PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono"

Transkripsi

1 Bulein Ilmiah Ma. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 5, No. 3 (216), hal PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Naufal Helmi, Mariaul Kifiah, Bayu Prihandono INTISARI Persamaan diferensial parsial linear (PDPL) dapa diselesaikan secara analiik dan numerik. Salah sau penyelesaian PDPL secara analiik yaiu dengan menggunakan meode ransformasi Arion-Fundo. Tujuan dari peneliian ini adalah unuk menenukan penyelesaian PDPL menggunakan meode ransformasi Arion-Fundo. Penyelesaian persamaan diferensial parsial linear dengan meode ransformasi Arion- Fundo dilakukan dengan cara menransformasikan PDPL sehingga diperoleh persamaan diferensial biasa linear (PDBL). Selanjunya PDBL yang diperoleh diselesaikan, dan kemudian penyelesaian dari PDBL diransformasikan dengan menggunakan iners ransformasi Arion-Fundo. Hasil inersi penyelesaian PDBL merupakan penyelesaian dari PDPL. Peneliian ini menunjukkan bahwa ransformasi Arion-Fundo dapa menyelesaikan PDPL orde sau dan orde dua dengan koefisien konsan. Kaa kunci : Transformasi Arion-Fundo, Persamaan Diferensial Parsial Linear PENDAHULUAN Secara umum persamaan diferensial erbagi dalam dua jenis persamaan, yaiu persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial. Dalam eknik penyelesaiannya, persamaan diferensial dapa diselesaikan dengan menggunakan meode analiik dan numerik. Umumnya, persamaan diferensial diselesaikan dengan menggunakan meode analiik, eapi erdapa beberapa kasus persamaan diferensial parsial yang idak dapa diselesaikan dengan meode analiik sehingga alernaif pemecahan solusinya dilakukan dengan menggunakan meode numerik. Namun seiring dengan berkembangnya meode, persamaan diferensial ersebu ernyaa bisa diselesaikan dengan meode analiik. Salah sau meode analiik yang dapa digunakan unuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial adalah ransformasi Arion-Fundo. Transformasi Arion-Fundo merupakan salah sau benuk ransformasi inegral yang diperkenalkan oleh Arion Kashuri dan Akli Fundo pada ahun 213. Transformasi Arion-Fundo merupakan suau meode yang dapa menyederhanakan persamaan diferensial biasa menjadi benuk persamaan aljabar dan elah diunjukkan pula bahwa ransformasi Arion-Fundo dapa digunakan unuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa linear orde sau dan orde dua [1]. Transformasi Arion-Fundo juga dapa dierapkan pada persamaan diferensial parsial linear. Penyelesaian persamaan diferensial parsial linear diperoleh dengan melakukan inersi erhadap penyelesaian persamaan hasil ransformasi dengan menggunakan iners ransformasi Arion-Fundo. Kelebihan uama dari meode ransformasi Arion- Fundo adalah dapa menyelesaikan persamaan diferensial linear homogen maupun ak homogen. Selain iu, meode ransformasi Arion-Fundo juga dapa menghasilkan penyelesaian khusus sesuai dengan syara awal dan syara baas yang diberikan. Namun, apabila persamaan diferensial yang dikeahui idak melibakan syara awal dan syara baas, maka persamaan diferensial ersebu idak dapa diselesaikan dengan menggunakan meode ransformasi Arion-Fundo. Adapun ujuan dari peneliian ini adalah mengkaji sifa-sifa dari ransformasi Arion-Fundo dan menyelesaikan persamaan diferensial parsial linear (PDPL) menggunakan sifa-sifa dari ransformasi Arion-Fundo. Peneliian ini membahas enang penyelesaian PDPL orde sau dan orde dua dengan koefisien konsan yang melibakan syara awal dan syara baas dengan dua ariabel bebas. 195

2 196 N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO Langkah-langkah penyelesaian PDPL orde sau dan orde dua dilakukan dengan menransformasi kedua ruas pada PDPL dengan menggunakan definisi dan sifa-sifa dari ransformasi Arion-Fundo sehingga diperoleh suau persamaan hasil ransformasi. Seelah iu, syara awal PDPL yang dikeahui disubsiusikan pada persamaan hasil ransformasi sehingga diperoleh suau persamaan diferensial biasa linear (PDBL). Kemudian PDBL yang diperoleh diselesaikan sehingga diperoleh penyelesaian umum dari PDBL. Selanjunya syara baas yang dikeahui diransformasi menggunakan ransformasi Arion- Fundo dan hasil ransformasi syara baas disubsiusikan pada penyelesaian umum sehingga diperoleh penyelesaian khusus PDBL. Kemudian penyelesaian khusus PDBL yang diperoleh diransformasi dengan menggunakan iners ransformasi Arion-Fundo sehingga diperoleh penyelesaian dari PDPL. TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Transformasi Arion-Fundo merupakan salah sau ransformasi inegral baru yang diperkenalkan oleh Arion Kashuri dan Akli Fundo pada ahun 213. Transformasi Arion-Fundo didefinisikan unuk suau fungsi f dengan sau ariabel bebas. Definisi 1 [1] Diberikan fungsi f: R R yang erdefinisi unuk R +. Transformasi Arion-Fundo dari fungsi f didefinisikan sebagai K[f()] = 1 f() e 2 d = A() (1) dengan ( k 1, k 2 ) adalah ariabel dalam ransformasi Arion-Fundo unuk k 1 > dan k 2 > dengan k 1, k 2 R. Transformasi Arion-Fundo dari fungsi f dinyaakan dalam noasi K[f()] dengan K adalah operaor ransformasi Arion-Fundo. Transformasi Arion-Fundo dalam Persamaan (1) juga dapa dinyaakan dalam benuk persamaan K[f()] = f( 2 ) e d Transformasi Arion-Fundo unuk beberapa fungsi dasar disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Transformasi Arion-Fundo Beberapa Fungsi Dasar No. f() A() = K[f()] 1 a a 2 n, n =,1,2, n! 2n+1 3 e a 4 sin a 5 cos a 6 sinh a 7 cosh a 1 a 2 a a a 2 4 a 3 1 a a 2 4

3 Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Linear SIFAT-SIFAT TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Transformasi Arion-Fundo suau fungsi f dapa lebih mudah diperoleh dengan menggunakan sifasifa ransformasi Arion-Fundo. Sifa-sifa dari ransformasi Arion-Fundo dinyaakan dalam eoremaeorema beriku ini. Teorema 2 Jika K[f()] = A 1 () dan K[g()] = A 2 (), maka unuk sebarang konsana a, b, dan c berlaku a. K[af()] = aa() b. K[bf() ± cg()] = ba 1 () ± ca 2 () Buki: a. K[af()] = 1 af() e 2 d = b ( 1 f() e = ak[f()] 2 d = aa() b. K[bf() ± cg()] = 1 ) (bf() ± cg()) e 2 d = b ( 1 f() e 2 d = bk[f()] ± ck[g()] = ba 1 () ± ca 2 () ) ± c ( 1 g() e 2 d Teorema 3 Jika K[f()] = A(), maka unuk sebarang konsana a berlaku ) Buki: Misalkan w = (1 a 2 ), maka d = K[e a 1 f()] = 1 a A ( 2 1 a 2) K[e a f()] = 1 e (1 a2 ) f() 2 d dw sehingga Persamaan (2) menjadi 1 a2 (2) K[e a f()] = 1 f ( w 1 a w e 2) 2 1 = K [ 1 a 2 f ( w 1 a 2)] 1 = 1 a A ( 2 1 a 2) dw 1 a 2

4 198 N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO, < a Teorema 4 Jika K[f()] = A() dan g() = {, maka unuk sebarang konsana f( a), a a dan a > berlaku Buki: K[g()] = e a 2 A() K[g()] = 1 g() e 2 d = 1 f( a) e 2 d Misalkan a = k maka d = dk sehingga Persamaan (3) menjadi K[f( a)h( a)] = 1 a f(k) e k+a 2 dk = e a 2 K[f(k)] = e a 2 A() Teorema 5 Jika K[f()] = A(), maka unuk n = 1,2,3 berlaku n 1 K [ dn f() d n ] = A() 2n 1 d k f() 2(n k) 1 d k k= Buki: Pembukian Teorema 5 dilakukan menggunakan induksi maemaika. Misalkan P adalah pernyaaan n 1 K [ dn f() d n ] = A() 2n 1 d k f() 2(n k) 1 d k k= 1) Akan diunjukkan P bernilai benar unuk n = 1 aau K [ df() d Karena K [ df() d K [ df() d ] = A() 2 ] = 1 df() d e 2 d = lim (( 1 L f()e = 1 2 (1 f() e = A() 2 f() 2 ) 2 d ] = A() L 2 L + 1 f() e 3 ) 1 f() f(). 2 d f(), maka erbuki bahwa P bernilai benar unuk n = 1. ) (3)

5 Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Linear ) Diasumsikan P bernilai benar unuk n = q aau K [ dq f() d q ] = A() 2q 1 d k f() 2(q k) 1 d k. Selanjunya akan diunjukkan bahwa P bernilai benar unuk n = q + 1. Misalkan ψ() = dq f() d q dengan K[ψ()] = Ψ(), maka K [ dq+1 f() d q+1 ] = K [dψ()] d = Ψ() 2 ψ() q 1 q 1 k= = 1 2 (A() 2q 1 d k f() 2(q k) 1 d k ) 1 f() (dq d q ) k= q = A() 2(q+1) 1 dk f() 2((q+1) k) 1 d k q k= k= Karena K [ dq+1 f() A() ] = dq+1 2(q+1) 1 d k f() 2((q+1) k) 1 d k, maka erbuki bahwa P bernilai benar unuk n = q + 1. Dari pernyaaan 1) dan 2) dapa disimpulkan bahwa Teorema 5 erbuki. Teorema 6 Jika K[f()] = A(), maka unuk n = 1,2,3 berlaku K [ f(τ) dτ n ] = 2n A() Buki: Pembukian Teorema 6 dilakukan menggunakan induksi maemaika. Misalkan R adalah pernyaaan K [ f(τ) dτ n ] = 2n A() 1) Akan diunjukkan R bernilai benar unuk n = 1 aau K [ f(τ) dτ] = 2 A(). Misalkan h() = f(τ) dτ, maka dh() d Dengan menggunakan Teorema 4 unuk n = 1 diperoleh K [ dh() H() ] = K[f()] d 2 = f() dan h() =, dan misalkan K[h()] = H(). h() = A() H() 2 () = A() H() = 2 A()

6 2 N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO K [ dh() d ] = K[f()] K[h()] = 2 A() K [ f(τ) dτ] = 2 A() Karena K [ f(τ) dτ] = 2 A(), maka erbuki bahwa R benar unuk n = 1. 2) Diasumsikan R bernilai benar unuk n = r aau K [ f(τ) dτ r ] = 2r A(). Akan diunjukkan bahwa R bernilai benar unuk n = r + 1. Misalkan ω() = f(τ) dτ r dengan K[ω()] = Ω(), maka K [ f(τ) dτ r+1 ] = K [ ω() dτ] = 2 Ω() = 2 ( 2r A()) = 2(r+1) A() Karena K [ f(τ) dτ r+1 ] = 2(r+1) A(), maka erbuki bahwa R bernilai benar unuk n = r + 1. Dari pernyaaan 1) dan 2) dapa disimpulkan bahwa Teorema 6 erbuki. Teorema 7 Jika K[f()] = A 1 () dan K[g()] = A 2 () dan h f g d, maka Buki: K[h()] = A 1 ()A 2 () K[h()] = 1 h() e 2 d = 1 ( f(τ)g( τ) dτ) e Misalkan ω = τ, maka d = dω sehingga Persamaan (4) menjadi K[h()] = 1 τ f(τ) e 2 dτ = K[f()] K[g()] g(ω) e ω 2 dω = A 1 ()A 2 () 2 d (4)

7 Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Linear INVERS TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Definisi ransformasi Arion-Fundo menyaakan bahwa ranformasi fungsi f adalah suau fungsi yang dinyaakan dalam noasi A(). Apabila ransformasi dari suau fungsi dikeahui, maka hasil inersi fungsi ransformasi ersebu akan menghasilkan fungsi asal. Definisi 8 [1] Jika A() = K[f()] adalah ransformasi Arion-Fundo dari f(), maka f() adalah iners dari ransformasi Arion-Fundo A() yang dinoasikan dengan K 1 [A()] = f() dan K 1 adalah operaor iners ransformasi Arion-Fundo. PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR Transformasi Arion-Fundo dapa digunakan unuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial linear (PDPL). PDPL yang diransformasi menggunakan ransformasi Arion-Fundo akan direduksi menjadi persamaan diferensial biasa linear (PDBL). Penyelesaian PDPL diperoleh dengan melakukan inersi erhadap penyelesaian PDBL dengan menggunakan iners ransformasi Arion-Fundo. Conoh 9 Persamaan diferensial parsial linear ak homogen orde sau Tenukan penyelesaian dari persamaan diferensial yang dinyaakan dalam persamaan dengan syara awal z(x, ) = x dan syara baas z(1, ) = 2 e. z x z = 1 e (5) Penyelesaian: Kedua ruas Persamaan (5) diransformasi dengan menggunakan ransformasi Arion-Fundo sehingga diperoleh z(x, ) z(x, ) K [ ] K [ ] = K[1] K[e ] x dz(x, ) Z(x, ) ( dx 2 z(x, ) ) = (6) Dengan mensubsiusikan syara awal z(x, ) = x pada Persamaan (4.6) diperoleh dz(x, ) dx 1 Z(x, ) = x Selanjunya Persamaan (7) diselesaikan dengan menggunakan meode Lagrange sehingga diperoleh Z(x, ) = 1 ( ( x ) x e 2 dx + C) e x = 1 e x ( 3 x e 2 1 x xe 2 ) dx + = 1 e x 2 ( 5 x C e x e 2 + (x + 3 )e x 2 ) + C e x 2 = x + x + Ce (8) Persamaan (8) adalah penyelesaian umum dari Persamaan (7). Selanjunya syara baas yang dikeahui, yaiu z(1, ) = 2 e diransformasi menggunakan ransformasi Arion-Fundo sehingga diperoleh K[z(1, )] = K[2 e ] Z(1, ) = 2 (7) (9) 1+ 2

8 22 N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO Dengan menggunakan Persamaan (9), maka dari Persamaan (8) diperoleh C =, sehingga diperoleh penyelesaian khusus Persamaan (7) yaiu Z(x, ) = + x (1) Kemudian Persamaan (1) diransformasi menggunakan iners ransformasi Arion-Fundo sehingga diperoleh K 1 [Z(x, )] = K 1 [] K 1 [ 1 + 2] + xk 1 [] z(x, ) = 1 e + x Jadi, penyelesaian Persamaan (5) dengan syara awal z(x, ) = x dan syara baas z(1, ) = 2 e adalah z(x, ) = 1 e + x. Conoh 1 Persamaan diferensial parsial linear homogen orde dua Tenukan penyelesaian dari persamaan diferensial yang dinyaakan dalam persamaan 4 2 z x 2 2 z 2 = (11) dengan syara awal z(x, ) = 4 sin πx + 3 sin 2πx 2 sin 3πx, dan z (x, ) = sera syara baas z(, ) = z(1, ) =. Penyelesaian: Kedua ruas Persamaan (11) diransformasi dengan menggunakan ransformasi Arion-Fundo sehingga diperoleh 4K [ 2 z(x, ) x 2 ] K [ z2 (x, ) 2 ] = K[] 4 d2 Z(x, ) Z(x, ) dx 2 ( 4 z(x, ) 3 1 dz(x, ) ) = (12) d Dengan mensubsiusikan syara awal z(x, ) = 4 sin πx + 3 sin 2πx 2 sin 3πx dan z (x, ) = pada Persamaan (12) diperoleh d 2 Z(x, ) dx sin πx + 3 sin 2πx 2 sin 3πx Z(x, ) = (13) Penyelesaian homogen unuk Persamaan (13) adalah Z h (x, ) = C 1 e x C 2 e x 2 2 (14) Selanjunya Persamaan (7) diselesaikan menggunakan meode ariasi parameer, sehingga penyelesaian umum Persamaan (13) adalah 4 sin πx+3 sin 2πx 2 sin 3πx Z(x, ) = e x ( ) e x ( ( 1 dx + C) 2) 4 sin πx+3 sin 2πx 2 sin 3πx +e x ( ) e x ( ( 1 dx + C 2 ) 2) = 2(2π2 cos(πx) + sin(πx)) 1 + 4π (4π2 cos(2πx) + sin(2πx)) 2(1 + 16π 2 4 ) (6π2 cos(3πx) + sin(3πx)) π (sin(πx) 2π2 cos(πx)) 1 + 4π 2 4

9 Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Linear (sin(2πx) 4π2 cos(2πx)) 2(1 + 16π 2 4 (sin(3πx) 6π2 cos(3πx)) ) π 2 4 Ce x C 2 e x 2 2 Z(x, ) = C 1 e x C 2 e x sin(πx) 1 + 4π sin(2πx) π 2 2 sin(3πx) π 2 4 (15) Selanjunya syara baas yang dikeahui diransformasi menggunakan ransformasi Arion-Fundo. a) Unuk syara baas z(, ) = : sehingga dari Persamaan (15) diperoleh b) Unuk syara baas z(1, ) = : K[z(, )] = K[] Z(, ) = Z(, ) = C 1 + C 2 C 1 + C 2 = (16) K[z(1, )] = K[] Z(1, ) = sehingga dari Persamaan (15) diperoleh diperoleh Z(1, ) = C 1 e C 2 e C 1 e C 2 e = (17) Dari Persamaan (16) dan (17) diperoleh C 1 = dan C 2 =, sehingga diperoleh penyelesaian khusus Persamaan (13) yaiu 4 sin(πx) 3 sin(2πx) 2 sin(3πx) Z(x, ) = 1 + 4π π π 2 4 (18) Kemudian Persamaan (18) diransformasi menggunakan iners ransformasi Arion-Fundo sehingga diperoleh K 1 [Z(x, )] = 4K 1 sin(πx) [ 1 + 4π 2 4] + sin(2πx) 3K 1 [ π 2 4] sin(3πx) 2K 1 [ π 2 4] z(x, ) = 4 sin(πx) cos(2π) + 3 sin(2πx) cos(4π) 2 sin(3πx) cos(6π) Jadi, penyelesaian dari Persamaan (11) dengan syara awal z(x, ) = 4 sin πx + 3 sin 2πx 2 sin 3πx dan z (x, ) =, sera syara baas z(, ) = z(1, ) = adalah z(x, ) = 4 sin(πx) cos(2π) + 3 sin(2πx) cos(4π) 2 sin(3πx) cos(6π). PENUTUP Dari hasil peneliian ini dapa disimpulkan bahwa: 1. Sifa-sifa ransformasi Arion-Fundo yang digunakan unuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial linear orde sau dan dua adalah sebagai beriku: a. Transformasi Arion-Fundo dari 2 z(x, ) x 2 adalah b. Transformasi Arion-Fundo dari 2 z(x, ) x K [ 2 z(x, ) x 2 ] = d2 Z(x, ) dx 2 adalah K [ 2 z(x, ) ] = d ) (Z(x, x dx 2 z(x, ) )

10 24 N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO c. Transformasi Arion-Fundo dari 2 z(x, ) 2 adalah d. Transformasi Arion-Fundo dari e. Transformasi Arion-Fundo dari K [ 2 z(x, ) Z(x, ) 2 ] = 4 z(x, ) x adalah z(x, ) K [ ] = x z(x, ) adalah z(x, ) K [ ] = z(x, ) 3 1 dz(x, ) d dz(x, ) dx Z(x, ) z(x, ) 2 f. Transformasi Arion-Fundo dari z(x, ) dan s(x, ) adalah K[z(x, )] = Z(x, ) = 1 z(x, ) e 2 d dan K[s(x, )] = A(x, ) = 1 s(x, ) e 2 d 2. Transformasi Arion-Fundo dapa digunakan unuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial linear dengan koefisien konsan yang melibakan syara awal dan syara baas. Penerapan sifa-sifa dari ransformasi Arion-Fundo dalam menyelesaikan persamaan diferensial parsial linear dengan koefisien konsan akan mereduksi persamaan diferensial parsial menjadi persamaan diferensial biasa. Selanjunya dengan menerapkan iners ransformasi Arion-Fundo pada penyelesaian persamaan diferensial biasa diperoleh penyelesaian dari persamaan diferensial parsial. DAFTAR PUSTAKA [1]. Kashuri A, Fundo A, Kreku M. Mixure of A New Inegral Transform and Homoopy Perurbaion Mehod for Soling Nonlinear Parial Differenial Equaions. Adances in Pure Mahemaics. 213; 3(1): [2]. Kashuri A, Fundo A, Liko R. On Double New Inegral Transform and Double Laplace Transform. European Scienific. 213; 9(33): [3]. Prayudi. Maemaika Teknik. Yogyakara: Graha Ilmu; 26. [4]. Raji A W Md and Mohamad M N. Differenial Equaions for Engineering Sudens. Johor Bahru: Comech Markeing Sdn. Bhd; 28. [5]. Darmawijaya S. Penganar Analisis Real. Yogyakara: Jurusan Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam UGM; 26. [6]. Wrede R C and Spiegel M R. Schaum's Oulines of Theory and Problems of Adanced Calculus. 2nd ed. New York: McGraw-Hill; 22. NAUFAL HELMI : FMIPA Unan, Ponianak, noal6794@gmail.com MARIATUL KIFTIAH : FMIPA Unan, Ponianak, kifiahmariaul@mah.unan.ac.id BAYU PRIHANDONO : FMIPA Unan, Ponianak, beiprihandono@gmail.com

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Metode Transformasi Pertubasi Homotopi dan Metode Dekomposisi Adomian

Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Metode Transformasi Pertubasi Homotopi dan Metode Dekomposisi Adomian Jurnal Kubik, Volume No. 1 (17) ISSN : 338-896 Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Meode Transformasi Perubasi Homoopi dan Meode Dekomposisi Adomian Feni Sii Fahonah 1,

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR Jurnal Maemaika Vol. 8, No., Desember 5: 7-77 SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR S. B. Waluya Jurusan Maemaika FMIPA Universias Negeri Semarang sevanusbudi@yahoo.com

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann Okober 16, Vol. 1, No.1. ISSN: 57-618 Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang, dengan Kondisi Baas Dirichle dan Neumann Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Persamaan Differensial Biasa Orde Slide : Tri Harsono Polieknik Elekronika Negeri Surabaya ITS Polieknik Elekronika Negeri Surabaya PENS - ITS 1 1. PD Linier Homogin Dengan Koefisien Benuk Umum: Konsan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 016/017 9 Mare 017 Kuliah yang Lalu 11 Fungsi dua (aau lebih) peubah 1 Turunan Parsial 13 Limi dan Kekoninuan 14 Turunan ungsi dua peubah 15 Turunan berarah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKPASTIAN HARGA OUTPUT DAN TINGKAT UPAH TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI OPTIMAL PERUSAHAAN ABSTRACT

PENGARUH KETIDAKPASTIAN HARGA OUTPUT DAN TINGKAT UPAH TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI OPTIMAL PERUSAHAAN ABSTRACT PENGARUH KETIDAKPASTIAN HARGA OUTPUT DAN TINGKAT UPAH TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI OPTIMAL PERUSAHAAN Tegun Jadida Efraim 1, Tumpal Parulian Nababan, Haposan Sirai 1 Mahasiswa Program Sudi S1 Maemaika

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA

STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA LAPORAN PENELITIAN STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA Oleh: 1. Mushofa, S.Si 2. Karyai, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi

Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi Ilham Saifudin ) ) Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknik, Universias Muhammadiyah Jember Jl. Karimaa No. 49 Jember Kode Pos 68 Email :

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR

MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol. 14, No. 3, Juli 011, hal 75-80 MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR T.B. Prayino Jurusan Fisika, Fakulas MIPA, Universias Negeri Jakara Jl. Pemuda Rawamangun

Lebih terperinci

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ELZAKI

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ELZAKI Bulei Ilmiah Ma. Sa. da erapaya (Bimaser) Volume 4, No. (5), hal 7 6. PNYLSAIAN PRSAMAAN DIFRNSIAL PARSIAL LINAR DNGAN MNGGUNAKAN MOD RANSFORMASI LZAKI Noa Miari, Mariaul Kifiah, Helmi INISARI Persamaa

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

PR2 Pengantar Geometri Diferensial (MA3401) - September 2011 = 1 0. x 2. x

PR2 Pengantar Geometri Diferensial (MA3401) - September 2011 = 1 0. x 2. x Muhammad Ridwan Reza Nugraha 00905 PR Penganar Geomeri Diferensial MA0 - Sepember 0. Misal RM adalah grup ranformasi kaku rigid moion di R. Apakah grup ini komuaif? Jika ya unjukkan, jika idak berikan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

RUANG METRIK FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA

RUANG METRIK FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA RUANG METRIK FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri Yogyakara Unuk Memenuhi Sebagai Persyaraan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 1, 1-7, April 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 1, 1-7, April 2002, ISSN : JURNAL MAEMAIKA DAN KOMPUER APLIKASI OPIMASI DINAMIS DENGAN PENDEKAAN MAXIMUM PRINCIPLE PADA PERUMBUHAN EKONOMI DAERAH DAN ALOKASI PENDAPAAN BELANJA DAERAH 1 Yusup Supena dan Yayan Jurusan Maemaika Fakulas

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS DAN PENAKSIRAN PARAMETER MODEL RENDLEMAN-BARTTER

ANALISIS STABILITAS DAN PENAKSIRAN PARAMETER MODEL RENDLEMAN-BARTTER ANALISIS STABILITAS DAN PENAKSIRAN PARAMETER MODEL RENDLEMAN-BARTTER Murni 1 dan Gao F. Herono 1, Program Magiser Maemaika, Deparemen maemaika FMIPA UI e-mail 1 : murni@ui.ac.id, e-mail : gao-f1@ui.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 Materi Penunjang

BAB 2 Materi Penunjang BAB. MATERI PENUNJANG 4 BAB Maeri Penunjang. Vanilla Opion Derivaives adalah salah sau conoh dari insrumen keuangan, aau lebih sederhananya bisa dianggap sebagai perjanjian anara dua orang, yang nilainya

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Laar Belakang Seiap orang mendambakan berheni bekerja di suau masa dalam siklus kehidupannya dan menikmai masa uanya dengan enram Terjaminnya kesejaheraan di masa ua akan mencipakan

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 28 Maret 2014

Hendra Gunawan. 28 Maret 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 013/014 8 Mare 014 Kuliah ang Lalu 1.1 Fungsi dua aau lebih peubah 1. Turunan Parsial 1.3 Limi dan Kekoninuan 1.4 Turunan ungsi dua peubah 1.5 Turunan berarah

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL. metode euler metode runge-kutta

PERSAMAAN DIFERENSIAL. metode euler metode runge-kutta PERSAMAAN DIFERENSIAL (DIFFERENTIAL EQUATION) meode euler meode runge-kua Persamaan Diferensial Persamaan paling pening dalam bidang rekayasa, paling bisa menjelaskan apa yang erjadi dalam sisem fisik.

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI ISSN: 3-989 Vol. V, No. II, April 6 ERSAMAAN DIFFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo endidikan Maemaika FKI UMT E-mail: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id Absrak Dalam peneliian

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

Penggunaan Penyelesaian Persamaan Aljabar Riccati Waktu Diskrit pada Kendali Optimal Linier Kuadratik dan Sifat-Sifatnya Pembimbing Soleha, M.

Penggunaan Penyelesaian Persamaan Aljabar Riccati Waktu Diskrit pada Kendali Optimal Linier Kuadratik dan Sifat-Sifatnya Pembimbing Soleha, M. Penggunaan Penyelesaian Persamaan Aljabar iccai Waku Diskri pada Kendali Opimal Linier Kuadraik dan ifa-ifanya Pembimbing oleha M.i 9 9 Absrak Bab Bab Permasalahan kendali opimal adalah mendapakan auran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI rima: Jurnal endidikan Maemaika Vol., No., Juli 7, hal. 33-4 -ISSN: 579-987, E-ISSN: 58-6 ERSAMAAN DIFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang,

Lebih terperinci

TURUNAN, INTEGRAL, PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN TRANSFORMASI LAPLACE DALAM PENERAPANNYA DI BIDANG TEKNIK ELEKTRO

TURUNAN, INTEGRAL, PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN TRANSFORMASI LAPLACE DALAM PENERAPANNYA DI BIDANG TEKNIK ELEKTRO Dika Perkuliahan Maemaika Terapan TURUNAN, INTEGRAL, PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN TRANSFORMASI LAPLACE DALAM PENERAPANNYA DI BIDANG TEKNIK ELEKTRO oleh : Deny Budi Herano, M.Kom. FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Hubungan antara Keterobservasian dan Keterkonstruksian Sistem Linier Kontinu Bergantung Waktu

Hubungan antara Keterobservasian dan Keterkonstruksian Sistem Linier Kontinu Bergantung Waktu Mah Educa Jurnal () (7): 86-95 Jur na l Maem aika Pend i di ka n Maema i ka Email: mejuinibpag@gmailcm Hubungan anara Keerbservasian Keerknsruksian Sisem Linier Kninu Berganung Waku Ezhari Asfa ani adris

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON *

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON * PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV HAMILON * BERLIAN SEIAWAY, YANA ADHARINI DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus IPB

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Persamaan Differensial Parsial Gelombang Homogen Pada Selang Dengan Syarat Batas Dirichlet Dan Neumann

Persamaan Differensial Parsial Gelombang Homogen Pada Selang Dengan Syarat Batas Dirichlet Dan Neumann Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN 46-454 Persamaan Differensial Parsial Gelombang Homogen Pada Selang Dengan Sara Baas Dirichle Dan Neumann Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiah

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

Distribusi Normal Multivariat

Distribusi Normal Multivariat Vol.4, No., 43-48, Januari 08 Disribusi Normal Mulivaria Husy Serviana Husain Absrak Pada engendalian roses univaria berdasarkan variabel, biasanya digunakan model disribusi normal unuk mengamai kualias

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih.

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih. 1 Peramalan Volume Produksi Air Bersih di PDAM Kabupaen Bojonegoro berdasarkan Jumlah Pelanggan dan Volume Konsumsi Air Fasha Aulia Pradhani dan Adaul Mukarromah Jurusan Saisika, FMIPA, ITS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

Penerapan Metode Steepest Descent dalam Menentukan Konservasi Solusi Persamaan Kadomtsev-Petviashvili I Arah x atau y 1 Oleh: Rustanto Rahardi 2

Penerapan Metode Steepest Descent dalam Menentukan Konservasi Solusi Persamaan Kadomtsev-Petviashvili I Arah x atau y 1 Oleh: Rustanto Rahardi 2 Penerapan Meode Seepes Descen dalam Menenukan Konservasi Solusi Persamaan Kadomsev-Peviashvili I Arah aau y Oleh: Rusano Rahardi Absrak: Peneliian ini meliha benuk gelombang solusi Kadomsev- Peviashvili

Lebih terperinci