BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP)"

Transkripsi

1 BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL (PDP) Pendahlan Persamaan diferensial parsial memegang peranan pening di dalam penggambaran keadaan fisis, dimana besaran-besaran yang erliba didalamnya berbah erhadap rang dan wak. Sebagai conoh, ika kia menina opik-opik fisika lan (advanced physics), seperi halnya mekanika klasik lan yang membicarakan enang gelombang elekromagneik, hidrodinamik dan mekanika kanm (gelombang Schroedinger), maka kia akan menemkan penggnaan persamaan diferensial parsial yang dignakan nk menggambarkan fenomena fisis yang berkaian dengan masalah-masalah erseb. Masalah-masalah erseb dalam kenyaaannya sli nk dipecahkan dengan cara analiik biasa, sehingga meode nmerik perl dierapkan nk menyelesaikannya. Penggnaan persamaan diferensial idak erbaas pada masalah fisika saa, eapi lebih las lagi dalam bidang sains dan eknologi. Pendekaan Beda Hingga Unk memahami dengan benar masalah persamaan diferensial ini, sebelmnya pada bab 5 kia sdah membahas bahwa sa derivaif dapa didekai dengan beda hingga, sehingga persamaan diferensial dapa didekai dengan persamaan beda hingga pla. Dalam bab ini meode beda hingga yang elah dikenalkan sebelmnya akan diperlas lagi nk kass di dalam rang mlidimensi yang lebih epa dikai dengan menggnakan persamaan diferensial parsial. Pada bab V yang lal, kia sdah menggnakan pendekaan beda hingga nk mendekai ngkapan rnan perama dan keda. Namn pada pembahasan yang lal kia masih membaasi pada pendekaan nk rnan pada rang dimensi sa. Saa ini, kia masih akan menggnakan kaidah-kaidah pendekaan erseb namn diingkakan nk rang dimensi da. Pada pembahasan enang persamaan diferensial biasa di bab 7 yang lal, kia elah melakkan pendekaan beda hingga pada penyelesaiannya. Nah di bab ini, kia ga

2 akan melakkan hal sama pada benk derivaif parsialnya. Mengapa? Karena nk masalah-masalah yang melibakan da aa lebih variabel bebas, prinsip-prinsip erseb masih eap dapa dierapkan. Di dalam pembahasan enang persamaan diferensial biasa, variabel bebas yang erliba dalam masalah hanya sa, sedangkan nk persamaan diferensial parsial variabel bebas bermlah lebih dari sa. Ten saa, hal ini saa memba permasalahan akan semakin kompleks. Unk memberikan ilsrasi dan mempermdah pemahaman kia enang masalah ini, sekarang marilah kia ina sebah aring koak yang menggambarkan da variabel bebas dan y seperi erliha pada gambar 8.. Seiap koak dalam aring erseb memiliki lebar karena i, panang variabel bebas seelah langkah ke i dinyaakan oleh i ( ),,..., dan y. Oleh i i N (8-5) dan panang variabel y seelah langkah ke adalah ( ),,..., y N (8-6) Dengan menggnakan iik-iik aring pada gambar 8., diferensial orde perama dan keda dapa didekai oleh: Δy Δy Δ Δ Gambar 8.. Jaring iik-iik hingan pada pendekaan beda hingga dengan variabel bebas dan y.

3 i, i, (8-7) i, i, (8-8) (8-9) i, i, i, i, i, ( ) (8-) y 4 y i, i, i, i, ( ) ( ) (8-) Dalam beberapa masalah fisika dan eknik persamaan diferensial ada yang dinyaakan dalam rnan perama erhadap wak dan rnan keda erhadap rang, misalnya pada persamaan difsi. Unk persamaan diferensial parsial yang mengandng variabel rang dan wak ini, pendekaan beda hingga dapa dinyaakan dalam aring (aring) bidang dan (liha gambar 8.). Δ i, i, i, i, Δ Gambar 8.. Jaring iik-iik hingan pada pendekaan beda hingga dengan variabel bebas dan. Δ

4 Jaring koak yang menyaakan variabel rang dan wak dibagi menadi piaspias dengan inerval rang dan wak inerval ke i dinyaakan sebagai i ( ),,..., dan. Panang variabel rang seelah i i N (8-) Sedangkan nk variabel wak seelah inerval wak ke adalah ( ),,..., N (8-3) Benk rnan perama erhadap waknya dapa diliskan sebagai i, i, Ungkapan (8-4) dapa pla diliskan sebagai (8-4) i i (8-5) dengan indeks bawah menyaakan harga pada langkah wak, dan indeks aas mennkkan harga pada langkah rang. Sedangkan nk derivaif keda erhadap variabel rang seperi dinyaakan pada persamaan (8-) dapa diliskan kembali i i i ( ) (8-6) 8. Klasifikasi Persamaan diferensial parsial dibagi menadi iga enis, yai persamaan diferensial elipik, parabolik dan hiperbolik. Unk membedakan keiga enis persamaan diferensial parsial erseb, marilah sekarang kia menina sebah persamaan diferensial parsial orde da dalam da variabel rang dan wak, A B C D,,,, (6-) dimana A,B dan C merpakan fngsi dari dan, dan D adalah fngsi dari dan derivaif dan, sera dan. Kia ga akan memperkenalkan variabel bar

5 sedemikian hingga sk-sk yang mengandng derivaif campran akan sama dengan nol. Selannya, pembedaan aas iga klas persamaan diferensial parsial erseb didasarkan pada harga diskriminan B 4AC dari persamaan (8-) erseb. Perama, ika kia menina pada sa iik (, ) memenhi syara bahwa harga diskriminan ( ) ( ) ( ) B A C dan di iik erseb, 4,, > (8-) maka persamaan diferensial parsial erseb dikaakan hiperbolik pada iik (, ). Selanya, ika persamaan erseb hiperbolik pada selrh iik di dalam ranah (domain) yang diina, maka persamaan diferensial parsial erseb dikaakan sebagai persamaan hiperbolik. Sebagai conoh, ika kia menina persamaan gelombang yang mengambil benk Persamaan gelombang c Dalam persamaan gelombang erseb harga A c, B dan C, sehingga harga diskriminannya berharga posiip. Ini berari persamaan gelombang benar-benar mask dalam klasifikasi persamaan diferensial hiperbolik. Persamaan (8-) erseb memiliki dimensi rang sa dengan c adalah kecepaan gelombang cahaya di rang hampa. Persamaan erseb menelaskan dengan sederhana bahwa derivaif keda dari penyelesaiannya berbanding lrs dengan derivaif keda lainnya dengan konsana kesebandingan c. Keda, Jika pada sa iik (, ) ( ) ( ) ( ) B A C memenhi persyaraan, 4,, (8-3) maka persamaan erseb dikaakan parabolik pada iik (, ). Dan ika di selrh iik dipenhi harga diskriminan (8-3), maka persamaan erseb diseb persamaan parabolik. Conoh dari persamaan diferensial parabolik adalah persamaan difsi yang mengambil benk Persamaan difsi κ

6 dengan A κ, B dan C. Oleh sebab i, harga deskriminannya sama dengan nol. Persamaan ini dikenal dengan persamaan panas, yang menggambarkan aliran (difsi) panas melali sebah penghanar. Dalam kass ini κ adalah kondkivias ermal yang merpakan kebalikan dari R yang merpakan hambaan ermal. Di dalam ilm fisika persamaan diferensial yang mirip dengan persamaan difsi adalah persamaan Schroedinger yai, h V, y, z i m h Persamaan Schroedinger ( ) Persamaan Schroedinger ini memegang peran pening di dalam mekanika kanm. Keiga, ika pada sa iik (, ) ( ) ( ) ( ) B A C berlak syara, 4,, < (8-4) maka persamaan erseb dikaakan elipik pada iik (, ), dan ika di selrh iik dipenhi syara erseb, maka persamaan erseb mask dalam klas persamaan elipik. Conoh dari persamaan elipik adalah persamaan Poisson dan Laplace yang di dalam rang dimensi da masing-masing mengambil benk y Persamaan Poisson S ( y ), Persamaan Laplace y Persamaan Poisson memperkenalkan smber panas ke dalam sisem yang diina. Sedangkan persamaan Laplace merpakan kass khss dari persamaan Poisson anpa smber. Disamping i, persamaan Laplace ga bisa dirnkan dari persamaan difsi. Jika sebah obek diisolasi dari lingkngan, maka akan dicapai disribsi sh dalam keadaan manap, sa kondisi seimbang yang digambarkan oleh derivaif wak sama dengan nol pada persamaan difsi. Keadaan manap sa aliran panas dinkkan oleh kanias yang sama anara panas yang kelar dan mask sa ampang linang. Dari kenyaaan bahwa derivaif wak pada persamaan difsi sama dengan nol, maka diperoleh persamaan Laplace. Oleh karena idak ada

7 variabel wak yang gay, maka penyelesaian nk persamaan Laplace mapn Poisson erseb adalah ak gay wak. Persamaan menarik lain yang menggambarkan persamaan elipik dan agak mirip dengan persamaan Poisson adalah persamaan Helmholz yai, 8. Persamaan Beda Hingga Persamaan Helmoz y λ 8.. Persamaan Hiperbolik Persamaan Gelombang Conoh klasik dari persamaan hiperbolik adalah persamaan gelombang yang dinyaakan oleh c (8-7) Persamaan ini mncl dalam berbagai masalah dari elasisias dan aksik sampai hidralika. Oleh sebab i, dari iga benk persamaan diferensial parsial yang kia keahi, persamaan hiperbolik merpakan persamaan yang paling banyak dikai oleh ilmwan kompasi. Jika persamaan gelombang (8-7) didekai menggnakan pendekaan beda hingga, maka dapa diliskan sebagai i i i i i i c ( ) ( ) (8-8) dengan (, ) (8-9) i i Dengan memecahkannya nk variabel i maka kia memperoleh ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) c c i i i i i (8-) Persamaan ini menelaskan kepada kia bahwa apabila kia mengeahi pada selrh i pada saa-saa dan, maka kia dapa menenkan harga pada

8 selrh i pada langkah wak beriknya. Hal ini diseb dengan meode eksplisi. Teapi, ada sediki masalah pada permlaan perhingan, karena secara mm kia idak mengeahi harga pada da wak berr-r. Sedangkan, kia hars mengeahi harga (,) dan derivaif (,) i i di selrh harga i. Oleh sebab i, dengan mengeahi ngkapan aa (, ) i i i i i ( ) ( ) (, ) i (8-) (8-) maka, kia dapa menyaakan ( ) ( ) i sebagai ( ) ( ) (,) c c i i ( i i ) i ( ) Persamaan Adveksi (8-3) Persamaan adveksi merpakan sa-sanya persamaan di dalam dinamika flida yang mnclnya lebih sering dibandingkan persamaan difsi. Persamaan ini memerikan cara sa besaran kekal (conserved) seperi halnya sh poensial aapn momenm dibawa bersama aliran dara aa air. Unk menelaskan secara fisika enang masalah adveksi ini, sekarang misalnya ada seorang pengama berdiri di sa lapangan dengan membawa sebah ermomeer. Di empa erseb berip angin dari arah bara membawa dara lebih hanga men ke arah imr yang bersh dara lebih dingin. Dalam hal ini seb saa bahwa arah bara ke imr adalah. Selanya, apa yang diliha oleh pengama erseb dengan ermomeer yang dibawanya? Ternyaa angka yang dinkkan oleh ermomeer semakin besar, yang berari bahwa keadaan sh di empa erseb semakin hanga. Hal ini disebabkan oleh perganian dara yang eradi di empa erseb, yai dari keadaan dara yang dingin digani dengan dara yang lebih hanga.

9 Jika yang eradi adalah bahwa angin yang berhembs ke arah pengama erseb idak mengalami perbahan sh, maka pengama erseb idak dapa memberi informasi bahwa eradi kenaikan sh. Nah, karena kenyaaannya eradi perbahan sh maka ada yang diseb gradien sh. La perbahan sh yang eradi di empa i berganng kepada besarnya gradien mapn la perpindahan dara, yai La perbahan sh -(La perpindahan dara) (Gradien sh) Tanda mins menyaakan bahwa sh hanya akan naik apabila gradien sh rn, aa dengan kaa lain dara akan menadi lebih hanga ika kia bergerak ke arah aa dari arah imr ke bara, yakni bergerak ke arah berlawanan dengan arah angin. Dalam bahasa maemaika, pernyaaan di aas dapa dingkapkan dalam benk c (8-4) dengan menyaakan sh poensial yang merpakan besaran kekal yang dalam hal ini merpakan variabel yang diadveksi. Dalam kaiannya dengan masalah ini, maka kia hanya akan membahas nk harga c konsan. Penyelesaian mm nk persamaan (8-4) adalah F ( c ) (8-5) dengan F merpakan fngsi sembarang bernilai nggal. Gambar 8.3. Angin berip dari arah bara ke imr membawa dara hanga

10 Persamaan adveksi diaas merpakan conoh yang sanga bags bahwa anara pendekaan nmerik dengan analiis idak selal menemkan hasil yang sama. Di dalam pasal ini kia akan membahas beberapa pendekaan nmerik yang dapa dignakan nk mendekai persamaan (8-4) erseb dan seiap meode akan kia kai sabilias dan akrasinya Meode FTCS (Forward-Time Cenered-Space) Unk menyelesaikan persamaan (8-4) kia akan mengimplemenasikan sebah meode dengan menggnakan pendekaan beda erpsa (meode Leap-Frog) nk derivaif rangnya dan meode Eler ma nk derivaif waknya. aa n n ( ) n n O ( ) c O ( ) c ( ) n n n n (8-6) (8-7) dimana indeks bawah menyaakan langkah rang dan indeks aas n menyaakan langkah wak. Dengan menggnakan analogi erhadap pembahasan enang meode Eler dan meode Leap-Frog pada bab yang lal, maka kia dapa menyimplkan bahwa keeliian nk meode ini adalah orde perama nk -nya dan orde keda nk, Pendekaan beda hingga nk persamaan adveksi (8-6) inilah yang diseb dengan forward in ime, cenered in space aa lebih dikenal dengan meode FTCS. Peranyaan selannya apakah meode ini sabil saa mendekai persamaan adveksi erseb? Unk mengeahi apakah meode yang kia gnakan nk mendekai persamaan erseb sabil aa idak, maka kia perl melakkan i kesabilan dengan menggnakan analisa sabilias Von Neman. Ide dari benk analisis kesabilan ini, kia dapa membayangkan bahwa koefisien-koefisien dari persamaan beda berbah

11 sanga lamba keika diperlakkan sebagai konsana dalam rang dan wak. Dalam kass demikian, penyelesaian bebasnya aa swamode dari persamaan beda mengambil benk n n ξ (8-8) ep ( ik ) dengan k menyaakan bilangan gelombang rang real yang dapa berharga sembarang, sedangkan ξ ξ ( k ) adalah bilangan komplek yang berganng pada k. Jika kia mensbsisikan persamaan (8-8) ke persamaan hampiran (8-7), maka dengan mdah diperoleh c ξ i sin ( k ) Dari persamaan (8-9) dapa dikeahi modls dari ξ yai ξ c sin ( k ) (8-9) (8-3) Persamaan (8-3) memberi ari bahwa pengaan (amplificaion) penyelesaiannya berhrga, ini berari bahwa meode FTCS idak sabil mlak nk mendekai persamaan adveksi. Skema nk meode FTCS dapa diilsrasikan seperi gambar 8.4 Gambar 8.4. gambaran enang meode FTCS. Dalam gambar (8-4) erseb blaan kosong menggambarkan iik bar yang akan dienkan nilainya, sedangkan blaan hiam merpakan harga-harga fngsi yang sdah dikeahi yang akan dignakan nk memperoleh penyelesaian pada blaan kosong. Garis sambng menghbngkan anara iik-iik yang akan

12 dignakan nk menghing derivaif rang, sedangkan garis ps-ps menghbngkan iik-iik yang akan dignakan nk menghing derivaif wak Meode BTCS (Backward-Time Cenered-Space) Dengan menggnakan pendekaan beda mndr nk langkah waknya dan beda erpsa nk langkah rangnya, maka persamaan adveksi dapa didekai dengan n n ( ) O ( ) c O ( ) n n aa dapa dissn kembali menadi c ( ) n n n n (8-3) (8-3) Penggnaan analisa sabilias Von Noman pada pendekaan BTCS nk persamaan adveksi ini menghasilkan aa ξ c ξ ξ ξ ik ik ( e e ) c i sin ( k ) Persamaan (8-34) mennkkan bahwa fakor pengaannya adalah ξ c sin ( k ) yang berari, skema (8-3)) adalah sabil mlak. Meode Cenered-Time Cenered-Space (CTCS) (8-33) (8-34) (8-35) Unk persamaan adveksi, penggnaan meode Eler ma nk langkah wak (forward-ime) idak sabil mlak, apakah ini berari dengan menggnakan pendekaan beda erpsa (cenered-space) akan sabil? Unk menawab peranyaan ini, marilah kia lakkan pendekaan persamaan adveksi erseb dengan skema CTCS ini.

13 Dengan menggnakan skema CTCS, maka persamaan adveksi dapa didekai menadi n n n n O ( ) O ( ) Persamaan (8-36) dapa dissn kembali menadi benk c ( ) n n n n (8-36) (8-37) Sabilias Kia dapa mengees sabilias dari skema ini dengan analisa sabilias Von Noman. Dengan mensbsisi mode Forier adveksi yang didefinisikan (8-8) pada persamaan (8-37) maka diperoleh c ξ iξ sin ( k ) (8-38) Persamaan (8-38) merpakan persamaan kadra dalam ξ, sehingga harga-harga nk ξ dapa dinyaakan oleh ξ c c i sin ( k ) ± sin ( k ) 4 (8-39) Modls dari masing-masing akar adalah, sedangkan syara sabil adalah ξ, ini berari bahwa meode CTCS sabil nk menyelesaikan persamaan adveksi. 8.7 Meode La Meode La merpakan sebah meode yang dimaksdkan nk memodifikasi meode FTCS dari sisi perbaikan erhadap sabiliasnya. Caranya adalah dengan menggani n dalam derivaif wak dengan reraa rangnya n n n ( ) (8-4) sehingga persamaan adveksi menadi c ( ) ( ) n n n n n (8-4)

14 Gambar 8.5. Deskripsi nk skema beda La Dengan mensbsisi benk mode Forier ke persamaan (8-8) ke persamaan beda (8-4) diperoleh c ξ cos k i sin k (8-43) Modls dari ξ adalah ξ c ( k ) sin ( k ) cos (8-44) Pernyaaan (8-44) mengisyarakan kepada kia bahwa meode La sabil nk c c. Unk harga < dinyaakan oleh fakor pengaannya berkrang. Fakor pengaan ini c ( k ) sin ( k ) ξ cos (8-45) υ Unk harga, penyelesaiannya adalah eksak karena fakor pengaannya berharga aa idak mengalami pengaan, sehingga n (8-46) n c Krieria sabilias dikenal dengan syara Coran. Secara iniif, syara sabilias ini dapa dideskripsikan seperi pada gambar (8.6). Gambar erseb menerangkan bahwa kanias n dalam persamaan (8-4) dapa dikeahi seelah diperoleh informasi iik-iik dan pada saa n. Dengan kaa lain, dan Gambar 8.6 Daerah dibawah garis ps-ps secara fisis adalah menr

15 merpakan baas yang memngkinkan nk memberikan informasi pada besaran n. Hasil yang mengagmkan pada pendekaan La adalah bahwa pengganian dengan reraanya seperi erliha pada ngkapan (8-4) dapa mensabilkan skema FTCS. Skema La pada (8-4) selanya dapa diampilkan dalam benk n n n n n n n n c yang merpakan represenasi dari meode FTCS (8-47) ( ) c (8-48) Dalam persamaan (8-48) ini, kia memiliki sk difsi. Oleh sebab i, skema La ini dikaakan memiliki disipasi nmerik. 8.8 Skema La-Wendroff Skema Wendroff merpakan meode dengan akrasi orde keda erhadap wak. Jika kia mendefinisikan sa harga inermedie pada langkah wak n n dan langkah rang. Jika ini dihing dengan menggnakan meode La, maka akan diperoleh F F ( ) ( ) n n n n n (8-49) Sedangkan, harga erbar nk n dapa dihing dengan pernyaaan erpsa sebagai

16 F F ( ) n n n n (8-5) Gambar 8.7. Tiik-iik aring pada skema La- Wendroff Gambar 8.8. Deskripsi skema La-Wendorf Selannya, kia akan mengkai sabilias dari meode ini nk persamaan adveksi dengan mensbsisi F (8-5), maka diperoleh c. Dengan mensbsisi pernyaaan (8-49) ke ngkapan c c ( ) ( ) n n n n n n c n n n n ( ) ( ) (8-5) Dengan menggnakan i sabilias Von Noman, maka dengan mdah diperoleh

17 c c ξ i sin k cos k Harga modls dari ξ adalah ( ) (8-5) aa ξ ξ c c ( cos k ) sin k c c cos ( k ) (8-53) (8-54) Krieria sabilias yang hars dipenhi adalah ξ, hal ini mensyarakan harga c aa lebih dikenal sebagai krieria Coran. 8.. Persamaan Parabolik Persamaan difsi, kondksi panas dan persamaan Schroedinger gay wak merpakan conoh dari persamaan diferensial parabolik. Persamaan parabolik memilki kemiripan dengan persamaan hiperbolik yakni baasnya yang erbka. Di dalam Geofisika, persamaan difsi merpakan salah sa persamaan yang sanga pening yang mncl dalam berbagai koneks yang berbeda-beda. Di bawah ini diberikan bebarapa conoh persamaan diferensial parabolik yang dinyaakan dalam ngkapan maemais a. Persamaan neron ransien dalam rang sa dimensi (, ) T T ρ c k Q ( ) b. Persamaan kondksi panas ransien dalam rang sa dimensi υ D ψ ψ ψ υ ψ S (, ) a dengan ψ menyaakan flks neron. c. Persamaan difsi nk ranspo konvekif spesies kimia f

18 ψ ( ) ψ D ψ dengan ψ menyaakan rapa flks spesies kimia, ( ) adalah kecepaan aliran dan D adalah konsana difsi Meode Eksplisi (Eler Ma) Marilah kia diina sebah persamaan difsi yang mengambil benk κ (8-55) Dengan mengimpemenasikan meode Eler ma nk derivaif wak seperi yang elah kia bahas pada bab persamaan diferensial biasa yang lal, sera menggnakan pendekaan derivaif orde keda erpsa pada rnan keda erhadap variabel rangnya, maka diskriisasi erhadap ngkapan (8-55) erseb mengambil benk n n n ( ) n n κ ( ) (8-56) aa dapa diliskan kembali sebagai κ ( ) ( ) n n n n n (8-57) Skema ini diseb sebagai meode eksplisi, karena ika n i dikeahi nk selrh n pada iik-iik aring, maka kia dapa menghing n i pada wak n anpa menyelesaikan melali persamaan simlan. Deskripsi skema ini dapa diliha pada gambar 8.9. Gambar 8.9 Deskripsi meode eksplisi pada persamaan difsi

19 Apabila pendekaan penyelesaian persamaan difsi (8-57) dilakkan i sabilias menggnakan prosedr analisa sabilias Von Neman, maka dengan mdah dapa diperoleh bahwa aa k ξ cos ξ ( ) ( ) ( ( k ) ) κ k 4 sin (8-58) (8-59) Dari hasil analisa sabilias dapa keahi bahwa meode yang kia gnakan nk mendekai persamaan difsi erseb sabil karena syara sabil ξ dipenhi. Meode Implisi (Eler Mndr) Unk memberikan gambaran enang pendekaan meode implisi pada persamaan difsi yang kia miliki, sekarang marilah kia menginga kembali enang kemngkinan pendekaan persamaan erseb dengan beda mndr. Jika persamaan difsi erseb kia dekai dengan beda mndr, maka diperoleh n n n n n i i i i i κ ( ) yang dapa dissn kembali menadi ngkapan κ ( ) ( ) n n n n n i i i i i (8-6) (8-6) Ungkapan (8-6) sebenarnya mengiki sa peranian, bahwa kanias yang belm dikeahi harganya diempakan di ras kiri, sedangkan besaran yang sdah dikeahi diempakan diras kanan. Dalam kass ini, harga-harga pada langkah wak n dianggap idak dkeahi, harga-harga yang dikeahi adalah pada langkah wak ke n. Deskripsi skema implisi ini dapa diliha pada gambar 8.. Gambar 8. Deskripsi meode implisi pada persamaan difsi

20 Dengan mengambil α κ ( ) (8-6) maka nk seiap iik rang dengan,,3,..., N, kia memperoleh ( ) α ψ α ψ α ψ ψ (8-63) n n n n i i i i Jika syara baas pada ng-ngnya diberikan yai dan N, maka kia persamaan (8-63) dapa diampilkan dalam benk persamaan simlan linier sebagai berik dengan n n Ag Ψ Ψ (8-64).. α α α..... A (8-65) α α α... Kia ga akan menggnakan analisa sabilias Von Noman nk meyakinkan apakah skema implisi ini sabil aa idak sabil. Jika kia mensbsisikan mode Forier ke persamaan (8-6), maka dengan mdah diperoleh κ cos ( ) ( k ) ξ aa dapa dissn kembali menadi ξ κ sin k ( ) (8-66) (8-67)

21 Fakor pengaan yang memiliki benk semacam ini, ennya hars berharga. Ini mennkkan bahwa skema implisi yang kia gnakan nk mendekai persamaan difsi adalah sabil mlak Meode Dfor-Frankle Meode ini merpakan salah sa dari beberapa meode yang dignakan nk mengaasi masalah sabilias yang diemkan pada meode Eler ma aa FTCS. Meode Dfor-Frankle merpakan sa eknik yang memanfaakan sabilias ak bersyara dari meode inrinsic nk persamaan diferensial sederhana. Selannya kia dapa memodifikasi persamaan (8-6) menggnakan meode Dfor-Frankle sebagai berik κ ( ) n n n n n n ( ) (8-68) Gambar 8.. Deskripsi meode Dfor-Frankle Jika diambil β κ, maka persamaan (8-68) dapa dissn kembali menadi ( ) benk α α α α ( ) n n n n (8-69) Pengian sabilias erhadap pendekaan Dfor-Frankle menggnakan analisa Von Noman memnclkan persamaan kadra dalamξ, hal ini dikarenakan

22 mnclnya iga pangka konskif pada ξ keika prosedr Von Neman disbsisi ke dalam persamaan erseb. Persamaan kadra erseb adalah α α ξ ξ cos k (8-7) α α Selannya persamaan (8-7) memiliki da penyelesaian yai ( cos k ) sin k ξ α ± α α (8-7) Unk mengeahi kesabilan skema ini, maka kia dapa mengecek bagaimana modls dari ξ erseb. Dengan menganggap α sin k dan α sin k <, maka kia akan memperoleh bahwa ξ. Ini mennkkan bahwa skema Dfor- Frankle erseb sabil mlak. Meode Cranck-Nicolson Pendekaan meode Cranck-Nicolson nk menyelesaikan persamaan diferensial parabolik didasarkan pada meode Eler ermodifikasi seperi yang elah dibahas pada bab yang lal. Dengan menggnakan meode ini, maka pendekaan pada persamaan difsi selannya dapa dilis kembali menadi aa n n ψ i ψ i κ ( ) ( ) n n n n n n ( ψ i ψ i ψ i ) ( ψ i ψ i ψ i ) κ ψ ψ ψ ψ ψ ψ ψ ψ ( ) ( ) n n n n n n n n i i i i i i i i (8-7) (8-73) Gambar 8.. Deskripsi skema Cranck-Nicolson

23 Dengan mendefinisikan γ κ ( ), maka ngkapan (8-73) ga dapa dinyaakan dalam benk persamaan simlan sebagai berik aa ( ) ( ) γ ψ γ ψ γ ψ γ ψ γ ψ γ ψ (8-74) n n n n n n Aψ n n g B ψg (8-75) dengan mariks A dan B didefinisikan sebagai.. γ γ γ..... A (8-76) γ γ γ... dan.. γ γ γ..... B (8-77) γ γ γ... Dengan menggnakan analisa sabilias Von Noman seperi yang elah kia erapkan pada meode-meode sebelmnya, maka diperoleh fakor pengaannya sebesar ξ ( k ) ( k ) γ sin γ sin (8-78) Fakor pengaan erseb mennkkan bahwa harganya selal. Ini mennkkan bahwa skema ini sabil mlak. Lebih lan lagi, karena pendekaan beda yang dignakan dalam meode ini adalah meode Eler ermodifikasi, maka keeliian meode ini lebih inggi dibanding meode Eler ma aapn mndr.

24 Conoh penggnaan skema Cranck-Nicolsan adalah pada penyelesaian persamaan Schroedinger. 8.3 Persamaan Schroedinger Jika kia mengkai secara seris ilm fisika, maka kadang-kadang kia menemkan sa masalah yang mengandng kendala (consrain), sebagai conoh persamaan Scrhoedinger gay wak di dalam Mekanika Persamaan ini ermask ke dalam persamaan diferensial parabolik nk evolsi besaran kompleks ψ. Unk persamaan diferensial parsial yang memerikan hambran pake gelombang yang disebabkan oleh poensial V ( ) dalam rang D, maka persamaannya memiliki benk ψ h ψ i V ( ) ψ m (8-79) Jika kia menggnakan saan niversal, sedemikian hingga konsana Planck dan massa parikel m /, maka persamaan Schroedinger (8-79) akan mengmbil benk ψ ψ i V ( )ψ (8-8) Pengenaan syara baas nk masalah di aas adalah harga ψ pada saa awal aa ψ (, ) bersama dengan ± yai ψ. Selannya langkah diskriisasi nk persamaan gelombang (8-7) dapa dinyaakan dalam benk ψ ψ ψ ψ ψ i V ( ) n n n n n n ψ (8-8) Skema yang dinkkan pada persamaan beda (8-8) menggnakan skema implisi aa meode BTCS. Oleh sebab i, facor pengaannya adalah aa ξ 4 k i sin V ( ) (8-8)

25 ξ 4 k sin ( ) V (8-83) Dengan harga ξ di aas mennkkan bahwa skema ini sabil mlak. Sayangnya, skema ini idak nier. Mengapa hars nier? Hal ini disebabkan oleh sa syara bahwa probabilias oal sa parikel diemkan dalam sa range daerah yang erbenang dari sampai adalah sa. ψ d (8-84) Persamaan (8-84) mensyarakan fngsi gelombang awal ψ (,) ernormalisir. Jika ngkapan persamaan Schroedinger (8-8) dinyaakan dalam benk ψ i Hψ dengan H adalah operaor hamilonian yang mengambil benk H V maka penyelesaian persamaan (8-85) erseb secara analiik adalah ψ ( ) (, ) e ih ψ (,) (8-85) (8-86) (8-87) Implemenasi algorima FTCS nk mendekai persamaan (8-87) berbenk ψ n ( ih ) ψ (8-88) n dimana H dinyaakan oleh pendekaan beda hingga erpsa dalam. Sedangkan, penggnaan skema implisi BTCS akan mengambil benk berbeda yai ψ n ( ih ) ψ (8-89) n Da meode yang dignakan di aas memiliki akrasi orde perama dalam wak, seperi elah dibahas di depan. Dengan kenyaaan bahwa meode eksplisi mapn implisi bkan meode yang baik nk menyelesaikan persamaan Schroedinger gay wak ini, maka kia

26 akan menggnakan benk Cayleys nk menyaakan wakilan beda hingga yang memiliki akrasi orde da dan nier yai e dengan kaa lain, ih ih ; (8-9) ih n ih ψ ih ψ n (8-9) Selannya dari persamaan (8-9), maka kia memiliki sisem ridiagonal. Skema erseb adalah sabil, nier dan memiliki akrasi orde keda. Nah cara ini diseb sebagai meode Crank-Nicolson. ih e Conoh sorce code nk menyelesaikan persamaan difsi Program Difsi Ineger*4 man, manplo parameer( man 3, manplo 5 ) ineger*4 n, i,, iplo, nlangkah, plo_langkah, nplo, ilangkah real*8 a, l, h, kappa, koef, (man), _bar(man) real*8 plo(man), plo(manplo), plo(man,manplo) C iniialisasi parameer (langkah wak, pias, dll). wrie(*,*) maskkan langkah wak: ' read(*,*) a wrie(*,*) maskkan mlah aring: ' read(*,*) n l. h l/(n-) kappa. koef kappa*a/h** if( koef.l..5 ) hen wrie(*,*) 'penyelesaian diharapkan sabil' else wrie(*,*) 'warning: apakah penyelesaian diharapkan idak sabil endif C se syara awal dan syara baas. do i,n (i).

27 _bar(i). enddo (n/) /h iplo nlangkah 3 plo_langkah 6 nplo nlangkah/plo_langkah do i,n plo(i) (i-)*h - l/ enddo do ilangkah,nlangkah do i,(n-) _bar(i) (i) koef*((i) (i-) - *(i)) enddo do i,(n-) (i) _bar(i) enddo if( mod(ilangkah,plo_langkah).l. ) hen do i,n plo(i,iplo) (i) enddo plo(iplo) ilangkah*a iplo iplo endif enddo nplo iplo- open(,file'plo.',sas'nknown') open(,file'plo.',sas'nknown') open(3,file'plo.',sas'nknown') do i,nplo wrie(,*) plo(i) enddo do i,n wrie(,*) plo(i) do,(nplo-) wrie(3,) plo(i,) enddo wrie(3,*) plo(i,nplo) enddo forma(e.6,', ',$) sop end 8. Persamaan Elipik

28 Conoh mm dari persamaan diferensial elipik adalah persamaan Poisson yang berbenk Jika ( y ) y ρ, ( y ) ρ,, maka diseb persamaan Laplace yang berbenk (8-9) y (8-93) Unk menyelesaikan persamaan elipik dibhkan syara baas di ngngnya. Oleh sebab i penyelesaian persamaan elipik mask dalam kaegori masalah nilai baas. Meode penyelesaian nmerik nk persamaan diferensial elipik diklasifikasikan dalam da kaegori, yai meode beda hingga dan elemen hingga. Teapi dalam pasal ini kia hanya akan menggnakan meode beda hingga nk menangani persamaan ini. Meode beda hingga dirnkan dari aring koak. Penggnaan meode ini nk menyelesaikan masalah diferensial elipik memiliki banyak kenngan. Adapn kenngan meode elemen hingga dianaranya adalah bahwa persamaan diskrinya idak ergangg oleh benk geomeri yang rmi, sehingga meode ini fleksibel nk dierapkan dalam benk geomeri apapn. Namn akhir-akhir ini, meode beda hingga ga elah dikembangkan nk mengaasi masalah geomeri ini yai dengan cara ransformasi koordina. Persamaan Beda dalam Geomeri Recanglar Dalam pasal ini kia idak akan membahas meode beda hingga dalam geomeri yang rmi, eapi kia hanya akan membahas meode erseb di dalam gomeri koak saa. Unk memdahkan pemahaman kia enang meode ini, sekarang marilah kia ina sebah persamaan Laplace dalam koordina karesan seperi erliha pada persamaan (8-93). Unk mempermdah pemahaman kia enang masalah yang kia bahas ini, sekarang diina nk domain L dan y Ly seperi erliha pada gambar 8.. Syara baas yang dikenakan pada sisi-sisinya adalah

29 Baas kiri Baas kanan Baas aas Baas bawah y (syara baas Nemann) (syara Dirichle) Unk menrnkan persamaan beda hingga pada persamaan Laplace, maka kia perl memba aring pada koak erseb. Jika kia mengasmsikan bahwa lebar pias y, maka persamaan Poisson erseb dapa didekai dengan pendekaan beda erpsa yang mengambil benk ( ) δ δ ρ i i, i, i, aa secara eksplisi dapa dinkkan dalam benk deskri ρ i, i, i, i, i, i, i, dengan i, ( i, y ) (8-94) (8-95) y L y y i 3 4 Masalah yang imbl dalam menangani persamaan beda (8-95) adalah bagaimana cara memberikan perlakan pada iik-iik di syara baas pada sisi kiri Gambar 8.4. Persamaan Laplace dalam geomeri koak bersama dengan syara baasnya L 3 4 ma i ma

30 dan bawah. Sedangkan persamaan beda di sisi aas dan kanan idak pening, karena kia sdah mengeahi harga dari. Sekarang kia akan menina nk persamaan beda di perbaasan sisi kiri. Pada gambar erseb erliha bahwa syara baas di sebelah kiri adalah. Derivaif keda dari aa dekai dengan, pada iik-iik baas sebelah kiri selannya dapa kia y i, i, (8-96) Sekarang, bagaimana cara kia mendekai derivaif perama erhadap pada sk perama pembilang pada persamaan beda (8-96) erseb? Lihalah gambar 8.5. Pada gambar erseb ampak iga iik erdeka yang mengelilingi iik (,). Dengan kenyaaan i, kia memang idak bisa menerapkan persamaan beda nk derivaif keda seperi erliha pada persamaan (8-95), karena kia hars memiliki empa iik yang mengiari iik psa. Oleh sebab i, kia berharap dengan pendekaan beda (8-96) erseb permasalahan erseb eraasi. i, i-, i, i,- i, Gambar 8.5. Tiik (i,) dikelilingi empa iik erdeka. Pendekaan beda nk derivaif keda erhadap dinyaakan pada persamaan (88).,,,-, Gambar 8.6. Tiik-iik di perbaasan kiri

31 Selanya, sk perama pembilang pada persamaan (8-96) dapa didekai dengan,,, (8-97) Oleh karena sk keda pembilang pada persamaan beda (8-96) berharga sama dengan nol, maka pendekaan beda adalah,,, (8-98) Selannya, persamaan beda derivaif keda erhadap di perbaasan sisi kiri mengambil benk ρ,,,,,, (8-99) Dengan menggnakan cara yang sama, maka kia dapa mendekai derivaif perama erhadap di perbaasan sisi bawah koak adalah i, i, y i, sehingga derivaif keda dapa didekai dengan persamaan beda ρ i, i, i, i, i, i, (8-) (8-) I, i-, I, i, Gambar 8.6. Tiik-iik di perbaasan kiri

32 Dengan menggnakan persamaan beda () dan () nk derivaif perama erhadap, maka kia dapa menenkan pendekaan derivaif keda dari yang mengambil benk ρ,,,,, (8-) Conoh Diina sebah persamaan Laplace dalam rang dimensi da dengan domain 8 dan y 6 mengambil benk ϕ ϕ y dengan syara baas yang diberikan adalah Baas kiri L y Baas kanan Baas aas Baas bawah y 6 Penyelesaian 3 4 y Unk menyelesaikan persamaan di aas, maka kia memba aring dengan lebar pias sama yai. Harga iik-iik di perbaasan koak aas dan kanan berharga ϕ, sedangkan iik-iik di perbaasan kiri dan bawah memenhi ϕ dan ϕ y. Dengan syara baas yang diberikan adi, kia akan menghing iik-iik y 8 L i 3 4 5

33 yang lain kecali pada perbaasan aas dan kanan, karena di perbaasan ini harga ϕ sdah dikeahi. Dengan menggnakan persamaan beda hingga (8-95), (8-99) dan (8-), maka kia dapa menliskan persamaan simlan dalam ϕ yai. Tiik (,) 4ϕ, ϕ, ϕ,. Tiik (,) ϕ, 4ϕ, ϕ 3, ϕ, 3. Tiik (3,) ϕ, 4ϕ 3, ϕ 4, ϕ 3, 4. Tiik (4,) ϕ 3, 4ϕ 4, ϕ 4, 5. Tiik (,) ϕ, 4ϕ, ϕ, ϕ,3 6. Tiik (,) ϕ, ϕ, ϕ 3, 4ϕ, ϕ,3 7. Tiik (3,) ϕ 3, ϕ, 4ϕ 3, ϕ 4, ϕ 3,3 8. Tiik (4,) ϕ 4, ϕ 3, 4ϕ 4, ϕ 4,3 9. Tiik (,3), 4,3,3. Tiik (,3),,3 4,3 3,3. Tiik (3,3) 3,,3 43,3 4,3. Tiik (4,3) ϕ 4, ϕ 3,3 4ϕ 4,3 benknya Jika persamaan simlan di aas dinyaakan dalam benk mariks, maka

34 dinyakan oleh 4 ϕ 4 ϕ 4 ϕ 3 4 ϕ 4 4 ϕ 4 ϕ 4 ϕ 3 4 ϕ 4 4 ϕ 3 4 ϕ 3 4 ϕ 33 4 ϕ 43 Jika persamaan simlan linier yang dinyaakan dalam benk mariks erseb AgX b maka nk menemkan harga seiap elemen mariks X dapa dilakkan dengan cara X A gb Dengan menggnakan kaidah ini, maka elemen-elemen mariks X maka kia dapa menenkan harga ϕ pada seiap iik yai Meode Ieraif Jacobi ϕ.3377, ϕ.3799, ϕ.58 3 ϕ.7379, ϕ.955, ϕ ϕ.4647, ϕ.799, ϕ ϕ.3, ϕ.9, ϕ Sesai dengan namanya, ide dari meode ieraif Jacobi adalah menemkan harga seiap iik-iik dalam koak melali alan ierasi hingga diemkan harga yang opimm. Ierasi awal dimlai dengan memberikan nilai ebakan pada variabelvariabelnya. Ierasi dilakkan ers meners hingga selisih harga elemen kini dan sebelmnya melebihi oleransi yang diberikan. Unk lebih elasnya, sekarang kia akan menina kembali persamaan Laplace seperi pada conoh 8. eapi dengan syara baas sebagai berik Baas kiri

35 Baas kanan Baas aas Baas bawah Dengan syara baas yang diberikan erseb, maka kia dapa membenk persamaan simlan bar sebagai berik. Tiik (,). Tiik (3,) 3. Tiik (4,) 4. Tiik (,3) 5. Tiik (3,3) 6. Tiik (4,3) 4ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ aa,, 3,,,3 ϕ, ϕ ϕ 3,,3 4ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ aa 4 3,, 4, 3, 3,3 ϕ 3, ϕ ϕ ϕ 4, 4, 3,3 4ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ aa 4, 3, 5, 4, 4,3 ϕ 4, ϕ ϕ 4 3, 4,3 4ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ aa,3,3 3,3,,4 ϕ,3 ϕ ϕ 4, 3,3 4ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ aa 3,3,3 4,3 3, 3,4 ϕ 3,3 ϕ ϕ ϕ 4,3 4,3 3, 4ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ aa 4,3 3,3 5,3 4, 4,4 ϕ 4,3 ϕ ϕ 4 3,3 4,

36 Sebagai langkah awal, kia berikan ebakan awal selrh iik sama dengan nol, kecali pada baas-baas yang elah kia enkan. Dari langkah ini, kia memiliki harga-harga pada seiap iik anara lain ϕ,, ϕ 3,, ϕ 4,, 5, ϕ,3, 5, ϕ 3,3, 5, ϕ 4,3,5. Dengan menggnakan bahasa pemrograman, maka arga iik-iik pada ierasi beriknya dapa kia emkan sampai oleransi yang diberikan. Program Ierasi_acobi dimension pa(5,4),pb(5,4) real phip characer* fname wrie(*,5) read 9,fname 9 forma(5a) 5 forma(3,'nama file op:',\) open(8,filefname) c ebakan awal nk selrh iik diberikan sama dengan nol c kecali pada baas-baas yang elah dienkan c syara baas pada iik-iik aring adalah c c pa(,4). pa(3,4). pa(4,4). pa(5,4). pa(5,). pa(5,3). pb(,4). pb(3,4). pb(4,4). pb(5,). pb(5,3). pb(5,4). do 5 ier, wrie(8,9)ier do 3 i,4 do 4,3 pb(i,)(pa(i-,)pa(i,)pa(i,-)pa(i,))/4.

37 4 conine 3 conine do 35 i,4 do 45,3 pa(i,)pb(i,) 45 conine 35 conine c wrie (8,) pb(,4),pb(,4),pb(3,4),pb(4,4),pb(5,4) wrie (8,) pb(,3),pb(,3),pb(3,3),pb(4,3),pb(5,3) wrie (8,) pb(,),pb(,),pb(3,),pb(4,),pb(5,) wrie (8,) pb(,),pb(,),pb(3,),pb(4,),pb(5,) wrie (*,) pb(,4),pb(,4),pb(3,4),pb(4,4),pb(5,4) wrie (*,) pb(,3),pb(,3),pb(3,3),pb(4,3),pb(5,3) wrie (*,) pb(,),pb(,),pb(3,),pb(4,),pb(5,) wrie (*,) pb(,),pb(,),pb(3,),pb(4,),pb(5,) 5 conine 9 forma(i4) forma(5f.6) close(8) sop end Tabel 8. Conoh ekseksi program ierasi Jacobi Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke

38 Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Meode Relaksasi Konsep dari meode relaksasi didasarkan pada sa ide bahwa konvergensi ke sa penyelesaian dari pemberian erkaan awal eren dapa dicapai dengan cara menglang-lang ierasi seiap iiknya. Konsep dari ierasi berasal dari sa ide bahwa perbahan perlahan-lahan (evolsi) erhadap wak dapa diliha keika persamaan diferensial parsial elipik dinyaakan dalam benk persamaan diferensial parabolik. 8.. Meode RelaksasiGass-Seidel

39 Meode relaksasi Gass-Seidel elah erbki memperoleh skses besar dalam keberhasilannya menyelesaikan persamaan diferensial parsial elipik. Unk lebih elasnya, sekarang kia akan menyaakan persamaan elipik sebagai persamaan difsi menadi y ρ, ( y ) (8-7) y ρ, ( y ) (8-73) Apabila pada erdapa disribsi awal, maka kia dapa mengaakan bahwa bahwa keika penyelesaian sdah merelaks ke arah keadaan seimbang. Saa erseb, maka dipenhi /. Jika persamaan (8-73) kia lakkan diskriisasi menggnakan meode FTCS, maka ngkapan erseb akan menadi benk ( ) n n n n n n n, l, l, l, l, l, l 4, l ρ, l (8-74) dengan indeks aas n mewakili variabel wak, sedangkan indeks bawah menyaakan variabel rang. Dengan menginga kembali bahwa di dalam rang D meode FTCS sabil hanya ika dipenhi /, dan sabil dalam rang D hanya ika maka ngkapan (8-74) dapa dinyaakan kembali dalam benk ( ) ρ 4 4 /, 4 n n n n n, l, l, l, l, l, l (8-75) Dari ngkapan (8-75), kia dapa menemkan harga erbar dari pada langkah ( n ) dengan menggnakan empa harga lama yang mengelilinginya pada langkah n dan sk smbernya. Prosedr menemkan harga erbar erseb dilakkan dengan cara menyap iik-iik yang diawali dari baris demi baris iik dan menghing harga bar dengan mengnakan ngkapan (8-75). Prosedr ini dilanglang hingga keeliian yang diharapkan dicapai. Meode ini diseb dengan ierasi

40 Jacobi seperi yang elah dibahas di aas. Sayangnya, meode ini masih ckp lamba mencapai konvergen. Sa meode yang barangkali lebih baik dibandingkan dengan meode ierasi Jacobi memba algorima erseb menadi benk semi implisi ( ) ρ 4 4 n n n n n, l, l, l, l, l, l (8-76) Dalam skema ini, harga-harga bar dari dignakan segera seelah hargaharga erseb ada, arinya bahwa iik-iik yang sdah er-pdae akan dignakan segera dalam perhingan nk memperoleh harga erbar pada iik beriknya. Skema yang diperlihakan pada (8-76) erseb dikenal dengan meode relaksasi Gass-Seidel. Sayangnya, meode ini ga masih lamba konvergensinya. 8.. Meode Over-Relaksasi Simlan Unk memperoleh meode relaksasi lebih baik dalam hal kecepaan konvergensi, maka kia perl mengkoreksi secara over meode Gass-Seidel. Kia akan melakkan generalisasi erhadap skema (8-76) sehingga seiap langkah relaksasi ϕ, l akan diganikan dengan kombinasi linier anara harga lamanya dan harga erpdaenya. Jadi ω ( ω ) ( ) 4 n n n n n n (8-76), l, l, l, l, l, l, l dimana ω merpakan parameer over relaksasi. Meode ini konvergen hanya dalam ranah < ω <. Unk harga < ω <, maka skema (8-76) diseb dengan nder relaaion, sedangkan nk ranah < ω < skema erseb dikenal dengan over relaaion. Unk harga ω dalam ranah < ω < memberikan konvergensi lebih cepa dibandingkan dengan meode Gass-Seidel. ρ Conoh sorce code nk menyelesaikan Persamaan Laplace menggnakan Ierasi Gass-Seidel dan over relaksasi Program Laplace Ineger ma real omega

41 c c Parameer(ma4,ma5,omega.5) Real*8, p(ma,ma),phip Ineger i,, ier, y membka file op Open(8, File'laplace.da', Sas'Unknown') sisi-sisi aring dengan poensial konsan Do i, ma p(i,). p(i,4). Conine Do, ma p(,). p(5,). Conine c c c c c c algorima ierasi Do ier, wrie(8,)ier Do 3 i,(ma-) Do 4,(ma-) menenkan harga iik-iik pada aring dengan meode Gass-Seidel p(i,).5*(p(i,) * p(i-,)p(i,)p(i,-)) menenkan harga iik-iik pada aring dengan meode over relaksasi dengan parameer relaksasi omega.5 c phip.5*(p(i,) c * p(i-,)p(i,)p(i,-)) c p(i,)(.-omega)*p(i,)omega*phip 4 Conine 3 Conine Wrie (8,) p(,4),p(,4),p(3,4),p(4,4),p(5,4) Wrie (8,) p(,3),p(,3),p(3,3),p(4,3),p(5,3) Wrie (8,) p(,),p(,),p(3,),p(4,),p(5,) Wrie (8,) p(,),p(,),p(3,),p(4,),p(5,) Wrie (*,) p(,4),p(,4),p(3,4),p(4,4),p(5,4) Wrie (*,) p(,3),p(,3),p(3,3),p(4,3),p(5,3) Wrie (*,) p(,),p(,),p(3,),p(4,),p(5,)

42 Wrie (*,) p(,),p(,),p(3,),p(4,),p(5,) conine Forma(i4) Forma(5f.6) Close(8) Sop 'daa ersimpan dalam laplace.da End Conoh ekseksi nk penyelesaian persamaan Laplace menggnakan meode ierasi Gass-Seidel Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke

43 Ierasi ke Conoh ekseksi nk penyelesaian persamaan Laplace menggnakan meode relaksasi dengan parameer relaksasi omega.5 Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke Ierasi ke SOAL LATIHAN

44 . Jelaskan dengan singka perbedaan anara persamaan diferensial hiperbolik, parabolik dan elipik sera berikan conoh masing-masing. Apakah perbedaan fisis erpening anara persamaan hiperbolik dan parabolik di sa sisi dan persamaan elipik di sisi lain.. Apakah persamaan-persamaan diferensial berik merpakan persamaan hiperbolik, parabolik aa elipi? f f f a. 3 f f f f b Persamaan f β f f f f e f f f f f c. 3 6 d. f f f f e. 3 f sin 3 f 3 dapa dinyaakan dalam persamaan beda hingga sebagai berik ( 3 3 ) ( m ) ( m ) ( m) ( m) ( m ) ( m) f f µ f f f f µ 3 ( ) β δ δ n n n n n n 3 enkan kesalahan pemblaan dari persamaan beda erseb. 4. Jelaskan dengan singka, apa yang sadara keahi enang masalah nilai awal dan masalah nilai baas. Apa yang mmbedakan kedanya, dan berikan conohnya masing-masing. 5. Skema La dilis sebagai n n 7 n n ( ) ( ) n i i i i i dengan γ α /. Tnkkan bahwa skema erseb sabil ika < γ <. 6. Persamaan diferensial parsial diberikan oleh

45 dengan a s a (, ) s(, ) (, ) 3. (, ). Dengan mengasmsikan syara awal diberikan oleh (, ) nk enkan penyelesaiaan nk masalah erseb., 7. Persamaan difsi dalam sa rang, dimana konsana difsi D berbah erhadap rang D D ( ) dinyaakan oleh f f f f D f D aa D Tnkkan bahwa persamaan beda dinyaakan sebagai m m m m m m m fn fn fn fn fn Dn Dn fn f n Dn δ δ δ δ idak konservaif, yai bahwa fd idak kekal. 8. Balah sa skema alernaif yang mennkkan bahwa persamaan difsi yang dinyaakan pada soal nomor erseb konservaif. 9. Tnkkan bahwa skema La nk penyelesaiam persamaan adveksi ekivalen dengan f f δ f δ sk orde lebih inggi δ. Uilah perilak penyelesaian like- gelombang f i ( k ω ) La dan elaskan perilak dalam sk-sk difsi. dalam skema ep ( )

TINJAUAN PUSTAKA. ρw z. Gambar 1 Elemen luas fluida dalam dua dimensi.

TINJAUAN PUSTAKA. ρw z. Gambar 1 Elemen luas fluida dalam dua dimensi. 3 II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dibahas penrnan persamaan dasar flida ideal yang disarikan dari psaka (Doglas 2001) dan konsep dere Forier disarikan dari psaka (Ross 1984) 2.1 Persamaan Dasar

Lebih terperinci

BAB II PENGENDALI DIGITAL

BAB II PENGENDALI DIGITAL BAB II ENGENDALI DIGIAL ada bab ini akan dibahas enang dasar-dasar pengendali ID. Selanjnya dibahas enang penrnan persamaan diskri pengendali ID yang menjadi dasar perancangan pengendali digial. ada bagian

Lebih terperinci

KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER. Tri Handhika dan Murni

KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER. Tri Handhika dan Murni KAJIAN DAERAH STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Tri Handhika dan Mrni Program Magiser Maemaika, Deparemen Maemaika, Universias Indonesia, Depok ri.handhika@i.ac.id ; mrni@i.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER

KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Mahemaical Science KAJIAN STABILITAS MODEL TINGKAT BUNGA RENDLEMAN-BARTTER Tri Handhika dan Mrni Program Magiser Maemaika, Deparemen Maemaika, Universias Indonesia, Depok ri.handhika@i.ac.id ; mrni@i.ac.id

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. menyatakan koordinat horizontal, koordinat vertikal, dan waktu. dan hukum kekekalan momentum memberikan persamaan Euler berikut

II LANDASAN TEORI. menyatakan koordinat horizontal, koordinat vertikal, dan waktu. dan hukum kekekalan momentum memberikan persamaan Euler berikut II LANDASAN EORI Paa bagian ini akan iraikan beberapa konsep ang menasari peneliian ini. Konsep inamika flia akan isajikan ari psaka [5] an [] seangkan eori sisem amilonian irangkm ari psaka [7] an [8]..

Lebih terperinci

APROKSIMASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL HIPERBOLIK LINEAR

APROKSIMASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL HIPERBOLIK LINEAR Vol. 9. No. 1, 11 Jrnal Sains, Teknologi dan Indsri APROKSIMASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL HIPERBOLIK LINEAR Warono, Yslenia Mda Jrsan Maemaika Faklas Sains dan Teknologi UIN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Investasi

BAB II DASAR TEORI  2.1 Investasi A II DASAR EORI Sebelm melangkah lebih jah pada penenan porfolio opimal maka erlebih dahl dibahas mengenai pengerian invesasi pengerian porfolio lemma Io persamaan diferensial sokasik gerak rown bak proses

Lebih terperinci

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS [Balok Elasis Khss] X. BALOK ELASTS KHUSUS.. Balok Berpenampang Simeris Jika beban ransversal ang menghasilkan lengkngan (bending) dikenakan pada balok ang penampangna simeris maka idak menghasilkan orsi

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI

PENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI Modl 4 ENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI Unk dapa melakkan inerpreasi, maka daa hasil pengkran lapangan perl diolah. engolahan daa graviasi adalah nk mencari perbedaan harga graviasi dari sa iik ke iik yang

Lebih terperinci

Catatan Fisika Einstein cs 1

Catatan Fisika Einstein cs 1 Caaan Fisika Einsein cs 1 1 SATUAN DAN DIMENSI SATUAN Pengkran adalah sa proses pembandingan sesa dengan sesa yang lain yang dianggap sebagai paokan (sandar) yang diseb saan. Saan yang sanga mendasar diseb

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARABOLIK NONLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI TUGAS AKHIR Diajkan Sebagai Salah Sa Syara Unk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jrsan Maemaika Oleh:

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLUSI GELOMBANG JALAN MODEL KUASILINER DISSIPATIF DUA KANAL

EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLUSI GELOMBANG JALAN MODEL KUASILINER DISSIPATIF DUA KANAL EKSISTENSI DAN KESTABILAN SOLSI GELOMBANG JALAN MODEL KASILINER DISSIATIF DA KANAL SMARDI Jrsan Maemaika niersias Gadjah Mada mas_mardi@yahoo.com SOEARNA DARMAWIJAYA Jrsan Maemaika niersias Gadjah Mada

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AKUSTIK DUA DIMENSI

SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AKUSTIK DUA DIMENSI Jrnal Maemaika Mrni dan Terapan Vol. 5 No. Desember 0: 3-39 SYARAT BATAS SERAP PADA GELOMBANG AUSTI DUA DIMENSI Mohammad Mahfzh Shiddiq ABSTRACT Aosi wave eqaion wih Dirihle and Nemann bondar ondiions

Lebih terperinci

PREMI UNTUK ASURANSI JIWA BERJANGKA PADA KASUS MULTISTATE

PREMI UNTUK ASURANSI JIWA BERJANGKA PADA KASUS MULTISTATE REMI UNUK ASURANSI JIWA BERJANGKA ADA KASUS MULISAE S Aminah 1*, Hasriai 2, Johannes Kho 2 1 Mahasiswa rogram S1 Maemaika 2 Dosen Jrsan Maemaika Faklas Maemaika dan Ilm engeahan Alam Universias Ria Kamps

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi Saisika Maemaika II b Dian Kniai BAB II Meode Pembenkan Fngsi Disibsi Pada bab akan dibahas bebeapa meode alenaive nk menenkan fngsi disibsi dai pebah acak ba ang ebenk dai pebah acak ang lama. Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Pada gambar 5.1 trayek

Pada gambar 5.1 trayek Mingg ke V DEFINISI JALUR, LINTASAN, DAN SIRKUIT GRAF. Sa raek ang sema sisina berbeda diseb jalr (rail). Sedangkan sa jalr ang sema simplna berbeda diseb linasan (pah). Sa raek, jalr, aa linasan diseb

Lebih terperinci

MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ

MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ MODUL X FISIKA MODERN KONSEKUENSI TRANSFORMASI LORENTZ Tjan Insrksional Umm : Agar mahasiswa dapa memahami mengenai Konsekensi Transformasi Lorenz Tjan Insrksional Khss : Dapa menjelaskan enang pemaian

Lebih terperinci

BAB XV DIFERENSIAL (Turunan)

BAB XV DIFERENSIAL (Turunan) BAB XV DIFERENSIAL (Trnan) 7. y co y ' - cosec. y sec y ' sec an 9. y cosec y ' - cosec coan Jika y f(), maka rnan peramanya dinoasikan dy dengan y f ' () d dy Lim f ( + h) f ( ) dengan d h 0 h Penggnaan

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem assembly line. PLC digunakan di berbagai industri dan mesin pengemasan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem assembly line. PLC digunakan di berbagai industri dan mesin pengemasan dan BAB I PENDAHULUAN.. Laar Belakang Masalah Prgrammable Lgic Cnrller () merpakan sa kmper digial yang dignakan nk masi dari prses-prses elekrmagneik. Seperi pengnrlan mes pada sisem assembly le. dignakan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM LINEAR SINGULAR PADA RANGKAIAN RLC SEDERHANA

ANALISIS SISTEM LINEAR SINGULAR PADA RANGKAIAN RLC SEDERHANA Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode SSN: 979-9X Yogyakara, 3 November ANASS SSTEM NEA SNGUA PADA ANGKAAN SEDEHANA Kris Sryowai Jrsan Maemaika, Faklas Sains Terapan, ST

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

MODEL HIDRODINAMIKA. Pendahuluan. CFD di Bidang Hidraulika Saluran Terbuka Istiarto JTSL FT UGM

MODEL HIDRODINAMIKA. Pendahuluan. CFD di Bidang Hidraulika Saluran Terbuka Istiarto JTSL FT UGM MODEL HIDRODINAMIKA CFD di Bidang Hidralika Salran Terbka Isiaro JTSL FT UGM Isiaro Jrsan Teknik Sipil dan Lingkngan FT UGM hp://isiaro.saff.gm.ac.id email: isiaro@gm.ac.id Pendahlan Model maemaik hidralika

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

HIDDEN MARKOV MODEL. Proses Stokastik dapat dipandang sebagai suatu barisan peubah acak dengan T adalah parameter indeks dan X

HIDDEN MARKOV MODEL. Proses Stokastik dapat dipandang sebagai suatu barisan peubah acak dengan T adalah parameter indeks dan X BAB II HIDDE MARKOV MODEL.. Pendahuluan Proses Sokasik dapa dipandang sebagai suau barisan peubah acak { X, } dengan adalah parameer indeks dan X menyaakan keadaan pada saa. Himpunan dari semua nilai sae

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Model Poensial Aksi Membran Hodgkin-Huley Hasil yang didapa dengan banuan bahasa pemrograman kompuer Sofware Mahemaica 7. dari Wolfram Research unuk plo poensial aksi berdasarkan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Amai lampu pijar! nformasi apa yang dapa kamu emukan? Dan apa ari informasi ersebu! 2. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik?

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN ALIRAN FLUIDA STREAMLINES DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

BAB III PEMODELAN ALIRAN FLUIDA STREAMLINES DI BAWAH PERMUKAAN BUMI BAB III PEMODELAN ALIRAN FLUIDA STREAMLINES DI BAWAH PERMUKAAN BUMI 3. Model Maemais Aliran Flida Model maemais aliran flida di baah ermkaan bmi dienarhi oleh ersamaan aliran flida ideal (ersamaan bernolli),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik? 2. Dapakah kalian membukikannya? 3. Bagaimana caranya kia mengukur hambaan lampu

Lebih terperinci

BAB 4 FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA

BAB 4 FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA Dika Kuliah EL Maemaika Teknik I BAB FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA Fungsi Berpeubah Banak Banak ungsi ang berganung pada peubah lebih dari sau Sebuah bidang ang panjangna dan lebarna memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New

DAFTAR PUSTAKA. 1. Burger, H.R.,. Exploration Geophysics of the Shallow Subsurface. New DAFTAR PUSTAKA 1. Brger H.R.. Eploraion Geophsics of he Shallo Sbsrface. Ne Jerse : Prenice Hall Inc199.. Boas M.L. Mahemaical Mehods in The Phsical Sciences Wile 1983. 3. Fergson R.J. and Margrae G.F.

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

PEMODELAN DISTRIBUSI PANAS HORISONTAL DALAM KONDISI STEADYSTATE MENGGUNAKAN METODE PURATA DISKRIT. Oleh : Imam Tazi Kusairi

PEMODELAN DISTRIBUSI PANAS HORISONTAL DALAM KONDISI STEADYSTATE MENGGUNAKAN METODE PURATA DISKRIT. Oleh : Imam Tazi Kusairi PEMODELAN DISTRIBUSI PANAS HORISONTAL DALAM KONDISI STEADYSTATE MENGGUNAKAN METODE PURATA DISKRIT Oleh : Imam Tazi Kusairi ABSTRAK Disribusi panas horisonal seperi halnya perambaan panas pada pela homogen

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

Aplikasi Grafologi dari Huruf t Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Aplikasi Grafologi dari Huruf t Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Aplikasi Grafologi dari Hrf Menggnakan Jaringan Syaraf Tiran Iwan Awaldin 1, Alia Khairnisa 2 Absrac Graphology is a branch of science which classifies hman personaliy from handwriing. Graphologiss observe

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci