BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di himpun dengan cara mendownload dari sius inerne. Sampel dalam peneliian ini menggunakan saham perbankan yang masuk dalam index LQ 45 erus menerus dalam periode 1 Agusus Agusus Di pilihnya jenis saham dalam sekor yang sama yaiu sekor perbankan karena dalam sekor usaha yang sama pada umumnya memiliki daya ahan erhadap ekanan pasar yang relaif sama. Beriku ini di sajikan dafar nama saham dan nama perusahaan yang merupakan sampel dari peneliian ini: Tabel 4.1 Dafar Nama erusahan Sampel No Kode Saham Nama erusahaan 1. BBCA Bank Cenral Asia Tbk. 2. BBNI Bank Negara Indonesia (ersero) 3. BBRI Bank Rakya Indonesia (ersero) 4. BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 5. BMRI Bank Mandiri (ersero) Tbk. Sumber: Lampiran 1 46

2 Deskripsi Daa Sesuai dengan ujuan unuk mengeahui konsisensi dari VAR meode simulasi hisoris dari pengukuran risiko pasar dari jangka pendek dan jangka panjang, daa yang di gunakan adalah daa harga penuupan saham bulanan periode 1 Agusus Agusus 2012 dengan demikian dalam sau ahun erdapa 12 daa reurn dan kelipaannya pada peneliian dua ahun, iga ahun, dan lima ahun. Dalam peneliian ini masing-masing saham memiliki jumlah daa reurn dan dalam periode yang sama. Daa yang di gunakan adalah daa lima ahun sebelum masa peneliian karena semakin baru daa yang di gunakan di harapkan pengukuran risiko pasar akan semakin nyaa. 4.3 Analisa Daa erhiungan daa yang elah di himpun unuk menjawab ada idaknya konsisensi VAR meode simulasi hisoris pada pengukuran risiko jangka pendek dan jangka panjang saham-saham perbankan yang masuk dalam index LQ 45 di aas, jangka menengah iga ahun juga di lakukan perhiungan, oleh karena 3 ahun ercakup dianara jangka pendek dan jangka panjang. Dan analisa daa akan dilakukan sebagai beriku: a. Menghiung reurn saham BBCA, BBRI, BBNI, BDMN, dan BMRI masing-masing 12 reurn dalam sau ahun dan kelipaannya dalam waku peneliian dua ahun, iga ahun, dan lima ahun. b. Mengurukan reurn dari yang erendah sampai yang eringgi. c. Menghiung VAR asse unggal dan reurn raa-raa. Langkah-langkah ersebu di aas di lakukan unuk masing-masing periode sau ahun, dua ahun, iga ahun, dan lima ahun. Langkah-langkah pengukuran risiko pasar dengan meode VAR meode hisoris akan di jabarkan sebagai beriku.

3 VAR Dalam Jangka Waku Sau Tahun a. erhiungan reurn erhiungan reurn masing-masing saham di gunakan rumus sebagai beriku: Re urn Keerangan: 1 1 x 100% p = harga saham periode ke 1 = harga saham periode ke 1 Dalam perhiungan reurn akan dibahas mengenai reurn 5 saham perbankan, saham-saham ersebu dapa di liha pada lampiran 1, dari hasil perhiungan reurn masing-masing saham dalam sau ahun pada periode 1 Agusus Agusus 2008 di sajikan dalam lampiran 2-6. Dari hasil perhiungan di dapa flukuasi harga yang dinamis pada saa erenu reurn mengalami lonjakan, erkadang urun drasis dan ada saa-saa idak mendapakan reurn aau reurn sama denga nol. Flukuasi reurn ini dapa di liha pada saham BBCA reurn erendah - 10,8108% erjadi pada bulan ke 10 reurn eringgi 22,2222% pada bulan ke 11, BBNI reurn erendah -16,2651% erjadi pada bulan ke 7 dan reurn eringgi 20,6616% pada bulan ke 11, saham BBRI reurn erendah -12,5000% pada bulan ke 7 dan eringgi 19,6078% pada bulan ke 11, BDMN reurn erendah % pada bulan ke 10 dan eringgi 18,0851% pada bulan ke 11, dan saham BMRI erendah - 10,3448% pada bulan ke 10 dan eringgi 14,4231% pada bulan ke 11. Unuk saham BDMN pada bulan ke 9 anpa reurn aau reurn sama

4 49 dengan 0. Lonjakan reurn cukup drasis di alami oleh saham BDMN perbedaan reurn pada bulan 11 posiif 20,6612% dan negaif 13,0137 pada bulan ke 12, sehingga saham BDMN mengalami lonjakan 33,6749% dalam waku 1 bulan. b. Mengurukan reurn Reurn erhiung di urukan dari yang erendah ke yang eringgi. Hasil penguruan reurn 12 bulan periode 1 Agusus Agusus 2008 pada lampiran c. erhiungan VAR asse ungal 1. erhiungan VAR asse unggal dengan ingka kepercayaan 90% aau disingka VAR 90%. VAR 90% akan di liha dari 10% reurn erendah.10% dari 12 daa yaiu 1,2. Daa ke 1,2 di hiung dari daa erendah perama di ambah dengan dua per sepuluh dari selisih daa erkecil kedua dengan daa erkecil perama. Uruan daa dapa diliha pada lampiran Nama Saham Tabel 4.2 Hasil erhiungan VAR 90% Bulanan eriode 1 Agusus Agusus 2008 Reurn ke 1 Reurn ke 2 VAR= R1+2/10 (R2-R1) Reurn raa-raa Toal Reurn BBCA BBNI BBRI BDMN BMRI Sumber: Daa yang diolah erhiungan VAR asse unggal dengan ingka kepercayaan 95% aau disingka VAR 95%. VAR 95% akan di liha dari 5% reurn

5 erendah, 5% dari 12 daa yaiu 0,6. Dan di bulakan menjadi 1 daa ke sau dapa diliha pada lampiran Tabel 4.3 Hasil erhiungan VAR 95% Bulanan eriode 1 Agusus Agusus 2008 No Nama Saham VAR 1 BBCA BBNI BBRI BDMN BMRI Sumber: Daa yang diolah 2012 Hasil perhiungan VAR 95% bulanan dan VAR 90% bulanan menunjukkan VAR 95% saham BDMN pada ingka kepercayaan 95% 17,5439% dan VAR erkecil pada saham BMRI adalah %. ada ingka kepercayaan 90% VAR eringgi saham BDMN 17,5130 dan erendah BMRI -9,9489 invesasi pada kurun waku 1 Agusus Agusus 2008, empa dari lima saham memiliki reurn raa-raa bernilai negaif kecuali reurn raa-raa BBCA posiif 0,9440 hal ini erjadi ada kemungkinan pasar mendapa ekanan akiba dari krisis Eropa VAR Dalam Jangka Waku Dua Tahun a. erhiungan reurn erhiungan reurn masing-masing saham di gunakan rumus sebagai beriku:

6 51 Re urn Keerangan: 1 1 x 100% p = harga saham periode ke 1 = harga saham periode ke 1 Dalam perhiungan reurn akan dibahas mengenai reurn 5 saham perbankan, saham-saham ersebu dapa di liha pada lampiran 1. Hasil perhiungan reurn masing-masing saham dalam waku dua ahun pada periode 1 Agusus Agusus 2009 di sajikan dalam lampiran Dari hasil perhiungan di dapa flukuasi harga yang dinamis pada saa erenu reurn mengalami lonjakan yang sanga ajam, urun sanga drasis dan ada saa-saa idak mendapakan reurn aau reurn sama dengan nol. Gejolak saham erjadi pada saham BBCA - 14,5445% pada bulan ke 18 dan 31,9149% reurn pada bulan ke 19 dan reurn ini adalah reurn eringgi dari saham BBCA dan reurn erendah -15,3846% pada bulan ke 17. Saham BBNI naik ajam 70,7540% dalam waku 1 bulan yaiu erjadi pada bulan ke 19 dan ke 20. Reurn saham BBNI pada bulan ke 19 hanya 2,8571% dan melonjak menjadi 73,6111% pada bulan ke 20 sedangkan reurn erendah BBNI erjadi pada bulan ke 14 yaiu -47,4227%. Saham BBRI reurn eringgi erjadi pada ke 20 sebesar 38,0952% dan reurn erendah pada bulan ke 14 yaiu -36,1111%. Saham BDMN reurn eringgi 28,6667% pada bulan ke 22 dan reurn erendah -46,9388% pada bulan ke 14 dan pada bulan ke 9, 20 dan 23. Saham BDMN idak

7 52 membukukan reurn aau reurn nol. Saham BMRI reurn eringgi 35,9060% erjadi pada bulan ke 16 dan bulan ke 14 reurn -41,1321%. b. Mengurukan reurn Reurn erhiung di urukan dari yang erendah ke yang eringgi. Hasil penguruan reurn 24 bulan periode 1 Agusus Agusus 2009 pada lampiran c. erhiungan VAR asse unggal 1. erhiungan VAR asse unggal dengan ingka kepercayaan 90% aau disingka VAR 90%. VAR 90% akan di liha dari 10% reurn erendah. 10% dari 24 daa yaiu 2,4. Dan daa ke 2,4 di hiung dari daa erendah kedua di ambah dengan empa per sepuluh dari selisih daa erkecil keiga dengan daa erkecil kedua. Uruan daa dapa diliha pada lampiran Nama Saham Tabel 4.4 Hasil erhiungan VAR 90% Bulanan eriode 1 Agusus Agusus 2009 Reurn ke 1 Reurn ke 2 VAR= R1+4/10 (R2-R1) Reurn raaraa Toal Reurn BBCA BBNI BBRI BDMN BMRI Sumber: Daa yang diolah erhiungan VAR asse unggal dengan ingka kepercayaan 95% aau disingka VAR 95%. VAR 95% akan di liha dari 5% reurn

8 53 erendah 5% dari 24 daa yaiu 1,2. Dan daa ke 1,2 di hiung dari daa erendah perama di ambah dengan dua per sepuluh dari selisih daa erkecil kedua dengan daa erkecil perama. Uruan daa ersebu di aas dapa di liha pada lampiran Tabel 4.5 Hasil erhiungan VAR 95% Bulanan eriode 1 Agusus Agusus 2009 No Nama Saham Reurn 1 Reurn 2 VAR= R1+2/10 (R2-R1) 1 BBCA BBNI BBRI BDMN BMRI Sumber: Daa yang diolah 2012 Hasil perhiungan VAR 95% bulanan dan VAR 90% bulanan menunjukkan VAR saham BDMN pada ingka kepercayaan 95% eringgi % dan VAR saham BMRI adalah 10,3499% pada pada ingka kepercayaan 90% VAR eringgi saham BDMM % dan erendah VAR saham BMRI -10,2563% Invesasi pada kurun waku 1 Agusus Agusus Reurn raa-raa saham BDMN bernilai negaif adapun yang lain bernilai posiif.

9 4.3.3 VAR Dalam Jangka Waku Tiga Tahun a. erhiungan reurn erhiungan reurn masing-masing saham di gunakan rumus sebagai beriku: Re urn 1 Keerangan: 1 x 100% p = harga saham periode ke 54 1 = harga saham periode ke 1 Dalam perhiungan reurn akan dibahas mengenai reurn 5 saham perbankan, saham-saham ersebu dapa di liha pada lampiran 1, dari hasil perhiungan reurn masing-masing saham dalam dua ahun pada periode 1 Agusus Agusus 2010 di sajikan dalam lampiran Dari hasil perhiungan di dapa flukuasi harga yang dinamis pada saa erenu reurn mengalami lonjakan yang sanga ajam, urun sanga drasis dan ada saa-saa idak mendapakan reurn aau reurn sama dengan nol. Reurn saham BBCA reurn erendah -15,3846% pada bulan ke 17 dan reurn eringgi 31,9149% pada bulan ke 19, reurn saham BBNI reurn erendah -47,4227% pada bulan ke 14 dan reurn eringgi 73,6111% pada bulan ke 14, reurn saham BBRI reurn erendah -36,1111% pada bulan ke 14 dan reurn eringgi 38,0952% pada bulan ke 20, reurn saham BDMN reurn erendah -46,9388% pada bulan ke 14 dan reurn eringgi 28,6667% pada bulan ke 22, dan saham BMRI reurn erendah -41,1321% pada bulan ke 14 dan reurn eringgi 35,9060% pada bulan ke 16.

10 55 b. Mengurukan reurn Reurn erhiung di urukan dari yang erendah ke yang eringgi. Hasil penguruan reurn 36 bulan periode 1 Agusus Agusus 2010 pada lampiran c. erhiungan VAR asse unggal 1. erhiungan VAR asse unggal dengan ingka kepercayaan 90% aau disingka VAR 90%. VAR 90% akan di liha dari 10% reurn erendah 10% dari 36 daa yaiu 3,6. Dan daa ke 3,6 di hiung dari daa erendah keiga di ambah dengan enam per sepuluh dari selisih daa erkecil keempa dengan daa erkecil keiga. Uruan daa dapa diliha pada lampiran Tabel 4.6 Hasil erhiungan VAR 90% Bulanan eriode 1 Agusus Agusus 2010 Nama Saham Reurn ke 1 Reurn ke 2 Sumber: Daa yang diolah 2012 VAR= R1+6/10 (R2-R1) Reurn raa-raa Toal Reurn BBCA BBNI BBRI BDMN BMRI erhiungan VAR asse unggal dengan ingka kepercayaan 95% aau disingka VAR 95%. VAR 95% akan di liha dari 5% reurn erendah 5% dari 36 daa yaiu 1,8. Dan daa ke 1,8 di hiung dari

11 56 daa erendah perama di ambah dengan delapan per sepuluh dari selisih daa erkecil kedua dengan daa erkecil perama. Uruan daa ersebu di aas dapa di liha pada lampiran No Tabel 4.7 Hasil erhiungan VAR 95% Bulanan eriode 1 Agusus Agusus 2010 Nama Saham Reurn 1 Reurn 2 VAR= R1+8/10 (R2-R1) 1 BBCA BBNI BBRI BDMN BMRI Sumber: Daa yang diolah 2012 Hasil perhiungan VAR 95% bulanan dan VAR 90% bulanan menunjukkan VAR saham BDMN pada ingka kepercayaan 95% eringgi % dan VAR saham BMRI adalah % pada pada ingka kepercayaan 90% VAR eringgi saham BDMM % dan erendah VAR saham BMRI %. Invesasi pada kurun waku 1 Agusus Agusus Reurn raa-raa saham BDMN bernilai negaif adapun yang lain bernilai posiif VAR Dalam Jangka Waku Lima Tahun a. erhiungan reurn erhiungan reurn masing-masing saham di gunakan rumus sebagai beriku:

12 57 Re urn 1 1 x 100% Keerangan: p = harga saham periode ke 1 = harga saham periode ke 1 Dalam perhiungan reurn akan dibahas mengenai reurn 5 saham perbankan, saham-saham ersebu dapa di liha pada lampiran 1, dari hasil perhiungan reurn masing-masing saham dalam dua ahun pada periode 1 Agusus Agusus 2012 di sajikan dalam lampiran Dari hasil perhiungan di dapa flukuasi harga yang dinamis pada saa erenu reurn mengalami lonjakan yang sanga ajam, urun sanga drasis dan ada saa-saa idak mendapakan reurn aau reurn sama dengan nol. Reurn saham BBCA reurn erendah -15,3846% pada bulan ke 17 dan reurn eringgi 31,9149% pada bulan ke 19, reurn saham BBNI reurn erendah -47,4227% pada bulan ke 14 dan reurn eringgi 73,6111% pada bulan ke 14, reurn saham BBRI reurn erendah -36,1111% pada bulan ke 14 dan reurn eringgi 38,0952% pada bulan ke 20, reurn saham BDMN reurn erendah -46,9388% pada bulan ke 14 dan reurn eringgi 28,6667% pada bulan ke 22, dan saham BMRI reurn erendah -41,1321% pada bulan ke 14 dan reurn eringgi 35,9060% pada bulan ke 16.

13 58 b. Mengurukan reurn Reurn erhiung di urukan dari yang erendah ke yang eringgi. Hasil penguruan reurn 36 bulan periode 1 Agusus Agusus 2012 pada lampiran c. erhiungan VAR asse unggal 1. erhiungan VAR asse unggal dengan ingka kepercayaan 90% aau disingka VAR 90%. VAR 90% akan di liha dari 10% reurn erendah 10% dari 60 daa yaiu 6. Jadi 10% erendah di liha pada nomer uru keenam dari susunan hasil penguruan reurn. Hasil penguruan reurn dapa di liha pada lampiran Tabel 4.8 Hasil erhiungan VAR 90% Bulanan eriode 1 Agusus Agusus 2012 No Nama Saham VAR Reurn Toal raa-raa Reurn 1 BBCA BBNI BBRI BDMN BMRI Sumber: Daa yang diolah erhiungan VAR asse unggal dengan ingka kepercayaan 95% aau disingka VAR 95%. VAR 95% dapa di liha dari 5% reurn erendah 5% dari 60 daa yaiu 3 jadi 5% erendah di liha pada nomer uru keiga dari susunan hasil penguruan reurn. Hasil penguruan reurn dapa di liha pada lampiran

14 59 Tabel 4.9 Hasil erhiungan VAR 95% Bulanan eriode 1 Agusus Agusus 2012 No Nama Saham VAR 1 BBCA BBNI BBRI BDMN BMRI Sumber: Daa yang diolah 2012 Hasil perhiungan VAR 95% bulanan dan VAR 90% bulanan menunjukkan VAR saham BDMN pada ingka kepercayaan 95% eringgi % dan VAR saham BMRI adalah % pada pada ingka kepercayaan 90% VAR eringgi saham BDMN % dan erendah VAR saham BMRI %. Invesasi pada kurun waku 1 Agusus Agusus Reurn raa-raa saham BDMN pada invesasi pada ahun ke 4 yang masih bernilai negaive. ada ahun ke 5 reurn raa-raa mengalami peningkaan menjadi posiif. Dan VAR dari saham ersebu berbeda ipis dengan VAR BBCA. Berdasarkan hasil perhiungan di aas maka dapa secara sederhana di rangkum pada abel beriku ini:

15 60 Tabel 4.10 Rangkuman VAR 90%, 95% er Lembar Saham eriode 1 Agusus Agusus 2012 No Bank Tahun 1 BBCA 2 BBNI 3 BBRI 4 BDMN 5 BMRI VAR 90% VAR 95% 1 ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun ahun Sumber: Daa yang diolah 2012 R Risiko pasar pada saham di aas bila di ukur dengan VAR meode simulasi hisoris erliha VAR 95% lebih besar daripada VAR 90% dan VAR pada ahun kedua mengalami kenaikan dan urun pada ahun berikunya begiu juga invesasi ahun kelima

16 61 nilai VAR lebih kecil di banding ahun keempa dan ini erjadi pada saham-saham di aas. Reurn raa-raa pada ahun perama bernilai negaif kecuali pada saham BBCA posiif 0,9440 dan pada iga ahun berikunya reurn raa-raa bernilai posiif kecuali pada saham BDMN ahun perama, kedua dan keiga bernilai negaif Uji Kendall W Unuk menguji hipoesis ada idaknya konsisensi pengukuran VAR jangka pendek dan jangka panjang akan digunakan uji keselarasan Kendall. Jika nilai probabilias signifikansi (Asymp. Sig) lebih kecil dibanding dengan araf signifikansi ( ) sebesar 0,05 maka H 0 di olak dan H 1 dierima apabila nilai probabilias signifikansi lebih besar dibanding dengan araf signifikansi sebesar 0,05 maka H 0 dierima, H 1 di olak. Dan nilai chi-square erhiung lebih besar dari chi-squre abel, H 0 di olak H 1 di erima dan apabila chi-square erhiung lebih kecil dari chi-square abel maka H 0 di erima H 1 di olak. engujian keselarasan unuk mengukur konsisensi ukuran VAR, dalam hal ini pengujian dilakukan masing-masing sebanyak 6 kali pada VAR 90% dan 95% yaiu menguji konsisensi VAR 1 ahun dengan VAR 2 ahun, VAR 1 ahun dengan 3 ahun, VAR 1 ahun dengan 5 ahun, VAR 2 ahun dengan VAR 3 ahun, VAR 2 ahun dengan 5 ahun, VAR 3 ahun dengan 5 ahun. Hasil pengujian dapa di liha pada lampiran

17 62 Uji Tabel 4.11 Hasil Uji Kendall W VAR 90% Kendall's W Asymp. Sig Chi - Square Kesimpulan VAR 1 ahun dengan VAR 2 ahun konsisen VAR 1 ahun dengan idak VAR 3 ahun konsisen VAR 1 ahun dengan idak VAR 5 ahun konsisen VAR 2 ahun dengan VAR 3 ahun konsisen VAR 2 ahun dengan VAR 5 ahun konsisen VAR 3 ahun dengan VAR 5 ahun konsisen Sumber: Daa diolah lampiran 47 Dari hasil pengujian diaas VAR 90%, unuk VAR 1 ahun dan VAR 2 ahun pada abel 4.11 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 1 ahun dengan VAR 2 ahun lebih kecil dari 0,10 (0,025 < 0,10) dan chi-square erhiung sama dengan 5.00 lebih besar dari chi-square abel 3,84 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 1 ahun dan VAR 2 ahun. Dari hasil pengujian diaas VAR 90%, unuk VAR 1 ahun dan VAR 3 ahun pada abel 4.11 bahwa erjadi H 0 dierima sehingga H 1 diolak, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 1 ahun dengan VAR 3 ahun lebih besar dari 0,10 (0,180 > 0,10) dan chi-square erhiung sama dengan 0,360 lebih kecil dari chi-square abel 2,71 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa idak konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 1 ahun dan VAR 3 ahun.

18 63 Dari hasil pengujian diaas VAR 90%, unuk VAR 1 ahun dan VAR 5 ahun pada abel 4.11 bahwa erjadi Ho dierima sehingga H 1 diolak, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 1 ahun dengan VAR 5 ahun lebih besar dari 0,10 (0,180 > 0,10) dan chi-square erhiung sama dengan 0,360 lebih kecil dari chi-square abel 2,71 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa idak konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 1 ahun dan VAR 5 ahun. Dari hasil pengujian diaas VAR 90%, unuk VAR 2 ahun dan VAR 3 ahun pada abel 4.11 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 2 ahun dengan VAR 3 ahun lebih kecil dari 0,10 (0,025 < 0,10) dan chi-square erhiung sama dengan 5.00 lebih besar dari chi-square abel 2,71 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 2 ahun dan VAR 3 ahun. Dari hasil pengujian diaas VAR 90%, unuk VAR 2 ahun dan VAR 5 ahun pada abel 4.11 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 2 ahun dengan VAR 5 ahun lebih kecil dari 0,10 (0,025 < 0,10) dan chi-square erhiung sama dengan 5.00 lebih besar dari chi-square abel 2,71 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 2 ahun dan VAR 5 ahun. Dari hasil pengujian diaas VAR 90%, unuk VAR 3 ahun dan VAR 5 ahun pada abel 4.11 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 3 ahun dengan VAR 5 ahun lebih kecil dari 0,10 (0,025 < 0,10) dan chi-square erhiung sama dengan 5.00 lebih besar dari chi-square abel 2,71 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 3 ahun dan VAR 5 ahun.

19 64 Uji Tabel 4.12 Hasil Uji Kendall W VAR 95% Kendal's W Asymp. Sig Chi Square Kesimpulan VAR 1 ahun dengan VAR 2 ahun konsisen VAR 1 ahun dengan VAR 3 ahun konsisen VAR 1 ahun dengan VAR 5 ahun konsisen VAR 2 ahun dengan VAR 3 ahun konsisen VAR 2 ahun dengan VAR 5 ahun konsisen VAR 3 ahun dengan VAR 5 ahun konsisen Sumber: Daa diolah lampiran 47 Dari hasil pengujian diaas VAR 95%, unuk VAR 1 ahun dan VAR 2 ahun pada abel 4.12 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 1 ahun dengan VAR 2 ahun lebih kecil dari 0,05 (0,025 < 0,050) dan chi-square erhiung 5.00 lebih besar dari chi-square abel 3,84 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 1 ahun dan VAR 2 ahun. Dari hasil pengujian diaas VAR 95%, unuk VAR 1 ahun dan VAR 3 ahun pada abel 4.12 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 1 ahun dengan VAR 3 ahun lebih kecil dari 0,05 (0,025 < 0,050) dan chi-square erhiung 5.00 lebih besar dari chi-square abel 3,84 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 1 ahun dan VAR 3 ahun.

20 65 Dari hasil pengujian diaas VAR 95%, unuk VAR 1 ahun dan VAR 5 ahun pada abel 4.12 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 1 ahun dengan VAR 5 ahun lebih kecil dari 0,05 (0,046 < 0,050) dan chi-square perhiungan 4.00 lebih besar dari chi-square abel 3,84 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 1 ahun dan VAR 5 ahun. Dari hasil pengujian diaas VAR 95%, unuk VAR 2 ahun dan VAR 3 ahun pada abel 4.12 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 2 ahun dengan VAR 3 ahun lebih kecil dari 0,05 (0,025 < 0,050) dan chi-square erhiung 5.00 lebih besar dari chi-square abel 3,84 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 2 ahun dan VAR 3 ahun. Dari hasil pengujian diaas VAR 95%, unuk VAR 2 ahun dan VAR 5 ahun pada abel 4.12 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 2 ahun dengan VAR 5 ahun lebih kecil dari 0,05 (0,025 < 0,050) dan chi-square erhiung 5.00 lebih besar dari chi-square abel 3,84 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 2 ahun dan VAR 5 ahun. Dari hasil pengujian diaas VAR 95%, unuk VAR 3 ahun dan VAR 5 ahun pada abel 4.12 bahwa erjadi penolakan H 0 sehingga H 1 dierima, hal ini karena nilai asymp. sig uji Kendall s W anara VAR 3 ahun dengan VAR 5 ahun lebih kecil dari 0,05 (0,025 < 0,050) dan chi-square erhiung 5.00 lebih besar dari chi-square abel 3,84 dengan demikian dapa disimpulkan bahwa erdapa konsisensi perhiungan risiko pasar VAR 3 ahun dan VAR 5 ahun.

21 embahasan Tujuan peneliian ini unuk mengeahui konsisensi pengukuran nilai suau risiko aau VAR jangka pendek dan jangka panjang dengan meode simulasi hisoris. Dari hasil analisis di aas didapa seberapa besar risiko pasar dalam seiap lembar saham perbankkan yang masuk dalam index LQ 45. Nilai dari risko pasar ersebu dinyaakan dalam prosenasi, kemungkinan kerugian yang akan di anggung selama berinvesasi. Dari abel 4.10 erliha bahwa VAR 90% lebih kecil dibanding VAR 95% perbedaan VAR ersebu menunjukkan bahwa didalam menghiung VAR dipengaruhi oleh confiden level seperi yang dipaparkan oleh Jorion (2007: 47) VAR merupakan kerugian erburuk yang dapa diduga pada sebuah horizon waku erenu pada ingka kepercayaan erenu. Di sini menandakan nilai suau ingka kepercayaan dapa mempengaruhi nilai VAR. ara pengguna VAR biasanya meneapkan ingka kepercayaan berbeda-beda hal ini sanga subyekif, erganung pada invesor ersebu. Hasil perhiungan VAR seperi yang diampilkan pada abel 4.10 dimana nilai VAR ahun kedua mengalami peningkaan dan urun pada ahun berikunya dalam hal ini menandakan adanya dinamika pasar. Dengan meningkanya VAR dari lima saham ersebu di aas yang cukup ajam menandakan pasar mengalami ekan, erjadi risiko pasar aau yang kia kenal dengan risiko sisemik. ada saa iu sedang erjadi krisis Eropa. Kondisi seperi diaas senada dengan apa yang pernah dikemukakan oleh Jorion (2007: 262) perhiungan VAR meode simulasi hisoris mencakup pula nilai-nilai reurn pada saa kondisi pasar yang sedang mengalami gangguan aau idak normal. Hasil pengujian konsisensi pengukuran VAR jangka pendek dengan jangka panjang pada ingka kepercayaan 95% memberikan hasil yang sama. eriode jangka pendek diwakili 1 ahun dan 2 ahun sedangkan

22 67 periode jangka menengah diwakili 3 ahun dan jangka panjang diwakili 5 ahun. engukuran VAR jangka pendek 1 ahun menunjukkan konsisensi erhadap pengukuran VAR periode 2 ahun, 3 ahun, 5 ahun, dan pengukuran VAR jangka pendek periode 2 ahun menunjukkan konsisen dengan pengukuran VAR 3 ahun, dan 5 ahun sedangkan VAR jangka menengah 3 ahun konsisen dengan jangka panjang 5 ahun. engujian VAR jangka pendek dan jangka panjang dengan ingka kepercayaan 90% memberikan hasil yang berbeda. engukuran VAR jangka pendek 1 ahun konsisen dengan jangka pendek 2 ahun dan idak konsisen dengan jangka menengah 3 ahun dan jangka panjang 5 ahun. Sedangkan jangka pendek 2 ahun konsisen dengan jangka menengah 3 ahun, jangka panjang 5 ahun dan unuk jangka menengah 3 ahun konsisen dengan jangka panjang 5 ahun. Dowd, Blake, dan Cairns (2002) dalam hasil peneliiannya pada opik long ime value a risk, mengesimasi VAR dalam ime horizon melibakan mean reurn. Dalam jurnal ersebu di unjukkan nilai VAR berubah dengan perubahan ingka kepercayaan dan ime horizon. Dengan meningkanya waku, pada awalnya nilai VAR bergerak meningka kemudian membenuk buki dan secara berahap menurun kemudian menjadi negaif. VAR juga erganung dari ingka kepercayaan. Unuk ingka kepercayaan rendah nilai VAR akan membenuk buki yang lebih cepa kemudian menurun dengan cepa dan sebaliknya ingka kepercayaan inggi, nilai VAR akan membenuk buki secara perlahan. VAR dihiung dengan ingka keyakinan 95% dan 99% dalam invesasi selama 1 ahun, 2,5 ahun, 5 ahun, 10 ahun, 20 ahun dan 40 ahun dan pada hasil peneliiannya di peroleh perhiungan VAR 95% negaif pada ahun ke 10 dan VAR 99% negaif pada ahun ke 20. dari hasil peneliian ini menunjukkan bahwa dengan ingka kepercayaan 99% lebih konsisen

23 68 memperahankan VAR posiif hingga mencapai 20 ahun sedangkan ingka kepercayaan 95% VAR bernilai posiif hanya berahan 10 ahun dengan ini mengindikasikan VAR dengan ingka kepercayaan lebih rendah nilai VAR akan semakin idak konsisen, aau dengan kaa lain dengan ingka kepercayaan yang berbeda, berbeda pula konsisensinya. Dari hasil peneliian ini memiliki kesesuaian dengan hasil peneliian Dowd dkk dimana VAR pada ingka kepercayaan 95% VAR jangka pendek dan jangka panjang memberikan hasil yang sama konsisen sedangkan pada ingka kepercayaan 90% VAR idak konsisen pada periode 1 ahun dengan 3 ahun dan 1 ahun dengan 5 ahun. Dari rangkuman hasil perhiungan VAR 90% dan VAR 95% abel 4.10 nilai VAR 95% lebih besar daripada VAR 90%. Dengan demikian ingka kepercayaan yang lebih inggi memiliki esimasi risiko lebih inggi dan demikian sebaliknya.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN Dalam desain peneliian in akan dijabarkan mengenai eknik pengambilan sampel, pengumpulan daa, dan model empiris yang digunakan, sera level signifikansi dalam peneliian ini. Di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh: Arikel Skripsi TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Unuk Memenuhi Sebagian Syara Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN Peneliian ini diujukan unuk membukikan adanya hubungan dan pengaruh dari nilai ukar Rupiah erhadap Dollar Amerika Serika (exchange rae),

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu 1 Penenuan Pelebaran Window Time Opimal Pada Daa Dere Waku (1) Nursya`bani Hendro Prabowo dan (2) Raden Mohamad Aok Deparemen Saisika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Insiu Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan***

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan*** PELATIHAN MENITI PAPAN JARAK 4 METER 5 REPETISI 2 SET DAN 2 REPETISI 5 SET TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MENGWI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kadek Bayu Wibawa*, I Keu Sumera**,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 3732

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 3732 ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agusus 016 Page 373 Sifa Asimeris Model Prediksi Generalized Auoregressive Condiional Heerocedasiciy (GARCH) dan Sochasic Volailiy Auoregressive

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU II TERHADAP HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENGARUH RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU II TERHADAP HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA 1279 ANALISIS PENGARUH RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU II TERHADAP HARGA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA Ni Komang Dian Trisnawai ¹ Ni Nyoman Ayu Dianini ² ¹ Fakulas Ekonomi Universias Dhyana Pura

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) D-299

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) D-299 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No., (5) 337-35 (3-98X Prin) D-99 Esimasi Value a Risk (VaR) Porofolio Saham yang Tergabung dalam Indeks LQ45 Periode Agusus 4 sampai Januari 5 Menggunakan Meode Copula

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK Kompeensi Dasar paramerik. Mahasiswa memahami enang beberapa eknik analisis saisik non Indikaor Pencapaian Mahasiswa dapa: a. Menjelaskan, menghiung dan menerapkan

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci