( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x"

Transkripsi

1 III PEMODELAN Model Perumbuan Koninu Terbaasnya sumber-sumber penyoong (ruang, air, maanan, dll) menyebaban populasi dibaasi ole suau daya duung lingungan Perumbuan populasi lamba laun aan menurun dan airnya aan bereni jia daya duung lingungan ercapai Model dari perumbuan populasi ersebu dapa diulisan sebagai beriu: d = r d K (3) dengan, d : laju perubaan populasi d eradap wau : jumla populasi suau spesies pada wau r > adala onsana inga perumbuan inrinsi K > adala daya duung lingungan (carrying capaciy) Model ini perama ali diusulan ole Veruls (838) yaiu seorang maemaiawan dari Belgia Veruls menyebu model ini dengan persamaan logisi yang menggambaran laju perubaan populasi suau spesies unggal dengan wau yang oninu (Hallam and Levin, 986) Persamaan Logisi Ta Oonom Sala sau benu variasi dari persamaan logisi () yaiu persamaan logisi a oonom, yang arinya secara esplisi variabel muncul dalam persamaan Modelnya adala sebagai beriu: d = r, d K dengan, d : laju perubaan populasi pada wau d > (32) ( ) : jumla populasi suau spesies pada wau > r( ) : inga perumbuan populasi pada wau K : daya duung lingungan yang merupaan fungsi oninu posiif (carrying capaciy) Model ini dinamaan persamaan logisi a oonom arena inga perumbuan K dan inrinsi ( r ), carrying capaciy jumla populasi ( ) merupaan suau fungsi yang erganung pada wau Hal ini erjadi disebaban arena adanya pengaru aunan yang mempengarui laju perubaan populasi ersebu Sala saunya yaiu adanya pengaru musim Model Perumbuan Disre Fenomena-fenomena perubaan populasi yang erjadi secara oninu dapa dimodelan e dalam suau persamaan diferensial yang dapa mempredisian laju perubaan populasi ersebu di masa yang aan daang Seperi pada model () Teapi, banya juga fenomena perubaan populasi yang erjadi secara disre Fenomena ini biasanya dimodelan e dalam suau persamaan beda Hal ini digambaran ole persamaan beriu: ( ) = I ( ( ) ), = τ, =,2, (33) ( τ ) ( τ) ( ( τ) ) = I, =,2, dengan, ( ) : perubaan populasi eradap wau I : operaor yang erbaas τ : wau e- IV ANALISIS MODEL Model (3) menggambaran laju perubaan populasi suau spesies unggal dengan wau yang oninu Ada beberapa omponen yang mempengarui laju perubaan populasi ersebu yaiu jumla populasi, inga perumbuan inrinsi ( r ) yang dipengarui ole inga elairan dan inga emaian, dan daya duung 4

2 lingungan ( K ) yang dipengarui ole sumber-sumber penyoong yang ersedia Jia sumber maanan yang ersedia berlimpa maa populasi aan meninga Jia al ini berlangsung erus, maa populasi yang erlalu besar aan menyebaban erjadinya persaingan anar spesies unu mendapaan maanan yang sama Seingga lama elamaan maanan yang ersedia aan menurun dan menyebaban jumla populasi menurun Hal ini bisa mengaibaan jumla emaian aan meninga Dan jia inga produiviasnya menurun, maa lamba laun perumbuan populasi aan lamba baan bereni Jia jumla populasi lebi besar dari daya duung lingungan K, maa inga perumbuan populasi aan menurun dan populasi menuju e ara daya duung lingungan K Dan jia jumla populasi lebi ecil dari K, maa inga perumbuan populasi aan meninga dan populasi menuju e ara daya duung lingungan K Model (32) merupaan benu variasi dari persamaan logisi (3) Pada model (3), inga perumbuan inrinsi dan daya duung lingungan merupaan onsana posiif Sedangan pada model (32), r dan K merupaan suau fungsi dari wau Seingga, model (32) ini dinamaan persamaan logisi a oonom, arena r dan K erganung pada wau Adanya perbedaan musim yang erjadi pada suau wilaya aau empa bisa menjadi sala sau sebab adanya perbedaan inga perumbuan dan daya duung lingungan menuru wau erenu Misalnya saja pada musim emarau suau spesies erenu mengalami eurangan maanan dan air disebaban eeringan Hal ini bisa menyebaban anga emaian spesies ersebu menjadi inggi arena eerganungan spesies ersebu pada sumber maanan dan air Tenu saja ondisi ini aan berbeda eia berada pada musim-musim yang lain Dimana anga emaian dan anga elairan bisa berubauba sesuai dengan musim erenu Dan juga perbedaan musim ini bisa menyebaban daya duung lingungannya berbeda-beda juga Seingga menyebaban populasi ersebu mengalami fluuasi Banya populasi binaang yang mengalami fluuasi secara musiman dengan penurunan populasi pada musim dingin, ii renda pada musim semi, enaian pada musim panas dan ii yang inggi pada musim gugur Misalnya saja populasi burung puyu di California, Loporyc californicus yang mengalami penurunan pada musim dingin dan musim semi dan enaian yang iba-iba pada bulan Juni eia ana-ananya muncul (Sladen and Bang, 969) Model (3) dan (32) menggambaran laju perubaan populasi suau spesies anpa adanya pemanenan Arinya, ida ada pengaru dari luar (seperi perburuan, pemancingan, dll) yang mempengarui laju perubaan populasi ersebu Model (33) menggambaran fenomena perubaan populasi yang erjadi secara disre Ada beberapa spesies ewan yang biasanya mengalami proses elairan dan masa awin seiap sau aun seali, seingga uuran populasi ewan ersebu diiung seiap sau aun seali Ole arena iu, model ini merupaan model yang sesuai unu mempredisian fenomena perubaan populasi yang diiung secara aunan 4 Pencarian Solusi A Mencari Solusi Persamaan (3) Solusi dari sisem (3) adala sebagai beriu: r Ke = r K e [Uraian lebi lengap dapa dilia di lampiran ] B Mencari Solusi Persamaan (32) Persamaan (32) merupaan persamaan logisi a oonom yang berari fungsi r dan K erganung pada wau Model (32) merupaan sala sau model yang suli diselesaian secara esplisi Ole arena iu, unu mendapaan solusi dari sisem (32) diperluan adanya suau meode yaiu dengan menggunaan meode periraan Solusi yang aan diperole dari persamaan ini yaiu dalam benu disre Model (32) merupaan ipe-bernoulli dan persamaan ini dapa diselesaian jia r dan K adala oninu sepoong-sepoong (piecewise coninuous) pada R =, yang [ ) seiap bagiannya merupaan fungsi onsan (Hallam and Levin, 986) Berdasaran definisi oninu sepoong-sepoong (Rice and Srange, 994), maa ia dapa membagi inerval, e dalam sejumla ingga [ ) subinerval erbua c < < d, seingga fungsi r dan fungsi K oninu pada iap subinerval dan fungsi r dan K mempunyai limi ingga 5

3 eia mendeai iap-iap ii ujung dari inerval ersebu, seingga lim r dan lim r ada c lim K c d dan lim K ( ) d ada Unu mencari solusi sisem (32), fungsi r dan fungsi K dideai dengan fungsi bilangan bula erbesar, yang merupaan fungsi oninu sepoong-sepoong Seingga pada fungsi r dan K ia gani menjadi, dengan > yang menunjuan uuran langa Persamaan (32) menjadi r d = r d K τ n, ( n ) ), n Ζ, n, (4) merupaan bilangan bula erbesar yang urang dari aau sama dengan Arinya, = n n < n n < ( n ) berada pada inerval n, ( n ) ) Jadi, dengan n Ζ Jia ia uraian, maa diperole beberapa subinerval: ; < ; 2 < = n = 2 ;2 < 3 3 ;3 < 4 M Lemma Fungsi r dan K yang didefinisian seperi diaas adala fungsi yang oninu sepoong-sepoong Bui: Unu membuian bawa dengan menggunaan fungsi bilangan bula erbesar pada fungsi r dan K, aan ia dapaan fungsi r dan K yang oninu sepoongsepoong, maa perama ali yang arus ia buian adala r dan K oninu pada iap subinerval erbua diaas ) Unu inerval < r = r( ) = r( ) lim r = r = r lim r r( ) r( = = lim r r = lim r r( ) = 2) Unu inerval < 2 r = r = r 2 ( ) lim r r r = = lim r = r = r lim r r = ) ( ) lim r r( ) = 2 dan seerusnya unu inerval-inerval beriunya Begiu pula pada fungsi K, ia buian bawa fungsi K oninu pada iap subinerval ) Unu inerval < K = K( ) = K( ) lim K = K = K lim K K( ) K( ) = = 2) Unu inerval < 2 K = K( ) = K( ) lim K K K = = lim K K( ) K( ), = = 2 dan seerusnya unu inerval-inerval beriunya Jadi, erbui bawa fungsi r dan fungsi K oninu pada iap-iap subinerval 6

4 Selanjunya, ia buian bawa lim r lim r ada c lim K c dan d dan lim K ( ) d ) Unu inerval < lim r = r lim r r = lim K = K lim K K( ) = 2) Unu inerval < 2 2 ada lim r r r = = ( ) lim r = r = r lim K K = lim K K( ), = 2 dan seerusnya unu inerval inerval beriunya dapa ia buian bawa nilai limi iri dan limi anannya ada Karena = n, maa dari persamaan (4) diperole d r( n) ( ) = rn d K ( n) Unu menyederanaan penulisan, maa ia ulis: d r( n) 2 = r( n) ( ), n, ( n ) ) d K n (42) = K n dengan, r( n) = r( n) dan K ( n) Seingga solusi dari persamaan (322) adala sebagai beriu: e ( n ) = n r( n) r( n) e K n n (43) [Uraian lebi lengap dapa dilia di lampiran 2] C Mencari Solusi Persamaan (33) Begiu pula unu persamaan (33), ia pili fungsi adala fungsi bilangan bula erbesar, seingga τ pada fungsi ia τ gani menjadi = m, =,2, τ merupaan bilangan bula erbesar yang τ urang dari aau sama dengan Arinya, τ τ = m m < m Jadi, m τ < m τ berada pada inerval ( ) ) m, m,dengan Ζ m Jia ia uraian, maa diperole ; τ < 2 τ 2;2 3 τ < = m = 3;3 τ < 4 M Dari persamaan (33) = I, = τ, =,2, ( ) ( τ ) ( τ) = ( ( τ) ) I seingga diperole, τ τ τ = I, =,2, (44) τ Karena = m, maa (( m ) ) = ( m) I ( ( m) ) Dinoasian ( m ) ( m ) =, seingga solusi dari sisem (33) adala sebagai beriu: ( m ) = ( m) I ( ( m )) (45) 42 Penenuan ii eap Tii eap pada persamaan (3) dapa diperole dengan menenuan persamaan d =, seingga dari persamaan (3) d diperole: r = K 7

5 r = aau = K = aau = K (46) Berdasaran persamaan (46) maa diperole 2 ii eap unu persamaan (3) yaiu = aau = K 43 Analisis Kesabilan 43 Analisis esabilan ii eap pada sisem (3) ) Dengan menggunaan gambar Unu menenuan esabilan dari ii eap diaas, ia gambar persamaan (3) e dalam suau bidang veor dan ara aliran dari gambar aan ia perole jia ia memisalan & > dan & < * Jia & > r > K r > aau > K > aau < K * Jia & < r < K r < aau < K < aau > K & K Grafi Bidang fase dari persamaan logisi Ara aliran e anan jia & > dan ara aliran e iri jia & < Jadi, ii eap = merupaan ii eap ida sabil, arena aranya menjaui ii ersebu Dan ii eap = K merupaan ii eap sabil arena aranya menuju ii ersebu Tii eap sabil digambaran dengan bulaan penu dan ii eap ida sabil digambaran dengan bulaan ida penu 2) Dengan cara pelinearan Kesabilan ii eap pada sisem (3) dapa juga dienuan dengan cara pelinearan Dari persamaan (3), f ( ) = r, dengan ii eap K = dan 2r = K Maa, f ( ) = r K = f = r Unu ii eap Unu ii eap = K f K = r Ole arena iu, = merupaan ii eap ida sabil, arena f ( ) > Dan = K merupaan ii eap sabil, arena f < Berdasaran dari 2 cara diaas, dapa disimpulan bawa ii eap = merupaan ii eap ida sabil Tii eap = mempunyai ari bawa pada ii ersebu ida ada individu yang bereprodusi (laju perubaannya nol), seingga populasi aan umbu dan aan menjaui ii ersebu Tii eap = K merupaan ii eap sabil, arinya jumla populasi aan selalu mendeai ii ersebu yaiu mendeai daya duung lingungan 432 Analisis esabilan solusi pada sisem (3) Solusi yang ela diperole pada model (3) merupaan solusi yang sabil Hal ini bisa diunjuan sebagai beriu: r Ke K lim = lim = lim r K ( e ) K r r e e K = = K K K (menuju solusi Karena eseimbangan yang sabil) eia, maa solusi adala sabil 433 Analisis esabilan solusi dari sisem (32) dan (33) Kesabilan dari solusi disre yang ela diperole pada sisem (32) dan (33) merupaan sabil asimoi Hal ini dapa diunjuan ole eorema beriu: Teorema Misalan syara beriu erpenui: 8

6 r n, n Ζ, R = sup r n <, n Ζ ( n), sup K( n) < < K* inf K, n Ζ n Ζ I ( ( m )) = c( m ) dengan c > Maa unu > memenui peridasamaan ln c / dan suau solusi ( ) > ( n) R dari (44) yang sesuai unu memenui peridasamaan rn ( j ) j n n e ep ri ep rn n ( ) i= j= Kn ( j) l l= (47) Bui: Lia di lampiran 3 Teorema 2 Misalan semua asumsi dari Teorema erpenui dan misalan erdapa suau bilangan L > seingga m lim r( n j) = L, m Ζ, seragam m m j= pada n Ζ (48) Maa solusi dari sisem (44) menuju e ( n) ( n) n ( n) eia, dimana diberian sebagai beriu r( n j) j e ( n) = ep r( n ) j = K( n j) l l= seingga n n eia n Bui: Lia di lampiran 3 44 Cono Kasus 44 Cono Kasus pada Model (3) Unu =, = K, < K, > K ) Misalan r =, = dan K = d = ( ) d = 2) Misalan r =, = dan K = d = ( ) d = Arinya bawa, jia populasi awalnya, maa populasi aan eap onsan (laju perubaan populasi sama dengan nol) Begiu pula jia populasi awalnya = K, maa populasi aan eap onsan 3) Unu asus < K misalan = 5, r =, K = d 5 = ( 5) d = 25 = 5 25 = 525 Dengan menggunaan program Scilab: --> funcion do=f(,) --> do=r**(-/k); --> endfuncion --> =:; --> r=; --> K=; --> =ode (5,,,f); --> basc;plo2d(,) Diperole grafi sebagai beriu: Grafi 2 Dinamia populasi eradap dengan = 5 Berdasaran grafi diaas dapa ia lia bawa eia < K, jumla populasi ( ) aan erus meninga menuju daya duung lingungannya Teapi, nilai ida aan melebii daya duung lingungannya 4) Unu asus populasi awal lebi besar dari daya duung lingungan ( > K ), misalan = d = ( ) d = = = 89 Dari cono 4 ini dapa ia lia bawa jia > K, maa laju perubaannya menjadi negaif seingga semain lama populasi aan 9

7 menurun dan aan menuju daya duung lingungannya Hal ini dapa ia lia pada grafi beriu: Tabel Nilai ( ) dengan = 5 = = sampai dengan unu Dengan menggunaan program scilab: --> funcion do=f(,) --> do=r**(-/k); --> endfuncion --> =:5; --> r=; --> K=; --> =ode (,,,f); --> basc;plo2d(,) Diperole grafi sebagai beriu: r( ) K ( ) d d ) Misalan r = 2, K = 5, = Tabel 2 Nilai ( ) dengan = = = sampai dengan unu Grafi 3 Dinamia populasi eradap dengan = 442 Cono Kasus pada Model (32) ) Misalan r = 2, K = 5, = d = ( ) ( ) 2 d 5 = ( 2( ) )( ) 5 = Ini arinya bawa jia populasi awalnya, maa populasi aan eap onsan (laju perubaan populasi sama dengan nol) Jia populasi awalnya aan eap onsan = K, maa populasi 2) Misalan r = 2, K = 5, = 5 r( ) K ( ) d d ) Solusi yang ela diperole pada model (32) adala sebagai beriu: e ( ( n ) ) = n r( n) r( n) e K n n A Misalan [,] = = (dengan subinerval), maa 2

8 ; < ; < 2 2;2 < 3 3;3 < 4 4;4 < 5 = n = 5;5 < 6 6;6 < 7 7;7 < 8 8;8 < 9 9;9 < ; < a) Misalan r = 2 r n = r n = 2 n ( = ) = r = r = = r = 2 r = 2 = 2 r 2 = 4 r 2 = 4 = r = r( ) = 2 2 = 2 r 2 = 5 r( 2) = M b) Misalan K= 5 Kn= n 5 ( = ) = K = 5 K = 5 = K = 5 K = 5 = 2 K 2 = 52 K 2 = 52 = K = 55 K( ) = = 2 K 2 = 525 K( 2) = M c) Misalan rn= rn= 2 nkn, = Kn= n 5 dan = 5 Tabel 3 Nilai ( n ) dengan = 5 unu n = sampai dengan n = n r( n ) K ( n ) ( n ) Dari daa diaas dapa ia lia bawa, dengan berambanya nilai n, maa nilai ( n ) semain meninga Teapi, nilai ( n ) unu masing-masing nilai n ida melebii nilai K ( n ) unu masing-masing nilai n Arinya bawa, populasi ida aan melebii masing-masing daya duung lingungannya (n) Grafi 4 Hubungan n ( ) = 5 (n) n dan ( n ) unu d) Misalan r n = 2 n, K n = n 5, = Tabel 4 Nilai ( n ) dengan unu n = sampai dengan n = = n r( n ) K ( n ) ( n )

9 Dari abel 4 diaas dapa ia lia bawa pada saa n = sampai 7 nilai n n = mengalami penurunan dan seela n = 7, nilai n mengalami enaian Hal ini berari bawa, populasi mengalami fluuasi dan eia populasi awalnya melebii daya duung lingungannya, maa populasi aan menurun mendeai daya duung lingungannya eapi ida aan melebii daya duung lingungannya (n) Grafi 5 Hubungan n ( ) = (n) n dan ( n ) dengan B Misalan = 5 5 n, n 5 Maa, a) Misalan 5 ) ; < 5 ; 5 < 2; < 5 3;5 < 2 4;2 < 25 = n 5;25 < 3 6;3 < 35 7;35 < 4 8;4 < 45 9;45 < 5 ;5 < 55 r = 2 r n = 2 n ( = 5) = r = r = = r = 2 r = 2 = 2 r 2 = 4 r 2 = 4 = r = 2 2 r( 5) = = 2 r 2 = r( 25) = 5 b) Misalan K = 5 Kn= n 5 = K = 5 K = 5 = K = 5 K = 5 = 2 K 2 = 52 K 2 = 52 = 5 K 5 = 55 K 5 = 55 = 25 K 25 = 525 K 25 = 525 c) Misalan r n = 2 n, K n = n 5, = 5 = = 5 r 5n n K 5n = 5n 5 Tabel 5 Nilai ( n ) dengan dan = 5 unu n = sampai dengan n = 2 = 5 n r( 5n ) K ( 5n ) (( n ) )

10 Dari daa diaas dapa ia lia bawa, dengan berambanya nilai n, maa nilai n semain meninga Teapi, nilai ( ) n unu masing-masing nilai n ida melebii nilai K ( n ) unu masing-masing nilai n Arinya bawa, populasi ida aan melebii masing-masing daya duung lingungannya (n) (n) Dari abel diaas dapa ia lia bawa pada saa n = sampai 5 nilai n n = mengalami penurunan dan seela n = 5, nilai n mengalami enaian Hal ini berari bawa, populasi mengalami fluuasi dan eia populasi awalnya melebii daya duung lingungannya, maa populasi aan menurun mendeai daya duung lingungannya eapi ida aan melebii daya duung lingungannya Grafi 6 Hubungan n ( ) = 5 n dan ( n ) unu (n) (n) d) Misalan r n = 2 n, K n = n 5, = = = 5 r 5n n K 5n = 5n 5 Tabel 6 Nilai ( n ) dengan = dan = 5 unu n = sampai dengan n = Grafi 7 Hubungan n ( ) = n dan ( n ) unu n r( 5n ) K ( 5n ) (( n ) ) Cono Kasus pada Model (33) Misalan τ [,] = = (dengan subinerval), maa ; τ < ; τ < 2 2; 2 τ < 3 m = 3;3 τ < 4 M ; τ < 23

11 a Misalan populasi awal ( ) = 5 dengan inga perumbuan % per aun I ( ( m )) = ( m ), maa jumla populasi yang aan daang dapa dipredisian sebagai beriu: ( m ) ( m) = ( m ) ( ) = ( m) ( 3) = 555 ( 4) = 523 ( 5) = 5255 ( 6) = 5375 ( 7) = 5366 ( 8) = 5442 ( 9) = ( ) = m = = 5 = 55 2 = = 55 = 55 b Misalan I m = 4 m, = 5 ( ( ) ) ( ) = = = = = = ( 3) = ( 4) = ( 5) = 6833 ( 6) = ( 7) = ( 8) = ( 9) = 766 ( ) = Dari dua daa diaas dapa ia lia bawa populasi aan beramba dari wau e wau V SIMPULAN Pada persamaan logisi (3), ada 2 ii eap yang diperole Teapi anya sau ii eap yang sabil yaiu pada saa jumla populasi sama dengan daya duung lingungannya Hal ini berari bawa populasi aan selalu menuju daya duung lingungannya Sedangan pada persamaan logisi a oonom, ida diperole ii eap Berdasaran cono asus yang ela diperole pada model (3), eia populasi awalnya sama dengan nol dan populasi awalnya sama dengan daya duung lingungannya, maa populasi aan eap onsan Keia populasi awalnya urang dari daya duung lingungannya, maa populasi aan meninga menuju daya duung lingungan Dan eia populasi awalnya lebi dari daya duung lingungannya, maa populasi aan semain menurun dan menuju daya duung lingungan Begiu pula pada model (32), eia populasi awal nol dan populasi awal sama dengan daya duung lingungan awal maa populasi eap onsan Keia populasi awal urang dari daya duung lingungan awal, maa populasi aan meninga Teapi ida aan melebii masing-masing daya duung lingungan Dan eia populasi awal lebi dari daya duung lingungan awal, maa populasi aan menurun dan pada wau erenu populasi aan meninga Berdasaran analisis esabilan solusi pada model (32) dan (33), maa disimpulan bawa solusi yang ela diperole merupaan solusi yang sabil asimoi Hal ini berari bawa eia wau menuju a ingga, maa populasi aan menuju nol 24

BAB IV SIMULASI MODEL

BAB IV SIMULASI MODEL 21 BAB IV SIMULASI MODEL Pada bagian ini aan diunjuan simulasi model melalui pendeaan numeri dengan menggunaan ala banu peranga luna Mahemaica. Oleh arena iu dienuan nilai-nilai parameer seperi yang disajian

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH KINETIK REKSI HOMOGEN SISTEM BTH SISTEM REKTOR BTH OLUME TETP REKSI SEDERHN (SERH/IREERSIBEL Beberapa sisem reasi sederhana yang disajian di sini: Reasi ireversibel unimoleuler berorde-sau Reasi ireversibel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini aan diemuaan beberapa onsep dasar yang beraian dengan analisis runun wau, dianaranya onsep enang esasioneran, fungsi auoorelasi dan fungsi auoorelasi parsial, macam-macam

Lebih terperinci

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI 4. ALIDITAS DA RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EALUASI Tujuan : Seelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu membua ala evaluasi bau unu program pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah ahap ahir dalam prosedur

Lebih terperinci

Persamaan Gelombang Nonlinier pada Dasar Perairan Miring

Persamaan Gelombang Nonlinier pada Dasar Perairan Miring Huaaean ISSN 085-98 Jurnal Teoreis dan Terapan Bidang eayasa Sipil Persamaan Gelombang Nonlinier pada Dasar Perairan Miring Syaaluddin Huaaean Pusa Sudi Teni Kelauan aulas Teni Sipil dan Lingungan Insiu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN EORI.. Dasar Dari ransfer Panas Ilmu pengeahuan ermodinamia ang berhubungan dengan jumlah ransfer panas sebagai suau sisem ang menjalanan suau proses dari sau ii sabil e ii sabil lainna, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Bab. Limit. Anda telah mempelajari nilai fungsi f di a pada Bab 5. Sebagai contoh, diketahui f(x( ) = x 2

Bab. Limit. Anda telah mempelajari nilai fungsi f di a pada Bab 5. Sebagai contoh, diketahui f(x( ) = x 2 Bab Limi 7 Sumber: davelicence.zenfolio.com Seela mempelajari bab ini, Anda arus mampu menjelaskan i fungsi di sau iik dan di ak ingga besera eknis periungannya; menggunakan sifa i fungsi unuk mengiung

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORITIS

BAB 2 URAIAN TEORITIS BAB URAIAN EORIIS Paa bab ini akan ibaas enang masala opimisasi berpembaas persamaan. Sebelum membaas masala opimisasi berpembaas persamaan maka erlebi aulu iberikan pengerian an sia-sia eksrim ari suau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 3 PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA

BAB 3 PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA BAB PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA Meode Euler Meode Euler adala Meode ampira palig sederaa uu meelesaia masala ilai awal: ( Biasaa diasumsia bawa peelesaia ( dicari pada ierval erbaas ag dieaui

Lebih terperinci

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Vol. 7. No. 3, 36-44, Desember 004, ISSN : 1410-8518 UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Budi Warsio, Dwi Ispriyani Jurusan Maemaia FMIPA Universias Diponegoro Absra Tulisan ini membahas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN BAB PENDAHUUAN. ATAR BEAKANG Seringali ara enelii aau saisiawan melauan enganalisaan erhada suau eadaan/masalah dimana eadaan yang dihadai adalah besarnya jumlah variabel samel yang diamai. Unu iu erlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC (ARCH) DENGAN METODE RASIO LIKELIHOOD SKRIPSI

CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC (ARCH) DENGAN METODE RASIO LIKELIHOOD SKRIPSI ADLN Perpusaaan Universias Airlangga DEEKSI OULIER PADA MODEL AUOREGRESSIVE CONDIIONAL HEEROSCEDASIC ARCH DENGAN MEODE RASIO LIKELIHOOD SKRIPSI FIRIKA RAKHMADYAH DEPAREMEN MAEMAIKA FAKULAS SAINS DAN EKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012 InfiniyJurnal Ilmiah Program Sudi Maemaia STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, Sepember 2012 GRUP PERMUTASI SIKLIS DALAM PERMAINAN SUIT Oleh: Bagus Ardi Sapuro Jurusan Pendidian Maemaia, IKIP PGRI Semarang

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA 5. Pendahuluan Keia memodelan sisem fisis, ia enu harus mulai dengan pengeahuan mengenai fisia. Dalam bab ini ia aan merangum hubungan hubungan paling umum dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali Prosiding Semnar Nasional VIII UNNES, 8 Nov 4 Semarang Hal.4-5 Model GSTAR Termodifiasi unu Produivias Jagung di Boyolali Prisa Dwi Apriyani ), Hanna Arini Parhusip ), Lili Linawai ) ))) Progdi Maemaia,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

METODE NUMERIK STEPEST DESCENT TERINDUKSI NEWTON

METODE NUMERIK STEPEST DESCENT TERINDUKSI NEWTON Uomo, R. B. Jurnal Pendidian Maemaia STKIP Garu METODE NUMERIK STEPEST DESCENT TERINDUKSI NEWTON DALAM PEMECAHAN MASALAH OPTIMISASI TANPA KENDALA INDUCTED NEWTON STEEPEST DESCENT AS A NUMERICAL METHOD

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE MODUL 7 APLIKASI TRAFORMASI LAPLACE Tranformai Laplace dapa digunaan unu menyeleaian bai peroalan analia maupun perancangan iem. Apliai Tranformai Laplace erebu berganung pada ifa-ifa ranformai Laplace,

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Call Admission Control Berbasis SIR pada Sistem Seluler CDMA

Unjuk Kerja Call Admission Control Berbasis SIR pada Sistem Seluler CDMA 55 Unju Kerja Call Admission Conrol Berbasis SR pada Sisem Seluler CDMA Suwadi Mulimedia Telecommunicaion Research Group, Dep of Elecrical Engineering, TS Surabaya ndonesia 60111, email: suwadi@eeisacid

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Fakulas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universias Brawijaa B Momen Sais a Penampang Bidang Berenuk Tak Berauran Momen sais dari suau luasan eradap sumu dan didefinisikan seagai inegral dari asil kali luas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN EORI.1. eori Waku Dengung Jika suau sumber suara dimaikan secara iba-iba di dalam ruangan dimana idak ada lagi energi suara yang dipancarkan pada suau iik pengamaan di dalam ruangan yang

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 016/017 9 Mare 017 Kuliah yang Lalu 11 Fungsi dua (aau lebih) peubah 1 Turunan Parsial 13 Limi dan Kekoninuan 14 Turunan ungsi dua peubah 15 Turunan berarah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX Seminar Nasional Maemaia dan Apliasinya, 1 Oober 17 ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX Maylia Hasyim 1), Dedy Dwi Prasyo ) 1) Program Sudi Pendidian

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

ANALISA FUNGSI KARAKTERISTIK SEBAGAI PENCIRI DISTRIBUSI PELUANG

ANALISA FUNGSI KARAKTERISTIK SEBAGAI PENCIRI DISTRIBUSI PELUANG JUNAL GANTANG Pendidikan Maemaika KIP - UMAH Vol. No., Agusus 6, p-issn. 53-67, e-issn. 548-5547 ANALISA UNGSI KAAKTEISTIK SEBAGAI PENCII DISTIBUSI PELUANG Alona Dwinaa alonadwinaa@gmail.om Pendidikan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

TRANSMISI VERTIKAL HARGA BERAS DI PROPINSI LAMPUNG (Vertical Transmission For Rice Price In Lampung Province)

TRANSMISI VERTIKAL HARGA BERAS DI PROPINSI LAMPUNG (Vertical Transmission For Rice Price In Lampung Province) Transmisi Verial Harga Beras... (Reni L., D.H. Darwano dan Jangung H. M.) 85 TRANSMISI VERTIKAL HARGA BERAS DI PROPINSI LAMPUNG (Verical Transmission For Rice Price In Lampung Province) Oleh : Reno Lanarsih

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Water Resources System

Water Resources System iklus Hidrologi Waer Resources sem Ir. Djoko uknano, M.c., P.D. aboraorium Hidraulika Jurusan Teknik ipil FT UGM recarge aliran air ana lapisan kedap air air permukaan 8//3 uknano@sipil.ugm.ac.id Penggunaan

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. 2 2x. K dy dx dy dx, (3.2) h2 2 ( x) P g y dydx g y dydx

III PEMBAHASAN. 2 2x. K dy dx dy dx, (3.2) h2 2 ( x) P g y dydx g y dydx III PEMBAHASAN Pada peeliia ii aa dibaas formlasi Hamiloia bai era elomba ierfacial Pembaasa dibai dalam da ass yai ass perama dea baas aas berpa permaa raa da ass eda dea baas aas berpa permaa bebas Hamiloia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB)

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB) PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL Persamaan diferensial biasanya digunaan untu pemodelan matematia dalam sains dan reayasa. Seringali tida terdapat selesaian analiti seingga diperluan ampiran

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani

KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN Oleh: Darsih Idayani 126 1 4 Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Jurusan Maemaika Fakulas Maemaika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci