PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 213

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyaakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Meode Homoopi unuk Menyelesaikan Model Aliran Poluan di Tiga Danau yang Saling Terhubung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam benuk apa pun kepada perguruan inggi mana pun. Sumber informasi yang berasal aau dikuip dari karya yang dierbikan maupun idak dierbikan dari penulis lain elah disebukan dalam eks dan dicanumkan dalam Dafar Pusaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipa dari karya ulis saya kepada Insiu Peranian Bogor. Bogor, April 213 Andri Tri Wibowo NIM G5491

4 ABSTRAK ANDRI TRI WIBOWO. Penggunaan Meode Homoopi unuk Menyelesaikan Model Aliran Poluan di Tiga Danau yang Saling Terhubung. Dibimbing oleh JAHARUDDIN dan ALI KUSNANTO. Pencemaran danau merupakan masalah serius bagi lingkungan hidup. Salah sau cara pemanauan polusi pada danau dilakukan dengan membangun suau model maemaika. Model penyebaran poluan pada iga danau yang saling erhubung diurunkan dan diselesaikan dengan meode homoopi. Dalam meode homoopi, didefinisikan suau operaor yang didasarkan pada benuk persamaan diferensial dalam model maemaika. Hasil meode ini sesuai dengan meode perurbasi homoopi yang elah dilakukan oleh Merdan (29). Grafik fungsi penyebaran poluan pada iga danau yang saling erhubung diberikan berdasarkan benuk-benuk sumber poluan yang masuk pada danau perama. Kaa kunci: model penyebaran poluan pada iga danau yang saling erhubung, meode homoopi, meode perurbasi homoopi ABSTRACT ANDRI TRI WIBOWO. The Use of Homoopy Mehod for Polluion Models in Inerconneced Three Lake Problems. Supervised by JAHARUDDIN and ALI KUSNANTO. Polluion of lake is a very serious hrea o he environmen. One way o monior polluion on lakes is consrucing a mahemaical model. The model of spreading polluion on inerconneced hree lakes is solved by using homoopy mehod. In homoopy mehod, i is defined as an operaor based on differenial equaion forms in mahemaical models. The resul of his mehod is compared o he resul of he perurbaion homoopy mehod published by Merdan (29). The graph of spreading polluion funcion on inerconneced hree lakes is based on he forms of polluion sources a he firs pollued lake. Keywords: model of spreading polluion on inerconneced hree lakes, homoopy mehod, perurbaion homoopy mehod

5 PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO Skripsi sebagai salah sau syara unuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Deparemen Maemaika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 213

6

7 Judul Skripsi : Penggunaan Meode Homoopi unuk Menyelesaikan Model Aliran Poluan di Tiga Danau yang Saling Terhubung Nama : Andri Tri Wibowo NIM : G5491 Diseujui oleh Pembimbing I Pembimbing II Dr Jaharuddin, MS NIP Drs Ali Kusnano, M.Si NIP Dikeahui oleh Keua Deparemen Maemaika Dr. Berlian Seiaway, MS NIP Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjakan kepada Allah SWT aas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulisan karya ilmiah ini juga idak lepas dari banuan beberapa pihak. Unuk iu penulis mengucapkan erima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ayah A Zawawi (alm) dan ibu Dely Suharini, besera kakak Hendro Wijaya besera isri, Dede Suhardi, ane Tini aas semua doa, dukungan, semanga, pengorbanan, nasiha, pendidikan, perhaian, cina dan kasih sayangnya. 2. Dr. Jaharuddin, M.S. dan Drs. Ali Kusnano, M.Si. masing-masing sebagai dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II aas semua ilmu, kesabaran, moivasi, dan banuannya selama penulisan skripsi ini. 3. Dosen dan saf penunjang Deparemen Maemaika aas semua ilmu dan banuannya. 4. Kakak Maemaika 45 dan 44 aas banuan, saran dan semua ilmunya, eman-eman Maemaika 46 aas kebersamaannya, sera eman-eman omda Ikamusi aas banuan, dukungan dan moivasinya selama ini. Semoga karya ilmiah ini dapa bermanfaa dan menjadi inspirasi bagi peniliian-peniliian selanjunya. Bogor, April 213 Andri Tri Wibowo

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Laar Belakang 1 Tujuan Karya Ilmiah 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Penurunan Model Maemaika 2 Meode Homoopi 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Analisis Meode 7 Aplikasi Meode 9 Sumber Poluan Berupa Fungsi Konsan 9 Sumber Poluan Berupa Fungsi Sinusoidal 13 SIMPULAN 17 Simpulan 17 DAFTAR PUSTAKA 17 LAMPIRAN 19 RIWAYAT HIDUP 26

10 DAFTAR TABEL 1 Gala meode homoopi orde ke enam pada kasus perama 11 2 Gala meode perurbasi homoopi orde ke enam pada kasus perama 11 3 Gala meode homoopi orde ke enam pada kasus kedua 14 4 Gala meode perurbasi homoopi orde ke enam pada kasus kedua 15 DAFTAR GAMBAR 1 Laju alir jumlah poluan pada iga danau 2 2 Bagan aliran sumber poluan pada iga danau 3 3 Perbandingan penyelesaian masalah nilai awal (1) dengan meode homoopi hingga orde keenam dan penyelesaian eksak dengan 7 4 Penyelesaian eksak masalah nilai awal (1) unuk danau 1 pada kasus perama 12 5 Penyelesaian eksak masalah nilai awal (1) unuk danau 2 pada kasus perama 12 6 Penyelesaian eksak masalah nilai awal (1) unuk danau 3 pada kasus perama 12 7 Penyelesaian masalah nilai awal (1) unuk danau 1 pada kasus kedua 15 8 Penyelesaian masalah nilai awal (1) unuk danau 2 pada kasus kedua 16 9 Penyelesaian masalah nilai awal (1) unuk danau 3 pada kasus kedua 16 DAFTAR LAMPIRAN 1 Penurunan persamaan (7) 19 2 Penyelesaian masalah nilai awal (1) 21 3 Penurunan Persamaan (16) 22 4 Program Mahemaica unuk Tabel 1, Tabel 2, dan Gambar 4, 5, dan Program Mahemaica unuk Tabel 3, Tabel 4 dan Gambar 7, 8, dan 9 25

11 PENDAHULUAN Laar Belakang Polusi elah menjadi masalah yang sanga serius bagi lingkungan hidup. Polusi aau pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya aau dimasukkannya makhluk hidup, za, energi, aau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiaan manusia sehingga kualiasnya urun sampai ke ingka erenu yang menyebabkan lingkungan hidup idak dapa berfungsi sesuai dengan perunukkannya. Banyaknya bencana yang erjadi, seperi banjir dan anah longsor, merupakan buki besarnya polusi memengaruhi kelesarian lingkungan hidup. Salah sau masalah yang erkai pencemaran lingkungan hidup, yaiu pencemaran danau. Danau memiliki manfaa yang besar bagi kehidupan manusia, seperi unuk pengairan sawah, sebagai objek pariwisaa, sebagai pembangki lisrik enaga air (PLTA), sebagai sumber penyedia air bagi makhluk hidup sekiar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi, sehingga dibuuhkan penyelamaan bagi danau ersebu. Pemanauan polusi adalah langkah awal menuju perencanaan unuk menyelamakan lingkungan hidup. Pemanauan polusi pada danau dapa dilakukan dengan pendekaan sisem dalam membangun model suau penyebaran jumlah polusi pada danau. Model ini dapa digunakan sebagai bahan perimbangan aau acuan unuk memformulasi kebijakan dalam pengendalian pencemaran yang erjadi. Penggunaan persamaan diferensial dari pemanauan polusi sering muncul pada model maemaika. Dalam karya ilmiah ini, akan dipelajari penyelesaian masalah laju alir jumlah poluan pada iga danau dengan saluran yang saling erhubung. Masalah ini pernah dimodelkan oleh Biazar e al. (26). Model maemaika ersebu dinyaakan dalam benuk sisem persamaan diferensial. Sisem persamaan diferensial ini seringkali suli diselesaikan secara analiik. Beberapa peneliian difokuskan pada penemuan meode pendekaan analiik unuk memeroleh penyelesaian dari masalah yang dimodelkan dalam suau persamaan diferensial. Beberapa meode yang elah digunakan unuk menyelesaikan model laju alir poluan pada iga danau dengan saluran yang saling erhubung adalah meode aproksimasi Pade (Merdan ), meode perurbasi (Merdan 29), meode modifikasi ransformasi diferensial (Merdan 21), dan meode ierasi variasi (Biazar e al. 21). Dengan meode aproksimasi Pade Merdan (28) mencari penyelesaian model poluan dengan menggunakan ransformasi Laplace suau fungsi rasional. Dengan meode perurbasi, Merdan (29) memisalkan penyelesaian model poluan ke dalam benuk dere pangka dari suau parameer kecil. Meode modifikasi ransformasi diferensial, Merdan (21) menggunakan penyelesaian dalam benuk dere Taylor. Sedangkan meode ierasi variasi, Biazar e al. (21) membenuk suau fungsi koreksi dengan menggunakan pengali Lagrange unuk memeroleh penyelesaian model poluan. Dalam karya ilmiah ini akan digunakan meode homoopi (Liao 24) yaiu suau meode pendekaan analiik unuk menyelesaikan suau masalah persamaan diferensial. Dalam meode ini, akan didefinisikan suau operaor yang didasarkan pada benuk persamaan diferensial dari masalah ersebu. Penyelesaian persamaan diferensial dengan menggunakan meode homoopi dimisalkan dalam benuk dere

12 2 yang umum. Hasil-hasil yang diperoleh dengan meode homoopi akan dibandingkan dengan hasil-hasil yang elah diperoleh dengan meode perurbasi homoopi yang elah dilakukan oleh Merdan (29). Tujuan Karya Ilmiah Berdasarkan laar belakang di aas, maka ujuan peneliian ini adalah: a. Menggunakan meode homoopi unuk menyelesaikan model laju alir jumlah poluan pada iga danau yang saling erhubung, dan membandingkan penyelesaian meode ersebu dengan penyelesaian eksaknya. b. Membandingkan hasil-hasil yang diperoleh dari meode homoopi dengan hasil-hasil yang elah diperoleh dalam (Merdan 29). c. Menginerpreasikan hasil-hasil yang didapa sesuai dengan sumber poluan yang diberikan. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dibahas eori-eori yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Teori-eori ersebu melipui penurunan model laju alir jumlah poluan pada iga danau dengan saluran yang saling erhubung berdasarkan pada Biazar e al. (26), konsep dasar meode homoopi, dan conoh masalah sederhana yang diselesaikan dengan meode ersebu. Penurunan Model Maemaika Beriku ini akan dibahas penurunan model dari permasalahan laju alir jumlah poluan iga danau saling erhubung yang diperlihakan oleh Gambar 1. danau 1 danau 2 sumber poluan danau 3 Gambar 1 Laju alir jumlah poluan pada iga danau Model permasalahan laju alir jumlah poluan iga danau yang saling erhubung didasarkan pada iga danau besar yang berada di perbaasan anara Amerika Serika dan Kanada, yaiu danau Superior, danau Huron, dan danau

13 Michigan. Keiga danau ersebu memiliki saluran berupa pipa yang diperlihakan oleh anak panah pada Gambar 1. Poluan dikenakan ke dalam danau perama dari sumber poluan. Di dalam danau perama poluan dapa mengalir ke danau kedua dan keiga. Pada danau kedua poluan hanya bisa mengalir ke danau keiga, sedangkan di danau keiga, poluan hanya bisa kembali mengalir ke dalam danau perama. Aliran ini dapa disederhanakan ke dalam bagan alir yang diperlihakan pada Gambar 2. 3 Sumber Poluan p() Danau 1 Danau 2 Danau 3 Gambar 2 Bagan aliran jumlah poluan pada iga danau Pada Gambar 2, laju jumlah poluan yang masuk ke danau per uni waku dilambangkan dengan p(), dan konsana dinyaakan sebagai laju aliran volume poluan dari danau i ke danau j. Misalkan merupakan jumlah poluan dalam danau i pada, dengan i = 1, 2, 3. Diasumsikan poluan di masing-masing danau ersebar secara meraa di sepanjang danau oleh proses pencampuran, dan volume air di danau i eap unuk seiap danau. Diasumsikan pula polusi bersifa homogen dan idak menyusu ke benuk lain yang lebih sederhana, sehingga konsenrasi poluan di danau i pada waku diberikan oleh Diasumsikan iap danau pada awalnya bebas dari pencemaran, sehingga () = unuk seiap i = 1, 2, 3. Arus alir poluan dari danau i ke danau j pada seiap waku, didefinisikan sebagai beriku: Besaran digunakan unuk mengukur laju perubahan jumlah poluan di danau i yang mengalir ke danau j pada waku. Berdasarkan proses pencampuran, oal laju perubahan poluan sama dengan selisih laju perubahan poluan yang masuk dan keluar. Menerapkan prinsip ini unuk seiap danau menghasilkan sisem persamaan diferensial orde perama beriku: (1)

14 4 dengan jumlah poluan pada danau dalam waku, dimana, suau konsana dari laju alir volume poluan dari danau ke danau, p() fungsi laju jumlah poluan saa masuk ke danau per uni waku sebagai sumber poluan, volume air di danau, dimana. Selanjunya, asumsikan pula bahwa volume keiga danau ersebu idak berubah selama proses pencampuran poluan. Jadi laju alir volume poluan ke dalam danau sama dengan laju alir volume poluan yang keluar dari danau, sehingga diperoleh persamaan beriku: F 13 = F 21 + F 31, F 21 = F 32, F 31 + F 32 = F 13. Dalam ulisan ini akan diselesaikan masalah (1) dengan kendala (2) dan x i () =, i = 1, 2, 3 dengan menggunakan meode homoopi dan membandingkan hasilnya dengan meode perurbasi homoopi yang elah dilakukan oleh Merdan (29). Meode Homoopi Beriku ini diberikan ilusrasi konsep dasar meode homoopi berdasarkan pada (Liao, 24). Misalkan diberikan persamaan diferensial beriku: A[y()] =. (3) dengan A suau operaor urunan dan y fungsi yang akan dienukan dan berganung pada. Selanjunya didefinisikan pula suau operaor linear yang memenuhi [f] =, bila f =. (4) Didefinisikan suau fungsi homoopi sebagai beriku: (u(,q),q) = (1 - q) [u(,q) - ] + qa[u(,q)], (5) dengan u fungsi yang akan dienukan dan berganung pada dan parameer q. Fungsi merupakan pendekaan awal dari penyelesaian. Pada saa q =, persamaan (5) menjadi (u(,),) = [u(,) - ], dan pada saa q = 1 menjadi (u(,1),1) = A[u(,q)]. Berdasarkan persamaan (3) dan (4), maka penyelesaian persamaan (u(,),) = dan (u(,1),1) = masing-masing adalah u(,) =, dan u(,1) = y(). Dere Taylor unuk fungsi u(,q) erhadap q di sekiar q = adalah (2)

15 5 Misalkan dinoasikan Karena u(,) =, maka (6) Karena u(,1) = y(), maka pada saa q = 1 diperoleh (7) Pada meode homoopi, fungsi u(,q) adalah penyelesaian dari persamaan (u(,q),q) = aau (1 - q) [u(,q) - ] = - qa[u(,q)]. Selanjunya persamaan ersebu diurunkan erhadap q hingga m kali dan dievaluasi pada q =, maka diperoleh persamaan sebagai beriku: [ m - ] = - R m ( m - 1 ), (8) dengan - = (, ), (9) Hasil pada meode homoopi dengan menyelesaikan persamaan (8) digunakan unuk memeroleh penyelesaian persamaan (3) yaiu pada persamaan (7). Penurunan persamaan (8) dapa diliha pada Lampiran 1. Unuk lebih memahami meode homoopi yang elah dibahas di aas, misalkan diberikan suau masalah nilai awal beriku: (1) dengan syara awal x() = dan y() =. Penyelesaian eksak masalah nilai awal persamaan (1) adalah e ( e e ) (11)

16 6 Beriku ini akan dicari penyelesaian masalah nilai awal (1) dengan menggunakan meode homoopi. Misalkan didefinisikan operaor beriku (12) dengan q merupakan suau parameer, dan adalah suau fungsi yang berganung pada dan q. Didefinisikan suau fungsi homoopi yang diperluas berdasarkan persamaan (12) sebagai beriku: Pada meode homoopi dibuuhkan perluasan persamaan (8), sehingga diperoleh ( - - ) dengan (13) dan diberikan pada persamaan (9). Misalkan penyelesaian pendekaan awal,. Selanjunya persamaan (13) disubsiusikan ke persamaan, dan diinegralkan kedua ruas erhadap sehingga diperoleh Misalkan penyelesaian pendekaan awal = r 1 dan = r 2, maka unuk m = 1 dan berdasarkan persamaan (14) diperoleh dan unuk m = 2, diperoleh dan dan ds (14) Jika proses dilanjukan, maka diperoleh penyelesaian,, dan,,. Sehingga penyelesaian masalah nilai awal (1) berdasarkan meode homoopi adalah

17 7 Program Mahemaica unuk menggambarkan grafik dan dapa diliha pada Lampiran 2. Gambar 3 menunjukkan perbandingan penyelesaian masalah nilai awal (1) secara eksak dengan penyelesaian menggunakan meode homoopi. Berdasarkan Gambar 3 ersebu diperoleh bahwa penyelesaian pendekaan dari masalah nilai awal (1) mendekai penyelesaian eksaknya dengan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa meode homoopi dapa digunakan unuk menyelesaikan sisem persamaan diferensial dengan nilai awal aau nilai baas yang diberikan. 4 y() x() 3 HOMOTOP I EKSAK Gambar 3 Perbandingan penyelesaian masalah nilai awal (1) dengan meode homoopi hingga orde keenam dan penyelesaian eksak dengan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan meode homoopi unuk menyelesaikan masalah laju alir jumlah poluan pada iga danau yang saling erhubung. Pada bagian ini juga, diberikan conoh dua kasus berdasarkan benuk fungsi dari sumber poluan. Hasilnya berupa kurva yang menyaakan hubungan anara jumlah poluan pada keiga danau erhadap waku. Hasil-hasil ersebu akan dibandingkan dengan hasil-hasil yang elah diperoleh pada (Merdan 29). Analisis Meode Akan digunakan perluasan meode homoopi unuk menyelesaikan model dari permasalahan laju alir jumlah poluan pada iga danau yang saling erhubung. Misalkan didefinisikan operaor linear sebagai beriku:

18 8 dengan (15) dengan fungsi yang berganung pada dan q. Didefinisikan suau fungsi homoopi yang diperluas berdasarkan persamaan (15) sebagai beriku: Pada meode homoopi dibuuhkan perluasan persamaan (8), sehingga diperoleh ( ) dengan (16) (17) Penurunan persamaan (16) diberikan pada lampiran 3 dan diberikan pada persamaan (9). Misalkan penyelesaian pendekaan awal,, dan. Jika benuk pada persamaan (17) disubsiusikan ke persamaan (16), dengan,, dan pada persamaan (15), kemudian kedua ruasnya diinegralkan erhadap, maka unuk m diperoleh (18)

19 9 Penyelesaian masalah nilai awal persamaan (1) dengan meode homoopi hingga orde keenam dinyaakan dalam persamaan beriku: Aplikasi Meode Pada bagian ini meode homoopi akan diaplikasikan dengan masukan daadaa sebagai beriku: jumlah poluan yang masuk ke danau i pada saa = adalah i, dengan i = 1,2,3, volume konsan dari seiap danau adalah mi, mi, mi, laju aliran volume poluan ke dalam suau danau dari danau lainnya iap ahunnya adalah mi ah n, mi ah n, mi ah n dan mi ah n. Besaran-besaran ini harus memenuhi kendala-kendala yang diperoleh pada persamaan (2). Dalam karya ilmiah ini, diinjau dua kasus laju alir jumlah poluan yang masuk ke danau perama dari sumber poluan yaiu: i. Laju alir jumlah poluan berupa fungsi konsan. Pada kasus ini, jumlah poluan yang masuk ke dalam danau perama berambah erus menerus secara linear hingga waku erenu. ii. Laju alir jumlah poluan berupa fungsi sinusoidal. Pada kasus ini, jumlah poluan yang masuk ke dalam danau perama berubah-ubah secara periodik erhadap waku. Sumber Poluan Berupa Fungsi Konsan Misalkan laju alir jumlah poluan yang masuk ke danau perama dari sumber poluan, yaiu p() diberikan sebagai beriku:

20 1 dengan C in adalah raa-raa laju alir jumlah poluan selama proses pencampuran erjadi hingga waku dan nilai = seelah waku. Asumsikan = 1 poluan per sauan waku, yang menyaakan bahwa laju alir jumlah poluan yang masuk ke danau perama sebagai sumber poluan sebesar 1 poluan per ahun unuk selama 1 ahun. Berdasarkan persamaan (18), unuk m = 1 diperoleh Unuk, diperoleh Jika proses dilanjukan, maka diperoleh penyelesaian,, dan, Jadi berdasarkan meode homoopi diperoleh penyelesaian model persamaan (1) sampai orde keenam dengan p() fungsi konsan sebagai beriku: Berdasarkan nilai parameer-parameer yang elah diberikan dengan p() = 1, diperoleh penyelesaian eksak pada selang 1 sebagai beriku: ( ) ( ( ) ( ) os ( ) ( ( ) ( ) os ( ) ( ( ) ( ) os

21 Beriku ini diberikan Tabel 1 yaiu selisih anara penyelesaian meode homoopi dengan penyelesaian eksaknya. Tabel 2 yaiu selisih anara penyelesaian meode perurbasi homoopi yang diperoleh dari (Merdan 29) dengan penyelesaian eksaknya. Tabel 1 Gala meode homoopi orde ke enam pada kasus perama Tabel 2 Gala meode perurbasi homoopi orde ke enam pada kasus perama Berdasarkan Tabel 1 raa-raa gala yang dihasilkan dengan menggunakan meode homoopi unuk danau perama, kedua, dan keiga masing-masing sebesar ; 1,29 1-6, dan,12. Pada Tabel 2 dengan menggunakan meode perurbasi homoopi, danau perama, kedua, dan keiga masing-masing menghasilkan raa-raa gala sebesar 2, ; 6, dan 4, Dari kedua abel ersebu, meode homoopi memiliki penyelesaian yang menghampiri penyelesaian eksaknya. Selisih gala yang dihasilkan oleh meode ini pada beberapa selang sanga kecil. Hal ini berari meode homoopi dapa digunakan unuk menghampiri penyelesaian eksak masalah poluan di iga danau yang saling erhubung pada kasus p() berupa fungsi konsan. 11

22 12 Beriku ini diberikan Gambar 4, 5, dan 6 yang merupakan penyelesaian eksak persamaan (1) unuk kasus perama. Gambar 4, 5, dan 6 masing-masing menunjukkan grafik penyelesaian unuk x 1 (), x 2 (), dan x 3 (). x 1 () Gambar 4 Penyelesaian eksak masalah nilai awal (1) unuk danau 1 pada kasus perama x 2 () Gambar 5 Penyelesaian eksak masalah nilai awal (1) unuk danau 2 pada kasus perama x 3 () Gambar 6 Penyelesaian eksak masalah nilai awal (1) unuk danau 3 pada kasus perama Berdasarkan Gambar 4, 5, dan 6 diperoleh bahwa semakin besar nilai unuk selang waku selama 1 ahun, semakin besar jumlah poluan yang dihasilkan. Pada selang waku di aas 1 ahun, jumlah poluan menjadi sabil, eapi seiap danau mengalami perubahan penambahan jumlah poluan. Pada danau perama, jumlah poluan menurun hingga konvergen ke 588,234, sedangkan pada danau kedua dan danau keiga, jumlah poluan mengalami kenaikan hingga masing-masing konvergen ke 172,415 dan 239,352. Hal ini disebabkan oleh idak

23 adanya poluan yang masuk ke danau perama pada selang waku di aas 1 ahun ( p() =, > 1 ) dan erjadi proses pencampuran dari keiga danau. Jika perubahan jumlah poluan dari keiga danau pada bulan keiga dalam selang 1 ahun diamai, maka danau perama, kedua dan keiga masing-masing menghasilkan laju perubahan jumlah poluan sebesar 99,67;,15;,33. Jumlah dari keiga hasil ersebu sama dengan laju perubahan jumlah poluan yang berada di keiga danau yaiu 1 poluan/ahun. Toal laju perubahan dari jumlah poluan keiga danau meningka secara linear berganung pada fungsi konsan p() yang diberikan yaiu bernilai 1. Dengan demikian poluan yang diberikan dari sumber poluan akan menyebar ke seiap danau. Sumber Poluan Berupa Fungsi Sinusoidal Misalkan laju alir jumlah poluan yang masuk ke danau perama dari sumber poluan, yaiu p() diberikan sebagai beriku: ( ) dengan a simpangan normal yang memengaruhi nilai maksimum dan minimum fungsi p() dan selalu bernilai anara dan 1, T periode yang dibuuhkan dalam perubahan jumlah poluan selama proses pencampuran, C i raa-raa laju alir jumlah poluan selama proses pencampuran. Agar laju alir jumlah poluan ersebu selalu bernilai posiif dan berubahubah secara periodik dari sampai dengan 2, maka diasumsikan = 1, a = 1, dan T = 2. Berdasarkan persamaan (17), unuk m = 1 diperoleh 13 Unuk m = 2, diperoleh

24 14 Jika proses dilanjukan, maka diperoleh penyelesaian,, dan, Jadi berdasarkan meode homoopi diperoleh penyelesaian model sampai orde keenam persamaan (1) dengan p() fungsi sinusoidal sebagai beriku: Berdasarkan nilai parameer-parameer yang elah diberikan dengan fungsi p() = 1(1 + sin ), diperoleh penyelesaian eksak sebagai beriku: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Beriku ini diberikan Tabel 3 yaiu selisih anara penyelesaian meode homoopi dengan penyelesaian eksaknya. Tabel 4 yaiu selisih anara penyelesaian meode perurbasi homoopi yang diperoleh dari (Merdan 29) dengan penyelesaian eksaknya. Tabel 3 Gala meode homoopi orde ke enam pada kasus kedua

25 Berdasarkan Tabel 3 raa-raa gala yang dihasilkan dengan menggunakan meode homoopi unuk danau perama, kedua, dan keiga masing-masing menghasilkan raa-raa gala sebesar 7, ; 1, dan,12. Tabel 4 Gala meode perurbasi homoopi orde ke enam pada kasus kedua Pada Tabel 4 dengan menggunakan meode perurbasi homoopi, danau perama, kedua dan keiga masing-masing menghasilkan raa-raa gala sebesar 1, ; 1, dan 8, Dari kedua abel ersebu, meode homoopi memiliki penyelesaian yang menghampiri penyelesaian eksaknya. Selisih gala yang dihasilkan oleh meode ini pada beberapa selang sanga kecil. Hal ini berari meode homoopi dapa digunakan unuk menghampiri penyelesaian eksak masalah poluan di iga danau yang saling erhubung pada kasus p() berupa fungsi sinusoidal. Beriku ini diberikan Gambar 7, 8, dan 9 yang merupakan penyelesaian eksak persamaan (1) unuk kasus kedua. Gambar 7, 8, dan 9 masing-masing menunjukkan grafik penyelesaian unuk x 1 (), x 2 (), dan x 3 (). x 1 () Gambar 7 Penyelesaian masalah nilai awal (1) unuk danau 1 pada kasus kedua

26 16 x 2 () Gambar 8 Penyelesaian eksak masalah nilai awal (1) unuk danau 2 pada kasus kedua x 3 () Gambar 9 Penyelesaian eksak masalah nilai awal (1) unuk danau 3 pada kasus kedua Berdasarkan Gambar 7, 8, dan 9 diperoleh bahwa semakin besar nilai, semakin besar jumlah poluan yang dihasilkan. Pada danau perama, perubahan jumlah poluan berganung pada suau selang waku. Unuk selang waku anara sampai 2 ahun, jumlah poluan meningka secara signifikan. Namun pada selang waku anara 2 sampai 4 ahun, jumlah poluan meningka secara perlahan melalui iik belok di sama dengan. Hal iu erjadi erus menerus unuk selang waku berikunya. Pada danau kedua dan keiga, perubahan jumlah poluan berubah-ubah sesuai selang waku erenu. Pada selang waku anara sampai 7 ahun, jumlah poluan meningka secara perlahan. Seelah iu, jumlah poluan meningka secara signifikan unuk selang waku yang besar. Hal ini disebabkan oleh sumber poluan berupa fungsi sinusoidal yang berubah-ubah secara periodik. Jika perubahan jumlah poluan dari keiga danau pada bulan keiga dalam selang 1 ahun diamai, maka danau perama, kedua dan keiga masing-masing menghasilkan laju perubahan jumlah poluan sebesar 124,37;,17;,37.

27 17 SIMPULAN Simpulan Model permasalahan laju alir poluan pada iga danau yang saling erhubung didasarkan pada iga danau besar yang berada di perbaasan anara Amerika Serika dan Kanada, yaiu danau Superior, danau Huron, dan danau Michigan. Tiap danau memiliki saluran penghubung berupa pipa. Poluan dikenakan ke dalam danau perama sebagai sumber poluan yang berupa fungsi konsan, dan fungsi sinusoidal. Hal ini akan memengaruhi perubahan jumlah poluan pada seiap danau. Model permasalahan laju alir poluan pada iga danau yang saling erhubung diselesaikan dengan menggunakan meode homoopi. Dari kedua fungsi masukan sebagai sumber poluan ersebu, meode homoopi memiliki penyelesaian yang menghampiri penyelesaian eksaknya. Selisih gala yang dihasilkan oleh meode ini pada beberapa selang waku sanga kecil. Hal ini berari meode homoopi dapa digunakan unuk menghampiri penyelesaian eksak masalah poluan di iga danau yang saling erhubung. Pada fungsi masukan (sumber poluan) berupa fungsi konsan, semakin besar nilai unuk selang waku selama 1 ahun, semakin besar jumlah poluan yang dihasilkan. Pada selang waku di aas 1 ahun, jumlah poluan menjadi sabil. Hal ini disebabkan oleh idak adanya poluan yang masuk ke danau perama pada selang waku di aas 1 ahun. Perubahan oal dari jumlah poluan keiga danau meningka secara linear berganung pada nilai konsan pada fungsi masukan yang diberikan, yaiu bernilai 1 poluan/ahun. Dengan demikian poluan yang diberikan dari sumber poluan menyebar ke seiap danau. Pada fungsi masukan berupa fungsi sinusoidal, semakin besar nilai, semakin besar jumlah poluan yang dihasilkan. Pada danau perama, perubahan jumlah poluan berganung pada selang waku erenu. Unuk selang waku anara sampai 2 ahun, jumlah poluan meningka secara signifikan. Namun pada selang waku anara 2 sampai 4 ahun, jumlah poluan meningka secara perlahan melalui iik belok di sama dengan. Hal iu erjadi erus menerus unuk selang waku berikunya. Pada danau 2 dan 3, perubahan jumlah poluan pun berubahubah sesuai dengan selang waku erenu. Pada selang waku anara sampai 7 ahun, jumlah poluan meningka secara perlahan. Seelah iu, jumlah poluan meningka secara signifikan unuk selang waku yang besar. Hal ini disebabkan oleh sumber poluan berupa fungsi sinusoidal yang berubah-ubah secara periodik. DAFTAR PUSTAKA Biazar J, Farrokhi L, Islam MR. 26. Modelling he polluion of a sysem of lakes. Applied Mahemaics and Compuaion. 178: Biazar J, Shahbala M, Ebrahimi H. 21. VIM for solving he polluion problem of a sysem of lakes. Journal of Conrol Science and Engineering. 21: doi:1.1155/21/

28 18 Liao. 24. Beyond Perurbaion: Inroducion o he Homoopy Analysis Mehod. Boca Raon, New York. Merdan M He s variaional ieraion mehod applied o he sol ion of modelling he polluion of a sysem of lakes. DPU Fen Bilimleri Dergisi. 29(18): Merdan M. 29. Homoopy perurbaion mehod for solving modelling he polluion of a sysem of lakes. SDU Journal of Science (E-Journal). 4(1): Merdan M. 21. A new applicaion of modified differenial ransformaion mehod for modelling he polluion of a sysem of lakes. Selcuk Journal of Applied Mahemaics. 11(2):27-4.

29 19 Lampiran 1 Penurunan persamaan (7) Tinjau persamaan beriku : aau Selanjunya, persamaan di aas diurunkan erhadap hingga kali. Turunan perama (m = 1) sehingga diperoleh Turunan ke-dua (m = 2) sehingga diperoleh

30 2 Turunan ke-iga (m = 3) sehingga diperoleh Dengan langkah yang sama, urunan ke m pada saa q = adalah Jika kedua ruas dari persamaan di aas di bagi denganm!, maka diperoleh aau ( - ) dengan - ( ) dan

31 21 Lampiran 2 Penyelesaian masalah nilai awal (1) n=6; r1=5; r2=8; METODE HOMOTOPI x[1,_]:=(r1+r2) y[1,_]:=(9r1+r2) i i s i s i s i s ds i i s i s i s i s ds n r i i n r i i h[_]:=1/6 Exp[-2](3r1+3Exp[6]r1-r2+Exp[6]r2) g[_]:=1/2 Exp[-2](3r1+3Exp[6]r1+r2+Exp[6]r2) Plo[{x[],y[],h[],g[]},{,,1},PloSyle {Auomaic,Auomaic,Dashed,Dashed }]

32 22 Lampiran 3 Penurunan Persamaan (16) dengan Tinjau persamaan (7) yang elah diperluas beriku : ( ) dan. Beriku ini benuk - - -, - - -, dan akan disederhanakan. Diberikan operaor aklinear beriku maka dapa dienukan penyederhanaan nilai - - -, - - -, dan - - -

33 23 m

34 24 Lampiran 4 Program Mahemaica unuk Tabel 1, Tabel 2, dan Gambar 4, 5, dan 6 r1=; r2=; r3=; v1=29; v2=85; v3=118; F13=38; F31=2; F32=18; F21=18; p=1; h=-1; n=6; METODE HOMOTOPI a[1,_] := - (r1 - F13 (r3/v3-r1/v1) p ) b[1,_] := - (r2 - F21 (r1/v1-r2/v2) ) c[1,_] := - (r3 - F13(r1/v1) - F32(r2/v2) + F13(r3/v3)) m s a m s a m a m (a m ds b m b m (b m m m ( m a r a m n m n b r b m m n r m m a m s b m s ds) a m s b m s m s ds ) ) f D olve v v v v v v v y1[_] Evaluae[x[]/.f] y2[_] Evaluae[y[]/.f] y3[_] Evaluae[z[]/.f] f1:=plo[evaluae[x[]/.f],{,,1},plosyle Dashed] f2:=plo[evaluae[y[]/.f],{,,1},plosyle Dashed] f3:=plo[evaluae[z[]/.f],{,,1},plosyle Dashed] able bs a i i i able bs b i i i able bs i i i

35 Lampiran 5 Program Mahemaica unuk Tabel 3, Tabel 4 dan Gambar 7, 8, dan 9 r1=; r2=; r3=; v1=29; v2=85; v3=118; F13=38; F31=2; F32=18; F21=18; h=-1; n=6; METODE HOMOTOPI a[1, _] := h ( r1 - F13 (r3/v3 - r1/v1) + Cos[]) b[1, _] := h (r2 - F21 (r1/v1 - r2/v2) ) c[1, _] := h (r3 - F13(r1/v1) - F32(r2/v2) + F13(r3/v3)) m s a m s a m a m (a m ds b m b m (b m m m ( m a r a m n m n b r b m m n r m m a m s b m s f D olve sin() v v v v v y1[_]:=evaluae[x[]/.f] y2[_] Evaluae[y[]/.f] y3[_] Evaluae[z[]/.f] f1:=plo[evaluae[x[]/.f],{,,1},plosyle Dashed] f2:=plo[evaluae[y[]/.f],{,,1},plosyle Dashed] f3:=plo[evaluae[z[]/.f],{,,1},plosyle Dashed] Table[Abs[a[i] y1[i]],{i,,1,.1}] Table[Abs[b[i] y2[i]],{i,,1,.1}] Table[Abs[c[i] y3[i]],{i,,1,.1}] ds) ) 25 a m s b m s m s ds ) v v

36 26 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Laha, Sumaera Selaan pada anggal 4 Juni 1991 sebagai anak keiga dari iga bersaudara dari pasangan A Zawawi (alm) dan Dely Suharini. Pendidikan formal yang diempuh penulis yaiu di TK Bhayangkari Muara Enim lulus pada ahun 1997, SD Negeri 18 Muara Enim lulus pada ahun 23, SMP Negeri 1 Muara Enim lulus pada ahun 26, SMA Negeri 1 Muara Enim lulus pada ahun 29 dan pada ahun yang sama penulis dierima di Insiu Peranian Bogor melalui jalur USMI di Deparmen Maemaika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam. Selama menunu ilmu di IPB, penulis akif di organisasi kemahasiswaan Gugus Mahasiswa Maemaika (GUMATIKA) sebagai Sekrearis Umum pada ahun 211, dan sebagai Wakil Keua pada ahun 212. Penulis juga pernah menjadi wakil dari IPB unuk mengikui Olimpiade Sains Nasional bidang Maemaika di ingka region 3 pada ahun 211 dan 212. Selain iu penulis pernah menjadi pengajar olimpiade maemaika di SMP Negeri 5 Bogor, sera menjadi asisen dosen unuk maa kuliah Persamaan Differensial Biasa pada ahun 211, Penganar Teori Peluang pada ahun 211, Persamaan Differensial Parsial pada ahun 212 dan 213, dan Kalkulus III pada ahun 212 dan 213.

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono Bulein Ilmiah Ma. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 5, No. 3 (216), hal 195 24. PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Naufal Helmi, Mariaul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann

Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann Okober 16, Vol. 1, No.1. ISSN: 57-618 Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang, dengan Kondisi Baas Dirichle dan Neumann Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI ISSN: 3-989 Vol. V, No. II, April 6 ERSAMAAN DIFFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo endidikan Maemaika FKI UMT E-mail: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id Absrak Dalam peneliian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR Jurnal Maemaika Vol. 8, No., Desember 5: 7-77 SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR S. B. Waluya Jurusan Maemaika FMIPA Universias Negeri Semarang sevanusbudi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI rima: Jurnal endidikan Maemaika Vol., No., Juli 7, hal. 33-4 -ISSN: 579-987, E-ISSN: 58-6 ERSAMAAN DIFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang,

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON *

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON * PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV HAMILON * BERLIAN SEIAWAY, YANA ADHARINI DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus IPB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Metode Transformasi Pertubasi Homotopi dan Metode Dekomposisi Adomian

Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Metode Transformasi Pertubasi Homotopi dan Metode Dekomposisi Adomian Jurnal Kubik, Volume No. 1 (17) ISSN : 338-896 Pencarian Solusi Persamaan Diferensial Parsial Non Linier menggunakan Meode Transformasi Perubasi Homoopi dan Meode Dekomposisi Adomian Feni Sii Fahonah 1,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Laar Belakang Seiap orang mendambakan berheni bekerja di suau masa dalam siklus kehidupannya dan menikmai masa uanya dengan enram Terjaminnya kesejaheraan di masa ua akan mencipakan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi

Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi Ilham Saifudin ) ) Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknik, Universias Muhammadiyah Jember Jl. Karimaa No. 49 Jember Kode Pos 68 Email :

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci