KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak"

Transkripsi

1 KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen idak sasioner pada mean dan variansi, eapi apabila diregresikan kombinasi liniernya menjadi sasioner. Jika variabel error sasioner, maka variabel dependen dan variabel independen disebu regresi erkoinegrasi. Bila variabel dependen dan variabel independen idak sasioner eapi saling berkoinegrasi, maka dapa disimpulkan bahwa ada hubungan keseimbangan (equilibrium) jangka jangka panjang anara kedua variabel ersebu. Dalam jangka pendek ada kemungkinan erjadi keidakseimbangan (disequilibrium) dan unuk mengaasinya digunakan model koreksi kesalahan (Error Correcion Model). Tujuan peneliian ini adalah menerapkan uji koinegrasi unuk meliha apakah erdapa hubungan keseimbangan (equilibrium) jangka panjang daa runun waku anara Tingka Inflasi (variabel dependen) dengan BI rae (variabel independen). Peneliian ini menggunakan daa runun waku bulanan dari Sepember 008 sampai Sepember 013. Pengolahan daa dilakukan dengan menggunakan program Eviews versi 7. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapa disimpulkan bahwa daa Tingka Inflasi dan BI rae idak sasioner dan mempunyai hubungan keseimbangan (equilibrium) jangka panjang (berkoinegrasi). Dalam jangka pendek erjadi keidakseimbangan (disekuilibrium), sehingga digunakan model koreksi kesalahan (Error Correcion Model aau disingka ECM). Dengan menggunakan ECM masalah regresi lancung akan hilang. Karena variabel dependen dan variabel independen berkoinegrasi mengakibakan error keseimbangan (equilibrium) akan sasioner, sehingga Tingka Inflasi (variabel dependen) dengan BI rae (variabel independen) pada model ECM menjadi sasioner. Kaa kunci : Uni Roo, Regresi Lancung, Koinegrasi, dan Error Correcion Model 1. Pendahuluan Uji Koinegrasi merupakan salah sau meode unuk mengindikasikan kemungkinan adanya hubungan keseimbangan (equilibrium) jangka panjang anara variabel dependen dan variabel independen. Namun, walaupun erdapa keseimbangan jangka panjang akan eapi dalam jangka pendek mungkin saja keduanya idak mencapai keseimbangan. Pada regresi linier Y 0 1 e dimana variabel Y idak sasioner pada mean dan variansi, eapi apabila diregresikan kombinasi liniernya menjadi sasioner. Koinegrasi juga dapa menyebabkan erjadinya semu/regresi lancung (spurious regression). Koinegrasi mudah erjadi pada daa ime series yang melibakan jangka waku yang lama. Regresi lancung dapa erjadi apabila anara variabel dependen Y dan variabel independen dengan 1 0. Namun, esimaor Ordinary Leas Square (OLS) Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series 41

2 akan menyaakan 1 signifikan aau uji saisik menyimpulkan 1 0 dengan nilai koefisien deerminasi R yang relaif besar yaiu keika nilai koefisien deerminasi R lebih besar dibanding nilai Durbin Wason. Dalam kasus regresi lancung perlu diinga unuk idak melakukan analisis regresi dianara variabel-variabel runun waku Y keika keduanya memiliki uni roo, kecuali keadaan dimana Y berkoinegrasi. Rumusan masalah dari penulisan ini adalah bagaimana menggunakan Error Correcion Model aau disingka (ECM) unuk menghilangkan masalah regresi lancung, sehingga error keseimbangan (equilibrium) menjadi sasioner mengakibakan variabel dependen dan variabel independen sasioner?.. Tinjauan Pusaka Analisis regresi merupakan suau analisis yang menggambarkan hubungan anara dua variabel aau lebih. Ada dua jenis variabel pada analisis regresi yaiu variabel dependen (ak bebas) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya, dinoasikan dengan Y dan variabel independen (bebas) adalah variabel yang idak dipengaruhi oleh variabel lainnya, dinoasikan dengan. Berdasarkan banyaknya variabel independen, regresi linier dibagi menjadi dua macam yaiu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Regresi linier sederhana adalah model regresi dengan sau variabel independen, sedangkan regresi linier berganda adalah model regresi dengan variabel independen lebih dari sau. Persamaan regresi linier sederhana yaiu Y e dan persamaan regresi linier berganda yaiu Y e. Ada beberapa meode yang dapa digunakan dalam membenuk fungsi regresi. Namun demikian, dari sekian banyak meode, yang paling umum digunakan adalah meode kuadra erkecil biasa (Ordinary Leas Squares = OLS). Definisi.1 (Purwano, 006) Jika Y menyaakan oupu variabel yang diperoleh dari hubungan variabel n, 1,,..., k. keduanya Y diasumsikan diperoleh dari hasil observasi 1,,..., T, sehingga diperoleh hubungan model linier beriku: y dengan x x x dengan asumsi OLS 1. bersifa deerminisik arinya dari pengamaan masa lalu, keadaan masa daang dapa diramalkan secara pasi.. Rank( x) n, arinya bersifa full rank 3. E( ) 0 4. E( ') I 5. 0, idak ada baasan unuk dan 6. berdisribusi mulivaria normal 4 Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series

3 Dengan pendekaan SSE (Sum Squares Error) didapa E( ˆ ) Jurnal Konvergensi ˆ 1 ( ' ) ' OLS y 1 yang bersifa BLUE dengan OLS dan ( ˆ Var OLS ) ( ' )..1 Regresi Lancung Regresi lancung biasanya erjadi pada daa yang bersifa rend. Daa variabel dependen dan variabel independen sama-sama menunjukkan kecenderungan meningka dengan berambahnya waku. Daa seperi ini idak bersifa sasioner, eapi bila dianalisis secara bersama-sama akan bersifa sasioner. Biasanya pada diferensi perama akan bersifa sasioner. Regresi lancung dapa erjadi apabila anara variabel dependen Y dan variabel independen dengan 1 0. Namun, esimaor Ordinary Leas Square (OLS) akan menyaakan 1 signifikan aau 0 uji saisik menyimpulkan 1 dengan nilai koefisien deerminasi R yang relaif besar (Granger and Newbold, 1974). Sebagai acuan, (Gujarai, 004) mengusulkan unuk mewaspadai keika nilai koefisien deerminasi R lebih besar dibanding nilai Durbin Wason. Ada idaknya regresi lancung dapa diliha dari beberapa oupu analisis. Jadi, daa harus di analisis dulu unuk mengeahui apakah regresi yang erjadi bersifa lancung aau idak. Menuru (Wing Wahyu Winarno, 009) ada empa ciri-ciri regresi lancung sebagai beriku: 1. Memiliki koefisien deerminasi (nilai F) inggi.. Memiliki nilai R inggi. 3. Memiliki nilai signifikansi () inggi. 4. Memiliki nilai Durbin Wason rendah.. Koinegrasi Dalam kasus regresi lancung (spurious regression) perlu diinga unuk idak melakukan analisis regresi dianara variabel-variabel runun waku Y keika keduanya memiliki uni roo, kecuali keadaan dimana Y berkoinegrasi. Koinegrasi erjadi apabila variabel independen dan variabel dependen sama-sama merupakan suau rend, sehingga masing-masing idak sasioner. Namun apabila keduanya diregresikan akan menyebabkan kombinasi liniernya menjadi sasioner. Didefinisikan e sebagai residual dari suau persamaan regresi linier sederhana anara Y, sehingga e Y. Dalam keadaan dimana Y keduanya memiliki uni roo (yakni masing-masing memiliki rend), maka e akan mengandung uni roo. Pada keadaan ini muncul kasus regresi lancung. Namun seringkali erjadi dimana e idak mengandung rend, nilainya idak erlalu besar dan meskipun Y mengandung rend, nilainya idak erlalu divergen anara sau dengan yang lainnya (arah rendnya sama aau mengandung common rend aau corend). Keadaan yang demikian ini sering disebu sebagai kasus dimana Y berkoinegrasi. Dengan demikian, jika erjadi koinegrasi, maka masalah regresi lancung akan hilang dan lebih lanju erdapa hubungan keseimbangan (equilibrium) Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series 43

4 anara Y dan dalam benuk arah rend yang sama. Pada keadaan dimana erdapa koinegrasi, maka persamaan regresi Y e disebu persamaan regresi koinegrasi dan parameer dapa diinerpreasikan sebagai long-run muliplier yang mengukur pengaruh jangka panjang (long-run effec) secara permanen dari erhadap variabel Y. Definisi. (Engle and Granger, 1987) x x, x,..., x ' dikaakan berkoinegrasi Komponen-komponen dari vekor 1 k dalam orde d,b aau diulis x ~ CI d, b apabila berlaku: 1. Semua komponen dari x merupakan proses inegraed order d, aau I( d ). Terdapa vekor α,,..., ( 0), k i i i1 sedemikian hingga 1 k α'x x I( d b), b 0. Vekor α sering disebu sebagai vekor koinegrasi. Definisi koinegrasi ini menjadi pening karena dengan konsep ini dapa diamai hubungan equilibrium jangka panjang (long-run equilibrium) dari variabel-variabel yang idak sasioner (karena mengandung rend). Sebagai conoh, ambil d 1, b 1, yakni semua variabel yang diamai adalah poses inegraed order C 1, maka erdapa vekor α hingga kombinasi linier α'x k x i i i1 akan bersifa I( d b) I(0) aau proses yang sasioner. Jadi, meskipun semua daa x, x,..., x masing-masing non-sasioner, namun kombinasi liniernya yang 1 k didefinisikan oleh vekor α akan sasioner..3 Pengujian Koinegrasi Unuk menguji adanya koinegrasi dapa dilakukan dengan menggunakan meode uji Engle-Granger dua langkah dan uji Johansen (Johansen, 1988). Namun, pada peneliian ini hanya menggunakan meode uji Engle-Granger dua langkah, beriku akan dibahas uji Engle-Granger yang langkah-langkah secara singka diberikan dibawah ini. 1. Ujilah adanya uni roo dalam variabel Y dan (misalnya dengan menggunakan uji Augmened Dickey-Fuller aau ADF). Orde uni roo ini harus sama dan bernilai d. Jika hipoesis adanya uni roo diolak, maka hipoesis adanya koinegrasi anar variabel akan diolak.. Selanjunya, esimasi persamaan regresi anara Y erhadap variabel dan residual e. 3. Lakukan uji uni roo erhadap residual e yang diperoleh pada langkah. Jika hipoesis adanya uni roo diolak, maka disimpulkan bahwa Y berkoinegrasi. Pening dikeahui bahwa dalam pengujian uni roo erhadap residual e, jangan memasukkan komponen rend ke dalam saisik uji. 44 Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series

5 3. Model Koreksi Kesalahan Error Correcion Model Apabila Y berkoinegrasi, maka erdapa hubungan jangka panjang dianara kedua variabel. Dalam jangka pendek, enu mungkin erdapa keidakseimbangan (disequlibrium) anar kedua kedua variabel. Berdasarkan eori yang disebu sebagai Granger Represenaion Theorem, maka apabila Y berkoinegrasi, sifa hubungan jangka pendek di anara keduanya dapa dinyaakan dalam benuk Model Koreksi Kesalahan (Error Correcion Model). Unuk memahami Error Correcion Model (ECM) akan digunakan benuk yang paling sederhana dari model ECM yang dapa dinyaakan sebagai: Y e 1 0. Disini e 1 adalah error yang diperoleh dari e Y aau secara umum persamaan regresi anara Y, yaiu anara Y dan 1,,..., k, yakni e 1 Y 1 1 1,1... k 1, k dan adalah komponen error dalam model ECM. Disini diasumsikan 0. Unuk memudahkan menginerpreasikan model ECM, asumsikan 0 dan selanjunya asumsikan 1 0 e, sehingga e Y aau nilai dari Y 1 akan berada diaas equilibrium 1. Karena nilai 0, maka e 1 akan bernilai negaif. Demikian juga halnya dengan Y. Dengan kaa lain, Jika Y pada periode waku -1 berada di aas nilai equilibriumnya, maka nilainya akan urun pada periode waku berikunya (waku ke ), sehingga nilai error equilibrium e dalam model akan erkoreksi (faka ini yang menyebabkan model ini disebu Error Correcion Model). Pada e 1 0 akan erjadi hal sebaliknya, yakni nilai dari Y 1 akan berada dibawah nilai equilibriumnya dan e 1 0 dan Y akan bernilai posiif, menyebabkan naiknya nilai Y dari periode waku ke. Model ECM idak akan mengalami masalah regresi lancung. Karena Y mengandung uni roo, maka Y dan masing-masing akan sasioner. Lebih lanju, karena Y berkoinegrasi, maka error equilibrium akan sasioner sehingga variabel dependen dan semua variabel independen didalam model ECM akan sasioner. Dengan demikian, meode OLS dan inferensi erhadap koefisien dengan uji dapa diinerpreasikan seperi dalam model regresi biasa. Sau-saunya hal yang perlu diperhaikan adalah adanya variabel error yang idak erobservasi e. 1 Berbagai meode elah dikemukakan di dalam lieraur unuk esimasi model ECM, beriku diberikan esimasi model ECM dengan eknik esimasi dua langkah: 1. Esimasi persamaan regresi anara Y dan residual pada langkah ini sama dengan nilai residual pada langkah pada pengujian koinegrasi.. Esimasi persamaan ECM, Y e 1 0 anara Y dan dengan menggunakan residual dari langkah perama. Secara umum benuk model ECM anara Y dan diberikan oleh persamaan beriku: yang berkoinegrasi Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series 45

6 , i i, i i 1, i0 i0.14 K Y e Y K L e Y 0 1 1, i i, i i, i0 i0 4. Sudi Kasus Dalam sudi kasus ini akan diliha pengaruh anara Tingka Inflasi dengan BI rae. Diasumsikan bahwa Tingka Inflasi dipengaruhi oleh BI rae, dengan erjadi kenaikan suku bunga bank, maka perusahaan melakukan peminjaman uang dari Bank akan erbebani oleh ingginya ingka suku bunga keika membayar uangnya, sehingga unuk menuupi beban ersebu, maka perusahaan menyiapkan dana yang salah saunya dengan cara menaikan harga barang/jasa. Singkanya, hal inilah yang menyebabkan erjadinya Inflasi. Pengolahan daa dilakukan dengan menggunakan program Eviews versi 7 dan buku acuan (Rosadi, 011). Selanjunya daa Inflasi dan BI rae diperoleh dari hp:// dan hp:// Tingka Inflasi /daa/defaul.aspx yakni daa bulan Sepember 008 sampai Sepember 013, yang dapa diliha pada grafik di bawah ini: L III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III TINGKAT_INFLASI BI_RATE Gambar 1. Plo Daa Tingka Tingka Inflasi dan BI Rae Dari gambar di aas dapa diliha bahwa kedua daa di aas masih mengandung rend yang menunjukkan kedua daa ersebu belum saioner. Unuk memasikannya dilakukan Uji Uni Roo. 4.1 Uji Uni Roo/ Saionerias Daa Selanjunya akan dilakukan Uji Uni Roo (Augmened Dikey Fuller Uni Roo Tes) dengan krieria sebagai beriku : 1. Ho: Ada uni roo Ha: Tidak ada uni roo. Tingka signifikansi 95% aau 5% 3. Saisik uji: nilai ADF 46 Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series

7 4. Daerah kriis: Ho diolak jika Nilai ADF < Criical Value ( 5% ) 5. Kesimpulan: Ho dierima karena Nilai ADF > Criical Value ( 5% ) Uji Uni Roo unuk Daa Tingka Inflasi Dari hasil di aas disimpulkan bahwa, Ho dierima karena saisik uji ADF ( ) > Nilai kriis ADF pada 5% ( ) dan juga nilai prob (0.407) > Dengan demikian, daa Tingka Inflasi mengandung uni roo dengan kaa lain daa idak saioner Uji Uni Roo unuk Daa BI Rae Dari hasil di aas disimpulkan bahwa, Ho dierima karena saisik uji ADF ( ) > Nilai kriis ADF pada 5% ( ) dan juga nilai prob (0.1051) > Dengan demikian daa BI rae mengandung uni roo dengan kaa lain daa idak saioner. 4. Uji Koinegrasi Terliha bahwa daa Tingka Inflasi dan BI rae, keduanya idak saioner. Selanjunya akan diuji koinegrasi kedua variabel (dengan menggunakan Uji Engle- Granger) yaiu dengan meliha saionerias dari residual hasil regresi anara Tingka Inflasi dan BI rae dengan langkah sebagai beriku: 1. Melakukan regresi anara Tingka Inflasi dan BI rae Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series 47

8 . Membua daa residual yang baru yang merupakan replikasi dari daa resid. Yakni dengan menggunakan Generae Equaion. Tulis: residual = resid 3. Menguji Saionerias Residual dengan meliha apakah mengandung uni roo aau idak. Dari hasil di aas disimpulkan bahwa, Ho diolak karena saisik uji ADF ( ) < Nilai kriis ADF pada 5% ( ). Dengan demikian residual idak mengandung uni roo dengan kaa lain daa saioner. Dengan demikian, diperoleh persamaan regresi koinegrasi: Tingka Infl a si BI r ae 4.3 Esimasi Error Correcion Model (ECM) Dengan mengeahui bahwa kedua daa saling berkoinegrasi, berari ada hubungan jangka panjang (equilibrium) anara kedua variabel ersebu. Dalam jangka pendek ada kemungkinan erjadi keidakseimbangan (disekuilibrium). Karena adanya keidakseimbangan ini maka diperlukan adanya koreksi dengan 48 Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series

9 model koreksi kesalahan (Error correcion Model, disingka ECM). Persamaan unuk ECM sederhana dapa diulis aebagai beriku : (Tingka Inflasi) C e 1 0(BI rae) Karena C memiliki probabilias paling inggi (0.7401) > 0.05 (berari C idak signifikan), maka dilakukan pengujian ulang anpa menggunakan C. Diperoleh: Karena residual(-1) memiliki probabilias paling inggi (0.700) > 0.05 (berari residual(-1) idak signifikan), maka dilakukan pengujian ulang anpa menggunakan residual(-1). Diperoleh: Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series 49

10 Karena dbi_rae(-1) memiliki probabilias paling inggi (0.643) > 0.05 (berari dbi_rae(-1) idak signifikan), maka dilakukan pengujian ulang anpa menggunakan dbi_rae(-1). Diperoleh: Tampak bahwa probabilias dari variabel dbi_rae (0.0000) < 0.05, berari variabel dbi_rae elah signifikan. Dengan demikian, diperoleh persamaan esimasi ECM, yakni: (Tingka Inflasi) (BI rae) 5. Penuup 5.1 Kesimpulan. Uji Koinegrasi merupakan salah sau meode unuk mengindikasikan kemungkinan adanya hubungan keseimbangan (equilibrium) jangka panjang anara variabel dependen dan variabel independen. Namun, walaupun erdapa keseimbangan jangka panjang akan eapi dalam jangka pendek mungkin saja keduanya idak mencapai keseimbangan. Regresi lancung biasanya erjadi pada daa yang bersifa rend. Daa variabel dependen dan variabel independen sama-sama menunjukkan kecenderungan meningka dengan berambahnya waku. Daa seperi ini idak bersifa sasioner, eapi bila dianalisis secara bersama-sama akan bersifa sasioner. Biasanya pada diferensi perama akan bersifa sasioner. 50 Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series

11 Dalam kasus regresi lancung (spurious regression) perlu diinga unuk idak melakukan analisis regresi dianara variabel-variabel runun waku Y keika keduanya memiliki uni roo, kecuali keadaan dimana Y berkoinegrasi. Koinegrasi erjadi apabila variabel independen dan variabel dependen sama-sama merupakan suau rend, sehingga masing-masing idak sasioner. Namun apabila keduanya diregresikan akan menyebabkan kombinasi liniernya menjadi sasioner. Unuk mengaasinya digunakan model koreksi kesalahan (Error Correcion Model). Tujuan peneliian ini adalah menerapkan uji koinegrasi unuk meliha apakah erdapa hubungan keseimbangan jangka panjang daa runun waku anara Tingka Inflasi (variabel dependen) dengan BI rae (variabel independen). 5. Saran Penyusun juga memberikan beberapa saran unuk peneliian lebih lanju 1. Uji koinegrasi menjadi sanga pening karena dengan konsep ini dapa diamai hubungan equilibrium jangka panjang (long-run equilibrium) dari variabel-variabel yang idak sasioner (karena mengandung rend).. Unuk para penelii berikunya yang sejenis dengan peneliian ini masih bisa menggunakan uji Johansen erhadap daa yang berkoinegrasi unuk dikembangkan. 6. Dafar Pusaka [1] Engle, R.F. and Granger, C.W.J., Coinegraion and Error Correcion Represenaion, Esimaion and Tesing, Economerica, 55, (1987) [] Granger, C.W.J., and Newbold, P., Spurious Regressions in Economerics, Journal of Economerics,, (1974) [3] Gujarai, Damodar, Basic Economerics, Fourh Ediion, New York: McGraw Hill Inernaional Ediion. (004) [4 ]Johansen, S. Saisical Analysis of Coinegraion Vecors, Journal of Economic Dynamics and Conrol, 1, (1988) [5] Purwano, Joko. Analisis Daa Panel Model Dinamik. Tesis, idak dipublikasikan. Universias Gadjah Mada. (006) [6] Rosadi, Dedi, Ekonomerika dan Analisis Runun Waku Terapan Dengan Eviews, Yogyakara: Penerbi ANDI. (011) [7] Winarno, Wing Wahyu, Analisis Ekonomerika dan Saisika dengan Eviews, Yogyakara: STIM YKPN. (009) hp:// hp:// Tingka Inflasi /daa/defaul.aspx Koinegrasi dan Esimasi ECM Pada Daa Time Series 51

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua Model Koreksi Kesalahan pada Daa Runun Waku Indeks Harga Konsumen Koa-koa di Papua Miha Febby R. Donggori, Adi Seiawan, 3 Hanna Arini Parhusip Prodi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika, Universias Krisen

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY Hermansah Program Sudi Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS 6.1. Uji Mulikolinearias Sebagaimana dikemukakan di aas, bahwa salah sau

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PARAMETER KOINTEGRASI (STUDI KASUS: NILAI EKSPOR DAN INVESTASI INDONESIA PADA TAHUN ) RIZKI NUGROHO ARYANTO

PENAKSIRAN PARAMETER KOINTEGRASI (STUDI KASUS: NILAI EKSPOR DAN INVESTASI INDONESIA PADA TAHUN ) RIZKI NUGROHO ARYANTO PENAKSIRAN PARAMETER KOINTEGRASI (STUDI KASUS: NILAI EKSPOR DAN INVESTASI INDONESIA PADA TAHUN 1970 007) RIZKI NUGROHO ARYANTO 0305010556 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Unuk meliha sejauh mana rencana implemenasi Peneliian yang akan Penulis bua dalam Proposal Skripsi ini, maka ada baiknya Kia meliha sisemaika kerja dan meode peneliian yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting.

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting. METODE INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) UNTUK MEMODELKAN HARGA GABAH DUNIA (INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY TO CAPTURE

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Daa Daa yang digunakan adalah daa sekunder runun waku (ime series) bulanan dari 2002:01 sampai dengan 2009:06 yang bersumber dari Laporan dan websie Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Produk Domestik Bruto dan Ekspor Indonesia dengan Pendekatan Threshold Vector Error Correction Model (TVECM)

Analisis Hubungan Produk Domestik Bruto dan Ekspor Indonesia dengan Pendekatan Threshold Vector Error Correction Model (TVECM) Analisis Hubungan Produk Domesik Bruo dan Ekspor Indonesia dengan Pendekaan Threshold Vecor Error Correcion Model (TVECM) Gama Pura Danu Sohibien 1, Brodjol Suijo Suprih Ulama 2 12) Program Sudi Saisika,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNA SKRIPSI Diajukan kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri ogyakara unuk memenuhi sebagian persyaraan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016)

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016) Prosiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-602-622-20-9 hal 935-950 November 206 hp://jurnal.fkip.uns.ac.id PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB))

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Model Dinamis: Auoregressive Dan Disribusi Lag (Sudi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB)) Dynamic Model : Auoregressive and Disribuion Lag (Case Sudy: Effecs

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES PROSIDING ISSN : 087-590. Seminar Nasional Saisika November 0 Vol, November 0 (T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES Yahya Ubaid ), Budi Nurani R. ), Mulyana K. 3) )Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER Abdul Aziz Dosen Jurusan Maemaika Fakulas Sains Teknologi Universias Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail : abdulaziz_uinmlg@yahoo.com

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3. Daa Pada karya akhir ini proxy unuk mengukur kegiaan perekonomian adalah ingka perubahan GDP real per kuaral dari ahun 3:Q sampai dengan ahun 8:Q dengan ahun dasar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI

UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIAH OGAKARTA UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI 8.1. Uji Auokorelasi a. Penyebab Munculnya Ookorelasi Berkaian dengan asumsi regresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM YANG DIPENGARUHI KURS, PERUBAHAN INFLASI, POSISI JUMLAH DEPOSITO BERJANGKA, SUKU BUNGA SBI DAN DEPOSITO MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER DAN ARCH-GARCH Oleh: TANTI MEGASARI 6 00

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hipoesis Peneliian Seperi yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, peneliian ini mencoba menemukan anomali DOTW pada volailias dan volume saham dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan) Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi Program Sudi MMT-ITS, Surabaya 1 Agusus 2009 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Sudi Kasus: PT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

PROSES AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY DENGAN DUGAAN VARIANSI INFLASI INDONESIA

PROSES AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY DENGAN DUGAAN VARIANSI INFLASI INDONESIA PROSES AUOREGRESSIVE CONDIIONAL HEEROSCEDASICIY DENGAN DUGAAN VARIANSI INFLASI INDONESIA Rianiai Monica, Suyono, dan Vera Maya Sani Jurusan Maemaika FMIPA UNJ Absrak Model-model runun waku konvensional,

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

PEMODELAN VOLATILITAS DALAM ANALISIS DATA MAKROEKONOMI STUDI KASUS PADA INFLASI.

PEMODELAN VOLATILITAS DALAM ANALISIS DATA MAKROEKONOMI STUDI KASUS PADA INFLASI. Prosiding Seminar Nasional Peneliian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakulas MIPA, Universias Negeri Yogyakara, 16 Mei 29 PEMODELAN VOLATILITAS DALAM ANALISIS DATA MAKROEKONOMI STUDI KASUS PADA INFLASI.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. 4, No., Januari 8 ISSN 46-454 prin/issn 65-8663 online Penerapan Model ARCH/GARCH unuk Peramalan Nilai Tukar Peani Ari Pani Desvina, Inggrid Ocaviani Meijer, Jurusan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 91-100 Online di: hp://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian IDENTIFIKASI BREAKPOINT DAN PEMODELAN AUTOREGRESSIVE STRUCTURAL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Saisika, Vol. 2, No. 2, November 24 PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Sri Wahyuni, 2 Farikhin, Iswahyudi Joko Suprayino Program Sudi Saisika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pusaka Menginga minyak sawi adalah minyak nabai yang digunakan sebagai bahan menah unuk memproduksi minyak

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Vol.. No., 03 PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Ari Pani Desvina, Sari Marlinda, Jurusan Maemaika Fakulas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

DAN PENERAPANNYA PADA PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII

DAN PENERAPANNYA PADA PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII Bulein Ilmiah Mah. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 6, No. 3 (27), hal 83 2. MODEL SPACE-TIME DAN PENERAPANNYA PADA PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII Ella Kurniawai, Naomi Nessyana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN Peneliian ini diujukan unuk membukikan adanya hubungan dan pengaruh dari nilai ukar Rupiah erhadap Dollar Amerika Serika (exchange rae),

Lebih terperinci