Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet"

Transkripsi

1 JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Universias Ahmad Dahlan, Jl. Prof. Dr. Soepomo, S.H., Januran, Warungboo, Umbulharjo, Yogyakara 5564, Indonesia Korespondensi; Absrak Analisis maemais dari berbagai macam masalah fisis banyak menghasilkan suau perumusan yang melibakan persamaan diferensial. Salah sau dianaranya yaiu jenis persamaan diferensial Hill yang merupakan suau persamaan diferensial orde dua dengan koefisien berupa fungsi periodik. Benuk persamaan diferensial ersebu dapa diselesaikan dengan menggunakan eori Floque. Kaa Kunci: Persamaan diferensial, persamaan diferensial Hill, eori Floque Pendahuluan Pengembangan ilmu pengeahuan dan eknologi sering menggunakan penerapan maemaika, dianaranya di bidang fisika, geomeri, biologi, psikologi, kimia, dan ekonomi. Banyak masalah pada bidang-bidang ersebu yang model maemaikanya menghasilkan suau persamaan diferensial. Dari berbagai jenis persamaan diferensial yang dihasilkan, salah sau dianaranya adalah persamaan diferensial Hill, yaiu suau persamaan diferensial orde dua dengan koefisien berupa fungsi periodik. Persamaan diferensial Hill banyak digunakan eruama di bidang fisika. Banyak analisis maemais berbagai macam masalah fisis yang menghasilkan suau perumusan menyangku persamaan diferensial jenis ini. Masalah-masalah fisis ersebu dianaranya masalah gearan baang penggerak lokomoif, perambaan arus lisrik dalam rangkaian penapis dan srukur lisrik periodik yang lain, eori modulasi dalam elegrafi anpa kawa, gearan harmonik sederhana, eori kesabilan bandul erbalikkan oleh gerak periodik iik umpunya, eori kuanum logam, eori kemanapan penyelesaian beberapa persamaan diferensial nonlinear, dan sebagainya [3]. Hal ini menunjukkan bahwa beapa peningnya persamaan ini dalam fisika maemais. Suau survai enang sifa dasar analisis yang imbul dari penerapan-penerapan prakis menunjukkan bahwa analisis penyelesaian persamaan diferensial Hill dapa dibagi dalam dua kaegori uama, yaiu: () Dalam kaegori perama, masalah-masalah yang menimbulkan persamaan diferensial Hill sebagai akiba dari pemisahan variabel suau masalah nilai baas. Dalam hal ini penyelesaian yang sesuai diunu merupakan fungsi periodik; () Dalam kaegori kedua, masalah-masalah yang dapa dipandang sebagai masalah nilai awal yang didalamnya melibakan persamaan jenis ini. Dalam hal ini penyelesaian-penyelesaian idak erbaas pada penyelesaian periodik [3]. Dalam makalah ini akan dibahas suau meode penyelesaian persamaan diferensial Hill dengan menggunakan eori Floque. Landasan eori Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah persamaan yang memua urunan aau diferensial dari sau aau lebih variabel erika erhadap beruru-uru sau aau lebih variabel bebas. Secara umum persamaan diferensial orde yang lebih inggi dapa dibawa ke benuk sisem persamaan diferensial orde sau yang 6 JURNAL FOURIER Versi online via

