BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II Teori Dasar lasisias Teori lasisias merupakan cabang ang sanga pening dari fisis maemais, ang mengkaji hubungan anara gaa, perpindahan, egangan dan regangan dalam sebuah benda elasis Bila suau benda dibebani oleh gaa luar, benda ersebu akan mengalami deformasi sehingga imbul egangan dan regangan Perubahan benuk ini erganung pada konfigurasi geomeris dari benda ersebu dan pada sifa mekanis bahanna Dalam eori elasisias kia baasi pembahasan hana pada bahan ang elasis linier, aiu keadaan dimana hubungan anara regangan dan egangan bersifa linier dan perubahan benuk sera egangan akan hilang bila gaa luar dihilangkanselain hal ersebu, eori elasisias menganggap bahan bersifa homogen dan isoropik, dengan demikian sifa mekanis bahan sama dalam segala arah Dalam saika benda egar (rigid bod), kia hana mengkaji gaa luar (ernal Force) ang bekerja pada suau benda dan idak meninjau perubahana benuk ang imbul Sebalikna, dalam eori elasisias kia meninjau perubahan benuk akiba gaa luar Melalui perubahan benuk pada benda ersebu, gaagaa luar dikonersikan menjadi gaa dalam (Inernal Force) Uniersias Sumaera Uara

2 II Komponen Tegangan Tegangan didefinisikan sebagai inensias gaa ang bekerja pada iap sauan luas bahan Unuk menjelaskan ini, maka akan diinjau sebuah benda ang dalam keadaan seimbang seperi erliha pada Gambar Akiba kerja gaa luar P, P, P, P 4, P 5, P 6, dan P 7, maka akan erjadi gaa dalam di anara benda Unuk mempelajari besar gaa ini pada iik sembarang O, maka benda diandaikan dibagi menjadi dua bagian A dan B oleh penampang mm ang melalui iik O P P m B P 7 O P A m P 4 P6 P 5 GambarBenda Tampang Sembarang ang Dibebani oleh Gaa-Gaa Luar (sumber : Theor of elasici, S Timoshenko) Kemudian injaulah salah sau bagian ini, misalna A Bagian ini dapa dinaakan dalam keadaan seimbang akiba gaa luar P, P, P, P 4, P 5, P 6, P 7 dan gaa dalam erbagi di sepanjang penampang mm ang merupakan kerja bahan Oleh karena inensias disribusi ini, egangan dapa diperoleh dengan membagi gaa arik oal P dengan luas poongan penampang A Uniersias Sumaera Uara

3 Unuk memperoleh besar gaa ang bekerja pada luasan kecil δa, misalna dari poongan penampang mm pada iik O, dapa diamai baha gaa ang bekerja pada elemen luas ini diakibakan oleh kerja bahan bagian B erhadap bahan bagian A ang dapa diubah menjadi sebuah resulane δp Apabila ekanan erus diberikan pada luas elemen δa, harga baas δp/δa akan menghasilkan besar egangan ang bekerja pada poongan penampang mm pada iik O arah baas resulane δp adalah arah egangan Umumna, arah egangan ini miring erhadap luas δa empa gaa bekerja sehingga dapa diuraikan menjadi dua komponen egangan aiu egangan normal ang egak lurus erhadap luas dan egangan geser ang bekerja pada bidang luas δa Tegangan normal dinoasikan dengan huruf dan egangan geser dengan huruf Unuk menunjukkan arah bidang dimana egangan ersebu bekerja, digunakan subskrip erhadap huruf-huruf ini Tegangan normal menggunakan sebuah subskrip ang menunjukkan arah egangan ang sejajar erbadap sumbu koordina ersebu, sedangkan egangan geser menggunakan dua buah subskrip dimana huruf perama menunjukkan arah normal erhadap bidang ang diinjau dan huruf kedua menunjukkan arah komponen egangan Gambar menunjukkan arah komponen-komponen egangan ang bekerja pada suau elemen kubus kecil pada iik O Uniersias Sumaera Uara

4 P GambarKomponen-Komponen Tegangan ang Bekerja Pada Poongan Kubus Kecil (sumber : Theor of elasici, S Timoshenko) Unuk menjelaskan egangan ang bekerja pada keenam sisi elemen ini diperlukan iga simbol,, unuk egangan normal dan enam simbol,,,,, unuk egangan geser Dengan meninjau keseimbangan elemen secara sederhana, maka jumlah simbol egangan geser dapa dikurangi menjadi iga Uniersias Sumaera Uara

5 ZX XZ C XZ P ZX GambarPoongan Melinang Kubus ang Melalui Tiik P (sumber : Theor of elasici, S Timoshenko) Apabila momen gaa ang bekerja pada elemen erhadap garis ang melalui iik engah C dan sejajar sumbu, maka hana egangan permukaan ang diperlihakan pada Gambar ang perlu diinjau Gaa benda, seperi bera elemen, dapa diabaikan karena semakin kecil ukuran elemen, maka gaa benda ang bekerja padana berkurang sebesar ukuran linier pangka iga Sedangkan gaa permukaan berkurang sebesar ukuran linier kuadra Oleh karena iu, unuk elemen ang sanga kecil, besar gaa benda sanga kecil jika dibandingkan dengan gaa permukaan sehingga dapa dihilangkan keika menghiung momen Dengan cara ang sama, orde momen akiba keidak-meraaan disribusi gaa normal lebih inggi dibandingkan dengan orde momen akiba gaa geser dan menjadi nol dalam limi Juga gaa pada masing-masing sisi dapa diinjau sebagai luas sisi kali egangan di engah Jika ukuran elemen kecil pada Gambar adalah d, d, d, maka momen gaa erhadap P, maka persamaan keseimbangan elemen ini adalah : d d d d d d () Uniersias Sumaera Uara

6 didapakan : Dua persamaan lain dapa diperoleh dengan cara ang sama sehingga () Dengan demikian enam besaran,,,,, cukup unuk menjelaskan egangan ang bekerja pada koordina bidang melalui sebuah iik Besaran-besaran ini disebu komponen egangan pada suau iik Jika kubus pada Gambar diberikan suau komponen gaa per sauan olume sebesar X, Y, Z pada masing-masing sumbu,, dan maka gambar komponen egangan dalam Gambar akan menjadi seperi pada Gambar4 di baah ini dan persamaan keseimbangan akan dapa diperoleh dengan menjumlahkan semua gaa pada elemen dalam arah aiu : [( j ) ] j j [( j ) ] j j [( j ) ] j j X j j j 0 [( j ) ] j j [( j ) ] j j [( j ) ] j j Y j j j 0 [( j ) ] j j [( j ) ] j j [( j ) ] j j Z j j j 0 Uniersias Sumaera Uara

7 P Gambar4Komponen-Komponen Tegangan ang Bekerja Pada Poongan Kubus Kecil Dimana Gaa Luar Per Sauan Volume X, Y, Z Bekerja (sumber : Theor of elasici, S Timoshenko) Sesudah dibagi dengan j, j, j, dan seerusna hingga baas penusuan elemen hingga iik,, maka akan didapakan : X 0 Y 0 () Z 0 Persamaan () ini harus dipenuhi di semua iik di seluruh olume benda Tegangan berubah di seluruh olume benda, dan apabila sampai pada permukaan, egangan-egangan ini harus sedemikian rupa sehingga seimbang dengan gaa luar ang bekerja pada permukaan benda Uniersias Sumaera Uara

8 II Komponen Regangan Regangan didefinisikan sebagai suau perbandingan anara perubahan dimensi suau bahan dengan dimensi aalna Karena merupakan rasio anara dua panjang, maka regangan ini merupakan besaran ak berdimensi, arina regangan idak mempunai sauan Dengan demikian, regangan dinaakan hana dengan suau bilangan, idak berganung pada sisem sauan apapun Harga numerik dari regangan biasana sanga kecil karena baang ang erbua dari bahan srukural hana mengalami perubahan panjang ang kecil apabila dibebani Dalam membahas perubahan benuk benda elasis, selalu dianggap baha benda erkekang sepenuhna sehingga idak bisa bergerak sebagai benda kaku sehingga idak mungkin ada perpindahan parikel benda anpa perubahan benuk benda ersebu Pada pembahasan ini ang diinjau hana perubahan benuk ang kecil ang biasa erjadi pada srukur eknik Perpindahan kecil perikel ang berubah benuk ini diuraikan ke dalam komponen u,, beruru-uru sejajar dengan sumbu koordina Besar komponen ini dianggap sanga kecil dan berariasi di seluruh olume benda d d O d A P C B Gambar5lemen Kecil Berdimensi d d d Uniersias Sumaera Uara

9 Tinjau elemen kecil d d d dari sebuah benda elasis seperi erliha pada Gambar5 Apabila benda mengalami perubahan benuk dan u,, merupakan komponen perpindahan iik P, perpindahan iik di dekana, A, dalam arah pada sumbu adalah orde perama dalam d, aiu u (ju/j) d akiba perambahan fungsi u sebesar (ju/j) d sesuai dengan perambahan panjang elemen PA akiba perubahan benuk adalah (ju/j) d Sedangkan sauan perpanjangan (uni elongaion) pada iik P dalam arah adalah (ju/j) Dengan cara ang sama, maka diperoleh sauan perpanjangan dalam arah dan adalah (j/j) dan (j/j) O P d A d u P' d A' B u u d B' Gambar6Perpindahan Tiik-Tiik P, A, dan B (sumber : Theor of elasici, S Timoshenko) Sekarang injaulah peleningan sudu anara elemen PA dan PB dalam Gambar6 Apabila u dan adalah perpindahan iik P dalam arah dan, perpindahan iik A dalam arah dan iik B dalam arah beruru-uru adalah (j/j) d dan u (ju/j) d Akiba perpindahan ini, maka P A merupakan arah baru elemen PA ang leakna miring erhadap arah aal dengan sudu kecil ang diunjukkan pada gambar, aiu sama dengan (j/j) Dengan cara ang Uniersias Sumaera Uara

10 sama arah P B miring erhadap PB dengan sudu kecil (ju/j) Dari sini dapa diliha baha sudu aal APB aiu sudu anara kedua elemen PA dan PB berkurang sebesar (j/j) (ju/j) Sudu ini adalah regangan geser (shearing srain) anara bidang dan Regangan geser anara bidang dan dan bidang dan dapa diperoleh dengan cara ang sama Selanjuna kia menggunakan huruf Є unuk sauan perpanjangan dan huruf γ unuk regangan geser Unuk menunjukkan arah regangan digunakan subskrip ang sama erhadap huruf ini sama seperi unuk komponen egangan Kemudian diperoleh dari pembahasan di aas beberapa besaran beriku : u γ γ u γ γ u γ γ (4) Keenam besaran ini disebu sebagai komponen regangan geser II Hubungan Tegangan dan Regangan (Hukum Hooke) Hubungan linier anara komponen egangan dan komponen regangan umumna dikenal sebagai hukum Hooke Sauan perpanjangan elemen hingga baas proporsional diberikan oleh (5) dimana adalah modulus elasisias dalam arik (modulus of elasici in ension) Bahan ang digunakan di dalam srukur biasana memiliki modulus ang sanga besar dibandingkan dengan egangan iin, dan besarna perpanjangan sanga Uniersias Sumaera Uara

11 kecil Perpanjangan elemen dalam arah ini akan diikui dengan pengecilan pada komponen melinang aiu ϑ ϑ (6) dimana adalah suau konsana ang disebu dengan raio Poisson (Poisson s Raio) Unuk sebagian besar bahan, raio poisson dapa diambil sama dengan 0,5 Unuk baja srukur biasana diambil sama dengan 0, Apabila elemen di aas mengalami kerja egangan normal,, secara serempak, erbagi raa di sepanjang sisina, komponen resulane regangan dapa diperoleh dari persamaan (5) dan (6) aiu : [ ϑ( )] [ ϑ( )] [ ϑ( )] (7) Pada persamaan (7), hubungan anara perpanjangan dan egangan sepenuhna didefinisikan oleh konsana fisik aiu dan Konsana ang sama dapa juga digunakan unuk mendefinisikan hubungan anara regangan geser dan egangan geser Uniersias Sumaera Uara

12 a b 45 o d c b o c Gambar9Perubahan Benuk Segi mpa Paralellogram (sumber : Theor of elasici, S Timoshenko) Tinjaulah kasus khusus aiu perubahan benuk segi empa paralelogram di mana,, dan 0 Poonglah sebuah elemen abcd dengan bidang ang sejajar dengan sumbu dan erleak 45 erhadap sumbu dan (Gambar9) Dengan menjumlah gaa sepanjang dan egak lurus bc, baha egangan normal pada sisi elemen ini nol dan egangan geser pada sisi adalah : ½ ( ) (8) Kondisi egangan seperi iu disebu geser murni (pure shear) Perambahan panjang elemen egak Ob sama dengan berkurangna panjang elemen mendaar Oa dan Oc, dan dengan mengabaikan besaran kecil dari orde kedua, kia bisa menimpulkan baha panjang elemen ab dan bc idak berubah selama erjadina perubahan benuk Sudu anara sisi ab dan bc berubah dan besar regangan geser ang bersangkuan γ bisa diperoleh dari segi iga Obc Sedudah perbuahan benuk akan didapakan : Uniersias Sumaera Uara

13 Oc Ob an π 4 Unuk γ ang kecil, an ( γ / ) γ /, maka : Oc Ob π an 4 π an an 4 π an an 4 Maka diperoleh : dan Sedangkan jika nilai-nilai,, dan 0 disubsiusikan ke dalam persamaan (7) maka akan diperoleh : ( ) ϑ ( ) ϑ ( ) ϑ [ ϑ( )] Maka diperoleh hubungan anara regangan dengan regangan geser : (9) Hubungan anara regangan dan egangan geser didefinisikan oleh konsana dan aiu : γ ( ϑ) ( ) ϑ (0) Jika digunakan noasi : Maka persamaan (0) akan menjadi : G () ϑ ( ) Uniersias Sumaera Uara

14 γ () G dimana konsana G didenisikan oleh (), dan disebu modulus elasisias dalam geser (modulus of elasici in shear) aau modulus kekakuan (modulus of rigidi) Apabila egangan geser bekerja ke semua sisi elemen, seperi erliha pada Gambar5, peleningan sudu anara dua sisi ang berpoongan hana erganung kepada komponen egangan geser ang bersangkuan dan diperoleh : γ G γ G γ G II Analisa Pela Lenur Pela dan shell pada mulana adalah suau elemen srukur bidang raa maupun lengkung dimana keebalanna lebih kecil dibandingkan dimensi lainna, Keebalan suau pela biasana diukur pada arah normal sumbu (garis bera) pela Diliha dari segi keebalanna, pela dapa dikaegorikan menjadi jenis, aiu: Pela ipis dengan lenduan kecil (hin plae ih small deflecion) Pela ipis dengan lenduan besar (hin plae ih large deflecion) Pela ebal (hick plae) Meliha kaegori ersebu sering digunakan dan diaplikasikan unuk mendefenisikan pela ipis sebagai perbandingan ebal dengan benang erpendek pela lebih kecil dari /0 (unuk maerial beon) Dengan hana memperimbangkan lenduan kecil dengan pela ipis, erdapa suau Uniersias Sumaera Uara

15 penederhanaan ang konsisen dengan besarna lenduan ang biasana diemukan pada srukur pela Asumsi ang mendasar di dalam eori lenduan kecil pada pela erlenur aau disebu eori klasik unuk maerial isoropik, homogen dan elasis didasarkan pada geomeri lenduan (deformasi), anara lain: Lenduan di engah benang pela lebih kecil disbanding keebalan pela iu sendiri dan kemiringan lengkungan pela sanga kecil sehingga dapa diabaikan Penampang pada bidang ssem pela idak berubah pada saa lenuran Bdang egak lurus pada bidang ssem pela akan eap egak lurus seelah pelenuran sehingga regangan geser erical γ dan γ dapa diabaikan 4 Tegangan normal pada benang sanga kecil dibandingkan komponen lainna sehingga dapa diabaikan Pada pela ebal, regangan geser sanga pening seperi blok pada umumna II Hubungan Regangan Kelengkungan Beranjak dari anggapan ersebu di aas, hubungan regangan perpindahan dapa digambarkan sebagai beriku : u ε ε 0 u u ε γ 0 () u γ γ 0 Uniersias Sumaera Uara

16 Melalui Persamaan : γ u 0 u u u u0 (, ) dan (, ) akan didapa fungsi dalam parameer, aau (,), dengan kaa lain perpindahan laeral idak dipengaruhi fungsi komponen (ebal pela) Dengan asumsi kedua di aas didapakan harga u 0 (,) 0 dan 0 (,) 0 sehingga didapa: u dan (4) subiusi persamaan (4) ke persamaan () menghasilkan: ε ( ) ε γ (5) Persamaan ini memberikan nilai regangan di seiap iik Kelengkungan dari pela lenur didefenisikan sebagai laju perubahan kemiringan sudu sepanjang pela Dengan asumsi perama dan persamaan meakili kelengkungan pela Sehingga kelengkungan k (kappa) pada engah benang ang paralel dengan bidang,, dan dapa digambarkan sebagai beriku : r ( ) k r ( ) k (6) Uniersias Sumaera Uara

17 r ( ) k Sehingga hubungan regangan dan kelengkungan adalah superposisi persamaan dan sebagai : k ε ε k k ε (7) II Tegangan dan Resulan Tegangan Pada kasus egangan dan regangan iga dimensi ang mengikui hukum hook unuk benda isoropis, homogen dan elasis, hubungan egangan dan regangan adalah sebagai beriku : ε [ ( )] ε [ ( )] ε [ ( )] r r r G (8) G G dimana : Modulus lasisias Bahan Poisson Raio G Modulus Geser [ G ] ( ) Noasi unuk egangan normal digunakan lambang (sigma) dan egangan geser digunakan lambang (au) Subscrip perama menunjukkan arah normal erhadap bidang ang diinjau dan huruf kedua menunjukkan egangan iu sendiri Uniersias Sumaera Uara

18 Tegangan normal bernilai posiif bila egangan ersebu menghasilkan egangan arik dan sebalikna Arah posiif egangan geser pada sisi seberang dari elemen kubus diambil sebagai arah posiif sumbu koordina, apabila egangan arik pada sisi ang sama mempunai arah posiif dari sumbu ang bersangkuan Apabila arah egangan arik berlaanan dengan arah posiif maka arah posiif komponen egangan geser dibalik Dengan memasukkan : ε γ γ 0 diperoleh : ( ε ) ε ( ε ) ε (9) Gγ Unuk pela lengkung persamaan menjadi : ( k k ) ( ) ( k k ) ( ) (0) ( k ) Uniersias Sumaera Uara

19 Dari persamaan-persamaan di aas dapa dikeahui baha egangan idak erjadi pada sumbu pela dan akan berubah secara linier sepanjang ebal pela Tegangan erdisribusi sepanjang ebal pela ang diakibakan oleh momen lenur M, M dan M Dengan mengambil inegral : / / / d d d d M d () / Dengan cara ang sama egangan ang lain akan diperoleh dan dibua dalam benuk mariks hubungan momen lenur dan egangan : M M M / / d () dimana : M M Hubungan gaa geser dan egangan geser adalah : Q Q / / d () Melalui persamaan () diselesaikan seperi : / M d / / M / ( ) d Uniersias Sumaera Uara

20 M ( ) / / ( ) d M (4) Fakor disebu fakor kekakuan lenur pela ( ) Dari persamaan ersebu di aas diperoleh : M M M (5) Unuk menenukan komponen-komponen egangan arah aiu :,, dan digunakan persamaan differensial keseimbangan unuk elemen pela dalam suau benuk egangan umum : 0 0 (6) 0 Dari persamaan (6) diperoleh : d / Uniersias Sumaera Uara

21 d / ( ) ( ) d / ( ) ( ) ( ) d / ( ) ( ) ( ) d / ( ) d / ( ) 4 (7) Dengan cara ang sama diperoleh : ( ) 4 (8) Melalui persamaan di aas dapa diliha disribusi komponen egangan dan sepanjang keebalan pela merupakan persamaan parabola Sedangkan komponen egangan normal dapa dienukan melalui persamaan keiga pada persamaan (6) dengan mendisribusikan komponen egangan ang elah diperoleh pada persamaan (7) dan (8) sebagai beriku : Uniersias Sumaera Uara

22 ( ) ( ) d 4 4 / ( ) ( ) d 4 4 / ( ) d 4 / ( ) 4 (9) Komponen egangan arah selalu kecil dibandingkan dengan egangan-egangan pada arah lain (plane sress) dan ini sesuai dengan asumsi ke empa di aas, dimana egangan arah pada bidang engah pela sanga kecil dan dapa diabaikan II Variasi Tegangan di dalam Pela Komponen egangan pada umumna berubah dari iik ke iik lainna pada suau pela ang diberi beban Perubahan aau ariasi ini disebabkan oleh pengaruh keseimbangan sais anara komponen-komponen egangan Unuk memenuhi keadaan ini perlu dibua suau hubungan seperi persamaan keseimbangan Uniersias Sumaera Uara

23 Perhaikan suau elemen pela kecil d d ang memikul beban erbagi meraa per sauan luas p Unuk penederhanaan, diasumsikan gaa dan momen ang bekerja pada sisi penampang erdisribusi meraa sepanjang sisi elemen Dengan adana perubahan empa misalna dari sudu kiri aas ke sudu kanan baah elemen pela, maka salah sau komponen gaa misalkan M ang bereaksi pada sisi elemen negaif akan berubah relaif erhadap permukaan elemen posiif Turunan parsial dipergunakan karena M adalah fungsi dari dan dari gambar, pela dalam kondisi seimbang bila mana jumlah gaa ang bekerja pada arah sama dengan nol Q Q d d d d p d d 0 sehingga diperoleh : Q Q p 0 (0) Keseimbangan momen pada sumbu : M M d d d d Q d d 0 sehingga diperoleh : M M Q 0 () begiu juga unuk keseimbangan momen pada sumbu : M M Q 0 () Subiusi persamaan () dan () dan ke dalam persamaan (0) : Uniersias Sumaera Uara

24 p M d M M () Persamaan () merupakan persamaan differensial keseimbangan pela ipis Gaa geser erikal jika dinaakan dalam fungsi dan adalah urunan perama dari persamaan keseimbangan momen pada persamaan () menjadi : ( ) D D Q (4) ( ) D D Q dimana : II4 Persamaan Lenduan Pela Persamaan differensial dasar lenduan pela diambil dari persamaan (4) dan () menjadi : D p K K K dengan menggani persamaan kelengkungan di aas menjadi persamaan lenduan dengan memasukkan persamaan (6) diperoleh : D p (5) Uniersias Sumaera Uara

25 Persamaan ini merupakan persamaan differensial lenduan pela ang dibebani meraa sebesar p Persamaan lenduan di dapa dengan menginegrasi persamaan ersebu pada sara baas ang ada Jika persamaan (4) dan (5) dimasukkan ke dalam persamaan egangan pada (7), (8) dan (9) akan diperoleh : Q Q p 4 (6) II5 Beberapa Sara Baas Disribusi egangan ang erjadi pada pela idak erlepas dari sara baas (Boundar Condiion), anara lain gaa dan perpindahan Pada persamaan differensial keseimbangan pela dibuuhkan dua sara baas uama pada masingmasing epi aiu lenduan dan roasi aau gaa dan momen aau kombinasi dianarana Perbedaan ang mendasar anara sara baas pela dan balok adalah momen punir (orsi) di sepanjang epi pela Beberapa kondisi baas unuk suau pela persegi panjang, dimana sumbu dan diambil sejajar dengan sisi-sisi pela, aiu : a Tepi erjepi Jika pada epi pela a erjepi, lenduan dan kemiringan sepanjang epi ini adalah nol Uniersias Sumaera Uara

26 ( ) 0 a ; 0 a b Pela ang diumpu sederhana Jika pada pela a diumpu sederhana, maka lenduan sepanjang epi ini adalah nol Namun epi ini dapa berpuar bebas erhadap garis epi, sehingga idak erdapa momen lenur M sepanjang epi ini ( ) 0 a ; ( ) 0 a a D M c Tepi Bebas Jika epi pela bebas pada a, maka pada epi ini idak erdapa momen lenur M dan momen punir M dan gaa geser Q, Sehingga : ( ) 0 a a D M ( ) ( ) 0 a a D M ( ) 0 a a D Q ( ) D M Q V Oleh kelin dan ai dua kondisi baas M dan Q ini dapa dijadikan sau, karena momen punir M d ang bekerja suau elemen sepanjang d pada epi Uniersias Sumaera Uara

27 a dapa dijadikan dengan dua buah gaa erikal sebesar M dan erpisah dengan jarak sebesar d Dari gambar erliha baha : M Q Oleh karena persaraan gabungan anara momen punir M dan gaa geser Q sepanjang epi baas a menjadi : V aau : V D a M ( Q Q ) Q 0 a ( ) 0 a Dengan menransformasikan momen punir seperi ang erliha pada gambar selain diperoleh gaa sebesar Q sepanjang epi a, juga diperoleh dua buah gaa erpusa pada sudu epi ersebu Dengan cara ang sama, ransformasi momen punir M sepanjang epi b juga akan menghasilkan gaa geser sepanjang epi dan gaa erpusa pada suduna Sehingga besarna reaksi pada sudu R unuk a dan b ialah : R a b, a, b ( M) D( ) Uniersias Sumaera Uara

BAB II TEORI DASAR PELAT

BAB II TEORI DASAR PELAT II Teori Dasar lasisias Linier BAB II TORI DASAR PLAT Teori elasisias merupakan cabang ang sanga pening dari fisika sais, ang mengkaji hubungan anara gaa, perpindahan, egangan dan regangan dalam benda

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal ahan jar Saika ulai, ST, T Peremuan IX, X Srukur Poral 1 Pendahuluan Pada srukur poral, ang erdiri dari balok dan iang ang dibebani muaan di aasna akan imbul lenuran pada balok saja, dan akan meneruskan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Fakulas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universias Brawijaa MOMEN NERSA BDANG () r r a r a a Maka momen inersia erhadap sumbu : a a. r. r a. r a. r Jika luas bidang ang diarsir: a = a = a = Jarak erhadap sumbu

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB I PERSAMAAN GERAK

BAB I PERSAMAAN GERAK BAB I PERSAMAAN GERAK. Seseorang mengendarai mobil menuju sebuah koa A ang berjarak 6 km dengan arah imur lau. Naakan ekor perpindahan r dalam noasi ekor sauan dengan menggunakan sisem koordina ke imur,

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Fakulas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universias Brawijaa Luas Penampang a. Bidang erenuk ak erauran Luas penampang didefinisikan seagai inegral dari luas elemen diferensial dengan A : Luas penampang secara

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc.

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc. ROTSI (UTRN) Diajukan unuk memenuhi ugas maa kuliah GEOMETRI TRNSFORMSI yang diampuh oleh Ekasaya ldila., M.Sc. Di susun oleh: NIM: SEKOLH TINGGI KEGURUN DN ILMU ENDIDIKN (STKI) GRUTJl. ahlawan No. 32

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Fakulas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universias Brawijaa B Momen Sais a Penampang Bidang Berenuk Tak Berauran Momen sais dari suau luasan eradap sumu dan didefinisikan seagai inegral dari asil kali luas

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. PENDAHULUAN Cold formed seel aau yang lebih akrab disebu baja ringan adalah baja yang dibenuk sedemikian rupa dari sebuah pla dalam keadaan dingin (dalam emperaur amosfir ) menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik Transpor Poluan Persamaan Konveksi Difusi Penelesaian Analiik Referensi Graf and Alinakar, 1998, Fluvial Hdraulis: Chaper 8, pp. 517-609, J. Wile and Sons, Ld., Susse, England. Teknik Sungai Transpor Poluan

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Kinematika Relativistik

Kinematika Relativistik 3 Kinemaika Relaiisik Tujuan Perkuliahan: Seelah mempelajari Bab 3 ini mahasiswa diharapkan dapa:. Menjelaskan rumusan-rumusan prinsip relaiias khusus.. Memahami menurunkan ransformasi Lorenz dan ransformasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar eori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaiu model regresi dua level, meode penaksiran maximum likelihood, mariks parisi, kronecker

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 engerian Bejana Tekan Bejana ekan adalah abung aau angki yang digunakan unuk menyimpan media yang berekanan. Media yang disimpan dapa berupa za cair, uap, gas aau udara. Jika

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Var X y x E X y. g x y dx. dan varians bersyarat dari Y diberikan X = x dirumuskan sebagai berikut: Var Y x y E Y x. h y x dy

Var X y x E X y. g x y dx. dan varians bersyarat dari Y diberikan X = x dirumuskan sebagai berikut: Var Y x y E Y x. h y x dy 0 VARIANS BERSYARAT Penenuan varians bersara dari sebuah peubah acak diberikan peubah acak lainna, baik diskri maupun koninu dijelaskan dalam Definisi 7.. Definisi 7.: VARIANS BERSYARAT UMUM Jika X dan

Lebih terperinci

BAB 4 FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA

BAB 4 FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA Dika Kuliah EL Maemaika Teknik I BAB FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA Fungsi Berpeubah Banak Banak ungsi ang berganung pada peubah lebih dari sau Sebuah bidang ang panjangna dan lebarna memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Dalam menganalisa aau mendesain srukur perlu dieapkan krieria ang dapa digunakan sebagai ukuran apakah suau srukur dapa dierima unuk penggunaan ang diinginkan aau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS [Balok Elasis Khss] X. BALOK ELASTS KHUSUS.. Balok Berpenampang Simeris Jika beban ransversal ang menghasilkan lengkngan (bending) dikenakan pada balok ang penampangna simeris maka idak menghasilkan orsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GELOMBANG

KARAKTERISTIK GELOMBANG KARAKTERISTIK GELOMBANG Gelombang Gambar. Gelombang Sumber: hp://www.gudangpengeahuan.com Pada gambar. menunjukkan keika esan air jauh pada permukaan air ang enang aka menghasilkan muka gelombang. Gelombang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 28 Maret 2014

Hendra Gunawan. 28 Maret 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 013/014 8 Mare 014 Kuliah ang Lalu 1.1 Fungsi dua aau lebih peubah 1. Turunan Parsial 1.3 Limi dan Kekoninuan 1.4 Turunan ungsi dua peubah 1.5 Turunan berarah

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Soal Pilihan Ganda : Pilihlah Satu Jawaban Yang Benar nilai maksimal = 50. Soal : Pendahuluan Komputer Grafik

Soal Pilihan Ganda : Pilihlah Satu Jawaban Yang Benar nilai maksimal = 50. Soal : Pendahuluan Komputer Grafik Maa Kuliah : Kompuer Grafik Soal Pilihan Ganda : Pilihlah Sau Jawaban Yang Benar nilai maksimal = 5 Soal : Pendahuluan Kompuer Grafik. Salah sau conoh aplikasi Grafika Kompuer adalah Virual Reali. Yang

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

MODEL NON LINIER UNTUK TENSION SOFTENING BETON

MODEL NON LINIER UNTUK TENSION SOFTENING BETON MODEL NON LINIER UNTUK TENSION SOFTENIN BETON Muaqin Hasan Jurusan Teknik Sipil, Universias Syiah Kuala Ringkasan Dalam ulisan ini dikembangkan suau model non linier unuk ension soening beon. Model dikembangkan

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 016/017 9 Mare 017 Kuliah yang Lalu 11 Fungsi dua (aau lebih) peubah 1 Turunan Parsial 13 Limi dan Kekoninuan 14 Turunan ungsi dua peubah 15 Turunan berarah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB VI SUHU DAN KALOR

BAB VI SUHU DAN KALOR BAB VI SUHU DAN KALOR STANDAR KOMPETENSI : 5. Meneapkan konsep dan prinsip kalor, konservasi energi dan suber energi dengan berbagai perubahannya dala esin kalor. Kopeensi Dasar : 5.1 Melakukan percobaan

Lebih terperinci