σ = i,j,kl = 1,2,3 (2.1) BAB II TEORI DASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "σ = i,j,kl = 1,2,3 (2.1) BAB II TEORI DASAR"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR Pada bab ini aan dibahas mengenai eori dasar penjalaran gelombang seismi dimana penjalarannya dibaasi oleh medim yang di lewainya. Penjelasan mengenai eori aan dimlai dengan hm Hooe emdian dilanjan dengan persamaan geraan yang merpaan persamaan fndamenal dalam meoda seismi. II.1 Hm Hooe s Pada dasarnya penjalaran gelombang diaibaan dari pergeraan pariel medim yang dipic oleh energi yang di lepasan oleh smber. Pergeraan pariel erseb saling berhbngan dengan pariel di seiarnya sehingga mengaibaan adanya sa penjalaran. Pada ondisi ini berla sa hbngan anara eanan (sress) dan regangan (srain) yang dialami medim eseb. Penjalaran gelombang seismi mengasmsian bahwa maerial bmi bersifa elasis pada inga eren. Oleh arena i inga eelasisan sa maerial menenan bagaimana perila pergeraan gelombang eseb. Keia sa maerial dienai sa sress aa eanan maa sa medim erseb meresponnya berpa srain aa regangan (perbahan dalam ben olme aa ben). Bila medimnya berpa medim elasi maa seelah sress erseb dihilangan olm dan ben medim erseb embali lagi e ondisi awal. Hbngan anara sress dan srain adi diformlasian dalam hm Hooe. Hm Hooe beerja dengan asmsi deformasi yang erjadi sanga ecil dengan medim linier anisoropi elasi. Persamaan erseb adalah sbb : i,j,l 1,2,3 (2.1) C lε l dimana adalah omponen ensor sress ε l adalah omponen ensor srain. C l dinamaan ensor siffness, ensor elasi, aa onsana penghbng anara sress dan srain. Tensor Cl mengandng onsana elasi dan menjelasan sifa maerial dari sa medim. 5

2 II.2 Hbngan Empiri anara Srain dan Displacemen Hbngan anara srain (ε ) dan displacemen () adalah sbb : ε l 1 2 χ l χ1 (2.2) Tensor C l pada dasarnya memilii ensor orde empa dan memilii 81 omponen. Karena sress dan srain memilii ensor yang simeri ( maa C C jil dan ε l ε l, maa C l C l ) dan beraian dengan injaan ermodinami, jmlah omponen ensor elasi yang bebas berrang menjadi 21. Maerial yang memilii ensor elasi seperi ini dinamaan rilini. ji Maerial elasi isoropi merpaan jenis maerial yang hanya memilii 2 parameer bebas saja. Komponen ensor elasi dinjan oleh parameer elasi yai λ dan μ (yang dienal dengan parameer lame). Parameer μ (m) bila seara fisi dapa ia arian sebagai emampan sa maerial n menahan gaya secara laeral aa dari arah samping, semain ecil nilai μ erseb berari semain lemah emampan menahan gaya erseb. Sepei n ass air nilainya 0, sedangan λ ida memilii ari secara fisi eapi merpaan onsana dalam persamaan anara modls bl (K) dan μ. Siffness Tensor C l n medim elasi isoropi adalah : Cl l ( δ δ δ δ ) λδ δ μ (2.3) i jl il j ε adalah ensor srain, ji adalah ensor sress, ε ll adalah olmeri srain (dmlahan berali-ali) dan δ adalah simbol Kronecer yang bernilai 0 bila i j dan bernilai 1 bila i j, Hm Hooe n maerial isoropi, liniear elasi adalah : λδ ε 2με (2.4) ll 6

3 II.3 Persamaan Geraan Persamaan maemais yang dignaan n menggambaran pergeraan pariel ini berasal dari persamaan elasodinami yai sbb : f ρ f ρ ( ) λ μ λ 2 (2.5) ( ) λ μ λ 2 μ Pada persamaan ini ( merpaan eor perpindahan dan ( ) ),,, merpaan ensor sress, (, ) ρ merpaan densias, dan ( ), λ dan ( ), μ merpaan onsana lame. Sisem erseb di ransformasian edalam sysem hiperboli orde perama : b b ( ) λ μ λ 2 ( ) λ μ λ 2 (2.6) μ Pada persamaan ini merpaan eor ecepaan. (, ) ( ) b, merpaan boyancy aa ebalian dari densias. 7

4 II.4 Percobaan Awal Model Da Lapis Pada sb bab ini aan dilaan ji coba ehadap peranga lna yang dignaan yai A2D dan Ela2D dengan menggnaan model lapisan yang sederhana yai conoh 2 lapis. A2d sendiri dirilis oleh Dr. Joachim Fal pada blan Sepember ahn 1996, sedangan Ela2d dirilis oleh pada blan Noember ahn A2d pada dasarnya menghing perambaan gelombang dengan memecahan persamaan gelombang menggnaan eni beda hingga (finie difference). A2d memerlan inp berpa model ecepaan yai gelombang P, dimensi media, jenis smber dan waele, lea smber dan receier. Sedangan hasil elarannya berpa reaman seisminya aa seismogram dan snapsho perambaan gelombang per wa rambaan eren. Perbedaan anara peranga lna A2D dan ELa2D adalah pada asmsi ondisi medim yang dignaan. Un A2D ondisi medianya adalah asi sehingga inp model ecepaan yang dignaan adalah gelombang P saja. Ela2D mengambil asmsi bahwa medianya bersifa elasi sehingga dibhan jga inp ecepaan gelombang S dan model densiasnya. Hasil yang didapaan dari pemodelan asi dan elasi adalah sinei seismogram dan snapsho penjalaran gelombang. Pemodelan yang dilaan pada program Ela2d mebhan file inp berpa model ecepaan lapisan dan densias. Kecepaan lapisan erseb erdiri dari ecepaan gelombang P dan gelombang S dimana hbngan edanya memaai asmsi medim ondisi poisson s solid. Hbngan ecepaan gelombang P dan S pada ondisi erseb diformlasian dalam persamaan 2.8 beri ini : 1 V s 3 Vp (2.8) Keia ia aan melaan pemodelan gelombang ada beberapa syara-syara yang hars diperhaian yai : Sabilias dan rieria dispersi Keia melaan simlasi dengan solsi nmeri dari persamaan gelombang elasi, maa sabilias dan rieria dispersi nmeri harslah dipenhi n mendapaan hasil model yang bai. Krieria sabilias dibhan agar simlasi yang dilaan sabil. Arinya bila ada perambahan nilai inp awal pada program sedii 8

5 saja maa hasil ahirnya berbeda sedii jga. Krieria beraian dengan disriisasi wa aa sampling rae yang berla sbb (Fal,1996) : G d ma * 2 2 ma d d (2.9) ma adalah ecepaan masimm, dan G 2.0 n ime sepping orde 2 G 3.46 n ime sepping orde 4 d jara anar grid di dalam smb dy jara anar grid di dalam smb y Krieria Dispersi Nmeri Dispersi nmeri adalah rieria selanjnya yang hars dienan sebelm menjalanan sa program simlasi. Dispersi menyebaban omponen freensi yang berbeda menjalar pada ecepaan yang berbeda melali grid. Hal ini berhbngan dengan berapa baas freensi (fmas) yang dignaan dalam simlasi penjalaran gelombang elasi. Jia rieria dispersi ida dipenhi, dispersi nmeri dapa mncl. Secara empiris dispersi dapa dibaasi dengan mengonrol nilai freensi masimal dimana hbngannya secara empiris adalah sbb (Leander,1988): min f mas, (2.10) g. d dimana min adalah nilai ecepaan minimm (gelombang S) dalam model, d adalah jara spasi anar grid, g adalah onsana yang mennjan jmlah ii dalam waelengh yang aan diompasian. Nilai onsana g yang dignaan pada peranga lna Ela2D dan A2D sebesar 5. Penenan Smber Sesaa sebelm smber gelombang seismic diaifan (pada 0), nilai pergeraan dan ecepaan dari pariel-pariel dalam medim bernilai nol, pada saa smber seismi di aifan smber erseb melepasan sress e sema arah sehingga mengaibaan pariel-pariel medim bergera dan menimblan gelombang. Smber dapa ia lis sebagai momen ensor densias yang merpaan ensor yang simeri dan memilii saan N/m 2. Pada ass sa sesar dengan arah slip i dan sesar normal n, densias momen ensornya adalah m μ ( n n ), (2.11) i i i m i 9

6 Dimana μ merpaan modls shear. Bila momem ensor dialian dengan smber dengan area A dan sejmlah slip D, maa didapa: Momen seismi dapa didefinisian sebagai i ( n ) M μ AD n (2.12) i i M O μad, (2.13) Maa momen ensor dapa dilis sebagai M M ( n n ), (2.14) i O i Tipe smber yang di paai dalam pemodelan gelombang ini adalah ipe smber esplosif dimana smber ipe ini hanya menghasilan sa jenis smber yai gelombang ompresi (P), anpa adanya gelombang shear (S). Momen ensor densias dari smber ipe ini secara mari dapa di lisan sebagai beri m i ( ) 0 0 () i (2.15) Karaerisi smber secara isal dapa diliha pada Gambar 2.1 Smber yang dignaan adalah ipe esplosif. Smber ipe esplosif hanya menghasilan gelombang P saja. Selain i, smber ipe ini memilii da bah smber sress ama yai arah horional dan erial. Dari Gambar 2.1 erdapa perbedaan hasil snapsho n medim elasi dan asi. Snapsho pada gelombang elasi memilii da jenis snapsho yai snapsho pada arah horional (X) dan arah erial (Z). Arah ini mennjan pergeraan pariel di dalam medim. Jadi diibaraan seiap ii pada medim erseb erdapa geophone yang dapa mendeesi arah pergeraan pariel secara erial (Z) dan horional (X). Pada snapsho erial (Z) nilai pergeraan pariel erseb aan masimm pada aimh 0º dan 180 sesai yang dinjan pada hodogram gelombang P. Pada snapsho horional (X) nilai arah pergeraan pariel aan masmm pada aimh 90º dan 270 sesai dengan hodogram gelombang P nya. Pada pemodelan asi ampilan snapsho penjalaran gelombang dinjan dalam arah radial dimana arah erseb merpaan ransformasi oordina dari omponen X dan Z. Hbngan arah omponen radial (R) dengan omponen X dan Z dinjan lewa persamaan 2.16 R sin θ y cos θ (2.16) θ mennjan sd yang diben anara garis yang menghbngan ii geophone dan ii smber pengamaan, dengan smb horional (X) 10

7 Tipe Smber Simbol Sress Snapsho pada medim elasi isoropi ( Vp3000 m/s, Vs1700 m/s rho2700 g/m 3 ) Smber τ τ Snapsho Snapsho esplosif Komponen Horional (X) Komponen Verial (Z) Snapsho pada medim asi isoropi ( Vp 3000 m/s ) Snapsho Komponen Radial (R) Hodogram Hodogram Hodogram Hodogram Hodogram Hodogram Gel P Gel S Gel P Gel S Gel P Gel S Gambar 2.1: Diagram yang mennjan araer smber esplosif besera snapsho penjalaran gelombang pada medim asi dan elasi 11

8 II.4.1 Persiapan Pembaan Model Da Lapis Asi dan Elasi Isoropi Pada dasarnya n memba sa simlasi gelombang maa dibhan iga jenis file inp, bai i n program Ela2d mapn A2D. Inp yang perama yang dibhan n melaan pemodelan gelombang ini adalah model ecepaan lapisan. Model ecepaan lapisan erseb harslah berpa file biner hasil esesi sa program. Pada dasarnya file biner erseb berisi diriisasi sa medim. Medim erseb dibagi-bagi edalam jmlah grid eren sehingga medim erseb erdiri dari sa bagian-bagian ecil. Dalam bagian ecil erseb erdiri dari nilai nilai parameer ecepaan lapisan. Pada program Ela2D parameer lapisan yang dibhan berpa ecepaan gelombang P, gelombang S, dan densias. Pada program A2D parameer yang dibhan adalah gelombang P saja. Un memba maris model ecepaan erseb bisa dilaan dengan da cara yai dengan menggnaan bahasa pemograman misalnya Forran aapn dengan banan program lain semisal program Seismic Uni. Visalisasi model ecepaan lapisan dapa di liha dengan menginpan file biner lapisan ecepaan model erseb menggnaan program simage didalam Seismic Uni seperi pada Gambar 2.2 dan 2.3. Gambar 2.2: Model da lapis pada medim asi isropi Gambar 2.3: Model da lapis pada medim elasi isoropi 12

9 File inp lain yang dibhan n menjalanan program Ela2d mapn A2D adalah file bernama grid.param. File erseb berisi informasi mengenai jmlah grid bai n smb X dan smb Z. Selain jmlah grid erdapa jga informasi mengenai lebar anar grid. File ini erdapa sa pae dengan program Ela2d dan A2d. File yang erahir adalah file yang berisian informasi mengenai parameer simlasi gelombang. Pada program Ela2d file ini bernama ela2d.in sedangan pada A2d bernama a2d.in. File erseb berisi nilai sampling wa, freensi yang dignaan, ipe waele, ipe smber, dan loasi ii smber dan geophone. Hal pening yang hars diperhaian didalam file inp erseb adalah menenan nilai d aa sampling wa dan freensi. Nilai ime sep harslah memenhi persamaan 2.9 di aas. Sedangan n menenan freensi harslah sesai dengan persamaan 2.10 di aas. Parameer simlasi penjalaran gelombang pada model da lapisan ini menggnaan nilai sampling wa s dan freensi 25 H. Nilai ecepaan lapisan dapa diliha pada Gambar 2.2 dan 2.3. II.4.2 Hasil Kelaran Percobaan Awal Model Da Lapis Seelah program A2d aa Ela2d dalanan maa dihasilan iga jenis file op. File erseb berisi snapsho simlasi penjalaran gelombang, sinei seismogram, dan waele yang dignaan. Snapsho erseb merpaan solsi dari persamaan elasodinami yang ida onsan dari wa e wa. Sedangan sinei seismogram merpaan prod samping (by prodc) dari solsi persamaan elasodinami erseb. Dari snaphsho erseb maa ia dapa meliha penjalaran gelombang dalam model yang ia ba sera een een gelombang yang mncl. Gambar 2.4: Tipe waele pada model da lapis medim asi dan elasi isoropi 13

10 Gambar 2.5: Sperm smber model da lapis Tipe waele yang dignaan dalam simlasi penjalaran gelombang adalah waele Ricer arena cp jelas memberian een-een gelombang bai pada snapsho mapn sinei seismogram. Salah sa hasil op dari program Ela2d dan A2d adalah waele.h. File erseb merpaan jenis file biner yang berisi informasi waele. Un meliha gambar waele yang dignaan dalam simlasi penjalaran gelombang mapn sinei seismogram, maa ia dapa menginpan file erseb edalam program swigb dalam Seimic Uni. Hasilnya dapa diliha pada Gambar 2.4. Gambar 2.5 merpaan sperm smber yang dignaan pada simlasi gelombang model da lapisan. Sperm smber erseb merpaan hasil ransformasi Forier dari waele. Transformasi Forier dilaan n meliha sperm smber apaah sesai dengan inp freensi smber yang dimasan. Dari hasil sperm smber dapa dieahi bahwa freensi engah aa dominan yang dipaai pada percobaan ali ini berada pada isaran 25 H. Hal ini sesai dengan syara baas pada persamaan 2.10 dan sesai dengan nilai yang dimasan pada parameer asisi. Nilai sampling ineral adalah s sesai dengan syara baas yang dienan pada pers 2.9. Posisi smber yang dignaan pada simlasi gelombang model da lapisan ini berada pada oordina X1000 m dan Z 200 m sedangan geophone yang dignaan dalam simlasi penjalaran gelombang ini berjmlah 100 bah dengan jara anar geophone berisar seiar 50 m. Posisi smber geophone berada pada edalaman 50 m dengan posisi geophone yang erdea berada pada jara 20 m pada smb X. Dari simlasi penjalaran gelombang model da lapis medim asi isoropi didapa snapsho gelombang omponen radialnya seperi erliha pada Gambar 2.6 a dan 2.6 b. 14

11 Sedangan n medim elasi erdapa snapsho omponen erial (Z) seperi pa da Gambar 2.6 c dan 2.6 d. Selain i jga erdapa snapsho omponen horional (X) seperi pada Gambar 2.6 e dan 2.6 f. Snapsho Asi Model Da Lapis a. b. Snapsho Elasi Model Da Lapis arah Z c Snapsho Elasi Model Da Lapis arah X d e f Gambar 2.6: Snapsho penjalaran gelombang model da lapis medim asi dan elasi isoropi (a) medim asi 0.25, (b) medim asi 0.5 s, (c) medim elasi Z 0.25 s, (d) medim elasi Z 0.5 s, (e) medim elasi X 0.25 s, (f) medim elasi X 0.5 s Dari snapsho penjalaran gelombang medim asi pada 0.25 s (Gambar 2.6 a) erjadi gelombang reflesi P (dinjan dengan hrf B) yang diaibaan adanya baas lapisan 1 dan 2 selain i jga erdapa gelombang ransmisi P (dinjan oleh C) yang di ersan e lapisan 2. Perbedaan anara snapsho gelombang pada medim asi dengan elasi dapa diliha pada snapsho elasi Z pada 0.25 s (Gambar 2.6 c) dimana selain erdapa gelombang reflesi P (dinjan oleh B) jga erdapa gelombang onersi reflesi S (dinjan oleh J). Begi jga dengan gelombang ransmisi, dapa diliha erdapa gelombang ransmisi onersi S (dinjan oleh K) 15

12 walapn rang erliha arena pada snapsho elasi Z arena hanya meneanan pada pergeraan pariel arah erial saja. Pada snapsho medim elasi X (Gambar 2.6 e) dapa diliha bahwa gelombang reflesi onersi S mapn gelombang ransmisi onersi S dapa erliha secara jelas. Selain dari een gelombanggelombang yang di seb di aas, erdapa jga gelombang lain yai gelombang reflesi dari permaan (dinjan oleh D) bai pada snapsho asi mapn elasi. Hal ini diaibaan dari peleaan smber pada edalaman 200 m sehingga mengaibaan panlan dari permaan. Een gelombang arefa jga mncl pada snapsho penjalaan gelombang. Een gelombang arefa adalah een yang ida diharapan mncl arena ida berhbngan dengan model geologi yang diba misalnya saja gelombang panlan dari baas samping model. Pada snapsho asi (Gambar 2.6 b) dinjan dengan hrf G dan H. Sedangan pada snapsho elasi dinjan dengan hrf R. (a) (b) (c) Gambar 2.7: Sinei seismogram (a) model asi (b) model elasi arah Z (c) model elasi arah X 16

13 Dari hasil sinei seismogram dapa ia liha bahwa pada sinei seismogram model asi (Gambar 2.7 a) ida erdapa gelombang reflesi onersi S sedangan pada sinei seismogram model elasi Z (Gambar 2.7 b) dapa di liha adanya gelombang reflesi onersi S secara jelas. Begi jga pada model elasi X gelombang P dan reflesi onersi S dapa erliha secara jelas. Selain dari een - een gelombang di aas erdapa jga een gelombang arefa yang merpaan panlan dari baas model. Gelombang arefa erseb merpaan gelombang yang ida diharapan dalam simlasi penjalaran gelombang. Pada sinei seismogram Gambar 2.7 a dan 2.7 b dapa diliha adanya een gelombang arefa dari baas samping model. 17

BAB II PENGENDALI DIGITAL

BAB II PENGENDALI DIGITAL BAB II ENGENDALI DIGIAL ada bab ini akan dibahas enang dasar-dasar pengendali ID. Selanjnya dibahas enang penrnan persamaan diskri pengendali ID yang menjadi dasar perancangan pengendali digial. ada bagian

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI MODEL

BAB IV SIMULASI MODEL 21 BAB IV SIMULASI MODEL Pada bagian ini aan diunjuan simulasi model melalui pendeaan numeri dengan menggunaan ala banu peranga luna Mahemaica. Oleh arena iu dienuan nilai-nilai parameer seperi yang disajian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ρw z. Gambar 1 Elemen luas fluida dalam dua dimensi.

TINJAUAN PUSTAKA. ρw z. Gambar 1 Elemen luas fluida dalam dua dimensi. 3 II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dibahas penrnan persamaan dasar flida ideal yang disarikan dari psaka (Doglas 2001) dan konsep dere Forier disarikan dari psaka (Ross 1984) 2.1 Persamaan Dasar

Lebih terperinci

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS [Balok Elasis Khss] X. BALOK ELASTS KHUSUS.. Balok Berpenampang Simeris Jika beban ransversal ang menghasilkan lengkngan (bending) dikenakan pada balok ang penampangna simeris maka idak menghasilkan orsi

Lebih terperinci

DETEKSI GANGGUAN KONDUKSI PANAS PADA BATANG LOGAM MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER

DETEKSI GANGGUAN KONDUKSI PANAS PADA BATANG LOGAM MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER DETEKSI GANGGAN KONDKSI PANAS PADA BATANG OGA ENGGNAKAN ETODE ENSEBE KAAN FITER Oleh : Wiwid Sofiyani Bdiono 6 Dosen Pembimbing : Dr. Erna Ariliani.Si Jrsan aemaia Falas aemaia dan Ilm Pengeahan Alam Insi

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. 2 2x. K dy dx dy dx, (3.2) h2 2 ( x) P g y dydx g y dydx

III PEMBAHASAN. 2 2x. K dy dx dy dx, (3.2) h2 2 ( x) P g y dydx g y dydx III PEMBAHASAN Pada peeliia ii aa dibaas formlasi Hamiloia bai era elomba ierfacial Pembaasa dibai dalam da ass yai ass perama dea baas aas berpa permaa raa da ass eda dea baas aas berpa permaa bebas Hamiloia

Lebih terperinci

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x III PEMODELAN Model Perumbuan Koninu Terbaasnya sumber-sumber penyoong (ruang, air, maanan, dll) menyebaban populasi dibaasi ole suau daya duung lingungan Perumbuan populasi lamba laun aan menurun dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New DAFTAR PUSTAKA 1. Brger H.R.. Eploraion Geophsics of he Shallo Sbsrface. Ne Jerse : Prenice Hall Inc199.. Boas M.L. Mahemaical Mehods in The Phsical Sciences Wile 1983. 3. Fergson R.J. and Margrae G.F.

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH KINETIK REKSI HOMOGEN SISTEM BTH SISTEM REKTOR BTH OLUME TETP REKSI SEDERHN (SERH/IREERSIBEL Beberapa sisem reasi sederhana yang disajian di sini: Reasi ireversibel unimoleuler berorde-sau Reasi ireversibel

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Aljabar Linear Elementer MA SKS Silabs : Bab I Matris dan Operasinya Bab II Determinan Matris Bab III Sistem Persamaan Linear Bab IV Vetor di Bidang dan di Rang Bab V Rang Vetor Bab VI Rang Hasil Kali

Lebih terperinci

KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER. Tri Handhika dan Murni

KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER. Tri Handhika dan Murni KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Tri Handhika dan Mrni Program Magiser Maemaika, Deparemen Maemaika, Universias Indonesia, Depok ri.handhika@i.ac.id ; mrni@i.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

V dinamakan ruang vektor jika terpenuhi aksioma : 1. V tertutup terhadap operasi penjumlahan

V dinamakan ruang vektor jika terpenuhi aksioma : 1. V tertutup terhadap operasi penjumlahan RUANG VEKTOR Rang Vetor Umm Misalan dan, l Riil V dinamaan rang vetor jia terpenhi asioma :. V terttp terhadap operasi penjmlahan.., Unt setiap v v v, w V, v V v w v w maa v V. Terdapat V sehingga nt setiap

Lebih terperinci

Catatan Fisika Einstein cs 1

Catatan Fisika Einstein cs 1 Caaan Fisika Einsein cs 1 1 SATUAN DAN DIMENSI SATUAN Pengkran adalah sa proses pembandingan sesa dengan sesa yang lain yang dianggap sebagai paokan (sandar) yang diseb saan. Saan yang sanga mendasar diseb

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. menyatakan koordinat horizontal, koordinat vertikal, dan waktu. dan hukum kekekalan momentum memberikan persamaan Euler berikut

II LANDASAN TEORI. menyatakan koordinat horizontal, koordinat vertikal, dan waktu. dan hukum kekekalan momentum memberikan persamaan Euler berikut II LANDASAN EORI Paa bagian ini akan iraikan beberapa konsep ang menasari peneliian ini. Konsep inamika flia akan isajikan ari psaka [5] an [] seangkan eori sisem amilonian irangkm ari psaka [7] an [8]..

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM LINEAR SINGULAR PADA RANGKAIAN RLC SEDERHANA

ANALISIS SISTEM LINEAR SINGULAR PADA RANGKAIAN RLC SEDERHANA Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode SSN: 979-9X Yogyakara, 3 November ANASS SSTEM NEA SNGUA PADA ANGKAAN SEDEHANA Kris Sryowai Jrsan Maemaika, Faklas Sains Terapan, ST

Lebih terperinci

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA 5. Pendahuluan Keia memodelan sisem fisis, ia enu harus mulai dengan pengeahuan mengenai fisia. Dalam bab ini ia aan merangum hubungan hubungan paling umum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem assembly line. PLC digunakan di berbagai industri dan mesin pengemasan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem assembly line. PLC digunakan di berbagai industri dan mesin pengemasan dan BAB I PENDAHULUAN.. Laar Belakang Masalah Prgrammable Lgic Cnrller () merpakan sa kmper digial yang dignakan nk masi dari prses-prses elekrmagneik. Seperi pengnrlan mes pada sisem assembly le. dignakan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB XV DIFERENSIAL (Turunan)

BAB XV DIFERENSIAL (Turunan) BAB XV DIFERENSIAL (Trnan) 7. y co y ' - cosec. y sec y ' sec an 9. y cosec y ' - cosec coan Jika y f(), maka rnan peramanya dinoasikan dy dengan y f ' () d dy Lim f ( + h) f ( ) dengan d h 0 h Penggnaan

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER

KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Mahemaical Science KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Tri Handhika dan Mrni Program Magiser Maemaika, Deparemen Maemaika, Universias Indonesia, Depok ri.handhika@i.ac.id ; mrni@i.ac.id

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Bab 3. Migrasi Data Seismik. Migrasi dilakukan untuk memindahkan posisi reflektor yang terlihat pada

Bab 3. Migrasi Data Seismik. Migrasi dilakukan untuk memindahkan posisi reflektor yang terlihat pada Bab 3 Migrasi Daa Seismik Migrasi ilakukan unuk meminahkan posisi reflekor yang erliha paa rekaman aa seismik menjai posisi yang sebenarnya sesuai engan posisi i bawah permukaan. Unuk srukur geologi yang

Lebih terperinci

Pada gambar 5.1 trayek

Pada gambar 5.1 trayek Mingg ke V DEFINISI JALUR, LINTASAN, DAN SIRKUIT GRAF. Sa raek ang sema sisina berbeda diseb jalr (rail). Sedangkan sa jalr ang sema simplna berbeda diseb linasan (pah). Sa raek, jalr, aa linasan diseb

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik Transpor Poluan Persamaan Konveksi Difusi Penelesaian Analiik Referensi Graf and Alinakar, 1998, Fluvial Hdraulis: Chaper 8, pp. 517-609, J. Wile and Sons, Ld., Susse, England. Teknik Sungai Transpor Poluan

Lebih terperinci

PREMI UNTUK ASURANSI JIWA BERJANGKA PADA KASUS MULTISTATE

PREMI UNTUK ASURANSI JIWA BERJANGKA PADA KASUS MULTISTATE REMI UNUK ASURANSI JIWA BERJANGKA ADA KASUS MULISAE S Aminah 1*, Hasriai 2, Johannes Kho 2 1 Mahasiswa rogram S1 Maemaika 2 Dosen Jrsan Maemaika Faklas Maemaika dan Ilm engeahan Alam Universias Ria Kamps

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini aan diemuaan beberapa onsep dasar yang beraian dengan analisis runun wau, dianaranya onsep enang esasioneran, fungsi auoorelasi dan fungsi auoorelasi parsial, macam-macam

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, APLIKASI PERSAMAAN BESSEL ORDE NOL PADA PERSAMAAN PANAS DUA DIMENSI. Annisa Eki Mulyati 1 & Sugiyanto 2

FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, APLIKASI PERSAMAAN BESSEL ORDE NOL PADA PERSAMAAN PANAS DUA DIMENSI. Annisa Eki Mulyati 1 & Sugiyanto 2 FOURIER Otober 03, Vol., No., 38 50 APLIKASI PERSAMAAN BESSEL ORDE NOL PADA PERSAMAAN PANAS DUA DIMENSI Annisa Ei Mlyati & Sgiyanto, Program Stdi Matematia Faltas Sains dan Tenologi UIN Snan Kalijaga Yogyaarta

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Solusi Eksak Persamaan Boltzman dengan Nilai Awal Bobylev Misalkan dipilih nilai awal Bobylev berikut:

PEMBAHASAN. Solusi Eksak Persamaan Boltzman dengan Nilai Awal Bobylev Misalkan dipilih nilai awal Bobylev berikut: PEMBAHASAN Paa karya ilmiah ini persamaan Bolzmann yang akan icari solusinya aalah persamaan Bolzmann spasial homogen yaiu persamaan Bolzmann engan x bernilai nol iuliskan: S cos [ ] e. g θ 4 uas kiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN EORI.. Dasar Dari ransfer Panas Ilmu pengeahuan ermodinamia ang berhubungan dengan jumlah ransfer panas sebagai suau sisem ang menjalanan suau proses dari sau ii sabil e ii sabil lainna, dimana

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI

PENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI Modl 4 ENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI Unk dapa melakkan inerpreasi, maka daa hasil pengkran lapangan perl diolah. engolahan daa graviasi adalah nk mencari perbedaan harga graviasi dari sa iik ke iik yang

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ

MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ Tjan Insrksional Umm : Agar mahasiswa dapa memahami mengenai Konsekensi Transformasi Lorenz Tjan Insrksional Khss : Dapa menjelaskan enang pemaian

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLUSI GELOMBANG JALAN MODEL KUASILINER DISSIPATIF DUA KANAL

EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLUSI GELOMBANG JALAN MODEL KUASILINER DISSIPATIF DUA KANAL EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLSI GELOMBANG JALAN MODEL KASILINER DISSIATIF DA KANAL SMARDI Jrsan Maemaika niersias Gadjah Mada mas_mardi@yahoo.com SOEARNA DARMAWIJAYA Jrsan Maemaika niersias Gadjah Mada

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AKUSTIK DUA DIMENSI

SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AKUSTIK DUA DIMENSI Jrnal Maemaika Mrni dan Terapan Vol. 5 No. Desember 0: 3-39 SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AUSTI DUA DIMENSI Mohammad Mahfzh Shiddiq ABSTRACT Aosi wave eqaion wih Dirihle and Nemann bondar ondiions

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Vol. 7. No. 3, 36-44, Desember 004, ISSN : 1410-8518 UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Budi Warsio, Dwi Ispriyani Jurusan Maemaia FMIPA Universias Diponegoro Absra Tulisan ini membahas

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012 InfiniyJurnal Ilmiah Program Sudi Maemaia STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, Sepember 2012 GRUP PERMUTASI SIKLIS DALAM PERMAINAN SUIT Oleh: Bagus Ardi Sapuro Jurusan Pendidian Maemaia, IKIP PGRI Semarang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI 4. ALIDITAS DA RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EALUASI Tujuan : Seelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu membua ala evaluasi bau unu program pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah ahap ahir dalam prosedur

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP)

BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP) BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP) Pendahlan Persamaan diferensial parsial memegang peranan pening di dalam penggambaran keadaan fisis, dimana besaran-besaran yang erliba didalamnya berbah erhadap

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Investasi

BAB II DASAR TEORI  2.1 Investasi A II DASAR EORI Sebelm melangkah lebih jah pada penenan porfolio opimal maka erlebih dahl dibahas mengenai pengerian invesasi pengerian porfolio lemma Io persamaan diferensial sokasik gerak rown bak proses

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN ALIRAN FLUIDA STREAMLINES DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

BAB III PEMODELAN ALIRAN FLUIDA STREAMLINES DI BAWAH PERMUKAAN BUMI BAB III PEMODELAN ALIRAN FLUIDA STREAMLINES DI BAWAH PERMUKAAN BUMI 3. Model Maemais Aliran Flida Model maemais aliran flida di baah ermkaan bmi dienarhi oleh ersamaan aliran flida ideal (ersamaan bernolli),

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 engerian Bejana Tekan Bejana ekan adalah abung aau angki yang digunakan unuk menyimpan media yang berekanan. Media yang disimpan dapa berupa za cair, uap, gas aau udara. Jika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi Saisika Maemaika II b Dian Kniai BAB II Meode Pembenkan Fngsi Disibsi Pada bab akan dibahas bebeapa meode alenaive nk menenkan fngsi disibsi dai pebah acak ba ang ebenk dai pebah acak ang lama. Dengan

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN BAB PENDAHUUAN. ATAR BEAKANG Seringali ara enelii aau saisiawan melauan enganalisaan erhada suau eadaan/masalah dimana eadaan yang dihadai adalah besarnya jumlah variabel samel yang diamai. Unu iu erlu

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II Teori Dasar lasisias Teori lasisias merupakan cabang ang sanga pening dari fisis maemais, ang mengkaji hubungan anara gaa, perpindahan, egangan dan regangan dalam sebuah benda

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar Dalam suatu kegiatan eksplorasi minyak bumi perangkap merupakan suatu hal yang sangat penting. Perangkap berfungsi untuk menjebak minyak bumi

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR Diajkan Sebagai Salah Sa Syara Unk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jrsan Maemaika Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

Ku + n = f (2.1) 1. PENDAHULUAN

Ku + n = f (2.1) 1. PENDAHULUAN PENERPN MEODE PRML DUL CVE SE UNUK NON NEGVE CONSRN OL VRON PD MSLH DEBLURRNG Riza Rediyanti Pratiwi Rlly Soelaiman icha@cs.its.ac.id rlly@is.its.ac.id Mahasiswi Jrsan eni nformatia S Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PELAT

BAB II TEORI DASAR PELAT II Teori Dasar lasisias Linier BAB II TORI DASAR PLAT Teori elasisias merupakan cabang ang sanga pening dari fisika sais, ang mengkaji hubungan anara gaa, perpindahan, egangan dan regangan dalam benda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar eori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaiu model regresi dua level, meode penaksiran maximum likelihood, mariks parisi, kronecker

Lebih terperinci

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1

SINYAL TEAM DOSEN. Signal&System Prodi Telekomunikasi Polsri 1 SINYAL TEAM DOSEN Prodi Telekomunikasi Polsri Ouline Definisi Sinyal & Sinyal dalam kehidupan kia Klasifikasi Sinyal Sinyal waku koninyu & Sinyal waku Diskre Sinyal Periodik & Aperiodik Sinyal Genap &

Lebih terperinci

Kinematika Relativistik

Kinematika Relativistik 3 Kinemaika Relaiisik Tujuan Perkuliahan: Seelah mempelajari Bab 3 ini mahasiswa diharapkan dapa:. Menjelaskan rumusan-rumusan prinsip relaiias khusus.. Memahami menurunkan ransformasi Lorenz dan ransformasi

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

Mengkonstruksi Model distribusi kontak pada Transmisi Penyebaran Virus pada 2 lokasi dengan strain yang berbeda

Mengkonstruksi Model distribusi kontak pada Transmisi Penyebaran Virus pada 2 lokasi dengan strain yang berbeda PODNG BN : Mengkonsruksi Model disribusi konak pada Transmisi Penebaran Virus pada lokasi dengan srain ang berbeda Hariano Basuki Widodo.Noman Budianara 3 C.A.Nidom 4. Mahemaics Deparemen of T and Docore

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas

Lebih terperinci