BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI"

Transkripsi

1 BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan ferensial orde perama dengan koefisien konsana. Selanjunya akan bahas persamaan ferensial dengan baasan yang sama yaiu linierias dan koefisien konsan akan eapi dengan orde yang lebih inggi. Adapun prosedur maemaika berikan beriku ini ermasuk dalam meode penyelesaian klasik mana meode klasik ini memberikan pengerian-pengerian yang lebih mudah/baik mengenai penafsiran persamaan ferensial dan persyaraan suau penyelesaian. Pada umumnya persamaan ferensial homogen orde dua dengan koefisien konsan perlihakan sebagai beriku. d i a a i a (4.) Adapun penyelesaian persamaan ferensial ini harus berbenuk sedemikian rupa sehingga penyelesaian iu senri apabila urunkan perama dan kedua kalikan dengan suau koefisien konsan jumlahnya menja nol, hal ini mungkin erja kalau hasil penyelesaiannya berbenuk eksponensial yang misalkan dengan : sehingga : i() s K. (4.) dan : K.s. s (4.3) d i K.s. s (4.4) mana K dan s merupakan konsana yang nyaa, imajiner aau kompleks. Selanjunya apabila Persamaan (4.), (4.3) dan (4.4) subsiusikan ke dalam Persamaan (4.) akan peroleh : s s s a s K ask a K (4.5) 77

2 oleh karena harga s K idak akan pernah nol unuk harga yang erbaas/finie, maka Persamaan (4.5) dapa bua menja : adapun Persamaan (4.6) ini persyaraan agar a s as a (4.6) s K merupakan hasil penyelesaian, yang sebu juga dengan persamaan karakerisik aau auksiliari yang memiliki akar-akar : s a ;s a 4a a a a (4.7) oleh sebab iu erdapa dua benuk eksponensial dari penyelesaian persamaan ferensial homogen dari Persamaan (4.), yaiu : i i K s K s...(a)...(b) (4.8) karena i dan i masing-masing merupakan penyelesaian persamaan ferensial dari Persamaan (4.5), sehingga jumlah penyelesaian-penyelesaian ini adalah : i 3 = i + i (4.9) dengan demikian i 3 juga merupakan suau penyelesaian, mana hal ini dapa perlihakan dengan mensubsiusikan Persamaan (4.9) ke dalam Persamaan (4.5) yang hasilnya adalah : d (i i ) d(i i ) a a (i i ) a (4.) d i d i a a a i a a a i + = (4.) sehingga i 3 menyeakan penyelesaian dari Persamaan (4.5), maka secara umum dapa nyaakan penyelesaian Persamaan (4.5) ini adalah : i() s s K. K. (4.) Adapun harga-harga s dan s yang enukan dengan Persamaan (4.7) dapa merupakan bilangan nyaa, imajiner aaupun kompleks dan ini erganung dari harga-harga a, a dan a dari persamaan ferensial homogen ersebu. 78

3 4. Respons Rangkaian R Seri Dengan Inpu Uni Sep Perhaikan rangkaian bawah ini : ambar 4. Rangkaian seri R dengan inpu egangan searah dengan mengabaikan semua konsi awal, maka pada saa = saklar uup, sehingga dapa uliskan persamaan egangan pada rangkaian adalah : R.i bila deferensialkan sau kali maka peroleh : misalkan : sehingga : d i d d.s R. R. R. s d d d R.s i i i (4.3) (4.4) (4.5) (4.6) Persamaan (4.6) ini sebu sebagai persamaan karakerisik rangkaian aas. Adapun akar-akar persamaan karakerisik ini adalah : R s;s R 4 maka benuk umum penyelesaian dari persamaan ferensial : (4.7) i s s K. K. (4.8) 79

4 dalam hal ini ada iga kemungkinan, yaiu : 4. Bilamana : R > ( keadaan overdamped / eredam lebih) 4 R Dalam konsi ini besaran adalah posiif, sehingga akar-akar s dan s adalah nyaa. Unuk menenukan hraga K dan K dapa cari dari konsi awal yang keahui. Pada saa saklar uup ( = ), maka i (+) =. Hal ini sebabkan sifa dari dan i yang idak dapa berubah dengan sekeika, maka pada =, bagian dari, oleh karena iu Persamaan (4.3) unuk =, adalah : () R. maka : () sehingga erliha erdapa dua konsi awal, yaiu : i (+) = dan hrga-harga ini subsiusikan ke dalam Persamaan (4.8) akan peroleh : i( ) K. s K. s () (4.9), dan jika K + K = (4.) karena Kemuan jika Persamaan (4.8) deferensialkan sau kali peroleh : () s K. s sk. s pada saa =, maka Persamaan (4.) menja : (4.) () sehingga dapa : s K. s s K. sk s K dari Persamaan (4.) dan (4.) akan peroleh : s (4.) K (s s ) K dan (s s) 8