2 68 Syarifah Inayai ( n) ( n) ekuivalen. Unuk membawa suau persamaan diferensial orde ke-n u g( u, u',..., u,, dengan g ( n) adalah fungsi u, u',..., u, yang dienukan ke benuk sisem persamaan diferensial orde sau yang ekuivalen dapa dilakukan dengan mendefinisikan x u, x u',, x n u ( n) Sehingga diperoleh suau benuk sisem persamaan diferensial orde sau yang ekuivalen: x x' x x' x 3 xn ' x n n ' g( x, x,..., xn, Definisi. [] Benuk umum suau sisem dari n persamaan diferensial orde sau unuk n fungsi x, x (,..., xn( ) yang idak dikeahui adalah ( xi ' fi ( x, x,..., xn,, ( i,,..., n) dengan fi adalah fungsi dari (n + ) variabel,,..., dan. Dalam noasi vekor sisem persamaan diferensial orde sau pada Definisi dapa diulis dalam benuk = f (,. Sisem persamaan diferensial ini dikaakan sisem persamaan diferensial linear jika f (, adalah fungsi yang linear, sehingga dapa diuliskan dalam benuk = ( ) + g( dengan ( ) adalah mariks fungsi yang berukuran x dan g( adalah vekor fungsi. Jika g( maka disebu sebagai sisem persamaan diferensial linear homogen orde sau. Definisi. [] Misalkan ( ), ( ),, ( ) adalah n penyelesaian dari sisem persamaan diferensial linear homogen = ( ) dan ( ) = [ ( ), ( ),, ( )] adalah mariks berukuran n x n, penyelesaian dari: = Jika ( ), ( ),, ( ) bebas linear, maka adalah fundamenal marix dan jika () = In, ( ) adalah principal fundamenal marix, sedangkan yang disebu Wronskian adalah deerminan dari fundamenal marix ersebu, ( ) = ( ) Dari Definisi, jika ( ) fundamenal marix yang merupakan penyelesaian dari =, maka ( )C juga merupakan penyelesaian, unuk mariks konsana non-singular C. Apabila dimisalkan ( ) = ( )C, maka ( ) adalah mariks non-singular dan = C = C =. Dapa diliha bahwa kolom-kolom dari mariks Y adalah kombinasi linear dari kolom-kolom mariks, dan penyelesaian ( ) = ( ) JURNAL FOURIER (6)

3 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill 69 dengan ( ) = [ ( ), ( ),, ( )] dan adalah n vekor dengan komponen c, c,..., cn. eorema 3. [] Misakan ( ) adalah Wronskian sebagaimana disebukan pada Definisi. Apabila unuk suau I, ( ) =, maka ( ), ( ),, ( ) ak bebas linear dan ( )= unuk semua I. Sebaliknya, jika ( ) unuk suau I, maka ( ), ( ),, ( ) bebas linear dan ( ) unuk semua, dan ( ) = ( ) ( ) Fungsi Periodik Definisi 4. [] Suau fungsi f ( dikaakan periodik apabila fungsi ersebu erdefinisi unuk seiap real, dan erdapa suau bilangan posiif sebarang sedemikian hingga: f ( ) f (, unuk semua Dari Definisi 4, fungsi f ( juga periodik dengan periode k, unuk sebarang bilangan bula k ( k,,...), sehingga f ( k) f (. Lemma 5. [] Misalkan f ( fungsi yang periodik dengan periode sehingga: f ( ) f (, maka, f ( s) ds f ( s) ds Buki. Dimisalkan ( ) f ( s) ds, maka '( f ( ) f (. Karena f ( merupakan fungsi yang periodik, maka ( adalah konsana yang sama dengan (). Dimisalkan pula ( f ( s) ds, dengan mengambil =, maka ' ( f ( ) f () Dengan demikian, dapa disimpulkan bahwa ( juga berupa konsana yang sama dengan (, sehingga buki lemma erpenuhi. Pembahasan Masalah Persamaan Diferensial Hill Grimshaw [] menyaakan bahwa persamaan diferensial Hill adalah suau persamaan diferensial orde dua dengan koefisien berupa fungsi periodik, yang secara umum dapa diuliskan ke dalam benuk u '' a( u, a( ) a( (unuk semua () JURNAL FOURIER (6)

4 7 Syarifah Inayai d u dengan u'' dan suau fungsi u yang idak dikeahui sera urunan-urunannya, sedangkan a( d merupakan suau fungsi periodik dengan periode pokok. eori Floque Benuk umum dari suau sisem persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien periodik diberikan sebagai beriku: = ( ), () dengan, ( + ) = ( ), unuk semua (3) Mariks koefisien A( pada persamaan () berukuran n x n dan diasumsikan merupakan mariks fungsi yang real dan koninu, sehingga persamaan ersebu akan mempunyai penyelesaian. eorema di bawah ini akan menjadi dasar unuk pengembangan eori umum dari persamaan (). eorema 6. [] Misalkan X ( fundamenal marix unuk () sebagaimana didefinisikan pada Definisi, maka X ( ) juga merupakan fundamenal marix dan erdapa mariks konsana non-singular B sedemikian sehingga dan juga, B, ( + ) = ( ), unuk semua (4) de = ( ) (5) Buki: Karena X( merupakan fundamenal marix, maka menuru Definisi X '( A( X (. Misalkan Y ( X ( ) maka dengan menggunakan (3) diperoleh Y '( X '( ) A( ) X ( ) A( Y (. Sehingga dapa disimpulkan bahwa Y ( X ( ) juga merupakan fundamenal marix. Dimisalkan pula ( X( ) ( Y( ) Z( maka Y ( X ( Z ( dan Y '( X ( Z '( X '( Z (, aau dapa diuliskan sebagai A( Y ( X ( Z '( A( X ( Z ( X ( Z '( A( Y (, sehingga X ( Z '(, dan karena de X ( maka Z '(. Dengan demikian Z( adalah mariks konsana, dan karena de Z ( de X ( de Y (, maka Z( non-singular, sehingga dengan Z(=B persamaan (4) erbuki. Kemudian, unuk membukikan (5), digunakan eorema 3, yaiu W ( W ( ) exp ra( s) ds dengan ( ) = de ( ) adalah Wronskian dari ( ). Oleh karena iu W ( ) W ( ) exp ra( s) ds ra( s) ds. Dari persamaan (4) diperoleh X ( ) X ( B maka dex ( ) dex ( B. Sehingga diperoleh W ( ) de X ( de B W ( de( B). Dari iga persamaan di aas dan dengan memperhaikan Lemma 5 maka akan diperoleh de B exp ra( s) ds exp ra( s) ds, sehingga persamaan (5) erbuki. Karena persamaan (4) berlaku unuk semua, maka mariks konsana B dapa dinyaakan dalam fundamenal marix dengan mengambil =, B X () X( ) (6) JURNAL FOURIER (6)

5 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill 7 Persamaan di aas akan digunakan unuk memilih X( sebagai principal fundamenal marix, sehingga X() = In dan B = X(). Definisi 7. [] Misalkan,,..., n adalah nilai eigen dari mariks B (pada persamaan (4) aau (6)) disebu juga sebagai pengganda karakerisik (characerisic mulipliers) unuk (). Eksponen karakerisik (characerisic exponens),,..., n didefinisikan oleh: n e, e,..., n e (7) Eksponen karakerisik pada definisi 7 disebu juga eksponen Floque (Floque exponens). Eksponen karakerisik ik,,..., n ini idak unggal, sehingga i dapa diganikan dengan i, ( i,,..., n) unuk sebarang bilangan bula k,,... dengan anpa mengubah definisi persamaan (7). Jika dipilih X( sebagai principal fundamenal marix, sehingga B=X(), maka pengganda karakerisik adalah nilai eigen dari X(), dengan X()=In. eorema 8. (eorema Floque [] Misalkan adalah pengganda karakerisik unuk () dan misalkan pula adalah eksponen karakerisik yang bersesuaian, sehingga penyelesaian dari () sedemikian hingga: e, maka erdapa x( x( ) x(, unuk semua (8) Dan erdapa p( fungsi periodik, yaiu p(+)=p( unuk semua, sedemikian hingga: ( ) = ( ), unuk semua (9) Buki. Misalkan adalah vekor eigen dari mariks B yang bersesuaian dengan nilai eigen sehingga B =, maka diambil x(=x(, dan x( merupakan penyelesaian dari (). Dari definisi ersebu dan dengan menggunakan (4) diperoleh: ( + ) = ( + ) = ( ) = ( ) = ( ) sehingga persamaan (8) erbuki. Kemudian diambil, p( x( e dan dengan menggunakan persamaan (8) diperoleh: p( ) x( ) e ( ) x( e e e x( e e x( e p( Sehingga elah diunjukkan bahwa unuk p( suau fungsi periodik (dengan p(+)=p(, berlaku p( x( e aau x( e p(, dengan demikian persamaan (9) erbuki. Perhaikan, apabila digani dengan ik, unuk sebarang bilangan bula k ( k,,...), maka persamaan (9) menjadi ik x( e p( exp JURNAL FOURIER (6)

6 7 Syarifah Inayai ik pada persamaan di aas, dapa diliha bahwa { p( exp } merupakan fungsi yang periodik dengan periode, sehingga benuk persamaan (9) idak berubah dan yang idak unggal ini idak berdampak pada eori yang dikembangkan sekarang. Benuk penyelesaian umum dari () diperoleh dengan memisalkan bahwa,,, adalah n vekor eigen yang bebas linear dari B yang bersesuaian dengan nilai eigen,,..., n. Menuru eorema 8, akan erdapa n penyelesaian yang bebas linear unuk (), yang diberikan oleh ( ) =, ( ) (i=,,...,n) () dengan pi( unuk i =,,..., n adalah fungsi yang periodik dengan periode. Kemudian dimisalkan ) P( [ p(, p (,..., pn ( () Maka P( adalah mariks fungsi berukuran n x n yang non-singular dan periodik, maka P(+)=P( unuk semua. Berikunya dibenuk fundamenal marix unuk () dari n penyelesaian () yang bebas linear, sehingga n dengan Y ( diag [ e, e,..., e ] X ( n Pada persamaan () di aas Y( memenuhi ' D Y x (, x (,..., x ( ) P Y ( ) () ( Y dengan D diag (3) [,,..., n ] yang merupakan mariks persamaan diferensial dengan koefisien konsan. Benuk umum penyelesaian unuk ( ) adalah X(C, dengan C sebarang mariks konsana. Dari persamaan (9) yang merupakan penyelesaian () dapa diliha bahwa () mempunyai penyelesaian i yang periodik dengan periode jika eksponen karakerisik (modulo ) aau bersesuaian dengan pengganda karakerisik. Selain iu erdapa pula penyelesaian yang periodik dengan i i periode m (m =, 3,...) unuk (modulo ) aau bersesuaian dengan pengganda m i m karakerisik exp sedemikian hingga. m Penyelesaian seperi pada persamaan (9) di aas, akan diperoleh bila pengganda karakerisik dan eksponen karakerisik bernilai real. Apabila dan bernilai kompleks, persamaan (9) eap berlaku dengan X( juga bernilai kompleks. Perama, apabila bernilai real dan negaif ( < ), sehingga bernilai kompleks, unuk memperoleh fundamenal marix yang bernilai real, diambil maka v bernilai real dan persamaan (9) menjadi = +, dimana = (4) JURNAL FOURIER (6)

7 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill 73 ( ) = ( ) = ( ) = ( ) dengan ( ) = ( ) (5) i Dari persamaan erakhir, dapa diliha bahwa karena exp mempunyai periode dan p( mempunyai periode, maka q( periodik dengan periode, yaiu q(+)=q( unuk semua. Dengan mengambil q( bernilai real, maka didapa fundamenal marix bernilai real. Unuk seiap pengganda karakerisik i ; i dienukan dengan persamaan (4) dan q i ( dienukan dengan persamaan (5). Sedangkan kolom pi( dalam P( pada persamaan () digani dengan qi(, sehingga menjadi Q ( q(, q (,..., qn ( i Unsur-unsur e i dalam Y( digani dengan e dan unsur-unsur i dalam D digani dengan i. Kedua, apabila bernilai kompleks maka dan merupakan pasangan konjuga-kompleks dari nilai eigen B sedangkan dan keduanya sebagai eksponen karakerisik. Beriku ini diberikan gambaran agar didapa penyelesaian bernilai real unuk (), yaiu dengan memandang kasus n =. Dengan demikian, B adalah mariks berukuran x dengan nilai eigen dan, sedangkan eksponen karakerisik yang bersesuaian adalah dan. Dimisalkan i, dimana e dan arg ( ). Menuru eorema 8, maka akan dihasilkan pasangan konjuga-kompleks penyelesaian-penyelesaian yang diberikan oleh (9), dengan memisalkan p(=q(+ir( dengan q( dan r( adalah fungsi bernilai real yang periodik dengan periode, persamaan (9) menjadi x( e ( i ) q( ir( Sehingga bagian real dan bagian imajiner dari persamaan di aas menghasilkan pasangan penyelesaian-penyelesaian bebas linear yang bernilai real unuk (), yang diberikan oleh: Re Im e p( e cos q( sin r( ; e p( e sin q( cos r( Selanjunya mariks P ( pada persamaan () digani dengan mariks periodik: Q ( q(, r( (6) (7) Dan fundamenal marix X( unuk () dibenuk dari dua penyelesaian yang bebas linear yang dienukan oleh (6), sehingga persamaan () menjadi: X ( Q ( Y ( ) (8) dengan Y ( ) = cos sin e sin cos dan Y( memenuhi persamaan: =, dengan = (9) JURNAL FOURIER (6)

8 74 Syarifah Inayai Dengan demikian apabila A merupakan mariks berukuran n x n, fundamenal marix X( diberikan oleh persamaan (), dengan kolom-kolom P( adalah fungsi periodik dengan periode (aau mempunyai periode bila pengganda karakerisik bernilai real dan negaif). Mariks Y ( ) adalah mariks yang hanya mempunyai unsur ak nol pada diagonal uama dengan benuk e, yang merupakan pengganda karakerisik. Submariks-submariks berukuran x dengan (8) erpusa pada diagonal uama, bersesuaian dengan seiap pasangan konjuga-kompleks dari pengganda karakerisik. Selanjunya D pada persamaan (3) adalah mariks yang hanya mempunyai unsur ak nol pada u nsur-unsur diagonalnya yang berupa aau submariks-submariks berukuran x dengan benuk F pada persamaan (9) erpusa pada diagonal uama. Selanjunya, dalam membahas penyelesaian persamaan diferensial Hill dengan menggunakan eori Floque, penulis merujuk pada meode yang dikembangkan oleh Grimshaw [] dan Simakhina [4]. Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Menggunakan eori Floque Dipandang persamaan diferensial Hill: u '' a( ) u () dengan a( ) a(, unuk semua. Penyelesaian persamaan diferensial Hill di aas dapa dicari dengan menerapkan eori Floque, yang dapa dilakukan dengan langkah-langkah sebagai beriku: a. Menenukan sisem persamaan diferensial orde sau yang ekuivalen dengan persamaan diferensial Hill. Unuk membawa persamaan () yang merupakan persamaan diferensial orde dua unuk fungsi u( ke benuk sisem persamaan diferensial orde sau yang ekuivalen sesuai dengan Definisi, erlebih dahulu dienukan x u u' x () maka persamaan () ekuivalen dengan sisem persamaan diferensial orde sau beriku ini dalam benuk mariks dapa diulis x ' x x ' a( x () ) x ' x ' ; A ( = x ' a( x ; x x mariks A( di aas dapa diliha bahwa r A( =. b. Mencari fundamenal marix X( dan mariks konsana non-singular B sedemikian hingga = ( ) ( ), dengan ( ) =. Benuk fundamenal marix X( unuk (), sedemikian hingga X() = I, adalah u X ( = u ( ' ( u u ( '( (3) dengan u ( ) dan u ( ) adalah penyelesaian () yang bebas linear, sedemikian sehingga JURNAL FOURIER (6)

9 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill 75 u () =, u ( ) =, u '() =, u '( ) = (4) Mariks B yang diberikan oleh persamaan (6), dengan X()= I adalah u( ) B = u '( ) u u ( ) '( ) (5) karena r A( =, maka persamaan (5) menghasilkan de B exp ra( d d exp (6) exp Karena de B, ini menunjukkan bahwa Wronskian dari (3) yang merupakan deerminan dari fundamenal marix X( adalah u u ' u u', (unuk semua. c. Menenukan, pengganda karakerisik dan, eksponen karakerisik dari mariks B, dengan, merupakan fungsi dari suau parameer. Pengganda karakerisik yang merupakan nilai eigen B = X() diperoleh dari de( I B), Perhaikan, I u B u ' u u ' karena de( I B), maka ( u' u ) aau ( u' u ) sehingga, dengan u ( ) u'( ) (7) jadi nilai eigen, adalah fungsi dari parameer dan diberikan oleh Persamaan di aas mengakibakan (8),, (9) Dari definisi eksponen karakerisik dengan, e, dan (9) mengakibakan cosh (3) d. Menenukan penyelesaian umum persamaan diferensial Hill berdasarkan sifa dari, aau, dalam. JURNAL FOURIER (6)

10 76 Syarifah Inayai Parameer pada (7) akan digunakan unuk mengelompokkan sifa dari, aau, dalam. (i) : Pada kasus ini, dengan memperhaikan (8), maka, keduanya real dan posiif, dan. Akibanya pada (3) adalah real dan posiif, sedangkan ( ) adalah real dan negaif. Dari pembahasan enang eori Floque (liha persamaan ) dapa disimpulkan bahwa penyelesaian umum dari persamaan () adalah dengan p ) p ( ), (unuk semua., (, u c e p c e p ( ) (3) ( Secara umum, u bila dan dapa diliha bahwa idak erdapa penyelesaian periodik. (ii) : Pada kasus ini, dengan memperhaikan (8) maka, keduanya real dan negaif dan. Akibanya dengan mengubah anda pada persamaan (4), diambil i, cosh (3) Unuk kasus ini dengan memperhaikan (5) maka penyelesaian umum unuk () adalah: u c e q( ce q( ) (33) dengan q ) q ( ), (unuk semua. Secara umum, periodik., (, u bila (iii) : Pada kasus ini,,, dan diperoleh dan dapa diliha bahwa idak erdapa penyelesaian keduanya bernilai kompleks dengan besaran sau exp( i ), i (34), dengan Penyelesaian umum unuk persamaan () dengan menggunakan (6) adalah cos i i e p( c Ime p( ) u c Re (35) dengan p( ) p(, (unuk semua. Fungsi p( merupakan fungsi periodik yang bernilai kompleks. Persamaan () akan mempunyai penyelesaian periodik dengan periode m, bilamana unuk m=3,4,... m (iv) : Kasus ini merupakan baas anara kasus (i) dan (iii) hanya e rdapa pengganda karakerisik unggal, dan eksponen karakerisik yang unggal,. Ini dapa dianggap sebagai limi pada kasus (i), aau pada kasus (iii). Penyelesaian umumnya adalah:, JURNAL FOURIER (6)

11 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill 77 u c p c kp ( p ( ) (36) ( dengan p,( ) p, (, (unuk semua. Konsana k pada persamaan di aas boleh sama dengan nol. Dengan memilih c=, akan erdapa suau penyelesaian dengan periode. (v) : Kasus ini merupakan baas anara kasus (ii) dan (iii), juga hanya erdapa pengganda i karakerisik unggal, dan eksponen karakerisik unggal,. Ini dapa dianggap sebagai limi pada kasus (ii), aau pada kasus (iii). Penyelesaian umumnya adalah: u c q c kq ( q ( ) (37) ( dengan q, ( ) q, (, (unuk semua. Demikian pula pada penyelesaian ersebu k juga merupakan konsana yang boleh sama dengan nol. Dengan memilih c = akan erdapa penyelesaian dengan periode. Conoh Soal dan Penyelesaian Salah sau benuk persamaan diferensial Hill adalah: + { + ( )} = (38) Dengan ( + ) = ( ) (unuk semua. Unuk = persamaan di aas menggambarkan osilasi harmonik sederhana dengan frekuensi dan periode. enukan penyelesaian umum dari persamaan ersebu pada saa = dimana menunjukkan keadaan erjadinya resonansi paramerik! (Peunjuk. Resonansi paramerik erjadi pada baas anara perilaku yang sabil dan idak sabil. Hal ini diandai dengan keberadaan solusi periodik dengan periode aau.) Penyelesaian Masalah. Karena ingin dicari penyelesaian pada saa =, sehingga persamaan (38) dapa diulis menjadi + = (39) dengan frekuensi dan periode. Perama, akan dienukan sisem persamaan diferensial orde sau yang ekuivalen dengan persamaan (39). Ambil x u dan x u', maka sisem persamaan diferensial orde sau yang ekuivalen dengan (38) adalah x ' x x ' x (4) Dalam benuk mariks dapa diulis sebagai = ( ) JURNAL FOURIER (6)

12 78 Syarifah Inayai Karena ( ) = diperoleh: =, maka diperoleh ( ) =. Maka dengan menggunakan persamaan (5) de B exp ra( d d exp exp Kedua, akan dicari fundamenal marix X( dan mariks konsana non-singular B sedemikian hingga = () ( ), dengan () =. Sebelumnya dapa dicari penyelesaian umum dari persamaan diferensial (39) adalah u c cos c sin, (4) dengan c dan c konsana sebarang, yang merupakan fungsi periodik dengan periode. ( ) ( ) Perhaikan, dikeahui bahwa ( ) =, dengan dan adalah penyelesaian ( ) ( ) bebas linear yang memenuhi syara awal u () ; u '() dan u () ; u '() dari penyelesaian umum (4) diperoleh bahwa penyelesaian bebas linear dari (39) yaiu fungsi u( c cos dan u ( c sin. Unuk u( c cos erhadap kondisi awal yang perama u() c cos c dan erhadap kondisi awal yang kedua u '() c sin, karena sin =, maka persamaan ersebu berlaku unuk sembarang harga c. Jadi, solusi khusus yang memenuhi kedua kondisi awal iu adalah u( c cos. Sedangkan, unuk u( c sin erhadap kondisi awal yang perama u() c sin karena sin =, maka persamaan ersebu berlaku unuk sembarang harga c dan erhadap kondisi awal yang kedua u'() c cos c. Jadi, solusi khusus yang memenuhi kedua kondisi awal adalah u ( sin. Sehingga diperoleh, u( cos dan u ( sin. cos Maka, X( = cos Mariks B yang dienukan oleh B X () X( ) dengan X()=I adalah B = cos cos Keiga, akan dienukan, pengganda karakerisik dan, eksponen karakerisik dari mariks B, dengan, merupakan fungsi dari suau parameer. Perhaikan, JURNAL FOURIER (6)

13 = cos cos Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill 79 Pengganda karakerisik yang merupakan nilai eigen B diperoleh dari de( ) = maka cos + = aau dapa diulis + = dengan cos Jadi nilai eigen, adalah fungsi dari parameer dan diberikan oleh dengan, cos, sehingga cos isin, Akibanya,, cos, cosh cos Keempa, akan dienukan penyelesaian umum persamaan (39) berdasarkan sifa dari, aau, dalam. Dari langkah keiga, elah diperoleh harga cos, yang akan digunakan unuk mengelompokkan sifa dari, aau,. Dalam kasus ini, karena resonansi paramerik erjadi pada baas anara perilaku yang sabil dan idak sabil yang diandai dengan keberadaan solusi periodik dengan periode aau, maka akan diselidiki suau penyelesaian umum unuk persamaan (39) pada periode dan. (i) Unuk =, ini berari cos = cos = cos = + = aau = dan karena =, akibanya diperoleh, = dan, = Karena dan bernilai real, dari eori umum pada eori Floque (perhaikan persamaan ()) dapa diunjukkan bahwa X P( Y ( ) maka ( X ( p(, p( [ diag e, e ] cos = cos e e Jadi penyelesaian umumnya adalah u c p ( ckp ( p( u c cos ckcos sin (ii) Konsana k pada persamaan di aas boleh sama dengan nol. Dengan memilih c=, akan erdapa suau penyelesaian dengan periode. Unuk =, ini berari cos = cos = cos = + = ( + ) aau = i ( + ) dan karena =, akibanya, dan, JURNAL FOURIER (6)

14 8 Syarifah Inayai Perhaikan, real dan negaif sedemikian sehingga bernilai kompleks, dari eori umum pada eori Floque (perhaikan persamaan (4)) dapa diunjukkan bahwa X ( ( q (, q( Q ( Y ( ) X ) [ diag e, e ] i exp( ) cos = i exp( ) sin i exp( ) sin i exp( ) cos e e Jadi penyelesaian umumnya adalah u cq ( c kq ( q( i i i u cexp( )cos ckexp( )cos exp( ) sin Demikian pula pada penyelesaian ersebu k juga merupakan konsana yang boleh sama dengan nol. Dengan memilih c = akan erdapa penyelesaian dengan periode. Kesimpulan Persamaan diferensial Hill adalah suau persamaan diferensial orde dua dengan koefisien berupa fungsi periodik. Benuk persamaan diferensial ersebu dapa diselesaikan dengan menggunakan eori Floque. Meode penyelesaian ersebu dilakukan dengan mengubah persamaan diferensial Hill yang merupakan persamaan diferensial linear homogen orde dua ke benuk sisem persamaan diferensial orde sau yang ekuivalen, kemudian dari sisem persamaan diferensial ersebu dapa dienukan penyelesaian persamaan diferensial Hill dengan menggunakan eori Floque. Referensi Boyce, W. E. and Richard, C. D., 986, Elemenary Differenial Equaions and Boundary Value Problem (Fourh Ediion), New York: John Wiley & Sons. Grimshaw, R., 99, Nonlinear Ordinary Differenial Equaions. London: Blackwell Scienific Publicaions. Pipes, Louis. A & Harvill, R. L., 99, Maemaika erapan unuk Para Insinyur dan Fisikawan (jilid ), erjemahan Muslim, Sumarono Prawirosusano, & Peer Soedojo, Yogyakara: Gajah Mada Universiy Press. Simakhina, S.V., 3, Sabiliy Analysis of Hill s Equaion, hesis pada Deparmen of Mahemaics, Saisics and Compuer Science a he Universiy of Illinois a Chicago: dierbikan. JURNAL FOURIER (6)

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI ISSN: 3-989 Vol. V, No. II, April 6 ERSAMAAN DIFFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo endidikan Maemaika FKI UMT E-mail: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id Absrak Dalam peneliian

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono Bulein Ilmiah Ma. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 5, No. 3 (216), hal 195 24. PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Naufal Helmi, Mariaul

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2 Jurnal Maemaika UNAND Vol. No. 1 Hal. 3 36 ISSN : 303 910 c Jurusan Maemaika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n unuk d = 1 aau d = DINA YELNI Program Sudi Maemaika,

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Hubungan antara Keterobservasian dan Keterkonstruksian Sistem Linier Kontinu Bergantung Waktu

Hubungan antara Keterobservasian dan Keterkonstruksian Sistem Linier Kontinu Bergantung Waktu Mah Educa Jurnal () (7): 86-95 Jur na l Maem aika Pend i di ka n Maema i ka Email: mejuinibpag@gmailcm Hubungan anara Keerbservasian Keerknsruksian Sisem Linier Kninu Berganung Waku Ezhari Asfa ani adris

Lebih terperinci

MEMBAWA MATRIKS KE DALAM BENTUK KANONIK JORDAN. Irmawati Liliana. KD Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati

MEMBAWA MATRIKS KE DALAM BENTUK KANONIK JORDAN. Irmawati Liliana. KD Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Jurnal Euclid, vol., No., p.568 MEMBW MTRIKS KE DLM BENTUK KNONIK JORDN Irmawai Liliana. KD Program Sudi Pendidikan Maemaika FKIP Unswagai irmawai.liliana@gmail.com bsrak Benuk kanonik Jordan erbenuk apabila

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann Okober 16, Vol. 1, No.1. ISSN: 57-618 Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang, dengan Kondisi Baas Dirichle dan Neumann Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI rima: Jurnal endidikan Maemaika Vol., No., Juli 7, hal. 33-4 -ISSN: 579-987, E-ISSN: 58-6 ERSAMAAN DIFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang,

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH. Winarno 1 (M )

ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH. Winarno 1 (M ) ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH Winarno (M49) Virus merupakan salah sau conoh organisme yang sering mengganggu perumbuhan sel Akhirakhir ini keberadaan virus dirasa sanga mengganggu kehidupan

Lebih terperinci

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR Jurnal Maemaika Vol. 8, No., Desember 5: 7-77 SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR S. B. Waluya Jurusan Maemaika FMIPA Universias Negeri Semarang sevanusbudi@yahoo.com

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang akan digunakan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar-dasar eori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaiu model regresi dua level, meode penaksiran maximum likelihood, mariks parisi, kronecker

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA JMP : Vol. 8 No., Des. 06, hal. 9-3 ISSN 085-456 MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang Email: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi

Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi Ilham Saifudin ) ) Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknik, Universias Muhammadiyah Jember Jl. Karimaa No. 49 Jember Kode Pos 68 Email :

Lebih terperinci

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC

Gambar 1, Efek transien pada rangkaian RC Bab I, Efek Transien Hal: 04 BAB I EFEK TANSIEN Kapasior pada sinyal D Jika sinyal D berikan pada kapasior (mula-mula ak ermuai) yang -seri-kan dengan hambaan, maka pada saa hubungkan ( 0 s) akan ada arus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA

STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA LAPORAN PENELITIAN STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA Oleh: 1. Mushofa, S.Si 2. Karyai, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Analisis Faktorisasi Matriks Tak Negatif

Analisis Faktorisasi Matriks Tak Negatif Jurnal Maemaa, Saisa, & Kompuasi Vol. 3 No. Januari 07 Jurnal Maemaa, Saisa & Kompuasi Edisi Khusus Juli 007 Vol. 3, No.,, 4-46, 47-5, Januari January 07 07 47 57 nalisis Fakorisasi Mars ak Negaif bsrak

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE Firsy Nur Hidayai Sunarsih Djuwandi Program Sudi Maemaika F.MIPA Universias Diponegoro Jl. Prof. H. Soedaro S.H. Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON *

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON * PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV HAMILON * BERLIAN SEIAWAY, YANA ADHARINI DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus IPB

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang email_rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id ABSTRACT. This paper aims o consruc a mahemaical

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN Volume, Nomor, Juni 7 ISSN 978-77 Barekeng, Juni 7 hal6-5 Vol No ANALISIS VARIANS MULTIVARIAT PADA EKSPERIMEN DENGAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Variance Mulivaria Analysis for Experimen wih Complee Random

Lebih terperinci

MATHunesa (Volume 3: No 2) 2014

MATHunesa (Volume 3: No 2) 2014 MATHunesa (Volume 3: No 2) 214 ANALISIS STABILITAS MODEL SEL IMUN-TUMOR DENGAN TUNDAAN WAKTU Pungky Zanuar Arizona Jurusan Maemaika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Universias Negeri Surabaya

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci