BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hipoesis Peneliian Seperi yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, peneliian ini mencoba menemukan anomali DOTW pada volailias dan volume saham dengan menggunakan model GARCH yang model volailias kondisional aau variansnya dimasukkan variabelvariabel boneka harian. Dengan meliha bahwa di negara-negara dunia, baik di Eropa, Amerika, mau pun Asia, erdapa efek DOTW pada volailias saham, maka penulis juga hendak meliha adanya efek DOTW pada volailias saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan membua hipoesis sebagai beriku: H0 : idak ada perbedaan yang signifikan dari ingka volailias imbal hasil IHSG / LQ45 pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Juma selama periode Secara saisik, maka hipoesis di aas dirumuskan menjadi: Volailias Senin = Volailias Selasa = Volailias Rabu = Volailias Kamis = Volailias Juma H1 : bukan H0 Selain menelii efek DOTW pada volailias imbal hasil, penulis juga menelii efek DOTW erhadap volume perdagangan saham dengan ujuan unuk menguji model hubungan volailias-volume yang berlaku di Indonesia. Dengan meliha hasil DOTW pada volailias dan DOTW pada volume, maka dapa dienukan apakah model yang berlaku adalah model Foser dan Viswanahan, model Admai dan Pfleiderer, aau bahkan 15

2 idak keduanya. Unuk menelii efek DOTW pada volume, digunakan hipoesis sebagai beriku: H0 : idak ada perbedaan yang signifikan dari ingka volume perdagangan IHSG / LQ45 pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Juma selama periode Secara saisik, maka hipoesis di aas dirumuskan menjadi: Volume Senin = Volume Selasa = Volume Rabu = Volume Kamis = Volume Juma H1 : bukan H Jenis dan Pengumpulan Daa Objek peneliian ini ada dua, yakni IHSG dan volumenya sera LQ45 dan volumenya. IHSG merupakan indikaor pergerakan harga saham yang perhiungannya menggunakan semua saham yang ercaa di BEI, semenara iu LQ45 ialah indeks yang erdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaiu likuidias perdagangan dan kapialisasi pasar ( Dafar LQ45 ersebu diperbaharui seiap 6 bulan. Penulis memilih IHSG dan LQ45 karena menganggap bahwa penggunaan kedua indeks ersebu lebih efekif mewakili kondisi di Bursa Efek Indonesia dibandingkan jika hanya menggunakan salah saunya. Daa yang digunakan yaiu indeks penuupan dan volume perdagangan dari IHSG dan LQ45. Daa ini merupakan daa harian. Periode waku penelian yang diambil adalah dari 1 Januari 2002 sampai 31 Desember 2007 (6 ahun). Daa yang hilang, dikarenakan idak lengkap aau libur nasional, idak diikuserakan dan dianggap seperi hari minggu. Daa IHSG, LQ45 dan volume perdagangannya yang digunakan dalam peneliian ini diambil dari sius Yahoo Finance (finance.yahoo.com), sius Bursa Efek Indonesia ( dan Pusa Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEI. 16

3 Imbal hasil pasar (R ) dihiung dengan benuk logarima naural, aau dikenal juga dengan isilah coninuously compounded reurn [Gregoriou e. al. (2002), Berumen dan Kiymaz (2003)], didefinisikan sebagai: P R = 100 ln...(1) P 1 Dimana R merupakan imbal hasil pasar (IHSG aau LQ 45) pada waku, sedangkan P adalah besarnya IHSG aau LQ 45 pada waku, dan P -1 adalah besarnya IHSG aau LQ 45 pada waku Model-Model Peneliian 3.3.a. Model Regresi Linear Pada awalnya, para penelii yang menyelidiki kehadiran anomali DOTW pada bursa-bursa saham di dunia menggunakan model regresi linear sebagai model penliiannya. Model regresi linear ersebu dimasukkan variabel-variabel boneka harian (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Juma) unuk meliha apakah ada hari-hari erenu dimana ingka imbal hasil saham secara saisik signifikan berbeda dari nol. Jika ada maka hari iu diidenifikasikan sebagai anomali DOTW. Unuk mengesimasi koefisienkoefisien variabel boneka harian ersebu, para penelii pada umumnya menggunakan meode kuadra erkecil (OLS aau Ordinary Leas Square). Beberapa peneliian anomali DOTW yang menggunakan meodologi seperi diaas anara lain adalah peneliian yang dilakukan oleh Cross (1973), Solnik dan Bousque (1990), Ho (1990), dan Agrawal dan Tandon (1994). Namun penggunaan meodologi OLS dalam peneliian anomali DOTW memiliki dua kekurangan uama: 1. Unsur residu ε dari model regresi linear dengan model OLS di aas menunjukkan auokorelasi (auocorrelaed) dengan residu pada periode-periode sebelumnya 17

4 (E(ε ε -i ) 0 dengan i bilangan bula posiif). Auokorelasi merupakan pelanggaran asumsi meode OLS yang biasa erjadi pada daa runun waku (ime series), eruama pada daa-daa finansial seperi ingka imbal hasil. Akiba dari auokorelasi ini adalah adanya kemungkinan kesalahan perhiungan signifikansi saisik dari koefisien-koefisien variabel regresi linear ersebu yang bisa mengakibakan kesalahan pengambilan kesimpulan mengenai ada idaknya anomali DOTW [Gujarai (1995, hal )]. 2. Kelemahan kedua juga berkaian dengan unsur residu ε yang mengalami heerokedasisias aau varians yang idak sama (E(ε 2 ) 0. Heerokedasisias sebenarnya jarang erdapa pada runun waku, namun daa-daa keuangan seperi ingka imbal hasil sering menunjukkan volailias (kondisi naik aau urun) yang idak sama per sauan waku. Kondisi ini akan mengakibakan ingka signifikansi saisik dari koefisien-koefisien variabel yang diesimasi menjadi bias dan akan menyebabkan pengambilan kesimpulan yang salah dalam menganalisa anomali DOTW [Gujarai (1995, hal )]. Unuk kelemahan perama, bisa diaasi dengan memasukkan variabel-variabel ooregresi (AR(p)) dari variabel dependen dengan berbagai lag seperi yang dilakukan Connoly (1989) dan Agkiray (1989), ujuannya adalah unuk menghilangkan efek auokorelasi pada residu model. Jika dengan memasukkan variabel-variabel ooregresi idak bisa menghilangkan masalah auokorelasi, maka diambahkan dengan variabelvariabel moving average (MA). Pada model seperi iu, ingka imbal hasil memiliki proses sokasik sebagai beriku: R n n 0 1SN 2SL 3KM 4 JM + β i R i + δ iε i + ε I = 1 I = 1 = α... (2) 18

5 R = imbal hasil IHSG SN, SL, KM, JM = variabel boneka harian unuk hari Senin, Selasa, Kamis, dan Juma. Rabu dihilangkan unuk menghindari dummy variable rap. α 0 = konsana α 1, α 2, α 3, α 4 = koefisien-koefisien variabel boneka Σβ i R -i = variabel-variabel ooregresi (AR) R Σδ i ε -i = variabel-variabel moving average (MA) ε = residu Model regresi linear diaas adalah model yang elah dimodifikasi dengan memasukkan unsur ooregresi variabel dependen, ujuannya ialah unuk menghilangkan auokorelasi dalam residu. Lag yang sesuai unuk variabel ooregresi pada masing-masing jendela observasi bisa diliha dari uji korelogram daa runun waku ingka imbal hasil harian IHSG per jendela observasi. Unuk meliha apakah pada model erdapa heerokedasisias, maka perlu dilakukan uji heerokedasisias Whie pada residu. Jika erdapa heerokedasisias yang signifikan pada masing-masing jendela observasi, maka ingka signifikansi saisik masing-masing koefisien pada model adalah bias sehingga diperlukan model yang dapa memperhiungkan efek heerokedasisias pada varians residu. Jika idak, makan model regresi linear dengan meode OLS sudah cukup unuk menyelidiki anomali DOTW pada ingka imbal hasil harian IHSG. Unuk mengaasi masalah heerokedasisias, para penelii umumnya menggunakan model GARCH. Meskipun model regresi linear dengan meode OLS diaas memiliki kelemahankelemahan yang cukup signifikan, namun model ersebu akan eap dipakai sebagai dasar aau landasan unuk menjelaskan penggunaan model GARCH 19

