III KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah inpu menjadi oupu. Hubungan anara inpu yang digunakan dalam proses produksi dengan kuanias oupu yang dihasilkan disebu sebagai fungsi produksi. Kepuusan dalam kegiaan proses produksi erbagi dalam iga kaegori, yaiu jangka pendek, jangka panjang, dan jangka sanga panjang. Jangka pendek dicirikan dengan semua inpunya adalah eap, semenara jangka panjang semua inpu variabel. Inpu eap adalah inpu yang idak berubah aau idak dapa diambah, dinamakan sebagai fakor eap. Sedangkan inpu variabel adalah inpu yang dapa berubah dalam jangka waku erenu, dinamakan sebagai fakor variabel. Fungsi produksi erdiri dari produk oal (TP), produk raa-raa (AP), dan produk marjinal (MP). Produk oal adalah jumlah oal yang diproduksi selama periode waku erenu. Produk oal akan berubah menuru banyak sedikinya fakor variabel yang digunakan. Produk raa-raa adalah produk oal dibagi jumlah uni fakor variabel yang digunakan unuk memproduksinya. Semenara produk marjinal aau produk fisik marjinal adalah perubahan dalam produk oal sebagai akiba sau uni ambahan penggunaan variabel (Lipsey e al. 1995) Dalam kaiannya anara produk marjinal dan proses produksi, seorang produsen dapa menambah hasil produksi dengan menambah semua inpu produksi aau menambah sau aau beberapa inpu produksi. Penambahan inpu produksi mengikui hukum The law of diminishing marginal reurns yang merupakan dasar dalam ekonomi produksi. The law of diminishing marginal reurns erjadi jika jumlah inpu variabel diambah penggunaannya, maka oupu yang dihasilkan meningka, api seelah mencapai sau iik erenu penambahan oupu semakin lama semakin berkurang (Deberin 1986). Secara umum produksi dalam usahaani dienukan oleh fakor-fakor produksi seperi anah, enaga kerja, modal, dan manajemen. Hubungan eknis anara inpu dan oupu dapa dinyaakan dalam benuk fungsi produksi. Fungsi 19

2 produksi menerangkan hubungan eknis yang mensransformasikan inpu aau sumberdaya menjadi oupu aau komodias (Deberin 1986). Dalam suau proses produksi khususnya usahaani idak pernah erlepas dari risiko produksi ermasuk dalam penggunaan inpu yang ada di dalam fungsi produksi. Menuru Deberin (1986) risiko adalah suau kejadian yang kemungkinan muncul dan menyebabkan flukuasi hasil dimana kemungkinan/probabilias hasil yang dierima dapa diesimasi. Sedangkan apabila pelaku usaha idak memiliki daa yang bisa dikembangkan unuk menyusun disribusi probabilias maka akan muncul suau kejadian yang disebu keidakpasian (uncerainy). Tidak jauh berbeda menuru Robison dan Barry (1987) risiko adalah peluang erjadinya suau kejadian yang dapa diukur oleh pengambil kepuusan dan pada umumnya pengambil kepuusan mengalami suau kerugian. Risiko era kaiannya dengan keidakpasian, eapi kedua hal ersebu memiliki makna berbeda. Keidakpasian (uncerainy) adalah peluang suau kejadian yang idak dapa diukur oleh pengambil kepuusan. Adanya keidakpasian dapa menimbulkan risiko. Menuru Ellis (1993), risiko dibaasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang dihubungkan dengan kejadian dari suau perisiwa yang mempengaruhi suau proses pengambilan kepuusan. Sedangkan keidakpasian mengacu pada siuasi dimana idak memungkinkan unuk mengeahui probabilias kejadian dari suau perisiwa. Terdapa beberapa pendekaan yang berbeda dalam meliha mengenai peluang dengan risiko. Pada kegiaan produksi usahaani, risiko merupakan peluang erjadinya suau perisiwa yang menghasilkan pendapaan di aas aau di bawah raa-raa dari pendapaan yang diharapkan dalam serangkaian musim panen. Seiap pelaku usaha melakukan pengambilan kepuusan dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya unuk menghasilkan oupu yang diharapkan. Namun, seringkali kepuusan ersebu dihadapkan pada risiko dan keidakpasian. Risiko cenderung menurunkan hasil baik produksi maupun pendapaan usaha. Implikasi risiko erhadap variasi pendapaan dapa diliha pada Gambar yang merupakan fungsi produksi sederhana yang menunjukkan iga respon yang berbeda dalam oupu dari penggunaan inpu. 0

3 Toal Value Produc Y (Rp) a f TVP 1 c g E(TVP) d h b e i j TVP 0 X X E X 1 Inpu X Keerangan : TVP 1 TVP E(TVP) = Toal value produc in good years = Toal value produc in bad years = Expeced oal value produc Gambar. Hubungan Kepuusan Penggunaan Inpu dan Variasi Pendapaan Sumber : Ellis (1993) Variasi pendapaan dipengaruhi oleh kepuusan pengalokasian salah sau sumberdaya yang digunakan unuk produksi. Benuk kurva dalam fungsi produksi ersebu mencerminkan dampak dari kondisi yang baik dan buruk erhadap respon oupu unuk berbagai ingka penggunaan inpu. Toal Value Produc (TVP) menggambarkan penerimaan yang didapa dari hasil produksi. Kondisi TVP yang diperlihakan berbeda-beda yang erdiri dari iga kondisi, yaiu TVP pada penggunaan sejumlah inpu saa kondisi baik (TVP 1 ), pada kondisi yang diharapkan (E(TVP)), dan pada kondisi buruk (TVP ). Penambahan kurva Toal Cos () berujuan unuk memperlihakan biaya pembelian inpu yang meningka. Terdapa iga alernaif penggunaan inpu yang diunjukkan oleh X 1, X, X E yang erkai risiko : 1. Inpu yang digunakan sebanyak X 1. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP 1 erjadi dimana pada saa ersebu dalam kondisi yang baik, maka keunungan erbesar yaiu sebesar ab akan diperoleh. Di sisi lain, jika TVP erjadi maka 1

4 kerugian sebesar bj akan dialami peani. Dalam kondisi ini berari seorang peani memilih berani erhadap risiko (risk-aking).. Inpu yang digunakan sebanyak X. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP 1 erjadi maka keunungan sebesar ce akan diperoleh dan jika TVP erjadi maka peani idak akan mengalami kerugian dan eap mendapakan keunungan yang kecil sebesar de. Hal ini disebabkan pada kondisi ersebu peani masih mampu membayar biaya pembelian inpu ersebu (TVP > ). Dalam kondisi ini berari seorang peani memilih aku erhadap risiko (riskaverse). 3. Inpu yang digunakan sebanyak X E. Nilai E(TVP) yang diperoleh merupakan hasil raa-raa pendapaan pada kondisi baik dan buruk. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP 1 erjadi maka keunungan sebesar fh akan diperoleh, eapi bukan merupakan kemungkinan keunungan erbesar. Di sisi lain, jika TVP erjadi maka kerugian sebesar hi akan dialami peani dan bukan merupakan kemungkinan kerugian erkecil. Dalam kondisi ini berari seorang peani memilih neral erhadap risiko (risk-neural). Dalam penenuan risiko produksi erdapa beberapa model yang menyangku risiko, salah saunya adalah penenuan inpu yang opimal pada kondisi risiko dalam fungsi produksi. Robison dan Barry (1987) menyebukan ada sau model yang dikembangkan unuk menganalisis dampak risiko erkai produksi dari penggunaan ingka inpu erhadap oupu, yaiu model risiko fungsi produksi Jus dan Pope. Dalam fungsi produksi Jus dan Pope melibakan masuknya kesalahan isilah (error) ke dalam fungsi produksi unuk menggambarkan pengaruh fakor ak erkendali seperi cuaca, inefisiensi eknis, dan lainnya dalam produksi. Kemudian, masuknya kesalahan isilah (error) ke dalam fungsi produksi akan menunjukkan variabilias bahwa dalam oupu (hasil) juga dijelaskan oleh fakor endogen dan ingka inpu yang digunakan. Model risiko fungsi produksi Jus dan Pope erdiri dari fungsi produksi raa-raa (mean producion funcion) dan fungsi produksi variance (variance producion funcion). Kedua fungsi ersebu dipengaruhi oleh penggunaan inpu dalam kegiaan produksi, sehingga dapa dilakukan evaluasi mengenai inpu-inpu yang bersifa pengurang risiko (risk reducing) aau peningka risiko (risk

5 inducing). Secara maemais, persamaan model risiko fungsi produksi Jus dan Pope dapa diulis sebagai beriku (Robison dan Barry 1987) : q = f(x) + h(x)ε dimana : q = Hasil produksi yang dihasilkan (oupu) f(x) = Fungsi produksi raa-raa h(x) = Fungsi varian (fungsi risiko) x = Inpu aau fakor-fakor produksi yang digunakan ε = error erm aau disribusi ε~(0,σ e) Menuru Jus dan Pope pada penggunaan inpu produksi sebagai pengurang risiko (risk reducing facors), misalnya penggunaan sisim irigasi, penggunaan pesisida, biaya yang dikeluarkan unuk memprediksi kondisi pasar yang akan daang, menyewa jasa konsulan profesional dan pemakaian peralaan/mesin baru merupakan beberapa cara aau fakor dalam merespon adanya risiko yang dihadapi oleh pelaku produksi. Sedangkan fakor lain seperi benih dan pupuk sebagai fakor yang menyebabkan risiko (risk inducing facors) dalam produksi (Robison dan Barry 1987). Pesisida sebagai fakor pengurang risiko dapa diilusrasikan bahwa keika idak erdapa hama pada anaman maka hasil produksi akan normal, sedangkan keika erdapa hama pada anaman kemudian diberikan pesisida maka hasil produksi akan normal. Berdasarkan dua kondisi ersebu menunjukkan idak adanya gap aau penyimpangan unuk pembanding yang sama. Arinya, idak ada variasi hasil produksi, sehingga bukan merupakan fakor yang dapa menimbulkan risiko. Risiko yang dihadapi peani akan berpengaruh pada pemilihan jenis inpu yang digunakan. Jika peani bersifa risk averer, maka inpu yang menyebabkan variasi hasil akan dihindari oleh peani dan peani akan memilih inpu lain yang diperkirakan idak menimbulkan variasi hasil yang besar. Variasi hasil akan berakiba pada variasi pendapaan peani. Risiko pada umumnya berhubungan dengan adanya perubahan dalam seiap periode aau waku, sehingga risiko produksi menggambarkan flukuasi pada produksi yang dihasilkan peani. Penilaian risiko karena adanya flukuasi produksi ersebu dapa dianalisis dengan menggunakan variance produksi periode erenu. Salah sau model yang dapa menjelaskan mengenai variance 3

6 produksi ersebu, yaiu model Generalized Auoregressive Condiional Heeroscedasiciy (GARCH) (Verbeek 000). Model GARCH secara khusus di desain unuk model variance yang mana variance sebagai variabel dependen merupakan fungsi dari variabel dependen periode sebelumnya aau variabel independen aau eksogenus. Secara umum model GARCH dapa dirumuskan sebagai beriku (Verbeek 000) : Y Y j e p q j j j 1 j 1 j j Model GARCH yang umumnya digunakan adalah model GARCH (1,1) yang dapa dirumuskan sebagai beriku (Verbeek 000) : 1 1 dimana : = variance error pada periode 1 = error kuadra periode sebelumnya 1 = variance error pada periode sebelumnya,, = parameer esimasi Model GARCH (1,1) mempunyai ari bahwa variance error pada periode ( ) dienukan oleh error kuadra periode sebelumnya ( 1 ) dan variance error pada periode sebelumnya ( 1). Variance error menunjukkan variance dari produksi. Model GARCH (1,1) dapa menggunakan Maximum Likelihood Esimaion (MLE) unuk esimasi parameer. 3. Teori Biaya, Penerimaan, dan Pendapaan Lipsey e.al. (1995) mendefinisikan biaya oal ( aau oal cos) adalah biaya oal unuk menghasilkan ingka oupu erenu. Biaya oal dibagi menjadi dua bagian, yaiu biaya eap oal (TFC aau oal fixed cos) dan biaya variabel oal (TVC aau oal variable cos). Biaya eap adalah biaya yang idak berubah meskipun oupu berubah. Sedangkan biaya yang berkaian langsung dengan oupu, yang berambah besar dengan meningkanya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebu biaya variabel. Menuru Deberin (1986) 4

7 biaya variabel adalah biaya produksi yang bervariasi dengan ingka oupu yang dihasilkan oleh peani. Conoh biaya variabel ermasuk biaya yang erkai dengan pembelian inpu seperi bibi, pupuk, herbisida, insekisida, dan sebagainya. Sedangkan biaya eap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh peani disaa sedang aau idak berproduksi. Conoh biaya eap ermasuk pembayaran unuk pembelian anah dan penyusuan mesin peranian, bangunan, dan peralaan. Secara maemais biaya oal () dapa dirumuskan sebagai beriku (Lipsey e.al. 1995) : = TFC + TVC dimana : = Toal cos aau biaya oal (Rp) TFC = Toal fixed cos aau biaya eap oal (Rp) TVC = Toal variable cos aau biaya variabel oal (Rp) Hubungan anara besarnya biaya produksi dengan ingka produksi disebu dengan fungsi biaya. Grafik fungsi biaya dapa diliha pada Gambar 3. TVC TFC 0 Q Keerangan : TFC TVC Q = Toal cos aau biaya oal (Rp) = Toal fixed cos aau biaya eap oal (Rp) = Toal variable cos aau biaya variabel oal (Rp) = Quaniy aau hasil produksi (sauan) Gambar 3. Kurva Biaya Toal Sumber : Lipsey e.al. (1995) 5

8 Benuk kurva TFC adalah horizonal karena nilainya idak berubah berapapun banyaknya barang yang diproduksi. Sedangkan TVC bermula dari iik nol dan semakin lama semakin berambah inggi. Hal ini menggambarkan bahwa keika idak ada produksi TVC = 0, dan semakin besar produksi maka semakin besar nilai biaya variabel oal (TVC). Kurva adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC. Oleh karena iu, kurva bermula dari pangkal TFC dan apabila diarik garis egak di anara TVC dan panjang garis iu adalah sama dengan jarak dianara TFC dengan sumbu daar. Selanjunya, menuru Deberin (1986) oal penerimaan merupakan nilai produk oal yang dierima peani aau pengusaha, dimana penerimaan diperoleh dari jumlah oal produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual aau harga pasar yang konsan. Secara maemais, oal penerimaan aau oal pendapaan (oal revenue) dapa dirumuskan sebagai beriku (Deberin 1986) : TR = p x y dimana : TR = Toal pendapaan/penerimaan (Rp) p = Harga pasar (Rp) y = Hasil produksi (sauan) Toal penerimaan aau oal pendapaan yang dikurangi dengan biaya oal yang dikeluarkan disebu sebagai pendapaan bersih aau keunungan (profi) yang dierima peani aau pengusaha. Pendapaan bersih aau keunungan dapa dirumuskan sebagai beriku (Deberin 1986) : π = TR dimana : π TR = Pendapaan bersih/keunungan (Rp) = Toal pendapaan/penerimaan (Rp) = Biaya oal (Rp) Unuk lebih menjelaskan mengenai pendapaan, beriku grafik yang menggambarkan biaya oal dan hasil penjualan oal yang dapa diliha pada Gambar 4. 6

9 CR TR BEP Q Keerangan : CR TR Q BEP = Cos dan revenue aau biaya dan pendapaan (Rp) = Toal pendapaan/penerimaan (Rp) = Biaya oal (Rp) = Quaniy aau hasil produksi (sauan) = Break even poin aau iik impas Gambar 4. Hubungan Biaya Toal dan Hasil Penjualan Toal Sumber : Lipsey e.al. (1995) Gambar 4 menunjukkan bahwa kurva TR diasumsikan berada di aas kurva. Hal ini menggambarkan bahwa usaha ersebu mengalami keunungan. Perpoongan anara iik TR dan iik pada ingka produksi sau komodias merupakan iik impas aau Break Even Poin (BEP), dimana produksi idak mengalami keunungan aau kerugian. Bila TR > (oupu yang dihasilkan lebih besar dari BEP) maka sau usaha dikaakan mengunungkan dan bila TR< maka usaha ersebu mengalami kerugian. 3.3 Kerangka Pemikiran Operasional Perkembangan produkivias hasil kegiaan usahaani caisin yang dilakukan para peani di Desa Ciapen yang merupakan anggoa Kelompok Tani Pondok Meneng mengalami flukuasi aau hasil yang idak menenu. Flukuasi produkivias merupakan indikasi risiko produksi, dimana risiko yang erjadi ini berkaian dengan kegiaan produksi yang dilakukan para peani. Terjadinya flukuasi produkivias dan risiko produksi ini dapa disebabkan oleh berbagai fakor, baik iu fakor yang idak erkendali maupun fakor yang erkendali. 7

10 Fakor yang idak erkendali merupakan sumber uama risiko produksi yang umumnya erjadi pada usahaani caisin, yaiu serangan hama dan penyaki sera keidakpasian cuaca. Keidakpasian cuaca seperi perubahan anara kondisi hujan dan panas yang idak menenu akan mempengaruhi perumbuhan komodias caisin. Selain iu, cuaca yang idak menenu juga akan berpengaruh pada meningkanya populasi hama dan ingka kerenanan anaman erhadap penyaki. Semenara iu, risiko produksi yang disebabkan oleh fakor yang erkendali, yaiu berdasarkan penggunaan inpu aau fakor-fakor produksi dalam menghasilkan oupu aau hasil produksi. Hasil produksi sanga erganung dengan bagaimana inpu aau fakor-fakor produksi yang digunakan. Penggunaan inpu dalam jumlah dan waku yang idak epa umumnya akan menurunkan hasil produksi. Risiko produksi yang erjadi dapa diperhiungkan melalui penggunaan inpu aau fakor-fakor produksi yang merupakan fakor yang erkendali. Fakor-fakor produksi yang digunakan, yaiu benih, pupuk kandang, kapur, pupuk urea, pupuk daun, pesisida cair, pesisida pada, dan enaga kerja. Penggunaan inpu dalam kegiaan produksi caisin akan dipengaruhi oleh harga inpu, sehingga besarnya kecilnya inpu yang digunakan akan berpengaruh erhadap biaya yang dikeluarkan peani. Semakin besar biaya yang dikeluarkan peani maka pendapaan usahaani akan berkurang aau menurun. Semenara iu, besar kecilnya pendapaan usahaani caisin juga dipengaruhi oleh harga jual oupu dipasaran, semakin inggi harga oupu maka pendapaan usahaani caisin akan semakin besar. Flukuasi produkivias dan risiko produksi yang erjadi pada akhirnya akan berpengaruh erhadap pendapaan usahaani, dimana pendapaan usahaani umumnya menjadi idak menenu seiring dengan jumlah produksi yang berflukuaif. Unuk iu perlu dilakukan analisis risiko produksi dan analisis pendapaan usahaani aas kondisi yang erjadi di lapangan erkai dengan adanya risiko produksi. Analisis risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model GARCH (1,1) sehingga akan dikeahui fakor yang bersifa pengurang risiko (risk reducing facor) aau fakor yang bersifa peningka risiko (risk inducing facor). Semenara iu, unuk mengeahui gambaran pendapaan usahaani caisin dalam 8

11 kondisi risiko produksi maka digunakan analisis pendapaan usahaani. Kerangka pemikiran operasional dapa diliha pada Gambar 5. Kegiaan Usahani Caisin yang Dilakukan Para Peani di Kelompok Tani Pondok Meneng Terjadinya Flukuasi Produkivias Caisin di Kelompok Tani Pondok Meneng Risiko Produksi Caisin Sumber Risiko Produksi (Fakor Tidak Terkendali) : 1. Hama dan Penyaki. Keidakpasian cuaca Penggunaan Fakor-fakor Produksi (Fakor Terkendali) : 1. Benih. Pupuk kandang 3. Kapur 4. Pupuk urea 5. Pesisida cair 6. Pesisida pada 7. Pupuk daun 8. Tenaga kerja Harga Inpu Harga Oupu Pendapaan Usahaani Caisin Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Fakor-Fakor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Caisin (Brassica rapa cv. caisin) di Desa Ciapen Kecamaan Ciawi Kabupaen Bogor 9

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci