BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt"

Transkripsi

1 BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.) ini sebu sebagai orde sau karena urunan/derivaive persamaan ini yang paling inggi adalah urunan perama, sehingga dapa kaakan bahwa besarnya orde dari suau persamaan ferensial nyaakan oleh urunan yang eringgi pada suau persamaan ferensial dan secara umum dapa uliskan dengan : n n d i d i a 0 a... a n a ni C n n (.) sehingga Persamaan (.) sebu persamaan ferensial orde n dengan sebagai variabel independen dan i sebagai variabel dependen. Persamaan ferensial inear dan Non inear Suau persamaan ferensial kaakan linear apabila variabel dependen dan semua urunannya adalah ber-orde sau, dan yang lainnya kaakan non linear. Persamaan ferensial biasa (ornary) Suau persamaan ferensial kaakan persamaan ferensial biasa kalau hanya mengandung urunan oal (oal derivaives) dan sebaliknya kalau persamaan ferensial ersebu juga mengandung urunan parsial maka persamaan ferensial ersebu kaakan persamaan ferensial parsial. 4

2 . Persamaan Diferensial Homogen Apabila suau persamaan ferensial nyaakan dengan benuk seperi Persamaan (.), maka persamaan ferensial ersebu kaakan homogen apabila harga dari C adalah nol dan kalau harga C idak nol maka persamaan ferensial kaakan idak homogen. Dalam rangkaian lisrik yang banyak pergunakan adalah persamaan ferensial biasa dengan koefisien konsan seperi bawah ini : n n d i d i a 0 a... a n a ni n n v (.3) Dengan v() sumber egangan fungsi waku yang sering sebu sebagai fungsi pemaksa (forcing funcion), mana v() ini akan menimbulkan respons i yang merupakan variabel dependen. Misalkan seperi rangkaian bawah ini : Gambar.. angkaian dengan sumber egangan Diasumsikan rangkaian ini elah dalam keadaan seady sae dan pada saa = 0 saklar akan pindahkan ke posisi, dan sebagai objek dalam penganalisaan misalnya unuk mencari arus, egangan dan lainnya, mana pengukuran waku ambil sebagai referensi adalah mulai dari = 0. Seelah pada = 0, maka dari rangkaian dapa uliskan persamaan egangan Kirchhoff sebagai beriku :.i 0 (.4) Persamaan ini memperlihakan persamaan ferensial linear orde sau yang homogen dengan koefisien konsan. Persamaan (9) ini dapa nyaakan dengan benuk : i. 5

3 Selanjunya bilamana persamaan ini inegralkan maka peroleh : eq. i mana : eq = + hasil dari inegral ini adalah : aau : n eq, i. k i eq, k eq., k Karena : k, k,maka persamaan menja : eq i k (.5) Persamaan (.5) ini sebu sebagai benuk umum dari penyelesaian Persamaan (.4) karena harga konsana k elah keahui dan subsiusikan ke Persamaan (.5) maka hasil penyelesaiannya sebu penyelesaian parikular (paricular soluion). Adapun konsana k dapa hiung dengan menggunakan konsi awal dari rangkaian yaiu konsi pada saa = 0-. Adapun rangkaian ekivalen saa saklar pada posisi ialah : Gambar. angkaian ekivalen dari Gambar.. pada saa = 0 Maka dari rangkaian ekivalen erliha bahwa : i(0-) = /, dan karena sifa dari yang idak bisa berubah dengan sekeika, maka arus pada saa saklar pindahkan keposisi, 6

4 yaiu pada saa = 0 juga sebesar i(0) = / dan apabila Persamaan (.5) ambil harga = 0, maka persamaan menja : 0 i k. eq k maka peroleh :,dan apabila harga ini subsiusikan Persamaan (.5) akan peroleh : eq i (.6) Persamaan (.6) ini sebu sebagai penyelesaian parikular dari Persamaan (.4). 0.3 Penyelesaian Persamaan Diferensial Non Homogen Dengan Fakor Inegrasi Dimisalkan persamaan ferensial yang idak homogen seperi bawah ini : Pi Q Dimana P adalah konsana dan Q merupakan fungsi independen aaupun konsana. Misalkan kalikan ruas kiri dan kanan dari Persamaan (.7) dengan suau fakor (yang sebu sebagai fakor inegrasi), maka akan peroleh : P Pi. P Q. menginga : d(x.y) = xdy + ydx, dan misalkan ; x = i. dan y = menja : d P P P P i. i.p. (.7) (.8) P P, maka Persamaan (.8) dengan menyamakan Persamaan (.8) dengan Persamaan (.9) maka peroleh : d P P i. Q. bilamana Persamaan (.0) ini inegralkan, maka akan peroleh : (.9) (.0) P P i Q.. K (.) 7

5 P P P i Q.. K (.) Bila liha ke Persamaan (.), harga i erbagi dua : a). P Q. P. : sebu sebagai inegral parikular b). P K. : sebu sebagai fungsi komplemener Terliha bahwa inegral parikular idak mengandung konsana sembarang k, sedangkan fungsi komplemener idak erganung pada Q. Pada rangkaian, P berupa konsana posiif yang besarnya erganung dari komponen pasif, sedangkan Q merupakan fungsi sumber (komponen akif) rangkaian. imi fungsi komplemener unuk konsana posiif, sehingga : harus mencapai nol karena P adalah P lim K 0 (.3) oleh karena iu unuk harga arus i menja : P lim i lim Q i P (.4) dengan demikian bila dalam limi, fungsi komplemener mencapai nol, sedangkan inegral parukular idak mendekai nol, maka harga inegral parikular pada saa sebu sebagai harga seady sae dari variabel independen, akan eapi unuk ini bagian inegral parikular idak boleh mengandung fungsi eksponensial, karena kalau mengandung fungsi eksponensial maka inegral ini akan menja nol. Bila misalkan penyelesaian Persamaan (.) erri dari dua bagian, mana bagian inegral parikular noasikan dengan i p sedangkan bagian komplemener noasikan dengan i c maka Persamaan (.) ini dapa nyaakan dengan : i = i p + i c (.5) maka unuk selanjunya i p sebu sebagai bagian seady sae i ss sedangkan i c sebu bagian ransien i r sehingga Persamaan (.5) menja : i = i ss + i r (.6) 8

6 .4 espon Dari angkaian Seri Dengan Sumber Tegangan Searah/Uni Sep Perhaikan rangkaian bawah ini : Gambar.3 angkaian dengan sumber egangan searah Adapun persamaan egangan pada rangkaian seelah saklar uup adalah :.i (.7) Adapun Persamaan (.7) ini merupakan persamaan ferensial orde sau, yang dapa selesaikan dengan cara sebagai beriku : Persamaan (.7) ini dapa bua dalam benuk : i i i (.8) Bilamana Persamaan (.8) ini deferensialkan sau kali, maka peroleh: i ni K' 9

7 karena:ε K =K, maka peroleh : i i K K' K' i K. (.9) Caaan: inegrasi: Persamaan (.9) dapa juga peroleh dengan cara menggunakan facor Adapun Persamaan (.7) yang berbenuk:.i Bilamana ruas kiri dan kanan persamaan ini bagi dengan maka peroleh: Maka sni : P = dan Q = i, maka menuru Persamaan (.) yang berbenuk : i P Q P Dan apabila harga-harga P dan Q subiusikan ke persamaan ini, maka peroleh: P K i i _. : K. K i K Maka erliha bahwa persamaan ini idenik dengan Persamaan (.9). 30

8 .4. Menenukan Konsana K Karena rangkaian (Gambar.3), saa = 0 arus yang mengalir pada rangkaian adalah nol dan pada saa saklar uup ( = 0), komponen bersifa erbuka, maka pada saa saklar uup arus pada rangkaian adalah nol, sehingga pada = 0 Persamaan (.9) menja: maka peroleh : K = - i 0 K.0 Harga K yang peroleh ini subiusikan ke Persamaan (.9), sehingga peroleh: i i (.0) Persamaan (.0) ini adalah merupakan penyelesaian parikular dari Persamaan (.7) dan persamaan ini merupakan benuk dari persamaan arus pada rangkaian (Gambar.3) bilamana saklar uup. Menuru Persamaan (.6) maka bagian seady sae dan ransien Persamaan (.0) ini dapa nyaakan dengan : i i ss i r (.) Kalau Persamaan (.) ini gambarkan adalah sebagai beriku : 3

9 i i ss i r ( ) i i r Gambar.4 Kurva dari Persamaan (.) Dari gambaran kurva ini seolah-olah dalam rangkaian ada dua besaran arus, akan eapi pembagian pada kurva ini hanyalah menggambarkan benuk maemais dan hanya unuk mempermudah penganalisaan..4. Konsana Waku (Time Consan) angkaian bawah ini sudah dalam keadaan seady sae dan pada saa = 0 saklar geser keposisi : Gambar.5 angkaian dengan sumber egangan Sebelum saklar pindahkan ke posisi pada rangkaian elah mengalir arus sebesar : I0 I0 Dan seelah saklar posisi maka persamaan arus pada rangkaian adalah : 3

10 aau dapa uliskan dengan : i i (.) I 0 (.3) Dimana I 0 harga awal arus saa = 0 yang besarnya adalah dan misalkan (sebu sebagai konsana waku yang sauannya dalam deik), maka Persamaan (.3) menja: i i I 0 I 0 (.4) Seandainya ambil = τ seelah saklar posisi aau selama sau konsana waku saklar posisi maka Persamaan (.4) menja: i I 0 0,367 36,7 % i = 36,7 %.I 0 maka erliha selama saklar posisi dalam waku konsana waku, arus yang mengalir pada rangkaian adalah sebesar 36,7% dari arus awal [I 0 ]. Selanjunya bila ambil waku selama = 4τ, maka arus yang mengalir pada rangkaian dalam empa konsana waku adalah : i 4.I 0,8 %.I Bila injau kembali Persamaan (.0), maka konsana waku unuk rangkaian Gambar. ersebu nyaakan dengan : 0 (.5) Dan seandainya unuk rangkaian pada Gambar. unuk sau konsana waku seelah saklar uup adalah sebesar: i 33

11 i I mana : I = adalah arus seady sae dari rangkaian, maka unuk selang waku sau konsana waku seelah saklar uup pada rangkaian ada arus sebesar: i I 0,63. I / ii( ) 63,% 3 4 Gambar.6 Kurva arus dalam sau konsana waku dari Persamaan (.0) Adapun ujuan dari keahui konsana waku adalah unuk dapa membedakan performan dari seiap rangkaian..4.3 Tegangan Transien Pada dan Tegangan ransien pada komponen dan dari rangkaian seri dapa enukan apabila arus dari rangkaian elah keahui, sehingga unuk egangan ransien: Pada : v.i. v (.6) 34

12 Pada : v d v (.7) Dari Persamaan (.6) dan (.7) erliha bahwa egangan ransien pada merupakan benuk eksponensial menaik sesuai dengan kenaikan τ, sedangkan pada merupakan fungsi eksponensial menurun. Kalau jumlahkan Persamaan (.6) dan (.7) hasilnya sesuai dengan hukum egangan Kirchoff pada rangkaian seri yaiu : v v ( ) (.8) Gambar.7 Kurva dan sebagai fungsi τ.4.4 Daya Sesaa Unuk menenukan daya sesaa (insananeous power) pada seiap elemen pada rangkaian seri ini dapa lakukan dengan mengalikan egangan dan arus yaiu: Pada : p v.i p 35

13 36 Pada : i v p p (.9) Sedangkan oal daya : T p p p (.30) Kalau keiga daya gambarkan gambaran kurvanya adalah : Gambar.8 Kurva P, P dan P r Terliha bahwa p dan p T memiliki harga seady sae / aau I. mana I adalah arus seady sae, sedangkan daya ransien pada memiliki harga awal dan akhir yaiu nol, dan ini adalah merupakan energi yang ersimpan pada kumparan dalam benuk medan magne, unuk membukikan hal ini maka inegralkanlah Persamaan (.30) dalam baas inegrasi dari 0 seperi bawah ini: 0 W 0 W I W (.3)

14 Conoh: Perhaikan rangkaian bawah ini: Carilah: a. Benuk persamaan arus seelah saklar uup. b. Benuk persamaan egangan pada dan seelah saklar uup. c. Berapa besar arus pada rangkaian seelah saklar uup selama 0,5 de. d.berapa besar arus pada rangkaian seelah saklar uup selama sau konsaana waku rangkaian. Jawab: Seelah saklar uup, maka persamaan egangan pada rangkaian adalah :.i 50.i 5 00 i i 0, i 0, 0 Kalau persamaan ini inegralkan maka peroleh: n(i-) = K i- = ε -0.ε K karena: ε K =K, maka persamaan menja: i- = K.ε -0 37

15 i = K.ε -0 + (a) karena sifa dari yang idak dapa subiusikan ke persamaan (a), perolehlah benuk persamaan arus yang mengalir pada rangkaian seelah saklar uup : 0 a. i Amp b. Benuk persamaan egangan seelah saklar uup adalah: v v i. 00(- vol Benuk persamaan egangan seelah saklar uup adalah : v v d ( ) 5(0 ) vol c. Besar arus pada rangkaian seelah saklar uup selama 0,5 deik adalah: i (0,5 de) = (-ε -0.0,5 ) i (0,5 de),98 Amp d. Besar arus selama konsana waku seelah saklar uup : Sau konsana waku rangkaian adalah: 0,.de. 0 Maka besar arus pada saa sau konsana waku adalah : i (τ=0,.de) = (-ε -0.0, ) i (τ-0,.de) =,6.Amp. Conoh: angkaian bawah ini sudah dalam keadaan seady sae. 38

16 Carilah berapa besar : Jawab : a. Besar arus yang mengalir pada rangkaian seelah uup selama 5 milideik. b. Besar egangan pada seelah saklar uup selama 5 milideik. c. Besar egangan seelah saklar uup selama 5 milideik Dalam keadaan seady sae ( = 0-) pada rangkaian elah ada arus sebesar : I (0-) = 0 0,05Amp Seelah saklar uup, persamaan egangan pada rangkaian adalah : i + 0,0 =.i + 0 = 00.i +. 0, i 0, = -0,0 i 0, kalau inegralkan: i 0, n(i 0,) = K (i 0,) = ε -00+K = ε -00.ε K aau : i = Kε , (a) Pada (0-), elah ada arus pada rangkaian sebesar 0,05 Amp., dan karena sifa yang idak dapa berubah dengan sekeika, maka pada = 0, pada rangkaian juga mengalir arus sebesar 0,05 Amp., maka bilamana pada Persamaan (a) bua unuk = 0 sehingga: i (0) = 0,05 = Kε , maka peroleh : K = -0,05. Kemuan harga K yang peroleh ini subiusikan ke Persamaan (a). sehingga dapa benuk persamaan arus pada rangkaian seelah saklar uup adalah : i = 0,05( ε -00 ) maka besar arus pada rangkaian seelah saklar uup selama 5 milideik adalah : 39

17 a. i 0, (5.0-3.de) 0,06967 Amp b.benuk persamaan egangan pada adalah : unuk = de.maka : v.i 00 0,05 v 5( - v c. Benuk persamaan egangan pada adalah : Unuk = maka : v d 00 6,967.vol , 0,05 5 v ,03.vol Conoh : angkaian seperi bawah ini : Pada saa = 0, saklar empakan pada posisi dan seelah 500 µde pada posisi, maka saklar pindahkan ke posisi. Carilah : a. Benuk persamaan arus pada rangkaian saa saklar posisi b. Benuk persamaan arus pada rangkaian saa saklar posisi Jawab: Disaa saklar posisi maka persamaan egangan pada rangkaian adalah : 40

18 .i 00.i 0, 00 i Bila inegralkan hasilnya adalah : 0, (i ) n(i -) ' K Karena : K ' K, maka : i - i - ' 500K 500. ' K i = K ε (*) Dari rangkaian keahui bahwa arus pada = 0-, adalah nol dan karena sifa dari yang idak bias berubah dengan sekeika maka pada = 0 arus pada rangkaian juga nol, sehingga bila = 0 masukkan ke persamaan (*) maka peroleh : i(0) = 0 = K ε sehingga peroleh K = -, dan bila harga ini subiusikan ke persamaan (*) maka peroleh: a. Persamaan arus saa saklar posisi adalah : i = ε -500.Amp. Saklar berada posisi selama 500 µde, maka pada saa ini pada rangkaian elah ada arus sebesar : i 6 500(500.0 ) 6 0,.Amp de Maka pada saa arus pada rangkaian sebesar 0, Amp. Saklar pindahkan ke posisi 4

19 Bilamana saklar posisi maka persamaan egangan pada rangkaian adalah :.i 00.i 0, 50 i 0,00 0,5 (i 0,5) - 0, (i 0,5) Kalau inegralkan maka hasilnya adalah : Karena K ' K n(i - 0,5) ' 500K ' K 500 (i - 0,5)., maka persamaan aas menja : ' K aau : Pada Persamaan (**) ini misalkan : = 500 (i 0,5) = K i = K ε ,5 (**) = 500 µde = de. maka Persamaan (**) menja : i = K ε -500(- ) + 0,5 (***) Selama saklar posisi.l, pada rangkaian elah ada arus sebesar 0, Amp., dan saa saklar pindahkan ke posisi. (saa ) arus masih eap sebesar 0, Amp. hal

20 ini sebabkan sifa dari yang idak bisa berubah sekeika, maka unuk = Persamaan (***) menja : I( ) = 0, = K ε -500( - ) + 0,5 maka peroleh : K = -0,79, kemuan harga ini subsiusikan kepersamaan (***), maka peroleh : b. Persamaan arus saa saklar posisi. adalah : kalau gambarkan kurvanya : i = -0,79ε -500(- ) + 0,5.Amp. Conoh : angkaian bawah ini adalah rangkaian ekivalen suau relay. elay akan bekerja bilamana rangkaian aliri oleh arus sebesar 7 ma, bilamana saklar uup pada saa = 0, maka unuk mencapai arus sebesar 7 ma perlukan waku 0, deik, maka carilah : a. Besar indukansi dari relay. b. Benuk persamaan arus i Jawab: Kalau saklar uup maka persamaan egangan pada rangkaian relay adalah :

21 aau :.i + = 5000.i + aau : i = 50 = 0,0. aau : i 0,0 = aau : (i 0,0) = - kalau inegralkan : n(i ,0) K 5000 K aau : ( i 0,0). karena : K = ε K, maka : 5000 i K 0,0 (*) Dikeahui sebelum saklar uup ( = 0-), arus pada rangkaian relay adalah nol dan karena sifa dari yang idak bisa berubah sekeika maka arus pada saa saklar uup ( = 0) juga akan nol, sehingga persamaan (*) aas unuk = 0 menja : maka peroleh : K = -0, i(0) 0 K 0,0 Apabila harga K ini subsiusikan kepersamaan (*) maka peroleh : 5000 i 0,0 (**) karena relay akan bekerja bila rangkaian aliri oleh arus 7mA, dan arus ini peroleh bilamana saklar elah eruup selama 0,.deik, dan apabila harga-harga ini subsiusikan kepersamaan (**) maka peroleh : i(0,.de) , , aau : 0,

22 000 aau : 0, 3 maka peroleh : a. = 830,58.H b. Selanjunya harga ini subsiusikan ke Persamaan (**), maka peroleh persamaan arus rangkaian : i 0, ,58 6,0 i 0,0 Amp aau : Conoh : Sebuah generaor DC mensuplai arus kerangkaian yang paralel dengan kumparan k yang memiliki k dan indukansi k. rangkaian aas elah dalam keadaan seady sae, carilah besar arus yanlg mengalir pada kumparan i k seelah circui breaker erbuka selama deik. Jawab : Dalam keadaan seady sae rangkaian ekivalen adalah : maka sebelum circui breaker erbuka ( = 0-) dalam rangkaian elah ada arus yang melalui kumparan sebesar :

23 i k (0-) k ,8 A Apabila circui breaker erbuka maka rangkaian ekivalen berbenuk : sehingga persamaan egangan pada rangkaian ini adalah :.i k + k i k + k k = 0 k aau : ( + k ) i k + k = 0 aau : k ( ) i k + 00 = 0 aau : k 900.i k + 00 = 0 aau : k 9i k + = 0 aau : kalau inegralkan : aau : k = -4,5 n(i k ) = -4,5 + K i k = ε -4,5+K = ε K ε -4,5 karena ε K = K, maka : i k = Kε -4,5 (*) Sebelum circui breaker erbuka ( = 0-) arus pada rangkaian sebesar 0,8.Amp. dan karena sifa yang ak dapa berubah dengan sekeika maka pada = 0, juga arus i k (0) = 0,8 Amp., sehingga kalau harga-harga ini subsiusikan ke Persamaan (*) akan peroleh : i k (0) = 0,8 = Kε -4,5.0 dari sini peroleh : K = 0,8. dan kemuan harga K ini subsiusikan ke Persamaan (*), sehingga peroleh persamaan arus pada rangkaian seelah circui breaker erbuka adalah i k = 0,8.ε -4,5

24 maka besar arus pada rangkaian seelah circui breaker erbuka selama.deik adalah : i k(.deik) 0,8. Amp..5 espons Dari angkaian Seri C Dengan Sumber Tegangan Searah/Uni Sep Pada saa = 0 saklar pada rangkaian bawah ini uup. Gambar.9 angkaian C seri dengan sumber searah maka menuru hokum egangan Kirchoff persamaan egangan pada rangkaian adalah :.i i C (.3) bilamana Persamaan (.3) aas deferensiasikan sau kali, maka benuknya menja: dan seerusnya bua : kalau inegralkan : aau : i i + C = - C i = - C = 0 (.33)

25 aau : aau : karena : K = ε K maka : n(i) = - C i C K i i K K C C + K (.34) persamaan ini merupakan penyelesaian umum (general soluion) dari Persamaan (.3)..5. Menenukan Konsana K Unuk mencari konsana K pada Persamaan (.34), bua Persamaan (.3) unuk = 0 sehingga dapa : i 0 + C i 0 d.0 = maka peroleh : i 0 selanjunya i 0 ini subsiusikan ke Persamaan (3.34) dengan = 0, maka peroleh : maka peroleh : K i0 i 0 K 0 C dan kemuan harga K yang peroleh ini subsiusikan ke Persamaan (.34) sehingga dapa persamaan arus aau Persamaan (.34) menja : i = ε C (.35) bilamana C = π yang merupakan konsana waku rangkaian, maka Persamaan (.35) menja : i (.36) bilamana Persamaan (.36) ini gambarkan kurvanya adalah sebagai beriku : 48

26 Gambar.0 Kurva arus dari Persamaan (.36) Terliha bahwa i merupakan fungsi menurun dari eksponensial, hal ini memperlihakan bahwa saa saklar uup erja pengisian muaan pada C (mana = 0-, kapasior idak bermuaan) dan seelah muaan pada kapasior penuh maka arus akan menja nol..5. Tegangan Transien Pada dan C Tegangan ransien pada dan C dari rangkaian C seri dapa apabila arus pada rangkaian elah keahui, sehingga unuk egangan ransien : Pada. aau : aau :.i.. (.37) C (.38) kalau Persamaan (.37) dan (.38) gambarkan, maka kurvanya adalah sebagai beriku :

27 Gambar. Kurva dan C.5.3 Daya Sesaa Unuk mendapakan daya sesaa pada dan C dapa cari dengan mengalikan egangan pada dan C dengan arus. Pada. p =.i =. = (.39) Pada C. p C = C.i = = (.40) dan : C T p p p (.4) kalau gambarkan keiga daya ini adalah : Gambar. Kurva P, P C dan P r

28 erliha bahwa p C memiliki harga awalan akhir nol, hal ini merupakan energi yang ersimpan pada kapasior sebagai medan lisrik pada egangan konsan, unuk membukikan hal ini maka inegralkan Persamaan (.40) unuk baas inegrasi 0. E = = C (.4) Conoh : Perhaikan rangkaian bawah ini : pada saa = 0 saklar pada rangkaian uup, maka carilah benuk persamaan arus yang mengalir pada rangkaian. Jawab : Persamaan egangan pada rangkaian seelah saklar uup adalah :.i + aau : 500.i + i. C 0,5.0 i 0 6 aau : i i = 0,04 (*) bila deferensialkan : aau : inegralkan : aau : aau : i = 4000.i i 4000 i n(i) = K 4000K K 4000

29 karena : K = K, maka : 4000 i = K (**) bilamana Persamaan (*) bua pada = 0, akan peroleh : aau : i 0 0, 04 i i.d0 0, 04 harga i 0 ini subsiusikan ke Persamaan (**) unuk = 0 sehingga peroleh : i 0 = 0,04 = K maka peroleh K = 0,04 dan kemuan harga ini subsiusikan ke Persamaan (**) maka peroleh benuk persamaan arus pada rangkaian adalah : i 0, Amp. Conoh : Perhaikan rangkaian bawah ini : Pada saa = 0 saklar pada rangkaian uup, carilah benuk persamaan arus pada rangkaian seelah saklar uup. Jawab:

30 Persamaan egangan pada rangkaian seelah saklar uup adalah :.i + aau : 000.i + i C 0.0 aau : i + 50 i 0, 05 i 50 6 deferensialkan : aau : aau : inegralkan : aau : 50.i 0 i = -0,0 50 i 50 i n(i) = K aau : i = 50 K K 50. karena : K = K, maka : 50 i = K (*) Pada saa = 0- kapasior elah memiliki muaan sebesar q C (0-) = 500.µC = sehingga pada saa = 0-, pada erminal kapasior elah ada egangan sebesar : C, C (0-) = 4 qc (0) 5.0 C ol karena sifa dari C ak bisa berubah dengan sekeika maka rangkaian ekivalen pada saa = 0 adalah : sehingga pada saa = 0 elah mengalir arus pada rangkaian sebesar :

31 i(0) = C (0) ,075.Amp. 000 maka kalau Persamaan (*) bua pada = 0 akan peroleh : i(0) = 0,075 = K maka peroleh : K = 0,075, kemuan harga K ini subsiusikan ke dalam Persamaan (*) sehingga peroleh persamaan arus pada rangkaian apabila saklar uup pada = 0 adalah : i 0, Amp 50.0 Conoh : Perhaikan rangkaian bawah ini : pada saa = 0 saklar uup, carilah benuk persamaan arus yang mengalir pada rangkaian. Jawab : Persamaan egangan pada rangkaian seelah saklar uup adalah :.i + i C aau : 0.i i 00. aau : i i 0 deferensialkan : aau : inegralkan : n(i) 5000.i i 5000 K'

32 aau : i 5000K' K' karena : K = K, maka : 5000 i = K (*) Sebelum saklar uup pada C elah ada muaan sebesar q C (0-) = 800.µF, karena sifa C yang idak dapa berubah sekeika, maka pada saa = 0 pada C erdapa juga masih erdapa muaan sebesar q C (0) = 800 µf, sehingga pada saa = 0 pada erminal C ada egangan sebesar : C (0) = qc (0) C ol sehingga rangkaian ekivalen saa saklar uup adalah : maka erliha bahwa pada = 0, arus pada rangkaian adalah : i 0 = C (0) Amp. 0 sehingga Persamaan (*) pada = 0 adalah : i 0 = -0 = K.Amp. sehingga peroleh K = -0, kemuan harga K ini subsiusikan ke Persamaan (*), maka peroleh persamaan arus pada rangkaian seelah penuupan saklar adalah : i Amp. Conoh : angkaian bawah ini elah dalam keadaan seady sae.

33 pada saa = 0 saklar pindahkan ke posisi.. Carilah : a. Benuk persamaan egangan b. Berapa besar egangan seelah saklar posisi.. selama.deik dan 4 deik. Jawab : Sebelum saklar pindahkan ke posisi.. rangkaian sudah dalam keadaan seady sae, berari pada erminal C elah ada egangan sebesar egangan pada, sedangkan egangan pada sewaku = 0- adalah : maka erliha bahwa : I(0-) = dan egangan pada adalah : I(0)x 4 0,003Amp ,003x5000 5ol. sehingga saa saklar pindahkan ke posisi, pada kapasior elah ada egangan sebesar (0) 5 ol C Bilamana saklar berada pada posisi :

34 sehingga persamaan egangan pada saa saklar posisi dua adalah : aau : aau : ferensialkan : aau : aau : inegralkan : aau : v C (0) i 3.i C 30 5 i 4000.i 3 0, i 4000.i i i 0 i i n (i) 0,5 K' ,5 0,5 K' 0,5 K' 0,5 i K (*) karena sifa yang berubah dengan sekeika, maka pada = 0, pada rangkaian ada arus sebesar : i(0) v sehingga Persamaan (*) pada = 0 adalah : C 3 (0) ,0037 Amp 4000 i(0) 0,00375 K 0,5.0 57

35 aau peroleh : K = 0,00375, dan kemuan harga K ini sribusikan ke dalam Persamaan (*). Sehingga peroleh persamaan arus pada rangkaian saa saklar posisi : dan persamaan egangan C adalah : v C i 0, ,5 0,5 C i 0,00375, 5 3 0,5.0 sehingga persamaan egangan v adalah : 0,5 aau : v v C v ,5 sehingga besar egangan v seelah saklar posisi : a. selama deik : b. selama 4 deik : 0,5. v( de) ,90vol 0,5.4 v( 4de) ,969vol.6 Transien Dari Muaan q Pada angkaian C Seri Adakalanya pada rangkaian C seri perlukan persamaan yang menyaakan ransien dari muaan q. Kalau rangkaian pada Gambar.8, pada saa = 0 saklar uup, maka dapa uliskan persamaan egangan pada rangkaian : karena : aau : aau :.i i C dq i, maka persamaan egangan aas dapa uliskan dalam benuk : dq. C dq. dq q C 58

36 aau : q dq C. dq q C kalau inegralkan maka akan peroleh : aau : n q C C C C q C K' C K' K' C karena : K' K, maka : aau : q C K C q K C C (.43) karena pada = 0- muaan pada C adalah nol dan karena sifa C yang idak dapa berubah dengan sekeika maka muaan C pada = 0 yaiu q (0) = 0 dan kalau harga-harga ini subsiusikan ke dalam persamaan (.73) akan peroleh :.0 q 0 K C ( 0) C (.44) dan peroleh : K = -C. Kemuan kalau harga K subsiusikan ke dalam Persamaan (.43), maka dapa persamaan muaan q pada rangkaian bila saklar uup pada saa = 0 adalah : q C C Maka menuru benuk Persamaan (.6) dapa uliskan : (.45) mana : q = q ss + q r dan kalau gambarkan kurvanya : q ss C dan q r C C 59

37 Gambar.3 Kurva muaan ransien C seri bagian ransien dari muaan q r akan menarik dengan perubahan waku dan nol pada saa =, maka oal muaan yang pada C adalah nol-nol pada mulanya dan sebesar C pada saa =..7 Soal aihan. Perhaikan rangkaian bawah ini elah dalam keadaan seady sae. Carilah benuk persamaan egangan pada dan seelah = 0.. angkaian bawah ini sudah dalam keadaan seady sae. 60

38 Seelah saklar uup selama 5 milideik, carilah : a. Besar arus yang mengalir pada rangkaian b. Besar egangan pada c. Besar egangan pada 3. angkaian seperi bawah ini : = 0 i = 00 Ω = 0 = C = 0,5 µf q C(0-) = 0 Pada saa = 0 saklar geser ke posisi dan seelah konsana waku rangkaian saklar geser ke posisi. Carilah benuk persamaan arus seelah saklar posisi. 4. angkaian seperi bawah ini : Carilah persamaan arus i dan q muaan pada rangkaian seelah saklar uup. 6

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Persamaan Dferensal Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dar suau persamaan dferensal orde sau adalah:

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s.

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s. Arus Lisrik Surya Darma, M.Sc Deparemen Fisika Universias Indonesia Arus Lisrik Arus dan Gerak Muaan Arus lisrik didefinisikan sebagai laju aliran muaan lisrik yang melalui suau luasan penampang linang.

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik? 2. Dapakah kalian membukikannya? 3. Bagaimana caranya kia mengukur hambaan lampu

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Amai lampu pijar! nformasi apa yang dapa kamu emukan? Dan apa ari informasi ersebu! 2. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik?

Lebih terperinci

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik.

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik. MODUL 2 : LISTRIK RANGKAIAN TERTUTUP Rangkaian eruup ialah rangkaian yang ak berpangkal dan ak berujung yang erdiri dari komponen lisrik (seperi kawa penghanar), ala ukur lisrik, dan sumber daya lisrik

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik ENEGI LISTIK Tujuan : Menenukan fakor fakor yang mempengaruhi besar energi lisrik Ala dan bahan : 1. ower Suplay. Amperemeer 3. olmeer 4. Hambaan geser 5. Termomeer 6. Sopwach 7. Saif 8. Kawa nikelin 1

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

Rangkaian Listrik II

Rangkaian Listrik II Rangkaian Listrik II OLEH : Ir. Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah,ST file:///d /E-Learning/Rangkaian%20listrik%20II/Bahan%20Buku/Rangkaian%20Listrik.htm (1 of 216)5/8/2007 3:26:21 PM Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 2 Darpublic Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (2 Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open Course Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku () Oleh: Sudaryano Sudirham Penganar Dalam kuliah ini dibahas analisis rangkaian lisrik di kawasan waku dalam kondisi manap Kuliah ini merupakan ahap

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 1 Darpublic Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (1) Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono Bulein Ilmiah Ma. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 5, No. 3 (216), hal 195 24. PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Naufal Helmi, Mariaul

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

BAB III POWER MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PENEKUKAN ACRYLIC

BAB III POWER MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PENEKUKAN ACRYLIC BAB III POWE MESIN TEKUK YANG DIBUTUHKAN UNTUK POSES PENEKUKAN ACYLIC 3.1. Gaya Usaha Dan Daya Lisrik Mesin Tekuk Acrylic Bila kia hendak memindahkan suau benda dari sau empa keempa yang lain, aau mengangkanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Persamaan Differensial

Persamaan Differensial Persamaan Differensial Slide : Tri Harsono April, 2005 Polieknik Elekronika Negeri Surabaya ITS 1 Jenis PD Berdasarkan ruas kanannya: PD Homogin PD Non Homogin Berdasarkan independen variable-nya: PD Biasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

1. Pengertian Digital

1. Pengertian Digital Kegiaan elajar. Pengerian Digial Tujuan Khusus Pembelajaran Pesera harus dapa: Menyebukan definisi besaran analog Menyebukan definisi besaran digial Menggambarkan keadaan logika Menyebukan perbedaan nilai

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB 4 PENGANAISAAN RANGAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINGGI Oleh : Ir. A.Rachman Haibuan dan Naemah Mubarakah, ST 4. Pendahuluan Pada umumnya peramaan diferenial homogen orde dua

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

& RANGKAIAN RC M. Ishaq

& RANGKAIAN RC M. Ishaq HAND OUT FISIKA DASA /LISTIKMAGNET/ ELEKTODINAMIK /kkapasito LISTIK DINAMIK : KAPASITO & ANGKAIAN M. Ishaq KAPASITO Mdel Kapasir perama dicipakan di Belanda, epanya ka Leyden pada abad ke8 leh para eksperimenalis

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh ELEKTRONIKA DASAR PENGGUNAAN DIODA SEBAGAI PENYEARAH Penyearah Seengah Gelombang Dan Gelombang Penuh Tujuan Insruksional Umum Pesera mengenal rangkaian penyearah / recifier Tujuan Insruksional Khusus Pesera

Lebih terperinci

Abstak. Kata Kunci: Op-amp, Integrator, Differensiator,Inverter dan Non inverter.

Abstak. Kata Kunci: Op-amp, Integrator, Differensiator,Inverter dan Non inverter. Rangkaian Inegraor dan Differensiaor ELIS SUSILAWATI (1127030017) FISIKA SAINS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNGUNG DJATI BANUNG TAHUN 2014 e-mail : elissusilawai533@yahoo.com Absak Aplikasi Pengua Operasional

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

adalah. A. 1,3 x 10-7 m D. 6,7 x 10-7 m B. 2;2 x lo -7 m E. 10,0 x lo -7 m C. 3,3 x lo -7 m

adalah. A. 1,3 x 10-7 m D. 6,7 x 10-7 m B. 2;2 x lo -7 m E. 10,0 x lo -7 m C. 3,3 x lo -7 m 1. Dalam suau percobaan celah ganda Young jarak pisah y anara pia erang ke sau dan pia erang pusa adalah 0,0240 m, keika cahaya yang digunakan mempunyai panjang gelombang 4800 A. Jarak pisah y keika cahaya

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

HIDDEN MARKOV MODEL. Proses Stokastik dapat dipandang sebagai suatu barisan peubah acak dengan T adalah parameter indeks dan X

HIDDEN MARKOV MODEL. Proses Stokastik dapat dipandang sebagai suatu barisan peubah acak dengan T adalah parameter indeks dan X BAB II HIDDE MARKOV MODEL.. Pendahuluan Proses Sokasik dapa dipandang sebagai suau barisan peubah acak { X, } dengan adalah parameer indeks dan X menyaakan keadaan pada saa. Himpunan dari semua nilai sae

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar eori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaiu model regresi dua level, meode penaksiran maximum likelihood, mariks parisi, kronecker

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA DESAIN DAN IMPLEMENTASI SELF TUNING LQR ADAPTIF UNTUK PENGATURAN GENERATOR SINKRON 3 FASA Arif Hermawan Jurusan Teknik Elekro FTI, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111

Lebih terperinci

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik Transpor Poluan Persamaan Konveksi Difusi Penelesaian Analiik Referensi Graf and Alinakar, 1998, Fluvial Hdraulis: Chaper 8, pp. 517-609, J. Wile and Sons, Ld., Susse, England. Teknik Sungai Transpor Poluan

Lebih terperinci