6 3.3.b. Model GARCH (p,q) Kebanyakan penelian yang menggunakan model GARCH hanya menelii anomali DOTW erhadapa imbal hasil saham. Anomali DOTW erhadap imbal hasil dielii unuk membukikan keidakefisienan sebuah bursa saham. Selain iu anomali DOTW juga berguna unuk merancang sraegi invesasi. Dalam kasus ini, model yang sering digunakan adalah sebagai beriku: Condiional Mean Equaion: R n 0 1SN 2SL 3KM 4 JM + β i R i + ε I = 1 = α...(3) Condiional Variance Equaion: σ 2 = ω + ΣV qi ε -i 2 + ΣV pi h -i 2...(4) Claire, Ibrahim, dan Thomas (1998) sera Kiymaz dan Berumen (2003) memodifikasi GARCH dengan memasukkan variabel-variabel boneka harian pada persamaan varians kondisional, ujuannya adalah unuk meliha apakah pada volailias juga erdapa anomali DOTW. Jika koefisien-koefisien dari variabel boneka harian ersebu signifikan pada hari-hari erenu, berari pada hari iu erdapa anomali DOTW erhadap volailias. Penggunaan lebih dari sau variabel boneka (dummy) harian dalam model harus mengikui auran beriku ini: Jika ada variabel kualiaif sejumlah m kaegori, gunakan hanya (m-1) variabel boneka. Hal ini dilakukan unuk mencegah dummy variable rap, yakni erjadinya siuasi kolinearias sempurna (perfec colineariy) aau mulikolinearias sempurna (perfec mulicolineariy) jika ada lebih dari sau hubungan yang kua anar variabel [Gujarai (1995, hal. 302)]. 20

7 Kaegori dimana idak digunakan variabel boneka umumnya disebu sebagai basis (base) aau referensi (reference). Nilai dari konsana (inercep) mencerminkan nilai dari basis ersebu. Dalam peneliian ini, kaegori hari Rabu dihilangkan, sehingga hari Rabu merupakan basis. Nilai dari konsana (α 0 ) mewakili nilai yang dimiliki hari Rabu. Ada cara lain unuk mengaasi dummy variable rap selain dengan cara mengurangi sau jumlah variabel kualiaif, yakni dengan cara menggunakan semua variabel boneka namun idak menggunakan konsana (inercep) dalam model [Gujarai (1995, hal. 303)]. Akan eapi, menuru Peer Kennedy [Kennedy (1998, hal. 223)], kebanyakan peneliian menemukan bahwa persamaan dengan menggunakan konsana jauh lebih baik karena dapa lebih membanu dalam menjawab peranyaan peneliian mereka. Jadi, model yang digunakan dalam peneliian ini adalah sebagai beriku: Condiional Mean Equaion: R n n 0 1SN 2SL 3KM 4 JM + β i R i + δ iε i + ε I = 1 I = 1 = α... (5) Σβ i R -i = variabel-variabel AR(n) unuk menghilangkan ookorelasi Σδ i ε -i = variabel-variabel moving average (MA) ε = residu model disribusi N (0, h 2 ) Condiional Variance Equaion: σ 2 = ω + ΣV qi ε 2 -i + ΣV pi h 2 -i + V1SN + V2SL + V3KM + V4JMT...(6) σ 2 = condiional variance ω = konsana ΣV qi ε -i 2 = bagian ARCH (q) dengan koefisien V qi ΣV pi h -i 2 = bagian GARCH (p) dengan koefisien V pi 21