5 dan jika harga-harga K dan K ini subsiusikan ke dalam Persamaan (4.4), maka 4 peroleh penyelesaian persamaan ini unuk konsi R > i (s s ) s s Kalau persamaan (4.3) ini gambarkan benuknya adalah : adalah : (4.3) K (s s ) K (s s ) K. s K. K. s s K. s ambar 4. Kurva arus pada rangkaian seri R dengan inpu sep pada konsi R > 4 ambar 4., menggambarkan sifa kurva yangmemperlihakan variasi s s K. dengan waku dan juga variasi arus oal K. K. s s K. dan dengan waku. 4. Bilamana : R = ( keadaan criical damped / eredam lebih) Pada konsi ini besaran R 4 menja nol, oleh karena iu akar persamaan karakerisik Persamaan (4.6) adalah nyaa dan sama, sehingga penyelesaian Persamaan (4) menja : i s (K K ) (4.4) kalau misalkan : K = (K + K ), maka persamaan aas berbenuk : s i K (4.5) 8

6 Hal ini belumlah benuk penyelesaian yang sempurna karena penyelesaian dari persamaan deferensial orde dua harus mengandung dua konsana yang berbeda, oleh karena iu Persamaan (4.5) harus mofikasi. Misalkan asumsikan penyelesaian Persamaan (4.5) berbenuk : mana y adalah besaran yang akan cari. s i y. (4.6) Subsiusikan Persamaan (4.6) ke dalam Persamaan (4.4) dengan suau keenuan bahwa y memenuhi persamaan ferensial : d y dan kemuan bila inegrasikan dua kali beruru-uru akan menghasilkan : y (4.7) K K (4.8) dan kalau Persamaan (4.8) ini subsiusikan ke Persamaan (4.6) peroleh : mana dalam hal ini : s R. s K s i K (4.9) Di dalam hal ini konsi awal juga sama dengan : i () () dan. peroleh : Apabila harga-harga ini subsiusikan ke Persamaan (4.9) akan i( ) K s K sehingga peroleh K =. dan jika harga K ini subsiusikan ke Persamaan (4.9) maka peroleh : i s K s (4.3) dan apabila Persamaan (4.3) deferensialkan sau kali maka dapa : dan selanjunya bila konsi awal Persamaan (4.3) ini akan peroleh : () s K s () K s s s.. (4.3), pada = subsiusikan ke s 8

7 sehingga peroleh K, dan apabila harga K ini subsiusikan ke Persamaan (4.3), maka peroleh persamaan arus yang mengalir pada rangkaian 4 unuk konsi R =, yaiu : dan kalau gambarkan kurvanya adalah : i.. s (4.3) i i.. s ambar 4.3 Kurva arus pada rangkaian seri R dengan inpu sep pada konsi R > Bilamana : R < (keadaan underdamped / kurang eredam) Pada konsi ini besaran R 4 adalah negaif, oleh karena iu akar-akar persamaan karakerisik dari Persamaan (4.6) bilangan kompleks yang misalkan : mana : s s A jb...(a) A jb...(b) (4.33) R A dan B oleh karena iu Persamaan (4.8) menja : 4 R (4.34) karena : i i (A jb) (A jb) K K (4.35) A jb jb K K (4.36) 83

8 jb cosb j sin B maka Persamaan (4.36) menja : A dan jb cosb jsin B cosb j sin B K cosb jsin B i K (4.37) apabila konsi awal : i(+) =, unuk =, subsiusikan ke dalam Persamaan (4.37) maka akan peroleh : A. cos B. j sin B. K cos B. jsin B. i( ) K K + K = (4.38) Selanjunya ferensialkan Persamaan (4.37) sau kali dan kemuan subsiusikan () kedalamnya unuk = : A () A A kemuan subsiusikan konsi awal Persamaan (4.39) aas, maka peroleh : () AK cosb j sin B K cosb jsin B K B sin B j cosb K B sin B jcos B A A K A A K B () unuk = (4.39) ke dalam cos B. j sin B. K cos B. jsin B. sin B. j cos B. K B sin B. jcos B. A K K jbk K karena menuru Persamaan (4.38) : K + K =, maka : oleh karena iu peroleh : jbk (4.4) K dan K jb jb kemuan subsiusikan harga-harga K dan K ke dalam Persamaan (4.37) sehingga peroleh : i A jb cosb j sin B cosb jsin B jb 84

9 i A B sin B (4.4) apabila harga A dan B pada Persamaan (4.34) subsiusikan ke dalam Persamaan (4.4) aas, akan dapa : i 4 R R sin 4 R R. i.sin R 4 R. 4 (4.4) erliha bahwa dalam keadaan ini arus berosilasi, dan kalau bagian eksponensial R hilangakan, maka arus i murni sinusoidal dengan frekuensi resonansi (naural angular frequency). fn n n R 4 R 4 raan de ik siklus de ik (4.43) (4.44) kalau Persamaan (4.4) gambarkan : R 4 R 4 85

10 ambar 4.4 Kurva arus dari rangkaian seri R dengan inpu uni sep pada konsi R < 4 onoh : Saklar pada rangkaian bawah ini uup pada saa =, dengan mengabaikan semua konsi awal elemen rangkaian, carilah benuk persamaan arus i. Jawab : Bila saklar uup, persamaan egangan pada rangkaian adalah : kalau deferensialkan : R.i i V (a).i, R.i i (,).(. V i 6 ).i. 4 i, d i 4...i d d d 4.. d i (b) (c) d s misalkan :, maka Persamaan (c) menja : s.s. 4 i 4 s.s. adapun akar-akar persamaan karakerisik ini adalah : 86

11 dari rangkaian dapa liha : s s. 4(. 4. 4(. 4 ) ) 5,3 948,68 R.,. 6 dan (,).(.. 6 ) 5 ernyaa : R 4 aau R > adalah [liha Persamaan (4.3)] i K., sehingga benuk umum dari Persamaan (b) s K. s sehingga : 5,3.. K. 948,68. i K (d) karena konsi awal abaikan dan sifa yang idak dapa berubah dengan sekeika, maka pada =, arus : i(+) = bila Persamaan (e) ini subsiusikan kedalam Persamaan (d) unuk =, peroleh : sehingga peroleh : i( ) K 5,3.. K. 948,68. (e) = K + K (f) dan demikian juga pada yang idak bisa berubah dengan sekeika, sehingga maka kalau harga-harga ini subsiusikan ke dalam Persamaan (a) akan peroleh : sehingga : () R.i( ) i V () V, i 87

12 () Amp / de selanjunya ferensialkan Persamaan (d) sau kali, maka : 5,3.K 5, ,68.K. 948,68. selanjunya subsiusikan Persamaan (g) ke dalam Persamaan (h) unuk =, maka : 5,3. 948,68. () 5,3.K. 948,68.K. maka dari Persamaan (h) dan (i) peroleh : (g) (h) 5,3.K 948,68. K (i) K = dan K = - Kemuan harga-harga K dan K ini subsiusikan ke dalam Persamaan (d) maka peroleh: i 5,3. 948,68.. Amp. inilah benuk persamaan arus yang mengalir pada rangkaian seelah saklar uup. onoh : Perhaikan rangkaian bawah ini : dengan mengabaikan konsi awal, pada saa = saklar uup. arilah benuk persamaan arus i pada rangkaian. Jawab : Adapun persamaan egangan pada rangkaian seelah saklar uup adalah : R.i i V (a) 88

13 R V.i i.i i ().(,4).i 5 i kalau deferensialkan sau kali : misalkan : d i. 5.i d d. d d d s, maka Persamaan (c) menja : 5 i s.s 5 i s.s 5 adapun akar-akar persamaan karakerisik ini adalah : (b) (c) s erliha bahwa : maka : 4(.5) R. R 5 s dan 5 dan 4(.5) 4 aau R = ().(,4) 5 sehingga benuk umum penyelesaian Persamaan (b),[liha Persamaan (4.3)] adalah : mana : R 5, sehingga : i K K 5 i K K (d) karena sifa yang idak dapa berubah dengan sekeika, maka pada = arus : i(+) = selanjunya bila Persamaan (e) subiusikan ke dalam Persamaan (d) peroleh : (e) 5 89

14 5. i () K K. K = bilamana harga K = subiusikan ke dalama Persamaan (d), maka peroleh : i (f) 5.K (g) demikian juga dengan yang idak dapa berubah dengan sekeika, maka egangan pada pada = + : i() (h) i() maka jika harga-harga i(+) = dan subsiusikan kedalam Persamaan (a) unuk =, dapa : () R.i( ) i() V aau dapa : () V bila Persamaan (d) deferensialkan sau kali, maka : kalau harga maka peroleh : () Amp / de () 5. 5 K Amp / de K. 5, subsiusikan ke dalam Persamaan (i) unuk =, () 5. K. K. maka peroleh K =, dan kalau harga ini subsiusikan ke dalam Persamaan (g), maka peroleh persamaan arus pada rangkaian seelah saklar uup adalah : (i) i. 5 Amp onoh : 9

15 Perhaikan rangkaian bawah ini : dengan mengabaikan semua konsi awal, carilah benuk persamaan arus i pada rangkaian seelah saklar uup pada saa =. Jawab : Adapun persamaan egangan pada rangkaian seelah saklar uup adalah : R.i i V (a) R.i i V deferensialkan sau kali : 5.i, (,).(5. i 6 ) 5.i. 5 i d i i d d d i d, (b) (c) misalkan : d s, maka Persamaan (c) menja : 5 s 5.s. i s 5.s. adapun akar-akar persamaan karakerisik ini adalah : 5 9

16 dari rangkaian erliha : (. ) s (. ) s 5 j37,8 j37,8 R 5., 6.5 dan. 6 (,).(5. ) ernyaa : R 4 aau R < sehingga unuk mendapakan penyelesaian dari Persamaan (b) gunakan benuk Persamaan (4.39) dengan : dan : sehingga : misalkan : 5 R R 5., (,).( ) 5., 37,8 cos37,8 j sin 37,8 K cos37,8 jsin 37,8 i K 5 i Maka Persamaan (d) menja : (K K )cos37,8 j(k K )sin 37,8 (d) K 3 = K + K dan K 4 = j (K + K ) 5 i 4 K 3 cos37,8 K sin 37,8 (e) konsi awal elemen abaikan dan karena sifa dari yang idak dapa berubah dengan sekeika, maka pada =, arus : i(+) = demikian juga dengan yang sifanya idak dapa berubah dengan sekeika, sehingga i maka pada saa = +, dari Persamaan (a) dapa : (f) () R.i( ) i() V (g) 9

17 sehingga peroleh : () V, Amp / de dan apabila Persamaan (f) subsiusikan kedalam Persamaan (e) unuk =, peroleh : maka peroleh : 5. i () K 3 cos37,8. K 4 sin 37,8. K 3 = Kemuan ferensialkan Persamaan (e) sau kali : ,8.K 5 3 sin 37,8 37,8 cos 37,8 5. K 3 cos 37,8 K 4 sin 37,8 ( 37,8.K 3 K 4 )sin 37,8 (37,8.K 4 K ) cos 37,8 kemuan subsiusikan Persamaan (h) ke Persamaan (i) unuk = : 5. () ( 37,8.K 3 K 4 )sin 37,8. (37,8.K 4 K 3 ) cos 37,8. sehingga : maka : = 37,8.K 4 K 4 37,8,7 kemuan harga-harga K 3 dan K 4 yang peroleh subsiusikan ke dalam Persamaan (e) sehingga dapa persamaan arus yang mengalir pada rangkaian seelah saklar uup adalah : 3 (h) (i) i,7. 5 sin 37,8 Amp. 4.3 Response Rangkaian Paralel R Dengan Sumber Searah Rangkaian bawah ini memperlihakan rangkaian paralel R dengan sumber arus searah dengan semua konsi awal elemen pasif abaikan dan pada saa = saklar pada rangkaian akan buka. 93

18 ambar 4.5 Rangkaian paralel R dengan sumber searah Bila saklar erbuka, maka menuru hukum arus Kirchhoff dapa uliskan : deferensialkan sau kali :.v v (4.45) d v d d v.v (4.46) (4.47) bilamana : d s, maka Persamaan (39) menja : s s.v (4.48) Persamaan (4.48) sering sebu sebagai persamaan karakerisik dari rangkaian pada ambar 4.5, dan persamaan ini dapa benuk menja : dengan akar-akar : (s - s ) (s s )v = (4.49) s s 4 4 misalkan : dan s 4, sehingga : ( ) dan ( ) s sehingga Persamaan (4.49) menja : s ( ) s ( ).v erliha bahwa harga β bisa poiif; nol dan imaginer / negaif, 94

19 Kemunkinan I : 4 Dari Persamaan (4.49) yang berbenuk : misalkan : maka Persamaan (4.49) menja: harga β adalah posiif mana s dan s nyaa. (s - s ) (s s )v = (s s )v = u (4.5) (s - s ) u = karena d s, maka : kalau inegralkan : du s.u du u n(u) u s s K' s K' K' s karena K ' K, maka : s u K (4.5) apabila Persamaan (4.5) ini subsiusikan kedalam Persamaan (4.5), maka dapa : karena d s, maka : (s - s )v K d - s s v K - s.v K s s kalau ruas kiri dan kanan persamaan ini kalikan dengan fakor inegrasi hasilnya: s s (s s ) - s.v. K s,maka (4.5) 95

20 karena : d(v. maka Persamaan (4.5) menja : kalau inegralkan : v. s s s ) s d(v. d(v. s (s s) ) K. s (s s ) ) K. (s K s s (ss ). ) K" (4.53) bilamana ruas kiri dan kanan Persamaan (4.53) kalikan dengan s, maka : K v.... K (s ". s ) K s s v. K" (s s ) kalau misalkan : s s (ss ) s s K maka Persamaan (4.54) menja : (s K s ) dan K = K (4.54) v s s K. K. (4.55) ini adalah benuk umum penyelesaian dari Persamaan (4.45) unuk konsi mana K dan K dapa enukan dari konsi awal rangkaian. 4, Apabila saklar buka pada saa =, maka : v(+) = (4.56) hal ini sebabkan egangan pada erminal kapasior idak dapa berubah dengan sekeika, demikian pula halnya dengan arus yang mengalir pada pada =, yaiu v, dengan demikian Persamaan (4.45) unuk = menja : sehingga peroleh : ().v() v() 96

21 () (4.57) Selanjunya apabila Persamaan (4.56) subiusikan ke dalam Persamaan (4.55) unuk = akan peroleh : v() K. s. K. selanjunya ferensialkan Persamaan (4.55) sau kali : s. K + K = (4.58) s.k. s sk. kemuan subsiusikan Persamaan (4.57) unuk = ke dalam persamaan aas, sehingga : sehingga peroleh : () s.k. s dari Persamaan (4.58) dan (4.59) peroleh : K (s s ) s s. sk. K s K s. K dan (s s ) (4.59) bilamana harga K dan K subsiusikan kedalam Persamaan (4.55), maka dapa benuk persamaan egangan v pada rangkaian ambar 4.5 bilamana saklar buka pada = adalah : v (s s ) s s (4.6) Persamaan (4.6) ini benuknya sama dengan Persamaan (4.8) unu rangkaian seri R mana bagian / ganikan dengan /, demikian juga kurva pada ambar 4., berlaku pada persamaan (4.6) hanya dengan mengganikan perpoongan kurva dengan / sumbu y ganikan dengan (s s ) seperi kurva beriku ini. 97

22 K K (s s ) (s s ) K. s K. K. s s K. s ambar 4.6 Kurva egangan pada rangkaian paralel R dengan inpu searah pada konsi 4 onoh : Perhaikan rangkaian ini : dengan mengabaikan semua konsi awal elemen pasif, maka pada = saklar buka, carilah benuk persamaan egangan v, dan berapa besar egangan v seelah saklar buka selama, deik. Jawab : Persamaan arus pada rangkaian seelah saklar buka adalah :.v v (a).v v / 7 / 7.v v bila deferensialkan sau kali, maka peroleh : 98

23 misalkan : d v 7 v d 7 d.v d s, maka : s 7s.v akar-akar persamaan ini adalah : selanjunya : s 7s 7 s s (7) 49 dan 4 4. (/) 4 maka :, sehingga benuk umum penyelesaian Persamaan (a) adalah Persamaan (47), yaiu : v s s K. K. (b) mana : s = -3 dan s = -4, sehingga Persamaan (b) menja : Apabila saklar buka pada =, maka : 3. K. 4 v K (c) v(+) = hal ini sebabkan oleh karena sifa dari idak dapa berubah dengan sekeika, demikian juga karena sifa dari yang idak dapa berubah dengan sekeika, maka arus yang mengalir pada pada =, yaiu : (d) v (e) kalau Persamaan (d) dan (e) subsiusikan kedalam Persamaan (a) unuk =, maka : ().v() v() 99

24 () vol / de (f) Selanjunya apabila Persamaan (d) subiusikan ke dalam Persamaan (c) pada =, akan peroleh : v() K. K. K + K = (g) Kemuan bilamana Persamaan (c) ferensialkan sau kali, akan peroleh : 3.K 3. 4K. dan apabila Persamaan (f) subsiusikan ke dalam persamaan ini unuk =, maka : () 3.K. 4K. -3K - 4K = (h) dari Persamaan (g) dan (h) peroleh : K = dan K = - bilamana harga K dan K ini subsiusikan kedalam Persamaan (c), maka dapa benuk persamaan egangan v bilamana saklar buka pada = adalah : 3. 4 v vol sedangkan besar egangan v seelah saklar buka selama, deik adalah : 4 3.(,) 4(,),75 vol v(,de) Kemungkinan II : Adapun akar-akar : 4 mana β adalah nol dan s = s mana : s 4 dan dan s 4 4

25 akan eapi karena : 4 demikian Persamaan (4.49) menja : kalau misalkan : maka Persamaan (4.6) menja : karena : s s, maka : β =, sehingga :, dengan s s v (4.6) s v u (4.6) s u d s, maka persamaan aas menja : du u kalau inegralkan : K ' dan karena K, maka : du u du u n (u) u K' u K' u K dengan demikian Persamaan (4.6) menja : K' s v K (4.63) karena d s, maka Persamaan (4.63) menja : v K kalau kalikan dengan fakor inegrasi : karena : d(v. maka Persamaan (4.64) menja :, maka persamaan aas menja : v. ) K v. (4.64)

26 bila inegralkan : d(v. d(v. v. ) K ) K K K' bila kalikan dengan kalau misalkan :, maka : maka persamaan aas menja : v K.. K'. K = K dan K = K. K.. v K (4.65) mana, dan Persamaan (4.65) ini adalah benuk penyelesaian umum dari 4 Persamaan (4.45) unuk konsi, mana K dan K dapa cari dari konsi awal rangkaian. Adapun konsi awal dari rangkaian seperi pada Persamaan (4.56) yaiu : v( ) (4.66) dan Persamaan (4.57) yaiu : () (4.67) Selanjunya apabila Persamaan (4.66) subiusikan ke dalam Persamaan (4.65) unuk = akan peroleh :.. v() K. K.. Kemuan ferensialkan Persamaan (4.65) sau kali : K = (4.68)....K. K. K.. bilamana Persamaan (4.67) dan (4.68) subsiusikan kedalam persamaan aas unuk =, akan peroleh :

27 ... ().K. K. K.. sehingga peroleh : K (4.69) selanjunya bilamana harga K dan K dari Persamaan (4.68) dan (4.69) subsiusikan kedalam Persamaan (4.65), maka peroleh persamaan egangan v pada rangkaian ambar 4.5, unuk konsi 4 sebagai beriku : dengan : v.. Adapun kurva dari Persamaan (4.7) ini adalah : (4.7) I v o.. ambar 4.7 Kurva arus pada rangkaian paralel R dengan inpu arus searah pada konsi 4 onoh : Perhaikan rangkaian beriku ini : dengan mengabaikan semua konsi awal dari elemen pasif, maka pada saa = saklar buka, carilah benuk persamaan egangan v dan berapa besar v seelah saklar erbuka selama, deik. 3

28 Jawab : Adapun persamaan arus pada rangkaian seelah saklar buka ialah :.v v (a).v v 4 / 6 / 9 6.v 9 v 4 bila deferensialkan sau kali, maka peroleh : misalkan : d v 6 9 v d 6 d 9.v d s, maka : s 6s 9.v akar-akar persamaan ini adalah : erliha bahwa : maka : s 6s s s dan 4 Persamaan (4.65), yaiu : (6) 36 dan 4 4. (/ 9) 36, sehingga benuk umum penyelesaian Persamaan (a) adalah v K (6) 3 dengan., sehingga : Apabila saklar buka pada saa =, maka :. K.. 3. K.. 3 v K (b) v(+) = (c) 4

29 hal ini sebabkan karena sifa dari yang idak dapa berubah dengan sekeika, demikian juga halnya dengan yang idak dapa berubah dengan sekeika, maka arus yang mengalir pada pada = juga nol,sehingga : v (d) kalau Persamaan (d) dan (e) subsiusikan kedalam Persamaan (a) unuk =, maka dapa: ().v() v() () 4 4 vol / de Selanjunya apabila Persamaan (c) subiusikan ke dalam Persamaan (b) unuk =, maka peroleh : maka peroleh : v() K. 3. K = Selanjunya ferensialkan Persamaan (b) sau kali : K K. K. 3.K.. kemuan subsiusikan Persamaan (e) dan (f) ke dalam persamaan aas pada =, sehingga peroleh : (e) (f) maka peroleh : () 3.K. K. 3K. 4 K = 4 (g) Subsiusikan harga-harga K dan K pada Persamaan (f) dan (g) ke dalam Persamaan (b), sehingga peroleh benuk persamaan egangan v pada rangkaian unuk konsi 4 adalah : 5

30 v vol seelah saklar buka selama, deik, maka besar egangan V adalah : 3., v(,de) 4.(,).,96 vol Kemungkinan III : 4 harga β adalah negaif mana s dan s kompleks Dalam keadaan ini bilangan kompleks : 4, sedangkan s j dan j s, maka akar-akar merupakan selanjunya akar-akar ini subsiusikan ke dalam Persamaan (4.55) sehingga dapa : j j v K. K. menuru rumus Euler s bahwa : maka Persamaan (4.7) menja :. j. j v K. K.. j v K. K. j (4.7) j j cos j sin dan cos j sin menuru Persamaan (4.56) pada = : cos j sin K. cos j sin. v K. (4.7) selanjunya menuru Persamaan (4.57) pada = : v(+) = (4.73) () dan kalau harga ini subsiusikan kedalam Persamaan (4.7) unuk =, peroleh : cos. j sin. K. cos. j sin.. v() K. (4.74) 6

31 K + K = (4.75) Selanjunya ferensialkan Persamaan (4.7) sau kali :..K. cos j sin K. cos j sin K. sin jcos K. sin jcos (4.76) Selanjunya subsiusikan Persamaan (4.74) ke dalam Persamaan (7.76) unuk =, maka dapa : (). K.. K. cos. j sin. K. cos. j sin.. sin. jcos. K. sin. jcos. K K jk K kalau Persamaan (4.75) subsiusikan ke dalam Persamaan (4.77), akan peroleh : j dari Persamaan (4.75) dan (4.77) peroleh : dan : K K K j j selanjunya subsiusikan Persamaan (4.79) dan (4.8) kedalam Persamaan (4.7) akan peroleh : (4.77) (4.78) (4.79) (4.8) v.. j cos j sin. cos j sin j (4.8) v sin (4.8) maka peroleh persamaan egangan v pada rangkaian ambar 4.5, unuk konsi 4 4 mana, seandainya harga α dan β subiusikan ke dalam Persamaan (4.8), akan peroleh : 7

32 v v v v sin sin sin sin (4.83) erliha v merupakan osilasi egangan berbenuk sinus yang ampliudonya idak konsan dan menurun secara eksponensial dengan konsana waku dengan frekuensi ayunan ( angular frequency ) : n 4 rad / de (4.84) kalau Persamaan (4.83) gambarkan kurvanya adalah : ambar 4.8 Kurva egangan pada rangkaian paralel R dengan inpu arus searah pada konsi onoh : Perhaikan rangkaian bawah ini : 4 8

33 pada saa = saklar buka, carilah benuk persamaan egangan v pada rangkaian. Jawab : Adapun persamaan arus pada rangkaian seelah saklar buka ialah :.v v (a) bila Persamaan (a) deferensialkan sau kali, maka dapa : d v v dengan mensibusikan harga-harga, dan maka peroleh : d v.v (b) (c) misalkan : d s, maka Persamaan (c) menja : s s.v (d) s adapun akar-akar Persamaan (e) adalah : dari rangkaian erliha bahwa : s (e) s 4.. s 4.. j j,5 4 dan ,5 9

34 sehingga ernyaa bahwa 4, maka benuk umum penyelesaian Persamaan (a) adalah Persamaan (4.55) dengan mensubsiusikan harga-harga s dan s ke dalam Persamaan (4.55) ini akan peroleh : karena : maka : bila misalkan : maka : j j j v K. K v. j K. K. j j cos j sin dan cos j sin cos j sin K. cos j sin v K. K K.cos jk jk v.sin ( K K ) K 3 dan ( jk jk ) K 4 v 4 K3.cos K.sin (f) Karena egangan pada idak dapa berubah dengan sekeika, maka menuru Persamaan (4.56), maka v(+) =, dan demikian pula halnya arus pada idak dapa berubah dengan sekeika, maka v, selanjunya apabila harga ini subsiusikan ke dalam Persamaan (a) unuk =, maka peroleh : sehingga peroleh : ().v() v() () vol / de (g) Selanjunya bila harga v(+) = subiusikan ke dalam Persamaan (f) akan peroleh : v() K3.cos K4.sin

35 maka peroleh : K 3 = (h) apabila harga K 3 ini subsiusikan kedalam Persamaan (f), maka dapa : v.cos K 4.sin v 4.K.sin (i) bilamana persamaan (i) deferensialkan sau kali maka dapa :.K 4.sin.K 4.K 4 cos sin.cos (j) Apabila Persamaan (g) subsiusikan ke dalam Persamaan (j) unuk =, peroleh : sehingga peroleh : ().K 4 K 4 = cos sin (k) dan bilamana harga-harga K 3 dan K 4 subsiusikan kedalam Persamaan (f) maka peroleh benuk persamaan egangan v bilamana saklar buka pada saa = adalah : v sin

36 4.4 Soal aihan. Dengan mengabaikan semua konsi awal, maka carilah benuk persamaan arus i seelah saklar uup dan cari juga besar arus pada rangkaian seelah saklar uup selema, deik. Rangkaian bawah ini sudah dalam keadaan seady sae maka pada = saklar buka. arilah benuk persamaan v dan i seelah saklar buka. 3. Rangkaian bawah sudah mencapai keadaan seady sae, pada saa = saklar buka, carilah benuk persamaan v seelah saklar buka dan cari juga besar v seelah saklar buka selama, deik. 4. Perhaikan rangkaian bawah ini carilah persamaan v pada rangkaian bawah ini.

37 3

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB 4 PENGANAISAAN RANGAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINGGI Oleh : Ir. A.Rachman Haibuan dan Naemah Mubarakah, ST 4. Pendahuluan Pada umumnya peramaan diferenial homogen orde dua

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Slide : Tri Harsono Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Persamaan Differensial Biasa Orde Slide : Tri Harsono Polieknik Elekronika Negeri Surabaya ITS Polieknik Elekronika Negeri Surabaya PENS - ITS 1 1. PD Linier Homogin Dengan Koefisien Benuk Umum: Konsan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Persamaan Dferensal Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dar suau persamaan dferensal orde sau adalah:

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik.

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik. MODUL 2 : LISTRIK RANGKAIAN TERTUTUP Rangkaian eruup ialah rangkaian yang ak berpangkal dan ak berujung yang erdiri dari komponen lisrik (seperi kawa penghanar), ala ukur lisrik, dan sumber daya lisrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s.

Arus Listrik. Arus dan Gerak Muatan. Q t. Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Satuan SI untuk arus: 1 A = 1 C/s. Arus Lisrik Surya Darma, M.Sc Deparemen Fisika Universias Indonesia Arus Lisrik Arus dan Gerak Muaan Arus lisrik didefinisikan sebagai laju aliran muaan lisrik yang melalui suau luasan penampang linang.

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik? 2. Dapakah kalian membukikannya? 3. Bagaimana caranya kia mengukur hambaan lampu

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR

FORMAT JAWABAN INQUIRY CAPASITOR FORMAT JAWABAN NQURY CAPASTOR Eksperimen 1 : Hambaan Ohmik dan Non Ohmik 1. Amai lampu pijar! nformasi apa yang dapa kamu emukan? Dan apa ari informasi ersebu! 2. Apakah lampu pijar merupakan hambaan ohmik?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Abstak. Kata Kunci: Op-amp, Integrator, Differensiator,Inverter dan Non inverter.

Abstak. Kata Kunci: Op-amp, Integrator, Differensiator,Inverter dan Non inverter. Rangkaian Inegraor dan Differensiaor ELIS SUSILAWATI (1127030017) FISIKA SAINS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNGUNG DJATI BANUNG TAHUN 2014 e-mail : elissusilawai533@yahoo.com Absak Aplikasi Pengua Operasional

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Jawaban Soal Latihan

Jawaban Soal Latihan an Soal Laihan 1. Terangkanlah ari grafik-grafik di bawah ini. dan ulis persamaan geraknya. an: a. Merupakan grafik kecepaan erhadap waku, kecepaan eap. Persamaan v()=v b. Merupakan grafik jarak erhadap

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono Bulein Ilmiah Ma. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 5, No. 3 (216), hal 195 24. PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Naufal Helmi, Mariaul

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH Pertemuan IX: Optimasi Pertumbuhan dan Aplikasinya

CATATAN KULIAH Pertemuan IX: Optimasi Pertumbuhan dan Aplikasinya CATATAN KULIAH Peremuan IX: Opimasi Perumbuhan dan Aplikasinya A. Fungsi Eksponensial Benuk Fungsi Eksponesial: y f() b di mana basis b >, adalah eksponen, f() R Noe: Isilah eksponen () berari pangka erhadap

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Jilid 1 Darpublic Hak cipa pada penulis, 21 SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Lisrik (1) Darpublic, Bandung are-71 edisi Juli 211 hp://ee-cafe.org Alama

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR

MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol. 14, No. 3, Juli 011, hal 75-80 MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR T.B. Prayino Jurusan Fisika, Fakulas MIPA, Universias Negeri Jakara Jl. Pemuda Rawamangun

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci