PELATIHAN STOCK ASSESSMENT
|
|
- Fanny Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL TROPIS UIVERSITAS TADULAKO
2 PELATIHA STOCK ASSESSMET MODUL 5. PERTUMBUHA Pendahuluan Mempelajari permasalahan perumbuhan pada disiplin perikanan sering diucapkan sebagai usaha unuk menghubungkan sebuah peubah yang mencirikan suau individu (biasanya panjang aau bobo individu) dengan umur dari individu yang bersangkuan. Beriku ini akan kia bahas secara ringkas masalah ersebu. Pendugaan Umur dan Kecepaan Perumbuhan Sejak ahun 1759, dipelopori oleh Hedersrom dari Swedia, banyak para ahli dibidang perikanan berikunya yang mencoba mengungkapkan eknik-eknik lain unuk menduga umur ikan. Beberapa karakerisik yang pernah diungkapkan adalah sebaran frekuensi panjang, percobaan beranda (agging), sisik, bau elinga (oolih), bagian uup insang (opercular), ulang punggung (verebra), sirip (fin rays) dan sebagainya. Hubungan anara pendugaan umur dengan kecepaan perumbuhan sanga era dan memainkan peranan yang pening dalam dinamika populasi ikan. Beberapa Tipe Kecepaan Perumbuhan Perumbuhan dapa dinyaakan dalam panjang (L ) aau dalam bobo (W ) dan dapa dibedakan menuru: a. Kecepaan Perambahan Mulak (absolue rae of increase): L L aau W2 W1 (1) 2 1 b. Kecepaan Perambahan isbi (relaive rae of increase): L L L aau W W W biasa dinyaakan dalam %. (2) c. Kecepaan Perambahan Sekeika (insananeous rae of increase): ln L ln L aau lnw2 lnw1 () 2 1
3 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5 - Model Perumbuhan Suau Populasi (Model Diskre) Misalkan ukuran awal suau populasi yang berambah karena kelahiran dan berkurang karena kemaian. Jika b adalah koefisien kelahiran konsan dalam suau waku erenu, d adalah koefisien kemaian konsan dalam suau waku erenu sera idak ada proses imigrasi maupun emigrasi, maka 1 aau ukuran populasi seelah sau sauan waku selanjunya sama dengan: = + b d 1 ( 1 b ) = + d (4) Selanjunya, 2 aau ukuran populasi pada waku berikunya dapa dihiung dengan cara yang sama menjadi: 2 = 1+ b1 d1 = + = + b d + b d ( 1 b d) 1 ( 1 )( 1 ) 2 ( 1 b d) = + sehingga unuk suau waku erenu k, ukuran populasi k dapa dihiunmg melalui hubungan: k = 1+ b d (6) aau k (5) k = (7) k r oleh karena besaran 1+ b d adalah kosnana sehingga dapa dimisalkan sama dengan r. Besaran r sering juga disebu sebagai suku bunga dalam dunia perbankan dan lebih umum diuliskan sebagai 1+ r dalam persamaan (7). Sebagai ilusrasi, anda dapa menghiung abungan seorang nasabah seelah 8 ahun keika di awal ahun abungannya adalah Rp dengan suku bunga abungan yang eap sebesar 15% per ahunnya, yaiu sebagai 8 yang sama dengan: 8 ( 1 ) 8 ( 1.15) ( 1) = + r 8 = = Rp
4 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-4 Model Perumbuhan Suau Populasi (Model Koninu) Misalkan, banyaknya individu dalam suau populasi pada saa ( ) dan r(, ), laju perambahan populasi pada saa. Jika populasi yang dibicarakan erisolir, arinya idak erjadi proses imigrasi dan emigrasi, maka: r(, ) = laju kelahiran laju kemaian (8) berdasarkan baasan: 1 d r(, ) = d (9) aau d d d = (1) d, r disebu laju perambahan mulak. Pendekaan lain yang lebih mendasar adalah dengan membayangkan proses yang sama seperi halnya pada 1.4 sewaku membicarakan model diskre. Persamaan (4) yang digunakan unuk menghiung 1 berdasarkan dapa diubah menjadi persamaan yang mencoba menghiung +Δ berdasarkan dengan analogi bahwa persamaan (4) mencoba menghiung ukuran populasi dari waku ke waku secara diskre dan pada model koninu dari waku ke waku sanga kecil sekali. Secara maemaika, besaran + Δ dengan asumsi bahwa besaran Δ Δ disebu juga sebagai yang mempunyai nilai hampir nol dan persamaan (4) dengan demikian dapa diulis menjadi: +Δ = + bδ dδ (11) yang umum diulis dalam benuk: = b Δ d Δ +Δ = ( b d) Δ = r Δ sehingga +Δ Δ = r (12)
5 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-5 Jika pada persamaan (12) diambil hasil akhir berupa limi unuk Δ yang mendekai nol, persamaan (12) dapa diulis menjadi benuk yang sanga dikenal dalam kalkulus, yaiu: lim Δ = lim r +Δ Δ Δ aau d d = r (1) seperi halnya elah diperoleh pada persamaan (1). Besaran r yang diperoleh pada (1) idak selalu konsana, eapi pada kenyaaannya memang sanga erganung pada waku dan pada ukuran populasi ( ) seperi halnya elah diuliskan dalam persamaan (1). Perumbuhan Eksponensial Hipoesa perama yang dapa diberikan erhadap r(, ), laju perambahan populasi pada saa, adalah r(, ) = λ. Arinya, laju perambahan populasi idak bervariasi menuru waku, sama unuk seiap individu dan idak erganung pada ukuran populasi. Dengan demikian, persamaan (9) dapa diuliskan menjadi: 1 d = λ (14) d sehingga d = λd (15) Inegrasikan dikiri dan dikanan, diperoleh hasil beriku: sehingga ln + c = λ+ c d 1 2 ( c2 c1) e λ + ln = λ+ c c = = λd 2 1
6 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-6 = e e = ce λ c2 c1 λ (16) Jika adalah ukuran populasi pada saa =, maka: sehingga: λ = ce = c = e λ (17) Persamaan yang erakhir ini disebu juga kurva eksponensial aau kurva Malhus (1798). Ukuran Populasi λ> λ= λ< Waku Gambar 1. Kurva = e λ unuk beberapa λ Beberapa penampilan hubungan ini dapa dipelajari melalui berbagai kemungkinan nilai λ. Jika λ = maka = dan dikaakan populasi umbuh secara konsan aau idak berambah maupun berkurang. Jika λ > unuk suau waku yang lama ( ) maka populasi akan berambah erus menuru waku sampai jumlah yang sanga besar sekali ( ). Jika λ < unuk suau waku yang lama ( ) maka populasi akan berkurang erus menuru waku sampai jumlahnya menjadi sanga kecil sekali ( ). Ini merupakan peunjuk bahwa populasi idak dapa umbuh jika idak ada pembaas. Kurva perumbuhan (17) disajikan dalam Gambar 1.1.
7 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-7 Unuk menghiung periode yang dibuuhkan agar ukuran populasi berambah sebanyak k ( k > ) kali ukuran populasi sebelumnya dapa digunakan hubungan beriku: sehingga: + T λ( + T) λ e = ke λ + T = ln k+ λ = k ln k T = (18) λ Model Eksponensial Umum Hipoesa kedua yang akan disajikan disini masih menyangku nilai laju perambahan populasi pada saa, r( ) = λ, sedangkan λ merupakan fungsi, koninu unuk. Dengan menggunakan prosedur yang sama seperi 1.6 akan diperoleh: λ s ds = e (19) Teladan yang cukup epa unuk model ini dikenal dibidang kedokeran unuk mengeahui perumbuhan umor. Misalkan V volume umor pada saa. Dengan memisalkan r( ), = λ sedemikian sehingga: λ = λ ; α > (2) e α maka persamaan (19) dapa diselesaikan unuk menenukan V : V = V e αs e ds λ α α( 1 e ) = Ve (21) Perumbuhan Logisik (Pearl-Verhuls) Telah disinggung pada 1.6, kenyaaan menunjukkan bahwa populasi idak umbuh anpa kendala baik pada habia yang erhingga maupun akhingga, aau bahkan pada bakeri. Hipoesa ini dapa dinyaakan secara maemaika dengan mengambil nilai r(, ) fungsi dari ukuran populasi, sehingga:
8 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-8 r, = a b ; a, b> (22) Oleh karena iu 1 d d = a b (2) Persamaan (2) disebu Persamaan Perumbuhan Logisik. Konsana a dapa diinerpreasikan sebagai laju perambahan jika populasi ersebu memiliki sumber yang akhingga, aau dengan perkaaan lain jika populasi ersebu memilih umbuh secara eksponen. Adapun konsana b dapa diinerpreasikan sebagai pengaruh persaingan (kompeisi) anar individu, misalnya akiba persaingan dalam memperebukan ruang, makanan aau mai karena penyaki. Dengan menggunakan prosedur yang sama, ukuran populasi pada saa, dinyaakan melalui manipulasi aljabar beriku: 1 d = a b d d = d ( a b) d = d ( a b) Ad Bd + = d a b sedangkan A dan B dapa dihiung berdasarkan persamaan: A B 1 + = a b a b ( ) dapa (24) aau ( ) + 1 = ( a b) ( a b) Aa b B sedemikian sehingga menjadi: 1 A = dan a b B =. Oleh karenanya, persamaan (24) dapa diulis a
9 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-9 Ad Bd + = ( a b) d bd + a = a ( a b) 1 1 ln + c1 ln ( a b) + c2 = + c a a ln = a + c a b a b d d = ce a sehingga a = a b e a+ b (25) ilai a = disebu juga iik keseimbangan dan sering dinamakan daya dukung b populasi. Benuk umum persamaan logisik dapa diurunkan dari sehingga: r = a b,, 1 x adu u adu u s = be dx+ k e Teladan Pemahaman Model Sebuah populasi memenuhi model perumbuhan beriku: d d = λ ; θ ; λ > θ Andaikan = 1. Sajikan pemecahan unuk θ > 1, θ = 1 dan θ < 1. dengan memperhaikan iga kasus Teknik pemecahan yang digunakan dapa berbeda, eapi benuk akhirnya akan idenik dengan hasil pemecahan beriku. Jika θ = 1 maka = e λ, jika 1 θ > maka 1 = 1 ( θ 1) λ 1 θ 1 dan jika θ < 1 aau jika θ 1 < < maka 1 1 θ λ 1 1 = + θ.
10 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-1 Teladan umerik Sebuah populasi memiliki ukuran awal 1 individu dan menempai sebuah habia yang daya dukungnya 1.. Pada ahun perama, populasi berambah 2. Dengan mengandaikan perumbuhan populasi mengikui model logisik, enukan dalam berapa ahun populasi ersebu mencapai ukuran 95. individu? Dengan menggunakan formula (25) dan baasan daya dukung yang elah disinggung pada 1.8, diperoleh = 5.9 ahun. Perumbuhan VO BERTALAFFY Menuru eori yang diajukan VO BERTALAFFY, bobo organisma akan dipengaruhi oleh dua proses yang berlawanan, yaiu: anabolisma aau sinesa dan kaabolisma aau penghancuran. Proses yang perama mengakibakan berambahnya bobo, eapi yang kedua akan menguranginya. Laju proses anabolisma dapa dianggap sebanding dengan luas permukaan yang dapa diabsorpsi, sedangkan laju proses kaabolisma dapa dianggap sebanding dengan bobonya. Oleh karena kedua proses ini erjadi secara koninu dan selalu bersama-sama selama organisma ersebu hidup, perbedaan keduanya dapa dianggap sebagai laju perubahan bobo pada suau saa erenu. Ide ini yang kemudian dinyaakan dalam suau persamaan maemaika: dw = ( HS DW ) d (26) sedangkan dw adalah perubahan bobo selama periode d, H adalah koefisien anabolisma, D adalah koefisien kaabolisma, S adalah luas permukaan yang dapa diabsorpsi dan W adalah bobo; sehingga: dw = HS DW (27) d dw d disebu laju perubahan bobo. Andaikan perumbuhan bersifa isomerik, arinya idak erjadi perubahan benuk maupun kepadaan selama proses umbuh. Dengan demikian, luas permukaan S dapa dianggap sebanding dengan kuadra sembarang dimensi linear (misal panjang L ),
11 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-11 sedangkan bobo W sebanding dengan pangka iga dimensi linear yang sama. Secara maemaika, hal ini dilambangkan dengan: dan S 2 = pl (28) W = ql (29) sedangkan p dan q adalah konsana. Berdasarkan (29), dw dapa dienukan dengan cara: dw 2 ql dl = () sehingga: dw = 2 ql dl aau dw d dl d 2 = ql (1) Subsiusikan (28), (29) dan (1) pada (27), diperoleh: dw = HS DW d dl ql = HpL DqL d 2 2 aau: dl Hp DL = (2) d q Persamaan yang erakhir ini lebih homogen (dalam L ) dibanding persamaan (27) yang heerogen (dalam S dan W ). Persamaan ini dapa diulis: dl D Hp + L = () d q yang menyerupai benuk umum persamaan differensial, dy Ky A dx + = dengan D K = Hp dan A =. Persamaan differensial ini menghasilkan pemecahan beriku: q
12 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-12 A y = + Ce K Kx aau unuk persamaan () menjadi: menjadi: Hp L= + Ce Dq D Dengan menggunakan noasi L, kia dapa menuliskan persamaan yang erakhir L D Hp = + Ce (4) Dq Misalkan L adalah panjang organisma pada saa =. Gunakan noasi ini pada (4), Hp diperoleh nilai C = L, sehingga: Dq Hp Hp L = L e Dq Dq D (5) Jika mendekai nilai akhingga, nilai eksponen pada persamaan (5) akan mendekai, sehingga secara asimpois, nilai L akan mendekai besaran Hp Dq. ilai asimpois ini biasa dilambangkan dengan L. Lambangkan pula, (5) dapa diuliskan menjadi: L L L L e D K =, persamaan K = (6) Persamaan (6) merupakan persamaan asli kurva VO BERTALAFFY anpa mengikuserakan parameer lain yang sesungguhnya disubsiusikan dengan inerpreasi yang murni maemais. Dengan demikian, secara biologi, persamaan (6) sudah cukup memadai. Andaikan sekarang, adalah umur organisma pada saa panjangnya sama dengan ( L = ). Dengan mengadakan subsiusi erhadap (6) diperoleh: ( ) ( ) L = L L L e L = L L L e = L L L e K K K
13 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-1 sehingga K ( L L ) = L e dan kia peroleh penampilan lain dari persamaan VO BERTALAFFY yang biasa dugunakan seperi beriku: L = L L L e K K L Le e = = L K( ) ( 1 e ) K Dengan eknik yang sama dan dari hubungan pada persamaan (29), penampilan kurva perumbuhan VO BERTALAFFY dapa juga disajikan dengan menggunakan bobo organisma. Melalui beberapa prosedur aljabar sederhana, diperoleh: K( ) ( 1 ) W = W e (8) Beberapa Meoda Terapan Beberapa meoda lanjuan yang merupakan erapan dari kurva perumbuhan VO BERTALAFFY diemukan cukup banyak. Beberapa dianaranya adalah: Meoda WALFORD, Meoda GULLAD, Meoda ABRAMSO dan seerusnya. Meoda WALFORD mencoba mencari hubungan anara panjang pada saa erenu dengan panjang pada saa yang lain. Misalkan hubungan anara panjang pada saa + 1 dan panjang pada saa. Melalui beberapa pengolahan sederhana, diperoleh hubungan: K K L+ 1 L 1 e e L = + (9) Bagian perama dari ruas sebelah kanan merupakan konsana, demikian pula bagian kedua kecuali L. Dengan demikian, L + 1 merupakan sebuah fungsi linear dari L. Pemecahannya dapa dilaksanakan dengan menggunakan regresi linear sederhana. Jika WALFORD menyajikan selang waku 1 sauan waku, GULLAD membahasnya secara umum, yaiu unuk T sauan waku. Dengan cara yang sama, seperi pada Meoda WALFORD, Meoda GULLAD menyajikan hubungan anara L L + T dengan L seperi beriku: KT KT L 1 L = L 1 e 1 e L (4) + (7)
14 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-14 Pendekaan Lain unuk Perumbuhan dalam Panjang Perhaikan persamaan differensial beriku: dl = L = J KL (41) d Seperi halnya hubungan anara dan pada pembahasan moralias, pada hubungan ini juga erliha adanya hubungan linear anara L dan L. Konsana J merupakan inersep dan K sebagai kemiringan (slope). Gambar kiri membaasi kemiringan (slope) unuk seiap iik pada kurva kanan Pada persamaan dl = L = J KL, L merupakan peubah erganung (idak bebas) d sedangkan adalah peubah bebas. Beriku adalah uraian sederhana unuk menyelesaikan persamaan ersebu: dl J = J KL= K L (42) d K sehingga dl dl J = Kd Kd ln L c K c J = J + = + L L K K K J K K J L = + ce = L + ce, L = K K 1 2
15 Pelaihan Sock Assessmen Modul 5-15 Unuk menenukan besaran c misalkan L = pada saa = sehingga K L L = = L ce c + = K e Subsiusikan c ke dalam persamaan erakhir diperoleh K K L = L L e e aau L = L e (4) K( ) (1 ) Persamaan (4) dikenal sebagai persamaan perumbuhan von Beralanffy dan digunakan secara luas dalam ilmu perikanan sebagai model perumbuhan individu ikan dalam panjang. Knigh (1968) dan Roff (198) memberikan pendapa yang berbeda dalam penggunaan persamaan von Beralanffy.
PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1
PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis
Lebih terperincix 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.
Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.
Lebih terperinciBAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu
Lebih terperinciMODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)
Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran
Lebih terperinciIntegral dan Persamaan Diferensial
Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih
Lebih terperinciBAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt
BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)
Lebih terperinci1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu
.4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan
Lebih terperinciBAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan
BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus
Lebih terperinciPekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)
FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya
Lebih terperinciFaradina GERAK LURUS BERATURAN
GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang
Lebih terperinciBAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan
BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)
MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang
Lebih terperinciDarpublic Nopember 2013
Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi
Lebih terperinci3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu
daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan
Lebih terperinciFIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI
KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak
Lebih terperinciBAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun
43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C
Lebih terperinciKINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI
KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan
Lebih terperinciFungsi Bernilai Vektor
Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F
Lebih terperinciLIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1
LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI
PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan
Lebih terperinciRANK DARI MATRIKS ATAS RING
Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan
BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,
Lebih terperinci1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral
Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah
Lebih terperinciBAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,
Lebih terperinciSuatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond
Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,
Lebih terperinci=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus
A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik
Lebih terperinciHUMAN CAPITAL. Minggu 16
HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan
Lebih terperinciGERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL
Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap
Lebih terperinciSekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN
Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,
Lebih terperinciAPLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND
APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi
Lebih terperinciBAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI
BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode
20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciBAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi
Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa
BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi
Lebih terperinciPENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.
PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN NUMERIK
BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah
37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,
Lebih terperinciJ U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB
J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan
Lebih terperinciIR. STEVANUS ARIANTO 1
GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA
Lebih terperinciBAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF
BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a
Lebih terperinciBAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,
BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran
Lebih terperinciBAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF
BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap
Lebih terperinciMODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN
MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu
Lebih terperinciBAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131
BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN
PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan
Lebih terperinciAnalisis Model dan Contoh Numerik
Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP
Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non
Lebih terperinciSIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK
Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan
Lebih terperinciMA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan
MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 016/017 9 Mare 017 Kuliah yang Lalu 11 Fungsi dua (aau lebih) peubah 1 Turunan Parsial 13 Limi dan Kekoninuan 14 Turunan ungsi dua peubah 15 Turunan berarah
Lebih terperinciFISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)
K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis
Lebih terperinciBAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai
BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh
Lebih terperinciARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK
AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan
Lebih terperinciAnalisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu
Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI
I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi
Lebih terperinciKINEMATIKA GERAK LURUS
Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan
Lebih terperinciPENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA
PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus
Lebih terperinciBAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai
BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di
Lebih terperinciPERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI
PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara
Lebih terperinciPEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN
Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab
13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,
Lebih terperinciAljabar Linear Elementer
Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali
Lebih terperinciKINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013
KINETIK KIMI LJU DN MEKNISME DLM REKSI KIMI Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 03 Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana diulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien seimbang Namun persamaan
Lebih terperinciPerancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing
Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria
Lebih terperinciPemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun
Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro
Lebih terperinciHitung penurunan pada akhir konsolidasi
Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi
Lebih terperinciESTIMASI POPULASI / STOK IKAN
ESTIMASI POPULASI / STOK IKA Populasi ikan didefinisikan sebagai kelompok individu sau spesies aau sau sub-spesies yang secara spasial, geneic, aau demografi erpisah dengan kelompok yang lain. Pengelola
Lebih terperinciPENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN
M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak
Lebih terperinciv dan persamaan di C menjadi : L x L x
PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi
Lebih terperinciMuhammad Firdaus, Ph.D
Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel
Lebih terperinciPenyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet
JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan
Lebih terperinciAnalisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s
Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi
Lebih terperinciPerbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X
JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORI
7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan
Lebih terperinciOleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto
Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR
RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan
Lebih terperinci