8 3.4 Pengujian Ekonomerik 3.4.a. Model Regresi Linear Dalam melakukan esimasi persamaan linear dengan menggunakan meode OLS maka asumsi-asumsi dari OLS harus dipenuhi supaya koefisien-koefisien yang diesimasi bersifa BLUE (Bes Linear Unbiased Esimaor). Ada 10 asumsi yang diperlukan oleh meode OLS supaya koefisien-koefisien yang diesimasi bersifa BLUE [Gujarai (1995, hal )]. Dari 10 asumsi ini, yang perlu diperhaikan adalah: 1. Nilai harapan dari raa-raa residu aau error adalah 0 (nol) 2. Tidak erdapa auokorelasi anara residu 3. Tidak erdapa heerokedasisias dari residu aau dengan kaa lain variansnya eap (homokedasis) 4. Tidak ada hubungan anara variabel bebas dan error-erm 5. Pada regresi linear berganda idak erjadi hubungan anar variabel bebas (mulicolineariy) Unuk memenuhi asumsi-asumsi diaas, maka seelah dilakukan esimasi pada model regresi linear akan dilakukan beberapa uji, yakni uji auokorelasi dan heerokedasisias. Jika hasil uji menunjukkan adanya heerokedasisias, maka hal ini akan membenarkan penggunaan model GARCH. 3.4.a.1. Uji Sasionerias Sebelum daa reurn harian IHSG dipakai ke dalam model, erlebih dahulu harus diuji apakah daa ersebu sudah bersifa sasioner aau belum. Sekumpulan daa dinyaakan sasioner jika nilai raa-raa dan varian dari daa ime series ersebu idak 22

9 mengalami perubahan secara sisemaik sepanjang waku, aau sebagian hali menyaakan raa-raa dan variannya konsan [Nachrowi (2006, hal. 340)]. Ada dua meode yang umum digunakan unuk mendeeksi sasionarias daa, yaiu meode grafik dan meode akar uni (uni roo). Uji sasionarias dengan meode grafik memiliki kekurangan, yakni bisa menghasilkan inepreasi yang berbeda-beda bagi seiap orang, karena penilain dengan meode ini bersifa subjekif. Oleh karena iu diperlukan uji akar uni yang diperkenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Nama lain dari uji ini ialah uji Augmened Dickey-Fuller (ADF es). Hipoesis yang digunakan dalam uji ADF ialah: H0: erdapa uni-roo, aau daa bersifa idak sasioner. H1: idak erdapa uni-roo, aau daa bersifa sasioner. Sasionerias iu pening karena bila suau daa runun waki idak sasioner, maka prosedur sandar inferensial sasiik idak berlaku sehingga akan menyulikan proses pemodelan variabel dependen. Selain iu, daa runun waku yang idak sasioner hanya dapa dipelajari perilakunya pada suau periode erenu saja dengan menggunakan berbagai perimbangan, yang enunya akan bersifa subjekif [Nachrowi (2006, hal. 341)]. Daa yang idak sasioner juga bisa menghasilkan spurious regresion aau regresi palsu [Granger (1974, hal )]. 3.4.a.2. Uji Korelogram Umumnya daa runun waku memiliki sifa auokorelasi. Unuk mengaasi masalah korelasi, diperlukan penyesuaian auoregresif (AR) dan / aau raa-raa bergerak (moving average, MA). Unuk menenukan ordo AR (p) dan MA (q) yang digunakan, 23

10 perlu dilakukan uji korelogram pada daa runun waku ersebu, kemudian diliha dari banyaknya koefisien auokorelasi yang signifikan berbeda dari nol. Unuk menenukan ordo maksimal AR (p), diliha dari garis Parial Correlaion. Sedangkan unuk menenukan ordo maksimal MA (q), diliha dari garis Auocorrelaion [Pria (2005, hal. 8)]. 3.4.a.3. Uji Auokorelasi Auokorelasi merupakan hubungan anara residual sau observasi dengan residual observasi lainnya. Adanya masalah auokorelasi dapa menyebabkan esimaor hanya bersifa LUE, idak BLUE. Ada dua cara yang bisa digunakan unuk mengidenifikasi masalah auokorelasi, yakni Uji Durbin-Wason (D-W) dan uji Breusch-Godfrey (BG). Unuk menggunakan uji D-W, perlu membandingkan nilai D-W dari hasil regresi dengan abel uji D-W beriku ini. Tabel 3.1. Tabel uji auokorelasi dengan uji D-W Sumber: Wing Wahyu Winarno, Analisa Ekonomerika dengan Eviews Nilai D-W akan berada di kisaran 0 hingga 4. Jika nilai D-W erleak anara 1,54 sampai 2,46 maka idak ada auokorelasi. 24

11 Ada beberapa asumsi yang perlu diperhaikan dalam menggunakan uji D-W 1 : Model regresi harus memiliki konsana Uji D-W hanya berlaku bila variabel independennya bersifa random/sokasik. Uji D-W hanya berlaku pada AR(1) Uji D-W idak dapa digunakan pada model raa-raa bergerak (moving average) Residu harus diasumsikan erdisribusi normal Tidak ada daa yang hilang dalam observasi Sebagai alernaif unuk mengaasi kelemahan di aas, bisa digunakan uji BG, aau biasa juga disebu dengan uji Lagrange-Muliplier (uji LM). Hipoesis yang digunakan dalam uji LM adalah: H0: idak ada auokorelasi H1: ada auokorelasi 3.4.a.4. Uji Heerokedasisias Salah sau asumsi yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah nilai residual memiliki varians yang konsan (homokedasis), jika idak berari daa bersifa heerokedasis. Unuk mengidenifikasi adanya heerokedasisias, digunakan uji Whie. Hipoesis yang digunakan adalah: H0: Residual bersifa homokedasis H1: Residual idak bersifa homokedasis,dengan kaa lain residual bersifa heerokedasis 1 Gujarai, Op. Ci. hal

12 Jika residual bersifa homokedasis, maka regresi OLS dapa digunakan. Jika residual bersifa heerokedasis, maka regresi OLS idak dapa digunakan dan harus menggunakan model GARCH. Akiba dari residual bersifa heerokedasis ialah [Winarno (2007, hal. 5.22)]: Esimaor meode kuadra erkecil idak mempunyai varian yang minimum (idak lagi bes), sehingga hanya memenuhi karakerisik LUE (linear unbiased esimaor). Esimasi regresi idak efisien. Uji hipoesis yang didasarkan uji dan uji F idak dapa lagi dipercaya. 3.4.b. Model GARCH (p,q) Unuk memperkirakan varians (variance) dari imbal hasil (reurn), Engle (1982) menawarkan suau model yang disebu Auoregressive Condiional Heerokedasic (ARCH) [Engle (1982, hal )]. Model ARCH mengasumsikan bahwa varian residual daa runu waku (ime series) idak hanya dipengaruhi oleh variabel independen, eapi juga dipengaruhi oleh nilai residual variabel yang dielii. Bollerslev (1986) menawarkan suau model yang memodifikasi & mensimplifikasi model ARCH yang mempunyai lag erlalu panjang, model ini disebu Generalized ARCH (GARCH) [Bollerslev (1986, hal )]. Model GARCH sudah sanga sering digunakan unuk membua model runu waku di bidang keuangan dan erbuki berhasil memprediksi kondisi varians. Penghiungan ingka volailias saham dan volume perdagangan saham dalam peneliian ini menggunakan model GARCH (p,q). Model GARCH (p,q) berusaha menggambarkan proses heeroskedasisias sambil mengesimasi koefisien-koefisien variabel yang ingin diliha signifikansinya secara simulan. Meode yang digunakan unuk 26

13 mengesimasi koefisien / parameer ersebu ialah quasi-maximum likelihood esimaion (QMLE), perama kali diperkenalkan oleh Bollerslev dan Wooldridge (1992). Model GARCH (p,q) erdiri dari dua bagian uama [Winarno (2007, hal. 8.3)]: c. Perhiungan raa-raa kondisional (condiional mean equaion), yaiu perhiungan regresi linear dependen variabel erhadap independen variabel. Persamaan sandarnya ialah: Y = γ + ε...(7) X d. Perhiungan varians kondisional (condiional variance equaion), yaiu perhiungan yang menjelaskan bagaimana proses pembenukan varians variabel dependen. Varians kondisional, karena erganung periode sebelumnya, memiliki iga bagian, yaiu konsana, volailias periode sebelumnya aau ACRH, dan varians periode sebelumnya aau GARCH. Persamaan sandarnya ialah sebagai beriku: σ = ω ε 1 + βσ 1...(8) Unuk menenukan ingka ARCH dan/aau GARCH berapa yang akan dipakai unuk menjelaskan σ 2 digunakan es ARCH-Lagrange Muliplier pada residu persamaan (2) masing-masing jendela observasi. Koefisien-koefisien dari ARCH dan/aau GARCH harus memenuhi persyaraan beriku unuk dapa dimaksukkan ke dalam model: a. Koefisien-koefisien ARCH dan/aau GARCH harus posiif, karena ARCH dan GARCH merupakan varians sehingga idak mungkin menghasilkan nilai negaif. b. Koefisien-koefisien ARCH dan/aau GARCH idak lebih dari 1 bila diambah. Hal ini dimaksudkan unuk meyakinkan bahwa benuk varians kondisional bersifa nonexplosif dan sasioner. c. Koefisien-koefisien ersebu harus saisik signifikan lebih besar dari 0. 27

14 3.4.b.1 Uji ARCH-LM Uji ARCH-LM digunakan sebagai uji heeroskedasisias bagi residu sebuah model regresi. Uji ARCH-LM ini digunakan juga unuk mencari ingkaan ARCH (q) yang bisa digunakan unuk memodel varians kondisional. Caranya adalah dengan menggunakan uji ini ke dalam residu model regresi linear dengan meode OLS yang idak lagi menampakkan auokorelasi eapi masih erdapa heeroskedasisias. Jika hasil es saisik lebih besar dari nilai kriikal dengan ingka signifikansi erenu, maka hipoesis nol idak ada unsur ARCH sampai dengan ingka q diolak dan hipoesis alernaif bahwa erdapa unsur ARCH dengan ingka q dierima 3.4.b.2. Korelogram Saisik Q Seelah semua uji di aas dilakukan, uji yang erkahir adalah kembali meliha apakah dalam model GARCH masih erdapa auokorelasi. Beberapa buku ekonomerika, seperi karya Nachrowi [Nachrowi (2006, hal.432)], mengaakan bahwa unuk mengidenifikasi auokorelasi pada model GARCH idak bisa menggunakan uji D-W. Jadi uji auokorelasi unuk model GARCH harus menggunakan uji korelogram saisik Q. 28

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting.

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting. METODE INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) UNTUK MEMODELKAN HARGA GABAH DUNIA (INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY TO CAPTURE

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3. Daa Pada karya akhir ini proxy unuk mengukur kegiaan perekonomian adalah ingka perubahan GDP real per kuaral dari ahun 3:Q sampai dengan ahun 8:Q dengan ahun dasar.

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES PROSIDING ISSN : 087-590. Seminar Nasional Saisika November 0 Vol, November 0 (T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES Yahya Ubaid ), Budi Nurani R. ), Mulyana K. 3) )Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN Peneliian ini diujukan unuk membukikan adanya hubungan dan pengaruh dari nilai ukar Rupiah erhadap Dollar Amerika Serika (exchange rae),

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Daa Daa yang digunakan adalah daa sekunder runun waku (ime series) bulanan dari 2002:01 sampai dengan 2009:06 yang bersumber dari Laporan dan websie Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY Hermansah Program Sudi Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan

Lebih terperinci

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM YANG DIPENGARUHI KURS, PERUBAHAN INFLASI, POSISI JUMLAH DEPOSITO BERJANGKA, SUKU BUNGA SBI DAN DEPOSITO MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER DAN ARCH-GARCH Oleh: TANTI MEGASARI 6 00

Lebih terperinci

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB))

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Model Dinamis: Auoregressive Dan Disribusi Lag (Sudi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB)) Dynamic Model : Auoregressive and Disribuion Lag (Case Sudy: Effecs

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan) Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi Program Sudi MMT-ITS, Surabaya 1 Agusus 2009 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Sudi Kasus: PT

Lebih terperinci

PROSES AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY DENGAN DUGAAN VARIANSI INFLASI INDONESIA

PROSES AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY DENGAN DUGAAN VARIANSI INFLASI INDONESIA PROSES AUOREGRESSIVE CONDIIONAL HEEROSCEDASICIY DENGAN DUGAAN VARIANSI INFLASI INDONESIA Rianiai Monica, Suyono, dan Vera Maya Sani Jurusan Maemaika FMIPA UNJ Absrak Model-model runun waku konvensional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 4.5 Meode Peneliian Dalam peneliian ini penulis melakukan peneliian dengan menggunakan meode deskripif dengan pendekaan asosiaif. Menuru Moh. Nazir (hal. 63-64, 1988),

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS 6.1. Uji Mulikolinearias Sebagaimana dikemukakan di aas, bahwa salah sau

Lebih terperinci

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. 4, No., Januari 8 ISSN 46-454 prin/issn 65-8663 online Penerapan Model ARCH/GARCH unuk Peramalan Nilai Tukar Peani Ari Pani Desvina, Inggrid Ocaviani Meijer, Jurusan

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 3732

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 3732 ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agusus 016 Page 373 Sifa Asimeris Model Prediksi Generalized Auoregressive Condiional Heerocedasiciy (GARCH) dan Sochasic Volailiy Auoregressive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI

UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIAH OGAKARTA UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI 8.1. Uji Auokorelasi a. Penyebab Munculnya Ookorelasi Berkaian dengan asumsi regresi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Model dan Daa yang akan digunakan Meodologi yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sudi lieraur, pengolahan daa sekunder dengan menggunakan perangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua Model Koreksi Kesalahan pada Daa Runun Waku Indeks Harga Konsumen Koa-koa di Papua Miha Febby R. Donggori, Adi Seiawan, 3 Hanna Arini Parhusip Prodi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika, Universias Krisen

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu 1 Penenuan Pelebaran Window Time Opimal Pada Daa Dere Waku (1) Nursya`bani Hendro Prabowo dan (2) Raden Mohamad Aok Deparemen Saisika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Insiu Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNA SKRIPSI Diajukan kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri ogyakara unuk memenuhi sebagian persyaraan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini diujukan unuk menenukan meode erbaik yang dapa digunakan dalam meramalkan harga ayam pada enam koa besar di Jawa-Bali. Meode peramalan yang

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PARAMETER KOINTEGRASI (STUDI KASUS: NILAI EKSPOR DAN INVESTASI INDONESIA PADA TAHUN ) RIZKI NUGROHO ARYANTO

PENAKSIRAN PARAMETER KOINTEGRASI (STUDI KASUS: NILAI EKSPOR DAN INVESTASI INDONESIA PADA TAHUN ) RIZKI NUGROHO ARYANTO PENAKSIRAN PARAMETER KOINTEGRASI (STUDI KASUS: NILAI EKSPOR DAN INVESTASI INDONESIA PADA TAHUN 1970 007) RIZKI NUGROHO ARYANTO 0305010556 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MODEL ARIMAX DAN DETEKSI GARCH UNTUK PERAMALAN INFLASI KOTA DENPASAR

MODEL ARIMAX DAN DETEKSI GARCH UNTUK PERAMALAN INFLASI KOTA DENPASAR MODEL ARIMAX DAN DETEKSI GARCH UNTUK PERAMALAN INFLASI KOTA DENPASAR S - 27 Rukini, Suharono2 2,2 Jurusan Saisika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Peramalan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengerian peramalan, kegunaan meode peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan eknik dan meode peramalan,

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Vol.. No., 03 PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Ari Pani Desvina, Sari Marlinda, Jurusan Maemaika Fakulas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

Model ARIMAX Dan Deteksi GARCH Untuk Peramalan Inflasi Kota Denpasar Tahun 2014

Model ARIMAX Dan Deteksi GARCH Untuk Peramalan Inflasi Kota Denpasar Tahun 2014 JEKT Model ARIMAX Dan Deeksi GARCH Unuk Peramalan Inflasi Koa Denpasar Tahun 2014 Rukini *) Badan Pusa Saisik Provinsi Bali ABSTRAK pemerinah dalam mengambil kebijakan unuk menjaga sabilias moneer di masa

Lebih terperinci

Pemodelan Volatilitas Saham Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Algoritma Genetika

Pemodelan Volatilitas Saham Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Algoritma Genetika Pemodelan Volailias Saham Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Algorima Geneika Hasbi Yasin 1 1 Jurusan Saisika Undip, hasbiyasin@undip.ac.id Absrak. Flukuasi yang besar dan idak pasi dalam peramalan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELTIAN A. Populasi Populasi dalam peneliian ini adalah seluruh perusahaan konsumsi yang erdafar di Bursa Efek Indonesia selama ahun 2006-2008. Beriku ini adalah 30 perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sisi ekonometrika maupun dari segi perancangan. Ekonometrika akan berguna

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sisi ekonometrika maupun dari segi perancangan. Ekonometrika akan berguna BAB LANDASAN TEORI. Kerangka Teori Kerangka eori berisi penjabaran semua eori-eori yang akan digunakan, baik dari sisi ekonomerika maupun dari segi perancangan. Ekonomerika akan berguna dalam analisis

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA Dalam Memprediksi IHSG

Penerapan Model ARIMA Dalam Memprediksi IHSG Penerapan Model ARIMA Dalam Memprediksi IHSG Bambang Hendrawan Polieknik Baam Parkway Sree, Baam Cenre, Baam 29461, Indonesia e-mail: benks@polibaam.ac.id Absrak: Tujuan peneliian ini adalah unuk mencari

Lebih terperinci

PEMODELAN VOLATILITAS DALAM ANALISIS DATA MAKROEKONOMI STUDI KASUS PADA INFLASI.

PEMODELAN VOLATILITAS DALAM ANALISIS DATA MAKROEKONOMI STUDI KASUS PADA INFLASI. Prosiding Seminar Nasional Peneliian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakulas MIPA, Universias Negeri Yogyakara, 16 Mei 29 PEMODELAN VOLATILITAS DALAM ANALISIS DATA MAKROEKONOMI STUDI KASUS PADA INFLASI.

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) ARIMA (Auoregressive Inegraed Moving Average) I. Prinsip Dasar dan Tujuan Analisis. Prinsip Dasar ARIMA sering juga disebu meode runun waku Box-Jenkins. ARIMA sanga baik keepaannya unuk peramalan jangka

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih.

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih. 1 Peramalan Volume Produksi Air Bersih di PDAM Kabupaen Bojonegoro berdasarkan Jumlah Pelanggan dan Volume Konsumsi Air Fasha Aulia Pradhani dan Adaul Mukarromah Jurusan Saisika, FMIPA, ITS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC (GARCH) DALAM PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR TERHADAP RUPIAH

PENERAPAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC (GARCH) DALAM PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR TERHADAP RUPIAH Penerapan Model Generalized Auoregressive Condiional Heeroscedasic (Garch) PENERAPAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC (GARCH) DALAM PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR TERHADAP RUPIAH

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY IN MEAN (ARCH-M) PADA RETURN SAHAM (Studi Kasus Pada PT.

PENERAPAN MODEL AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY IN MEAN (ARCH-M) PADA RETURN SAHAM (Studi Kasus Pada PT. PENERAPAN MODEL AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY IN MEAN (ARCH-M) PADA RETURN SAHAM (Sudi Kasus Pada PT. Indosa Tbk) SKRIPSI Oleh : Linda Wiguna J2A 605 068 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016)

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016) Prosiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-602-622-20-9 hal 935-950 November 206 hp://jurnal.fkip.uns.ac.id PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci