahwa, w (4) lim w asalkan -. jika dan hana jika lim w Contoh. Berdasarkan pernataan pada persamaan (4), i lim karena lim Terakhir, pernataan lim / / i i lim. mempunai arti bahwa untuk setiap bilangan positi, terdapat bilangan positi sedemikian sehingga (5) asalkan. Jika diganti dengan /, pernataan ini dapat ditulis dalam bentuk jadi, (6) Contoh 3. 3 lim, karena asalkan - ; lim lim jika dan hana jika lim 3 lim KEKONTINUAN Suatu ungsi adalah kontinu di titik jika memenuhi ketiga sarat berikut : () lim () ada 53

20 () ( ) ada (3) lim () = ( ) Pernataan pada persamaan (3) jelas memuat pernataan pada persamaan () dan (), karena secara implisit keberadaan nilai dari setiap sisi adalah sama. Pernataan pada persamaan (3) mengatakan bahwa, untuk setiap bilangan positi, terdapat suatu bilangan positi sedemikian sehingga (4) asalkan. Suatu ungsi dari variabel kompleks dikatakan kontinu dalam daerah R jika ungsi tersebut kontinu disetiap titik dalam R. Jika dua ungsi, g adalah kontinu di suatu titik, maka + g dan.g juga kontinu di suatu titik; demikian juga /g kontinu di suatu titik asalkan g tidak nol. Hal ini merupakan akibat dari teorema bagian. Berdasarkan deinisi pada persamaan (4) diperoleh bahwa komposisi dari ungsiungsi kontinu adalah kontinu. Untuk menunjukkan ini, kita misalkan w = () adalah suatu ungsi ang terdeinisi pada setiap dalam lingkungan dari titik ; dan misalkan pula g(w) suatu ungsi ang mempunai daerah deinisi memuat baangan (lihat bagian ) dari lingkungan. Sekarang, anggaplah kontinu di dan g kontinu di titik w = ( ). Dari kekontinuan g di titik w, kita ketahui bahwa, untuk setiap bilangan positi, terdapat bilangan positi sedemikian sehingga g asalkan g. tetapi, berhubungan dengan, terdapat suatu bilangan positi sedemikian sehingga ketaksamaan kedua dipenuhi asalkan. Ini berarti, bahwa kekontinuan dari g[()] di telah dibuktikan. Berdasarkan deinisi pada persamaan (4) dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa jika suatu ungsi () adalah kontinu dan tidak nol disuatu, maka () untuk setiap 54

21 dalam suatu lingkungan dari. Untuk itu, jika ( ) dan bilangan positi, maka berdasarkan ketaksamaan (4) terdapat suatu bilangan positi sedemikian sehingga asalkan -. Jika terdapat suatu titik dalam lingkungan - sehingga () =, maka kontradiksi dengan. Dari teorema, bagian, diperoleh bahwa suatu ungsi dari variabel kompleks adalah kontinu di titik = (, ) jika dan hana jika ungsi komponen u dan v kontinu di titik = (, ). Contoh. Fungsi cos cosh i sin sinh adalah kontinu dimana-mana dalam bidang kompleks, karena komponen real dan imajiner dari adalah kontinu disetiap titik (,). Kekontinuan dari ungsi-ungsi komponen adalah akibat dari kekontinuan dari polinom dalam dan melalui kekontinuan dari ungsi trigonometri dan hiperbolik. Berbagai siat ungsi kontinu dari variabel kompleks dapat diturunkan melalui hubungan dari ungsi kontinu bernilai real dengan dua peubah real. Sebagai contoh, ungsi () = u(,) + iv(,) ang kontinu dalam daerah R adalah tertutup dan terbatas. Fungsi, v, u adalah kontinu di R dan mencapai nilai maksimum dimana-mana dalam R. Jadi, adalah terbatas pada R dan mencapai nilai maksimum dimana-mana dalam R. Atau secara tepatna dikatakan terbatas dalam R, jika terdapat bilangan real non negati M sehingga (5) M untuk setiap dalam R Hasil lain ang dapat diturunkan dari hubungan ungsi bernilai real dari dua variabel real, bahwa ungsi ang kontinu dalam suatu daerah R ang tertutup dan terbatas 55

22 adalah kontinu seragam. Yaitu, suatu nilai dari, tidak tergantung dari, jadi dapat dipilih sehingga sarat pada persamaan (4.4) adalah dipenuhi untuk setiap titik dalam R. LATIHAN. Misalkan a, b, c dan menatakan suatu konstanta kompleks. Gunakan deinisi limit pada persamaan () bagian untuk membuktikan bahwa (a). lim c c ; b. lim a b a b a ; c. lim c c d. lim Re Re ; e. lim ;. lim i i i; g. lim. i. Misalkan n suatu bilangan bulat positi dan misalkan pula P() dan Q() adalah polinom, dengan Q( ). Gunakan teorema bagian, untuk menentukan limit berikut ini i a. lim, ; b. lim ; c. n i 3 P lim Q 3. Gunakan siat (9) bagian dari limit dan induksi matematika untuk menunjukkan bahwa n n lim dimana n suatu bilangan bulat positi. 4. Tunjukkan bahwa lim tidak ada. Kerjakan soal ini dengan memisalkan titik tak nol = (,) dan = (,) mendekati nol. 5. Buktikan pernataan pada persamaan (8) bagian teorema, gunakan (a). Teorema bagian, dan siat limit ungsi bernilai real dari dua variabel real; (b). Deinisi () bagian dari limit. 56

23 6. Misalkan dan tunjukkan bahwa lim w jika dan hana jika lim w 7. Tunjukkan bahwa lim g jika lim dan jika terdapat suatu bilangan positi M sedemikian sehingga g M untuk setiap dalam suatu lingkungan dari. 8. Buktikan siat () bagian dari limit. 9. Dengan menggunakan siat (), (4) dan (6) bagian 3 dari limit, tunjukkan bahwa a. lim 4 4; b. lim ; c. lim 3. Gunakan siat (), (4) dan (6) bagian 3 dari limit untuk menunjukkan bahwa jika T a b c d ad - bc, maka (a). limt jika c =. b. lim T a dan lim T c. jika c. d c. Gunakan deinisi () dan (3) bagian 3 dari limit di ketakhinggaan untuk menunjukkan bahwa lim dan lim. Pandang suatu ungsi ang dideinisikan pada bidang perluasaan dengan persamaan perluasan. jika jika. Tunjukkan bahwa kontinu dimana-mana dalam bidang jika 3. Tunjukkan bahwa limit di titik tak hingga adalah tunggal. 4. Tunjukkan bahwa himpunan S adalah tak terbatas (bagian 8) jika dan hana jika setiap lingkungan dari titik tak hingga memuat paling sedikit sati titik di S. 57

24 5. TURUNAN Misalkan suatu ungsi dengan daerah deinisina memuat lingkungan dari suatu titik. Turunan dari di, ditulis, adalah dideinisikan dengan () lim asalkan limitna ada. Fungsi dikatakan terdierensiabel di jika turunanna di ada. Dengan mengubah pada persamaan () dalam bentuk variabel kompleks ang baru =, maka kita dapat menuliskan deinisi di atas menjadi () lim Sebagai catatan, karena terdeinisi pada suatu lingkungan dari, bilangan, adalah selalu terdeinisi untuk ang cukup kecil (lihat gambar ). Jika pada persamaan () dari deinisi turunan, kita akan mengganti dengan dan kita misalkan bilangan w Gambar menatakan perubahan nilai dari ang berkaitan dengan perubahan dihitung. Maka, jika kita menulis dw d untuk, persamaan () menjadi pada titik dimana 58

25 (3) dw d w lim. Contoh. Misalkan bahwa () =. Disetiap titik, karena w lim lim adalah suatu polinom dalam Contoh. Pandang suatu ungsi Jika limit dari dalam bidang w w. Jadi, lim dw. d. Jadi atau ada, maka kita memisalkan titik dalam berbagai arah. Khususna, jika,., mendekati titik asal mendekati titik asal sepanjang horiontal melalui titik, pada sumbu real (gambar ), maka kita dapatkan. Jadi jika limit dari w ada, kita peroleh sepanjang vertikal melalui titik-titik,. Selanjutna, jika mendekati titik asal pada sumbu imajiner, juga diperoleh, dan limitna harus sama dengan asalkan limitna ada. Karena limit suatu ungsi adalah tunggal, maka diperoleh bahwa dw =, atau =, asalkan ada. d (, ) (,), Gambar 59

26 Jadi dw ada hana dititik =. d Contoh menunjukkan bahwa suatu ungsi dapat terdierensialkan di suatu titik tertentu tetapi tidak dalam lingkungan titik itu. Karena bagian real dan imajiner dari adalah (4) (,) = + dan v(,) =, hal ini menunjukkan bahwa komponen real dan imajiner dari ungsi bernilai kompleks adalah mempunai turunan parsial ang kontinu dari setiap pasang titik, tetapi ungsi tersebut tidak terdierensial. Fungsi adalah kontinu disetiap titik dalam bidang karena komponen (4) adalah kontinu disetiap titik. Jadi kekontinuan dari suatu ungsi di suatu titik tidak mengakibatkan ungsi tersebut mempunai turunan di titik itu. Tetapi keberadaan turunan suatu ungsi di suatu titik mengakibatkan ungsi kontinu disuatu titik tersebut. Untuk membuktikan pernataan ini, kita asumsikan bahwa lim lim lim dari sini diperoleh bahwa lim Ini menunjukkan bahwa kontinu di (lihat bagian 4). 6. RUMUS DIFFERENSIAL ada dan kita tulis. Deinisi turunan dalam bagian 5 adalah serupa dengan turunan dari ungsi bernilai real dari suatu variabel real. Kenataan ini, dijadikan dasar untuk memberikan rumus dierensial ang diturunkan dari deinisi, bersama-sama dengan teorema-teorema pada limit, dengan cara ang sama digunakan dalam kalkulus. Dalam rumus ini, turunan dari 6

27 ungsi di suatu titik adalah dinotasikan dengan salah satu pada mana notasi ini digunakan. d d, tergantung Misalkan c suatu konstanta kompleks, dan suatu ungsi ang mempunai turunan di suatu titik. Maka dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa d d d d. d d () c,, c c Juga, jika n bilangan bulat positi, () d d n n n. Rumus ini juga benar untuk n suatu bilangan bulat negati, asalkan. Jika turunan dari dua ungsi dan F ada di suatu titik d d (3) F F d d (4) F F F dan, jika F(), (5) d d F F ; F F Penurunan rumus (4) diperoleh dengan cara merubah ()F() menjadi F F F F F Jika kedua sisi dibagi dengan menunjukkan turunan F. dan kita misalkan menuju nol, maka rumus di atas Terdapat juga aturan rantai untuk dierensial ungsi komposisi. Misalkan bahwa mempunai turunan di dan g mempunai turunan di ( ). Maka ungsi F[] = g[()] mempunai turunan di, dan (6) F g. Jika kita tulis w = () dan W = F(), juga W = F(), dari aturan rantai 6

28 dw dw dw. d dw d Contoh. Untuk mencari turunan dari ( + i) 5, kita tulis w = + i dan W = w 5. Maka d d 5 4 i 5w 4 i 4. Kita mulai membuktikan rumus (6), pilih titik sehingga ada. Tulis w = ( ) dan juga asumsikan bahwa w g ada. Maka terdapat suatu lingkungan w w dari w sehingga, untuk setiap titik w dalam lingkungan, kita mendeinisikan suatu ungsi ang mempunai nilai (7) w w = dan w gw g g w w Sebagai catatan bahwa, dari deinisi turunan (8) lim w ww Jadi adalah kontinu di w. Selanjutna dari persamaan (7) diperoleh (9) w gw gw w. w jika w w w w w - w g adalah benar jika w = w ; karena. ada maka kontinu di. Kita dapat memilih bilangan positi sedemikian sehingga titik () terletak dalam lingkungan w w dari w jika terletak dalam lingkungan dari. Jadi dengan menggati variabel w dalam (9) dengan () jika suatu titik dalam lingkungan. Dengan substitusi w = ( ), persamaan (9) diperoleh g () dimana. g g -, 6

29 LATIHAN. Gunakan hasil dalam bagian 6 untuk mencari jika : (a). () = 3 + 4; b. 4 3 ; c. ; d.. Gunakan hasil dalam bagian 6, untuk menunjukkan bahwa (a). suatu polinom P n a a a... a n (a n ) ang berderajat n (n) adalah n terdierensialkan dimana-mana, dengan turunanna (b). koeisien dari polinom P() dalam bagian (a) dapat ditulis a n P P,..., an.! n! P a a... a na n P P, a,! 3. Gunakan deinisi (3) bagian 5 dari turunan untuk memberikan bukti langsung bahwa jika. 4. Misalkan bahwa ( ) = g( ) = dan dan g ada, dimana g. Gunakan deinisi () bagian 5 dari turunan untuk menunjukkan bahwa lim g g. 5. Buktikan rumus (3) bagian 6 untuk turunan dari jumlah dua ungsi. 6. Buktikan persamaan () bagian 6 untuk turunan n jika n suatu bilangan bulat positi dengan menggunakan : (a). Induksi matematika dan rumus (6.4), untuk turunan dari perkalian dua buah ungsi. (b). deinisi (3) bagian 5 dari turunan dan rumus Binomial (soal 4 bagian 6). 7. Buktikan bahwa persamaan () bagian 6 untuk turunan n adalah benar jika n adalah suatu bilangan bulat negati (n = -, -, ), jika. 8. Gunakan metode dalam contoh bagian 5, untuk menunjukkan bahwa disetiap titik jika :. a ; (b). () = Re ; (c). () = Im. tidak ada 63

30 9. Misalkan menatakan suatu ungsi dengan nilai jika. Tunjukkan jika w bahwa jika =, maka untuk setiap titik tak nol pada sumbu real dan imajiner w. Tunjukkan bahwa dalam bidang atau, disetiap titik tak nol, pada garis dalam bidang. Kesimpulan dari hasil penelidikan adalah tidak ada. 7. PERSAMAAN CAUCHY-RIEMANN Dalam bagian ini, kita memperoleh pasangan dari persamaan turunan parsial orde pertama ungsi komponen u dan v dari ungsi () u, iv, harus memenuhi di suatu titik = (, ) jika turunan dari ada di titik = (, ). Kita juga tunjukkan bagaimana menulis Misalkan bahwa turunan () lim ada. Tulis = + i dan (3) Re (4) Im dimana (5) lim Re,, lim Im,, dalam suku-suku dari turunan parsialna. i, maka dari teorema bagian, kita mempunai u, u, iv, v, i i 64

31 Persamaan ini sangat penting untuk memikirkan bahwa persamaan (3) dan (4) benar untuk, menuju (,) dalam sembarang arah ang kita pilih. Khususna, misalkan, menuju (,) sepanjang horiontal melalui titik-titik,, dengan indikasi pada gambar (bagian 5). Ini berarti bahwa persamaan (5), dan kita peroleh bahwa Jadi, Re Im lim lim u v, u,, v,, (6) u, iv dimana, dan v u, dari ungsi u dan v di,., dalam menatakan turunan parsial orde pertama dari variabel Kita dapat memisalkan, meunju nol sepanjang garis vertikal,. Dalam hal ini, dalam persamaan (5); dan diperoleh (7) v, iu, Ini menunjukkan bahwa dinatakan dalam bentuk turunan parsial orde pertama dari u dan v terhadap variabel. Sebagai catatan bahwa persamaan (7) dapat juga ditulis i u, iv, Persamaan (6) dan (7) tidak hana memberikan dalam bentuk turunan parsial dari ungsi komponen u dan v, tetapi juga merupakan sarat perlu untuk keberadaan. Pada persamaan bagian real dan imajiner pada bagian kanan persamaan di atas, kita peroleh bahwa keberadaan dari memerlukan bahwa (8) u, v, dan u, v, Persamaan (8) ini disebut Persamaan Cauch-Riemann (C-R) Sebagai ringkasan dari hasil di atas, kita natakan dalam teorema berikut ini 65

32 Teorema. Misalkan bahwa dan u, iv, ada di titik = +. Maka turunan parsial orde pertama dari u dan v harus ada di titik (, ), dan memenuhi persamaan Cauch-Riemann (9) u v dan u v Juga dapat ditulis () u iv dimana turunan parsialna dihitung pada (, ). Contoh. Dalam contoh bagian 5, terlihat bahwa ungsi i adalah terdierensiabel dimana-mana dan. Akan diselidiki bahwa persamaan C- R dipenuhi dimana-mana. Kita catat bahwa u, dan v, u v, u v. Selanjutna, dari persamaan (), i i.. Jadi Karena persamaan C-R adalah merupakan sarat perlu untuk keberadaan dari turunan suatu ungsi di titik, maka persamaan C-R selalu dapat digunakan untuk mengetahui dititik mana tidak mempunai turunan. Contoh. Jika, kita mempunai u, dan v,. Misalkan persamaan C-R benar di suatu titik (, ), dari sini bahwa = dan =, atau = =. Akibatna, tidak ada disetiap titik tak nol, dan ini telah kita ketahui pada contoh dalam bagian 5. Perlu dicatat bahwa teorema di atas tidak menjamin keberadaan dari. Pada teorema dalam bagian berikut ini akan dibahas sarat cukup dari suatu ungsi ang terdierensiabel. 66

33 8. SYARAT CUKUP UNTUK KETERDIFFERENSIALAN Sarat dari persamaan C-R dititik = (, ) adalah tidak cukup untuk menjamin keberadaan turunan dari suatu ungsi () di titik = (, ). (lihat latihan 6, bagian 9). Tetapi, dengan sarat kekontinuan, sangat bermanaat dan dinatakan dalam teorema berikut. Teorema. Misalkan u, iv, terdeinisi pada suatu lingkungan dari suatu titik = + i. Misalkan pula bahwa turunan parsial orde pertama dari ungsi u dan v terhadap dan ada dimana-mana dalam lingkungan tersebut dan kontinu di titik ( persamaan C-R u v dan u di (, o ), maka v ada. Kita mulai membuktikan, dengan menulis w. Jadi w u iv, dimana () u u v v, u,,, v,,, o ). Jika turunan parsialna memenuhi i, dimana, dan Sekarang, dari kekontinuan turunan parsial orde pertama u dan v di titik (, ), (.) u u v v, u,, v,, dimana dan menuju melalui, mendekati (,) dalam bidang. Jadi, (3) w u i v, u,, v,. 67

34 Keberadaan dari persamaan () untuk ungsi dua variabel real dengan kekontinuan turunan parsial orde pertama dapat diperoleh pada kalkulus lanjut dan hubunganna dengan dierensial. Dari asumsi bahwa persamaan C-R dipenuhi di (, ), kita dapat mengganti u dengan dan v dengan, v, dan semuana dibagi dengan w,, untuk memperoleh (4) u, iv i Tetapi,, dan juga. u, dalam persamaan (3) Juga + i menuju asalkan, mendekati (,). Jadi bentuk terakhir bagian kanan dari persamaan (4) menuju melalui variabel limit dari bagian kiri persamaan (4) ada dan. (5) u, iv Contoh. Misalkan bahwa, e cos i sin, i dimana adalah menatakan radian jika cos dan sin dihitung. Maka Dimana u v u, e cos dan v, e sin dan. u v menuju. Ini berarti bahwa dimana dan setiap turunanna adalah kontinu, maka sarat dalam teorema adalah dipenuhi disemua titik dalam bidang kompleks. Jadi dimana-mana, dan u iv e cos i sin Sebagai catatan bahwa = (). Contoh. Dari teorema di atas juga ungsi ada, ang mempunai komponen u, dan v, mempunai turunan di =. Kenataanna bahwa, 68

35 i (bandingkan dengan contoh, bagian 5). Kita ketahui dalam contoh, bagian 7, ungsi ini tidak mempunai turunan disetiap titik tak nol karena persamaan C-R tidak dipenuhi. 9. KOORDINAT POLAR Jika, teorema dalam bagian 8 adalah diberikan dalam koordinat polar dengan arti bahwa transormasi koordinat (bagian 5) () = r cos, = r sin bergantung pada bagaimana kita menulis = + i atau = re i ( ) jika w = (), bagian real dan bagian imajiner dari w = u + iv adalah dinatakan dalam bentuk salah satu variabel dan atau r dan. Misalkan bahwa turunan parsial orde pertama dari u dan v terhadap dan ada dimana-mana dalam suatu lingkungan titik tak nol ang diberikan dan kontinu dititik tersebut. Turunan parsial orde pertama terhadap r dan juga mempunai siat ang sama, dan dengan aturan rantai untuk dierensial ungsi bernilai real dari dua variabel real dapat digunakan untuk mendapatkan suku-sukuna terhadap variabel dan. Karena u u u u u u,, r r r dan dapat ditulis () u u cos u sin, u u r sin u r cos, dengan cara serupa r (3) v v cos v sin, v v r sin v r cos. r Jika turunan parsial terhadap dan juga memenuhi persamaan C-R (4) u v dan u v di, persamaan (3) memberikan (5) v u cos u sin, v u r sin u r cos r 69

36 dititik. Hal ini jelas bahwa dari persamaan () dan (5) (6) ur v, u vr r r dititik. Jika, pada hal lain, persamaan (6) diketahui benar dititik, untuk selanjutna tunjukan (soal no. 7) bahwa persamaan (4) juga benar. Persamaan (6) adalah merupakan suatu alternati dari bentuk persamaan C-R pada (4). polar. Kita dapat mengulangi teorema dalam bagian 8 dengan menggunakan koordinat Teorema. Misalkan ungsi ur, ivr, terdeinisi pada suatu lingkungan dari titik tak nol = r ep(i ). Misalkan pula bahwa turunan parsial orde pertama dari ungsi u dan v terhadap r dan ada dimana-mana dalam lingkungan tersebut dan kontinu dititik (r, ). Jika turunan parsial pertama memenuhi persamaan C-R dalam bentuk koordinat polar di (r, ), maka turunan Turunan dapat ditulis (soal no. 8) i (7) e u iv r r, dimana sisi bagian kanan dihitung pada (r, ). Contoh. Pandang ungsi dimana u re i cos sin,. r r r dan vr, Sarat dalam teorema di atas adalah dipenuhi disetiap titik tak nol = re i dalam bidang. Juga turunan dari ada disana, dan dari persamaan (7), ada. 7

37 Latihan e i cos sin i r r i re. Gunakan teorema dalam bagian 8 untuk menunjukkan bahwa titik jika. tidak ada disetiap i (a). ; b. ; c. i ; e d e. Gunakan teorema dalam bagian 8 untuk menunjukkan bahwa ada dimana-mana, dan carilah jika:.. dan turunan i a. i ; b e e. ; (c). () = 3 ; (d). () = cos cosh isin sinh. 3. Dari hasil ang termuat dalam bagian 7 dan 8, tentukan dimana ada carilah nilaina jika (a). ; (b). () = + i ; (c). () = Im. 4. Gunakan teorema dalam bagian 9 untuk menunjukkan setiap ungsi berikut adalah terdierensial dalam daerah deinisina, dan gunakan persamaan (9.7) untuk mencari : i (a). ; b. e r,- 4 r ; i c e cosln r ie sinln r r,.. 5. Tunjukkan bahwa 3 i 3 mempunai turunan u iv 3 hana jika = i. 6. Misalkan u dan v menatakan komponen bagian real dan imajiner dari ungsi ang dideinisikan dengan persamaan persamaan C-R u, jika, jika. Selidiki bahwa v dan u v adalah dipenuhi pada titik asal = (,). 7

38 7. Selesaikan persamaan () bagian 9 untuk u dan u dan untuk menunjukkan bahwa u u r cos u sin, r u u r sin u cos. Maka gunakan persamaan ini dan r cara serupa untuk v dan v untuk menunjukkan bahwa, dalam persamaan (4) bagian 9 adalah dipenuhi di suatu titik jika persamaan (6) bagian 9 adalah dipenuhi. Selengkapna selidiki bahwa (6) bagian 9 adalah persamaan C-R dalam bentuk polar. 8. Misalkan bahwa suatu ungsi () = u + iv adalah terdierensiabel disuatu titik tak nol = r ep(i ). Gunakan u dan v dalam soal no. 7, bersama-sama dengan koordinat polar (6) bagian 9 dari persamaan C-R, untuk menunjukkan bahwa i ditulis e u iv r r, dimana u r dan v r dihitung pada (r, ). dapat 9. (a). Dengan menggunakan bentuk polar (6) bagian 9, dari persamaan C-R, turunkan i bentuk u iv dari (b). Gunakan bentuk dalam soal no. 8. ang didapatkan dalam bagian (a) untuk mrnunjukkan bahwa turunan dari ungsi. dalam contoh bagian 9 adalah. (a). Ingat kembali (bagian 3) bahwa jika = + i, maka dan. i Dengan menggunakan rumus aturan rantai dalam kalkulus untuk ungsi F(,) dari dua variabel, untuk menhitung (b). Deinisikan operator F F F F F i. i, dengan menggunakan bagian (a), untuk menunjukkan bahwa turunan parsial orde pertama bagian real dan imajiner dari suatu ungsi () = u(,) + iv(,) memenuhi persamaan C-R, maka 7

39 u v iv u persamaan C-R.. Jadi penurunan bentuk kompleks dari. FUNGSI ANALITIK Pada bagian ini akan dipelajari pendahuluan dari suatu ungsi analitik. Suatu ungsi dari variabel kompleks adalah analitik dalam suatu himpunan buka jika ungsi mempunai turunan disetiap titik dalam himpunan tersebut. Jika suatu ungsi adalah analitik dalam suatu himpunan S ang tidak buka, maka adalah analitik dalam suatu himpunan buka ang memuat S. Khususna, adalah analitik di suatu titik jika itu analitik dalam lingkungan. Sebagai catatan, bahwa ungsi bidang hingga. Tetapi ungsi adalah analitik disetiap titik tak nol dalam adalah tidak analitik disetiap titik karena turunanna hana ada di = dan tidak pada seluruh lingkungana. (lihat contoh. bagian 5). Suatu ungsi dikatakan entire jika ungsi tersebut adalah analitik disetiap titik dalam suluruh bidang hingga. Sebagai contoh turunan dari ungsi polinom ada dimana-mana, maka setiap ungsi polinom adalah suatu ungsi entire. Jika suatu ungsi tidak analitik disuatu titik tetapi analitik pada beberapa titik pada setiap lingkungan dari, maka maka disebut titik singular atau singularitas dari. Titik = adalah jelas merupakan suatu titik singular dari ungsi tidak mempunai titik singular sebab tidak analitik dimana-mana.. Fungsi Sarat perlu, tetapi bukan sarat cukup, suatu ungsi analitik dalam suatu domain D adalah kontinu pada seluruh D. Persamaan C-R adalah juga sarat perlu, tetapi bukan sarat cukup. Sarat cukup untuk analitik dalam domain D adalah dijelaskan pada teorema dalam bagian 8 dan 9. 73

40 Selanjutna, kita akan selalu menggunakan sarat cukup dari rumus dierensial ang termuat dalam bagian 6. Turunan jumlah dan perkalian dua ungsi ada asalkan turunan dari masing-masing ungsi tersebut ada. Jadi, jika dua ungsi analitik dalam domain D, maka jumlah dan perkalianna adalah analitik dalam domain D. Dengan hal serupa, hasil bagina adalah analitik dalam domain D asalkan penebutna tidak bernilai nol disetiap titik dalam D. Khususna, hasil bagi dalam setiap domain Q. P Q dari dua polinom adalah analitik Dari aturan rantai untuk turunan dari suatu ungsi komposisi, kita peroleh bahwa komposisi dari dua ungsi analitik adalah analitik. Sebagai bukti, misalkan bahwa suatu ungsi () adalah analitik dalam domain D dan baanganna (bagian ) dari D oleh transormasi w = () adalah termuat dalam daerah deinisi ungsi g(w). Maka komposisi g[()] adalah analitik dalam D, dan turunanna d d g g Teorema. Jika dimana-mana dalam suatu domain D, maka pada seluruh D. harus konstan di D, Untuk membuktikan ini, kita tulis () = u(,) + iv(,). Karena maka u + iv = ; dan, dari persamaan C-R, v - iu =. Akibatna, u = u = v = v = disetiap titik dalam D.. PRINSIP REFLEKSI Dalam dua bagian terakhir dari bab ini, kita akan mengembangkan siat ang penting dari ungsi analitik, sebagai tambahan ang sangat berguna dalam aplikasi. Teorema dalam bagian ini ditampilkan berdasarkan kenataan dari beberapa ungsi analitik ang mempunai siat bahwa untuk semua dalam daerah tertentu dan ang lainna tidak. Sebagai contoh + dan memenuhi siat tersebut jika D adalah 74

41 seluruh bidang hingga; tetapi tidak benar untuk + i dan i. Teorema ini diketahui melalui prinsip releksi, ang ditentukan dengan jalan memprediksi ungsi () dalam sumbu real ang berhubungan dengan pencerminan dari. Theorema. Misalkan bahwa ungsi adalah analitik dalam suatu domain D ang memuat segmen sumbu dan simetri terhadap sumbu. Maka () untuk setiap titik dalam domain jika dan hana jika () adalah real disetiap titik pada segmen. Kita mulai membuktikan dengan asumsi bahwa () adalah real disetiap titik pada segmen. Pertama-tama akan ditunjukan bahwa () F adalah analitik di D, dengan menggunakan asumsi ang termuat dalam persamaan (.). Untuk menelidiki keanalitikan dari F(), kita tulis () = u(,) + iv(,), F() = U(,) + iv(,) dan dari persamaan () diperoleh (3) u iv,,, sehingga komponen dari F() dan () dihubungkan oleh persamaan (4) U(,) = u(,t) dan V(,) = -v(,t), dimana t = -. Karena ( + it) adalah suatu ungsi analitik dari + it, turunan parsial orde pertama dari ungsi u(,t) dan v(,t) adalah kontinu diseluruh D dan memenuhi persamaan C-R (5) u = v t, u t = -v. Selanjutna, dari persamaan (4), U dt u, V vt vt ; d dan dari sini dan persamaan (5) bagian ang pertama bahwa U = V. Dengan cara serupa, U dt ut ut, V v ; d 75

42 dan dari persamaan (5) ang kedua diperoleh bahwa U = -V. Sebab melalui turunan parsial orde pertama dari U(,) dan V(,) memenuhi persamaan C-R dan turunanna adalah kontinu, kita peroleh bahwa ungsi F() adalah analitik dalam D. Selanjutna, karena () adalah real pada segmen dari sumbu real ang terletak dalam D, v(,) = pada segmen, dan dari persamaan (4), ini berarti bahwa F() = U(,) + iv(,) = u(,) - iv(,) = u(,) Jadi, (6) F() = () Disetiap titik = pada segmen. Kita sekarang merujuk pada hasil ang termuat dalam Bab 6 (bagian. 58). Sebutlah, suatu ungsi bahwa analitik dalam domain D adalah tunggal ang ditentukan dengan nilai sepanjang setiap segmen garis ang terletak dalam D. Jadi persamaan (6) adalah benar untuk seluruh D. Sebab dari deinisi (.) dari ungsi F(), maka, (7) ; adalah sama melalui persamaan (). Untuk membuktikan sebalikna dari teorema di atas, kita asumsikan bahwa persamaan () adalah benar, dan dari (3), (7) persamaan () dapat ditulis u(, -) - iv(, -) = u(, ) + iv(, ) Khususna, jika (,) adalah titik pada segmen dari sumbu real ang terletak dalam D, u(, ) - iv(,) = u(,) + iv(, ) ; dan, dengan menamakan bagian imajinerna, kita peroleh bahwa v(, ) =. Jadi () adalah real pada segmen dari sumbu real ang terletak dalam D. Contoh. Dari pernatan pada awal teorema di atas, kita catat bahwa dan untuk setiap dalam bidang hingga. Dari teorema di atas, diketahui bahwa ini benar, dimana + dan adalah real jika adalah real. Kita juga mencatat bahwa + i dan i tidak memenuhi siat releksi pada seluruh bidang, dan kita ketahui bahwa + i dan i adalah bukan real jika adalah real. 76

43 . FUNGSI HARMONIK Suatu ungsi bernilai real H dari dua variabel real dan dikatakan harmonik dalam suatu domain ang diberikan dari bidang jika turunan parsialna orde pertama dan kedua adalah kontinu dan memenuhi persamaan dierensial parsial () H, H, persamaan () disebut persamaan Laplace Fungsi harmonik adalah sangat penting dalam aplikasi matematika. Sebagai contoh, ungsi temperatur T(, ) dalam plat ang terletak dalam bidang adalah selalu harmonik. Suatu ungsi V(,) adalah harmonik jika menatakan suatu potensial listrik ang berubahubah dengan dan dalam daerah ruang tiga dimensi adalah bebas. sin Contoh. Mudah untuk ditunjukkan bahwa ungsi T, e adalah harmonik pada setiap domain dari bidang dan khususna, daerah < <, >. T, T,,, T, T T, sin, lim T, T = T + T = T = T = sin Gambar 3 Teorema. Jika suatu ungsi () = u(,) + iv(,) adalah analitik dalam domain D, maka ungsi komponen u dan v adalah harmonik dalam domain D. 77

44 Untuk membuktikan teorema ini kita membutuhkan suatu hasil bahwa, jika ungsi dari suatu variabel kompleks adalah analitik di suatu titik, maka komponen bagian real dan imajiner mempunai turunan parsial ang kontinu pada sumua pasangan titik. Asumsikan bahwa analitik dalam D, kita mulai menghitung turunan parsial orde pertama dari komponen ungsi harus memenuhi persamaan Cauch-Riemann sepanjang D; () u = v, u =- v Dierensialkan kedua ruas persamaan (.) terhadap, kita mempunai (3) u = v, u =- v Dengan cara serupa, dierensialkan juga terhadap dan diperoleh (4) u = v, u =- v Sekarang, berdasarkan teorema dalam kalkulus lanjut, kekontinuan dari turunan parsial dari u dan v harus memenuhi u = u dan v = v. Dari persamaan (3) dan (4) diperoleh bahwa u + u = dan v + v = Jadi u dan v harmonik dalam D. Contoh. Fungsi () = e - sin ie - cos adalah entire (latihan (c)). Juga ungsi temperatur T(,) = e - sin dalam contoh harmonik dalam setiap domain dari bidang. Contoh 3. Fungsi g() = = ( + i) = + i adalah entire, juga perkalian ungsi ()g(), dengan () adalah sama pada contoh (). Fungsi Re[()g()] = e - [( - ) sin + cos ] juga harmonik sepanjang bidang. Jika diberikan ungsi u dan v harmonik dalam domain D dan turunan parsial orde pertama memenuhi persamaan Cauch-Riemann (.) sepanjang D, v disebut harmonik conjugate dari u. Arti kata conjugate disini tidak sama dengan conjugate dalam bagian 3. Teorema. Suatu ungsi () = u(,) +iv(,) adalah analitik dalam domain D jika dan hana jika v merupakan harmonik conjugate dari u. Contoh 4. Misalkan bahwa u(,) = dan v(,) =. 78

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS ANALISA VARIABEL KOMPLEKS Oleh: BUDI NURACHMAN, IR BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI MODUL MATEMATIKA II Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI DEPARTEMEN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL KATA PENGANTAR Puji sukur kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd i DAFTAR ISI BAB I. BILANGAN KOMPLEKS... 1 I. Bilangan Kompleks dan Operasinya... 1 II. Operasi Hitung Pada Bilangan Kompleks... 1 III.

Lebih terperinci

1 Sistem Bilangan Real

1 Sistem Bilangan Real Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan solusi pertidaksamaan aljabar ) Menyelesaikan pertidaksamaan dengan nilai mutlak

Lebih terperinci

x Lingkaran satuan, adalah lingkaran berjari-jari satu dan berpusat di titik asal, direprentasikan dengan z = 1.

x Lingkaran satuan, adalah lingkaran berjari-jari satu dan berpusat di titik asal, direprentasikan dengan z = 1. Bab. Fungsi Kmpleks BAB. FUNGSI KOMPLEKS Sebelum membahas ungsi kmpleks,berikut ini diberikan beberapa knsep dan istilah ang akan banak digunakan dalam pembahasan selanjutna.. Daerah di bidang kmpleks

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS MATEMATIKA TEKNIK 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu bilangan

Lebih terperinci

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar Bab I Fungsi Dua Peubah atau Lebih Pengantar Seperti halna dengan fungsi satu peubah kita dapat mendefinisikan fungsi dua peubah atau lebih sebagai pemetaan dan sebagai pasangan berurut.fungsi dengan peubah

Lebih terperinci

Bab II Fungsi Kompleks

Bab II Fungsi Kompleks Bab II Fungsi Kompleks Variabel kompleks z secara fisik ditentukan oleh dua variabel lain, yakni bagian realnya x dan bagian imajinernya y, sehingga dituliskan z z(x,y). Oleh sebab itu fungsi variabel

Lebih terperinci

Bab 2 Fungsi Analitik

Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 ini direncanakan akan disampaikan dalam 4 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: () Pertemuan I: Fungsi Kompleks dan Pemetaan. (2) Pertemuan II: Limit Fungsi, Kekontiuan,

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV Turunan. Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV Turunan. Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7 Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV - 101 SKS : 3 SKS Turunan Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7 Kemampuan Akhir ang Diharapkan Mahasiswa mampu : - menjelaskan arti turunan ungsi - mencari turunan ungsi - menggunakan

Lebih terperinci

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah ANALISIS KOMPLEKS Pendahuluan Bil Kompleks Bil Riil Bil Imaginer (khayal) Bil Rasional Bil Irasional Bil Pecahan Bil Bulat Sistem Bilangan Kompleks Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + Untuk maka bentuk

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4.0. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tujuan penulisan ini untuk mengkaji tentang pengertian fungsi harmonik, fungsi harmonik konjugat pada

Lebih terperinci

DIKTAT ANALISA KOMPLEKS. BINTI ANISAUL K, M.Pd.

DIKTAT ANALISA KOMPLEKS. BINTI ANISAUL K, M.Pd. DIKTAT ANALISA KOMPLEKS BINTI ANISAUL K, M.Pd. BAB I BILANGAN KOMPLEKS Sistem bilangan ang sudah dikenal sebelumna aitu sistem bilangan real, tetapi sistem bilangan real ternata masih belum cukup untuk

Lebih terperinci

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n A. Fungsi Dua Variabel atau Lebih Dalam subbab ini, fungsi dua variabel atau lebih dikaji dari tiga sudut pandang: secara verbal (melalui uraian dalam kata-kata) secara aljabar

Lebih terperinci

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kalkulus 1 Dosen Pengampu : Muhammad Istiqlal, M.Pd Disusun Oleh : 1. Sufi Anisa (23070160086)

Lebih terperinci

Pengertian Fungsi. MA 1114 Kalkulus I 2

Pengertian Fungsi. MA 1114 Kalkulus I 2 Fungsi Pengertian Fungsi Relasi : aturan yang mengawankan himpunan Fungsi Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner dari A ke B merupakan suatu ungsi jika setiap elemen di dalam A dihubungkan dengan tepat

Lebih terperinci

Fungsi. Pengertian Fungsi. Pengertian Fungsi ( ) ( )

Fungsi. Pengertian Fungsi. Pengertian Fungsi ( ) ( ) Fungsi Pengertian Fungsi Relasi : aturan yang mengawankan/ mengkaitkan/ menugaskan himpunan Fungsi Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner dari A ke B merupakan suatu ungsi jika setiap elemen di dalam

Lebih terperinci

Pengertian Fungsi. Kalkulus Dasar 2

Pengertian Fungsi. Kalkulus Dasar 2 Funsi Penertian Funsi Relasi : aturan an menawankan himpunan Funsi Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner dari A ke B merupakan suatu unsi jika setiap elemen di dalam A dihubunkan denan tepat satu elemen

Lebih terperinci

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI BAB I. SISTEM KRDINAT, NTASI & FUNGSI (Pertemuan ke 1 & 2) PENDAHULUAN Diskripsi singkat Pada bab ini akan dijelaskan tentang bilangan riil, sistem koordinat Cartesius, notasi-notasi ang sering digunakan

Lebih terperinci

BAB 1. FUNGSI DUA PEUBAH

BAB 1. FUNGSI DUA PEUBAH BAB. FUNGSI DUA PEUBAH. PENDAHUUAN Pada baian ini akan dibahas perluasan konsep pada unsi satu peubah ke unsi dua peubah atau lebih. Setelah mempelajari bab ini anda seharusna dapat: - Menentukan domain

Lebih terperinci

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Fungsi Peubah Banak Prof. Dr. Bambang Soedijono PENDAHULUAN D alam modul ini dibahas masalah Fungsi Peubah Banak. Dengan sendirina para pengguna modul ini dituntut telah menguasai pengertian mengenai

Lebih terperinci

Bagian 2 Turunan Parsial

Bagian 2 Turunan Parsial Bagian Turunan Parsial Bagian Turunan Parsial mempelajari bagaimana teknik dierensiasi diterapkan untuk ungsi dengan dua variabel atau lebih. Teknik dierensiasi ini tidak hana akan diterapkan untuk ungsi-ungsi

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA 3.1 Deskripsi Masalah Permasalahan yang dibahas di dalam Tugas Akhir ini adalah mengenai aliran fluida yang mengalir keluar melalui sebuah celah

Lebih terperinci

Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers

Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Bab 6 Sumber: Let s Learn about Korea, 00 Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, siat, dan aturan ungsi komposisi dalam pemecahan masalah;

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semester II 016/017 4 Maret 017 Kulia ang Lalu 1.1 Fungsi dua atau lebi peuba 1. Turunan Parsial 1.3 Limit dan Kekontinuan 1.4 Turunan ungsi dua peuba 1.5 Turunan berara

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Integral dan Persamaan Diferensial

Sudaryatno Sudirham. Integral dan Persamaan Diferensial Sudaratno Sudirham Integral dan Persamaan Diferensial Bahan Kuliah Terbuka dalam format pdf tersedia di www.buku-e.lipi.go.id dalam format pps beranimasi tersedia di www.ee-cafe.org Bahasan akan mencakup

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 21 Maret 2014

Hendra Gunawan. 21 Maret 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II 2013/2014 21 Maret 2014 Kuliah ang Lalu 12.1 Fungsi dua (atau lebih peubah 12.2 Turunan Parsial 12.3 Limit dan Kekontinuan 12.4 Turunan fungsi dua peubah

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Diferensiasi ii Darpublic BAB Turunan Fungsi-Fungsi () (Fungsi Perkalian Fungsi, Fungsi Pangkat Dari Fungsi, Fungsi Rasional, Fungsi Implisit).1. Fungsi Yang Merupakan

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS 2 PENDAHULUAN SISTEM BILANGAN KOMPLEKS REAL IMAJINER RASIONAL IRASIONAL BULAT PECAHAN BULAT NEGATIF CACAH ASLI 0 3 ILUSTRASI Carilah akar-akar persamaan x 2 + 4x

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

1. Pengertian Tentang Fungsi dan Grafik

1. Pengertian Tentang Fungsi dan Grafik Darpublic Oktober 3 www.darpublic.com. Pengertian Tentang Fungsi dan Grafik Fungsi Apabila suatu besaran memiliki nilai ang tergantung dari nilai besaran lain, maka dikatakan bahwa besaran tersebut merupakan

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

ANALISIS AKIBAT INTEGRAL CAUCHY Ricky Antonius, Helmi, Yudhi INTISARI

ANALISIS AKIBAT INTEGRAL CAUCHY Ricky Antonius, Helmi, Yudhi INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 07, No. 1 (2018), hal 41-46. ANALISIS AKIBAT INTEGRAL CAUCHY Ricky Antonius, Helmi, Yudhi INTISARI Analisis kompleks salah satu cabang matematika

Lebih terperinci

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Bilangan Real S PENDAHULUAN Drs. Soemoenar emesta pembicaraan Kalkulus adalah himpunan bilangan real. Jadi jika akan belajar kalkulus harus paham terlebih dahulu tentang bilangan real. Bagaimanakah

Lebih terperinci

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1 4. TURUNAN MA4 Kalkulus I 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36 Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36 Irisan Kerucut animation 1 animation 2 Irisan kerucut adalah kurva ang terbentuk dari perpotongan antara sebuah kerucut dengan bidang datar. Kurva irisan ini

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 1 www.darpublic.com 1. Turunan Fungsi Polinom 1.1. Pengertian Dasar Kita telah melihat bahwa apabila koordinat dua titik ang terletak pada suatu garis lurus diketahui, misalna [ 1, 1

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral ii Darpublic BAB 9 Turunan Fungsi-Fungsi (1 (Fungsi Mononom, Fungsi Polinom 9.1. Pengertian Dasar Kita telah melihat bahwa apabila

Lebih terperinci

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS. Oleh: Endang Dedy

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS. Oleh: Endang Dedy FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS Oleh: Endang Dedy Diskusikan! Sistem Bilangan Kompleks 1 Perhatikan definisi berikut: Bilangan kompleks adalah suatu bilangan yang didefinisikan dengan =+iy,, y R dan i 1.Coba

Lebih terperinci

BAB II DISTRIBUSI PEUBAH ACAK

BAB II DISTRIBUSI PEUBAH ACAK H. Maman Suherman,Drs.,M.Si BAB II DISTIBUSI PEUBAH ACAK. Peubah Acak Variable andom Pada bab anda telah mengenal ruang peluang S, Ω, P dimana S adalah ruang sampel dari eksperimen acak, Ω adalah lapangan

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV 101. Limit Fungsi. Pertemuan - 2

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV 101. Limit Fungsi. Pertemuan - 2 Respet, Proessionalism, & Entrepreneurship Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV 101 SKS : 3 SKS Limit Fungsi Pertemuan - Respet, Proessionalism, & Entrepreneurship Kemampuan Akhir yang Diharapkan Mahasiswa

Lebih terperinci

TRANSFORMASI. Kegiatan Belajar Mengajar 6

TRANSFORMASI. Kegiatan Belajar Mengajar 6 Kegiatan elajar Mengajar 6 TRNSFORMSI Drs. Zainuddin, M.Pd Tranformasi (perpindahan) ang dipelajari dalam matematika, antara lain translasi (pergeseran), refleksi (pencerminan), rotasi (perputaran), dan

Lebih terperinci

Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks

Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks Bab 1 ini direncanakan akan disampaikan dalam 3 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: (1) Pertemuan I: Pengertian bilangan kompleks, Sifat-sifat aljabat, dan

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah [MA114] Sistem Koordinat Kuadran II Kuadran I P(,) z P(,,z) Kuadran III Kuadran IV R (Bidang) Oktan 1 R 3 (Ruang) 7/6/007

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,

Lebih terperinci

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA Bilangan Kompleks Anwar Mutaqin Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA DAFTAR ISI 1 BILANGAN KOMPLEKS 1 1.1 Eksistensi Bilangan Kompleks.................... 1 1.2 Operasi Aritmatika..........................

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN KALKULUS

PENDAHULUAN KALKULUS . BILANGAN REAL PENDAHULUAN KALKULUS Ada beberapa jenis bilangan ang telah kita kenal ketika di bangku sekolah. Bilangan-bilangan tersebut adalah bilangan asli, bulat, cacah, rasional, irrasional. Tahu

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Fungsi dan Grafik. Darpublic

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Fungsi dan Grafik. Darpublic Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik ii Darpublic BAB 1 Pengertian Tentang Fungsi dan Grafik 1.1. Fungsi Apabila suatu besaran memiliki nilai ang tergantung dari nilai besaran lain, maka

Lebih terperinci

LIMIT DAN KEKONTINUAN

LIMIT DAN KEKONTINUAN LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen

Lebih terperinci

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1 BAB I PRA KALKULUS. Sistem bilangan ril.. Bilangan ril Sistem bilangan ril adalah himpunan bilangan ril dan operasi aljabar aitu operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Biasana bilangan

Lebih terperinci

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema )

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema ) 4. TURUNAN 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba menjadi garis ggung

Lebih terperinci

SRI REDJEKI KALKULUS I

SRI REDJEKI KALKULUS I SRI REDJEKI KALKULUS I KLASIFIKASI BILANGAN RIIL n Bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli : n 1, 2, 3, 4, 5,. n n Bilangan asli membentuk himpunan bagian dari klas himpunan bilangan yang lebih

Lebih terperinci

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS UNTUK MAHASISWA 9 CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Dalam Uraian

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral i Darpublic Hak cipta pada penulis, 010 SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral Oleh: Sudaratmo Sudirham

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI

BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI. Funsi. Graik Funsi. Barisan dan Deret.4 Irisan Kerucut. Funsi Dalam berbaai aplikasi, korespondensi/hubunan antara dua himpunan serin terjadi. Sebaai contoh, volume bola

Lebih terperinci

MAKALAH FUNGSI KUADRAT GRAFIK FUNGSI,&SISTEM PERSAMAAN KUADRAT

MAKALAH FUNGSI KUADRAT GRAFIK FUNGSI,&SISTEM PERSAMAAN KUADRAT MAKALAH FUNGSI KUADRAT GRAFIK FUNGSI,&SISTEM PERSAMAAN KUADRAT Kelompok 3 : 1.Suci rachmawati (ekonomi akuntansi) 2.Fitri rachmad (ekonomi akuntansi) 3.Elif (ekonomi akuntansi) 4.Dewi shanty (ekonomi management)

Lebih terperinci

BAB I SISTEM KOORDINAT

BAB I SISTEM KOORDINAT BAB I SISTEM KOORDINAT 1.1 Sistem Koordinat Sistem koordinat adalah suatu cara ang digunakan untuk menentukan letak suatu titik pada bidang ( R ) atau ruang ( R ). Beberapa macam sistem koordinat ang kita

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

Fungsi Dua Peubah dan Turunan Parsial

Fungsi Dua Peubah dan Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah dan Turunan Parsial Irisan Kerucut, Permukaan Definisi fungsi dua peubah Turunan Parsial Maksimum dan Minimum Handout Matematika Teknik, D3 Teknik Telekomunikasi IT Telkom Bandung 1 Irisan

Lebih terperinci

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f

Lebih terperinci

Pada integral diatas, dalam mencari penyelesaiannya, pertama diintegralkan terlebih dahulu terhadap x kemudian diintegralkan lagi terhadap y.

Pada integral diatas, dalam mencari penyelesaiannya, pertama diintegralkan terlebih dahulu terhadap x kemudian diintegralkan lagi terhadap y. PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dibahas perluasan integral tertentu ke bentuk integral lipat dua dari fungsi dua peubah Akan dibahas bentukbentuk integral lipat dalam koordinat kartesius koordinat kutub

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral ii Darpublic BAB 5 Bangun Geometris 5.1. Persamaan Kurva Persamaan suatu kurva secara umum dapat kita tuliskan sebagai F (, )

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi periodizer kutub tersebut dapat dituliskan pula sebagai: p θ, N, θ 0 = π N N.0 n= n sin Nn θ θ 0. () f p θ, N, θ 0 = π N N j= j sin Nj θ θ 0 diperoleh dengan menyubstitusi variabel θ pada f θ =

Lebih terperinci

LIMIT & KEKONTINUAN IRA PRASETYANINGRUM

LIMIT & KEKONTINUAN IRA PRASETYANINGRUM LIMIT & KEKONTINUAN IRA PRASETYANINGRUM Bilangan Tidak Tertentu Nol = Bilangan yang menyatakan banyaknya elemen himpunan kosong Misal : A={Orang yang Istrinya } Terdapat bilangan mendekati dari kiri/bawah/negati

Lebih terperinci

19. TRANSFORMASI A. Translasi (Pergeseran) B. Refleksi (Pencerminan) C. Rotasi (Perputaran)

19. TRANSFORMASI A. Translasi (Pergeseran) B. Refleksi (Pencerminan) C. Rotasi (Perputaran) 9. TRANSFORMASI A. Translasi (Pergeseran) ; T = b a b a atau b a B. Refleksi (Pencerminan). Bila M matriks refleksi berordo, maka: M atau M. Matriks M karena refleksi terhadap sumbu, sumbu, garis =, dan

Lebih terperinci

20. TRANSFORMASI. A. Translasi (Pergeseran) ; T = b. a y. a y. x atau. = b. = b

20. TRANSFORMASI. A. Translasi (Pergeseran) ; T = b. a y. a y. x atau. = b. = b . TRANSFORMASI A. Translasi (Pergeseran) ; T b a + b a atau b a B. Refleksi (Pencerminan). Bila M matriks refleksi berordo, maka: M atau M. Matriks M karena refleksi terhadap sumbu, sumbu, garis, dan garis

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

Fungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c 0, maka

Fungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c 0, maka Contoh 5 Buktikan jika c 0 maka c c Analisis Pendahuluan Akan dicari bilangan 0 sedemikian sehingga apabila c untuk setiap 0. 0 c berlaku Perhatikan: c ( c)( c) c c c c Dapat dipilih c Bukti: c c c Ambil

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Analisis Penampang. Pertemuan 4, 5, 6

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Analisis Penampang. Pertemuan 4, 5, 6 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : SKS nalisis Penampang Pertemuan 4, 5, 6 TU : Mahasiswa dapat menghitung properti dasar penampang, seperti luas, momen statis, momen inersia TK : Mahasiswa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester: XI Program IPA/ Alokasi Waktu: jam Pelajaran (3 Pertemuan) A. Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit ungsi dan turunan

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN KALKULUS I SISTEM BILANGAN REAL, PERTAKSAMAAN DAN OPERASI GEOMETRIS KURVA SEDERHANA

SOAL-SOAL LATIHAN KALKULUS I SISTEM BILANGAN REAL, PERTAKSAMAAN DAN OPERASI GEOMETRIS KURVA SEDERHANA SOAL-SOAL LATIHAN KALKULUS I BAB I. SISTEM BILANGAN REAL PERTAKSAMAAN DAN OPERASI GEOMETRIS KURVA SEDERHANA. Tentukan bilangan rasional ang mempunai penajian desimal 5777777.... Tentukan himpunan penelesaian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

11. Turunan Perkalian Fungsi, Pangkat Dari Fungsi, Fungsi Rasional, Fungsi Implisit

11. Turunan Perkalian Fungsi, Pangkat Dari Fungsi, Fungsi Rasional, Fungsi Implisit Darpublic Nopember 01.darpublic.com 11. Turunan erkalian Fungsi, angkat Dari Fungsi, Fungsi Rasional, Fungsi Implisit 11.1. Fungsi Yang Merupakan erkalian Dua Fungsi Misalkan kita memiliki dua fungsi,

Lebih terperinci

Sumber:

Sumber: Transformasi angun Datar Geometri transformasi adalah teori ang menunjukkan bagaimana bangun-bangun berubah kedudukan dan ukuranna menurut aturan tertentu. Contoh transformasi matematis ang paling umum

Lebih terperinci

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ -LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id Konsep Limit Fungsi mendasari pembentukan kalkulus dierensial dan integral. Konsep ini

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR, DAN FUNGSI TRIGONOMETRI. TOPIK-TOPIK YANG BERKAITAN DENGAN FUNGSI.3 FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR,

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Limit Fungsi Pertemuan - 2

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Limit Fungsi Pertemuan - 2 a home base to eellene Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 0 SKS : 3 SKS Limit Fungsi Pertemuan - a home base to eellene TIU : Mahasiswa dapat memahami it ungsi TIK : Mahasiswa mampu menyelesaikan it ungsi

Lebih terperinci

MATEMATIKA 3 Turunan Parsial. -Irma Wulandari-

MATEMATIKA 3 Turunan Parsial. -Irma Wulandari- MATEMATIKA 3 Turunan Parsial -Irma Wulandari- Pengertian Turunan Parsial T = (,) Rata-rata perubahan suhu pelat T per satuan panjang dalam arah sumbu, sejauh, untuk koordinat tetap ; (, ) (, ) Rata-rata

Lebih terperinci

Turunan Fungsi dan Aplikasinya

Turunan Fungsi dan Aplikasinya Bab 8 Sumber: www.duniacyber.com Turunan Fungsi dan Aplikasinya Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, siat, dan aturan dalam perhitungan turunan ungsi; menggunakan turunan untuk

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semester II, 016/017 10 Maret 01 Kuliah ang Lalu 10.1- Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kurva di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012 Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 01 Tanggal Ujian: 13 Juni 01 1. Lingkaran (x + 6) + (y + 1) 5 menyinggung garis y 4 di titik... A. ( -6, 4 ). ( -1, 4 ) E. ( 5, 4 ) B. ( 6, 4) D. ( 1, 4 )

Lebih terperinci

MODUL BAB 2 KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS. Standar Kompetensi: 2. Menentukan komposisi dua fungsi dan invers suatu fungsi

MODUL BAB 2 KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS. Standar Kompetensi: 2. Menentukan komposisi dua fungsi dan invers suatu fungsi MODUL BAB KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS Standar Kompetensi:. Menentukan komposisi dua ungsi dan invers suatu ungsi Kompetensi Dasar. Menentukan komposisi ungsi dari dua ungsi. Menentukan invers suatu

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA WAJIB TRANSFORMASI KELAS XI SEMESTER 2

MODUL MATEMATIKA WAJIB TRANSFORMASI KELAS XI SEMESTER 2 MODUL MATEMATIKA WAJIB TRANSFORMASI KELAS XI SEMESTER 2 SMA Santa Angela Tahun Pelajaran 26 27 Transformasi Geometri Matematika Wajib XI BAB I.PENDAHULUAN A. Deskripsi Dalam modul ini, anda akan mempelajari

Lebih terperinci

Fungsi Analitik (Bagian Pertama)

Fungsi Analitik (Bagian Pertama) Fungsi Analitik (Bagian Pertama) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu IV) Outline 1 Fungsi Variabel Kompleks 2 Pemetaan/Transformasi/Mappings

Lebih terperinci

Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK

Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK Bab 9 DEFLEKSI ELASTIS BALOK Tinjauan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar defleksi (lendutan) pada balok, memahami metode-metode penentuan defleksi dan dapat menerapkan

Lebih terperinci

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI.

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI. FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI Materi ke-4 eko@uns.ac.id Materi Fungsi Fungsi Surjekti, Fungsi Injekti, dan Fungsi Bijekti Operasi Pada Fungsi Fungsi Invers Fungsi Komposisi Graik Fungsi Dalam Sistem Koordinat

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah

Tinjauan Mata Kuliah i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Kalkulus 1 diperuntukkan bagi mahasiswa yang mempelajari matematika baik untuk mengajar bidang matematika di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah

Lebih terperinci

PTE 4109, Agribisnis UB

PTE 4109, Agribisnis UB MATEMATIKA EKONOMI PTE 4109, Agribisnis UB 1 Materi ang dipelajari Pengertian dan Unsur- unsur Fungsi Jenis- jenis fungsi Penggambaran fungsi Linear Penggambaran fungsi non linear -Penggal -Simetri - Perpanjangan

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use

Open Source. Not For Commercial Use Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Limit dan Kekontinuan Misalkan z = f(, y) fungsi dua peubah dan (a, b) R 2. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk mengamati

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS BAB 2 FUNGSI LINIER

MATEMATIKA BISNIS BAB 2 FUNGSI LINIER MATEMATIKA BISNIS BAB FUNGSI LINIER Hikmah Agustin, S.P.,MM DEFINISI FUNGSI Fungsi adalah hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainna. Unsur-unsur pembentukan fungsi : 1. Variabel Variabel

Lebih terperinci