TURUNAN, INTEGRAL, PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN TRANSFORMASI LAPLACE DALAM PENERAPANNYA DI BIDANG TEKNIK ELEKTRO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TURUNAN, INTEGRAL, PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN TRANSFORMASI LAPLACE DALAM PENERAPANNYA DI BIDANG TEKNIK ELEKTRO"

Transkripsi

1 Dika Perkuliahan Maemaika Terapan TURUNAN, INTEGRAL, PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN TRANSFORMASI LAPLACE DALAM PENERAPANNYA DI BIDANG TEKNIK ELEKTRO oleh : Deny Budi Herano, M.Kom. FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEMESTER GANJIL TAHUN 9/

2 MATEMATIKA TERAPAN Maeri I. Review Definisi Dasar Fungsi Variabel Turunan/Derivaif Beberapa auran pada operasi urunan Laihan Soal Inegral Beberapa sifa pada operasi inegral Beberapa sifa rigonomeri yang perlu diperhaikan Laihan Soal II Persamaan Diferensial Biasa Pengerian persamaan diferensial Pembenukan persamaan diferensial Orde persamaan diferensial Persamaan diferensial biasa Solusi persamaan Diferensial Solusi umum Solusi khusus Masalah nilai awal dan nilai baas Laihan Soal III. Persamaan Diferensial Orde Benuk Sederhana persamaan diferensial orde perama Pemisahan Variabel Conoh Soal Ceria IV. Persamaan Diferensial Linear Orde Ciri-ciri sifa linearias pada Persamaan Diferensial Persamaan Diferensial Eksak Meode Fakor Penginegralan Solusi Persamaan Diferensial Non Eksak Dengan Fakor Peginegaralan V. Persamaan Diferensial Orde Persamaan Diferensial linear Orde Persamaan Diferensial Linear Homogen Orde dengan Koefisien Konsan (Second Order Homogeneous Linear Differenial Equaions Wih Consan Coefficiens) Akar-akarnya adalah bilangan riil dan sama Akar-akarnya adalah bilangan riil dan berbeda Akar-akarnya adalah bilangan kompleks Persamaan Diferensial Linear Non-Homogen Orde dengan Koefisien Konsan (Second Order Homogeneous Linear Differenial Equaions Wih Consan Coefficiens) VI. Aplikasi Persamaan Diferensial Dalam Bidang Teknik Elekro

3 Definisi Dasar I. REVIEW Fungsi Secara mudah, fungsi dapa dipandang sebagai auran yang menghubungkan inpu dan oupu. Inpu yang diberikan akan dilewakan ke sebuah blok fungsi, dan menghasilkan oupu sesuai dengan karakerisik blok fungsi. Hal ini dapa diilusrasikan sebagai beriku : inpu auran oupu Gambar. Hubungan anara inpu, oupu, dan blok fungsi Sebuah fungsi pengali inpu dua kali akan menghasilkan nilai oupu dua kali dari nilai inpu. fungsi ersebu apabila diuliskan secara maemais adalah sebagai beriku : f :, aau diulis secara lebih kompak f ( ) dan digambarkan sebagai beriku : inpu Fungsi inpu kalikan oupu f Gambar. Sebuah fungsi dengan blok fungsi inpu kalikan Inpu suau fungsi disebu sebagai argumen. Pada fungsi f ( ), yang menjadi argumen adalah. Jika digani dengan nilai, maka : f (). 6, dengan nilai argumen adalah. Sebuah fungsi dapa digambarkan secara grafik dengan memakai kordina karesius. Fungsi f ( ) dapa digambarkan dengan menguji nilai f( ) unuk beberapa nilai sebagai beriku. =, f( ) = 4 =, f( ) = =, f( ) = = -, f( ) = - = -, f( ) = -4 ds Gambar. koordina karesius fungsi f ( ) Variabel Pada fungsi y f ( ), dan y dapa memiliki kemungkinan sejumlah nilai erenu, sehingga dan y dinamakan sebagai variabel. adalah variabel independen (variabel

4 bebas) dan y adalah variabel dependen (variabel ak-bebas), menginga nilai y dienukan oleh nilai variabel. Conoh I. 4 a. y 5, variabel dependen = y. variabel independen = dq b. 6q, variabel dependen = q. variabel independen = d y c. 9 e, variabel dependen = y, variabel independen =, pada conoh b dan c erliha bahwa pada persamaan differensial, variabel dependen-nya adalah variabel dalam benuk urunannya. TURUNAN/DERIVATIF Beriku ini adalah urunan dari beberapa fungsi. Tabel I.. Beberapa fungsi yang sering digunakan besera urunannya Fungsi, y() Turunan, y Fungsi, y() Turunan, y Konsana sin ( a b) a n n n cos ( a b) ( a b ) a ( a b ) e e an ( a b) a ( a b) e e sinh( a b) acosh( a b) a e a ae cosh( a b) asinh( a b) ln anh( a b) asec h ( a b) sin cos cos ech( a b) acos ech( a b)coh( a b) cos sin sec h( a b) as ech( a b) anh( a b) sin( a b) acos( a b) coh( a b) acos ech ( a b) cos( a b) asin( a b) sinh ( a b) a an( a b) asec ( a b) cosh ( a b) cos ec( a b) acos ec( a b)co( a b) anh ( a b) sec( a b) asec( a b)an( a b) ( a b ) a ( a b ) a ( a b ) 4

5 Beberapa Auran Pada Operasi Turunan Jika u dan v adalah sebuah fungsi, dan c adalah konsana, maka :. ( u v)' u ' v'. ( uv)' u' v uv '. ( cu)' cu ' u u ' v uv ' 4. ( )' v v 5. Jika y y() z, dan z z( ), maka : * dz d dz d Conoh I. Carilah urunan dari fungsi y beriku ini :. y ( sin ) jawab : d( ) d(sin ) y ' d d y' cos. y sin. misalkan : u, v sin u ', dan v' cos maka y menjadi y uv. y ' ( uv)' y ' u ' v uv ' y sin cos. y cos Jawab : y' sin 4. y. Jawab : Misalkan u dan v. u', dan v' u u u ' v uv ' y ( ), maka y ' ( )' v v v ( ). y ' ( ) 4 ( ) y ' ( ) ( ) ( ) 5. y 6 z, z. Carilah d! 5

6 Jawab : y dz d dz d 6 ( ), * 5 6 z. 5 z. ( ) 5 Laihan Soal I. Temukan urunan dari. y e 7. yan( ). 5 y 4. ysin( ) 5. y 5 6. ycos(4 ) 7. y y cos (4 ) y y sin(5 ) sin ( ) y sin(5 ) e 4. y e. cos5 y 4. 4w w e y 5. y ln( ) 7 4sin( ) 6. y sin ( ) 5cos ( ) 7. an ( ) 4cos y ( ) 5 8. Sebuah fungsi : y( ) 4 (a) enukan (b) jika urunan perama fungsi ersebu adalah nol, berapa nilai? 6

7 Laihan Soal I. Carilah urunan dari fungsi beriku ini :. y sin cos. y e. y e sin cos 4. y e sin cos (nomor -4, gunakan auran perkalian) 5. cos y sin 6. e y 7. 9 y 8. yln( ) 9. y. y sin ( ) INTEGRAL Proses menginegralkan suau fungsi merupakan kebalikan urunan/derivaif. Suau d( f) fungsi f() dapa kia urunkan menjadi :. Apabila kia ingin mencari suau fungsi f() d dari urunan/derivaif-nya, maka dinamakan : inegral Tabel I.. Beberapa fungsi yangs sering digunakan besera inegral fungsi ersebu Fungsi, f() f ( ) d K, Konsana n e Fungsi, f() f ( ) d k c an a ln sec a c a n an( a b) ln sec( a b) cn, c n a e c cos ec ( a b ) ln co sec( a b ) co( a b ) c a e a e e c s ec( a b) a e c a co( a b) ln c a ln sec( a b ) an( a b ) c a ln sin( a b ) c a sin c a 7

8 sin cos c sin a cos a c a sin( a b) cos( a b) c a cos sin c cosa sin a c a cos( a b) sin( a b) c a an ln sec c Conoh I. Temukan fungsi y jika : (a) y' 6 (b) y' 4 (c) y' cos a an c a a jawab :. y 6d y c, dengan c adalah suau konsana sembarang. Perlu diinga, bahwa urunan dari suau konsana adalah nol.. y 4 d 4 () () 4 y, y c. y (cos ) d y sin c Beberapa sifa pada operasi inegral (sifa linearias):. ( f g) d fd gd. Afd A fd. ( Af Bg) d A f d B gd (sifa - dinamakan sifa linearias) 4. uv ' d uv vu ' d 8

9 Beberapa sifa rigonomeri yang perlu diinga :. sin cos cos. cos cos. sin sin 4. an cos 5. sin sin cos 6. cos sin cos cos sin 7. an sec 8. co co sec 9. sin( A B) sin Acos B sin Bcos A. cos( AB) cos Acos B sin Asin B an( A B). an( AB) an Aan B. sin Acos B sin( A B) sin( A B). sin Asin B cos( A B) cos( A B) 4. cos Acos B cos( A B) cos( A B) Laihan Soal I. Temukan fungsi y jika :. ysin( ). y 5.9. y e 4. y 5 nomor 5 ds, gunakan sifa linear inegral 5. y 6. sin cos y 7. y 7cos ec( ) 8. y4cos(9 ) nomor 9 ds. Carilah : 9... cos sin e d. e sin ( ) d sin cos 4 (5 7) d 9

10 II. Persamaan Diferensial Biasa (Ordinary Differenial Equaions) II. Pengerian Persamaan Diferensial Persamaan Diferensial/PD adalah persamaan yang di dalamnya berisi urunan (derivaive aau differenial) sau aau lebih variabel. Persamaan diferensial orde dengan y sebagai variabel independen dan sebagai variabel dependen diulis secara maemais sebagai beriku : f (, y) d. Sedangkan persamaan diferensial dalam orde diulis secara maemais d y sebagai : f (, y, ) dengan caaan, idak semua variabel dari fungsi f harus muncul d d dalam persamaan. Conoh dari persamaan diferensial anara lain: () e sin d ( adalah variabel independen, y adalah variabel dependen yang nilainya erganung ) () y" y' y cos u () u u y (4) d y II Pembenukan persamaan diferensial Persamaan diferensial muncul keika erjadi perubahan pada suau besaran, yang biasanya dinyaakan dalam suau fungsi maemais. Conoh (), (), () dan (4 ) merupakan persamaan diferensial yang secara maemais diekspresikan anpa mengeahui laar belakang pembenukan/erjadinya persamaan diferensial ersebu. Conoh pembenukan persamaan diferensial dalam dunia riil adalah persamaan differensial yang erbenuk dari suau objek yang sedang bergerak. Dimisalkan objek ersebu d d bergerak dengan karakerisik persamaan : 6 dengan : menyaakan jarak d (yaiu urunan kedua fungsi jarak) menyaakan percepaan, dan d (urunan perama) menyaakan kecepaan. Conoh yang lain adalah muaan lisrik yang bergerak, dimisalkan memiliki persamaan : dq dq 8q sin dengan q merupakan muaan lisrik, merupakan laju aliran muaan (yang diisilahkan sebagai aliran arus lisrik). Conoh lain pembenukan persamaan diferensial adalah pada rangkaian lisrik yang erdiri dari komponen RC sebagaimana diperlihakan dalam gambar beriku :

11 R V R Vs + - i C Vc Gambar II. Suau Rangkaian lisrik dengan saklar Berdasarkan hukum kirchof, jumlah egangan pada loop eruup dari suau rangkaian lisrik adalah nol. Jika diuliskan : VS VR VC, aau VR VS VC. Vs = egangan sumber Vc = egangan pada kapasior V R = egangan pada resisor Berdasarkan hukum Ohm, arus yang mengalir pada resisor (pada rangkaian eruup) Vs Vc dapa dicari dengan rumus : i. R dvc Arus yang mengalir pada kapasior adalah : i C. Oleh karena arus yang mengalir pada kapasior = arus yang mengalir pada resisor, maka : Vs Vc dvc C. R dvc Sehingga didapakan : RC Vc Vs.Persamaan ini merupakan persamaan diferensial dengan Vc adalah variabel dependen, dan merupakan variabel independen. Lebih lanju enang aplikasi persamaan diferensial dalam bidang elekro, dapa dipelajari di bagian akhir bab ini. Orde Persamaan Diferensial Orde persamaan diferensial adalah orde eringgi dari urunan yang ada di dalam persamaan diferensial ersebu. dq q R, adalah persamaan diferensial orde perama dalam q C d sin( ), adalah persamaan diferensial orde perama dalam θ '' 4, adalah persamaan diferensial orde kedua dalam d u du 4 u, adalah persamaan diferensial orde keiga dalam u Persamaan Diferensial Biasa Persamaan diferensial yang hanya melibakan sau variabel independen disebu sebagai persamaan diferensial biasa. Sehingga conoh (), (), dan (4) di muka merupakan conoh persamaan diferensial biasa, sedangkan conoh () bukan merupakan persamaan diferensial biasa. Selanjunya, () merupakan persamaan diferensial parsial (parial differenial equaion,pde).

12 Persamaan diferensial parsial adalah persamaan diferensial yang melibakan dua aau lebih variabel independen. Conoh : persamaan diferensial parsial orde dengan variabel y independen : dan diulis dalam benuk : f (,, y), dan bukan f (,, y) d. Solusi Persamaan Diferensial Solusi persamaan differensial adalah suau fungsi yang memenuhi persamaan diferensial yang dimaksudkan. Pada kedua kasus di aas adalah dimaksudkan unuk mencari nilai () dan q(). Solusi persamaan differensial dapa berupa solusi analiis, dimana jawaban dari persamaan differensial ersebu dapa dinyaakan dalam fungsi-fungsi dasar seperi e, sin, cos, ds. Tidak semua persamaan diferensial dapa dicari solusinya secara analiis. Solusi persamaan differensial dapa juga dicari dengan menggunakan meode numerik yang menghasilkan solusi dengan nilai pendekaan. d Conoh II.: Tunjukkan bahwa = adalah solusi dari persamaan diferensial : Jawab : d Unuk membukikan bahwa = adalah solusi dari persamaan diferensial, maka subsiusikan = kedalam persamaan ( ), d. Conoh II. : Tunjukkan bahwa y'' y' y. Jawab : y y'' y' y d., berlaku unuk semua nilai, sehingga = adalah solusi dari y.5 adalah solusi dari persamaan diferensial.5, y', y ''. Subsisusikan ke dalam persamaan diferensial, sehingga : ( ) (.5) Solusi ini berlaku unuk semua nilai. Sehingga persamaan diferensial y'' y' y y.5 merupakan solusi dari Solusi Umum dan Khusus Persamaan diferensial boleh jadi memiliki banyak solusi. Sebagai conoh, persamaan d diferensial dapa memiliki solusi =, = +9, = -6, ds. Solusi solusi ini disebu d sebagai solusi khusus, sedangkan = + C merupakan solusi umum dari.

13 Persamaan differensial dalam bidang eknik umumnya digunakan unuk memodelkan sisem dinamis, yaiu sisem yang berubah erhadap waku. Conoh dari beberapa sisem dinamis anara lain:. Rangkaian lisrik dengan arus/egangan yang merupakan fungsi waku.. Dalam produksi kimia, dimana ekanan, laju aliran, ds selalu berubah erhadap waku.. Peralaan semikondukor, dimana kerapaan hole dan elekron selalu berubah. Masalah Nilai Awal dan Nilai Baas Jika dalam suau persamaan diferensial diberikan suau kondisi ambahan dengan sebuah nilai yang sama pada variabel independen-nya (baik fungsi maupun urunannya), maka dikaakan bahwa persamaan diferensial ersebu sebagai masalah nilai-awal (iniial-value problem). Jika kondisi ambahan yang diberikan merupakan nilai yang berbeda pada variabel independen-nya, maka dikaakan sebagai masalah nilai-baas (boundary-value problem). Conoh II. : Sebuah persamaan diferensial : y y e ; y( ), y( ) merupakan benuk iniial-value problem, karena erdapa dua kondisi ambahan yaiu pada, dengan y (π) = dan y (π) =. Sedangkan pada persamaan diferensial : y y e ; y( ), y( ) merupakan benuk boundary-value problem, karena dua kondisi ambahan diberikan pada nilai yang berbeda, yaiu pada and. Laihan Soal II.:. Tunjukkan bahwa : y sin adalah solusi dari persamaan diferensial : d y 4y d. Jika y Ae adalah solusi umum dari y d, carilah solusi khusus yang memenuhi y() =.. Idenifikasi variabel dependen dan independen dari persamaan diferensial beriku ini. Dan sebukan orde persamaan diferensial ersebu! d y (a) 5 cos d d (b) 9y d (c) ( )( d y ) 9 d d d d y 4. Solusi umum dari : ( ) y adalah : d d khusus yang memenuhi : y() =, () d y Ae Be. Carilah solusi

14 III. Persamaan Diferensial Orde Sebelum membahas persamaan diferensial orde inggi, akan dibahas erlebih dahulu persamaan diferensial orde. Benuk Sederhana Benuk sederhana persamaan diferensial orde adalah : f( ) d. Fungsi y dapa dicari dengan cara menginegralkan f(), yaiu : y f ( ) d. Namun d, kebanyakan pada demikian, persamaan diferensial yang dijumpai dalm soal umumnya idak sesederhana iu benuknya.. Conoh III. 5sin. Unuk mencari fungsi y (), persamaan ersebu diinegralkan : d 5 Maka y 5sin d, y cos C Pemisahan Variabel Jika persamaan diferensial memiliki benuk : f ( ) g( y) d, maka penyelesaian persamaan diferensial ersebu dapa dicari dengan meode pemisahan variabel, yaiu : ( y ) f ( ) d g. Beriku ini adalah conoh penyelesaian persamaan diferensial dengan meode pemisahan variabel. Perhaikan bahwa variabel dikelompokkan sesuai dengan variabel sejenisnya, yaiu variabel dengan d, variabel y dengan. Conoh III. Temukan solusi persamaan diferensial beriku dengan meode pemisahan variabel : (a) (b) (c) d d y y, y() = d y (d) dm msin, m() 4 Jawab : (a) Persamaan diferensial d menjadi y y d sehingga 4

15 y yd y d C y C, cukup diulis: y C (b) Persamaan diferensial yd y d y menjadi y d sehingga d y ln C y ln C' (c) Pisahkan variabel yang sama sehingga persamaan diferensialnya menjadi : y d, inegralkan kedua ruas : y d y c, Kalikan kedua ruas dengan sehingga menjadi : y c ( seharusnya adalah c, namun karena masih bersifa konsana, cukup diulis c saja). Unuk mencari nilai c, subsiusikan nilai y() =. c, c Sehingga solusi persamaan diferensial adalah : y d y dm (d) msin, m() 4. Pisahkan variabel yang sama sehingga : dm sin m, dm sin m, m dm sin, oleh karena c =, maka Laihan Soal. d. e d. e d y 4. d 9cos 4 m cos c, m cos c m cos 5

16 5. d cos 8sin 4 6. sin, y() = y 7. 6, y() = d y 8. y y d 9. y sin d. emukan solusi umum dari persamaan diferensial : khusus yang memenuhi : () = 5 d ( ). Tenukan solusi Conoh Soal Ceria Conoh III. Laju perumbuhan penduduk suau negara adalah, kali jumlah penduduk saa ini. Jika jumlah penduduk saa ini adalah 8, berapakah jumlah penduduk seelah minues? Jawab : Langkah Pemodelan menjadi persamaan diferensial dn.n Langkah Inegralkan dn. N, ln N. c Langkah Jadikan N sebagai subjek :. c N e Langkah 4 Susun kembali persamaan N dengan konsana yang bersangkuan:. c. N e e, N Ae dengan A = e c Langkah 5 Cari nilai konsana : 8 Ae A 8 (didapa dari N() = 8) Langkah 6 Temukan solusinya :. N 8e 58, N.98 individu Conoh III.4 Jawab : Blok es deng bera kg meleleh dalam lingkungan yang emperaurnya naik. Laju pengurangan bera es per deik adalah sebanding dengan dikurangi bera es yang ersisa. Seelah 6 deik, bera es adalah 9.5 kg. berapa bera es seelah deik? Langkah Susun persamaan diferensialnya : dm k ( M ), M() =, M(6) = 9.5 Langkah Inegralkan : 6

17 dm dm k( M), k M ln M k c Langkah Jadikan M sebagai subjek : k c ln M k c, M e k c, M e Langkah 4 Susun kembali persamaan M dengan konsana yang bersangkuan: k c M e e k, M Ae, dengan A = e c Langkah 5 Cari nilai konsana Gunakan nilai kondisi awal : M() =, M(6) = 9.5 Ae A, 6k 6k 6k 9.5 Ae, e.5, e.5, 6k ln.5, k.8.8 maka M e Langkah 6 Temukan solusinya :.8 M e, M() M() kg.8 e, Conoh III.5 Jawab : Laju perumbuhan suau kulur bakeri adalah sebanding (proporsional) dengan fungsi eksponensial pangka, dengan adalah waku (dalam jam). Disebabkan karena perumbuhan bakeri yang sanga cepa, maka erjadi overcrowding, sehingga laju perumbuhan bakeri juga berbanding erbalik dengan pangka empa dari jumlah bakeri saa iu. Lewa eksperimen dikeahui bahwa konsana proporsionalnya adalah. Jika pada awalnya hanya erdapa bakeria, berapa banyak bakeria dalam waku 5 jam? Solusi : dn e pemodelan maemais :, n (), dianyakan : n (5) =??? 4 n 4 cos c c n 5 n dn e d, n dn e, e c, n 5e c 5 5 5e c 5 c evaluasi nilai c : c 4 n 5 5e 4, n 5 5e 4, n 5 5 (5) 5e 4 4 IV. Persamaan Linear Orde Perama Adakalanya persamaan diferensial memiliki benuk : P( ) y Q( ), maka dikaakan d bahwa persamaan diferensial ersebu dinamakan persamaan diferensial linear orde perama. P() dan Q() merupakan fungsi. Conoh persamaan diferensial linear orde perama adalah 7

18 5y 7, P() = 5 d Q() = 7 y 4e, P() = d Q() = 4 e Meode Fakor Penginegralan Persamaan linear orde perama dapa dicari solusinya dengan meode : fakor penginegralan, yaiu dengan cara mengalikan persamaan diferensial linear ersebu dengan μ sehingga : Py Q, dengan P dan Q merupakan fungsi dengan variabel. d Pd Fakor penginegralan/ μ dapa dicari dengan rumus : e. Ide dari penggunaan fakor penginegaralan ini adalah menjadikan persamaan diferensial ersebu bersifa eksak, yakni d sisi kiri persamaan diferensial Py Q dapa diulis sebagai : ( y) Q( ) d d. Inga bahwa : d ( y) y d ( dari rumus ( uv)' u' v uv ' ). Sehingga : d d d d Py y, disederhanakan menjadi : d d d d y Py d d P, d P d d Pd maka akan didapakan : e kembali ke persamaan diferensial mula-mula : d ( y) Q( ) d, y Qd y Qd Conoh IV. y Tenukan penyelesaian dari : 5 dengan fakor penginegralan d Jawab : y dari persamaan diferensial 5, erliha bahwa P dan Q 5. d Maka : y Qd d ln, dengan e e y 5d 8

19 5, y C 5 y C Laihan Soal :. Bukikan bahwa solusi dari persamaan diferensial d Pd P adalah : e. d. 4y 8, y() d. d 8 4. y 8 d 5. y d Persamaan Diferensial Eksak Sebuah persamaan diferensial dengan benuk : M(, y) d N(, y) dinamakan persamaan diferensial eksak (eac differenial equaion) jika erdapa sebuah fungsi f f sedemikian rupa sehingga M and N f pada daerah erenu. Oleh karenanya, y persamaan di aas dapa diulis kembali menjadi : f d f y. Solusi dari persamaan ini adalah f (, y) k, k adalah nilai konsana erenu. f Apabila M(, y) f dan N(, y) y maka persamaan diferensial dalam benuk M(, y) d N(, y) dikaakan eksak jika dan hanya jika M y N. Conoh IV. jawab : Bukikan bahwa persamaan diferensial beriku bersifa eksak dan enukan solusi persamaan diferensial ersebu : 9 y d 4y (a) (b) sin sin cos cos e y y d e y (a) Unuk persamaan diferensial 9

20 M M(, y) 9 y y N N(, y) 4y oleh karenanya, persamaan diferensial ersebu eksak. Fungsi diferensialnya adalah : f 9 y f (, y) 9 y d y C ( y) f y 4y f (, y) y y C ( ) dengan membandingkan kedua persamaan di aas maka didapakan : f (, y) y y Oleh karenanya, solusi umum persamaan diferensial ersebu adalah : y y k (b) Unuk persamaan diferensial ini : M M(, y) e sin y y sin e cos y sin y N N(, y) e cos y cos e cos y sin adalah merupakan persamaan diferensial bersifa eksak. Fungsi diferensialnya adalah : f f y e siny y sin f (, y) e siny y cos C ( y) e cosy cos f (, y) e siny y cos C ( ) dengan membandingkan kedua persamaan di aas maka didapakan : f (, y) e sin y ycos Oleh karenanya, solusi umum persamaan diferensial ersebu adalah : e sin y ycos k Solusi Persamaan Diferensial Non Eksak Dengan Fakor Peginegaralan Apabila persamaan diferensial dalam benuk : M(, y) d N(, y) jika idak eksak, fakor inegralnya dicari erlebih dahulu. Pedoman mencari fakor penginegralannya adalah sebagai beriku :

21 M N a. jika f( ), dengan f() adalah fungsi dalam, maka fakor N y f ( ) d inegralnya adalah : e M N b. jika g( y), dengan g(y) adalah fungsi dalam y, fakor inegralnya N y g( y) adalah e Conoh IV. Temukan fakor penginegralan dari persamaan diferensial biasa beriku dan enukan solusinya : solusi: y y y d y M (, y) y y y M M y dan 6 y y y N N y N(, y) y dan y erliha bahwa M N y N. Oleh karenanya, fakor penginegralannya adalah : ep d e sehingga persamaan diferensial-nya menjadi e y y y d e y fungsi diferensialnya adalah f (, y) f e y y y f y f e y y y C'( ) y e y f (, y) e y C( ) f y e y e y C'( ) dengan membandingkan kedua persamaan di aas, didapakan : C '( ), sehingga C( ) consan solusi umum persamaan diferensial ersebu adalah :

22 f (, y ) e y y k

23 Conoh IV. 4 4 Selesaikan : ( y y y e y y) d ( y e y ) Jawab : Kia periksa erlebih dahulu apakah persamaan diferensial ersebu bersifa eksak aaukah idak. M 4 8 y y y e y e 6y y N 4 y y e y N M persamaannya idak eksak karena. Selanjunya dicari fakor inegralnya : y M N M N y y 4 8y e 8y 4, dan g( y) y N y maka fakor inegralnya adalah : e 4 y 4ln y e 4 4 kalikan persamaan diferensial ( y y y e y y) d ( y e y ) dengan fakor inegralnya, yaiu :, sehingga persamaan diferensialnya berbenuk : 4 y y y (e ) d ( e ) dan persamaan diferensial ini eksak. y y y y 4 y Selanjunya : ambil = Md (e y ) d y y sehingga : y e ( y) y y y e '( y) = N 4 y y y y y e '( y) e 4 4 y y y y sehingga '( y), maka ( y) konsana oleh karenanya, solusi persamaan diferensial 4 4 ( y y y e y y) d ( y e y ) y e adalah : y y C Soal laihan periksalah apakah persamaan diferensial di bawah ini eksak aau idak, kemudian carilah solusinya.. ( y ) d ( y) 4. ( y 4 y y y y) d ( y y )

24 V. Persamaan Diferensial Orde Persamaan Diferensial linear Orde Persamaan diferensial linear orde memiliki benuk umum sebagai beriku : : d y p( ) q( ) r( ) y f ( ) d d dengan p( ), q( ), r( ) dan f( ) adalah fungsi dengan variabel. Apabila f( ) =, maka persamaan diferensial ini dikaakan homogen. Sebaliknya, jika f( ), maka dikaakan sebagai persamaan diferensial linear idak homogen orde. d y p( ) q( ) r( ) y, homogen d d d y p( ) q( ) r( ) y sin, idak homogen d d conoh persamaan diferensial linear orde anara lain : d y y sin d d Persamaan Diferensial Linear Homogen Orde dengan Koefisien Konsan (Second Order Homogeneous Linear Differenial Equaions Wih Consan Coefficiens) Orde : pangka eringgi dari urunan (derivaif) yang erdapa pada persamaan diferensial : d Conoh : d Homogen : iap elemen mengandung unsur :, d, d d Conoh : homogen d d idak homogen d Linear : iap elemen persamaan mengandung seidaknya sau unsur :, d, dan idak d d erdapa unsur : aau. Persamaan diferensial dikaakan linear jika :. Variabel dependen dan urunannya berpangka sau. Jadi benuk linear (mengapa??) d adalah non d. Tidak ada perkalian anara varibel dependen dan urunannya. Sehingga benuk adalah non-linear (mengapa??). Variabel dependen idak berbenuk fungsi non-linear, seperi fungsi sinus, cosinus, 4

25 eksponensial, ds. d Conoh : 4 d 4 d d Linear, karena syara (),(),() erpenuhi d d, Tidak linear karena menyalahi syara () d y y, Tidak linear karena menyalahi syara () d cos y, Tidak linear karena menyalahi syara () d d Koefisien Konsan : koefisien, d, adalah konsana Solusi Umum Conoh dari persamaan diferensial linear homogen orde dengan koefisien konsan anara lain : d d d : 6, 4, ds Beriku ini conoh dalam mencari solusi umum persamaan diferensial linear homogen orde dengan koefisien konsan Conoh V. Carilah solusi dari persamaan diferensial : d d 4. Jawab : d Misalkan Ce d, maka Ce, dan C e Subsiusikan sehingga menjadi : C e 4Ce Ce, 4 Benuk 4 merupakan persamaan karakerisik. Selanjunya subsiusikan Ce d d ke persaman 4 menghasilkan persamaan 4, dengan = -, -. oleh karenanya erdapa solusi, yaiu Ce dan Ce. Oleh karenanya, d d solusi umum persamaan diferensial 4 adalah : C e Ce Conoh V. Tenukan solusi umum dari persamaan diferensial beriku : 5

26 d d 5 d jawab : misalkan Ce, maka Ce, dan C e C e 5Ae, 5 Didapakan = 5, -. 5 Solusi umum : C e C e d C e Caaan : d d 4 memiliki persamaan karakerisik 4 d d 5 memiliki persamaan karakerisik 5 d d jadi :,, d d maka : Akar-akar persamana karakerisik dapa memiliki kemungkinan :. Akar-akarnya adalah bilangan riil dan berbeda. Akar-aknya adalah bilangan kompleks dan sama. Akar-akarnya adalah bilangan kompleks 4. Akar-aknya adalah bilangan riil dan sama Laihan Soal : Tuliskan persamaan karakerisik dari : d d (a) d d (b) d (c) Akar-akarnya adalah bilangan riil dan berbeda Jika akar persamaan karakerisik adalah dan, maka solusi dari persamaan diferensial ersebu adalah : y Ce Ce, jika y adalah variabel dependen dan adalah variabel independen. Conoh V. Temukan solusi dari persamaan diferensial : d d 4 (), () langkah penyelesaian : 6

27 . Tuliskan persamaan karakerisik dan cari nilai. Tuliskan solusi umum. Cari nilai konsana dari solusi umum Jawab : () 4 ( )( ), () C e C e () (i) () C C (ii) Ce Ce, () C C maka dicari nilai C dan C dari persamaan : = C + C dan = -C -C C C, ( C) C C, C d d sehingga solusi dari 4, (), () adalah e e apabila digambar dalam grafik akan erliha seperi gambar beriku : Gambar. Grafik dari e e Conoh V.4 Temukan solusi dari persamaan diferensial : d d 7 () ( ) Jawab : () 7 ( )( 4),4 () C e C e, () C 4C 4 () = C + C dan = C + 4 C C, C 4 d d Jadi solusi selengkapnya dari persamaan diferensial 7 dengan 4 () ( ) adalah : 4 4 e e. Grafik 4 e e diunjukkan pada gambar 7

28 Gambar V. grafik fungsi 4e e 4 Jika akar-akar persamaan karakerisik merupakan bilangan kompleks dan sama. Jika akar persamaan karakerisik adalah, maka solusi dari persamaan diferensial ersebu adalah : y Ccos Csin Perhaikan conoh soal beriku : Conoh V.5 Tenukan solusi dari : Jawab : d y 4y d d y Persamaan karakerisik dari 4y d adalah : 4, 4, maka oleh karenanya, solusi umum yang didapakan adalah : j j y Ce Ce berdasarkan sifa rigonomeri : j e cos jsin j e cos jsin maka didapakan : y C (cos jsin ) C (cos jsin ) jika CC A Cj Cj B maka : y Acos B sin Jika akar-akar persamaan karakerisik merupakan bilangan kompleks Jika akar persamaan krakerisik adalah a bj, maka solusi dari persamaan diferensial ersebu adalah : a y e ( C cos b C sin b) Conoh V.6 Tenukan solusi dari persamaan diferensial : y'' y' 4y 8

29 jawab : Persamaan karakerisik : 4 Akar persamaan dicari dengan menggunakan rumus abc : b b 4ac a , j maka solusi umumnya adalah : y e ( Acos Bsin ) Jika akar persamaan karakerisik berupa bilangan riil dan sama maka solusi umumnya berbenuk : y. e Conoh V.6 y '' 9 Persamaan karakerisik : 9, Solusi dari persamaan diferensial ersebu adalah : y. e Laihan Soal. enukan persamaan karakerisik dari : di di L R i C. enukan solusi dari persamaan diferensial homogen orde beriku : d y a. 8y d d d y b. y d d d c. 6 d 5d d. 6 d y e. y d d Persamaan Diferensial Linear Non-Homogen Orde dengan Koefisien Konsan (Second Order Homogeneous Linear Differenial Equaions Wih Consan Coefficiens) Dari benuk umum persamaan diferensial linear orde d y p( ) q( ) r( ) y f ( ) d d 9

30 jika f( ), maka solusi khusus persamaan diferensial ersebu dicari dengan mencobanya dengan menggunakan keenuan sebagai beriku : : f() Solusi coba-coba Konsana Konsana Polinomial dengan deraja n Polinomial dengan deraja n cos k acos k b sin k sin k acos k b sin k k ae k ae Solusi oal merupakn penjumlahan dari solusi khusus dan solusi umum. Solusi_oal = Solusi_Umum + Solusi_Khusus Conoh V.7 Carilah solusi dari persamaan diferensial : d y 6 8y cos d d (). Mencari solusi umum Persamaan karakerisik dari ( 4)( ), 4 d y 6 8y adalah : 6 8 d d 4 Sehingga solusi umumnya adalah : Ce Ce () Mencari solusi khusus Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam mengerjakan solusi khusus :. Cari fungsi yang merupakan solusi khusus berdasarkan abel Berdasarkan abel, maka solusi khusus dimisalkan adalqh fungsi : y ( ) acos bsin p p. Cari urunan perama dan kedua, kemudian subsiusikan ke dalam persamaan diferensial Turunan peramanya : y ' ( ) asin bcos Turunan keduanya : y'' ( ) acos bsin p p d y Selanjunya subsiusikan ke persamaan diferensial 6 8y cos d d ( y'' ( ) acos bsin ) 6( y ' ( ) asin bcos )+ ( p y ( ) acos bsin ) p = cos. Kelompokkan koefisien- koefisien yangs sejenis, dan cari nilai konsananya Unuk koefisien cos : ( a 6b 8 a)cos ( b 6a 8 b)sin cos ( a 6b 8 a)cos cos (7a6 b)

31 Unuk koefisien sin : ( b 6a 8 b)sin ( b 6a 8 b) (6a7 b) 8 Maka dapa dicari nilai a dan b, yaiu : a, b Subsiusikan nilai konsana yang didapa ke dalam solusi khusus persamaan diferensial Solusi khusus : y ( ) acos bsin adalah : p 8 yp( ) cos sin solusi_oal = Solusi_Umum + Solusi_Khusus 4 8 = Ce Ce + cos sin Laihan Soal : Temukan solusi khusus dari : d y. 6 8y d d LATIHAN SOAL TERPADU y. Tenukan solusi dari persamaan diferensial d y, dengan,,, adalah konsana.. Temukan solusi persamaan diferensial beriku dengan meode pemisahan variabel : (a) y sin d. Pergerakan suau benda yang jauh ke bumi memiliki persamaan : dv g bv d Tenukan kecepaan benda ersebu pada waku, jika v( ). 4. Ini bahan radioakif mengalami peluruhan dengan fungsi peluruhan : dn N N adalah konsenrasi(massa) ini bahan radioakif ersebu and adalah konsana peluruhan. Temukan N( ) dengan kondisi awal N( ) N o. 5. Dari persamaan diferensial beriku, enukan : (a) apakah bersifa linear (b) sebukan orde persamaan diferensial ersebu

32 i. ii. iii. iv. (c) bukikan bahwa fungsi yang diberikan merupakan solusi dari persamaan diferensial ersebu : 4 y, y c y, y c, y d y y 4, y. e 4 d y y 6 y( ), y 6. Temukan solusi dari persamaan diferensial dengan kondisi awal beriku ini : a. 6, y() 6 b. 5y sin( ), y() c. y, y() d. 4 y 4, y() e. 6y sin(5 ) cos(5 ), y() f. y e, y() 7. Temukan fakor penginegralan dari persamaan diferensial biasa beriku dan enukan solusinya : (a) y d y (b) ( y ) d y 8. Bukikan bahwa persamaan diferensial beriku bersifa eksak dan enukan solusi dari persamaan diferensial ersebu : (a) a byd b cy y y y d (b) Aplikasi Persamaan Diferensial Dalam Bidang Teknik Elekro Rangkaian LRC pada gambar dapa dimodelkan ke dalam persamaan diferensial dengan auran-auran sebagai beriku :. Hukum II Kirchoff s enang egangan : jumlah/sigma keseluruhan egangan dalam loop eruup adalah nol (he sum of all he volage drops around any closed loop is zero).. Tegangan pada pada resisor, VR, adalah sebanding dengan arus yang melewainya, yang dirumuskan dengan : V R = ir (Hukum Ohm s ), dengan R adalah resisansi dari resisor.

33 . Tegangan pada kapasior adalah sebanding dengan muaan elekrik pada kapasior, yaiu q, yang dirumuskan dengan : Vc. q, dengan C adalah kapasiansi kapasior (dalam C sauan farad) dan muaan q dalam sauan coulombs. 4. Tegangan pada indukor sebanding dengan laju perubahan arus lisrik yang mengalir di dalam sau sauan waku. Dirumuskan sebagai : V L L, dengan L adalah indukansi indukor yang diukur dalam sauan : henri. Gambar VI. Rangkaian RLC dalam loop eruup. Berdasarkan hukum II Kirchof (KVL II) : di L ir q v(). C dq di d dq d q Oleh karena i (), maka: ( ). Sehingga persamaan di L ir q v() menjadi : L d q R dq q v() C c Conoh VI. Sebuah rangkaian lisrik yang erdiri dari komponen R, C, dan sumber egangan sebagai beriku : Vs + - R i V R C Vc Jika pada saa = swich eruup, egangan pada kapasior adalah Vo, yaiu Vc () = Vo maka :. Bukikan bahwa persamaan diferensial yang erbenuk merupakan persamaan diferensial linear orde perama. Carilah solusi dari persamaan diferensial ersebu menggunakan meode fakor penginegaraln. Carilah solusi khusus dari persamaan diferensial ersebu jika egangan pada kpasior mula-mula adalah Vo =. Solusi pada kondisi ini dinamakan : respon keadaan nol (zero sae- response) 4. Carilah solusi persamaan diferensial yang erbenuk, jika egangan sumber = (Vs = ). Solusi pada kondisi ini dinamakan : respon inpu nol (zero inpu- response) 5. bukikan bahwa solusi () merupakan penjumlahan anara zero sae- responsedan zero inpu- response

34 Jawab :. berdasark hukum II Kirchof enang egangan : Vs() VR Vc. Arus yang mengalir pada resisor = arus yang mengalir pada kapasior Vs VR dvc C, sehingga persamaan diferensial yang erbenuk adalah : R dvc RC Vc Vs, yang dapa disederhanakan menjadi benuk : dvc Vc Vs (persamaan diferensial orde perama linear) RC RC. dari pembenukan persamaan diferensial di aas erliha bahwa : P = RC, Q = Vs, sehingga fakor penginegralan ( ) diberikan sebagai : RC P e, RC P e, e RC e solusi dapa dicari dengan rumus : Vc Q, dengan Vs V cos. Maka : ( RC) Vc cos e V RC ( RC) e ( RC) ( RC) V Vc e cos. Sedangkan Vc Vc RCe RC. e ( RC) ( RC) R C e cos e cos sin + K. Maka : R C. ( RC) cos V R C e ( RC) ( R C ) ( R C ) sin RC + K. RC VR C cos sin RC + K. ( ) e RC e ( RC) Dengan kondisi pada saa =, Vc = Vo, maka : RC VR C cos Vc sin ( R C ) RC + K. ( ) e dengan menerapkan =, Vc = Vo VR C Vo K ( R C ) RC, sehingga : 4

35 K Vo V ( RC ). Subsiusikan nilai K ke persamaan sehingga : VR C cos V Vc sin ( Vo ) ( R C ) RC ( R C ) ( RC) e. Dengan menggani Vo =, maka didapakan :fungsi zero sae- response nya adalah : VR C cos sin V ( RC) ( R C ) RC e ( R C ) Vc 4. Dengan menggani Vs = V =,maka dari persamaan diferensial VR C cos V Vc sin ( Vo ) ( R C ) RC ( R C ) fungsi zero inpu- response nya adalah : ( RC) ( RC) e didapakan Vc Vo. e 5. Terliha bahwa solusi persamaan diferensial dari poin () merupakan jumlah anara zero sae- response dan zero inpu- response Laihan soal : ( RC) Voal Vo. e +( VR C cos sin Vc V ( R C ) RC ) ( R C ) yang merupakan solusi yang didapakan dari (), yaiu : VR C cos V Vc sin ( Vo ) ( R C ) RC ( R C ). Bukikan bahwa : ( ) ( RC) ( RC) e RC R C e cos e cos sin R C RC Conoh VI. Sebuah rangkaian lisrik yang erdiri dari R, L, n C ersusun paralel seperi pada gambar : Is() R L C Sumber arus adalah Is(), arus yang mengalir adalah I, dengan persamaan : d i L di LC i i () s, unuk R dengan i merupakan arus yang mengalir pada indukor. Jika L = H, R =, dan C =. F, dengan sumber arus i () e. Dengan nilai kondisi di awal i= dan pada saa =. s 5

36 d i L di. Persamaan diferensial benuk apakah LC i i () s? R d i L di. Carilah solusi unuk persamaan diferensial LC i i () s R. Carilah zero inpu- response, yaiu kondisi pada saa is ( ) di 4. Carilah zero sae- response, yaiu saa i= dan unuk = 5. Tunjukkan bahwa solusi () merupakan penjumlahan anara zero inpu- response dan zero sae- response jawab : d i L di d i di. LC i i () s, i e R persamaan karkerisik adalah :. b b 4ac Akar persamaan karkerisik adalah : a 4..,., j solusi umumnya oleh karenanya adalah : / i e ( Acos Bsin ) solusi khusus dicari dengan mencoba-coba, oleh karena f() = e, maka diandaikan i e, i' e, i'' 4 e, subiusikan ke persamaan diferensial : i" i ' e 4 e e + e = e sehingga, sehinggs solusi khususnya adalah : i e solusi keseluruhan =solusi umum + solusi khusus / i e ( Acos Bsin ) + e unuk mencari nilai konsana A dan B, maka digunakan banuan kondisi awal. Saa =, i=, sehingga : i A, A di : 6

37 di / e ( Asin Bcos ) e ( Acos Bsin ) e di saa =,, sehingga B A B ( ) B B B sehingga solusi lengkapnya adalah : / i e ( cos sin ) + e / /. zero inpu- response, yaiu kondisi pada saa is ( ) dari () elah didapakan solusi umumnya, yaiu : / i ( ) e ( Acos Bsin ) s. kerjakan 4. kerjakan MATLAB Solusi persamaan diferensial biasa linear MaLab merupakan perangka lunak yang dapa digunakan unuk mencari solusi persamaan diferensial secara mudah. Sinaks perinah yang digunakan unuk mencari persamaan diferensial adalah perinah dsolve. Sebagai conoh, persamaan diferensial orde sebagai beriku : y'' + y = cos() dengan kondisi y'() = dan y() =, dengan y'' = d y/d dan y' = /d. y=dsolve('dy + y = cos(*)', 'Dy()=', 'y()=') y = -/*cos()^+/+4/*cos() prey(y) - / cos() + / + 4/ cos() 7

38 solusi ersebu dapa disederhanakan : y = simple(y) y = -/*cos(*)+4/*cos() prey(y) - / cos( ) + 4/ cos() conoh : cari solusi persamaan diferensial homogen linear orde dengan koefisien konsan beriku : y'' + y' + 5y =. Jawab : dsolve('dy+*dy+5*y') ans = C*ep(-)*sin(*)+C*ep(-)*cos(*) Apabila persamaan diferensial di aas berbenuk y'' + y' + 5y = -sin(),dengan y'() = and y() =. y = dsolve('dy+*dy+5*y = -sin()', 'Dy()=','y()=') y = /4*sin(*)*cos(*)-/4*sin(*)*sin(*)- /8*sin(*)*cos()+/8*sin(*)*sin()+/8*cos(*)*cos()+/8*c os(*)*sin()-/4*cos(*)*cos(*)- /4*cos(*)*sin(*)+/*ep(-)*sin(*)+9/*ep(- )*cos(*) y = simple(y) y = -/5*sin()+/*cos()+/*ep(-)*sin(*)+9/*ep(- )*cos(*) apabila digambarkan/diplo : fplo(y,[ ]) persamaan diferensial unuk orde keiga : y''' - y'' - y' +y = dengan y''() =, y'() = -5, dan y() = 5 y=dsolve('dy-*dy-dy+*y=*^-6*+4','dy()=','dy()=- 5','y()=5') y = -*++^+ep()-ep(*)+*ep(-) 8

39 fplo(y,[ ]) BAB. TRANSFORMASI LAPLACE. Pengerian Transformasi.. Laar Belakang Penggunaan Transformasi.. Conoh Sederhana Penggunaan Transformasi. Pengerian Transformasi Laplace dan inverse Transformasi Laplace.. Laar Belakang Penggunaan Transformasi Laplace.. Mengubah Persamaan Deferensial ke kawasan S.. Transformasi Laplace Beberapa Fungsi Sederhana. Beberapa Sifa Transformasi Laplace.. Linearias.. Pergeseran dalam s.. Pergeseran dalam S dan inversenya..4 Konvolusi..5 Inegrasi..6 perkalian dengan konsana..7 scaling.4 Menyelesaikan Parial Fracion dari Transformasi Laplace.4.. Meode Cover Up.4.. Meode Subsiusi.4.. Meode Equae Coefficien.5 Transformasi Laplace Unuk Mencari Solusi Persamaan Deferensial Biasa.6 Conoh Soal & Aplikasi Transformasi Laplace.7 Menyelesaikan Transformasi Laplace Dengan Banuan Malab 9

40 BAB. TRANSFORMASI LAPLACE. Pengerian Transformasi Transformasi adalah eknik aau formula maemais yang digunakan unuk mengubah represenasi persamaan maemaika dari sau benuk ke benuk represenasi yang lain. Adanya ransformasi mengharuskan juga adanya inverse ransformasi, yang melakukan hal yang sebaliknya... Laar Belakang Penggunaan Transformasi Transformasi diperlukan sebagai ala banu unuk memecahkan persoalan maemaika yang rumi. Penggunaan ransformasi dan inversenya dapa diilusrasikan pada gambar di bawah ini. Permasalahan dalam benuk asal Transformasi Solusi Transformasi inverse Transformasi Solusi permasalahan dalam benuk asal Gambar. Penggunaan Transformasi dan Inversenya Terdapa beberapa ipe/jenis ransformasi yang digunakan, erganung pada persamaan maemaika yang ingin dicari penyelesaiannya. Beberapa conoh ransformasi yang digunakan dalam bidang eknik anara lain :. Transformasi Laplace. Transformasi Z. Trasnformasi Fourier 4. Trasnformasi Wavele 5. DLL Dalam hal ini, Transformasi Laplace digunakan unuk memecahkan Persamaan Differensial Biasa (ODE, Ordinary Differenial Equaion)... Conoh Sederhana Penggunaan Transformasi Conoh sederhana pemakaian ransformasi dalam maemaika adalah penggunaan logarima dan inverse-nya, yaiu fungsi perpangkaan. Apabila diinginkan unuk menghiung hasil dari : anpa menggunakan kalkulaor, namun dengan menggunakan abel logarima, maka solusi hasil perhiungan dapa dicari dengan mudah. 4

41 Langkah perama adalah mengubah/lakukan ransformasi perhiungan menjadi logarima basis. Langkah ke dua adalah menyelesaikan kalkulasi algorimanya. Langkah erakhir adalah mencari inverse logarima ( ), sehingga hasil akhir dari inverse logarima ini adalah solusi dari Apabila dikerjakan menjadi : Langkah ke-. Ubah/ransformasi ke logarima basis => Log (4 5678) Langkah ke-. Selesaikan kalkulasi algorima. Log (4) + Log (5678) =,9 +,754 = 6,8455 Langkah ke-. Gunakan inverse ransformasi unuk mencari solusi dari Dalam hal ini, inverse ransformasinya adalah :, sehingga : 6,8455 => 6,8455 = Dengan menggunakan kalkulaor, didapakan jawaban eksak dari = Tampak bahwa jawaban yang didapa dengan menggunakan ransformasi logarima (dan inverse logarima) mendekai jawaban eksaknya. Perhiungan menggunakan ransformasi Laplace dapa dilakukan secara langsung melalui penggunaan formula/rumus ransformasi, dan dengan menggunakan banuan abel Tranformasi Laplace. Pada abel elah dicanumkan Transformasi Laplace dari benuk-benuk umum Persamaan Differensial Biasa yang sering digunakan. Penggunaan abel Transformasi Laplace ini memudahkan pencarian solusi, karena idak diperlukan kalkulasi Transformasi Laplace dengan menggunakan rumus ransformasi.. Pengerian Transformasi Laplace Transformasi Laplace Y (s) dari fungsi y(), unuk > adalah : s Y( s) L{ y( )} e y( ) Transformasi Laplace digunakan unuk mengubah fungsi y() yang berada dalam kawasan waku ke kawasan s. Solusi dari persamaan diferensial didapa dengan mengubah persamaan diferensial (yang merupakan fungsi waku) dari kawasan waku ke kawasan s dengan menggunakan ransformasi laplace, sebagaimana diunjukkan pada gambar di bawah. 4

42 Permasalahan dalam kawasan waku Transformasi Laplace Solusi Transformasi Laplace Inverse Transformasi Laplace Solusi permasalahan dalam kawasan waku Gambar. Penggunaan Transformasi Laplace dan Inversenya Rumus Tranformasi Laplace di aas, apabila digunakan secara langsung pada permasalahan. maka akan seringkali dijumpai kesulian dalam kalkulasinya, sehingga dianjurkan unuk menggunakan banuan abel ransformasi laplace. Penggunaan abel ransformasi laplace menghindarkan dari ruminya perhiungan ransformasi... Laar Belakang Penggunaan Transformasi Laplace Adapun Laar belakang penggunaan Transformasi Laplace adalah :. Solusi Persamaan Diferensial Biasa Linear Homogen melibakan benuk eksponensial yang relaif cukup suli unuk dikerjakan. Transformasi Laplace dapa digunakan unuk mengubah persamaan diferensial menjadi benuk persamaan aljabar,sehingga mengurangi kerumian penggunaan benuk eksponensial menjadi benuk ekspresi persamaan aljabar. Solusi persamaan dalam benuk aljabar dapa diulis sebagai penjumlahan iapiap komponennya dengan iap komponen merupakan Transformasi Laplace dari benuk eksponensial... Mengubah Persamaan Diferensial ke kawasan S Unuk melakukan ransformasi laplace erhadap persamaan diferensial, maka harus diinga erlebih dahulu bahwa : d u v dv du u v dv du u u v v Bila Transformasi Laplace adalah : s Y( s) L y( ) e y( ), maka Transformasi s Laplace dari urunan (derivaive) perama adalah : L e 4

43 jika u adalah e s dan v adalah y, maka : s s s de L e e y y s s L e y se y s s L e y s e y Jika diasumsikan bahwa pada saa grafik y() mengalami kenaikan cukup lamba dibanding dengan grafik e s s, maka e y( ) unuk Sehingga : s e y e y() y() s s Benuk di aas dapa disederhanakan menjadi : L e y s e y L y() sy ( s) Dari uraian di aas, maka Transformasi Laplace dari urunan perama sebuah fungsi adalah : L sy( s) y() L sl y( ) y() aau Transformasi Laplace dari urunan kedua suau fungsi juga dapa dicari dengan cara yang sama. d y L s Y( s) () sy() Sedangkan ransformasi Laplace dari urunan ke-n suau fungsi adalah : n n d y n d y n n s Y( s) () s () s y() n n conoh. Ubah persamaan diferensial beriku dari kawasan ke kawasan s dengan menggunakan meode Transformasi Laplace. d y y L, dengan y(), () 4

44 jawab: Langkah ke-. Lakukan Transformasi Laplace s Y( s) L y( ) e y( ) L y L d y s d y s e y e s d y s e e y Gunakan secara langsung Transformasi Laplace unuk urunan kedua, maka didapakan: ( ) () () ( ) s Y s sy Y s susun kembali menjadi : s Y( s) () sy() Langkah ke-. Cari Persamaan polinomial Y(s) dengan banuan nilai awal y(), () s Y( s) s Ys () s s Yang perlu diinga adalah benuk L f dari fungsi f(). ( ) F( s) merupakan Transformasi Laplace.. Transformasi Laplace Beberapa Fungsi Sederhana beriku adalah ransformasi Laplace dari beberapa fungsi. Konsana Transformasi Laplace dari sebuah konsana C ( y() = C ), adalah : s s C C LC e C e C s s s, sehingga LC C s. Transformasi Laplace fungsi y() = 44

45 s s s L e e e s s s s s s L e L s sehingga. Transformasi Laplace fungsi y() = n { n L } e s n e s n e s n n s n { n L } e s n n s n L s n n { } L{ } dengan cara yang sama : L n s n s n n { } L{ } L n n { } L{ } s L s { } L{ } n! sehingga L { n } n s 4. Transformasi Laplace fungsi eksponensial, y() = e a a s a ( sa) L{ e } e e e a ( sa) ( sa) L{ e } e e s a s a s a { a L e } e, sehingga a Le { } s a 5. Fungsi cosinus dan sinus 45

46 L L e e i -i cos Lcos s i s i s i s i s Lcos s s s s sehingga L{cos } s dengan cara yang sama, Transformasi Laplace dari fungsi sinus adalah : L{sin } s Ringkasan Transformasi Laplace beberapa fungsi ersebu dapa diulis dalam abel beriku. Tabel. Transformasi Laplace beberapa fungsi sederhana Fungsi y() Transformasi Laplace Y(s) C y() = C s y() = s n! y() = n n s y() = e a y() = cos ω y() = sin ω s a s s s. Beberapa karakerisik Transformasi Laplace Beberapa karakerisik Transformasi Laplace anara lain :. Linearias Jika f() dan g() adalah sebuah fungsi, dengan : s F( s) L f ( ) e f ( ) dan s G( s) L g( ) e g( ) 46

47 maka Lcf ( ) cf( s) dan. Pergeseran dalam S s F( s) L f ( ) e f ( ) Jika L af ( ) bg( ) af( s) bg( s) a s a ( sa) Maka Le f ( ) e e f ( ) e f ( ) F( s a), sehingga a L e f ( ) F( s a). Pergeseran dalam S dan inversenya L e f ( ) F( s a) a Jika a, maka a L F( s a) e L F( s) e f ( ) conoh. Gunakan sifa pergeseran dalam s unuk mecari Inverse Transformasi Laplace dari : ( s a) jawab : F( s a) ( s a) Fs () s, a sehingga L F( s a) e L F( s), a a L e L e ( s a) s L ( s a) 4. Teorema Konvolusi Jika Transformasi Laplace dari fungsi f() dan g() adalah F(s) dan G(s), dengan a e Maka : s F( s) L f ( ) e f ( ) s, G( s) L g( ) e g( ) L f ( ) g( ) d F( s) G( s) yang disebu sebagai inegral konvolusi. Jika inverse Transformasi Laplace dari F(s) dan G(s) adalah f() dan g(), dengan : L F( s) f ( ), dan maka L F( s) G( s) f ( ) g( ) d, aau L G( s) g( ) L F( s) G( s) f ( ) g( ) d 47

48 conoh : Gunakan eorema konvolusi unuk mencari inverse Transformasi Laplace s dari: ( s ) s jawab : Fs () ( s ), Gs () ( s ), maka f ( ) cos, dan g( ) sin gunakan eorema konvolusi : L F( s) G( s) f ( ) g( ) d, maka ekspansikan menjadi : s L cos( )sin( ) d ( s ) s L cos( )sin( ) d ( s ) cos cos sin d sin sin sin d Apabila diselesaikan menjadi : 5. Inegrasi s sin ( s ) L s F( s) L f ( ) e f ( ), maka Jika L F ( s ) f ( ) d s conoh 4: Gunakan eorema inegrasi unuk mencari inverse dari : ss ( ) Jawab : F( s) f ( ) e ( s ) (dari abel), maka : L ) e d e ss e ( ) e.4 Menyelesaikan Parial Fracion dari Transformasi Laplace Di dalam penggunaannya, ransformasi laplace seringkali melibakan benuk Qs () dengan banyak fraksi, dimana P(s) dan Q(s) merupakan suku polinomial. Oleh Ps () karenanya, erlebih dahulu dipelajari bagaimana fraksi-fraksi yang erliba/dihasilkan diubah ke fraksi pecahan (parial fracion) agar didapakan solusi dari Persamaan 48

49 Differensial Biasa, Jadi, erlebih dahulu dipelajari bagaimana menggunakan parial fracion sebelum memecahkan Persamaan Differensial Biasa. Mengubah Fracion Menjadi Parial Fracion Jika : Qs () a a an P( s) ( s ) ( s ) ( s ) dengan P( s) ( s )( s ) ( s ) n n Maka erdapa kemungkinan penyelesaian dari P(s) a. P(s) akar-akarnya riil dan berbeda. Tuliskan masing-masing fakor P(s), dan ambahkan koefisien yang sesuai (A, B, ds) pada bagian pembilang Conoh : s A B. s 4s ( s ) ( s ). A B ( s )( s ) ( s ) ( s ) Qs () a b. P(s) akar-akarnya riil dan sama, yaiu n. Jika P( s) ( s ) n Maka uraikan menjadi : Qs () a a ak P( s) ( s ) ( s ) ( s ) a an ( s ) ( s ) k Conoh : k A B s 6s 9 ( s ) ( s ) ( s ) n c. Jika akar-akarnya merupakan bilangan pasangan bilangan kompleks a bi, a bi, Q() s A Bs a an P( s) ( s a) b ( s ) ( s ) Conoh : ( )( ) s s s s s A B Cs ( s )( s i)( s i) s ( s ) k n 49

50 Dari pemecahan fraksi di aas, perlu dicari nilai dari koefisien A,B,C dan seerusnya. Terdapa cara unuk menyelesaikan parsial fraksi di aas, yaiu :. Cover up Rule. Subsiusi. Equae coefficien. Meode Cover Up Langkah penyelesaian parsial fraksi dengan Cover Up adalah : a. Kalikan dengan s-α i b. Subiusikan s = α i. Jika P(s) akar-akarnya riil dan berbeda. s conoh 5. Cari Parsial fraksi dari : ( s)( s) jawab : s A B ( s )( s ) ( s ) ( s ) ( s) B ( s ) A ( s ) ( s) ( s) kalikan dengan (s-), subsiusikan s =, s A A Selanjunya kalikan dengan (s ) s A B ( s )( s ) ( s ) ( s ) ( s) A s ( s ) B ( s) ( s) subsiusikan s =, 4 s B B s Maka diperoleh : ( s )( s ) ( s ) ( s ) Conoh 6. Cari Parsial fraksi dari : ss ( ) Jawab: A B s( s ) s ( s ) 5

51 Unuk mencari nilai A, kalikan persamaan di aas dengan s, dan subiusikan nilai s = A B sehingga menjadi : s( s ) s ( s ) B s : A s ( s) ( s) s : A A Unuk mencari nilai B, kalikan dengan (s + ) dan subiusikan nilai s = - ( s ) : ( s ) A B s s : B B Sehingga benuk parsial fraksinya adalah : s( s ) s ( s ). Jika P(s) akar-akarnya riil dan sama conoh 7. Cari Parsial fraksi dari : s s4 ( s ) jawab : s s4 ( s ) A B C ( s ) ( s ) ( s ) = unuk mencari nilai C, kalikan dengan (s + ) s s 4 A( s ) B( s ) C, subsiusikan s = - 4 C, C Unuk mencari nilai A dan B, digunakan meode subsiusi. Ambil s = dan subiusikan ke persamaan. 4 A B C 4 A B C. Subiusikan C = sehingga = A + B, 4 A B C A B C ambil s = :, kalikan dengan 8 menjadi : A B C, subsiusikan C = 6 4A B, apabila diselesaikan akan didapakan : A =, B =, C =. 5

52 s s4 ( s ) ( s ) ( s ) ( s ) =. Jika P(s) akar-akarnya kompleks conoh 8. Cari parsial fraksi dari : ( s ) ( s ) jawab : karena P(s) mengandung (s + ), maka berikan koefisien Cs + D pada bagian pembilang. ( s ) ( s ) ( s ) ( s ) ( s ) Cs D ( s ) ( s ) A B ( s ) ( s ) ( s ) s B B (4 ) A B Cs D A Cs D ( s ) ( s ) ( s ) 5( s ) ( s ) 5 Unuk mencari nilai koefisien yang lain (A,C dan D), maka digunakan meode subsiusi A Cs D ( s ) ( s ) ( s ) 5( s ) ( s ) A s ( ) ( ) ( ) 5( ) ( ) A D 5A D Unuk 4 A C D s ( ) ( ) ( ) 5( ) ( ) A C D A 5C 5D Unuk 5 A C D s ( ) ( ) ( ) 5( ) ( ) A C D A C D 5 4 4s Sehingga : ( s ) ( s ) 5( s ) 5( s ) 5( s ). Meode Subiusi Jika Parsial fraksi adalah : Q( bi ) P( b ) ( b i i D a ) ( b i a ) ( b i an ) n Maka lakukan : 5

53 . Subiusikan s = bi, dengan i =,,..., n. pecahkan nilai a, a,..., a n A B Conoh 9. Cari nilai koefisien A dan B pada : s( s ) s ( s ) jawab : A B Unuk s =, A B A B Unuk s =, A B 6 (kurangkan persamaan dan ), Maka didapakan : B B A 6 6 maka s( s ) s ( s ) Conoh. Tenukan nilai koefisin A, B dan C pada : A B C s ( s ) s s ( s ) Jawab : Gunakan auran Cover Up A B C ( ) ( ), kalikan dengan s, dan subiusikan nilai s = sehingga s s s s s Cs As B B B ( s) ( s) ( ) unuk mendapakan nilai C, kalikan dengan (s + ) A B C subsiusikan s = -. ( ) ( ) s s s s s A( s ) B( s ) C C C s s s ( ) Oleh karenanya elah kia dapakan : A s ( s ) s s ( s ) Unuk mencari nilai A, maka kia subsuusikan nilai s yang mudah dikalkulasi. Ambil s A =, maka : A A ( ) ( ) Persamaan Parsial fraksi yang kia dapakan oleh karenanya adalah s ( s ) s s ( s ) 5

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Persamaan Differensial

Persamaan Differensial Persamaan Differensial Slide : Tri Harsono April, 2005 Polieknik Elekronika Negeri Surabaya ITS 1 Jenis PD Berdasarkan ruas kanannya: PD Homogin PD Non Homogin Berdasarkan independen variable-nya: PD Biasa

Lebih terperinci

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Persamaan Differensial Biasa Orde Slide : Tri Harsono Polieknik Elekronika Negeri Surabaya ITS Polieknik Elekronika Negeri Surabaya PENS - ITS 1 1. PD Linier Homogin Dengan Koefisien Benuk Umum: Konsan

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s.

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s. Arus Lisrik Surya Darma, M.Sc Deparemen Fisika Universias Indonesia Arus Lisrik Arus dan Gerak Muaan Arus lisrik didefinisikan sebagai laju aliran muaan lisrik yang melalui suau luasan penampang linang.

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono Bulein Ilmiah Ma. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 5, No. 3 (216), hal 195 24. PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Naufal Helmi, Mariaul

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 KINETIK KIMI LJU DN MEKNISME DLM REKSI KIMI Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 03 Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana diulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien seimbang Namun persamaan

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER W. Kurniawan * Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP PGRI SEMARANG Jl. Lonar no Semarang, Indonesia Tel: 8...88 ; Email: wawan.hiam@gmail.com ABSTRAK Arikel ini

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH Pertemuan IX: Optimasi Pertumbuhan dan Aplikasinya

CATATAN KULIAH Pertemuan IX: Optimasi Pertumbuhan dan Aplikasinya CATATAN KULIAH Peremuan IX: Opimasi Perumbuhan dan Aplikasinya A. Fungsi Eksponensial Benuk Fungsi Eksponesial: y f() b di mana basis b >, adalah eksponen, f() R Noe: Isilah eksponen () berari pangka erhadap

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem

Lebih terperinci

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik.

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik. MODUL 2 : LISTRIK RANGKAIAN TERTUTUP Rangkaian eruup ialah rangkaian yang ak berpangkal dan ak berujung yang erdiri dari komponen lisrik (seperi kawa penghanar), ala ukur lisrik, dan sumber daya lisrik

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 016/017 9 Mare 017 Kuliah yang Lalu 11 Fungsi dua (aau lebih) peubah 1 Turunan Parsial 13 Limi dan Kekoninuan 14 Turunan ungsi dua peubah 15 Turunan berarah

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 2 Darpublic Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (2 Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL. metode euler metode runge-kutta

PERSAMAAN DIFERENSIAL. metode euler metode runge-kutta PERSAMAAN DIFERENSIAL (DIFFERENTIAL EQUATION) meode euler meode runge-kua Persamaan Diferensial Persamaan paling pening dalam bidang rekayasa, paling bisa menjelaskan apa yang erjadi dalam sisem fisik.

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI ISSN: 3-989 Vol. V, No. II, April 6 ERSAMAAN DIFFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo endidikan Maemaika FKI UMT E-mail: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id Absrak Dalam peneliian

Lebih terperinci

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann Okober 16, Vol. 1, No.1. ISSN: 57-618 Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang, dengan Kondisi Baas Dirichle dan Neumann Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 1 Darpublic Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (1) Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI rima: Jurnal endidikan Maemaika Vol., No., Juli 7, hal. 33-4 -ISSN: 579-987, E-ISSN: 58-6 ERSAMAAN DIFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang,

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi INTI ATOM A. STRUKTUR INTI

FISIKA. Sesi INTI ATOM A. STRUKTUR INTI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN Sesi NGAN INI AOM A. SRUKUR INI Aom adalah bagian erkecil dari suau maeri yang masih memiliki sifa dasar maeri ersebu. Aom erdiri dari parikel-parikel subaom,

Lebih terperinci

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc.

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc. ROTSI (UTRN) Diajukan unuk memenuhi ugas maa kuliah GEOMETRI TRNSFORMSI yang diampuh oleh Ekasaya ldila., M.Sc. Di susun oleh: NIM: SEKOLH TINGGI KEGURUN DN ILMU ENDIDIKN (STKI) GRUTJl. ahlawan No. 32

Lebih terperinci

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR Jurnal Maemaika Vol. 8, No., Desember 5: 7-77 SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR S. B. Waluya Jurusan Maemaika FMIPA Universias Negeri Semarang sevanusbudi@yahoo.com

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik ENEGI LISTIK Tujuan : Menenukan fakor fakor yang mempengaruhi besar energi lisrik Ala dan bahan : 1. ower Suplay. Amperemeer 3. olmeer 4. Hambaan geser 5. Termomeer 6. Sopwach 7. Saif 8. Kawa nikelin 1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open Course Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku () Oleh: Sudaryano Sudirham Penganar Dalam kuliah ini dibahas analisis rangkaian lisrik di kawasan waku dalam kondisi manap Kuliah ini merupakan ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci