PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR Diajkan Sebagai Salah Sa Syara Unk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jrsan Maemaika Oleh: DWI HAYATI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2 PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI DWI HAYATI NIM: Tanggal Sidang: 4 Febrari Periode Wisda: Jli Jrsan Maemaika Faklas Sains dan Teknologi Uniersias Islam Negeri Slan Syarif Kasim Ria Jl. HR. Soebranas No.55 Pekanbar ABSTRAK Tgas Akhir ini membahas enang penyelesaian eksplisi persamaan diferensial parabolik nonlinear f φ dengan menggnakan Meode Perbasi Homoopi berdasarkan masalah nilai baas dan nilai awal L dan f. Meode perbasi homoopi merpakan salah sa meode yang ckp banyak dignakan nk menyelesaikan persamaan diferensial parsial nonlinear dengan mengkonrksi f φ menjadi benk perbasi homoopi H p p p[ f φ ]. Penyelesaian eksplisi yang diperoleh adalah lim L. Berdasarkan perhingan erliha bahwa hasil yang diperoleh lebih efekif dan akra nk menghampiri penyelesaian eksak. Kaa Knci: Meode Perbasi Homoopi Persamaan Diferensial Parabolik Nonlinier. p i

3 ON THE SOLUTION OF THE NONLINEAR PARABOLIC DIFFERENTIAL EQUATION BY USING HOMOTOPY PERTURBATION METHOD DWI HAYATI NIM: Dae of Final Eam: Febrary 4 h Gradaion Cremony Priod: Jly Mahemaic Deparemen Facly of Sciences and Technology Sae Islamic Uniersiy of Slan Syarif Kasim Ria Jl. HR. Soebranas No 55 Pekanbar ABSTRACT This hesis discsses eplici solion of he nonlinear parabolic differenial eqaion f φ by sing Homoopy Perrbaion Mehod based on bondary and iniial ale problem L and f. Homoopy Perrbaion Mehod is one mehod widely sed enogh o sole for he nonlinear parial differenial eqaions. By consrced f φ o be a homoopy perrbaion H p p p[ f φ ]. The eplici solion obained is lim L. Based on compaion show ha he resls obained more p effecie and accrae approimae he eac solion. Keywords: Homoopy Perrbaion Mehod Nonlinear Parabolic Differenial Eqaion ii

4 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAAN... LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMBANG... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman ii iii i i ii iii i i iii i i BAB I PENDAHULUAN. Laar Belakang Masalah... I-. Rmsan Masalah... I-. Baasan Masalah... I-.4 Tjan... I-.5 Manfaa Peneliian... I-.6 Sisemaika Penlisan... I- BAB II LANDASAN TEORI. Persamaan Diferensial... II-. Persamaan Diferensial Parsial... II-. Klasifikasi Persamaan Diferensial Parsial... II-4.4 Persamaan Diferensial Parabolik... II-7.5 Homoopi... II-.6 Meode Perbasi... II-.7 Meode Perbasi Homoopi... II-6 iii

5 BAB III METODOLOGI BAB IV PEMBAHASAN 4. Persamaan Nonhomogen... IV- 4. Persamaan Homogen... IV-6 BAB V PENUTUP 5. Kesimplan... V- 5. Saran... V- DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP i

6 BAB I PENDAHULUAN. Laar Belakang Masalah Persamaan diferensial parsial merpakan persamaan diferensial yang paling sedikinya melibakan da ariabel. Pada beberapa bidang erapan dan rekayasa seperi fisika kimia maemaika erapan biologi dan eknik persamaan diferensial parsial memegang peranan pening. Hal ini dikarenakan pada mmnya persoalan-persoalan bidang erapan dan rekayasa dingkapkan dalam benk persamaan diferensial nonlinear yai benk hiperbolik parabolik dan elipik. Salah sanya adalah persamaan parabolik yang menjadi foks pada gas akhir ini. Oleh karena sebagian besar persamaan diferensial nonlinear sanga sli nk diselesaikan secara analiik maka berbagai meode elah dislkan nk mendapakan penyelesain eksplisi persamaan diferensial nonlinear meskipn sebagian kecil persamaan diferensial dapa diselesaikan dengan meode ariabel erpisah. Unk menyelesaikan persamaan-persamaan diferensial nonlinear biasanya dilakkan dengan melinearkan persamaan pada sk-sk nonlinearnya. Beberapa cara dilakkan misalnya dengan menggnakan hampiran polinomial Taylor aa meode perbasi. Namn pada saa persamaan diferensial dilinearkan maka konsekensinya akan mema gala. Unk menghindari mnclnya gala sa meode anpa pelinearan persamaan dislkan. Meode perbasi homoopi perama kali dislkan oleh Ji-Han He dan elah dignakan secara melas nk menyelesaikan persamaan liniear dan nonlinear. Berdasarkan hasil kajian diperoleh bahwa meode perbasi homoopi efekif mdah dan akra nk menghampiri penyelesaian eksplisi dan anpa menggnakan perhingan nmerik. Ghobi dkk 7 mengkaji enang penyelesaian eksplisi sisem persamaan diferensial parsial nonlinear dan membandingkan dengan meode dekompisisi Adomian. Dan hasil kajiannya mennjkkan bahwa meode perbasi

7 homoopi lebih efisien dan lebih akra dibandingkan dengan meode dekomposisi adomian. Hal inilah yang memba penlis erarik nk menggnakan meode perbasi homoopi dalam mencari penyelesaian persamaan diferensial parabola nonlinear dengan jdl Penyelesaian Persamaan Diferensial Parabolik Nonlinear dengan Menggnakan Meode Perbasi Homoopi.. Rmsan Masalah Rmsan masalah pada skripsi ini adalah menenkan penyelesaian persamaan diferensial parabolik nonlinear f φ berdasarkan syara baas L dan syara awal f dengan menggnakan meode perbasi homoopi.. Baasan Masalah Pada skripsi ini penlis hanya membaasi pada persamaan parabolik nonlinear dengan persamaan mmnya f φ dengan ariabel bebas masing-masing dan..4 Tjan Tjan peneliian ini adalah nk mendapakan penyelesaian persamaan diferensial parabolik nonlinear dengan persamaan mmnya f φ berdasarkan syara baas L dan syara awal f dengan menggnakan meode perbasi homoopi..5 Manfaa Peneliian Manfaa dari peneliian ini adalah: Dapa menyelesaikan secara eksplisi persamaan diferensial parabolik nonlinear f φ berdasarkan syara baas L dan syara awal f. I-

8 Penyelesaian persamaan diferensial parabolik nonlinear yang di hasilkan oleh meode perbasi homoopi ini ckp efekif dan akra..6 Sisemaika Penlisan Sisemaika penlisan skripsi ini erdiri dari beberapa bab yai: BAB I Pendahlan Bab ini berisikan laar belakang masalah rmsan masalah baasan masalah jan manfaa peneliian dan sisemaika penlisan. BAB II Landasan Teori Bab ini menjelaskan enang landasan eori yang dignakan seperi: persamaan diferensial persamaan diferensial parsial klasifikasi persamaan diferensial persamaan diferensial parsial parabolik homoopi perbasi dan meode perbasi homoopi. BAB III Meodologi Bab ini berisikan sdi lierar yang dignakan penlis sera langkahlangkah yang dignakan nk mencapai jan dari skripsi ini. BAB IV Pembahasan Bab ini berisikan enang pembahasan masalah. BAB V Penp Bab ini berisikan kesimplan dan saran-saran penlis. I-

9 BAB II LANDASAN TEORI. Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah sa persamaan yang mema fngsi yang idak dikeahi dan sa aa lebih rnannya. Persamaan diferensial dibagi yai: a Diferensial Biasa. Persamaan diferensial biasa merpakan sa persamaan yang mema rnan perama dari sa fngsi yang erdiri dari sa ariabel. Trnan perama ini biasanya dignakan nk mencari nilai maksimm dari ariabelnya. Definisi. Diferensial biasa erjadi jika adalah fngsi yang hanya erdiri dari sa ariabel dan hanya dapa dirnkan erhadap ariabel erseb dengan rms: h ' lim. h h b Diferensial Parsial. Persamaan diferensial parsial merpakan rnan perama dari sa fngsi yang erdiri dari da ariabel dan y. Definisi. Diferensial parsial erjadi jika adalah fngsi da ariabel dan y dan dirnkan erhadap salah sa ariabel dengan menganggap ariabel lainnya konsana dengan rms: ' ' y h y y y lim jika dirnkan erhadap h h y h y y lim jika dirnkan erhadap y h h Aran nk mencari rnan parsial jika z y yai: i. Unk mencari pandang y sebagai konsana dan diferensialkan y erhadap.

10 ii. Unk mencari pandang sebagai konsana dan diferensialkan y erhadap y. c Persamaan Diferensial keda dan seersnya. Diferensial parsial keda erjadi jika adalah fngsi da ariabel maka rnan parsialnya dan y jga da ariabel sehingga kia dapa meninja rnan parsial y y dan y y yang diseb rnan parsial keda. Jika z y maka diferensial parsial kedanya yai: z i. ii. y y y y z y iii. y y y y z y z i. y y yy y y y y. Persamaan Diferensial Parsial Formlasi maemaika dari kebanyakan permasalahan dalam ilm pengeahan dan eknologi dapa dipersenasikan dalam benk persamaan diferensial parsial. Persamaan erseb merpakan laj perbahan erhadap da aa lebih ariabel bebas yang biasanya adalah wak dan jarak rang. Persamaan diferensial parsial orde sa dalam ariabel dan y dilis secara mm dalam benk: A B C D. y Selanjnya benk mm persamaan diferensial parsial order dan da dimensi adalah : A B C D E F G. y yy y Persamaan. dikaakan persamaan diferensial linear jika nilai ABCDEF dan G adalah konsana aa sa fngsi lain dan dikaakan persamaan diferensial nonlinear jika ABCDEF dan G adalah sa fngsi inegral dari fngsi II-

11 diferensial yang ada pada persamaan erseb. Persamaan diferensial parsial dapa dibedakan menjadi ipe dasar yai: a Persamaan. diseb persamaan parabolik jika B 4AC. Persamaan parabolik biasanya merpakan persamaan yang mengandng wak sebagai ariabel bebas. Persamaan parabolik yang paling sederhana adalah persamaan perambaan panas dan difsi polan yang mempnyai benk: T T K.4 Penyelesaian dari persamaan diaas adalah mencari emperar T nk nilia jarak pada seiap wak. b Persamaan. diseb persamaan elipik jika B 4AC <. Persamaan differensial elipik biasanya berhbngan dengan masalah keseimbangan aa kondisi permanen. Seperi aliran air anah dibawah bendngan dan karena adanya pemompaan sera defleksi pla akiba pembebanan yang mempnyai benk: ϕ ϕ y.5 c Persamaan. diseb persamaan hiperbolik jika B 4AC >. Persamaan hiperbolik biasanya berhbngan dengan gearan. Persamaan hiperbolik yang paling sederhana adalah persamaan gelombang yang mempnyai benk: C.6 dengan adalah perpindahan erikal flkasi pada jarak dari jng ali yang bergear yang mempnyai panjang L sesdah wak. Secara jelas dapa diliha bahwa solsi dari persoalan persamaan diferensial parsial idak hanya dienkan oleh persamaan erseb secara sendiri eapi diperlkan nilai baas bondary aa jga nilai awal iniial ale. Syara yang diperlkan oleh sa persoalan adalah: i. Penyelesaian hars ada. ii. Penyelesaian erseb hars nik/khss. II-

12 iii. Penyelesaian erseb hars secara konin berganng pada nilai awal dan nilai baas.. Klasifikasi Persamaan Diferensial Parsial Persamaan diferensial parsial adalah persamaan yang mengandng fngsi da aa lebih ariabel bebas.persamaan diferensial ini memiliki beberapa kelompok yai: a Berdasarkan orde. Orde sa persamaan diferensial adalah orde rnan eringgi yang mncl dalam persamaan diferensial erseb. Perimbangkan kembali persamaan. jika A B C bernilai idak nol maka persamaan. menjadi persamaan diferensial parsial orde da. Jika A B C bernilai nol sera D aa E bernilai nol maka persamaan. menjadi persamaan diferensial parsial orde perama. Conoh. i. diseb orde sa karena orde rnan eringginya bernilai sa ii. α diseb orde da karena orde rnan eringginya bernilai da Persamaan diferensial orde perama secara mm dilis dalam benk persamaan.. Penyelesaian persamaan. dapa diselesaikan dengan menggnakan eknik ariabel erpisah dengan benk perkalian y X Y y. Conoh. Tenkan penyelesaian y dari persamaan diferensial orde sa berik Penyelesaian : erpisah maka.7 Penyelesaian persamaan.7 dilakkan dengan menggnakan ariabel II-4

13 Dan menginegralkan keda ras sehingga diperoleh c Conoh. Tenkan penyelesaian dari persamaan diferensial orde da 4 y Penyelesaian : Jika y X Y y maka persamaan.8 menjadi.8 '' X Y 4XY Pembagian dengan ' 4 XY dan dipisahkan ariabel-aribel erseb maka '' ' X Y.9 4X Y Karena ras kiri pada persamaan diaas idak berganng pada dan ras kiri idak berganng kepada y maka diasmsikan bahwa keda ras sama dengan konsan. Unk diberikan sebah konsana λ > λ < aa λ. Selanjnya penyelesaian yang diberikan akan berbeda erganng kepada nilai λ. a. Kass λ > maka persamaan.9 menjadi '' X Y 4X Y ' λ Penyelesaian nk X diberikan oleh X c cosh λ c sinh λ sedangkan penyelesaian Y diberikan oleh Y c e λ y Jadi penyelesaian nk y X Y y c cosh λ c C e λ y XY dari persamaan.8 adalah cosh λ C dengan C cc dan C cc sinh λ e λ y sinh λ II-5

14 b. Kass λ < maka persamaan.9 menjadi '' X Y 4X Y ' λ penyelesaian nk X diberikan oleh X c cos λ c sin λ sedangkan penyelesaian Y diberikan oleh Y c e λ y Jadi penyelesaian dari persamaan.8 adalah y X Y y c cos λ c C e λ y cos λ C dengan C cc dan C cc sin λ c e e λ y λ y sin λ c. Kass λ maka persamaan.9 menjadi '' X Y 4X Y ' Penyelesaian nk X dan Y y masing-masing diberikan oleh dan X c c Y y c sehingga y X Y y c c C C dengan C cc dan C cc. b Berdasarkan jmlah ariabel c Jmlah ariabel dienkan dengan cara meliha jmlah fngsi diferensial yang ada pada persamaan erseb. II-6

15 Conoh.4 i. α memiliki ariabel bebas yai dan ii. α memiliki 4 ariabel bebas yai yy dan zz. yy zz c Berdasarkan linear dan nonlinear Pada persamaan diferensial ini dapa diliha secara langsng bahwa sa persamaan erseb linear aa nonlinear. Dengan meliha koefisien pada fngsi rnan jika koefisiennya konsana aa sa fngsi lain maka persamaan i diseb persamaan diferensial linear sedangkan jika koefisiennya sa fngsi inegral dari fngsi diferensial yang ada pada persamaan erseb maka persamaan i diseb persamaan diferensial nonlinear. Conoh.5 I. Linier i. β ii. y iii. y 8 II. Nonlinier y i. yy ii. y y y iii. y 8 i. y y.4 Persamaan Diferensial Parabolik Persamaan parabolik yang paling sederhana adalah persamaan perambaan panas. Misalkan sebah kabel dengan panjang L diempakan pada smb X dengan jng kiri dan jng kanan L. Jika kabel dan jga berganng erhadap wak dan posisi. merpakan sh II-7

16 Unk mengembangkan model aliran panas erseb perimbangkan elemen olm kecil V kabel yang erleak pada dan dan sh pada bidang A sebesar dan pada bidang B sebesar. Beberapa prinsip-prinsip fisika dignakan nk menggambarkan aliran panas sebagai berik.. Kondksi panas Laj aliran panas banyaknya panas yang mengalir seiap ni wak melali bidang A adalah berbanding erhadap aa perbahan sh pada bidang A. Perbandingan konsana k diseb kondkifias ermal maerial.. Arah aliran panas Arah aliran panas selal dari iik bersh inggi ke iik yang bersh rendah.. Spesifikasi kapasias panas Banyaknya panas yang dibhkan nk menaikan sh dari sa kabel yang bermasa m oleh sejmlah adalah spesifikasi kapasias panas maerial. cm dengan konsana c adalah Jika dimisalkan bahwa H merpakan jmlah panas yang mengalir dari iik ke iik panas menjadi L melali permkaan A selama ineral wak maka kondisi H ka. dengan a adalah daerah bagian yang melinang dari kabel dan anda negaif mennjkkan arah perambaan panas ke sh yang lebih rendah. Perbahan panas H pada olme V adalah banyaknya panas yang mask pada jng A dikrangi dengan banyaknya panas yang melewai B aa dilis H H H H ka. Berdasarkan prinsip kerja keiga jika diasmsikan bahwa perbahan sh pada olme V pada dasarnya adalah sama dengan perbahan sh pada smb yai sebesar II-8

17 II-9 dan masa olme V kabel sebesar a ρ yang mana ρ adalah masa jenis kabel maka [ ] a c H ρ. Kesamaan perbahan panas pada persamaan. dan. memberikan [ ] a c ka ρ Pembagian dengan dan pada keda ras diperoleh [ ] c k ρ Selanjnya ambil limi nk dan maka diperoleh [ ] lim lim c k c k c k ρ ρ ρ aa α. dengan konsana posiif ρ α c k adalah difsias maerial dan persamaan. diseb persamaan aliran panas sa dimensi. Selanjnya kia akan memperahankan sh pada keda jng-jng kabel berada pada sh C. Unk diperlkan syara baas dan L nk >.4 selain syara baas yang diperlkan kia jga perl disribsi emperar awal f yai: f.5 yang biasa diseb syara awal.

18 Unk i dengan menghbngkan persamaan aliran panas. syara baas.4 dan syara awal.5 maka diperoleh model aliran panas kabel yang mana jng-jng kabel berada pada sh konsan sebesar C α < < L >.6 L >.7 f.8 Selanjnya dengan menggnakan meode ariabel erpisah dalam benk X T Sbsisikan persamaan diaas ke dalam persamaan.6 akan diperoleh persamaan: '' X KX X ' X ' L.9 dan T ' α KT. dengan K adalah sembarang konsana. Unk menyelesaikan persamaan.9 kia mlai dengan persamaan karakerisik r K. nk K > maka penyelesaian dari persamaan karakerisik. idak diperoleh. Sedangkan jika K maka persamaan karakerisik. mempnyai akar kembar yai r sehingga penyelesaian mnya adalah: X c c Jika rnan perama dari persamaan di aas adalah X ' c Syara baas pada.9 memberikan dan X ' c X ' L c sehingga penyelesaian nk.9 adalah non-riial dalam benk X c II-

19 dengan c adalah sembarang konsana bkan nol. Unk K < persamaan karekerisik. mempnyai akar-akar mmnya adalah r ± i K sehingga penyelesaian X c cos K c sin Trnan perama dari benk erakhir K X K c sin K K c cos ' K Sbsisikan syara baas diperoleh X ' dan diperoleh X ' K c sin K Kc cos K aa c sedangkan nk syara baas X ' L c K memberikan X ' L K c sin K L Kc cos K L Oleh karena c maka persamaan menjadi dan K c sin K L sin K L hanya jika K L nπ n L maka X n sin nπ. dan dengan T n nπα bne. bn adalah konsana sembarang. Gabngkan persamaan. dengan persamaan. dan kia peroleh fngsi n X n T n n nπα sin nπ b n e.4 II-

20 dengan b n f sin nπ d.5 Persamaan diferensial parsial parabolik dapa dibedakan menjadi jenis yai: a Persamaan diferensial parsial parabolik linear. Persamaan diferensial parsial parabolik dikaakan linear jika koefisiennya konsana aa sa fngsi lain. Dengan persamaan mmnya sebagai berik: α φ.6 dengan syara baas sera syara awalnya adalah f nk. dengan: adalah Panjang pipa adalah Wak Persamaan diferensial parabolik linear dibagi yai: i. Persamaan diferensial parabolik homogen. Persamaan.6 dikaakan persamaan linear homogen jika ii. Persamaan diferensial parabolik nonhomogen. Persamaan.6 dikaakan persamaan linear nonhomogen jika b Persamaan diferensial parsial parabolik nonlinear Persamaan diferensial parsial parabolik dikaakan nonlinear jika koefisien dari persamaan merpakan sa fngsi inegral dari fngsi diferensial yang ada dengan benk mmnya adalah: φ nk > < <.7 dengan syara baas L dan f Sebagian besar persamaan diferensial nonlinear dapa diselesaikan dengan menggnakan meode ariabel. Teapi ada jga yang idak dapa diselesaikan dengan meode erseb maka kia dapa menggnakan meode homoopi perbasi nk menyelesaikan persamaan diferensial nonlinear erseb. φ φ II-

21 .5 Homoopi Homoopi berasal dari bahasa Ynani yai homos: serpa dan opos: empa. Homoopi merpakan bagian erpening dari opologi differensial. Misalkan X adalah sembarang rang f g : I X dengan I adalah p maka alr pada X mempnyai iik akhir yang sama yai f g dan f g. Sebah alr homoopi dari f ke g adalah sa fngsi konine H : I I X dari sema alr dan nilai parameer homoopi dan r maka di dapa: H f H g H r H r Dalam opologi fngsi konine f g : X Y merpakan homoopi jika fngsi konine berada pada H : X I Y maka H f dan H g nk selrh X. Selanjnya H adalah homoopi dari f ke g yang didefinisikan dengan dan y. Hbngan homoopi diandai dengan f g aa H : f g nk meneapkan H..6 Meode Perbasi Meode perrbasi perama kali dierapkan oleh J.Eler dan J.L Lagrange 76-8 di bidang mekanik. Meode perrbasi berlandaskan sa asmsi yai parameer kecil. Linearisasi dapa dignakan nk menghing sebah hampiran penyelesaian persamaan diferensial dengan ide dasarnya adalah mengekspansi kedalam benk dere pangka dari parameer kecil yang dapa diperlas erhadap sa fngsi jga mamp dignakan nk menenkan hampiran penyelesaian persamaan diferensial. Yang dicari dalam benk: ; p p p L.8 Perhingan aa proses yang dilakkan pada meode perrbasi ini adalah dengan mengabaikan sk-sk yang mema p p L nk orde nol. Unk orde perama dengan mengabaikan p p p 4 L begi jga nk orde-orde selanjnya. II-

22 Conoh.6 Penyelesaian: Selesaikan persamaan diferensial nonlinear berik: p dengan.9 Penyelesaian persamaan.9 diperoleh dalam benk ; p p p. Unk orde nol maka p p L sehingga diperoleh benk: p dengan. Oleh karena p maka benk persamaan. menjadi: Penyelesaian persamaan diferensialnya adalah: c e Dengan mensbsisikan diperoleh c sehingga penyelesaian khssnya adalah: e. Unk orde perama sbsisikan benk ; p p dan mengabaikan bek-benk p p L persamaan.9 menjadi p p p p p p p Abaikan benk-benk yang mema p dan p sehingga diperoleh p dan sbsisikan e dan e sehingga diperoleh e e p p e e e e II-4

23 II-5 Oleh karena syara baas maka penyelesaian persamaan diaas adalah e e. Selanjnya nk orde keda sbsisikan ; p p p ke dalam persamaan.8 sehingga diperoleh p p p p p p p dengan mengabaikan benk-benk yang melibakan 4 L p p maka diperoleh p p p p p p p p sbsisikan diperoleh sehingga dan e e e e e e p Oleh karena syara baas maka penyelesaian persamaan diaas adalah e e e. Jika perhingan dihenikan sampai orde maka diperoleh L e e e p e e p e.4

24 linear nonlinear Gambar. Hampiran penyelesaian persamaan diferensial nonlinear p dengan nk beberapa orde..7 Meode Perbasi Homoopi Meode perbasi homoopi adalah salah sa meode yang dignakan nk menyelesaikan persamaan diferensial nonlinear dan hasil perhingannya ckp efekif dan akra. Misalkan: A f r.5 dengan kondisi baas: B.6 n dengan A adalah operaor diferensial mm B adalah operaor syara baas f r adalah analisis fngsi yang dikeahi. Operaor A dapa dibagi menjadi da bagian yai L dan N dimana L adalah linear dan N adalah nonlinear. Oleh karena i persamaan.5 dapa dilis kembali sebagai berik : L N f r.7 Pada eknik homoopi membangn sebah homoopi r p yang memenhi: H p p [ L L ] p[ L N f r ] [ ] p.8 II-6

25 yang ekialen dengan: [ L N f ] H p L L p r.9 dengan [ ] p merpakan embedding parameer yang dignakan sebagai parameer kecil dan merpakan perkiraan awal dari persamaan.5 yang memenhi kondisi baas. Selanjnya jika diberikan p maka persamaan.9 akan menjadi: H L L.4 sedangkan jika p maka persamaan.9 menjadi: H L N f r.4 Proses perbahan p dari ke mengbah r p dari ke dalam opologi diseb deformasi sedangkan persamaan.4 dan.4 diseb homoopi. Selanjnya jika dimisalkan bahwa solsi dari persaman.8 dan.9 dapa dilis sebagai berik: p p p L.4 Selanjnya sbsisi persamaan.4 ke persamaan.8 dan diperoleh H p p[ L p p L L ] p[ L p p N p p L f r].4 L Misalkan L dan N merpakan operaor diferensial nk masing-masing fngsi linear dan nonlinear. Oleh karena sifa linear dari operaor diferensial maka H p L L L ] p p[ L N [ L N ] L L f r] p [ N.44 Selanjnya ekspansi persamaan.44 berdasarkan pada orde perbasi dan diperoleh orde nol yai p : L L L L L L II-7

26 II-8 nk orde perama diberikan oleh : r f L N L p r f L N L r f L L L N L r f L N L M Selanjnya diperoleh nilai-nilai L. Dalam meode perbasi homoopi perkiraan solsi persamaan.5 dengan p adalah L lim p.45

27 BAB III METODOLOGI Meode yang dignakan penlis pada skripsi ini adalah meode sdi lierar dengan langkah-langkah sebagai berik:. Persamaan diferensial parabolik nonlinear dengan persamaan mmnya f φ dengan syara baas L c dan syara awal f.. Mengbah persamaan.5 ke dalam benk persamaan homoopi yai p L L p[ L N f r ] H.. Sbsisi persamaan perbasi ke dalam persamaan yang elah dibah kedalam benk persamaan homoopi sehingga diperoleh L. 4. Menjmlahkan K n karena inilah persamaan eksak dari persamaan diferensial nonlinear erseb.

28 BAB IV PEMBAHASAN 4. Persamaan Nonhomogen Perimbangkan kembali persamaan parabolik nonlinear berik f φ 4. Misalkan f adalah fngsi yang erdiri dari benk nonlinear N dan linear R maka persamaan 4. dapa dilis kembali: N R φ 4. dengan nilai awal f. Persamaan 4. dikaakan nonhomogen jika φ. Penyelesaian persamaan 4. merpakan komposisi fngsi-fngsi ak dikeahi yai fngsi yang merpakan dere dilis n n L L Penyelesaian persamaan 4. dilakkan dengan mengbah persamaan 4. kedalam benk homoopi yai H p[ N R ] φ 4. Selanjnya sbsisi persamaan perbasi ke persamaan 4. sehingga diperoleh H p[ p p L p p p L N p p L R p p L ] φ 4.4 Selanjnya ekspansi persamaan 4.4 berdasarkan pada orde perbasi dan diperoleh orde nol p yai φ

29 dan penyelesaian adalah φ Unk orde perama p diberikan oleh N R dan penyelesaian adalah N R L L L N L R Unk orde keda p diberikan oleh N R dan penyelesaian adalah N R L L L N L R M Seelah nilai sk-sk L elah dikeahi n maka penyelesaian dapa diperoleh dengan menggnakan hampiran lim 4.5 n Conoh 4. Tenkan penyelesaian dari persamaan parabolik linear berik e cos sin 4.6 dengan masalah nilai awalnya. Bongsoo Jang 7 Penyelesaian: Penyelesaian persamaan parabolik linear pada persamaan 4.6 dilakkan dengan mengbah persamaan 4.6 kedalam benk homoopi yai H p p[ ] e cos sin 4.7 Selanjnya sbsisi persamaan perbasi ke 4.7 sehingga diperoleh: H p p p[ p p p L] e L cos sin 4.8 IV-

30 Analog dengan cara perbasi maka nk orde nol p dengan p p L maka dan dari persamaan 4.8 diperoleh: e cos sin e cos sin penyelesaian diberikan oleh e sin cos 4.9 Unk orde perama p dengan p p L maka p dan dari persamaan 4.8 diperoleh: e sin cos penyelesaian diberikan oleh Unk orde keda e sin cos d e cos sin 4. 4 p dengan p dari persamaan 4.8 diperoleh: e cos sin penyelesaian diberikan oleh Unk orde keiga e cos sin d p L maka p p dan e sin cos p dengan p dan dari persamaan 4.8 diperoleh: e sin cos p L maka p p p IV-

31 penyelesaian diberikan oleh e sin cos d Unk orde keempa e cos sin 4.!! dan dari persamaan 4.8 diperoleh: 4 4 p L maka p L p p dengan p!! cos sin 4 e penyelesaian diberikan oleh 4 cos e!! sin d 4 4 e sin cos 4.!! 4! M Penyelesaian persamaan dapa diperoleh dengan cara menjmlahkan sksk L aa dilis lim p L e e! e sin sin cos e sin cos L cos sin Gambar 4. mennjkkan bahwa akrasi penyelesaian yang diperoleh dengan menggnakan meode perbasi homoopi nk beberapa jmlah sk erhadap penyelesaian eksak persamaan diferensial parabolik nonlinear di. IV-4

32 ; eksak 4 8 Gambar 4. Hampiran penyelesaian persamaan diferensial parabolik linear e cos sin dengan di nk beberapa jmlah sk. Pada gambar 4. dapa diliha bahwa kra yang dibenk oleh 8 lebih mendekai dibandingkan kra-kra lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa sk lebih banyak akan mendekai kra penyelesaian eksaknya. Tabel 4. Perbandingan error E n di dengan solsi eksak e sin E E E E E 5 IV-5

33 Berdasarkan abel 4. dapa diliha bahwa E lebih memperkecil error dan nk memperlihakan error yang dihasilkan oleh beberapa kra erhadap solsi eksak dapa diliha pada gambar 4.. Grafik Error Conoh error.... Banyak sk Gambar 4. Kecepaan Meode Perbasi Homoopi menghampiri persamaan diferensial parabolik linear e cos sin dengan di dan 4 nk beberapa jmlah sk. 4. Persamaan Homogen Persamaan 4. dikaakan homogen jika φ. Persamaan 4. dapa dilis kembali: N R φ 4.4 Penyelesaian persamaan 4.4 merpakan komposisi fngsi-fngsi ak dikeahi yai fngsi yang merpakan dere dilis n n L L Penyelesaian persamaan 4.4 dilakkan dengan mengbah persamaan 4.4 kedalam benk homoopi yai H p[ N R ] 4.5 IV-6

34 Selanjnya sbsisi persamaan perbasi ke persamaan 4.5 sehingga diperoleh H p[ p p L p p p L N p p L R p p L] 4.6 Selanjnya ekspansi persamaan 4.6 berdasarkan pada orde perbasi dan diperoleh orde nol p yai dan penyelesaian adalah Unk orde perama p diberikan oleh N R dan penyelesaian adalah N R L L L N L R Unk orde keda p diberikan oleh N R dan penyelesaian adalah N R L L L N L R M Seelah nilai sk-sk L elah dikeahi n maka penyelesaian dapa diperoleh dengan menggnakan hampiran lim n IV-7

35 Conoh 4. Tenkan penyelesaian dari persamaan parabolik linear berik 4.7 dengan masalah nilai awalnya. J. Biazar 6 Penyelesaian: aa Persamaan 4.7 dapa dilis kembali sebagai berik Penyelesaian persamaan parabolik linear pada persamaan 4.7 dilakkan dengan mengbah persamaan 4.7 kedalam benk homoopi yai H p p 4.8 Selanjnya sbsisi persamaan perbasi ke 4.8 sehingga diperoleh: H p p p[ p L p p L L] Analog dengan cara perbasi maka nk orde nol 4.9 p dengan p p L maka dari persamaan 4.9 diperoleh: penyelesaian diberikan oleh d 4. IV-8

36 Unk orde perama p dengan p L p maka p dan dari persamaan 4.9 diperoleh: 6 penyelesaian diberikan oleh 6 d 6 4. Unk orde keda p L maka p p dan 4 p dengan p dari persamaan 4.9 diperoleh: penyelesaian diberikan oleh d 4. Unk orde keiga 4 5 p dengan p p L maka p p p dan dari persamaan 4.9 diperoleh: IV-9

37 IV- penyelesaian diberikan oleh d 4. M Penyelesaian persamaan dapa diperoleh dengan cara menjmlahkan sksk L aa dilis p 6 6 lim L L Conoh 4. Tenkan penyelesaian dari persamaan parabolik linear berik 4.4 dengan masalah nilai awal. Lin Jin 8 Penyelesian : Penyelesaian persamaan parabolik linear pada persamaan 4.4 dilakkan dengan mengbah persamaan 4.4 kedalam benk homoopi yai ] [ p p H 4.5 Selanjnya sbsisi persamaan prebasi ke 4.5 sehingga diperoleh: ] [ L L p p p p p H 4.6 Analog dengan cara perbasi maka nk orde nol p dengan L p p maka dari persamaan 4.6 diperoleh:

38 penyelesaian diberikan oleh d 4.7 Unk orde perama p dengan p L p maka p dan dari persamaan 4.6 diperoleh: penyelesaian diberikan oleh Unk orde keda d dari persamaan 4.6 diperoleh: p dengan p penyelesaian diberikan oleh d! p L maka p p dan 4.9 IV-

39 Unk orde keiga 4 5 p dengan p L dan dari persamaan 4.6 diperoleh:! p maka p p p penyelesaian diberikan oleh d M Penyelesaian persamaan dapa diperoleh dengan cara menjmlahkan sksk! 4. L aa dilis lim p!! L!! e L L Gambar 4. mennjkkan bahwa akrasi penyelesaian yang diperoleh dengan menggnakan meode perbasi homoopi nk beberapa jmlah sk erhadap penyelesaian eksak persamaan diferensial parabolik nonlinear di. IV-

40 ; eksak 4 8 Gambar 4. Hampiran penyelesaian persamaan diferensial parabolik nonlinear dengan nk beberapa jmlah sk. di Pada gambar 4. dapa diliha bahwa kra yang dibenk oleh 8 lebih mendekai dibandingkan kra-kra lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa sk lebih banyak akan mendekai kra penyelesaian eksaknya. Tabel 4. Perbandingan error E n di dengan solsi eksak e E E E E E IV-

41 Berdasarkan abel 4. dapa diliha bahwa E lebih memperkecil error dan nk memperlihakan error yang dihasilkan oleh beberapa kra erhadap solsi eksak dapa diliha pada gambar 4.4. Grafik Error Conoh Error. E-6 E-8 E- Banyak Sk Gambar 4.4 Kecepaan Meode Perbasi Homoopi menghampiri persamaan diferensial parabolik nonlinear dengan jmlah sk. di dan 4 nk beberapa Conoh 4.4 Tenkan penyelesaian dari persamaan parabolik nonlinear berik 4. dengan masalah nilai awal e. Msafa 7 Penyelesaian : Penyelesaian persamaan parabolik nonlinear pada persamaan 4. dilakkan dengan mengbah persamaan 4. kedalam benk homoopi yai H p p[ ] 4. Selanjnya sbsisi persamaan perbasi ke 4. sehingga diperoleh: H p p[ p p L p p L p p L p p L 4. IV-4

42 Analog dengan cara perbasi maka nk orde nol p dengan p p L maka dari persamaan 4. diperoleh: penyelesaian diberikan oleh d e 4.4 Unk orde perama p dengan p L p maka p dan dari persamaan 4. diperoleh: penyelesaian diberikan oleh Unk orde keda e d e e 4.5 dari persamaan 4. diperoleh: p maka p p dan 4 p dengan p L penyelesaian diberikan oleh e d e! e 4.6 IV-5

43 Unk orde keiga 4 5 p dengan p L dan dari persamaan 4. diperoleh: p maka p p p e Penyelesaian diberikan oleh e d! M Penyelesaian persamaan dapa diperoleh dengan cara menjmlahkan sksk! e 4.7 L aa dilis lim p L e e e e! L! e e e L!! Gambar 4.5 mennjkkan bahwa akrasi penyelesaian yang diperoleh dengan menggnakan meode perbasi homoopi nk beberapa jmlah sk erhadap penyelesaian eksak persamaan diferensial parabolik nonlinear di. IV-6

44 ; eksak 4 8 Gambar 4.5 Hampiran penyelesaian persamaan diferensial parabolik nonlinear dengan e di nk beberapa jmlah sk. Pada gambar 4.5 dapa diliha bahwa kra yang dibenk oleh 8 lebih mendekai dibandingkan kra-kra lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa sk lebih banyak akan mendekai kra penyelesaian eksaknya. Tabel 4. Perbandingan error E n di dengan solsi eksak e E E E E E IV-7

45 Berdasarkan abel 4. dapa diliha bahwa E lebih memperkecil error dan nk memperlihakan error yang dihasilkan oleh beberapa kra erhadap solsi eksak dapa diliha pada gambar 4.6. Grafik Error Conoh Error.... Banyak Sk Gambar 4.6 Kecepaan Meode Perbasi Homoopi menghampiri persamaan diferensial parabolik nonlinear dengan e di dan 4 nk beberapa jmlah sk. IV-8

46 BAB V PENUTUP 5. Kesimplan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelmnya diperoleh kesimplan bahwa meode perbasi homoopi dapa menyelesaikan persamaan differensial parabolik nonlinear f φ berdasarkan masalah nilai awal nonlinearnya L dan f. Hasil yang diperoleh dengan menggnakan meode perbasi homoopi semakin mendekai eksak yang dapa diliha pada Gambar 4. nk conoh 4. nk yang nonhomogen dan Gambar 4. nk conoh 4. dan Gambar 4.5 nk yang homogen. Dan semakin banyak jmlah sk-sk maka hasilnya akan ckp akra dan efekif. L yang dignakan 5. Saran Tgas Akhir ini membahas enang penyelesaian persamaan differensial parabolik nonlinear f φ berdasarkan masalah nilai awal nonlinearnya L dan f dengan menggnakan meode perrbasi homoopi. Bagi pembaca yang bermina melanjkan Tgas Akhir ini penlis sarankan membahas enang persamaan diferensial nonlinear yang lainnya seperi persamaan diferensial nonlinear hiperbolik dan persamaan diferensial nonlinear elipik.

47 DAFTAR PUSTAKA Biazar J. dan Z. Ayai. An Approimaion o he solion of parabolic by Adomian mehod and comparing he resl wih Crank-Nicolson mehod Inernaional Mahemaical Form no Biazar J. dan H. Ghazini. Solion of he Wae Eqaion by Homoopi Perrbaion Mehod Inernaional Mahemaical Form no Ghobi R. Abdol M.A. Mhammadzade. dkk. A New Approach o Sole Nonlinear Parial Differenial Eqaions Jornal of Mahemaical and Saisics Jang B. Eac solions o one dimensional non-homogeneos parabolic problems by he homogeneos Adomian decomposiion mehod Applied Mahemaical Comp Jin Lin. Homoopy Perrbaion Mehod for Soling Parial Differenial Eqaion wih Variable Coefficiens In. J. Conemp. Mah. Sciences Vol. no Msafa. On Nmerical Solion of Parial Differenial Eqaions by he Decomposiion Mehod Kragjeac J. Mah Sieradski A.J. An Inrodcion o Topology and Homoopy PWS-Ken Boson 99. Sewar James. Kalkls Edisi Keempa I Nyoman Ssila & Hendra Gnawan Erlangga: Jakara Jilid.

48 LAMPIRAN C MAPLE CONTOH 4. > resar; > f:^; > y:; > ly:iny; > []:fly; f : y : ly : : >p[]:^/*diffdiff[];[]:inp[]..; p : : >p[]:^/*diffdiff[];[]:inp[]..;[]:[][][]; p : : : >p[]:^/*diffdiff[];[]:inp[]..; p : : 6 >p[4]:^/*diffdiff[];[4]:inp[4]..;[4]:[][][][][4]; p 4 : 6 C-

49 4 : : >p[5]:^/*diffdiff[4];[5]:inp[5]..; p 5 : : 5 >p[6]:^/*diffdiff[5];[6]:inp[6]..; p 6 : 5 6 : 7 6 >p[7]:^/*diffdiff[6];[7]:inp[7]..; p 7 : : 54 7 >p[8]:^/*diffdiff[7];[8]:inp[8]..;[8]:[][][][][4][5][6][7][8 ]; p 8 : : 8 : >p[9]:^/*diffdiff[8];[9]:inp[9]..; p 9 : 4 8 C-

50 9 : >p[]:^/*diffdiff[9];[]:inp[]..; p : : 688 >p[]:^/*diffdiff[];[]:inp[ ]..; p : 688 : 9968 >p[]:^/*diffdiff[];[]:inp[ ]..; p : 9968 : 4796 >p[]:^/*diffdiff[];[]:inp[ ]..; p : 4796 : 678 >p[4]:^/*diffdiff[];[4]:inp[4 ]..; p 4 : : >p[5]:^/*diffdiff[4];[5]:inp[5 ]..;[5]:[][][][][4][5][6][7 ][8][9][][][][][4][5]; C-

51 p 5 : 5 : 5 : >p[6]:^/*diffdiff[5];[6]:inp[6 ]..; p 6 : : >p[7]:^/*diffdiff[6];[7]:inp[7 ]..; p 7 : : >p[8]:^/*diffdiff[7];[8]:inp[8 ]..; p 8 : : >p[9]:^/*diffdiff[8];[9]:inp[9 ]..; p 9 : : C-4

52 >p[]:^/*diffdiff[9];[]:inp[ ]..; p : : >p[]:^/*diffdiff[];[]:inp[ ]..; p : : >p[]:^/*diffdiff[];[]:inp[ ]..; p : : >p[]:^/*diffdiff[];[]:inp[ ]..; p : : >p[4]:^/*diffdiff[];[4]:inp[4 ]..; p 4 : : >p[5]:^/*diffdiff[4];[5]:inp[5 ]..; p 5 : C-5

53 5 : >p[6]:^/*diffdiff[5];[6]:inp[6 ]..; p 6 : : >p[7]:^/*diffdiff[6];[7]:inp[7 ]..; p 7 : : >p[8]:^/*diffdiff[7];[8]:inp[8 ]..; p 8 : : >p[9]:^/*diffdiff[8];[9]:inp[9 ]..; p 9 : : >p[]:^/*diffdiff[9];[]:inp[ ]..;[]:[][][][][4][5][6][7 ][8][9][][][][][4][5][6] [7][8][9][][][][][4][5][ 6][7][8][9][]; p : : C-6

54 : C-7

APROKSIMASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL HIPERBOLIK LINEAR

APROKSIMASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL HIPERBOLIK LINEAR Vol. 9. No. 1, 11 Jrnal Sains, Teknologi dan Indsri APROKSIMASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL HIPERBOLIK LINEAR Warono, Yslenia Mda Jrsan Maemaika Faklas Sains dan Teknologi UIN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ρw z. Gambar 1 Elemen luas fluida dalam dua dimensi.

TINJAUAN PUSTAKA. ρw z. Gambar 1 Elemen luas fluida dalam dua dimensi. 3 II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dibahas penrnan persamaan dasar flida ideal yang disarikan dari psaka (Doglas 2001) dan konsep dere Forier disarikan dari psaka (Ross 1984) 2.1 Persamaan Dasar

Lebih terperinci

KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER. Tri Handhika dan Murni

KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER. Tri Handhika dan Murni KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Tri Handhika dan Mrni Program Magiser Maemaika, Deparemen Maemaika, Universias Indonesia, Depok ri.handhika@i.ac.id ; mrni@i.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLUSI GELOMBANG JALAN MODEL KUASILINER DISSIPATIF DUA KANAL

EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLUSI GELOMBANG JALAN MODEL KUASILINER DISSIPATIF DUA KANAL EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLSI GELOMBANG JALAN MODEL KASILINER DISSIATIF DA KANAL SMARDI Jrsan Maemaika niersias Gadjah Mada mas_mardi@yahoo.com SOEARNA DARMAWIJAYA Jrsan Maemaika niersias Gadjah Mada

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER

KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Mahemaical Science KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Tri Handhika dan Mrni Program Magiser Maemaika, Deparemen Maemaika, Universias Indonesia, Depok ri.handhika@i.ac.id ; mrni@i.ac.id

Lebih terperinci

SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AKUSTIK DUA DIMENSI

SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AKUSTIK DUA DIMENSI Jrnal Maemaika Mrni dan Terapan Vol. 5 No. Desember 0: 3-39 SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AUSTI DUA DIMENSI Mohammad Mahfzh Shiddiq ABSTRACT Aosi wave eqaion wih Dirihle and Nemann bondar ondiions

Lebih terperinci

BAB II PENGENDALI DIGITAL

BAB II PENGENDALI DIGITAL BAB II ENGENDALI DIGIAL ada bab ini akan dibahas enang dasar-dasar pengendali ID. Selanjnya dibahas enang penrnan persamaan diskri pengendali ID yang menjadi dasar perancangan pengendali digial. ada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem assembly line. PLC digunakan di berbagai industri dan mesin pengemasan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem assembly line. PLC digunakan di berbagai industri dan mesin pengemasan dan BAB I PENDAHULUAN.. Laar Belakang Masalah Prgrammable Lgic Cnrller () merpakan sa kmper digial yang dignakan nk masi dari prses-prses elekrmagneik. Seperi pengnrlan mes pada sisem assembly le. dignakan

Lebih terperinci

PREMI UNTUK ASURANSI JIWA BERJANGKA PADA KASUS MULTISTATE

PREMI UNTUK ASURANSI JIWA BERJANGKA PADA KASUS MULTISTATE REMI UNUK ASURANSI JIWA BERJANGKA ADA KASUS MULISAE S Aminah 1*, Hasriai 2, Johannes Kho 2 1 Mahasiswa rogram S1 Maemaika 2 Dosen Jrsan Maemaika Faklas Maemaika dan Ilm engeahan Alam Universias Ria Kamps

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Investasi

BAB II DASAR TEORI  2.1 Investasi A II DASAR EORI Sebelm melangkah lebih jah pada penenan porfolio opimal maka erlebih dahl dibahas mengenai pengerian invesasi pengerian porfolio lemma Io persamaan diferensial sokasik gerak rown bak proses

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI

PENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI Modl 4 ENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI Unk dapa melakkan inerpreasi, maka daa hasil pengkran lapangan perl diolah. engolahan daa graviasi adalah nk mencari perbedaan harga graviasi dari sa iik ke iik yang

Lebih terperinci

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS [Balok Elasis Khss] X. BALOK ELASTS KHUSUS.. Balok Berpenampang Simeris Jika beban ransversal ang menghasilkan lengkngan (bending) dikenakan pada balok ang penampangna simeris maka idak menghasilkan orsi

Lebih terperinci

BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP)

BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP) BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP) Pendahlan Persamaan diferensial parsial memegang peranan pening di dalam penggambaran keadaan fisis, dimana besaran-besaran yang erliba didalamnya berbah erhadap

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. menyatakan koordinat horizontal, koordinat vertikal, dan waktu. dan hukum kekekalan momentum memberikan persamaan Euler berikut

II LANDASAN TEORI. menyatakan koordinat horizontal, koordinat vertikal, dan waktu. dan hukum kekekalan momentum memberikan persamaan Euler berikut II LANDASAN EORI Paa bagian ini akan iraikan beberapa konsep ang menasari peneliian ini. Konsep inamika flia akan isajikan ari psaka [5] an [] seangkan eori sisem amilonian irangkm ari psaka [7] an [8]..

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB XV DIFERENSIAL (Turunan)

BAB XV DIFERENSIAL (Turunan) BAB XV DIFERENSIAL (Trnan) 7. y co y ' - cosec. y sec y ' sec an 9. y cosec y ' - cosec coan Jika y f(), maka rnan peramanya dinoasikan dy dengan y f ' () d dy Lim f ( + h) f ( ) dengan d h 0 h Penggnaan

Lebih terperinci

Pada gambar 5.1 trayek

Pada gambar 5.1 trayek Mingg ke V DEFINISI JALUR, LINTASAN, DAN SIRKUIT GRAF. Sa raek ang sema sisina berbeda diseb jalr (rail). Sedangkan sa jalr ang sema simplna berbeda diseb linasan (pah). Sa raek, jalr, aa linasan diseb

Lebih terperinci

Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Metode Transformasi Pertubasi Homotopi dan Metode Dekomposisi Adomian

Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Metode Transformasi Pertubasi Homotopi dan Metode Dekomposisi Adomian Jurnal Kubik, Volume No. 1 (17) ISSN : 338-896 Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Meode Transformasi Perubasi Homoopi dan Meode Dekomposisi Adomian Feni Sii Fahonah 1,

Lebih terperinci

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi Saisika Maemaika II b Dian Kniai BAB II Meode Pembenkan Fngsi Disibsi Pada bab akan dibahas bebeapa meode alenaive nk menenkan fngsi disibsi dai pebah acak ba ang ebenk dai pebah acak ang lama. Dengan

Lebih terperinci

Catatan Fisika Einstein cs 1

Catatan Fisika Einstein cs 1 Caaan Fisika Einsein cs 1 1 SATUAN DAN DIMENSI SATUAN Pengkran adalah sa proses pembandingan sesa dengan sesa yang lain yang dianggap sebagai paokan (sandar) yang diseb saan. Saan yang sanga mendasar diseb

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono Bulein Ilmiah Ma. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 5, No. 3 (216), hal 195 24. PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Naufal Helmi, Mariaul

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New DAFTAR PUSTAKA 1. Brger H.R.. Eploraion Geophsics of he Shallo Sbsrface. Ne Jerse : Prenice Hall Inc199.. Boas M.L. Mahemaical Mehods in The Phsical Sciences Wile 1983. 3. Fergson R.J. and Margrae G.F.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada

Lebih terperinci

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Mardhika WA 1, Syamsdhha 2, Aziskhan 2 mardhikawirahadi@nriacid 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika 2 Laboratorim Komptasi Jrsan

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM LINEAR SINGULAR PADA RANGKAIAN RLC SEDERHANA

ANALISIS SISTEM LINEAR SINGULAR PADA RANGKAIAN RLC SEDERHANA Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode SSN: 979-9X Yogyakara, 3 November ANASS SSTEM NEA SNGUA PADA ANGKAAN SEDEHANA Kris Sryowai Jrsan Maemaika, Faklas Sains Terapan, ST

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ

MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ Tjan Insrksional Umm : Agar mahasiswa dapa memahami mengenai Konsekensi Transformasi Lorenz Tjan Insrksional Khss : Dapa menjelaskan enang pemaian

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

MODEL HIDRODINAMIKA. Pendahuluan. CFD di Bidang Hidraulika Saluran Terbuka Istiarto JTSL FT UGM

MODEL HIDRODINAMIKA. Pendahuluan. CFD di Bidang Hidraulika Saluran Terbuka Istiarto JTSL FT UGM MODEL HIDRODINAMIKA CFD di Bidang Hidralika Salran Terbka Isiaro JTSL FT UGM Isiaro Jrsan Teknik Sipil dan Lingkngan FT UGM hp://isiaro.saff.gm.ac.id email: isiaro@gm.ac.id Pendahlan Model maemaik hidralika

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Aplikasi Grafologi dari Huruf t Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Aplikasi Grafologi dari Huruf t Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Aplikasi Grafologi dari Hrf Menggnakan Jaringan Syaraf Tiran Iwan Awaldin 1, Alia Khairnisa 2 Absrac Graphology is a branch of science which classifies hman personaliy from handwriing. Graphologiss observe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 016/017 9 Mare 017 Kuliah yang Lalu 11 Fungsi dua (aau lebih) peubah 1 Turunan Parsial 13 Limi dan Kekoninuan 14 Turunan ungsi dua peubah 15 Turunan berarah

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gnawan Semester II, 2016/2017 3 Maret 2017 Kliah yang Lal 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Steepest Descent dalam Menentukan Konservasi Solusi Persamaan Kadomtsev-Petviashvili I Arah x atau y 1 Oleh: Rustanto Rahardi 2

Penerapan Metode Steepest Descent dalam Menentukan Konservasi Solusi Persamaan Kadomtsev-Petviashvili I Arah x atau y 1 Oleh: Rustanto Rahardi 2 Penerapan Meode Seepes Descen dalam Menenukan Konservasi Solusi Persamaan Kadomsev-Peviashvili I Arah aau y Oleh: Rusano Rahardi Absrak: Peneliian ini meliha benuk gelombang solusi Kadomsev- Peviashvili

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR Jurnal Maemaika Vol. 8, No., Desember 5: 7-77 SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR S. B. Waluya Jurusan Maemaika FMIPA Universias Negeri Semarang sevanusbudi@yahoo.com

Lebih terperinci

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Persamaan Differensial Biasa Orde Slide : Tri Harsono Polieknik Elekronika Negeri Surabaya ITS Polieknik Elekronika Negeri Surabaya PENS - ITS 1 1. PD Linier Homogin Dengan Koefisien Benuk Umum: Konsan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL. metode euler metode runge-kutta

PERSAMAAN DIFERENSIAL. metode euler metode runge-kutta PERSAMAAN DIFERENSIAL (DIFFERENTIAL EQUATION) meode euler meode runge-kua Persamaan Diferensial Persamaan paling pening dalam bidang rekayasa, paling bisa menjelaskan apa yang erjadi dalam sisem fisik.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agusus 22, ISSN : 4-858 PENGEFEKTIFAN USAHA MEDIS DALAM MEMBATASI EPIDEMI DENGAN KONTROL BANG-BANG Heru Cahyadi dan Ponidi Jurusan Maemaika FMIPA UI

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gnawan Semester II, 013/014 5 Maret 014 Kliah yang Lal 10.1 Parabola, aboa, Elips, danhiperbola a 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

{ } III PEMBAHASAN. Definisi (Proses Gerak Brown) Proses stokastik { X ( t)

{ } III PEMBAHASAN. Definisi (Proses Gerak Brown) Proses stokastik { X ( t) 4 adalah ggs eaah (onable se), sedangkan X diseb poses sokasik dengan wak konin (oninos-ime sohasi poess) jika H adalah sa ineval. Bebeapa onoh dai poses sokasik dalam masalah finansial adalah sebagai

Lebih terperinci

PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI

PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI Muhammad Hajarul Asad Moh. Isa Iraan Mardlijah 3 E-mail : as_ad8@yahoo.co.id mii@is.ac.id mardlijah@maemaika.is.ac.id

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Persamaan Differensial

Persamaan Differensial Persamaan Differensial Slide : Tri Harsono April, 2005 Polieknik Elekronika Negeri Surabaya ITS 1 Jenis PD Berdasarkan ruas kanannya: PD Homogin PD Non Homogin Berdasarkan independen variable-nya: PD Biasa

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci