UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI"

Transkripsi

1 BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIAH OGAKARTA UJI AUTOKORELASI DAN PERBAIKAN AUTOKORELASI 8.1. Uji Auokorelasi a. Penyebab Munculnya Ookorelasi Berkaian dengan asumsi regresi linier klasik, khususnya asumsi no auocorrelaion peranyaan yang pau unuk diajukan adalah (mengapa ookorelasi iu erjadi aau muncul?) Padahal dalam dunia nyaa, segala sesuau idak ada yang sifanya eap eapi berubah erus seiring waku. Unuk menjawab peranyaan di aas, di bawah ini akan dikemukakan beberapa hal yang dapa mengakibakan munculnya ookorelasi (Gujarai, 1995: Kousoyiannis, 1977: 23-24, Arief, 1993: 38-41): 1. Adanya Kelembaman (ineria) Salah ciri yang menonjol dari sebagian daa runun waku ekonomi adalah kelembaman, seperi daa pendapaan nasional, indeks harga konsumen, daa produksi, daa kesempaan kerja, daa pengangguranmenunjukkan adanya pola konjukur. Dalam siuasi seperi ini, daa observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang kemungkinan besar akan saling keerganungan (inerdependence). 2. Bias Specificaion: Kasus variabel yang idak dimasukkan Hal iu erjadi karena disebabkan oleh idak masukkan variabel yang menuru eori ekonomi, variabel ersebu sanga pening peranannya dalam menjelaskan variabel ak bebas. Bila hal ini erjadi, maka unsur pengganggu (error erm)μi akan merefleksikan suau pola yang sisemais di anara sesama unsur pengganggu, sehingga erjadi siuasi ookorelasi di anara unsur pengganggu. 3. Adanya fenomena sarang laba-laba (cobweb phenomenon) Munculnya fenomena sarang laba-laba eruama erjadi pada penawaran komodii sekor peranian. Di sekor peranian, reaksi penawaran erhadap perubahan harga erjadi seelah melalui suau 1 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

2 enggang waku (gesaion period). Misalnya, panen komodii permulaan ahun dipengaruhi oleh harga yang erjadi pada ahun sebelumnya. Akibanya, bila pada akhir ahun, harga komodii peranian ernyaa lebih rendah daripada harga sebelumnya, maka pada ahun berikunya ( + 1) akan ada kecenderungan di sekor peranian unuk memproduksi komodii ini lebih sediki daripada yang diproduksi pada ahun. Akibanya, μi idak lagi bersifa acak (random) eapi mengikui suau pola yaiu sarang laba-laba. b. Konsekuensi dari Munculnya Ookorelasi Sebagaimana elah diuraikan, bila hasil suau regresi dari suau model empiris memenuhi semua asumsi regresi linier klasik maka berdasarkan eori yang dikemukakan oleh Gauss Markov, hasil regresi dari model empiris ersebu akan Bes Linier Unbiased Esimaor (BLUE) ini berari bahwa dalam semua kelas, semua penaksir akan unbiased linier dan penaksir OLS adalah yang erbaik, yaiu penafsir ersebu mempunyai varian yang minimum. Singkanya, penaksir OLS adi efisien. Berangka dari pemikiran di aas, bila semua asumsi regresi linier klasik dipenuhi kecuali asumsi no auocorrelaion, maka penafsir-penafsir OLS akan mengalami hal-hal sebagai beriku (Arief, 1993: 41, Sumodiningra, 1994: , Ramanahan, 1996: 452-, Gujarai, 1995: dan Gujarai, 1999: ). c. Cara Mendeeksi Ada-idaknya Masalah Ookorelasi Harus diakui bahwa idak ada prosedur esimasi yang dapa menjamin mampu mengeliminiasi masalah ookorelasi karena secara alamiah, perilaku ookorelasi biasanya idak dikeahui. Oleh karen iu, dalam beberapa kasus, orang aau penggunaan ekonomerika mungkin akan merubah benuk fungsi persamaan regresinya misalnya, dalam benuk log aau firs difference. Hal ini menunjukkan bahwa pendeeksian erhadap ada-idaknya ookorelasi merupakan suau hal yang sanga diperlukan. Berkaian dengan hal ersebu, di bawah ini akan diawarkan beberapa cara aau meode unuk mendeeksi ada-idaknya ookorelasi (Arief, 1993: 41-46, Sumodiningra, 1994: , Ramanhan, 1996: , Gujarai, 1995: dan Kausoyiannis, 1977: , Thomas 1997: Maddala, 1992: ). 2 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

3 Auokorelasi erjadi bila nilai gangguan dalam periode erenu berhubungan dengan nilai gangguan sebelumnya. Asumsi nonauokorelasi berimplikasi bahwa kovarians ui dan uj sama dengan no l: cov (uiuj) = E([ui E(ui)][uj E(uj)] = E(uiuj) = unuk i+j Uji d Durbin Wason ( Durbin-Wason d Tes ) Model ini diperkenalkan oleh J. Durbin dan G.S Wason ahun Deeksi auokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai saiaik Durbin Wason hiung dengan Durbin Wason abel. Mekanisme uji Durbin Wason adalah sebagai beriku : 1. Lakukan regresi OLS dan dapakan residualnya. 2. Hiung nilai d (Durbin Wason). 3. Dapakan nilai kriis dl dan du. 4. Apabila hipoesis nol adalah bahwa idak ada serial korelasi posiif, maka jika d < dl, olak Ho d < du, erima Ho dl= d = du, pengujian idak menyakinkan 5. Apabila hipoesis nol adalah bahwa idak ada serial korelasi baik negaif, maka jika d > 4-dL, olak Ho d < 4-du, erima Ho 4-du = d = 4-dL, pengujian idak menyakinkan 6. Apabila Ho adalah dua ujung, yaiu bahwa idak ada serial korelasi baik posiif maupun negaif, maka jika d < dl, olak Ho d > 4-dL, olak Ho du < d < 4-du, erima Ho dl = d = du, pengujian idak menyakinkan 4-du = d = 4-dL, pengujian idak menyakinkan Pendeeksian ada idaknya auokorelasi pada persamaan yang mengandung variabel dependen kelambanan, misalnya pada model penyesuaian parsial, dapa dilakukan uji Durbin LM seperi beriku ini : 3 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

4 u = x d + T -1 + U-1+ e dimana u = residual dari model yang diesimasi x = variabel-variabel penjelas -1 = variabel dependen kelambanan U-1 = residual kelambanan Apabila nilai hiung dari residual kelambanan signifikan, maka dapa disimpulkan bahwa hipoesis idak adanya auokorelasi idak dapa diolak. Konsekuensi auokorelasi: 1. Penaksir idak efisien, selang keyakinanya menjadi lebar secara ak perlu dan pengujian signifikansinya kurang kua. 2. Variasi residual menaksir erlalu rendah. 3. Pengujian ari dan F idak lagi sahih dan memberi kesimpulan yang menyesakan mengenai ari saisik dari koefisien regresi yang diaksir. 4. Penaksir memberi gambaran populasi yang menyimpang dari nilai populasi yang sebenarnya Perbaikan Auokorelasi Seelah kia keahui konsekuensi masalah auokorelasi dimana esimaor dari meode OLS masih linier, idak bias eapi idak mempunyai varian yang minimum. Penyembuhan masalah auokorelasi sanga erganung dari sifa hubungan anara residual. Aau dengan kaa lain bagaimana benuk srukur auokorelasi. Model regresi sederhana seperi dalam persamaan (6.21) sbb: 1 X e (8.21) Diasumsikan bahwa residual mengikui model AR(1) sebagai beriku: e e v 1 1 (8.22) 1 Penyembuhan masalah auokorelasi dalam model ini erganung dua hal: 4 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

5 (1) jika aau koefisien model AR(1) dikeahui; (2) jika idak dikeahui eapi bisa dicari melalui esimasi. a. Keika Srukur Auokorelasi Dikeahui Pada kasus keika koefisien model AR(1) yakni srukur auokorelasi dikeahui, maka penyembuhan auokorelasi dapa dilakukan dengan ransformasi persamaan dikenal sebagai meode Generalized difference equaion. Pada bab 7 kia elah mengembangkan meode GLS unuk mengaasi masalah heeroskedasisias yakni keika varian residual idak konsan. Dengan melakukan ransformasi model kia dapa menghilangkan masalah heeroskedasisias sehingga kia kemudian dapa mengesimasi model dengan menggunakan meode OLS. Unuk menjelaskan meode Generalized difference equaion dalam kasus adanya auokorelasi, misalkan kia mempunyai model regresi sederhana dan residualnya (e) mengikui pola auoregresif ingka perama AR(1) sbb: e 1X e (8.23) e v 1 1 (8.24) 1 Dimana residual v memenuhi asumsi residual meode OLS yakni E(v)=; Var(v) = 2 ; dan Cov (v,v-1) =. Kelambanan (lag) sau persamaan (6.23) sbb: X e (8.25) Jika kedua sisi dalam persamaan (6.25) dikalikan dengan maka akan menghasilkan persamaan sbb: X e (8.26) Kemudian persamaan (6.23) dikurangi persamaan (8.25) akan menghasilkan persamaan diferensi ingka perama sbb: X X e e ( 1 ) 1X 1 X 1 v ( 1 ) ( 1 X X 1 v ) (8.27) dimana v e e 1 dan memenuhi asumsi OLS seperi persamaan (6.24) 5 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

6 Persamaan (6.27) ersebu dapa kia ulis menjadi: X v (8.28) Dimana ); (1 ); ; X ( X X ) ( Residual v dalam persamaan (6.28) sudah erbebas dari masalah auokorelasi sehingga memenuhi asumsi OLS. Sekarang kia bisa mengaplikasikan meode OLS erhadap ransformasi variabel * dan X* dan mendapakan esimaor yang menghasilkan karakerisik esimaor yang BLUE. b. Keika Srukur Auokorelasi Tidak Dikeahui Walaupun meode penyembuhan masalah auokorelasi sanga mudah dilakukan dengan meode generalized difference equaion jika srukurnya dikeahui, namun meode ini dalam prakeknya sanga suli dilakukan. Kesulian ini muncul karena sulinya kia unuk mengeahui nilai. Oleh karena iu kia harus menemukan cara yang paling epa unuk mengesimasi. Ada beberapa meode yang elah dikembangkan oleh para ahli ekonomerika unuk mengesimasi nilai. 1) Meode Diferensi Tingka Perama Nilai erleak anara Jika nilai = berari idak ada korelasi residual ingka perama (AR 1). Namun jika nilai = 1 maka model mengandung auokorelasi baik posiif maupun negaif. Keika nilai dari = +1, masalah auokorelasi dapa disembuhkan dengan diferensi ingka perama meode generalized difference equaion. Misalkan kia mempunyai model sederhana seperi persamaan (6.29) sebelumnya, meode diferensi ingka perama (firs difference) dapa dijelaskan sbb: 1 X e (8.29) Diferensi ingka perama persamaan (6.23) ersebu sebagaimana dalam persamaan (6.3) sebelumnya sbb: (8.3) 1 ( 1 ) 1X 1X 1 e e 1 Jika = +1 maka persamaan ersebu dapa diulis kembali menjadi 6 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

7 X X ) ( e e ) (8.31) 1 1( 1 1 Aau dapa diulis menjadi persamaan sbb: 1 X v (8.32) dimana adalah diferensi dan v e e 1 Residual v dari persamaan (6.32) ersebu sekarang erbebas dari masalah auokorelasi. Meode firs difference ini bisa diaplikasikan jika koefisien auokorelasi cukup inggi aau jika nilai saisik Durbin- Wason (d) sanga rendah. Sebagai rule of humb jika R 2 > d, maka kia bisa menggunakan meode firs difference. Dari ransformasi firs difference ini sekarang kia idak lagi mempunyai inersep aau konsana dalam model. Konsana dalam model dapa dicari dengan memasukkan variabel rend (T) di dalam model aslinya. Misalkan model awalnya dengan rend sbb: 1X 2 T e (8.33) dimana T adalah rend, nilainya mulai sau pada awal periode dan erus menaik sampai akhir periode. Residual e dalam persamaan (6.24) ersebu mengikui auoregresif ingka perama. Transformasi persamaan (6.34) dengan meode firs difference akan menghasilkan persamaan sbb: 1X 1 2 v (8.34) dimana residual v e e 1 Pada proses diferensi ingka perama persamaan (6.32) menghasilkan persamaan (6.33) yang mempunyai konsana sedangkan diferensi perama pada persamaan (6.34) anpa menghasilkan konsana. 2) Esimasi Didasarkan Pada Berenblu- Webb Meode ransformasi dengan firs difference bisa digunakan hanya jika nilai inggi aau jika nilai d rendah. Dengan kaa lain meode ini hanya akan valid jika nilai = +1 yaiu jika erjadi auokorelasi posiif yang sempurna. Peranyaannya bagaimana kia bisa mengeahui asumsi bahwa = +1. Berenblu-Webb elah 7 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

8 mengembangkan uji saisik unuk menguji hipoesis bahwa = +1. Uji saisik dari Berenblu-Webb ini dikenal dengan uji saisik g (Gujarai, 25). Rumus saisiknya dapa diulis sbb: g n 2 2 n e 1 (8.34) Dimana e adalah residual dari regresi model asli dan v merupakan residual dari regresi model firs difference. Dalam menguji signifikansi saisik g diasumsikan model asli mempunyai konsana. Kemudian kia dapa menggunakan abel Durbin-Wason dengan hipoesis nol = 1, idak lagi dengan hipoesis nol =. Kepuusan bahwa = 1 dienukan dengan membandingkan nilai hiung g dengan nilai kriis saisik d. Jika g dibawah nilai baas minimal dl maka idak menerima hipoesis nol sehingga kia bisa mengaakan bahwa = 1 aau ada korelasi posiif anara residual. 3) Esimasi Didasarkan Pada Saisik d Durbin Wason Kia hanya bisa mengaplikasikan meode ransformasi firs difference jika nilai inggi yakni mendekai sau. Meode ini idak bisa digunakan keika rendah. Unuk kasus nilai rendah maka kia bisa menggunakan saisik d dari Durbin Wason. Kia bisa mengesimasi dengan cara sbb: d 2(1 ˆ) (8.35) aau dapa dinyaakan dalam persamaan sbb: d ˆ 1 (8.36) 2 Sebagaimana pembahasan sebelumnya, kia bisa mencari nilai dari esimasi saisik pada persamaan (6.36) di aas. Asumsi firs difference menyaakan bahwa ˆ 1 hanya erjadi jika d= di dalam persamaan (6.36). Begiu pula jika d = 2 maka ˆ dan bila d =4 maka ˆ 1. Persamaan ersebu hanya suau pendekaan eapi kia bisa menggunakan nilai saisik d unuk mendapakan nilai. Di dalam sampel besar kia dapa mengesimasi dari persamaan (6.36) dan 8 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

9 menggunakan yang kia dapakan unuk model generalized difference equaion dalam persamaan (6.13) sebelumnya. 4) Esimasi Dengan Meode Dua Langkah Durbin Unuk menjelaskan meode ini maka kia kembali ke model generalized difference equaion persamaan (6.37). Kia ulis kembali persamaan ersebu sbb: X X e e (8.37) Aau dapa kia ulis kembali menjadi ( 1 X X v (8.38) ) Dimana v e e ) ( 1 Seelah mendapakan persamaan (6.38), Durbin menyarankan unuk menggunakan prosedur dua langkah unuk mengesimasi yaiu: 1. Lakukan regresi dalam persamaan (6.38) dan kemudian perlakukan nilai koefisien -1 sebagai nilai esimasi dari. Walaupun ini bias, eapi merupakan esimasi yang konsisen 2. seelah mencapai pada langkah perama, kemudian lakukan ransformasi variabel ( 1 ) dan X ( X X 1 ) dan kemudian lakukan regresi meode OLS pada ransformasi variabel persamaan (6.11.) 5) Esimasi Dengan Meode Cochrane-Orcu Uji ini merupakan uji alernaif unuk memperoleh nilai yang idak dikeahui. Meode Cochrane-Orcu sebagaimana meode yang lain menggunakan nilai esimasi residual e unuk memperoleh informasi enang nilai (Pindyck, S and Daniel. L, 1998). Unuk menjelaskan meode ini kia misalkan mempunyai model regresi sederhana sbb: 1 X e (8.39) Diasumsikan bahwa residual (e) mengikui pola auoregresif (AR1) sbb: 9 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

10 e e v (8.4) 1 dimana residul v memenuhi asumsi OLS Meode yang kia bicarakan sebelumnya unuk mengeimasi hanya merupakan esimasi unggal erhadap. Oleh karena iu, Cochrane-Orcu merekomendasi unuk mengesimasi dengan regresi yang bersifa ierasi sampai mendapakan nilai yang menjamin idak erdapa masalah auokorelasi dalam model. Adapun meode ierasi dari Cochrane-Orcu dapa dijelaskan sbb: 1. Esimasi persamaan (6.39) dan kia dapakan nilai residualnya ê 2. Dengan residual yang kia dapakan maka lakukan regresi persamaan beriku ini: eˆ ˆ eˆ v (8.41) 1 3. Dengan ˆ yang kia dapakan pada langkah kedua dari persamaan (6.41) kemudian kia regresi persamaan beriku ini: ˆ e (8.42) ˆ ˆ ˆ 1 1X 1X 1 e ˆ X ˆ 1 (1 ˆ) 1( X 1 ) v 1 aau dapa diulis dalam benuk yang lebih sederhana menjadi persamaan 1 X e (8.43) dimana: (1 ˆ ) 4. Karena kia idak mengeahui apakah nilai ˆ yang diperoleh dari persamaan (6.41) adalah nilai esimasi yang erbaik, maka masukan nilai (1 ˆ ) dan 1 yang diperoleh dalam persamaan (6.43) ke dalam persamaan awal (6.39) dan kemudian dapakan residualnya ê sbb: eˆ ˆ ˆ X (8.44) 1 1 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

11 5. Kemudian esimasi regresi sbb: eˆ ˆ eˆ w (8.45) ˆ yang kia peroleh dari persamaan (6.45) ini merupakan langkah kedua mengesimasi nilai Karena kia idak juga mengeahui apakah langkah kedua ini mampu mengeimasi nilai yang erbaik maka kia dapa melanjukan pada langkah keiga dan seerusnya. Peranyaannya, sampai berapa langkah kia harus berheni melakukan proses ieraif unuk mendapakan nilai. Menuru Cochrane-Orcu, esimasi nilai akan kia henikan jika nilainya sudah erlalu kecil. Conoh Kasus : Daa perkembangan Ekspor, Konsumsi, Impor dan Jumlah penduduk di Negara GHI sebagai beriku : Tabel 6.4. Perkembangan Ekspor, Konsumsi, impor, dan populasi Tahun Eks Cons Imp Pop Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

12 Tahun Eks Cons Imp Pop Lakukan regresi LS Log(IMP) C Log(CONS) Log(EKS) Log(POP) Hasilnya seperi di bawah ini : Dependen Variable: LOG(IMP) Mehod: Leas Squares Dae: 1/9/17 Time: 7:1 Sample: Included observaions: 25 Variable Coefficien Sd. Error -Saisic Prob. C LOG(CONS) LOG(EKS) LOG(POP) R-squared Mean dependen var Adjused R-squared S.D. dependen var S.E. of regression Akaike info crierion Sum squared resid Schwarz crierion Log likelihood Hannan-Quinn crier F-saisic Durbin-Wason sa Prob(F-saisic). Lakukan Uji Auokorelasi dengan uji LM Pilih : view Residual Diagnosics Serial Correlaion LM Tes masukan angka 2 OK 12 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

13 Hasilnya seperi oupu dibawah ini Breusch-Godfrey Serial Correlaion LM Tes: F-saisic Prob. F(2,19).29 Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2).153 Dari hasil perhiungan Uji LM diperoleh nilai Prob. Chi-Square(2) =,153 lebih kecil dari α =,5 beri H diolak, arinya dalam model diaas model yang digunakan mengandung auokorelasi. Konsekuensi masalah auokorelasi dimana esimaor dari meode OLS masih linier, idak bias eapi idak mempunyai varian yang minimum. Perbaikan Auokorelasi Perbaikan Auokorelasi digunakan meode ransformasi firs difference jika nilai inggi yakni mendekai sau. d ˆ 1 seperi dalam persaman (6.36), sehingga ρ dapa di cari dengan formula dalam persamaan 6,36. Karena hasil regresi dengan log(imp)=f(log(cons), log(eks), log(pop)) diperoleh dw =.91714, maka ρ diperoleh ρ = 1-(,91714/2) = Tabel 6.5. Pembenukan Variabel Baru Ekspor, Konsumsi, impor, dan populasi Tahun log(eks)* log(cons)* log(imp)* log(pop)* Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

14 Dimana : Tahun log(eks)* log(cons)* log(imp)* log(pop)* Log(eks)* = Log(eks)-.5446*Log(eks-1) Log(cons)* = Log(cons)-.5446*Log(cons-1) Log(imp)* = Log(imp)-.5446*Log(imp-1) Log(pop)* = Log(pop)-.5446*Log(pop-1) Lakukan regresi LS Log(IMP)* C Log(CONS)* Log(EKS)* Log(POP)* 14 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

15 Hasilnya seperi di bawah ini : Dependen Variable: LOG(IMP)* Mehod: Leas Squares Dae: 1/9/17 Time: 7:37 Sample (adjused): Included observaions: 24 afer adjusmens Variable Coefficien Sd. Error -Saisic Prob. C LOG(CONS)* LOG(EKS)* LOG(POP)* R-squared Mean dependen var Adjused R-squared S.D. dependen var S.E. of regression.5948 Akaike info crierion Sum squared resid.7758 Schwarz crierion Log likelihood Hannan-Quinn crier F-saisic Durbin-Wason sa Prob(F-saisic). Lakukan Uji Auokorelasi dengan uji LM Pilih : view Residual Diagnosics Serial Correlaion LM Tes masukan angka 2 OK Breusch-Godfrey Serial Correlaion LM Tes: F-saisic Prob. F(2,18).23 Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2).164 Dari hasil perhiungan Uji LM diperoleh nilai Prob. Chi-Square(2) =,164 lebih besar dari α =,5 beri H dierima, arinya dalam model diaas model yang digunakan idak mengandung auokorelasi. 15 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

16 DAFTAR PUSTAKA Agus Widarjono, Ekonomerika Teori dan Aplikasi unuk Ekonomi dan Bisnis, Edisi Kedua, Ceakan Kesau, Penerbi Ekonisia Fakulas Ekonomi UII ogyakara 27. Caur Sugiyano Ekonomerika Terapan. BPFE, ogyakara Gujarai, Damodar N. 23. Basic Economerics. Third Ediion.Mc. Graw-Hill, Singapore. Kousoyiannis, A (1977). Theory of Economeric An Inroducory Exposiion of Economeric Mehods 2 nd Ediion, Macmillan Publishers LTD. Maddala, G.S (1992). Inroducion o Economeric, 2 nd Ediion, Mac-Millan Publishing Company, New ork. Nachrowi, D.N. dan H. Usman (22). Penggunaan Teknik Ekonomerika. Jakara: PT Raja Grafindo Persada. Pindyck, S and Daniel. L. Rubinfeld, Economerics Model and Economic Forecas, 1998, Singapore: McGraw-Hill, pp Sriua Arif Meodologi Peneliian Ekonomi. BPFE, ogyakara. Sumodiningra, Gunawan. 21. Ekonomerika Penganar. ogyakara: PFE- ogyakara. Suprano, J Ekonomerika. Jakara: Lembaga Penerbi Fakulas Ekonomi Universias Indonesia. Thomas, R.L Modern Economerics : An Inoducion. Addison-Wesley. Harlow, England. 16 Uji Auokorelasi dan Perbaikan Auokorelasi

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS 6.1. Uji Mulikolinearias Sebagaimana dikemukakan di aas, bahwa salah sau

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY Hermansah Program Sudi Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) ARIMA (Auoregressive Inegraed Moving Average) I. Prinsip Dasar dan Tujuan Analisis. Prinsip Dasar ARIMA sering juga disebu meode runun waku Box-Jenkins. ARIMA sanga baik keepaannya unuk peramalan jangka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Daa Daa yang digunakan adalah daa sekunder runun waku (ime series) bulanan dari 2002:01 sampai dengan 2009:06 yang bersumber dari Laporan dan websie Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3. Daa Pada karya akhir ini proxy unuk mengukur kegiaan perekonomian adalah ingka perubahan GDP real per kuaral dari ahun 3:Q sampai dengan ahun 8:Q dengan ahun dasar.

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES PROSIDING ISSN : 087-590. Seminar Nasional Saisika November 0 Vol, November 0 (T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES Yahya Ubaid ), Budi Nurani R. ), Mulyana K. 3) )Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB))

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Model Dinamis: Auoregressive Dan Disribusi Lag (Sudi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB)) Dynamic Model : Auoregressive and Disribuion Lag (Case Sudy: Effecs

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PEMODELAN VOLATILITAS DALAM ANALISIS DATA MAKROEKONOMI STUDI KASUS PADA INFLASI.

PEMODELAN VOLATILITAS DALAM ANALISIS DATA MAKROEKONOMI STUDI KASUS PADA INFLASI. Prosiding Seminar Nasional Peneliian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakulas MIPA, Universias Negeri Yogyakara, 16 Mei 29 PEMODELAN VOLATILITAS DALAM ANALISIS DATA MAKROEKONOMI STUDI KASUS PADA INFLASI.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hipoesis Peneliian Seperi yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, peneliian ini mencoba menemukan anomali DOTW pada volailias dan volume saham dengan menggunakan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua Model Koreksi Kesalahan pada Daa Runun Waku Indeks Harga Konsumen Koa-koa di Papua Miha Febby R. Donggori, Adi Seiawan, 3 Hanna Arini Parhusip Prodi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika, Universias Krisen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini alat analisis data yang digunakan adalah model regresi linear klasik (OLS). Untuk pembuktian kebenaran hipotesis dan untuk menguji setiap variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan) Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi Program Sudi MMT-ITS, Surabaya 1 Agusus 2009 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Sudi Kasus: PT

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA Oleh : Liviani Nursia 307030040 Dosen Pembimbing: Dr. Brodjol Suijo S.U, MSi Laar Belakang

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN Volume, Nomor, Juni 7 ISSN 978-77 Barekeng, Juni 7 hal6-5 Vol No ANALISIS VARIANS MULTIVARIAT PADA EKSPERIMEN DENGAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Variance Mulivaria Analysis for Experimen wih Complee Random

Lebih terperinci

UJI BREDENKAMP, HILDEBRAND, KUBINGER DAN FRIEDMAN

UJI BREDENKAMP, HILDEBRAND, KUBINGER DAN FRIEDMAN UJI BREDENKAP, HILDEBRAND, KUBINGER DAN FRIEDAN Firi Caur Lesari ABSTRACT Saisics is a science ha has imporan role in decision making The decision is made based on he daa and uses cerain mehods, especially

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Model dan Daa yang akan digunakan Meodologi yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sudi lieraur, pengolahan daa sekunder dengan menggunakan perangka

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

IV.1. PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA IV.1.1.

IV.1. PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA IV.1.1. BAB IV PERHITUNGAN IV.1. PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA IV.1.1. Sekor Perambangan Baubara Dalam Pembangunan Seperi yang sudah disebukan dalam pembahasan sebelumnya enang sekor perambangan baubara,

Lebih terperinci

Pemodelan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menggunakan Data Panel Dinamis dengan Pendekatan Generalized Method of Moment Arellano-Bond

Pemodelan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menggunakan Data Panel Dinamis dengan Pendekatan Generalized Method of Moment Arellano-Bond JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 5 o. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Prin) D-205 Pemodelan Perumbuhan Ekonomi Indonesia Menggunakan Daa Panel Dinamis dengan Pendekaan Generalized Mehod of Momen Arellano-Bond

Lebih terperinci

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNA SKRIPSI Diajukan kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri ogyakara unuk memenuhi sebagian persyaraan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA Dalam Memprediksi IHSG

Penerapan Model ARIMA Dalam Memprediksi IHSG Penerapan Model ARIMA Dalam Memprediksi IHSG Bambang Hendrawan Polieknik Baam Parkway Sree, Baam Cenre, Baam 29461, Indonesia e-mail: benks@polibaam.ac.id Absrak: Tujuan peneliian ini adalah unuk mencari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting.

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting. METODE INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) UNTUK MEMODELKAN HARGA GABAH DUNIA (INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY TO CAPTURE

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 4.5 Meode Peneliian Dalam peneliian ini penulis melakukan peneliian dengan menggunakan meode deskripif dengan pendekaan asosiaif. Menuru Moh. Nazir (hal. 63-64, 1988),

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK

PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK PEMBELAJARAN 5 STATISTIK NON PARAMETRIK Kompeensi Dasar paramerik. Mahasiswa memahami enang beberapa eknik analisis saisik non Indikaor Pencapaian Mahasiswa dapa: a. Menjelaskan, menghiung dan menerapkan

Lebih terperinci

BAB II LA DASA TEORI

BAB II LA DASA TEORI 9 BAB II LA DASA TEORI.7 Daa Mining Yang dimaksud dengan Daa Mining adalah proses menghasilkan informasi yang valid, komprehensif, dan dapa diolah kembali dari daabase yang massive, dan menggunakannya

Lebih terperinci

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM YANG DIPENGARUHI KURS, PERUBAHAN INFLASI, POSISI JUMLAH DEPOSITO BERJANGKA, SUKU BUNGA SBI DAN DEPOSITO MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER DAN ARCH-GARCH Oleh: TANTI MEGASARI 6 00

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELTIAN A. Populasi Populasi dalam peneliian ini adalah seluruh perusahaan konsumsi yang erdafar di Bursa Efek Indonesia selama ahun 2006-2008. Beriku ini adalah 30 perusahaan yang

Lebih terperinci

BASIC TIME SERIES. Khususnya pada data time series, salah satu asumsi yang memperoleh perhatian khusus adalah zero conditional mean, atau

BASIC TIME SERIES. Khususnya pada data time series, salah satu asumsi yang memperoleh perhatian khusus adalah zero conditional mean, atau LECURE NOES #3&4 BASIC IME SERIES I. Pendahuluan Sebagian besar pembahasan regresi linier yang elah dilakukan mengasumsikan bahwa daa yang digunakan adalah bersifa cross secion. Meskipun regresi linier

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Daa Daa yang digunakan dalam peneliian ini adalah daa sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang erkai dengan objek peneliian seperi Badan Pusa

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci