Persamaan Differensial Parsial Gelombang Homogen Pada Selang Dengan Syarat Batas Dirichlet Dan Neumann

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persamaan Differensial Parsial Gelombang Homogen Pada Selang Dengan Syarat Batas Dirichlet Dan Neumann"

Transkripsi

1 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN Persamaan Differensial Parsial Gelombang Homogen Pada Selang Dengan Sara Baas Dirichle Dan Neumann Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiah Tangerang rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id rukmono.budi.u@sudens.ib.ac.id ABSTRAK Tulisan ini mengkaji enang Persamaan Differensial Parsial (PDP) Gelombang Homogen pada selang dengan kondisi sara baas Dirichle dan Neumann. Peneliian dilakukan dengan memahami erlebih dahulu mengenai benuk umum PDP orde dua, ransformasi koordina, benuk kanonik PDP linier orde dua, sera benuk Persamaan Differensial Parsial Gelombang homogen anpa sara baas seramencari solusi penelesaianna. Seelah iu peneliian dilakukan dengan mengenalkan benuk umum PDP Gelombang Homogen dengan sara baas Dirichle dan Neumann besera penelesaianna. Dalam ulisan ini juga diserakan conoh penerapan dari PDP Gelombang homogen unuk kedua jenis sara baas ersebu besera analisisna. Kaa Kunci: PDP Gelombang Homogen, Sara Baas Dirichle, Sara Baas Neumann ABSTRACT This paper eamines he Homogeneous Wave Parial Differenial Equaions (PDE) on he inerval wih he condiions of Dirichle and Neumann boundar condiions. Research done b undersanding in advance of he general form PDP second order, coordinae ransformaion, he canonical form second order linear PDE, as well as forms of Homogenous Wave Parial Differenial Equaions uncondiional selemen boundaries and find he soluions. Once he research is done b inroducing a common form Homogeneous Waves PDE wih Dirichle and Neumann boundar condiions and heir compleion. In his paper we also included eamples of he implemenaion of he homogeneouswaves PDE for boh pes of he boundar condiions and he analsis. Kewords: Homogeneous Waves PDE, Dirichle and Neumann Boundar Value condiions Pendahuluan Fenomena gelombang sanga sering diemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalna keika erjadi gulungan ombak di lau, bermain lompa ali, sebaran gelombang ekromagneik dari peralaan elekronik sampai kepada fenomena mekanika kuanum ang menggunakan gelombang Schrodinger. Unuk memahami fenomena gelombang ang erjadi disekiar, dibuuhkan bidang ilmu ang epa sehingga fenomena gelombang ersebu dapa dijelaskan secara ilmiah. Salah sau bidang ilmu ang dapa menjelaskan fenomena gelombang adalah meemaika dengan menggunakan Persamaan Differensial Parsial (PDP). Model maemaika ang dihasilkan disebu model maemaika PDP. Persamaan differensial sejaina merupakan sebuah persamaan maemais ang menjelaskan mengenai perubahan sifa aau perilaku dari suau fenomena alam erhadap sauan waku. Misalna, seseorang berdiri disuau iik pada saa, kemudian pada saa orang ersebu elah berada meer lebih jauh dari empana semula. Dengan demikian ada perubahan posisi orang ersebu ang berganung pada waku sehingga fenomena ersebu dapa dimodelkan dengan persaman differensial. Lebih lanju misalkan seorang pelari dapa menempuh jarak dengan waku, maka kecepaan pelari v d dapa diinepreasikan sebagi persamaan differensial v ang menjelaskan perubahan aas jarak d erhadap waku. Persamaan Differensial berdasarkan variabel ang dimiliki dapa dibagi menjadi dua jenis, akni Persamaan Differensial Toal dan Persamaan Differensial Parsial. Apabila erdapa suau fungsi Z F, maka urunan fungsi Z dinamakan urunan (differensial) oal. Hal ini dikarenakan fungsi Z akan diurunkan pada sau-sauna variabel bebas ang dimiliki akni.turunan oal unuk fungsi Z ini 56

2 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN secara maemaisdiulis sebagai dz d aau df d maka fungsi Z dapa diurunkan kepada variabel bebas aau Z d. Lebih lanju apabila erdapa suau fungsi Z F, Z d, dan ang dinoasikan dengan. Dengan demikian urunan unuk fungsi Z ini disebu urunan aau differensial parsial. Dalam memahami fenomena gelombang, PDP merupakan salah sau caraaau ala ang dapa digunakan. Hal uama ang hendak dikeahui dari fenomena gelombang pada umumna adalah seberapa besar gelombang ang erjadi pada suau posisi saa aau, U. Unuk mengeahui hal ini, langkah awal ang dilakukan adalah memodelkan gelombang ersebu kedalam suau model maemaika PDP, kemudian seelahna dapa dicari solusi penelesaian dari model PDP ersebu. Peneliian ini berujuan unuk memahami dan memodelkan suau fenomena gelombang. Dimulai dengan mempeajari hukum-hukum Newon ang erkai dengan gelombang sera merumuskan variabel-variabel ang berpengaruh dalam fenomena gelombangersebu. Seelah iu dibenuk model PDP gelombang dan dicari solusi penelesaianna. Model ang erbenuk dikembangkan kembali dengan memberikan suau sara awal dan baas dengan harapanagar model dan solusi ang dihasilkan dapa lebihakura dan sesuai fenomena gelombang ang erjadi sebenarna. Beberapa conoh soal gelombang diberikan sebagai suau aplikasi aau penerapan dalam model PDP ang elah dihasilkan. Meode Peneliian Meode ang digunakan dalam peneliian ini adalah pusaka, akni mempelajari erlebih dahulu benuk PDP linear orde dua, ransformasi koordina, benuk kanonik PDP linear orde dua dan benuk umum PDP Gelombang homogen anpa sara baas sera mencari solusi penelesaiana. Seelah iu, dibenuk PDP Gelombang dengan sara baas Diricle dan Neumann sera mencari solusi penelesaian unuk kedua sara baas ersebu. Buku-buku penunjang ang digunakan dalam peneliian ini anara lain adalah buku Parial Differenial Equaions kara Srauss, Inroducion o Differenial Equaions: Lecure Noes kara Jeffre R Chasnov, Handbook of Differenial Equaions: Saionar Parial Differenial Equaions Volume 5 kara Michel Chipo, buku Persamaan Differensial Parsialdari Deparemen Maemaika FMIPA ITB, Parial Differenial Equaions: Graduae Level Problems and Soluions karaigor Yanovsk dan sumber-sumberlain ang dapa diliha ada dafar pusaka. Hasil dan Pembahasan Persamaan Differensial Parsial Linear Orde Dua Benuk umum Persamaan Differensial Parsial (PDP) Linear orde dua didefinisikan sebagai beriku: L U au bu cu pu qu ru g a b c p q dan r merupakan fungsi dua peubah dan, dengan,,,, dicari. Asumsikan abdan, c ak nol serempak, maka diperoleh benuk U au bu cu U merupakan fungsi ang Yang merupakan bagian uama dari operaor L ang memua suku-suku orde dua. Berdasarkan nilai diskriminanna L b ac, PDP linier orde dua dapa dibagi menjadi iga ipe akni. Tipe Elipik Suau PDP Linear orde dua disebu elipik apabila L b ac. Conoh PDP linear orde dua ang ermasuk elipik adalah Persamaan Laplace U U 57

3 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN Tipe Parabolik L b ac. Suau PDP Linear orde dua disebu parabolik apabila Conoh PDP linear orde dua ang ermasuk ipe Parabolik adalah Persamaan Difusi 3. Tipe Hiperbolik Suau PDP Linear orde dua disebu Hiperbolik apabila L b ac. Conoh PDP linear orde dua ang ermasuk dalamipe ini adalah Persamaan Gelombang Perubahan (Transformasi) Koordina p, q p,, q, disebu perubahan (ransformasi) koordina aau sering disebu juga sebagai rasnformasi ak singular apabila nilai Jakobianna idak sama dengan nol dengan Jakobian didefinisikan sebagai p p J pq pq q q 3 MisalkanW p, q U p, q, p, q dengan ransformasi koordina p, q p,, q, persamaan menggunakan, maka solusi unuk benuk umum PDP linier orde dua U W p W q p q U W p W q p q dihiung dengan Berdasarkan hal ersebu diperoleh benuk ransformasi dari LU akni l W AW BW CW PW QW RW G 5 denganfungsi A,, B, dan C, didefinisikan sebagai beriku A, a b c, B, a b c 6 C, a b c 4 Yang secara mariks dapa disajikan pula dalam benuk sebagai beriku A B a b B C b c Selanjuna dengan menginga benuk Jakobian seperi halna pada benuk persamaan 7 dapa diuliskan kembali sebagai beriku 8 AC B J ac b Dengan menginga bahwa L b ac dan l B AC, maka persamaan diuliskan kembali sebagai beriku l J L Dengan nilai Jakobian seelah ransformasi koordina adalah 9 J 7 3 di aas, maka 8 dapa 58

4 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN Benuk Kanonik PDP Linier Orde Dua Misalkan PDP beripe Hiperbolik (Parabolik/Elipik) pada domain D, maka erdapa suau sisem koordina, memiliki benuk kanonik dengan persamaan. l W W l w G. l W W l w G 3. l W W W l w G denganl unuk PDP beripe Hiperbolik unuk PDP beripe Parabolik unuk PDP beripe Elipik w merupakan operaor differensial orde sau dan G merupakan suau fungsi. Karena peneliian ini mengkaji mengenai PDP Gelombang, maka pembahasan benuk kanonik hana akan dilakukan unuk PDP ang beripe Hiperbolik. a,,, D, maka unuk memperoleh benuk Hiperbolik Asumsikan bahwa l B AC, maka salah sau cara memperolehna adalah dengan membenuk A dan C, aau dengan kaa lain A, a b c C a b c, Karena benuk dan sama, maka cukup diselesaikan sau dianara A aauc. Misalkan dipilih A unuk diselesaikan, dengan demikian dapa diuliskan a b c Persamaan dapa disajikan kembali sebagai perkalian dua buah PDP linier sebagai beriku a b b ac a b b ac a Berdasarkanpersamaan, karena a, maka diperoleh benuk a b b ac a b b ac dengan kaa lain harus diselesiakan a b b ac a b b ac Yang merupakan dua buah PDP linear. Dengan meode karakerisik, diperoleh fungsi konsan dan sebagai beriku. Fungsi konsan sepanjang kurva karakerisik adalah. Fungsi konsan sepanjang kurva karakerisik adalah 4 3 d b b ac d a d b b ac d PDP Gelombang Homogen Asumsikan sebuah ali elasis, homogen dan fleksible dengan panjang l mengalami gearan aau gelombang seperi halna ali senar pada giar aau dawai pada biola. Homogen dalam peneliian ini memberikan ari bahwa ali diasumsikan hana erbua dari sau jenis bahan maerial, aau dengan kaa lain masa jenis aau kepadaan ali adalah eap. Lebih lanju, sifa fleksibel a dan 59

5 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN memberikan ari bahwa egangan ali (enion) meninggung langsung sepanjang ali dan T, merupkan vekor egangan ali. Hukum Newon III menaakan bahwa gaa aksi dan reaksi memiliki besar ang sama dengan arah erbalik dan segaris dengan sumbu horizonal aau secara maemais dapa diuliskan sebagai T, cos T h, cos T 5 Lebih lanju Hukum Newon II menaakan bahwa sebuah benda dengan massa m mengalami gaa resulan sebesar F aau secara maemais dapa disajikan sebagai beriku F m. a 6 Karena massa m merupakan perkalian aas massa jenis dengan panjang aau m h dan percepaan a merupakan urunan kedua dari fungsi, solusi gelombang ang dicari, maka persamaan. U dengan, U menaakan fungsi 6 dapa diuliskan kembali sebagai F hu 7 Dilain pihak gaa resulan F T T h, sin, sin, sehingga berdasarkan hal ersebu diperoleh persamaan sebagai beriku hu. T, sin T h, sin 8 Dengan menginga bahwa T T, cos T h, cos dengan kaa lain T T T T, cos T, dan T T h, cos T h, cos cos akni sesuai dengan persamaan 5, maka persamaan 8 dapa diuliskan kembali sebagai beriku sin sin hu. T T cos cos 9 Dengan menginga bahwa sin Tan, maka persamaan9 dapa diuliskan kembali sebagai cos hu. T an T an Perhaikan bahwa fungsi U, T an dan T an dapa didekai dengan hampiran T an U, T an U h,,dengan demikian persamaan beriku merepresenasikan kemiringan ali di saa sehingga dan dapa diuliskan kembali sebagai,, hu. TU, TU h, T U h U Berdasarkan persamaan ersebu dapa diemukan fungsi U sebagai beriku U T U h, U, Apabila diambil benuk limi lim U h h unuk persamaan, maka diperoleh T U h, U, T lim U 3 h h h 6

6 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN Berdasarkan persamaan 3 diperoleh benuk PDP Gelombang Homogen sebagai beriku T U U, U C U C T 4. PDP Gelombang Homogen Dalam Inerval Benuk umum persamaan Gelombang dalam inerval U C U,, dinaakan sebagai beriku U, f 5 U, g Benuk U, f dan U, g pada persamaan 5 merupakan sara awal unuk persamaan Gelombang pada inerval ang merepresenasikan solusi U, saa bernilai f dan urunan U, saa bernilai g. Lebih lanju, akan dicari solusi U, pada persamaan 5 ersebu. Unuk mencari solusi U, pada PDP Gelombang homogen, akandilakukan perubahan (ransformasi) koordina. Dengan memperhaikan fungsi konsan dan sepanjang kurva karakerisik d d diperoleh d b b ac C k 6 d a Dengan demikian persamaan karakerisik dari PDP Gelombang ini adalah c c Berdasarkan persamaan karakerisik U, sebagai beriku Berdasarkan persamaan beriku 7 7, maka dapa diperoleh urunaan fungsi U,,, U U U C U U U C U U C U U C U U 8 7 pula dapa diemukan urunan fungsi U, dan U, U, U U U U U, U U U U U 9 dan sebagai Berdasarkan hal ersebu, solusi umum PDP Gelombang Homogen dapa dicari dengan mensubsiusikan persamaan 8 dan9, akni U C U C U U C U U C U U U 4 C U C U C U CU 3 6

7 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN Berdasarkan persamaan 3, karena U C U, maka 4C U U. Dengan demikian solusi umum PDP Gelombang Homogen adalah sebagai beriku U, F G, 3 U F C G C Persamaan 3 merupakan solusi umum PDP Gelombang Homogen, lebih lanju dengan memandang sara awal ang diberikan akni U, f danu, g, maka akan dicari solusi khusus dari PDP Gelombang Homogen ersebu. Berdasarkan sara awal, diperoleh U, F G F G f 3 ' ' ' ' U, C F G C F G g Perhaikan U, dari persamaan 3, apabila variabel digani dengan s, maka diperoleh benuk sebagai beriku C F ' s G ' s g s g s F ' s G ' s C Inegralkan persamaan 33 kepada variabel s ds dengan selang,, maka diperoleh C C ' ' g sds F s G s ds g s ds k F G 34 Eliminasikan U,pada persamaan 3 dengan persamaan F sebagai beriku f k F g sds 35 Berdasarkan persamaan C 35, dapa diperoleh nilai G f F G sebagai beriku f k f g s ds C 34 sehingga diperoleh nilai f k g sds C Berdasarkan persamaan 35 dan36, diperoleh solusi khusus PDP Gelombang Homogen U, berdasarkan persamaan 3 adalah C C f C k f C k U, g sds g sds C C 36 C Yang dikenal dengan formula De Allember. f C f C g sds 37 C PDP Gelombang Homogen Dalam Inerval Dengan Sara Baas Dirichle Benuk umum persamaan Gelombang homogen dalam inerval dengan sara baas Dirichle dinaakan sebagai beriku C 6

8 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN U C U,,,,, U f U g U Sebelum mencari solusi PDP gelombang dengan sara baas Dirichle pada persamaan 38, perlu dikenalkan mengenai perluasan fungsi ganjil ang berkorespondensi dengan sara baas Dirichle. Perluasan fungsi ganjil didefinisikan sebagai,, 39, Berdasarkan hal ersebu solusi PDP Gelombang unuk sara baas Dirichle adalah C C C U, sds sds C 4 C Misalkan z s dz ds 4 dapa diuliskan kembali sebagai beriku, maka persamaan C C C, 4 U z dz s ds C C Lebih lanju misalkan z s, dz ds, maka solusi PDP Gelombang homogen dengan Dirichleadalah C C C U, sds C 4 PDP Gelombang Homogen Dalam Inerval Dengan Sara Baas Neumann Benuk umum persamaan Gelombang homogen dalam inerval dengan sara baas Neumann dinaakan sebagai beriku U C U,,,,, U f U g U Sebelum mencari solusi PDP Gelombang homogen dengan sara baas Neumann pada persamaan 43, perlu dikenalkan mengenai perluasan fungsi genap ang berkorespondensi dengan sara baas Neumann. Perluasan fungsi genap C didefinisikan sebagai,, 44, Berdasarkan hal ersebu solusi PDP Gelombang unuk sara baas Neumann adalah C C C U, s ds s ds C C 45 63

9 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN , maka persamaan C C, Misalkan z s dz ds 45 dapa diuliskan kembali sebagai beriku C U zdz sds C 46 C Unuk nilai z s dz ds 46 dapa diuliskan kembali sebagai, perhaikan bahwa persamaan beriku C C C C C U, sds sds sds C C C C C C sds sds C C C C C C sds sds sds C 47 C C C Berdasarkan persamaan 47, solusi PDP Gelombang homogen dengan sara baas Neumann adalah C C C U, sds sds C C C 47 C C C C sds sds C C Conoh penerapan. Diberikan fungsi PDP Gelombang dengan sara awal sebagai beriku U C U, U, U, cos enukan solusi PDP Gelombang U, ersebu Solusi C f C f C U, cos sds C C sin C sin C C sin C sin C C cos sin C C cos sin C C. Jika dan merupakan dua buah fungsi ganjil dari, unjukkan bahwa solusi U, juga merupakan fungsi ganjil dari unuk seiap Solusi 64

10 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN Jika dan merupakan dua buah fungsi ganjil dari, maka dan. Berdasarkan hal ersebu akan diunjukkan bahwau, U,. C U, C C sds C C C C C sd s C C C sd s C U, C C sd s C C C C C C Kesimpulan dan Saran Dalam peneliian ini dapa dirumuskan beberapa kesimpulan dan saran sebagai beriku: Kesimpulan. PDP Gelombang dapa dikaakan sebagai suau persamaan differensial parsial ang U, menjelaskan keadaan gelombang pada menjelaskan akivias gelombang. Solusi posisi saa.. Benuk umum PDP GelombangHompgen pada inerval diunjukkan pada persamaan 5 dengan solusina U, diunjukkan pada persamaan37 3. Benuk umum PDP Gelombang pada inerval dengan sara Dirichlediunjukkan pada persamaan 38 dengan solusina U, diunjukkan pada persamaan4 4. Benuk umum PDP Gelombang pada inerval dengan sara Neumanndiunjukkan pada persamaan 43 dengan solusina U, diunjukkan pada persamaan47 Saran. Perlu dikembangkan benuk umum PDP Gelombang Non homogen pada inerval besera solusi penelesaianna. Perlu dikembangkan benuk umum PDP Gelombang Non homogen pada inerval dengan sara baas Dirichle ang berkorespondensi dengan perluasan fungsi ganjil besera solusim penelesaianna 3. Perlu dikembangkan benuk umum PDP Gelombang Non homogen pada inerval dengan sara baas Neumann ang berkorespondensi dengan perluasan fungsi genap besera solusi penelesaianna 65

11 Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. No. Juli 6 ISSN Dafar Pusaka [] Srauss, A., Waler. 8. Parial Differenial Equaions: an Inroducion. USA:John Wile &Sons [] Chasnov, R., Jeffre. 9. Inroducion o Differenial Equaions: Lecure Noes. Hong Kong: The Hong Kong Universi of Science and Technolog [3] Chipo, Michel. 8. Handbook of Differenial Equaions: Saionar Parial Differenial Equaions Volume 5. Amserdam: Elsevier [4] Deparemen Maemaika ITB.. Persamaan Differensial Parsial. Bandung:FMIPA ITB [5] Folland, G.B Lecures on Parial Differenial Equaions. Bomba: Taa Insiue of Fundamenal Research [6] Huner, K., John. 4. Noes on Parial Differenial Equaions. California: Deparmen of Mahemaics, Universi of California a Davis [7] Logan, J., David. Applied Parial Differenial Equaions: Second Ediions. New York: Springer-VerlagBerlin Heidelberg [8] Markowich. Peer. 7. Applied Parial Differenial Equaions: A Visual Approach. New York: Springer-Verlag Berlin Heidelberg [9] Miersemann, Erich.. Parial Differenial Equaions: Lecure Noes. Leipzig: Deparmen of Mahemaics Leipzig Universi [] Jeffre. Allan. 3. Applied Parial Differenial Equaions: an Inroducion. California: Elsevier Sciences [] Moore, Doug. 3. Inroducion o Parial Differenial Equaions. California: Deparmen Mahemaics of UCSB [] Pinchover & Rubinsen. 5. An Inroducion o Parial Differenial Equaions. London: Cambridge Universi Press [3] Yanovsk, Igor.5. Parial Differenial Equaions: Graduae Level Problems and Soluions. California: Deparmen of Mahemaics UCLA 66

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann Okober 16, Vol. 1, No.1. ISSN: 57-618 Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang, dengan Kondisi Baas Dirichle dan Neumann Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI ISSN: 3-989 Vol. V, No. II, April 6 ERSAMAAN DIFFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo endidikan Maemaika FKI UMT E-mail: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id Absrak Dalam peneliian

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI rima: Jurnal endidikan Maemaika Vol., No., Juli 7, hal. 33-4 -ISSN: 579-987, E-ISSN: 58-6 ERSAMAAN DIFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik

Transpor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik Transpor Poluan Persamaan Konveksi Difusi Penelesaian Analiik Referensi Graf and Alinakar, 1998, Fluvial Hdraulis: Chaper 8, pp. 517-609, J. Wile and Sons, Ld., Susse, England. Teknik Sungai Transpor Poluan

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA JMP : Vol. 8 No., Des. 06, hal. 9-3 ISSN 085-456 MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang Email: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono Bulein Ilmiah Ma. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 5, No. 3 (216), hal 195 24. PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Naufal Helmi, Mariaul

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

BAB 4 FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA

BAB 4 FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA Dika Kuliah EL Maemaika Teknik I BAB FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA Fungsi Berpeubah Banak Banak ungsi ang berganung pada peubah lebih dari sau Sebuah bidang ang panjangna dan lebarna memiliki

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

MEMBAWA MATRIKS KE DALAM BENTUK KANONIK JORDAN. Irmawati Liliana. KD Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati

MEMBAWA MATRIKS KE DALAM BENTUK KANONIK JORDAN. Irmawati Liliana. KD Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Jurnal Euclid, vol., No., p.568 MEMBW MTRIKS KE DLM BENTUK KNONIK JORDN Irmawai Liliana. KD Program Sudi Pendidikan Maemaika FKIP Unswagai irmawai.liliana@gmail.com bsrak Benuk kanonik Jordan erbenuk apabila

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON *

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON * PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV HAMILON * BERLIAN SEIAWAY, YANA ADHARINI DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus IPB

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2 Jurnal Maemaika UNAND Vol. No. 1 Hal. 3 36 ISSN : 303 910 c Jurusan Maemaika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n unuk d = 1 aau d = DINA YELNI Program Sudi Maemaika,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 016/017 9 Mare 017 Kuliah yang Lalu 11 Fungsi dua (aau lebih) peubah 1 Turunan Parsial 13 Limi dan Kekoninuan 14 Turunan ungsi dua peubah 15 Turunan berarah

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB I PERSAMAAN GERAK

BAB I PERSAMAAN GERAK BAB I PERSAMAAN GERAK. Seseorang mengendarai mobil menuju sebuah koa A ang berjarak 6 km dengan arah imur lau. Naakan ekor perpindahan r dalam noasi ekor sauan dengan menggunakan sisem koordina ke imur,

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Metode Transformasi Pertubasi Homotopi dan Metode Dekomposisi Adomian

Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Metode Transformasi Pertubasi Homotopi dan Metode Dekomposisi Adomian Jurnal Kubik, Volume No. 1 (17) ISSN : 338-896 Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Meode Transformasi Perubasi Homoopi dan Meode Dekomposisi Adomian Feni Sii Fahonah 1,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal ahan jar Saika ulai, ST, T Peremuan IX, X Srukur Poral 1 Pendahuluan Pada srukur poral, ang erdiri dari balok dan iang ang dibebani muaan di aasna akan imbul lenuran pada balok saja, dan akan meneruskan

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 01

Xpedia Fisika. Mekanika 01 Xpedia Fisika Mekanika 01 Doc. Name: XPFI0101 Doc. ersion : 2012-07 halaman 1 01. Manakah pernyaaan di bawah ini yang benar? (A) Perpindahan adalah besaran skalar dan jarak adalah besaran vekor. (B) Perpindahaan

Lebih terperinci

MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR

MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol. 14, No. 3, Juli 011, hal 75-80 MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR T.B. Prayino Jurusan Fisika, Fakulas MIPA, Universias Negeri Jakara Jl. Pemuda Rawamangun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

Hubungan antara Keterobservasian dan Keterkonstruksian Sistem Linier Kontinu Bergantung Waktu

Hubungan antara Keterobservasian dan Keterkonstruksian Sistem Linier Kontinu Bergantung Waktu Mah Educa Jurnal () (7): 86-95 Jur na l Maem aika Pend i di ka n Maema i ka Email: mejuinibpag@gmailcm Hubungan anara Keerbservasian Keerknsruksian Sisem Linier Kninu Berganung Waku Ezhari Asfa ani adris

Lebih terperinci

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR Jurnal Maemaika Vol. 8, No., Desember 5: 7-77 SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR S. B. Waluya Jurusan Maemaika FMIPA Universias Negeri Semarang sevanusbudi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 28 Maret 2014

Hendra Gunawan. 28 Maret 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semeser II, 013/014 8 Mare 014 Kuliah ang Lalu 1.1 Fungsi dua aau lebih peubah 1. Turunan Parsial 1.3 Limi dan Kekoninuan 1.4 Turunan ungsi dua peubah 1.5 Turunan berarah

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Persamaan Differensial Biasa Orde Slide : Tri Harsono Polieknik Elekronika Negeri Surabaya ITS Polieknik Elekronika Negeri Surabaya PENS - ITS 1 1. PD Linier Homogin Dengan Koefisien Benuk Umum: Konsan

Lebih terperinci

Aljabar C* dan Mekanika Kuantum 1

Aljabar C* dan Mekanika Kuantum 1 Aljabar C* dan Mekanika Kuanum 1 Oleh: Rizky Rosjanuardi rizky@upi.edu Jurusan Pendidikan Maemaika FPMIPA Universias Pendidikan Indonesia Absrak Pada makalah ini dibahas konsep aljabar-c* dan kaiannya

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai

Lebih terperinci