Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s"

Transkripsi

1 Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik ()

2 BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi masukan, dan fungsi alih; mampu mencari fungsi alih dari suau rangkaian melalui analisis rangkaian; memahami peran pole dan zero dalam anggapan rangkaian; mampu mencari fungsi alih rangkaian jika anggapan erhadap syal impuls aaupun erhadap syal anak angga dikeahui. 3.. Pengerian dan Macam Fungsi Jargan Sebagaimana kia keahui, prsip proporsionalias berlaku di kawasan s. Fakor proporsionalias yang menghubungkan keluaran dan masukan berupa fungsi rasional dalam s yang disebu fungsi jargan (nework funcion). Secara formal, fungsi jargan di kawasan s didefisikan sebagai perbandgan anara anggapan saus nol dan syal masukan. Tanggapan Saus Nol Fungsi Jargan (3.) Syal Masukan Defisi i mengandung dua pembaasan, yaiu a) kondisi awal harus nol dan b) sisem hanya mempunyai sau masukan. Fungsi jargan yang serg kia hadapi ada dua benuk, yaiu fungsi masukan (drivg-po funcion) dan fungsi alih (ransfer funcion). Fungsi masukan adalah perbandgan anara anggapan di suau gerbang (por dengan masukan di gerbang yang sama. Fungsi alih adalah perbandgan anara anggapan di suau gerbang dengan masukan pada gerbang yang berbeda Fungsi Masukan Conoh fungsi masukan adalah impedansi masukan dan admiansi masukan, yang merupakan perbandgan anara egangan dan arus di ermal masukan. 3-

3 V I( Z( ; Y( (3.) I( V CO TOH-3.: Carilah impedansi masukan yang diliha a). V s ( oleh sumber pada rangkaian-rangkaian beriku i. Cs Penyelesaian : Cs a). Z ; Cs Cs Cs b). Y Cs b). Z I s ( Cs Cs 3... Fungsi Alih Dalam rangkaian pemroses syal, pengeahuan mengenai fungsi alih sanga peng karena fungsi i menenukan bagaimana suau syal masukan akan mengalami modifikasi dalam pemrosesan. Karena syal masukan maupun syal keluaran dapa berupa egangan aaupun arus, maka kia mengenal empa macam fungsi alih, yaiu Fungsi Alih Tegangan : T Io( Fungsi Alih Arus : TI I Admiansi Alih : Impedansi Alih : V V Io( TY ; V Vo TZ I ; 3- Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik (3) V o (3.3) T V ( dan T I ( idak berdimensi. T Y ( mempunyai sauan siemens dan T Z ( mempunyai sauan ohm. Fungsi alih suau rangkaian dapa diperoleh melalui penerapan kaidah-kaidah rangkaian sera analisis rangkaian di kawasan s. Fungsi alih memberikan hubungan anara syal masukan dan syal keluaran di kawasan s.

4 CO TOH-3.: Carilah fungsi alih rangkaian-rangkaian beriku. V ( a). Penyelesaian : Cs Kaidah pembagi egangan unuk rangkaian a) dan kaidah pembagi arus unuk rangkaian b) akan memberikan : Vo / Cs a). TV ; V / Cs Cs I b). TI I o V o ( I ( Cs b). / / sc sc I o ( CO TOH-3.3: Tenukan impedansi masukan dan fungsi alih rangkaian di sampg i. Penyelesaian : v Transformasi rangkaian ke kawasan s memberikan L C V ( Ls /Cs V o ( ( / C ( Ls ) Z ( / C( Ls ) / Cs Ls ( Cs )( Ls ) LCs ( ) Cs Vo TV V Ls 3-3

5 CO TOH-3.4: Tenukan impedansi masukan dan fungsi alih rangkaian di sampg i. Penyelesaian : Transformasi rangkaian ke kawasan s memberikan rangkaian beriku i : v C C V ( /C s /C s V o ( / ( / ) Cs Z Cs / Cs Cs Vo Z (/ C TV V Z (/ C C s Cs Cs Cs CO TOH-3.5: Tenukan fungsi alih rangkaian di sampg i. Penyelesaian : v s MΩ µf µv x Transformasi rangkaian ke kawasan s memberikan rangkaian dan persamaan beriku i A MΩ µf v x 3-4 Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik (3)

6 0 6 /s V s ( 0 6 A 0 6 V x 0 6 /s µv x V o ( Persamaan egangan unuk simpul A : V (s s A ( V (3µ) s 6 sµ V s µ V V x x / s sedangkan : Vx V 6 6 A 0 0 / s VA VA ( s ) Vx s ( s )( V V V sµ V 0 aau V V x s x 6 x x V x Fungsi alih : Vo µ Vx µ TV Vs Vs s (3µ) s 3.. Peran Fungsi Alih Dengan pengerian fungsi alih sebagaimana elah didefisikan, keluaran dari suau rangkaian di kawasan s dapa diuliskan sebagai Y T X ; dengan X : pernyaaan syal masukan di Y T adalah fungsi alih kawasan : keluaran (anggapan saus nol) di kawasan s s. (3.4) Fungsi alih T( berupa fungsi rasional yang dapa diuliskan dalam benuk rasio dari dua polom a( dan b( : 3-5

7 b( bm s T( a( a s n m n b a m ms n ns b s b a s a 0 0 (3.5) Nilai koefisien polom-polom i berupa bilangan riil, karena dienukan oleh parameer rangkaian yang riil yaiu, L, dan C. Fungsi alih dapa diuliskan dalam benuk ( s z )( ) ( ) ( ) s z s z T s K m (3.6) ( s p )( s p ) ( s p ) Dengan benuk i jelas erliha bahwa fungsi alih akan memberikan zero di z. z m dan pole di p. p n. Pole dan zero dapa mempunyai nilai riil aaupun kompleks konjuga karena koefisien dari b( dan a( adalah riil. Semenara iu syal masukan X( juga mungk mengandung zero dan pole sendiri. Oleh karena iu, sesuai dengan persamaan (3.6), syal keluaran Y( akan mengandung pole dan zero yang dapa berasal dari T( aaupun X(. Pole dan zero yang berasal dari T( disebu pole alami dan zero alami, karena mereka dienukan semaa-maa oleh parameer rangkaian dan bukan oleh syal masukan; sedangkan yang berasal dari X( disebu pole paksa dan zero paksa karena mereka dienukan oleh fungsi pemaksa (masukan). CO TOH-3.6: Jika syal masukan pada rangkaian dalam conoh- 3.5 adalah v cos u(, carilah pole dan zero syal keluaran V o ( unuk µ 0,5. Penyelesaian : Pernyaaan syal masukan di kawasan s adalah : s V ( s 4 Fungsi alih rangkaian elah diperoleh pada conoh 3.5; dengan µ 0,5 maka µ 0,5 T V s (3µ) s s,5s Dengan demikian syal keluaran menjadi n 3-6 Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik (3)

8 0,5 s Vo TV V s,5s s 4 0,5 s ( s )( s 0,5) ( s j)( s j) Pole dan zero adalah : s : pole alami riil s 0 : sau zero paksa riil s0.5 : pole alami riil s j : pole paksa imager s j : pole paksa imajer 3... angkaian Dengan Masukan Syal Impuls Syal masukan yang berbenuk gelombang impuls dyaakan dengan x( δ(. Pernyaaan syal i di kawasan s adalah X(. Dengan masukan i maka benuk syal keluaran V o ( akan sama dengan benuk fungsi alih T(. V T( X T( H( (3.7) o V o ( yang diperoleh dengan X( i kia sebu H( agar idak rancu dengan T(. Karena X( idak memberikan pole paksa, maka H( hanya akan mengandung pole alami. Kembali ke kawasan, keluaran ( h( diperoleh dengan ransformasi balik H(. Benuk gelombang h( erkai dengan pole yang dikandung oleh H(. Pole riil akan memberikan komponen eksponensial pada h(; pole kompleks konjuga (dengan bagian riil negaif ) akan memberikan komponen sus eredam pada h( dan pole-pole yang la akan memberikan benuk-benuk h( erenu yang akan kia liha melalui conoh beriku. CO TOH-3.7: Jika syal masukan pada rangkaian dalam conoh- 3.5 adalah v δ(, carilah pole dan zero syal keluaran unuk nilai µ 0,5 ; ; ; 3 ; 4, 5. Penyelesaian : µ Fungsi alih rangkaian i adalah : T V s (3µ) s Dengan masukan v δ( yang berari V (, maka keluaran rangkaian adalah : 3-7

9 µ H s (3µ) s 0,5 0,5 µ 0,5 H( s,5s ( s )( s 0,5) dua pole riil di s dan s0,5 0,5 µ H dua pole riil di s s s ( s ) µ H( s s ( s 0,5 j 3 / )( s 0,5 j 3 / ) dua pole kompleks konjuga di s0,5± j 3 3 µ 3 H s ( s j)( s j) dua pole imajer di s± j µ 4 H( s 4 s ( s 0,5 j 3 / )( s 0,5 j dua pole kompleks konjuga di s 0,5± j 4 3 / 3 / 3 / ) 5 5 µ 5 H dua pole riil di s s s ( Conoh-3.7 i memperlihakan bagaimana fungsi alih menenukan benuk gelombang syal keluaran melalui pole-pole yang dikandungnya. Berbagai macam pole ersebu akan memberikan h( dengan perilaku sebagai beriku. µ 0,5 : dua pole riil negaif idak sama besar; syal keluaran sanga eredam. µ : dua pole riil negaif sama besar ; syal keluaran eredam kriis. µ : dua pole kompleks konjuga dengan bagian riil negaif ; syal keluaran kurang eredam, berbenuk sus eredam. µ 3 : dua pole imager; syal keluaran berupa sus idak eredam. 3-8 Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik (3)

10 µ 4 : dua pole kompleks konjuga dengan bagian riil posiif ; syal keluaran idak eredam, berbenuk sus dengan ampliudo mak besar. µ 5 : dua pole riil posisif sama besar; syal keluaran eksponensial dengan eksponen posiif; syal mak besar dengan berjalannya. Gambar beriku menjelaskan posisi pole dan benuk anggapan rangkaian di kawasan yang berkaian.. 0 pole di ± jβ jω pole di α ± jβ pole di α ± jβ σ pole riil negaif pole riil posiif pole di 0j0 (liha pembahasan beriku Gb.3.. Posisi pole dan benuk gelombang keluaran angkaian Dengan Masukan Syal Anak Tangga Transformasi syal masukan yang berbenuk gelombang anak angga x( u( adalah X( /s. Jika fungsi alih adalah T( maka syal keluaran adalah T Y T X (3.8) s 3-9

11 Jika kia bandgkan (3.8) i dengan (3.7) dimana anggapan erhadap syal impuls dyaakan sebagai H(, maka anggapan erhadap syal anak angga i dapa kia sebu T H( G (3.9) s s Karena H( hanya mengandung pole alami, maka dengan meliha benuk i kia segera mengeahui bahwa anggapan erhadap syal anak angga di kawasan s akan mengandung sau pole paksa disampg pole-pole alami. Pole paksa i erleak di s 0 j0; pole ilah yang diambahkan pada Gb Mengga sifa egrasi pada ransformasi Laplace, maka g( dapa diperoleh jika h( dikeahui, yaiu g( h( x) dx (3.0) 0 Secara imbal balik, maka dg( h (, berlaku di semua iik kecuali di d (3.) dimana g( idak konyu. CO TOH-3.8: Dalam conoh-3.7, jika µ dan syal masukan berupa syal anak angga, carilah pole dan zero syal keluaran. Penyelesaian : Dengan µ fungsi alihnya adalah T V s s Dengan syal masukan X( /s, anggapan rangkaian adalah G ( s s ) s ( s 0,5 j 3 / )( s 0,5 j 3 / ) s Dari si kia peroleh : s0,5± j s 0 3 / : dua pole kompleks konjuga dengan bagian riil negaif : sau pole paksa di 0 j0 3-0 Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik (3)

12 3.3. Hubungan Bergka dan Kaidah anai Hubungan masukan-keluaran melalui suau fungsi alih dapa kia gambarkan dengan suau diagam blok seperi Gb.3..a. X( T( a). Y( X( T ( Y ( b). Gb.3.. Diagram blok T ( Y( Suau rangkaian pemroses syal sergkali merupakan hubungan bergka dari beberapa ahap pemrosesan. Dalam hubungan bergka i, egangan keluaran dari suau ahap menjadi egangan masukan dari ahap berikunya. Diagram blok dari hubungan bergka i diunjukkan oleh Gb.3..b. Unuk hubungan bergka i berlaku kaidah ranai yaiu apabila suau rangkaian merupakan hubungan bergka dari ahapan-ahapan yang masg-masg mempunyai fungsi alih egangan T V (, T V (.ds. maka fungsi alih egangan oal rangkaian menjadi TV TV ( TV ( TVk (3.) Kaidah ranai i mempermudah kia dalam melakukan analisis dari suau rangkaian yang merupakan hubungan bergka dari beberapa ahapan. Namun dalam hubungan bergka i perlu kia perhaikan agar suau ahap idak membebani ahap sebelumnya. Jika pembebanan i erjadi maka fungsi alih oal idak sepenuhnya menurui kaidah ranai. Unuk menekan efek pembebanan ersebu maka harus diusahakan agar impedansi masukan dari seiap ahap sanga besar, yang secara ideal adalah ak hgga besarnya. Jika impedansi masukan dari suau ahap erlalu rendah, kia perlu menambahkan rangkaian penyangga anara rangkaian i dengan ahap sebelumnya agar efek pembebanan idak erjadi. Kia akan meliha hal i pada conoh beriku. CO TOH-3.9: Carilah fungsi alih kedua rangkaian beriku; sesudah iu hubungkan kedua rangkaian secara bergka dan carilah fungsi alih oal. V /Cs V o V Ls V o 3-

13 Penyelesaian : Fungsi alih kedua rangkaian beruru-uru adalah / Cs T V ( dan / Cs Cs T V s ( ) Ls Jika kedua rangkaian dihubungkan maka rangkaian menjadi seperi di bawah i. V Ls /Cs V o Fungsi alih rangkaian gabungan i adalah: / Cs ( L T V Ls / Cs ( L / Cs( ) Ls Ls / Cs Ls / Cs( L / Cs Ls Ls Ls LCs ( L C) s ( ) Pemahaman : Fungsi alih dari rangkaian yang diperoleh dengan menghubungkan kedua rangkaian secara bergka idak merupakan perkalian fungsi alih masg-masg. Hal i disebabkan erjadya pembebanan rangkaian perama oleh rangkaian kedua pada waku mereka dihubungkan. Unuk mengaasi hal i kia dapa menambahkan rangkaian penyangga di anara kedua rangkaian sehgga rangkaian menjadi seperi di bawah i. V /Cs Ls V o Diagram blok rangkaian i menjadi : 3- Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik (3)

14 V ( T V V o V o T V V o ( Conoh-3.9. di aas menunjukkan bahwa kaidah ranai berlaku jika suau ahap idak membebani ahap sebelumnya. Oleh karena iu agar kaidah ranai dapa digunakan, impedansi masukan harus diusahakan sebesar mungk, yang dalam conoh diaas dicapai dengan menambahkan rangkaian penyangga. Dengan cara demikian maka hubungan masukan-keluaran oal dari seluruh rangkaian dapa dengan mudah diperoleh jika hubungan masukan-keluaran masgmasg bagian dikeahui. Pengembangan dari konsep i akan kia liha dalam analisis sisem Fungsi Alih dan Hubungan Masukan-Keluaran di Kawasan Waku Dalam pembahasan di aas dapa kia liha bahwa jika kia bekerja di kawasan s, hubungan masukan-keluaran diberikan oleh persamaan Y T X Bagaimanakah benuk hubungan masukan-keluaran di kawasan waku? Menuru (3.9) T( H(, sehgga kia dapa menggunakan konvolusi unuk melakukan ransformasi balik dari hubungan di aas dan kia dapakan hubungan masukan-keluaran di kawasan waku, yaiu y( h( τ) x( τ) dτ x( τ) h( τ) dτ (3.3) 0 0 dengan h( adalah anggapan impuls dari rangkaian. Persamaan (3.3) i memberikan hubungan di kawasan waku, anara besaran keluaran y(, besaran masukan x(, dan anggapan impuls rangkaian h(. Hubungan i dapa digunakan langsung anpa melalui ransformasi Laplace. Hubungan i sanga bermanfaa unuk mencari keluaran y( jika h( aaupun x( diperoleh secara experimenal dan suli dicari ransformasi Laplace-nya. Konvolusi berlaku unuk rangkaian lier varian waku. Jika baas bawah adalah nol (seperi pada 3.3), maka syal masukan adalah syal kausal, yaiu x( 0 unuk <

15 3.5. Tjauan Umum Mengenai Hubungan Masukan-Keluaran Dari pembahasan mengenai fungsi alih diaas dan pembahasan mengenai hubungan masukan-keluaran pada bab-bab sebelumnya, kia dapa mengeahui bahwa hubungan anara syal keluaran dan syal masukan di suau rangkaian dapa kia peroleh dalam beberapa benuk. Di kawasan s, hubungan ersebu diperoleh melalui ransformasi Laplace. Hubungan ersebu juga dapa kia peroleh di kawasan melalui konvolusi. Di sampg iu kia ga pula bahwa hubungan anara syal keluaran dan syal masukan dapa pula diperoleh dalam benuk persamaan diferensial, seperi yang kia emui pada waku kia membahas analisis ransien. Jadi kia elah mempelajari iga macam benuk hubungan anara syal keluaran dan syal masukan, yaiu ransformasi Laplace, konvolusi, persamaan diferensial. Kia masih akan menjumpai sau lagi benuk hubungan syal keluaran dan syal masukan yaiu melalui ransformasi Fourier. Akan eapi sebelum membahas ransformasi Fourier kia akan meliha lebih dulu anggapan frekuensi dalam bab beriku i. 3-4 Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik (3)

16 Soal-Soal. Termal AB rangkaian beriku adalah ermal A H masukan, dan ermal kω keluarannya adalah CD. 0,5µF Tenukanlah admiansi masukannya (arus / egangan B masukan di kawasan jika ermal keluaran erbuka. kω C D. Jika egangan masukan v (0u( V, gambarkan diagram polezero dari arus masukan dan sebukan jenis pole dan zero yang ada 3. Tegangan keluaran v ( rangkaian soal diperoleh di ermal CD. Tenukan fungsi alih egangannya (egangan keluaran / egangan masukan di kawasan. 4. Jika egangan masukan v ( 0 u( V Gambarkan diagram polezero egangan keluaran. 5. Ulangi soal dengan egangan masukan v ( 0[s00]u( V. 6. Ulangi soal 4 dengan egangan masukan v ( 0[s00]u( V. 7. Tenukan fungsi alih pada rangkaian beriku dan gambarkan digram pole-zero dari egangan keluaran V o (dan sebukan jenis pole dan zeronya. C u( v L o a). b). cos000 C C C u( L c). d). u( 3-5

17 u( C e). f). u( C u( C g). h), u( C 8. Carilah fungsi alih, g(, dan h( dari rangkaian beriku. v a). 0kΩ 0,5H kω v b). H kω 0,5µF kω c), v 0kΩ 0kΩ µf d). 00kΩ v 0kΩ µf 9. Carilah fungsi alih hubungan bergka yang: (a)ahap peramanya rangkaian soal 8 dan ahap keduan rangkaian pada soal 5; (b) ahap perama rangkaian pada soal 9 dan ahap kedua rangkaian pada soal 6; (c) ahap perama rangkaian soal 5 sedangkan ahap kedua rangkaian pada soal 8; (d) ahap perama rangkaian soal 6 sedangkan rangkaian pada soal 9 menjadi ahap kedua. 3-6 Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik (3)

18 3. Carilah fungsi alih dari suau rangkaian jika dikeahui bahwa anggapannya erhadap syal anak angga adalah : 5000 a). g( e u( ; b). g( c). g( d). g( e). g( f). g( g). g( 5000 ( e ) u( ; 5000 ( 5e ) u( ; ( e e ) u( ; ( e e ) u( 000 ( e s 000 u( h). h( 000 e 000 ( e s i). h( δ( 000 e j). h( δ( 000 e k). h( l). h( u( ; ); u( ; u( ; u( 000 ( e s 000 u( ; 000 ( e cos u( 4. Dengan menggunakan egral konvolusi carilah egangan kapasior pada rangkaian seri C jika egangan masukannya: (a) v ( u( ; (b) v ( A e α u(. 3-7

19 3-8 Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik (3)

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik () BAB 5 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi masukan,

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 2 Darpublic Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (2 Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 1 Darpublic Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (1) Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

1. Pengertian Digital

1. Pengertian Digital Kegiaan elajar. Pengerian Digial Tujuan Khusus Pembelajaran Pesera harus dapa: Menyebukan definisi besaran analog Menyebukan definisi besaran digial Menggambarkan keadaan logika Menyebukan perbedaan nilai

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh

Penyearah Setengah Gelombang Dan Gelombang Penuh ELEKTRONIKA DASAR PENGGUNAAN DIODA SEBAGAI PENYEARAH Penyearah Seengah Gelombang Dan Gelombang Penuh Tujuan Insruksional Umum Pesera mengenal rangkaian penyearah / recifier Tujuan Insruksional Khusus Pesera

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Amai lampu pijar! nformasi apa yang dapa kamu emukan? Dan apa ari informasi ersebu! 2. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik?

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 Materi Penunjang

BAB 2 Materi Penunjang BAB. MATERI PENUNJANG 4 BAB Maeri Penunjang. Vanilla Opion Derivaives adalah salah sau conoh dari insrumen keuangan, aau lebih sederhananya bisa dianggap sebagai perjanjian anara dua orang, yang nilainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Persamaan Differensial Biasa Orde Slide : Tri Harsono Polieknik Elekronika Negeri Surabaya ITS Polieknik Elekronika Negeri Surabaya PENS - ITS 1 1. PD Linier Homogin Dengan Koefisien Benuk Umum: Konsan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc.

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc. ROTSI (UTRN) Diajukan unuk memenuhi ugas maa kuliah GEOMETRI TRNSFORMSI yang diampuh oleh Ekasaya ldila., M.Sc. Di susun oleh: NIM: SEKOLH TINGGI KEGURUN DN ILMU ENDIDIKN (STKI) GRUTJl. ahlawan No. 32

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open Course Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku () Oleh: Sudaryano Sudirham Penganar Dalam kuliah ini dibahas analisis rangkaian lisrik di kawasan waku dalam kondisi manap Kuliah ini merupakan ahap

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Model Poensial Aksi Membran Hodgkin-Huley Hasil yang didapa dengan banuan bahasa pemrograman kompuer Sofware Mahemaica 7. dari Wolfram Research unuk plo poensial aksi berdasarkan

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik? 2. Dapakah kalian membukikannya? 3. Bagaimana caranya kia mengukur hambaan lampu

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci