BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3. Daa Pada karya akhir ini proxy unuk mengukur kegiaan perekonomian adalah ingka perubahan GDP real per kuaral dari ahun 3:Q sampai dengan ahun 8:Q dengan ahun dasar. daa ersebu diperoleh dari websie Bank Indonesia dengan alama websienya Tingka perubahan GDP real ersebu dihiung dengan menggunakan rumus geomeric reurn dalam Persamaan (.3) yang erdapa dalam Bab II. Dimana daa ingka perubahan GDP real diperoleh dengan rumus : loggdp GDPkuaral = ln GDPkuaral Sedangkan unuk Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Harga Saham LQ-45 sera indeks harga saham indusri yang digunakan juga dalam benuk kuaral dari ahun 3:Q sampai dengan ahun 8:Q. Daa diperoleh dari websie Yahoo! Finance dan Bursa Efek Indonesia. Daa diperoleh dalam benuk daa harian yang diransformasi dalam benuk reurn dengan menggunakan rumus geomeric reurn dalam Persamaan (.3) yang erdapa dalam Bab II, dengan P adalah indeks harga saham pada gl dari permulaan kuaral sedangkan P - adalah indeks harga saham pada anggal erakhir kuaral ersebu. Dimana daa ingka perubahan IHSG, LQ-45 sera indeks harga saham indusri diperoleh dengan rumus: R indeks indeks =, i ln indeks Keerangan : Indeks adalah IHSG, LQ-45 aau Indeks Saham Indusri; i bernilai hingga 4 (menunjukkan lag) Dafar perusahaan yang ergolong dalam masing-masing sekor indusri dapa diliha dalam lampiran. Indeks harga indusri yang digunakan berasal dari indusri dengan pembagian perusahaan yang ergolong didalam indeks ersebu sebagai beriku: 7 Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

2 8 Tabel 3. Klasifikasi Indeks Indusri Sekoral No Nama Indeks Indusri Kelompok Perusahaan Dalam Indeks Agriculure Basic Indusry & Chemicals Palawija, Perkebunan, Peernakan, Perikanan, dll Semen, Keramik, porselen & kaca, Logam dan sejenisnya, Kimia, Pakan ernak, Kayu & pengolahannya, Pulp & keras 3 Consrucion, Propery & Real Esae Properi & real esae, Konsruksi bangunan 4 Consumer Goods 5 Finance Makanan & Minuman, Rokok, Farmasi, Kosmeik & keperluan rumah angga, Peralaan rumah angga. Bank, Insiusi finansial, Perusahaan sekurias, Asuransi, Reksa dana dll 6 Infrasrucure, Uiliy & Transporaion Energi, Jalan raya, Telekomunikasi, Transporasi, Konsruksi non bangunan. 7 Manufacure Manufakur 8 Mining 9 Miscellaneous Indusry Trade & Service Bau bara, Minyak bumi, Logam mulia, Bau-bauan Oomoif & komponennya, Teksil & Garmen, Alas kaki, Kabel, Elekronik dll Grosir, Reail, Resoran dan Hoel, Periklanan, Kompuer, Perusahaan invesasi, dll Sumber: BEI, ahun 8. Dalam karya akhir ini akan menggunakan daa reurn, beriku ini adalah abel yang berisikan saisik deskripif dari ke- seri daa reurn ersebu: Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

3 9 3. Tes Sasioner aas Daa Reurn Tes sasioner dilakukan dengan menggunakan pendekaan uji uni roo dengan ala banu perangka lunak Eview 4.. Uji uni roo merupakan salah sau formal es unuk mengeahui apakah daa sudah erbebas dari auokorelasi. Uji uni roo dilakukan dengan menggunakan pendekaan Augmened Dickey Fuller (ADF) karena daa reurn merupakan daa urunan dari nilai level. Meode ADF memiliki hipoesis yaiu: H H : δ = : δ (3.) dimana: δ = ρ, ρ merupakan koefisien korelasi. Unuk δ =, maka nilai ρ = yang berari erdapa uni roo aau daa idak sasioner. Unuk δ, maka nilai ρ yang berari idak erdapa uni roo aau daa sasioner. Tes sasionerias dilakukan dengan membandingkan nilai absolue ADF es saisic dengan nilai absolu es criical value 5% level. Dipilih es criical value 5% level karena pada karya akhir ini digunakan confiden level 95%. Nilai ADF es saisic dan p-value erdapa pada oupu Eviews 4. yang dapa diliha pada halaman lampiran. Daa reurn dapa dikaakan sasioner bila nilai absolu ADF es saisic lebih besar daripada nilai absolu es criical value 5% level aau bila p-value lebih kecil dari 5%. Bila nilai absolu ADF es saisic kurang Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

4 daripada nilai absolu es criical value 5% level aau bila p-value lebih besar daripada 5%, maka daa reurn dianggap idak sasioner. 3.3 Model Regresi Linier Dalam karya akhir ini digunakan regresi linier unuk membua model dengan menggunakan daa ingka perubahan dalam GDP real, indeks harga saham dan indeks indusri. Model persaman regresi linier diperlihakan pada Persamaan (3.) di bawah ini (Nachrowi dan Usman, 6, 9): Y = β + X (3.) β Y Gambar 3. Regresi Linier Y = ß + ß X u i ß ß Sumber: Nachrowi dan Usman, (6, 9) X Unuk memperoleh esimasi yang erbaik, maka error ( ui ) harus sekecil mungkin. Ordinary Leas Square (OLS) digunakan sebagai pendekaan dalam membangun regresi linier. Prinsip OLS menyaakan bahwa unuk mendapakan Persamaan regresi perlu menduga nilai β dan β sehingga Σu i minimum. OLS memiliki beberapa asumsi yang idak boleh dilanggar agar esimaor bersifa Bes Linear Unbiased Esimaion (BLUE) yang dikenal sebagai Teori Gauss-Markov dalam Nachrowi dan Usman (6,) melipui: E(u i ) = Tidak ada korelasi anara u i dan u j {cov(u i,u j ) =, i j } Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

5 Homoskedasik, yang berari nilai VaRian u i sama {VaR(u i ) = σ } kovarian anara u i dan X i sama dengan nol {cov(u i,x i ) = } Model regresi dispesifikasikan secara benar, arinya model harus berpijakan pada eori. Bila asumsi OLS di aas dilanggar, maka esimaor idak memiliki sifa BLUE sehingga model regresi idak valid unuk melakukan forecas. ( R ) Pemilihan model regresi linier erbaik dipengaruhi oleh R, adjused R, -Saisic, F-Saisic, Akaike Informaion Crierion (AIC), Schwarz Informaion Crierion (SIC). Dalam karya akhir ini hanya menggunakan krieria adjused R dan -Saisic. R merupakan kemampuan variabel bebas X unuk menjelaskan variasi dari variabel erika Y. R = memiliki pengerian bahwa variasi variabel erika Y idak dapa dijelaskan oleh variabel bebas X sama sekali. R = berari semua variasi variabel erika Y dapa dijelaskan oleh variabel bebas X. R dihiung dengan formula (3.3) beriku (Nachrowi dan Usman, 6, 6): dapa R = SSR SST (3.3) dimana: SSR merupakan Sum of Squared Regression, SST merupakan Sum of Squared Toal (SST = SSR + SSE). R digunakan unuk memilih model erbaik dari aau lebih Persamaan yang memiliki variabel bebas lebih dari sau. dapa dihiung dengan Persamaan (3.4) beriku (Nachrowi dan Usman, 6, 7): R R Σu = Σ /( n k) i ( Y Y )/( n ) i (3.4) dimana: k merupakan jumlah parameer model regresi ermasuk inercep. Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

6 -Saisic digunakan unuk menguji koefisien regresi. -saisic digunakan unuk menguji koefisien regresi secara individu, ermasuk inercep. -saisic dapa dihiung dengan Persamaan (3.5) beriku (Nachrowi dan Usman, 6, 9): b j = (3.5) s. e ( b ) j dimana: b j merupakan koefisien regresi dan s.e(b j ) merupakan sandard error koefisien regresi 3.4 Tes Normal aas Residual Salah sau asumsi OLS adalah residual model regresi berdisribusi normal yang berbenuk bell-shaped curve. Normal disribuion memiliki probabiliy densiy funcion (pdf) sebagai beriku (Jorion, 7, 85): ( x) x µ. σ e f = (3.6) πσ Normal disribuion dapa diuliskan dalam benuk ( µ,σ ) merupakan mean, σ merupakan variance. N, dimana µ Parameer yang lain yang sering digunakan dalam normal disribuion adalah Jarque-Bera. Jarque-Bera berfungsi unuk menenukan apakah residual suau model regresi memiliki normal disribuion aau idak. Jarque-Bera (JB) dapa dihiung dengan Persamaan (3.7) di bawah ini (Jorion, 7, 97): ( δ 3) ξ JB = T + (3.7) 6 4 Tes normal dalam karya akhir ini dilakukan unuk mengeahui apakah residual memiliki disribusi normal aau idak. Tes normal dilakukan dengan menggunakan ala banu perangka lunak Eview 4.. Tes normal memiliki hipoesis yaiu: Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

7 3 H H : daa : daa normal idak normal (3.8) Unuk mengeahui jenis disribusi yang dimiliki daa, maka perlu diperhaikan probabilias Jarque-Bera. Apabila probabiliy Jarque-Bera kurang dari probabilias criical value 5%, maka H diolak yang berari dapa dikaakan residual idak normal. Apabila probabilias Jarque-Bera lebih besar daripada probabilias criical value 5%, maka H idak dapa diolak yang berari residual dianggap normal. 3.5 Tes Heeroskedasik aas Residual Dalam karya akhir ini model regresi yang sudah dibua akan diuji residunya apakah volailias residunya merupakan variance konsan (homoskedasik) aau variance yang berubah erhadap waku (heeroskedasik). Pada residu yang bersifa homoskedasik, maka dapa dipergunakan pendekaan sandar deviasi normal unuk esimasi volailias. Salah sau asumsi OLS yang harus erpenuhi agar esimaor bersifa BLUE adalah VaR(u i ) = σ aau konsan. Daa heeroskedasik memiliki variance yang idak konsan erhadap waku, sehingga daa heeroskedasik elah melanggar asumsi OLS. Terdapa beberapa pengujian yang dapa digunakan unuk mendeeksi heeroskedasik dan salah saunya yang akan digunakan pada karya akhir ini adalah Whie s General Heeroskedasiciy Tes. Tes heeroskedasik dilakukan dengan menggunakan meode Whie s General Heeroskedasiciy Tes, aau dapa disebu dengan Whie Tes, yang erdapa dalam ala banu perangka lunak Eview 4.. Whie Tes memiliki buah hipoesis yaiu: H H = daa bersifa homoskedasik = daa bersifa heeroskedasik (3.9) Apabila probabilias F-saisic kurang daripada.5, maka H diolak yang berari residual dikaakan heeroskedasik. Apabila probabilias F-saisic Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

8 4 lebih besar daripada.5, maka H idak dapa diolak yang berari residual dikaakan homoskedasik. 3.6 Esimasi Auokorelasi pada Residual Dalam mengolah daa ime series, perlu memperhaikan masalah auokorelasi pada residual/error. Auokorelasi adalah korelasi yang erjadi anar observasi dalam sau variabel. Hal ini disebabkan karena daa ime series merupakan daa sau ase yang diobservasi dalam renangan waku, oleh karena iu nilai yang erjadi saa ini memiliki hubungan dengan nilai yang erjadi di masa lalu. Dalam membua model regresi dengan meode OLS, maka OLS mengasumsikan bahwa error merupakan variabel random yang independen (idak berkorelasi) agar bisa memperoleh model yang bersifa blue (bes linear unbiased esimaion). Aau secara maemais dalam diuliskan sebagai beriku: (Nachrowi dan Usman, 6, 84) Co var ian( u, u ) = o; i j (3.) i j Arinya idak ada korelasi anara u i dan u j unuk i j{e (u i, u j ) =, i j}. Persamaan regresi OLS (Nachrowi dan Usman, 6, 85) sebagai beriku: Y β X + u (3.) = + β Persamaan error sebagai beriku: (Nachrowi dan Usman, 6, 85) u ρ + v (3.) = u Dimana : u = error pada waku ke u - = error pada waku ke-- ρ = koefisien auokorelasi lag- v = error yang independen dan berdisribusi normal dengan nilai engah = dan varian σ Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

9 5 Persamaan di aas menunjukkan bahwa error pada sau waku yang lalu (- ) secara langsung mempengaruhi error pada waku ke-. Koefisien auokorelasi ρ mengindikasikan seberapa kua pengaruh ersebu, yang besarnya anara - < ρ <, dimana ρ = - menunjukkan korelasi negaif yang sempurna, ρ = menunjukkan korelasi posiif yang sempurna dan ρ = menunjukkan idak ada korelasi. Asumsi idak ada korelasi pada error merupakan salah sau asumsi dalam model OLS Mendeeksi Auokorelasi pada Residual Unuk mendeeksi auokorelasi dalam residual model regresi, maka dalam karya akhir ini menggunakan dua jenis es yaiu uji Durbin-Wason dan uji Lagrange Muliplier (LM) aau yang dikenal The Breusch-Godfrey (BG) es. Uji Durbin-Wason disediakan dalam program Eviews 4.. Uji ini dilandasi oleh model error yang diunjukkan dalam Persamaan (3.). Jika ρ =, maka dapa disimpulkan idak ada serial korelasi di dalam residual model. Hipoesa uji ini adalah sebagai beriku: H : ρ = H : ρ (3.3) Saisik Durbin-Wason dapa didefinisikan sebagai beriku: (Nachrowi dan Usman, 6, 9) DW n ( u = = n = u u ) (3.4) Dimana: u = Y β β X = Y Y, yaiu residual pada waku ke-. u = Y β β X = Y Y, yaiu residual pada waku ke-- Persamaan (3.4) dapa pula diuliskan sebagai beriku: Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

10 6 u. = u DW = ( ρ) (3.5) u Dimana: u u ρ (3.6). = u Sebagaimana disebukan bahwa ρ adalah koefisien auokorelasi yang besarnya anara - < ρ <. Dengan demikian berdasarkan Persamaan (3.5) nilai saisik DW sebesar < d < 4. Unuk memudahkan pengambilan kesimpulan, dapa menggunakan abel sebagai pembanding uji DW. Dengan membandingkan hasil perhiungan saisik DW dengan abel DW, maka akan mudah diarik kesimpulan apakah residual model mengalami auokorelasi aau idak. Tabel DW erdiri dari dua nilai, yaiu baas bawah (d L ) dan baas aas (d U ). Nilai-nilai ini dapa digunakan sebagai pembanding uji DW dengan auran sebagai beriku:. Bila DW < d L ; berari ada korelasi yang posiif aau kecenderungannya ρ =.. Bila d L DW d U ; idak ada kesimpulan. 3. Bila d U < DW < 4 d U ; berari idak ada korelasi posiif maupun negaif. 4. Bila 4 d U DW 4 d L ; idak ada kesimpulan. 5. Bila DW > 4 d L ; berari ada korelasi negaif. Uji DW memiliki kelemahan yaiu keika kia mendapa nilai DW yang erleak anara baas bawah dan baas aas ( d L DW d U ) aau keika kia mendapa nilai DW anara 4 d U dan 4 d L (4 d U DW 4 d L ), sebab dengan nilai saisik DW ersebu, kia idak dapa memuuskan apakah residual berkorelasi aau idak. Maka dalam karya ini juga menggunakan uji yang lain yaiu uji Lagrange Muliplier (LM) aau uji Breusch-Godfrey (BG). Dalam uji BG diasumsikan bahwa u mengikui model auoregresif orde p (AR(p)) (AR = auoregresive), dengan benuk sebagai beriku: (Nachrowi dan Usman, 6, 94) Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

11 7 u = u + ρu + ρ3u ρ pu p + ρ e (3.7) Adapun hipoesis yang digunakan: H : ρ = ρ =... = ρ 3 = H : idak demikian (3.8) Dengan demikian jika hasil pengujian menunjukkan hasil yang idak signifikan (lebih kecil dari probabilias criical value), maka u = e, berari idak ada serial korelasi. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan unuk mendeeksi adanya auokorelasi dengan menggunakan uji BG adalah sebagai beriku:. Esimasi regresi pada Persamaan ( 3.) dan dapakan u.. Gunakan u sebagai variabel erika dan regresikan dengan variabel bebas X (jika variabel bebas lebih dari sau, gunakan keseluruhannya) dan u, u,..., u p sehingga akan mendapa model regresi: u + e = α + αx + ρu + ρu ρ pu p Dari hasil regresi ersebu, akan didapa koefisien deerminan (R ). Jika daa yang digunakan besar, maka ( n p) R = χ dimana p adalah deraja p kebebasan, yang besarnya sama dengan orde yang digunakan unuk model AR. Uji BG aau LM ini memeriksa covariance dari nilai lag residual, yang mengonrol unuk efek inervensi dari variabel independen lainnya. Sedangkan es Durbin-Wason memperhaikan auokorelasi orde perama dari residual, dan es ini memiliki kelemahan dengan adanya daerah hasil pengujian yang idak bisa diambil kesimpulan. Oleh karena iu maka es LM lebih sering digunakan sebagai meode sandar dalam pengujian masalah auokorelasi dalam peneliian. Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

12 Teknik Mengaasi Auokorelasi pada Residual Menginga daa yang mempunyai auokorelasi dalam residual akan melanggar asumsi penggunaan meode OLS dalam membua regresi, maka permasalahan ini harus diaasi sebelum mengesimasi koefisien persamaan regresi yang akan dibua. Beberapa eknik unuk mengaasi masalah auokorelasi residual menuru Nachrowi dan Usman (6, 95) dan Greene (8, 63). Teknik yang perama adalah evaluasi model. Permasalahan auokorelasi dapa diaasi dengan menambahkan suau variabel bebas lain yang dianggap pening ke dalam model. Dengan penambahan variabel bebas, ernyaa residual yang adinya berkorelasi, bisa menjadi bebas sau dengan yang lain. Namun idak jarang penambahan variabel bisa membua rumi permasalahan. Teknik kedua adalah meode pembedaan umum (Generalized Differences). Pada meode ini, ransformasi dilakukan dengan mengurangi nilai variabel (bebas dan erika) pada waku ke-, dengan waku ke--. Persamaan (3.) dan (3.) dapa diulis menjadi (Nachrowi dan Usman, 6, 96): Y = + βx + u β (3.9) Jika Persamaan (3.9) dikali dengan ρ, maka akan didapa benuk persamaan sebagai beriku: ρ Y (3.) = ρβ + ρβx + ρu Sekarang Persamaan (3.) dikurangkan dengan Persamaan (3.), maka akan dihasilkan persamaan: Y ρ Y = β ρβ ) + β ( X ρx ) + ( u ρu ) (3.) ( Persamaan ini dapa diuliskan sebagai: Y = β ( ρ) + β X + v (3.) Dimana: Y X = Y = X ρy ρx Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

13 9 Error dalam Persamaan (3.), v, yaiu error independen berdisribusi normal dengan nilai engah = dan varian konsan. Dimana dari persamaan (3.) dimana u + = ρ u v, sehingga = u u v ρ. Dengan demikian residual elah erbebaskan dari auokorelasi. Meode ini yang disebu dengan Generalized Leas Square (GLS). Salah sau kelemahan meode ini adalah kia akan kehilangan sebuah observasi. Bila daa ime series cukup panjang mungkin hal ersebu idak akan menjadi masalah. Akan eapi bila daa relaif idak banyak, maka akan menimbulkan masalah. Unuk mengisi daa yang hilang ersebu, maka nilai perama baik unuk variabel bebas maupun variabel erika dapa digunakan dengan: Y dan ρ X (3.3) ρ Teknik yang keiga adalah Meode Pembedaan Perama (The Firs Difference Mehod) memberikan sebuah krieria unuk menggunakan GLS, yaiu menggunakan GLS jika saisik Durbin-Wason lebih kecil dibanding koefisien deerminasi (DW< R ). Jika DW lebih besar daripada R, maka dapa dikaakan bahwa pada residual erdapa auokorelasi yang kua. Jika auokorelasi kua, maka kia dapa mengasumsikan ρ =, sehingga Persamaan (3.) dapa digunakan unuk mengesimasi koefisien regresi ersebu. Dalam karya akhir ini, meode yang digunakan unuk mengaasi masalah auokorelasi pada residual adalah model auoregresive orde (p) (Greene, 8, 68). Unuk model auoregresi dengan orde p, pengamaan y dibenuk dari raaraa erimbang pengamaan-pengamaan masa lalu, p periode kebelakang dan deviasi periode sekarang. Model AR(p) secara umum adalah sebagai beriku : (Greene, 8, 63) ε + u (3.4) = ρε Dimana u = proses yang sasioner dan idak saling berkorelasi (whie noise) dan ρ adalah parameer. Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

14 3 Jadi unuk model AR, fungsi auokorelasi idak dapa dengan mudah menenukan orde dari proses AR ersebu. Oleh karena iu perlu dicari cara lain unuk menenukan orde dari AR. Dalam program Eviews 4., kia bisa menggunakan ala banu berupa Correlogram Q Sa dalam residual es unuk menenikan orde p dari model AR ersebu. Berhubung daa dalam karya akhir ini hanya berjumlah daa kuaral, maka lag yang digunakan dalam Correlogram Q Sa berjumlah 3. Yang perlu diinga bahwa fungsi penggunaan model AR di dalam OLS adalah unuk mengoreksi masalah auokorelasi dalam error, sehingga dimungkinkan adanya variabel independen lain dalam persamaan OLS seperi yang di dalam conoh persamaan regresi yang disajikan oleh Greene (8, 643) Tes Auokorelasi aas Residual Tes auokorelasi dapa menggunakan nilai saisik Durbin-Wason yang ersedia dari model regresi OLS biasa dengan Program Eviews 4.. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bilai saisik DW adalah d 4, bila variabel bebas berjumlah buah (k = ) dan daa berjumlah (n = ), maka nilai d L =.3 dan nilai d U =.54, maka dalam karya akhir ini berlaku auran perbandingan nilai saisik DW dan nilai DW abel sebagai beriku:. Bila DW <.3; berari ada korelasi yang posiif aau kecenderungannya ρ =.. Bila.3 DW.54; idak ada kesimpulan. 3. Bila.54 < DW <.43; berari idak ada korelasi posiif maupun negaif. 4. Bila.43 DW.87; idak ada kesimpulan. 5. Bila DW >.87; berari ada korelasi negaif. Oleh karena uji DW memiliki kelemahan dalam pengambilan kesimpulan yang epa unuk auokorelasi residual model, maka dalam karya akhir ini lebih memilih unuk melakukan pengujian auokorelasi aas residual dengan Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

15 3 menggunakan Breusch-Gofrey es yang nilai probabilias F-saisicnya dapa diperoleh dengan banuan program Eviews 4.. Dalam es BG, apabila nilai probabilias F-saisic lebih besar daripada probabilias criical value 5% berari idak ada auokorelasi pada residual model regresi ersebu. Sedangkan bila nilai probabilias F-saisic lebih kecil daripada probabilias criical value 5%, maka arinya erjadi auokorelasi pada residual model regresi. Maka perlu dilakukan koreksi aas masalah auokorelasi. Apabila nilai saisik DW maupun hasil es BG menunjukkan adanya auokorelasi pada residual model regresi, maka akan dilakukan koreksi erhadap masalah auokorelasi dengan menggunakan meode auoregresi orde p (AR(p)), unuk penenuan orde akan menggunakan Correlogram Q Sa sebanyak 3 lag. Jika pada salau sau lag memiliki probabilias Q-Sa menunjukkan nilai lebih besar daripada probabilias criical value 5%, maka berari idak ada auokorelasi pada error lag ersebu. Sebaliknya jika nilai probabilias Q-Sa lebih kecil daripada probabilias criical value 5%, berari ada auokorelasi pada error lag ersebu. Maka orde p dienukan adalah nilai lag ersebu. 3.7 Flow Char Tahap-ahap yang dilakukan pada meodologi peneliian dapa digambarkan pada flow char yang erliha di bawah ini: Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

16 3 Mulai Pengumpulan Daa Perhiungan Reurn Yes Daa Reurn sasioner? Esimasi Model Regresi dengan OLS No Differencing Daa Reurn Model Valid? Yes Analisis model Kesimpulan Akhir No Residual Model Normal? No Yes Perbaiki Model Residual Model Homoskedasik? No Perbaiki Model Yes Residual Model Auokorelasi? No Analisis Model Kesimpulan Akhir Yes Perbaiki Model Universias Indonesia Indeks harga..., Sumani, FE UI, 8

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Daa Daa yang digunakan adalah daa sekunder runun waku (ime series) bulanan dari 2002:01 sampai dengan 2009:06 yang bersumber dari Laporan dan websie Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY Hermansah Program Sudi Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS 6.1. Uji Mulikolinearias Sebagaimana dikemukakan di aas, bahwa salah sau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) ARIMA (Auoregressive Inegraed Moving Average) I. Prinsip Dasar dan Tujuan Analisis. Prinsip Dasar ARIMA sering juga disebu meode runun waku Box-Jenkins. ARIMA sanga baik keepaannya unuk peramalan jangka

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 4.5 Meode Peneliian Dalam peneliian ini penulis melakukan peneliian dengan menggunakan meode deskripif dengan pendekaan asosiaif. Menuru Moh. Nazir (hal. 63-64, 1988),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB II LA DASA TEORI

BAB II LA DASA TEORI 9 BAB II LA DASA TEORI.7 Daa Mining Yang dimaksud dengan Daa Mining adalah proses menghasilkan informasi yang valid, komprehensif, dan dapa diolah kembali dari daabase yang massive, dan menggunakannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hipoesis Peneliian Seperi yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, peneliian ini mencoba menemukan anomali DOTW pada volailias dan volume saham dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN Peneliian ini diujukan unuk membukikan adanya hubungan dan pengaruh dari nilai ukar Rupiah erhadap Dollar Amerika Serika (exchange rae),

Lebih terperinci

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM YANG DIPENGARUHI KURS, PERUBAHAN INFLASI, POSISI JUMLAH DEPOSITO BERJANGKA, SUKU BUNGA SBI DAN DEPOSITO MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER DAN ARCH-GARCH Oleh: TANTI MEGASARI 6 00

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting.

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting. METODE INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) UNTUK MEMODELKAN HARGA GABAH DUNIA (INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY TO CAPTURE

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan) Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi Program Sudi MMT-ITS, Surabaya 1 Agusus 2009 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Sudi Kasus: PT

Lebih terperinci

UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI

UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIAH OGAKARTA UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI 8.1. Uji Auokorelasi a. Penyebab Munculnya Ookorelasi Berkaian dengan asumsi regresi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNA SKRIPSI Diajukan kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri ogyakara unuk memenuhi sebagian persyaraan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penenuan Exposure dan Holding Period Pada bab ini, risiko harga komodias energi akan diukur dalam sauan sandard fuures conrac size NYMEX. Unuk minyak menah (ligh swee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES PROSIDING ISSN : 087-590. Seminar Nasional Saisika November 0 Vol, November 0 (T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES Yahya Ubaid ), Budi Nurani R. ), Mulyana K. 3) )Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016)

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016) Prosiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-602-622-20-9 hal 935-950 November 206 hp://jurnal.fkip.uns.ac.id PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN

Lebih terperinci

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER Abdul Aziz Dosen Jurusan Maemaika Fakulas Sains Teknologi Universias Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail : abdulaziz_uinmlg@yahoo.com

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Model dan Daa yang akan digunakan Meodologi yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sudi lieraur, pengolahan daa sekunder dengan menggunakan perangka

Lebih terperinci

IV.1. PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA IV.1.1.

IV.1. PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA IV.1.1. BAB IV PERHITUNGAN IV.1. PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA IV.1.1. Sekor Perambangan Baubara Dalam Pembangunan Seperi yang sudah disebukan dalam pembahasan sebelumnya enang sekor perambangan baubara,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Bagian 7. Jawab. Uji Hipotesis. Beberapa Uji Hipotesis pada Statistika Parametrik. Beberapa Uji Hipotesis pada Statistika Nonparametrik

Bagian 7. Jawab. Uji Hipotesis. Beberapa Uji Hipotesis pada Statistika Parametrik. Beberapa Uji Hipotesis pada Statistika Nonparametrik Jawab p = proporsi sekrearis di seluruh perkanoran di Bandung yang diperlengkapi dengan kompuer di ruang kerjanya Karena p idak dikeahui, asumsikan nilainya.5 q = 1 p =.5 Tingka keyakinan 95% =.5 dan /

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

PROSES AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY DENGAN DUGAAN VARIANSI INFLASI INDONESIA

PROSES AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY DENGAN DUGAAN VARIANSI INFLASI INDONESIA PROSES AUOREGRESSIVE CONDIIONAL HEEROSCEDASICIY DENGAN DUGAAN VARIANSI INFLASI INDONESIA Rianiai Monica, Suyono, dan Vera Maya Sani Jurusan Maemaika FMIPA UNJ Absrak Model-model runun waku konvensional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 91-100 Online di: hp://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian IDENTIFIKASI BREAKPOINT DAN PEMODELAN AUTOREGRESSIVE STRUCTURAL

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA Oleh : Liviani Nursia 307030040 Dosen Pembimbing: Dr. Brodjol Suijo S.U, MSi Laar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PARAMETER KOINTEGRASI (STUDI KASUS: NILAI EKSPOR DAN INVESTASI INDONESIA PADA TAHUN ) RIZKI NUGROHO ARYANTO

PENAKSIRAN PARAMETER KOINTEGRASI (STUDI KASUS: NILAI EKSPOR DAN INVESTASI INDONESIA PADA TAHUN ) RIZKI NUGROHO ARYANTO PENAKSIRAN PARAMETER KOINTEGRASI (STUDI KASUS: NILAI EKSPOR DAN INVESTASI INDONESIA PADA TAHUN 1970 007) RIZKI NUGROHO ARYANTO 0305010556 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Unuk meliha sejauh mana rencana implemenasi Peneliian yang akan Penulis bua dalam Proposal Skripsi ini, maka ada baiknya Kia meliha sisemaika kerja dan meode peneliian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB))

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Model Dinamis: Auoregressive Dan Disribusi Lag (Sudi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB)) Dynamic Model : Auoregressive and Disribuion Lag (Case Sudy: Effecs

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Saisika, Vol. 2, No. 2, November 24 PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Sri Wahyuni, 2 Farikhin, Iswahyudi Joko Suprayino Program Sudi Saisika

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua Model Koreksi Kesalahan pada Daa Runun Waku Indeks Harga Konsumen Koa-koa di Papua Miha Febby R. Donggori, Adi Seiawan, 3 Hanna Arini Parhusip Prodi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika, Universias Krisen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Model ARIMAX Dan Deteksi GARCH Untuk Peramalan Inflasi Kota Denpasar Tahun 2014

Model ARIMAX Dan Deteksi GARCH Untuk Peramalan Inflasi Kota Denpasar Tahun 2014 JEKT Model ARIMAX Dan Deeksi GARCH Unuk Peramalan Inflasi Koa Denpasar Tahun 2014 Rukini *) Badan Pusa Saisik Provinsi Bali ABSTRAK pemerinah dalam mengambil kebijakan unuk menjaga sabilias moneer di masa

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci