BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan"

Transkripsi

1 BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi endapan-endapan bahan organik hasil proses tranportasi dari batuan asalnya. Tentu saja tidak semua cekungan akan menghasilkan sumber terciptanya minyak dan gas bumi karena ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Kadar kandungan organik cekungan dan temperatur cekungan tersebut menjadi syarat utama bagi terciptanya sumber minyak atau gas bumi. Temperatur cekungan berhubungan dengan kedalamannya itu sendiri sesuai dengan gradien geothermal bumi sekitar 1º C setiap 30 km. Tentu saja cekungan yang terbentuk itu telah ada selama jutaan tahun yang lalu sehingga suhunya cukup tinggi dan letaknya sudah ada di bawah permukaan bumi cukup dalam. Setelah terpanaskan sumber batuan tersebut menghasilkan minyak bumi yang memiki fasa cair (liquid) dan kemudian mengalami proses yang dinamakan migrasi atau perpindahan minyak bumi. Perpindahan tersebut bergerak ke daerah yang tekanannya lebih rendah melalui pori pori batuan sehingga sampai pada suatu tempat dimana pori-porinya semakin kecil dan susah untuk di lewati. Proses inilah yang menyebabkan minyak berkumpul dan terperangkap. Ada dua jenis perangkap bagi minyak bumi, yaitu perangkap struktur dan perangkap stratigrafi. Perangkap struktur disebabkan oleh geometri suatu lapisan bumi yang diakibatkan oleh proses tektonik bumi contohnya bentuk lapisan antiklin. Perangkap stratigrafi lebih disebabkan karena adanya proses perubahan fasies dalam suatu lapisan tersebut contohnya pembajian dsb. Pada bab ini akan dilakukan pemodelan gelombang pada salah satu contoh perangkap minyak bumi yang sering dijumpai terlebih pada eksplorasi-eksplorasi hidrokarbon zaman dahulu yaitu perangkap struktur. Perangkap struktur terbentuk karena daerah tersebut merupakan daerah yang mengalami proses tektonik yang cukup kuat sehingga terkena gaya stress. Perangkap struktur yang akan di bahas pada kali ini adalah perangkap struktur jenis lipatan. Lipatan terdiri struktur antiklin dan sinklin. Hidrokarbon pada umumnya sering berkumpul pada titik maksimum (crest) dari suatu antiklin. 18

2 Lipatan (fold) merupakan perubahan bentuk atau volum akibat adanya suatu gaya yang bekerja pada medium (lapisan bumi). Perubahan bentuknya berupa pelengkungan garis atau bidang pada medium tersebut. Lipatan dapat berupa pelengkungan lemah yang memiliki skala luas dengan panjang bisa lebih dari ratusan kilometer sampai pada skala mikroskopis dalam satuan milimeter. Lipatan merupakan hasil deformasi ductile akibat kompresi dan shear stress. Lengkungan ke atas atau cekung ke arah bawah disebut antiklin dan sebaliknya lengkungan ke arah bawah dinamakan sinklin. Umumnya kedua bentuk ini berpasangan. Lereng sebelah menyebelah pada antiklin atau sinklin disebut sayap (limb), puncaknya disebut crest, dan titik terendah dinamakan trough. Bidang simetri antara sayap disebut bidang sumbu (axial plane), dan garis potongnya dengan permukaan, yang melalui crest maupun trough disebut sumbu lipatan (fold axis). Gambaran umum mengenai lipatan dan komponen-komponennya dapat dilihat pada Gambar 3.1 Gambar 3.1: Model lipatan (encyclopedia britanica.inc) Struktur lipatan, khususnya antiklin, sangat dicari pada eksplorasi minyak bumi karena minyak mencari tempat yang lebih lebih tinggi sehingga banyak berkumpul dan terperangkap pada ujung antiklin (crest). Tetapi tidak hanya itu saja, hal yang juga penting adalah adanya lapisan penutup diatas perangkap antiklin tadi sehingga minyak yang sudah berkumpul tidak keluar kemana-mana. Lapisan penutup tersebut berupa lapisan impermeabel seperti lapisan lempung. Pada Gambar 3.2 ditampilkan konsep terperangkapnya minyak dan gas bumi pada suatu struktur antiklin Terperangkapnya minyak juga tidak lepas dari peranan lapisan impermeabel di atas lapisan reservoir. 19

3 Gambar 3.2: Perangkap struktur antiklin Melihat pentingnya peran struktur lipatan dalam eksplorasi hidrokarbon maka dipakailah lipatan sebagai model lapisan pada simulasi penjalaran gelombang seismik. Simulasi gelombang seismik dilakukan sebanyak dua kali. Pertama pada model lipatan dengan asumsi medium akustik isotropik dan yang kedua pada model lipatan medium elastik isotropik. III.1 Persiapan Pembuatan Model Lipatan Pembuatan model dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Seismic Unix yaitu program unif2 sehingga dihasilkan model sebagai berikut : Gambar 3.3: Parameter fisik model lipatan Model yang dibuat berukuran 6000 m x 3000 m dengan menggunakan spasi grid sebesar 5 m, sedangkan jumlah grid di dalam model tersebut adalah 1601 x 1001= grid 20

4 Semakin banyak jumlah grid maka hasil simulasi gelombang nya semakin baik akan tetapi waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan programnya semakin lama. Setelah dilakukan trial dan error untuk menentukan jarak antar spasi yang optimum maka jumlah grid di atas menunjukkan hasil yang paling baik. Penambahan grid dilakukan pada tiap tepi model lipatan tersebut agar pantulan dari samping model dapat dihindari. Grid yang ditambahkan pada model diatas sebesar 200 buah. Jumlah lapisan dalam model tersebut sebanyak tiga lapisan yang parameter elastiknya dapat dilihat pada Tabel 3.1, Tabel 3.1: Parameter fisik tiap lapisan model lipatan Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3 Ciri Warna Merah Hijau Biru Kecepatan Gel P ( Vp ) 1500 m/s 2500 m/s 3500 m/s Kecepatan Gel S ( Vs) 866 m/s 1443 m/s 2020 m/s Densitas 2200 gr/cc 2200 gr/cc 2800 gr/cc Tebal Lapisan 500 m s/d 1000 m 1000 m 500 m s/d 1000 m Nilai kecepatan gelombang P yang dipakai dalam lapisan pertama sebesar 1500 m/s meng asumsikan bahwa lapisan tersebut merupakan lapisan sedimen lunak yang belum terkompaksi dengan baik. Sedangkan kecepatan gelombang P lapisan kedua sebesar 2500 m/s, mengasumsikan bahwa lapisan tersebut merupakan lapisan batu pasir. Lapisan yang terakhir juga merupakan lapisan batu pasir tetapi memiliki nilai kecepatan dan densitas yang lebih tinggi karena pengaruh kompaksi pada kedalaman sekitar 3 km. Nilai kecepatan gelombang S dalam model tersebut mengikuti hubungan gelombang P dan S yang formulasinya tertulis pada persamaan 2.8. Model kecepatan lapisan gelombang P tersebut dijadikan sebagai input pada program Aku2D sedangkan pada program Ela2D inputnya terdiri dari kecepatan lapisan gelombang P, gelombang S, dan densitas. III.2 Penentuan Parameter Simulasi Gelombang Seismik Semua informasi mengenai parameter simulasi gelombang diinputkan kedalam file aku2d.in untuk simulasi gelombang akustik dan ela2d.in untuk simulasi gelombang 21

5 elastik. Parameter yang digunakan dalam simulasi gelombang akustik dan elastik dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2: Parameter simulasi gelombang seismik model lipatan No Parameter Nilai Parameter 1 Sampling rate ( dt ) s 2 Waktu Simulasi (tmaks) 3 s 3 Frekuensi tengah (fcent) 5 Hz 4 Tipe Wavelet Ricker 5 Jenis sumber explosive point source 6 Posisi sumber 3000 m ( sb x ) & 20 m ( sb z ) 7 Jumlah geophone 101 buah 8 Jarak antar geophone 50 m Nilai sampling waktu yang digunakan pada model ini adalah s. Nilai ini sudah sesuai dengan syarat kriteria kestabilan sistem dimana nilai sampling maksimumnya ialah s, semakin kecil nilai timestep berarti hasilnya semakin baik karena laju pencuplikannya lebih detail tetapi waktu yang diperlukan lebih lama. Sedangkan untuk nilai frekuensi haruslah memenuhi kriteria dispersi yang ditentukan sesuai dengan persamaan Nilai frekuensi maksimum pada model ini adalah 35 Hz. Maka nilai frekuensi yang di pilih haruslah kurang dari nilai maksimum tersebut. Setelah dilakukan trial dan error di pilih nilai frekuensi 5 Hz karena menghasilkan tampilan sintetik seismogram dan snapshot yang cukup baik. Waktu perekaman simulasi ini 3 detik karena dianggap sudah cukup menghasilkan even-even gelombang yang penting. Tipe sumber yang dipilih pada simulasi model ini adalah exsplosive point source. Sumber pada model ini diletakan pada jarak (X) = 3000 m dan kedalaman (Z) = 30 m. Tipe wavelet yang digunakan adalah Ricker. Wavelet tersebut dipilih karena sudah optimum dalam mensimulasikan gelombang terutama ketika muka gelombang tersebut mengenai batas-batas lapisan. Pada sintetik seismogram wavelet tersebut dapat dengan jelas menunjukkan batas-batas antar lapisan sehingga wavelet tersebut ideal untuk dipilih. Gambar wavelet dapat dilihat pada Gambar 3.4. Visualisasi wavelet tersebut ditampilkan 22

6 dengan cara memasukkan file wavelet hasil simulasi gelombang kedalam program suxwigb dalam Seismic Unix. Gambar 3.4: Tipe wavelet pada model lipatan medium akustik dan elastik isotropik Gambar 3.5: Spektrum frekuensi sumber model lipatan Pada sintetik seismogram batas lapisan ditunjukkan oleh bagian trough dalam wavelet tersebut. Wavelet merupakan representasi dari sumber yang diformulasikan dalam bentuk matematis. Wavelet tersebut selain ditunjukkan dalam domain waktu juga dapat ditunjukkan dalam domain frekuensi untuk menganalisis sinyal tersebut. Dari situ dapat dilihat berapa frekuensi yang dominan. Spektrum frekuensi sumber di atas di dapat dengan memasukkan file wavelet hasil simulasi gelombang ke dalam program sufft di dalam Seismic Unix. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada pemodelan ini frekuensi yang digunakan adalah 5 Hz. Hal ini sesuai dengan spektrum frekuensi dominan yang terlihat pada gambar 3.5 di atas, dimana memang frekuensi dominannya pada 5 Hz. 23

7 III. 3 Hasil Keluaran Simulasi Gelombang Seismik melalui Model Lipatan Pemodelan ini ialah untuk mencari solusi persamaan elastodinamik (2.5). Solusinya dari waktu ke waktu tidak konstan, seperti terlihat jelas pada persamaan diferensial parsial pada persamaan tersebut. Setelah pemodelan disimulasikan solusinya dapat berupa snapshot seperti terlihat pada Gambar 3.6. Selain snapshot penjalaran gelombang, dihasilkan juga sintetik seismogram. Sintetik seismogram merupakan produk samping (by product) dari pemodelan simulasi gelombang seismik tersebut. Dari snaphot tersebut kita dapat mengetahui bagaimana penjalaran gelombang dalam model yang kita buat. Selain itu dapat juga dilihat even-eveng elombang apa saja yang muncul. Gambar snapshot tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu snapshot akustik (gambar 3.6 a, 3.6 b, dan 3.6 c), snapshot elastik Z (gambar 3.6 b, 3.6 e, dan 3.6 h) dan snapshot elastik X (gambar 3.6 c, 3.6 f, dan 3.6 j) Snapshot akustik hanya memodelkan penjalaran gelombang akustik saja yaitu gelombang P. Sedangkan snapshot elastik Z dan elastik X selain memodelkan penjalaran gelombang P juga gelombang S. Pada snaphot elastik X amplitudo gelombang akan maksimum pada arah horizontal dan nol pada arah vertikal. Sebaliknya pada snapshot elastik Z amplitudo gelombang akan maksimum pada arah vertikal dan nol pada arah horizontal. Masing-masing bagian terdiri dari tiga snapshot yang menunjukkan simulasi penjalaran gelombang pada waktu yang berbeda-beda. Batas-batas lapisan pada seluruh snapshot yang tertera pada Gambar 3.6 ditunjukkan oleh garis-garis berwarna merah. Sumber yang digunakan pada simulasi penjalaran gelombang ini berada pada X=3000 m dan Z=20 m. Sumber yang digunakan pada simulasi merupakan sumber bertipe eksplosive point source oleh karena itu hanya membangkitkan gelombang P saja. Setelah sumber dibangkitkan, gelombang P tersebut (ditandai oleh A) mulai menjalar melalui model. Pada t=1,05 s (Gambar 3.6 a) gelombang P tadi menjalar dan mengenai batas lapisan 1 dan 2 sehingga terpisah menjadi dua fasa yaitu gelombang pantulan P ( fasa P-R-P ditandai oleh B) dan gelombang transmisi P (fasa P T P ditandai oleh C). R merupakan singkatan dari refleksi atau pantulan, T merupakan transmisi, dan C merupakan singkatan dari konversi. Penjalaran gelombang akustik setelah t=1,29 s dapat 24

8 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) Gambar 3.6: Snapshot gelombang pada model lipatan (a) akustik saat t=1.05 s (b) elastik komponen Z saat t=1,05 s (c) elastik komponen X saat t=1,05 s (d) akustik saat t=1,29 s (e) elastik komponen Z saat t=1,29 s (f) elastik komponen X saat t=1,29 s (g) akustik saat t=1,59 s (h) elastik komponen Z saat t=1,59 s (i) elastik komponen X saat =1,59 s 25

9 (a) (b) (c) Gambar 3.7: Sintetik seismogram model lipatan (a) akustik (b) elastik komponen Z (c) elastik komponen X 26

10 dilihat pada gambar 3.6 d. Gelombang transmisi P akibat lapisan 1 dan 2 (ditandai oleh C) terus menjalar dan akhirnya mengenai batas lapisan 2 dan 3 sehingga menghasilkan fase baru yaitu gelombang pantulan P (fasa P-T-P-R-P ditandai D) dan gelombang transmisi P (fasa P-T-P-T-P ditandai oleh E). Pada t=1,59 s dapat dilihat fenomena bow tie (ditandai oleh F dan G). Fenomena bow tie ini diakibatkan oleh bentuk sinklin pada lapisan lipatan dalam model tersebut. Perbedaan antara pemodelan medium akustik dan elastik dapat di tunjukkan oleh adanya gelombang konversi S seperti yang terlihat pada gambar 3.6 e. Pada t=1,29 s (gambar 3.6 e) terdapat fasa baru yang tidak didapatkan pada snaphot akustik (gambar 3.6 d) yaitu gelombang pantu konversi l S akibat lapisan 1 dan 2 (fasa P-RC-S ditandai oleh H). Selain itu juga terdapat gelombang transmisi konversi S yang diakibatkan oleh lapisan 1 dan 2 (fasa P-TC-S ditandai oleh I). Pada t=1.59 s (Gambar 3.6 h), selain terdapat gelombang pantulan P juga terdapat gelombang pantulan konversi S akibat dari batas lapisan 2 dan 3 (fasa P-T-P-RC-S ditandai oleh J). Pada even transmisinya pun selain terdapat gelombang transmisi P (fasa P-T-P-T-P ditandai oleh E) juga terdapat gelombang transmisi konversi S (fasa P-T-P-TC-S ditandai oleh K). Snapshot elastik X pada dasarnya menghasilkan fasa sama dengan elastik Z hanya saja gelombang konversi S dapat terlihat lebih jelas dibandingkan pada snapshot elastik Z. Asumsi medium elastik isotropik dapat terlihat dari bentuk muka gelombang berupa lingkaran dengan jari-jari yang sama ke semua arah. Ini berarti menunjukkan kecepatan gelombang yang sama ke segala arah. Warna dalam penjalaran gelombang ini merupakan representasi dari besarnya displacement partikel suatu medium dimana warna putih menunjukkan displacement atau simpangan negatif dan hitam merupakan positif. Makin tinggi intensitas warna menunjukkan amplitudo yang semakin besar. Amplitudo yang besar menunjukkan energi yang semakin besar. Dapat terlihat dari seluruh gambar snapshot bahwa intensitas warna dari muka gelombang tersebut semakin berkurang seiring dengan kedalaman. Hal ini disebabkan energi yang terdapat pada gelombang tersebut terbagi-bagi pada setiap batas lapisan yang memiliki kontras akustik impedansi menjadi energi pantul dan energi transmisi. Sehingga makin ke bawah energi dalam 27

11 gelombang tersebut semakin kecil. Lebar bentuk suatu muka gelombang pun menunjukkan suatu arti yaitu seberapa besar frekuensi yang dipakai, makin tinggi frekuensi yang dipakai semakin tipis lebar bentuk muka gelombangnya. Muka gelombang pada tiap lapisan berbeda-beda, dapat kita lihat pada snaphot bahwa muka gelombang pada lapisan ke dua dan selanjutnya semakin lebar itu di sebabkan karena adanya perbedaan panjang gelombang pada tiap lapisan. Panjang gelombang itu dipengaruhi oleh nilai frekuensi sumber dan kecepatan pada tiap-tiap lapisan. Dalam eksplorasi seismik panjang gelombang tersebut berkaitan dengan resolusi gelombang seismik yaitu lebar minimal dari suatu lapisan yang dapat di deteksi oleh gelombang seismik. Pada model yang kita buat nilai kecepatan pada tiap-tiap lapisan bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Ini mengakibatkan panjang gelombangnya juga bertambah seiring dengan kedalaman sehingga bentuk muka gelombangnya semakin lebar. Selain resolusi vertikal, resolusi horizontal juga berkurang karena semakin lebar muka gelombang maka pantulan dari gelombang pada batas lapisan tersebut bukan dari satu titik tapi dari suatu bidang atau yang dikenal dengan Zona Fresnel. Dari dua jenis snapshot elastik Z dan elastik X kita dapat membandingkan dan lebih memperjelas even-even, baik itu gelombang S konversi dan P yang telah kita identifikasikan. Misalnya pada gambar 3.6 e dapat terlihat bahwa refleksi gelombang S (di tunjukkan oleh H) samar tetapi gelombang tersebut dapat terlihat jelas pada model elastik X. Begitu juga pada gambar 3.6 h, gelombang refleksi S yang ditunjukkan oleh gelombang J dapat dilihat secara lebih jelas oleh gelombang J pada model elastik X (Gambar 3.6 i). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sintetik seismogram merupakan produk samping (by product) dari simulasi penjalaran gelombang. Sintetik seismogram tersebut dihasilkan dari respon geophone yang di tempatkan pada model. Geophone tersebut merekam amplitudo gelombang yang menjalar melalui model dari sumber ke geophone tersebut. Geophone yang ditempatkan pada model berjumlah 101 buah. Titik lokasi geophone pertama berada di X=50 m dan Z=0 m. Spasi antar geophone 50 m. Dari geophone-geophone tersebut dihasilkan 101 trace. Letak sumber pada sintetik 28

12 seismogram tersebut sama dengan letak sumber pada snapshot penjalaran gelombang. Gambar 3.7 memperlihatkan tiga buah sintetik seismogram yang dihasilkan dari simulasi penjalaran gelombang yaitu pada medium akustik, elastik komponen arah Z dan elastik dengan komponen arah X. Penamaan even-even dalam sintetik seismogran sama dengan penamaan even-even pada snapshot penjalaran gelombang. Pada sintetik seismogram akustik (Gambar 3.7 a) dapat dilihat even-even gelombang seperti yang ada di dalam snapshot akustiknya. Even-even tersebut adalah gelombang langsung (A), gelombang pantulan P akibat batas lapisan 1 dan 2 (fasa P-R-P ditunjukkan oleh B) dan gelombang pantulan P akibat batas lapisan 2 dan 3 (fasa P-T-P-R-P ditunjukkan oleh D). Kemudian selain itu juga pola bow tie dapat terlihat (di tunjukkan oleh F dan G). Pada sintetik seismogram elastik (Gambar 3.7 b), tidak hanya ada gelombang refleksi P tetapi juga ada even gelombang pantulan konversi S yang ditunjukkan oleh H dan J. H merupakan gelombang pantulan konversi S akibat batas lapisan 1 dan 2 (fasa P-RC-S) sedangkan J merupakan gelombang pantulan konversi S akibat batas lapisan 2 dan 3 (fasa P-T-P-RC-S). Pada sintetik seismogram elastik juga (Gambar 3.7 b) di dapat gelombang pantulan dari permukaan yang ditunjukkan oleh L dan M. L berasal dari gelombang pantulan P dari gelombang langsung yang mengenai batas permukaan dan kembali ke bawah permukaan yang kemudian di tangkap oleh geophone (fasa P-R-P) sedangkan gelombang M merupakan gelombang pantulan S nya dari permukaan (fasa P-RC-S). Pada sintetik seismogram arah X, gelombang - gelombang konversi S dapat dengan jelas terlihat dibandingkan dengan gelombang konversi S pada sintetik seismogram Z. Contohnya J pada seismogram elastik X (Gambar 3.7 c) terlihat jelas dibandingkan J pada seismogram elastik Z (Gambar 3.7 c). Begitu juga dengan H (Gambar 3.7 c) terlihat jelas dan mendominasi pada sintetik seismogram X sedangkan pada sintetik seismogram elastik Z kurang terlihat. Sebaliknya gelombang refleksi P pada seismogram elastik X kurang cukup terlihat dibandingkan pada seismogram elastik Z. Pada seismogram elastik Z (Gambar 3.7 b) amplitudo gelombang langsungnya menipis dan akhirnya hilang seiring waktu ini disebabkan karena amplitudo gelombang ke arah 29

13 sumbu X atau lateral berkurang. Pada snapshot elastik Z (Gambar 3.6 b) ditunjukkan amplitudo gelombang langsung mengecil (semakin tipis warnanya) ke arah lateral ( sumbu X). Amplitudo gelombang tersebut mengecil ke arah sumbu lateral (sumbu X) karena stress yang bekerja pada sumber arah Z memiliki nilai yang maksimal pada sudut 90 dan 270 (sumbu Z) sehingga amplitudo gelombang ke arah lateralnya mengecil. Kebalikannya dengan sintetik seismogram arah X (Gambar 3.7 c), gelombang langsungnya mempunyai amplitudo yang cukup tinggi seiring dengan waktu ini disebabkan karena stress pada arah X mempunyai nilai maksimum pada sudut 0 dan 180 (sumbu X) sehingga amplitudo gelombangnya meningkat ke arah sumbu X. Pada snapshot elastik X (Gambar 3.6 c) dapat ditunjukkan bahwa amplitudo gelombang langsung ke arah sumbu X cukup tinggi (warnanya cukup tebal). Pada sintetik seismogram akustik ampitudonya tetap tinggi dikarenakan nilai amplitudo pada medium akustik merupakan komponen radial yang merupakan resultan atau penjumlahan antara amplitudo gelombang arah Z dengan arah X. 30

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar Dalam suatu kegiatan eksplorasi minyak bumi perangkap merupakan suatu hal yang sangat penting. Perangkap berfungsi untuk menjebak minyak bumi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi BAB III TEORI DASAR 3. 1. Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi Metode seismik merupakan metode eksplorasi yang menggunakan prinsip penjalaran gelombang seismik untuk tujuan penyelidikan bawah permukaan bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi mempunyai beberapa lapisan pada bagian bawahnya, masing masing lapisan memiliki perbedaan densitas antara lapisan yang satu dengan yang lainnya, sehingga

Lebih terperinci

SIMULASI GELOMBANG SEISMIK UNTUK MODEL SESAR DAN LIPATAN PADA MEDIUM AKUSTIK DAN ELASTIK ISOTROPIK TUGAS AKHIR

SIMULASI GELOMBANG SEISMIK UNTUK MODEL SESAR DAN LIPATAN PADA MEDIUM AKUSTIK DAN ELASTIK ISOTROPIK TUGAS AKHIR SIMULASI GELOMBANG SEISMIK UNTUK MODEL SESAR DAN LIPATAN PADA MEDIUM AKUSTIK DAN ELASTIK ISOTROPIK TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Teknik Strata Satu Di Program Studi Teknik Geofisika,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER Tahapan pengolahan data gaya berat pada daerah Luwuk, Sulawesi Tengah dapat ditunjukkan dalam diagram alir (Gambar 4.1). Tahapan pertama yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seismik telah menjadi metode geofisika utama dalam industri minyak bumi dalam beberapa dekade terakhir sehingga menyebabkan metode ini berkembang dengan sangat pesat.

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data 4.1.1. Data Seismik Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D (seismic cube) sebagai input untuk proses multiatribut. Data

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel III. TEORI DASAR A. Konsep Dasar Seismik Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi. Pengertian gelombang secara umum ialah fenomena perambatan gangguan atau (usikan)

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Refleksi Gelombang Seismik Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima getaran pada lokasi penelitian. Sumber getaran dapat ditimbulkan oleh

Lebih terperinci

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk BAB 3 TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik yang

Lebih terperinci

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold). 9. Struktur Geologi 9.1. Struktur geologi Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya, struktur geologi

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa III. TEORI DASAR 3.1 Konsep Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik

Lebih terperinci

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2.

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2. Stack Time Migration (PSTM) dengan sampling interval 4 ms. Panjang line FD-1 lebih kurang 653 trace, sedangkan line FD-2 lebih kurang 645 trace dengan masing-masing memiliki kedalaman 3000 m dan sampling

Lebih terperinci

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan Gambar 4.15 Data seismic CDP gather yang telah dilakukan supergather pada crossline 504-508. 4.2.4.3 Angle Gather Angle Gather dilakukan untuk melihat variasi amplitudo terhadap sudut dan menentukan sudut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non Preserve. Data sumur acuan yang digunakan untuk inversi adalah sumur

Lebih terperinci

Scientific Echosounders

Scientific Echosounders Scientific Echosounders Namun secara secara elektronik didesain dengan amplitudo pancaran gelombang yang stabil, perhitungan waktu yang lebih akuran dan berbagai menu dan software tambahan. Contoh scientific

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Minyak dan gasbumi hingga saat ini masih memiliki peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber energy alternatif lainnya sudah

Lebih terperinci

BAB 3. PENGOLAHAN DATA

BAB 3. PENGOLAHAN DATA 27 BAB 3. PENGOLAHAN DATA 3.1 Daerah Studi Kasus Data yang digunakan sebagai studi kasus dalam tesis ini adalah data dari lapangan di area Blackfoot, Alberta, Canada (gambar 3.1). Data-data tersebut meliputi

Lebih terperinci

Analisis dan Pembahasan

Analisis dan Pembahasan Bab V Analisis dan Pembahasan V.1 Analisis Peta Struktur Waktu Dari Gambar V.3 memperlihatkan 2 closure struktur tinggian dan rendahan yang diantara keduanya dibatasi oleh kontur-kontur yang rapat. Disini

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Data 3.1.1 Data Seismik Data yang dimiliki adalah data seismik hasil migrasi post stack 3-D pada skala waktu / time dari Lapangan X dengan polaritas normal, fasa nol,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii DAFTAR ISI Halaman Judul HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERNYATAAN... v SARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN I.1.

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi, 1 III. TEORI DASAR A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Gempa bumi umumnya menggambarkan proses dinamis yang melibatkan akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa

Lebih terperinci

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan Data

Bab III Pengolahan Data S U U S Gambar 3.15. Contoh interpretasi patahan dan horizon batas atas dan bawah Interval Main pada penampang berarah timurlaut-barat daya. Warna hijau muda merupakan batas atas dan warna ungu tua merupakan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon. Telah diketahui bahwa dalam eksplorasi geofisika, metode seismik

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi 20 BAB III TEORI DASAR 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Data seismik dan log sumur merupakan bagian dari data yang diambil di bawah permukaan dan tentunya membawa informasi cukup banyak mengenai kondisi geologi

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Gelombang seismic pada dasarnya merupakan gelombang elastic yang dijalarkan

III. TEORI DASAR. Gelombang seismic pada dasarnya merupakan gelombang elastic yang dijalarkan 15 III. TEORI DASAR 3.1 Pengertian Gelombang Seismik Gelombang seismic pada dasarnya merupakan gelombang elastic yang dijalarkan melalui media bumi. Pembangkitan gelombang seismic dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M

GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M0208050 Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Cincin Newton didesain interferensi optik yang menunjukkan interferensi optik pada lensa udara dan udara kaca (Schuster, 2008).

Gambar 1.1 Cincin Newton didesain interferensi optik yang menunjukkan interferensi optik pada lensa udara dan udara kaca (Schuster, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah lama ilmuwan menggunakan interferensi gelombang cahaya untuk mengakses sifat-sifat optik misalnya ketebalan lensa, geometri lensa, dan indeks bias lensa. Salah

Lebih terperinci

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani GEOLOGI STRUKTUR PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan OSN PEDAHULUAN Geologi : Ilmu yang mempelajari bumi yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan energi fosil yang terus meningkat serta masih minimnya peran sumber energi pengganti telah mendorong peningkatan penelitian terkait dengan eksplorasi dan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data seismik dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh penampang seismik yang merepresentasikan penampang

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Stratigrafi Daerah Penelitian Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari beberapa formasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah.

Lebih terperinci

matematis dari tegangan ( σ σ = F A

matematis dari tegangan ( σ σ = F A TEORI PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIk Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga Bab Teori Gelombang Elastik Metode seismik secara refleksi didasarkan pada perambatan gelombang seismik dari sumber getar ke dalam lapisan-lapisan bumi kemudian menerima kembali pantulan atau refleksi

Lebih terperinci

ANALISIS INDEPENDENT INVERSION GELOMBANG PP DAN PS DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI POST-STACK UNTUK MENDAPATKAN NILAI Vp/Vs

ANALISIS INDEPENDENT INVERSION GELOMBANG PP DAN PS DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI POST-STACK UNTUK MENDAPATKAN NILAI Vp/Vs Analisis Independent Inversion ANALISIS INDEPENDENT INVERSION GELOMBANG PP DAN PS DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI POST-STACK UNTUK MENDAPATKAN NILAI Vp/Vs Gigih Prakoso W, Widya Utama, Firman Syaifuddin Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PEMAPARAN DATA Ketersediaan Data Data Seismik Data Sumur Interpretasi

BAB IV PEMAPARAN DATA Ketersediaan Data Data Seismik Data Sumur Interpretasi DAFTAR ISI JUDUL... PENGESAHAN. i PERNYATAAN. ii IJIN PENGGUNAAN DATA iii KATA PENGANTAR.... v SARI...... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 3 BAB I PENDAHULUAN... 8 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity)

Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity) Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity) a) Keselarasan (Conformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu (menerus),

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK BAB IV INTERPRETASI SEISMIK Analisa dan interpretasi struktur dengan menggunakan data seismik pada dasarnya adalah menginterpretasi keberadaan struktur sesar pada penampang seismik dengan menggunakan bantuan

Lebih terperinci

Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya. terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi.

Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya. terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi. Batuan reservoir merupakan batuan

Lebih terperinci

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02.

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. t = 0.4s Amplituda dari gelombang pada gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar III. TEORI DASAR 3.1. Jenis-jenis Gelombang Seismik 3.1.1. Gelombang Badan (Body Waves) Gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang menjalar melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free

Lebih terperinci

PEMODELAN PROPAGASI GELOMBANG SEISMIK MENGGUNAKAN METODE BEDA BERHINGGA (FINITE DIFFERENCE)

PEMODELAN PROPAGASI GELOMBANG SEISMIK MENGGUNAKAN METODE BEDA BERHINGGA (FINITE DIFFERENCE) PEMODELAN PROPAGASI GELOMBANG SEISMIK MENGGUNAKAN METODE BEDA BERHINGGA (FINITE DIFFERENCE) Muhammad Taufiq Rafie, Lantu, Sabrianto Aswad Program Studi Geofisika FMIPA Unhas Email : taufiqrafie@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan 16 BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan gelombang elastik yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya berupa ledakan dinamit

Lebih terperinci

Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan "X"

Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan X Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan "X" Oleh : M. Mushoddaq 1108 100 068 Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

TIPE SEISMIK YANG MENGGAMBARKAN ADANYA PROSES TEKTONIK PADA SUATU FORMASI. Oleh: Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

TIPE SEISMIK YANG MENGGAMBARKAN ADANYA PROSES TEKTONIK PADA SUATU FORMASI. Oleh: Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya TIPE SEISMIK YANG MENGGAMBARKAN ADANYA PROSES TEKTONIK PADA SUATU FORMASI Oleh: Jusfarida, S.Si, MT Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Abstrak Pada suatu formasi sering terjadi proses tektonik yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2 BAB II TEORI DASAR.1 Identifikasi Bentuk Gelombang Perambatan gelombang pada media bawah permukaan mengikuti beberapa prinsip fisika sebagai berikut : a. Prinsip Huygen menyatakan bahwa setiap titik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dieksplorasi adalah sumber daya alam di darat, baik itu emas, batu bara,

BAB I PENDAHULUAN. banyak dieksplorasi adalah sumber daya alam di darat, baik itu emas, batu bara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dengan 2/3 wilayahnya adalah lautan dan memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah baik di darat

Lebih terperinci

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Gelombang Mekanik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0198 Version: 2012-09 halaman 1 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D)

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Contoh Dasar Gambar 16 merupakan hasil dari plot bottom sampling dari beberapa titik yang dilakukan secara acak untuk mengetahui dimana posisi target yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI 5.1. Analisis Litologi dari Crossplot Formasi Bekasap yang merupakan target dari penelitian ini sebagian besar tersusun oleh litologi sand dan shale, dengan sedikit konglomerat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi di Cekungan Sumatra Tengah telah dimulai sejak tahun 1924. Pemboran pertama di lokasi Kubu #1 dilakukan pada tahun 1939, kemudian dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Hasil Penelitian V.1.1. Interpretasi Horizon Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukannya pengolahan data awal, sehingga

Lebih terperinci

Wahyuni Sofianti 1, Dr.Eng Idris Mandang, M.Si 2 1 Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Mulawarman

Wahyuni Sofianti 1, Dr.Eng Idris Mandang, M.Si 2 1 Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Mulawarman Studi Interpretasi Struktur Geologi Bawah Permukaan Laut di Perairan Pepela Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur Berdasarkan Interpretasi Seismik Refleksi Single Channel Wahyuni Sofianti 1,

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Gelombang Seismik. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Gelombang Seismik. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat BAB III TEORI DASAR 3.1 Gelombang Seismik Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat fisiknya berbeda akan dibiaskan, jika sudut datang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya

Lebih terperinci

BAB III MIGRASI KIRCHHOFF

BAB III MIGRASI KIRCHHOFF BAB III MIGRASI KIRCHHOFF Migrasi didefinisikan sebagai suatu teknik memindahkan reflektor miring kembali ke posisi subsurface sebenarnya dan menghilangkan pengaruh difraksi, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR Dalam pembahasan kali ini, penulis mencoba menganalisis suatu prospek terdapatnya hidrokarbon ditinjau dari kondisi struktur di sekitar daerah tersebut. Struktur yang menjadi

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

Bab III Pengolahan dan Analisis Data Bab III Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data telah dilakukan mengikuti diagram alir umum seperti Gambar III.1. Studi kelayakan dan pembuatan SGRID dilakukan secara bersamaan karena terdapat bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK 4.1 Data Hasil Pengukuran Lapangan Dalam bab ini akan dijelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI 2. 1 Gelombang Elastik Gelombang elastik adalah gelombang yang merambat pada medium elastik. Vibroseismik merupakan metoda baru dikembangkan dalam EOR maupun IOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon, seismik pantul merupakan metoda

BAB I PENDAHULUAN. Dalam eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon, seismik pantul merupakan metoda BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon, seismik pantul merupakan metoda utama yang selalu digunakan. Berbagai metode seismik pantul yang berkaitan dengan eksplorasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Shale merupakan jenis batuan yang mendominasi batuan sedimen di dunia, yakni sekitar 50-70 %, sedangkan sisanya berupa sandstone dan sedikit limestone (Jonas and McBride,

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. dimensi pergerakan partikel batuan tersebut. Meskipun demikian penjalaran

BAB III TEORI DASAR. dimensi pergerakan partikel batuan tersebut. Meskipun demikian penjalaran BAB III TEORI DASAR 3.. Seismologi Refleksi 3... Konsep Seismik Refleksi Metoda seismik memanfaatkan perambatan gelombang elastis kedalam bumi yang mentransfer energi gelombang menjadi pergerakan partikel

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching Penampang hasil pengolahan dengan perangkat lunak Ipi2win pada line 08 memperlihatkan adanya struktur antiklin. Struktur ini memiliki besar tahanan jenis

Lebih terperinci

Refraksi Picking First Break

Refraksi Picking First Break Oktober 14 Praktikum Seismik Refraksi Universitas Gadjah Mada GEOFISIKA Source 19 ft Source 97 ft 1A 1B No Jarak (ft) Offset Geophone (ft) Waktu Jalar (ms) No Jarak (ft) Offset Geophone (ft) Waktu Jalar

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Patra Nusa Data dengan studi kasus pada lapangan TA yang berada di Cepu, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli September 2014 dan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli September 2014 dan 52 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli 2014-7 September 2014 dan bertempat d Fungsi Geologi dan Geofisika (G&G) Sumbagsel, PT Pertamina

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Metodologi penalaran secara deduksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep-konsep struktur, stratigrafi dan utamanya tektonostratigrafi yang diasumsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2008 Indonesia keluar dari anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan menjadi net importir minyak. Hal tersebut disebabkan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR Analisis Perbandingan antara... ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR Nova Linzai, Firman Syaifuddin, Amin Widodo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh BAB III TEORI FISIA BATUAN III.1. Teori Elastisitas Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh sifat elastisitas batuan, yang berarti bahwa bagaimana suatu batuan terdeformasi

Lebih terperinci

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB IV UNIT RESERVOIR BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 53 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 di PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, TB. Simatupang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakterisasi Reservoar Batuan Karbonat Formasi Kujung II, Sumur FEP, Lapangan Camar, Cekungan Jawa Timur Utara 1

BAB I PENDAHULUAN. Karakterisasi Reservoar Batuan Karbonat Formasi Kujung II, Sumur FEP, Lapangan Camar, Cekungan Jawa Timur Utara 1 BAB I PENDAHULUAN Karakterisasi reservoar adalah bentuk usaha dalam menentukan kualitas reservoar (Sudomo, 1998). Kualitas reservoar dikontrol oleh faktor pembentukan batuan karbonat, yaitu tekstur dan

Lebih terperinci

Aplikasi Inversi AI dan EI Dalam Penentuan Daerah Prospek Hidrokarbon

Aplikasi Inversi AI dan EI Dalam Penentuan Daerah Prospek Hidrokarbon JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) /6 Aplikasi Inversi AI dan EI Dalam Penentuan Daerah Prospek Hidrokarbon Mohammad Qodirin Sufi, Widya Utama Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur

Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3 No.2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-55 Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur Satya Hermansyah Putri

Lebih terperinci

BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK

BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK 4.1 Simulasi Simulasi merupakan penggambaran suatu sistem atau proses dengan memperagakan atau menirukan (menyerupai) sesuatu yg besar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan rumusan masalah Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang berbeda-beda, diantaranya mantel bumi dimana terdapat magma yang terbentuk akibat

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian... 4 Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6 Gambar 2.3 Elemen tektonik Indonesia dan pergerakan lempeng-lempeng tektonik... 7 Gambar 2.4 Stratigrafi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. hasil akuisisi seismik yang dapat dipergunakan untuk pengolahan data seismik.

BAB III TEORI DASAR. hasil akuisisi seismik yang dapat dipergunakan untuk pengolahan data seismik. BAB III TEORI DASAR Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang memanfaatkan luasnya data hasil akuisisi seismik yang dapat dipergunakan untuk pengolahan data seismik. Pada proses akuisisi dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE SEISMIK Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini memanfaatkan perambatan gelombang yang melewati bumi. Gelombang yang dirambatkannya berasal

Lebih terperinci

INVERSI SEISMIK MODEL BASED DAN BANDLIMITED UNTUK PENDEKATAN NILAI IMPEDANSI AKUSTIK TESIS

INVERSI SEISMIK MODEL BASED DAN BANDLIMITED UNTUK PENDEKATAN NILAI IMPEDANSI AKUSTIK TESIS INVERSI SEISMIK MODEL BASED DAN BANDLIMITED UNTUK PENDEKATAN NILAI IMPEDANSI AKUSTIK TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister dari Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Metode seismik merupakan salah satu bagian dari metode geofisika aktif, yang memanfaatkan pergerakan gelombang dalam suatu medium dimana dalam penyelidikannnya di

Lebih terperinci

BAB 2. TEORI DASAR DAN METODE PENELITIAN

BAB 2. TEORI DASAR DAN METODE PENELITIAN 4 BAB 2. TEORI DASAR DAN METODE PENELITIAN Dalam kegiatan eksplorasi hidrokarbon, berbagai cara dilakukan untuk mencari hidrokarbon dibawah permukaan, diantaranya melalui metoda seismik. Prinsip dasar

Lebih terperinci

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK.1 Teori Perambatan Gelombang Seismik Metode seismik adalah sebuah metode yang memanfaatkan perambatan gelombang elastik dengan bumi sebagai medium rambatnya. Perambatan

Lebih terperinci

Perubahan Fasa dan Amplitudo dari Gelombang Rayleigh akibat Pengaruh Lembah pada Pemodelan 2 Dimensi (2D) Penjalaran Gelombang Seismik

Perubahan Fasa dan Amplitudo dari Gelombang Rayleigh akibat Pengaruh Lembah pada Pemodelan 2 Dimensi (2D) Penjalaran Gelombang Seismik TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 30 (1) 2012 : 13-18 ISSN : 0125-9121 Perubahan Fasa dan Amplitudo dari Gelombang Rayleigh akibat Pengaruh Lembah pada Pemodelan 2 Dimensi (2D) Penjalaran

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data 4.1.1 Data Seismik Penelitian ini menggunakan data seismik Pre Stack Time Migration (PSTM) CDP Gather 3D. Penelitian dibatasi dari inline 870 sampai 1050, crossline

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran dan Gelombang Getaran/Osilasi Gerak Harmonik Sederhana Gelombang Gelombang : Gangguan yang merambat Jika seutas tali yang diregangkan

Lebih terperinci

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada BAB V INTERPRETASI DATA V.1. Penentuan Litologi Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan litologi batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada dibawah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan FRL Formasi Talangakar, Cekungan Sumatera Selatan dengan Menggunakan Seismik

Lebih terperinci