BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd"

Transkripsi

1 BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd i

2 DAFTAR ISI BAB I. BILANGAN KOMPLEKS... 1 I. Bilangan Kompleks dan Operasinya... 1 II. Operasi Hitung Pada Bilangan Kompleks... 1 III. Kompleks Sekawan... 3 IV. Interpretasi Geometris Bilangan Kompleks... 3 V. Modulus (Nilai Mutlak) dari Bilangan Kompleks... 5 VI. Bentuk Kutub (Polar) dan Eksponen dari Bilangan Kompleks... 7 VII. Pangkat dan Akar dari Bilangan Kompleks... 9 VIII. Akar Bilangan Kompleks BAB II. FUNGSI, LIMIT DAN KEKONTINUAN I. Konsep Konsep Topologi pada Fungsi Kompleks II. Fungsi Kompleks III. Komposisi Fungsi IV. Interpretasi Geometris V. Limit VI. Kekontinuan fungsi BAB III. TURUNAN I. Definisi Turunan II. Syarat Chauchy Riemann III. Syarat C R pada Koordinat Kutub IV. Aturan Pendiferensial V. Fungsi Analitik VI. Titik Singular VII. Fungsi Harmonik i

3 1 BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menyelesaikan persamaan + 1 = 0. Jadi disamping bilangan real kita perlu bilangan jenis baru. Bilangan jenis baru ini dinamakan bilangan imajiner atau bilangan kompleks. I. BILANGAN KOMPLEKS DAN OPERASINYA Definisi 1.1 Bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk: + atau +, dan bilangan real dan = 1. Notasi Bilangan kompleks dinyatakan dengan huruf, sedang huruf dan menyatakan bilangan real. Jika = + menyatakan sembarang bilangan kompleks, maka dinamakan bagian real dan bagian imajiner dari. Bagian real dan bagian imaginer dari bilangan kompleks biasanya dinyatakan dengan Re() dan Im(). II. OPERASI HITUNG PADA BILANGAN KOMPLEKS Definisi 2.1 Bilangan kompleks = + dan bilangan kompleks = + dikatakan sama, =, jika dan hanya jika = dan =. Definisi 2.2 Untuk bilangan kompleks = + dan = + jumlah dan hasil kali mereka berturut-turut didefinisikan sbb: + = ( + ) + ( + ) = ( ) + ( + ) 1

4 Himpunan semua bilangan kompleks diberi notasi C Jadi C = { = +, R, R} Jika Im() = 0 maka bilangan kompleks menjadi bilangan real, sehingga bilangan real adalah keadaan khusus dari bilangan kompleks, sehingga R C. Jika Re() = 0 dan Im() 0, maka menjadi dan dinamakan bilangan imajiner murni. Bilangan imajiner murni dengan = 0, yakni bilangan, dinamakan satuan imajiner. Sifat-sifat lapangan bilangan kompleks Himpunan semua bilangan kompleks bersama operasi penjumlahan dan perkalian (C, +, ) membentuk sebuah lapangan (field). Adapun sifat-sifat lapangan yang berlaku pada bilangan kompleks z 1,z 2 dan z 3 adalah sebagai berikut: 1. + C dan C (sifat tertutup) 2. + = + dan = (sifat komutatif) 3. ( + )+ = + ( + ) dan ( ) = ( ) (sifat assosiatif) 4. ( + ) = + (sifat distribtif) 5. Ada 0 = C, sehingga + 0 = (0 elemen netral penjumlahan) 6. Ada 1 = C, sehingga 1 = (1elemen netral perkalian) 7. Untuk setiap = + C, ada = C, sehingga + ( ) = 0 8. Untuk setiap = + C, ada = sehingga = 1. dengan, = 1 = 1 + = 1. + = = Tugas: Buktikan sifat-sifat 1 8 menggunakan definsi yang telah diberikan. 2

5 Contoh Jika = + dan = +, buktikan bahwa: = x x + i(y y ) 2. Diketahui: = dan = 5. Tentukan +,,, dan III. KOMPLEKS SEKAWAN Jika = + bilangan kompleks, maka bilangan kompleks sekawan dari ditulis, didefinisikan sebagai = (x, y) = x iy. Contoh 3.1 Sekawan dari adalah 3 2, dan sekawan dari 5 adalah 5. Operasi aljabar bilangan kompleks sekawan di dalam himpunan bilangan kompleks memenuhi sifat-sifat berikut : Teorema 3.1 a. Jika bilangan kompleks, maka : 1. = 2. + = 2Re() 3. = 2Im() 4. = [Re()] + [Im()] b. Jika, bilangan kompleks, maka: 1. + = + 2. = 3. = 4. =, dengan 0 IV. INTERPRETASI GEOMETRIS BILANGAN KOMPLEKS Karena = + dapat dinyatakan sebagai = (, ), merupakan pasangan terurut bilangan real, maka dapat digambarkan secara geometri dalam koordinat Kartesius sebagai sebuah titik (, ). Pemberian nama untuk sumbu diubah menjadi sumbu Real dan sumbu diubah menjadi sumbu Imajiner. Bidang kompleks tersebut di beri nama bidang Argand atau bidang. Jika kita hubungkan titik asal (0,0) 3

6 dengan titik (, ), maka terbentuk vektor; sehingga bilangan kompleks (, ) dapat dipandang sebagai vektor = + =. Arti geometris dari penjumlahan dan pengurangan bilangan kompleks dapat dilihat pada gambar berikut. 4

7 Tugas : Diketahui 1 = dan = 5. Gambarkan pada bidang kompleks (bidang argand),, +,,,, +, V. MODULUS (NILAI MUTLAK) DARI BILANGAN KOMPLEKS Definisi 5.1 Jika = + = (, ) bilangan kompleks, maka modulus dari, ditulis = + = + Arti geometri dari modulus adalah merupakan jarak dari titik (0,0) ke = (, ). Akibatnya, jarak antara dua bilangan kompleks = + dan = + adalah ( ) + ( ). Selanjutnya apabila = + dan real positif, maka = merupakan lingkaran yang berpusat di titik dengan jari-jari. Bagaimanakah dengan < dan >, Gambarkanlah pada bidang. Teorema 5.1 a. Jika bilangan kompleks, maka berlaku : 1. = Re() + Im() 2. = 3. = 4. Re() Re() 5. Im() Im() b. Jika, bilangan kompleks, maka berlaku : 1. = 2. =

8 Tugas : Buktikanlah teorema a di atas dengan memisalkan = +, kemudian berdasarkan hasil a, buktikan juga teorema b! 1. Akan dibuktikan = = ( + ) ( + ) = ( ) + ( + ) = ( ) + ( + ) = = ( + ) ( + ) = ( + ) ( + ) = Jadi, terbukti = 2. Akan dibuktikan = = + +. = + + = = ( + ) = ( + ). ( + ) ( + ). ( + ) = ( + ) ( + ) = Jadi, terbukti = 6

9 3. Akan dibuktikan ( ) ( + ) ( + )( + ) 2( + ) 2( + )( + ) ( + )( + ) + + ( + ) + ( + ) ( + ) + ( + ) Jadi, terbukti Akan dibuktikan = + + Jadi, terbukti VI. BENTUK KUTUB (POLAR) DAN EKSPONEN DARI BILANGAN KOMPLEKS Selain dinyatakan dalam bentuk = + = (, ), bilangan kompleks dapat dinyatakan pula dalam bentuk koordinat kutub atau Polar, yaitu = (, ). 7

10 Adapun hubungan antara keduanya, (, ) dan (, ) adalah: = cos, = sin sehingga = arc tan adalah sudut antara sumbu positif dengan didapat juga = + = Jadi, bentuk kutub bilangan kompleks adalah = (, ) = (cos + sin ) = cis dan sekawan dari = (, ) = (cos + sin ) Definisi 6.1 Pada bilangan kompleks = (, ) = (cos + sin ), sudut disebut argument dari, ditulis arg. Sudut dengan 0 < 2 atau < disebut argument utama dari, ditulis = Arg z. Pembatasan untuk sudut tersebut dipakai salah satu saja. Definisi 6.2 Dua bilangan kompleks = (cos + sin ) dan = (cos + sin ) dikatakan sama, jika =, dan =. Selain penulisan bilangan kompleks = (, ) = (, ) = (cos + sin ) = cis, maka anda dapat menuliskan dalam rumus Euler (eksponen), yaitu =, dan sekawannya adalah =. Tugas: Buktikan bahwa = cos + sin, dengan menggunakan deret MacLaurin untuk cos, sin dan dengan mengganti =. Contoh 6.1 Nyatakan bilangan kompleks = 1 + dalam bentuk polar dan eksponen! Jawab : = 1 +, = 2, tan = 1, sehingga = 45 = Jadi = 2 cos + sin = 2 cis = 2 8

11 VII. PANGKAT DAN AKAR DARI BILANGAN KOMPLEKS A. Perkalian dan Pemangkatan Telah kita ketahui bahwa bilangan kompleks dalam bentuk kutub adalah = (cos + sin ). Jika = (cos + sin ) dan = (cos + sin ), maka kita peroleh hasil perkalian keduanya sebagai berikut : = [ (cos + sin )][ (cos + sin )] = [(cos cos sin sin ) + (sin cos + cos sin )] = [cos( + ) + sin( + )] Dari hasil perkalian tersebut diperoleh: arg( ) = + = arg + arg Pertanyaan : Bagaimanakah jika kita perkalikan dan =? Jika diketahui: = (cos + sin ) = (cos + sin ) = (cos + sin ), untuk asli maka secara induksi matematika, diperoleh rumus perkalian = [cos( ) + sin( )] Akibatnya jika, = = = = = (cos + sin ) maka = (cos + sin ) (1) Khusus untuk = 1, disebut Dalil De-Moivre (cos + sin ) = cos + sin, dengan asli. B. Pembagian Sedangkan pembagian dan adalah sebagai berikut: = (cos + sin ) (cos + sin ) Setelah pembilang dan penyebut dikalikan dengan sekawan penyebut, yaitu 9

12 = (cos sin ), maka diperoleh: = [cos( ) + sin( )] Dari rumus di atas diperoleh: arg = = arg arg Akibat lain jika = (cos + sin ). maka, untuk, 1 = 1 [cos( ) + sin( )] 1 = 1 (cos + sin ) setelah pembilang dan penyebut dikalikan sekawan penyebut, maka diperoleh: 1. (2) = 1 [cos( ) + sin( )] Dari (1) dan (2) diperoleh: = [cos() + sin()], Dalil De-Moivre berlaku untuk semua bilangan bulat. Contoh 7.1 Hitunglah: 3 Jawab: = 3 = = = 2 tan = 1 3 Karena di kuadran IV, maka dipilih = 30 Jadi, 3 = 2(cos( 30 ) + sin( 30 )) 3 = 2 (cos( 180 ) + sin( 180 )) = 2 ( 1 + 0) = 2 10

13 = 1 ( 2) = 1 64 VIII. AKAR BILANGAN KOMPLEKS Bilangan kompleks adalah akar pangkat dari bilangan kompleks, jika =, dan ditulis =. Jika = (cos + sin ) akar pangkat dari bilangan kompleks = (cos + sin ), maka dari = diperoleh: (cos + sin ) = (cos + sin ), sehingga = dan = + 2, bulat. Akibatnya, = dan = + 2 Jadi, akar pangkat dari bilangan kompleks = (cos + sin ) adalah: = cos bulat dan bilangan asli. + sin Dari persamaan =, ada buah akar berbeda yang memenuhi persamaan itu. Untuk mempermudah dipilih = 0,1,2,3,, ( 1); 0 Contoh 8.1 Hitunglah ( 81) Jawab : < 2, sehingga diperoleh,,, sebagai akar ke- dari. Misalkan = ( 81), berarti harus dicari penyelesaian persamaan = 81 Tulis = (cos + sin ) dan 81 = 81(cos sin 180 ) sehingga (cos 4 + sin 4) = 81(cos sin 180 ) diperoleh = 81, atau = 3 dan. Jadi = 3[cos + sin ] Keempat akar yang dicari dapat diperoleh dengan mensubstitusi = 0,1,2,3 ke persamaan terakhir. 11

14 Latihan Soal Bab I 1. Buktikan Teorema 1 dengan memisalkan = (, ) = Diketahui = dan = 8. Tentukan +,,, 3. Jika = 1, buktikan = Cari bilangan kompleks yang memenuhi sifat: a. = b. = 5. Buktikan untuk setiap bilangan kompleks berlaku:. =. = 2Re( ) 6. Hitung jarak antara = dan = Gambarkan pada diagram argand dan sebutkan nama kurva yang terjad : a. 5 = 6 dan 5 > 6 b. + = c. 1 < < 3 8. Nyatakan bilangan kompleks = 2 2 dalam bentuk polar dan eksponen. 9. Hitunglah ( 2 + 2). 10. Tentukan himpunan penyelesaian dari: = 0. 12

15 2 FUNGSI, LIMIT DAN KEKONTINUAN Sebelum dibahas mengenai fungsi kompleks, maka perlu dipelajari konsepkonsep topologi yang akan digunakan pada fungsi kompleks. I. KONSEP-KONSEP TOPOLOGI PADA FUNGSI KOMPLEKS Himpunan pada pembahasan ini adalah koleksi atau kumpulan titik-titik pada bidang Z. Dianggap anda telah memahami operasi pada himpunan yaitu gabungan, irisan, penjumlahan dan pengurangan beserta sifat-sifatnya. 1. Lingkungan/persekitaran a. Persekitaran adalah himpunan semua titik yangterletak di dalam lingkaran yang berpusat di, berjari-jari, > 0. Ditulis (, ) atau <. b. Persekitaran tanpa adalah himpunan semua titik yang terletak di dalam lingkaran yang berpusat di, berjari-jari, > 0. Ditulis ( > 0, ) atau 0 < <. Contoh 1.1 a. (, 1) atau < 1, lihat pada gambar 1 b. (, ) atau 0 < <, lihat pada gambar 2 13

16 2. Komplemen Andaikan S suatu himpunan. Komplemen dari ditulis, merupakan himpunan semua titik pada bidang Z yang tidak termasuk di. Contoh 1.2 Gambarkan, = { Im() < 1}, maka = { Im()1}. = { 2 < < 4}, maka = { 2 atau 4}. 3. Titik limit Titik z o disebut titik limit dari himpunan S jika untuk setiap N*(z o,) maka N*(z o,) S. Jika z o S dan z o bukan titik limit, maka z o disebut titik terasing. 4. Titik batas Titik z o disebut titik batas dari himpunan S jika untuk setiap N*(z o,) memuat suatu titik di S dan memuat suatu titik yang tidak di S. 5. Batas dari himpunan S adalah himpunan semua titik batas dari S. 6. Interior dan Eksterior Titik z o disebut interior dari himpunan S jika ada N(z o,) sehingga N(z o,) S. Titik yang bukan titik interior atau bukan titik batas disebut titik eksterior. 7. Himpunan Terbuka Himpunan S disebut himpunan terbuka jika semua anggota S adalah titik interior S. 14

17 8. Himpunan Tertutup Himpunan S disebut himpunan tertutup jika S memuat semua titik limitnya. 9. Himpunan Terhubung Himpunan terbuka S disebut terhubung, jika setiap dua titik di S dapat dihubungkan oleh penggal garis yang seluruhnya terletak di S. 10. Daerah domain Himpunan terbuka S yang terhubung disebut daerah domain. 11. Daerah Tertutup Daerah tertutup S adalah daerah terbuka digabung dengan batasnya. 12. Penutup dari himpunan S adalah himpunan S digabung dengan titik limitnya. Contoh Diberikan = { < 1}, maka: adalah himpunan terbuka dan terhubung. Batas dari adalah { = 1}. Penutup dari adalah = { 1}. 15

18 2. Diberikan = { < 1} {(0,1)}, maka: B adalah bukan himpunan terbuka dan juga bukan himpunan tertutup. Titik-titik limit dari adalah { 1}. 3. Diberikan = { 2}, maka: Titik-titik interior adalah { < 2}. II. FUNGSI KOMPLEKS Definisi 2.1 Misalkan himpunan titik pada bidang Z. Fungsi kompleks adalah suatu aturan yang memasangkan setiap titik anggota dengan satu dan hanya satu titik pada bidang W, yaitu (, ). Fungsi tersebut ditulis = (). Himpunan disebut daerah asal (domain) dari, ditulis dan () disebut nilai dari atau peta dari oleh. Range atau daerah hasil (jelajah) dari ditulis, yaitu himpunan () untuk setiap anggota. 16

19 Contoh 2.1 a) = + 1 b) = c) = 5 d) () = Contoh a), b), c) adalah fungsi kompleks dengan domain semua titik pada bidang Z. Contoh d) adalah fungsi kompleks dengan domain semua titik pada bidang Z, kecuali =. Jika = +, maka fungsi = () dapat diuraikan menjadi = (, ) + (, ) yang berarti Re() dan Im() masing-masing merupakan fungsi dengan dua variabel real dan. Apabila = (cos + sin ), maka = (, ) + (, ). Contoh Tuliskan () = 2 dalam bentuk dan. Jawab : Misal = +, maka fungsi = () = 2 = 2( + ) = 2( + 2 ) 17

20 = 2( ) + (2 1). Jadi = 2( ) dan = Jika = (cos + sin ). Tentukan () = + Jawab: () = + = [(cos + sin )] + = [cos sin + 2 sin cos ] + = (cos sin ) + sin 2 + = (cos sin ) + ( sin 2 + 1) berarti = (cos sin ) dan = sin III. KOMPOSISI FUNGSI Diberikan fungsi () dengan domain dan fungsi () dengan domain. Jika, maka ada fungsi komposisi ()() = (()), dengan domain. Jika, maka ada fungsi komposisi ()() = (()), dengan domain. 18

21 Jadi, tidak berlaku hukum komutatif pada ()() dan ()(). Contoh 3.1 Misal: () = 3 dan () = Jika, maka ()() = (()) = (3 ) = (3 ) + (3 ) 1 + = = Jika, maka ()() = (()) = ( ) = Karena Jadi, ()() ()() atau (tidak komutatif). IV. INTERPRETASI GEOMETRIS Untuk setiap variabel bebas = + anggota domain ada satu dan hanya satu variabel tak bebas = + yang terletak pada suatu bidang kompleks. Masing-masing variabel terletak pada suatu bidang kompleks, pada bidang dan pada bidang. Karena pasangan (, ) mengandung 4 dimensi, maka kita tidak dapat menggambarkannya pada satu sistem. Tetapi kita dapat melihat gambaran dari = (). Caranya dengan memandang fungsi tersebut sebagai pemetaan (transformasi) dari titik di bidang ke titik di bidang dengan aturan. Untuk suatu titik maka () disebut peta dari. Contoh 4.1 Diketahui fungsi = Untuk setiap variabel bebas = + didapat nilai = (2 1) + (2 + 1). Misalnya untuk = 1 +, dan = 2 3, berturut-turut diperoleh: = 1 + 3, dan = 3 5. Gambar dari,,, dan dapat dilihat di bawah ini: 19

22 Contoh 4.2 Diketahui fungsi =. Dengan menggunakan = (cos + sin ), maka diperoleh = = (cos 2 + sin 2). Jika sebuah lingkaran pusat berjari-jari pada bidang, maka dapat dipetakan ke bidang menjadi sebuah lingkaran pusat berjari-jari. Daerah 0 arg dipetakan menjadi daerah 0 arg 2. Gambar keduanya dapat dilihat di bawah ini. V. LIMIT Diketahui daerah pada bidang dan titik terletak di dalam atau pada batas. Misalkan fungsi = () terdefinisi pada, kecuali di. 20

23 Apabila titik bergerak mendekati titik melalui setiap lengkungan sebarang dan mengakibatkan nilai () bergerak mendekati suatu nilai tertentu, yaitu pada bidang, maka dikatakan limit () adalah untuk mendekati, ditulis: lim () =. Definisi 5.1 Misalkan fungsi = () terdefinisi pada daerah, kecuali di (titik di dalam atau pada batas ). limit () adalah untuk mendekati, jika untuk setiap > 0, terdapat > 0 sedemikian hingga () <, apabila 0 < <, ditulis: lim () = Perlu diperhatikan bahwa : 1. Titik adalah titik limit domain fungsi. 2. Titik menuju melalui sebarang lengkungan, artinya menuju dari segala arah. 3. Apabila menuju melalui dua lengkungan yang berbeda, mengakibatkan () menuju dua nilai yang berbeda, maka limit fungsi tersebut tidak ada untuk mendekati. Contoh 5.1 Buktikan bahwa: lim Bukti: = 5 Misalkan diberikan bilangan > 0, kita akan mencari > 0 sedemikian, sehingga: 21

24 0 < < Lihat bagian sebelah kanan Dari persamaan kanan diperoleh: <, untuk 2. (2 + 1)( 2) 5 < 5 < 2 ( )( 2) < 2 2( 2) < 2 < 2 Hal ini menunjukkan bahwa = telah diperoleh. Bukti Formal : Jika diberikan > 0, maka terdapat =, sehingga untuk 2, diperoleh: 0 < 2 < Jadi, Terbukti, lim Teorema Limit : Teorema (2 + 1)( 2) = 5 2 = 2( 2) < 2 = 5 < apabila 0 < 2 < = = 5 Jika fungsi f mempunyai limit untuk menuju, maka nilai limitnya tunggal. Bukti: Misal limitnya dan, maka () = () = 2 () = 2 () + () () + () = = 22

25 Sehingga, Jadi, = Teorema 5.2 Misalkan = (, ) = + dan () = (, ) + (, ) dengan domain. Titik = (, ) = + di dalam atau batas. Maka, lim () = + jika dan hanya jika lim (, ) = dan lim (, ) = Teorema 5.3 Misalkan fungsi dan limitnya ada. lim () = dan lim () =, maka 1. lim(() + ()) = + (untuk ) 2. lim((). ()) =. (untuk ) 3. lim( () () ) = (untuk ) Tugas : Buktikan ketiga teorema limit tersebut! Contoh 5.2 Hitunglah lim Jawab: + 1 ( + )( ) lim = lim = lim ( + ) = 2 Contoh 5.3 Jika () = Bukti : +. Buktikan lim () tidak ada! Kita tunjukkan bahwa untuk menuju 0 di sepanjang garis = 0, maka lim () = lim () = lim (,) (,) = 0 (1) Sedangkan di sepanjang garis =, 23

26 VI. lim () = lim () = lim 1 + (,) (,) Dari (1) dan (2), terbukti lim () tidak ada. KEKONTINUAN FUNGSI Definisi 6.1 = 1 (1) + 1 Misalkan fungsi () terdefinisi di pada bidang dan titik terletak pada interior, fungsi () dikatakan kontinu di jika untuk menuju, maka lim() = ( ). Jadi, ada tiga syarat fungsi () kontinu di z o, yaitu : 1. ( ) ada 2. lim () ada 3. lim () = ( ) Fungsi () dikatakan kontinu pada suatu daerah, jika () kontinu pada setiap titik pada daerah tersebut. Teorema 6.1 Jika () = (, ) + (, ), () terdefinisi di setiap titik pada daerah, dan = + titik di dalam, maka fungsi () kontinu di jika dan hanya jika (, ) dan (, ) masing-masing kontinu di (, ). Teorema 6.2 Andaikan () dan () kontinu di, maka masing-masing fungsi : 1. ( ) + () 2. (). () 3. () (), () 0 4. (()); kontinu di ( ), kontinu di. Contoh 6.1 Fungsi () =, 2, apakah kontinu di 2? 3 + 4, = 2 24

27 Jawab : (2) = 3 + 4(2) = 3 + 4, sedangkan untuk mendekati 2, lim () = + 2, sehingga, lim () (2) jadi () diskontinu di = 2. Contoh 6.2 Dimanakah fungsi () = Jawab : kontinu? Coba anda periksa bahwa () diskontinu di = 1 dan = 2. Jadi () kontinu di daerah > 2. 25

28 3 TURUNAN I. DEFINISI TURUNAN Diberikan fungsi yang didefinisikan pada daerah dan. Jika diketahui bahwa nilai lim ()( ) turunan atau derivatif fungsi di titik. Dinotasikan : ( ). ada, maka nilai limit ini dinamakan Jika ( ) ada, maka dikatakan terdifferensial atau diferensiabel di. Dengan kata lain : ( ) = lim = lim ( )( ) Jika terdifferensial di semua titik pada, maka terdifferensial pada Contoh 1.1 Buktikan () = terdifferensiasi diseluruh C Bukti : Ditinjau sebarang titik C. ( ) = lim = lim ( + )( ) = 2 Karena sebarang maka () = terdefferensial di seluruh C. Teorema 1.1 Jika fungsi kompleks dan ( ) ada, maka kontinu di Bukti : Diketahui ( ) ada Akan dibuktikan kontinu di atau lim () = ( ) 26

29 lim () ( ) = lim ()( ). ( ) () ( ) = lim. lim ( ) = (). 0 = 0 Sehingga, lim () =, lim ( ) = ( ) dengan kata lain kontinu di. Contoh 1.2 Buktikan () = kontinu di seluruh bidang kompleks tetapi hanya terdifferensial di = 0 Bukti : () = = + berarti (, ) = + dan (, ) = 0 dan kontinu di, maka () kontinu di. (0) = lim () (0) 0 = lim = lim = 0 Jadi () terdifferensial di = 0. II. SYARAT CHAUCHY-RIEMANN Syarat yang diperlukan agar fungsi terdiferensial di = + adalah syarat Chauchy-Riemann, yang menghubungkan derivatif-derivatif parsial tingkat pertama dari fungsi bagian real dan fungsi bagian imajiner dari. Teorema 2.1 (SYARAT CHAUCHY-RIEMANN) Jika () = (, ) + (, ) terdifferensial di = +, maka (, ) dan (, ) mempunyai derivatif parsial pertama di (, ) dan di titik ini dipenuhi persamaan Cauchy Riemann. = = 27

30 derivatif di dapat dinyatakan dengan ( ) = (, ) + (, ) Jika persamaan C-R tidak dipenuhi di (, ) maka () = (, ) + (, ) tidak terdifferensial di = + Contoh 2.1 Buktikan () = tidak terdifferensiasi di 0 Bukti : () = + sehingga (, ) = + dan (, ) = 0 Persamaan Cauchy Riemann: 0. = 2 dan = 2 = 0 dan = 0 = 2 = 0 (1) = 2 = 0 (2) (1) dan (2) tidak dipenuhi jika 0 atau 0, jadi pasti f tidak terdeferensial di CATATAN : Syarat C-R hanya syarat perlu untuk keterdifferensialan. Contoh 2.2 Buktikan fungsi () = () () dan (0) = 0, tidak terdifferensial di 0, memenuhi C-R. Bukti : = dengan (0,0) = 0 = dengan (0,0) = 0 (, 0) (0,0) (0,0) = lim = 1 28

31 (, 0) (0,0) (0,0) = lim = 1 (, 0) (0,0) (0,0) = lim = 1 (, 0) (0,0) (0,0) = lim = 1 Jadi persamaan Cauchy Riemann terpenuhi. Tetapi, () (0) (1 + ) (1 ) lim = lim ( + )( + ) Untuk 0 sepanjang garis real = 0 lim () Untuk 0 sepanjang garis real = lim Jadi, lim ()() tidak ada. = 1 + = () Sehingga tidak terdifferensial di 0 meskipun persamaan C-R dipenuhi di (0,0). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa : i) Syarat perlu () = (, ) + (, ), = + () ada maka,,, ada di (, ) berlaku C-R yaitu : = dan = dan ( ) = (, ) + (, ). ii) Syarat cukup (, ), (, ), (, ), (, ), (, ), (, ) kontinu pada kitar = + dan di (, )dipenuhi C-R maka ( ) ada Contoh 2.3 Buktikan () = (cos + sin ) terdiferensial untuk setiap dalam C. Bukti : 29

32 (, ) = cos (, ) = cos (, ) = sin (, ) = sin (, ) = sin (, ) = cos ada dan kontinu di setiap (x,y) C Berdasarkan persamaan C-R : = dan = dipenuhi di (, )C, dan ada kitar dimana keenam fungsi kontinu dan C-R dipenuhi di (, ). Jadi () ada C. Dan () = (, ) + (, ) = cos + sin III. SYARAT C-R PADA KOORDINAT KUTUB Jika () = (, ) + (, ) dapat diilustrasikan dalam koordinat kartesius maka dengan menggunakan hubungan = cos dan = sin, diperoleh = cos + sin, sehingga () = (, ) + (, ) dalam sistem koordinat kutub. Teorema 3.1 Jika () = (, ) + (, ) terdiferensial dan kontinu pada suatu kitar (, ) dan jika dalam kitar tersebut,,, ada dan kontinu di (, ) dan dipenuhi C-R yaitu: = 1 dan 1 =, 0 maka () = ada di = dan () = (cos sin ) [ (, ) + (, )] Contoh 3.1 Diketahui () =, tentukan () dalam bentuk kootdinat kutub. Jawab : () = = (cos 3 sin 3), maka : = cos 3, sehingga = 3 cos 3 dan = sin 3 = sin 3, sehingga = 3 sin 3 dan = cos 3 30

33 keenam fungsi ini kontinu dan syarat C-R dipenuhi untuk semua 0 Jadi () = terdiferensial untuk 0 Dengan demikian () dalam koordinat kutub adalah : () = (cos sin ) ( 3 cos sin 3) = cis ( ) ( 3 ) cis( 3) = 3 ( 4) IV. ATURAN PENDIFERENSIALAN Jika (), () dan h() adalah fungsi- fungsi kompleks serta (), () dan h () ada, maka berlaku rumus-rumus: 1. () = 0, = 1 2. [()] = () [() ± ()] = () ± () [()()] = ()() + () () () = ()()() () () [()] 6. = 7. Jika h() = [()] h () = [()] () biasa disebut dengan komposisi (aturan rantai) =. V. FUNGSI ANALITIK Definisi 5.1 Fungsi analitik di, jika ada > 0 sedemikian, hingga () ada untuk setiap (, ) (persekitaran ) Fungsi analitik untuk setiap C dinamakan fungsi utuh 31

34 Contoh () = 2. () = + diperoleh : = ; = sehingga = 3 ; = 0 ; = 0; = 3 dengan menggunakan persamaan C-R : 3 = 3 = ± dan = = 0 persamaan C-R dipenuhi dan kontinu digaris = ± berarti () ada hanya di = ± Jadi () tidak analitik dimanapun karena tidak ada kitar. Misalnya dan analitik pada, maka : ± merupakan fungsi analitik merupakan fungsi analitik / merupakan fungsi analitik dengan 0 h = merupakan fungsi analitik berlaku aturan L hospital yaitu : () lim () = (), dengan () 0 dan () 0 () VI. TITIK SINGULAR Definisi 6.1 Titik disebut titik singular dari jika tidak analitik di tetapi untuk setiap kitar dari memuat paling sedikit satu titik dimana analitik. Jenis kesingularan () atau titik singular antara lain : 1. Titik singular terisolasi Titik dinamakan titik singular terisolasi dari () jika terdapat > 0 demikian sehingga lingkaran = hanya melingkari titik singular lainnya. Jika seperti itu tidak ada, maka = disebut titik singular tidak terisolasi. 2. Titik Pole (titik kutub) 32

35 Titik = disebut titik pole tingkat n, jika berlaku lim ( ) () = 0 Jika = 1, disebut sebagai titik pole sederhana. 3. Titik Cabang Dari fungsi bernilai banyak dapat menjadi titik singular. 4. Titik Singular dapat dihapuskan Titik singular disebut titik singular dapat dihapuskan dari f(z) jika lim () ada. 5. Titik Singular Essensial Titik singular = yang tidak memenuhi syarat titik singular pole titik cabang atau titik singular yang dapat dihapuskan disebut titik singular essensial. 6. Titik Singular tak hingga Jika () mempunyai titik singular di =, maka sama dengan menyatakan ( ) mempunyai titik singular di = 0. Contoh 6.1 () = () berarti titik = adalah titik pole tingkat 2 dari () () = tidak merupakan titik singular () = ln( + 2) maka titik cabang adalah = 1 dan = 2 karena ( + 2) = ( 1)( + 2) = 0 VII. FUNGSI HARMONIK () = (, ) + (, ) analitik pada maka dan mempunyai derivatif parsial di semua orde yang kontinue pada. Jadi dalam berlaku C-R, = dan =. Karena derifatif-derivatif parsial dari dan kontinue dalam, maka berlaku =. Jika dalam = dan = diderivatifkan parsial terhadap dan maka (, ) berlaku = = 0 dan = = 0. 33

36 Jika analitik pada maka dan pada memenuhi persamaan differensial Laplace dalam 2 dimensi. + = 0 dan dimana () = (, ) + (, ) analitik pada suatu domain maka () harmonik pada domain tersebut. Dua fungsi dan sedemikian sehingga () = (, ) + (, ) analitik dalam suatu domain dinamakan dua fungsi yang harmonik konjugat dalam domain itu. Contoh 7.1 Diberikan (, ) harmonik pada dan tentukan fungsi yang harmonik konjugat dengan = 4 12, (, ) C Jawab : Misal diklaim konjugatnya adalah (, ) jadi () = (, ) + (, ) analitik pada C sedemikian sehingga berlaku C-R = dan = = 4 12 = 4 12 = 12 4 = 6 + () karena = maka 12 + () = sehingga () = 4 diperoleh () = + C Jadi = CARA MILNE THOMSON Cara yang lebih praktis menentukan fungsi harmonik konjugat atau dari fungsi harmonik diberikan (, ) harmonik pada andaikan (, ) sehingga () = (, ) + (, ) analitik pada () = (, ) + (, ) sesuai persamaan C-R : () = (, ) (, ) = + 2 = + dan dan = sehingga diperoleh = 2 34

37 + () =, , 2 Suatu identitas dalam dan, jika diambil = maka () = (, 0) (, 0). Jadi () adalah fungsi yang derivatifnya (, 0) (, 0) kemudian didapat (, ) Contoh 7.1 Dari Contoh 1 dengan = 4 4, (, ) C, jika diselesaikan dengan menggunakan cara Milne Thomson. Jawab : = 4 12 = 12 4 () = (, 0) (, 0) = ( 4 ) = 4 sehingga () = + () = ( + ) + = ( 6 + ) + 35

38 DAFTAR PUSTAKA Ruel V. Churchill Complex variables and applications. New York : McGraw- Hill. Marsden, Jerrold. E Basic Complex Analysis. New York: California State University. 36

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS ANALISA VARIABEL KOMPLEKS Oleh: BUDI NURACHMAN, IR BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS MATEMATIKA TEKNIK 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu bilangan

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS 1 BAB II FUNGSI LIMIT DAN KEKONTINUAN Sebelum dibahas mengenai fungsi kompleks, maka perlu dipelajari konsep-konsep topologi yang akan digunakan pada fungsi

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS 1 BAB III. TURUNAN 3.1 Definisi Turunan Diberikan fungsi f yang didefinisikan pada daerah D dan z D. Jika diketahui bahwa nilai lim zz f(z) z f(z z ) ada,

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Kompleks

Sistem Bilangan Kompleks Modul Sistem Bilangan Kompleks Drs. Hidayat Sardi, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini akan membahas bilangan kompleks, sistemnya dan arti geometri dari bilangan kompleks. Untuk itu Anda dianggap telah paham

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN KOMPLEKS

BAB I BILANGAN KOMPLEKS BAB I BILANGAN KOMPLEKS. Pengertian Bilangan Kompleks Pada awal perkuliahan bilangan real (R), kita telah mempelajari bilangan real beserta sifat-sifatnya. Sekarang kita akan melanjutkan perkuliahan pada

Lebih terperinci

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah ANALISIS KOMPLEKS Pendahuluan Bil Kompleks Bil Riil Bil Imaginer (khayal) Bil Rasional Bil Irasional Bil Pecahan Bil Bulat Sistem Bilangan Kompleks Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + Untuk maka bentuk

Lebih terperinci

Bab II Fungsi Kompleks

Bab II Fungsi Kompleks Bab II Fungsi Kompleks Variabel kompleks z secara fisik ditentukan oleh dua variabel lain, yakni bagian realnya x dan bagian imajinernya y, sehingga dituliskan z z(x,y). Oleh sebab itu fungsi variabel

Lebih terperinci

MODUL ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS

MODUL ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 1 MODUL ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS Oleh: DIDIK HERMANTO, M. Pd. STKIP PGRI BANGKALAN PRODI S1PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014 2 BAB I BILANGAN KOMPLEKS A. PENGERTIAN BILANGAN KOMPLEKS Bilangan kompleks merupakan

Lebih terperinci

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA Bilangan Kompleks Anwar Mutaqin Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA DAFTAR ISI 1 BILANGAN KOMPLEKS 1 1.1 Eksistensi Bilangan Kompleks.................... 1 1.2 Operasi Aritmatika..........................

Lebih terperinci

Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks

Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks Bab 1 ini direncanakan akan disampaikan dalam 3 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: (1) Pertemuan I: Pengertian bilangan kompleks, Sifat-sifat aljabat, dan

Lebih terperinci

Bab 2 Fungsi Analitik

Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 Fungsi Analitik Bab 2 ini direncanakan akan disampaikan dalam 4 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: () Pertemuan I: Fungsi Kompleks dan Pemetaan. (2) Pertemuan II: Limit Fungsi, Kekontiuan,

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS 2 PENDAHULUAN SISTEM BILANGAN KOMPLEKS REAL IMAJINER RASIONAL IRASIONAL BULAT PECAHAN BULAT NEGATIF CACAH ASLI 0 3 ILUSTRASI Carilah akar-akar persamaan x 2 + 4x

Lebih terperinci

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 1 Sistem Bilangan Kompleks (C) 1 1 Pendahuluan...............................

Lebih terperinci

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS. Oleh: Endang Dedy

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS. Oleh: Endang Dedy FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS Oleh: Endang Dedy Diskusikan! Sistem Bilangan Kompleks 1 Perhatikan definisi berikut: Bilangan kompleks adalah suatu bilangan yang didefinisikan dengan =+iy,, y R dan i 1.Coba

Lebih terperinci

BILANGAN KOMPLEKS. Muhammad Hajarul Aswad Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo. Aswad

BILANGAN KOMPLEKS. Muhammad Hajarul Aswad Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo. Aswad 4. Kompleks Kojugate (Sekawan) 5. Bentuk Polar & Eksponensial Bilangan Kompleks BILANGAN KOMPLEKS Muhammad Hajarul Aswad Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo 6. Perkalian & Pembagian

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI IDENTITAS MAHASISWA NAMA NPM KELOMPOK : : : DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I Bilangan

Lebih terperinci

Bab I. Bilangan Kompleks

Bab I. Bilangan Kompleks Bab I Bilangan Kompleks Himpunan bilangan yang terbesar di dalam matematika adalah himpunan bilangan kompleks. Himpunan bilangan real yang kita pakai sehari-hari merupakan himpunan bagian dari himpunan

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI ANALITIK

BAB II FUNGSI ANALITIK BAB II FUNGSI ANALITIK Sekarang kita akan mempelajari ungsi dari variabel kompleks dan pengembanganna dalam teori dierensial. Sebagai awal dari bab ini kita mulai dari ungsi analitik, ang mana sangat berperan

Lebih terperinci

x Lingkaran satuan, adalah lingkaran berjari-jari satu dan berpusat di titik asal, direprentasikan dengan z = 1.

x Lingkaran satuan, adalah lingkaran berjari-jari satu dan berpusat di titik asal, direprentasikan dengan z = 1. Bab. Fungsi Kmpleks BAB. FUNGSI KOMPLEKS Sebelum membahas ungsi kmpleks,berikut ini diberikan beberapa knsep dan istilah ang akan banak digunakan dalam pembahasan selanjutna.. Daerah di bidang kmpleks

Lebih terperinci

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan KALKULUS 1 HADI SUTRISNO 1 Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus kita terlebih dahulu perlu memahami bahasan tentang sistem bilangan

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH FUNGSI KOMPLEKS. oleh Dr. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu, M.Si.

CATATAN KULIAH FUNGSI KOMPLEKS. oleh Dr. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu, M.Si. ATATAN KULIAH FUNGSI KOMPLEKS oleh Dr. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu, M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 2014 Daftar Isi 1 Bilangan Kompleks

Lebih terperinci

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tujuan penulisan ini untuk mengkaji tentang pengertian fungsi harmonik, fungsi harmonik konjugat pada

Lebih terperinci

Matematika Teknik Dasar-2 2 Bilangan Kompleks - 1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Matematika Teknik Dasar-2 2 Bilangan Kompleks - 1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Matematika Teknik Dasar-2 2 Bilangan Kompleks - 1 Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Simbol j Penyelesaian dari sebuah persamaan kuadratik ax 2 + bx rumus x = b± b2

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama)

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama) Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu I) Outline 1 Pendahuluan 2 Pengertian

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Kedua)

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Kedua) Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Kedua) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu II) Outline 1 Penyajian Secara Geometris

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

1 Sistem Bilangan Real

1 Sistem Bilangan Real Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan solusi pertidaksamaan aljabar ) Menyelesaikan pertidaksamaan dengan nilai mutlak

Lebih terperinci

LIMIT DAN KEKONTINUAN

LIMIT DAN KEKONTINUAN LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS AKIBAT INTEGRAL CAUCHY Ricky Antonius, Helmi, Yudhi INTISARI

ANALISIS AKIBAT INTEGRAL CAUCHY Ricky Antonius, Helmi, Yudhi INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 07, No. 1 (2018), hal 41-46. ANALISIS AKIBAT INTEGRAL CAUCHY Ricky Antonius, Helmi, Yudhi INTISARI Analisis kompleks salah satu cabang matematika

Lebih terperinci

Bab III. Integral Fungsi Kompleks

Bab III. Integral Fungsi Kompleks Bab III Integral Fungsi ompleks Integrasi suatu fungsi kompleks f() = u + iv dilakukan pada bidang Argand, sehingga integrasinya menyerupai integral garis pada integral vektor. Hal ini terjadi mengingat

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA 1 MINGGU KE- POKOK DAN SUB POKOK BAHASAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATAKULIAH : FUNGSI KOMPLEKS (3 SKS)

Lebih terperinci

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks 0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,

Lebih terperinci

Bab 3 Fungsi Elementer

Bab 3 Fungsi Elementer Bab 3 Fungsi Elementer Bab 3 ini direncanakan akan disampaikan dalam 3 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: (1) Pertemuan I: Fungsi Eksponensial dan sifat-sifatnya, Fungsi Trigonometri. ()

Lebih terperinci

BILANGAN KOMPLEKS SHINTA ROSALIA DEWI, S.SI, M.SC

BILANGAN KOMPLEKS SHINTA ROSALIA DEWI, S.SI, M.SC BILANGAN KOMPLEKS SHINTA ROSALIA DEWI, S.SI, M.SC TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu : Memahami bilangan kompleks Menggambarkan kurva pada bilangan kompleks Mengetahui Operasi Aljabar Bilangan Kompleks

Lebih terperinci

PEMBAHASAN TRANSFORMASI KEBALIKAN

PEMBAHASAN TRANSFORMASI KEBALIKAN PEMBAHASAN TRANSFORMASI KEBALIKAN.` Definisi Suatu transformasi yang didasarkan pada fungsi dengan dinamakan transformasi kebalikan. Secara geometric, transformasi akan memetakan titik-titik yang mendekati

Lebih terperinci

Matematika Teknik Dasar-2 3 Bilangan Kompleks - 2. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Matematika Teknik Dasar-2 3 Bilangan Kompleks - 2. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Matematika Teknik Dasar-2 3 Bilangan Kompleks - 2 Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Rekap Dari materi sebelumnya telah dipelajari operasi dalam bilangan kompleks (penambahan,

Lebih terperinci

Fungsi Analitik (Bagian Keempat)

Fungsi Analitik (Bagian Keempat) Fungsi Analitik (Bagian Keempat) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu VII) Outline 1 Fungsi Analitik 2 Fungsi Analitik

Lebih terperinci

Dwi Lestari, M.Sc: Konvergensi Deret 1. KONVERGENSI DERET

Dwi Lestari, M.Sc: Konvergensi Deret   1. KONVERGENSI DERET 1. KONVERGENSI DERET Suatu barisan disebut konvergen jika terdapat bilangan Z yang setiap lingkungannya memuat semua. Jika bilangan Z itu ada maka dapat ditulis: lim sehingga dapat dikatakan bahwa barisan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real. dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan A ditulis ;

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real. dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan A ditulis ; 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real Himpunan dinyatakan dengan huruf kapital dan anggota himpunan dinyatakan dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

Fungsi Analitik (Bagian Pertama)

Fungsi Analitik (Bagian Pertama) Fungsi Analitik (Bagian Pertama) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu IV) Outline 1 Fungsi Variabel Kompleks 2 Pemetaan/Transformasi/Mappings

Lebih terperinci

Fungsi Analitik (Bagian Ketiga)

Fungsi Analitik (Bagian Ketiga) Fungsi Analitik (Bagian Ketiga) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu VI) Outline 1 Persamaan Cauchy-Riemann 2 Persamaan

Lebih terperinci

MODUL 4 LINGKARAN DAN BOLA

MODUL 4 LINGKARAN DAN BOLA 1 MODUL 4 LINGKARAN DAN BOLA Sumber: www.google.co.id Gambar 6. 6 Benda berbentuk lingkaran dan bola Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai benda-benda yang berbentuk bola maupun lingkaran.

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan teorema-teorema yang akan menjadi landasan untuk pembahasan pada Bab III nanti, diantaranya: fungsi komposisi,

Lebih terperinci

Fungsi Analitik (Bagian Kedua)

Fungsi Analitik (Bagian Kedua) Fungsi Analitik (Bagian Kedua) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 5528, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu V) Outline Limit Menuju Tak Hingga 2 Fungsi Kontinu

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

BAB 5 PENGGUNAAN TURUNAN

BAB 5 PENGGUNAAN TURUNAN Diktat Kuliah TK Matematika BAB 5 PENGGUNAAN TURUNAN 5. Nilai Ekstrim Fungsi Nilai ekstrim fungsi adalah nilai yang berkaitan dengan maksimum atau minimum fungsi tersebut. Ada dua jenis nilai ekstrim,

Lebih terperinci

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS MODUL 1 Teori Bilangan Bilangan merupakan sebuah alat bantu untuk menghitung, sehingga pengetahuan tentang bilangan, mutlak diperlukan. Pada modul pertama ini akan dibahas mengenai bilangan (terutama bilangan

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

Bagian 1 Sistem Bilangan

Bagian 1 Sistem Bilangan Bagian 1 Sistem Bilangan Dalam bagian 1 Sistem Bilangan kita akan mempelajari berbagai jenis bilangan, pemakaian tanda persamaan dan pertidaksamaan, menggambarkan himpunan penyelesaian pada selang bilangan,

Lebih terperinci

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n A. Fungsi Dua Variabel atau Lebih Dalam subbab ini, fungsi dua variabel atau lebih dikaji dari tiga sudut pandang: secara verbal (melalui uraian dalam kata-kata) secara aljabar

Lebih terperinci

ANALISIS VARIABEL REAL 2

ANALISIS VARIABEL REAL 2 2012 ANALISIS VARIABEL REAL 2 www.alfirosyadi.wordpress.com UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 1/1/2012 IDENTITAS MAHASISWA NAMA : NIM : KELAS : KELOMPOK : 2 PENDAHULUAN Modul ini disusun untuk membantu mahasiswa

Lebih terperinci

Trayektori ortogonal dan pemetaan konformal pada fungsi kompleks

Trayektori ortogonal dan pemetaan konformal pada fungsi kompleks Trayektori ortogonal dan pemetaan konformal pada fungsi kompleks (On the othogonal trajectories and conformal mapping of complex variable functions) Kus Prihantoso Krisnawan dan Atmini Dhoruri Jurusan

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada.

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada. Turunan Fungsi q Definisi Turunan Fungsi Misalkan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat a. Turunan pertama fungsi f di =a ditulis f (a) didefinisikan dengan f ( a h) f ( a) f '( a) lim

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB Deret Tak Hingga Pada bagian ini akan dibicarakan penjumlahan berbentuk a +a 2 + +a n + dengan a n R Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu pengertian barisan

Lebih terperinci

FT UNIVERSITAS SURABAYA VARIABEL KOMPLEKS SUGATA PIKATAN. Bab V Aplikasi

FT UNIVERSITAS SURABAYA VARIABEL KOMPLEKS SUGATA PIKATAN. Bab V Aplikasi Bab V Aplikasi Selain aplikasi yang sudah diperkenalkan di bab I, teori variabel kompleks masih memiliki banyak ragam aplikasi lainnya. Beberapa di antaranya akan dibahas di dalam bab ini. Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,

Lebih terperinci

SRI REDJEKI KALKULUS I

SRI REDJEKI KALKULUS I SRI REDJEKI KALKULUS I KLASIFIKASI BILANGAN RIIL n Bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli : n 1, 2, 3, 4, 5,. n n Bilangan asli membentuk himpunan bagian dari klas himpunan bilangan yang lebih

Lebih terperinci

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I dan Gradien dan Gradien Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia dan Gradien Turunan-turunan parsial f x (x, y) dan f y (x, y) mengukur laju perubahan (dan kemiringan garis singgung) pada arah sejajar

Lebih terperinci

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Fungsi Peubah Banak Prof. Dr. Bambang Soedijono PENDAHULUAN D alam modul ini dibahas masalah Fungsi Peubah Banak. Dengan sendirina para pengguna modul ini dituntut telah menguasai pengertian mengenai

Lebih terperinci

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL Indah Yanti Definisi Dasar Perhatikan fungsi f: A R n R m : x f x n = m = 1 fungsi bernilai riil satu variabel n = 1, m > 1 fungsi bernilai vektor satu variabel n > 1, m

Lebih terperinci

BAB I INTEGRAL TAK TENTU

BAB I INTEGRAL TAK TENTU BAB I INTEGRAL TAK TENTU TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat menentukan pengertian integral sebagai anti turunan. 2. Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib. : Aip Saripudin, M.T.

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib. : Aip Saripudin, M.T. DESKIPSI MATA KULIAH EL-121 Matematika Teknik I: S1, 3 SKS, Semester II Mata kuliah ini merupakan kuliah lanjut. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep matematika

Lebih terperinci

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi suatu himpunan

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2016/2017 15 Maret 2017 Kuliah yang Lalu 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kurva di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah

Tinjauan Mata Kuliah i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Kalkulus 1 diperuntukkan bagi mahasiswa yang mempelajari matematika baik untuk mengajar bidang matematika di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah

Lebih terperinci

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n 1. FUNGSI DUA PEUBAH ATAU LEBIH fungsi bernilai riil dari peubah riil, fungsi bernilai vektor dari peubah riil Fungsi bernilai riil dari dua peubah riil yakni, fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini menjelaskan tentang teori-teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan selanjutnya yaitu sistem persamaan linear sistem persamaan linear kompleks dekomposisi Doolittle

Lebih terperinci

22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA)

22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA) 22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA) NO. 1. Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkarannya, menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk serta menggunakan prinsip logika matematika dalam pemecahan

Lebih terperinci

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran

Rencana Pembelajaran Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan nilai turunan suatu fungsi di suatu titik ) Menentukan nilai koefisien fungsi sehingga

Lebih terperinci

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG 1. KOORDINAT CARTESIUS DALAM RUANG DIMENSI TIGA SISTEM TANGAN KANAN SISTEM TANGAN KIRI RUMUS JARAK,,,, 16 Contoh : Carilah jarak antara titik,, dan,,. Solusi :, Persamaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Differential Equation Fungsi mendeskripsikan bahwa nilai variabel y ditentukan oleh nilai variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi

Lebih terperinci

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50

TURUNAN. Bogor, Departemen Matematika FMIPA-IPB. (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, / 50 TURUNAN Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Kalkulus: Turunan Bogor, 2012 1 / 50 Topik Bahasan 1 Pendahuluan 2 Turunan Fungsi 3 Tafsiran Lain Turunan 4 Kaitan

Lebih terperinci

BAB I SISTEM BILANGAN REAL

BAB I SISTEM BILANGAN REAL BAB I SISTEM BILANGAN REAL A. Sistem Bilangan Real Sistem bilangan real sangat erat kaitannya dengan kalkulus. Sebagian dari kalkulus berdasar pada sifat-sifat sistem bilangan real, sehingga sistem bilangan

Lebih terperinci

OTORISASI Pengembang RP Koordinator RMK Koordinator PRODI Moh. Januar Ismail B., S.Si., M.Si. Moh. Januar Ismail B., S.Si., M.Si.

OTORISASI Pengembang RP Koordinator RMK Koordinator PRODI Moh. Januar Ismail B., S.Si., M.Si. Moh. Januar Ismail B., S.Si., M.Si. INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN JURUSAN MATEMATIKA DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDI MATEMATIKA SILABUS MATA KULIAH KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan Fungsi Peubah Kompleks MA 1222 Analisis

Lebih terperinci

FUNGSI KOMPLEKS TRANSFORMASI PANGKAT. Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fungsi Kompleks. yang diampuh Oleh Ibu Indriati N.H.

FUNGSI KOMPLEKS TRANSFORMASI PANGKAT. Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fungsi Kompleks. yang diampuh Oleh Ibu Indriati N.H. FUNGSI KOMPLEKS TRANSFORMASI PANGKAT Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fungsi Kompleks yang diampuh Oleh Ibu Indriati N.H Kelompok 6:. Amalia Ananingtyas (309324753) 2. Pratiwi Dwi Warih S (3093247506)

Lebih terperinci

DIKTAT ANALISA KOMPLEKS. BINTI ANISAUL K, M.Pd.

DIKTAT ANALISA KOMPLEKS. BINTI ANISAUL K, M.Pd. DIKTAT ANALISA KOMPLEKS BINTI ANISAUL K, M.Pd. BAB I BILANGAN KOMPLEKS Sistem bilangan ang sudah dikenal sebelumna aitu sistem bilangan real, tetapi sistem bilangan real ternata masih belum cukup untuk

Lebih terperinci

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4)

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4) BILANGAN KOMPLEKS A. Pengertian Bilangan Kompleks Himpunan bilangan yang terbesar di dalam matematika adalah himpunan bilangan komleks. Himpunan bilangan riil yang kita pakai sehari-hari merupakan himpunan

Lebih terperinci

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR)

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) Teorema nilai rata-rata menghubungkan nilai suatu fungsi dengan nilai derivatifnya (turunannya), dimana TNR merupakan salah satu bagian penting dalam kuliah analisis

Lebih terperinci

MATEMATIKA KIMIA Sistem Koordinat

MATEMATIKA KIMIA Sistem Koordinat Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) MATEMATIKA KIMIA Sistem Koordinat Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia i Fisika, ik Jurusan Kimia i Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

KALKULUS INTEGRAL 2013

KALKULUS INTEGRAL 2013 KALKULUS INTEGRAL 0 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATA KULIAH Isi pokok mata kuliah ini memuat pemahaman tentang: () Anti turunan: pengertian anti turunan, teorema-teorema, dan teknik anti turunan, () Integral

Lebih terperinci

Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika PENGANTAR KALKULUS Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 004 di PPPG Matematika Oleh: Drs. SETIAWAN, M. Pd. Widyaiswara PPPG Matematika Yogyakarta

Lebih terperinci

FUNGSI DAN LIMIT FUNGSI

FUNGSI DAN LIMIT FUNGSI 2 FUNGSI DAN LIMIT FUNGSI 2.1 Fungsi dan Grafiknya Definisi Sebuah fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang memasangkan setiap x anggota A dengan tepat satu y anggota B. A disebut

Lebih terperinci

Fungsi Gamma. Pengantar Matematika Teknik Kimia. Muthia Elma

Fungsi Gamma. Pengantar Matematika Teknik Kimia. Muthia Elma Fungsi Gamma Pengantar Matematika Teknik Kimia Muthia Elma Fungsi Gamma Defenisi Merupakan salah satu fungsi khusus yang biasanya disajikan dalam pembahasan kalkulus tingkat lanjut Dalam aplikasinya fungsi

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA 3.1 Deskripsi Masalah Permasalahan yang dibahas di dalam Tugas Akhir ini adalah mengenai aliran fluida yang mengalir keluar melalui sebuah celah

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI MODUL MATEMATIKA II Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI DEPARTEMEN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL KATA PENGANTAR Puji sukur kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV Mata Kuliah Wajib 2 sks untuk mahasiswa Program Studi Matematika Oleh Dr. WURYANSARI MUHARINI KUSUMAWINAHYU, M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL DAFTAR ISI 1 SISTEM BILANGAN REAL 1 1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real..................... 1 1.2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6 1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real............

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Turunan Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah asalkan limit ini ada. Jika limit ini memang ada, maka dikatakan

Lebih terperinci

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use

Open Source. Not For Commercial Use Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Limit dan Kekontinuan Misalkan z = f(, y) fungsi dua peubah dan (a, b) R 2. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk mengamati

Lebih terperinci