BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Handoko Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran pemerinah yang defisi, pada umumnya akan diuup melalui pinjaman yang bersumber dari luar negeri aau pinjaman yang bersumber dari dalam negeri. Seelah krisis ekonomi ahun 1998, pemerinah Indonesia memandang perlu unuk menuup defisi anggaran belanja pemerinah melalui pinjaman yang bersumber dari dalam negeri. Menginga ingka fleksibilias dan dependensi yang inggi erhadap negara donor, menjadi caaan ersendiri bagi pemerinah Indonesia unuk beralih dari pembiayaan luar negeri ke pembiayaan dalam negeri. Disamping iu, perubahan kebijakan enang nilai ukar rupiah uru menjadi risiko ersendiri erhadap posisi uang luar negeri pemerinah dan uang luar negeri swasa. Kebijakan nilai ukar mengambang membua risiko nilai ukar aas uang luar negeri menjadi inggi. Sumber : Publikasi DMO, Depkeu Gambar 1.1 Posisi Ousanding Uang Pemerinah 1998 April
2 2 Gambar 1.1 di aas menunjukkan bahwa pemerinah Indonesia berupaya unuk erus menjaga proporsi uang pemerinah yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan daa publikasi DMO Depkeu ahun 2010, menunjukkan bahwa posisi April 2010 porsi uang dalam negeri pemerinah Indonesia adalah sebesar 64% dari oal uang pemerinah. Sisanya, sebesar 36% dari oal uang pemerinah berasal dari uang luar negeri. Namun demikian pemerinah eap berupaya unuk meresrukurisasi uang pemerinah dari benuk pinjaman (loan) menjadi securiies. Resrukurisasi uang pemerinah diperlukan unuk mengurangi keerganungan erhadap negara donor. Apabila benuk uang pemerinah adalah pinjaman (loan), maka persyaraan aas pemberian uang dienukan oleh negara donor. Secara poliik enunya hal ini akan dipandang idak mengunungkan. Sebaliknya, dengan srukur uang pemerinah dalam benuk obligasi (securiies), maka dependensi pemerinah erhadap negara-negara donor aau pemberi uang dapa diminimalkan. Gambar 1.2 beriku meunjukkan porsi srukur uang pemerinah unuk posisi anggal 31 Mare Selain erika dengan persyaraan yang bersifa poliik, uang luar negeri pemerinah dalam benuk pinjaman juga erika dalam persyaraan jangka waku uang, ingka suku bunga dan besarnya cicilan yang harus dibayar oleh pemerinah Indonesia. Namun apabila uang pemerinah berbenuk obligasi (securiies), maka persyaraan ingka suku bunga, jangka waku jauh empo uang, dan jangka waku pembayaran bunga semuanya dienukan oleh pemerinah Indonesia.
3 3 Sumber : Publikasi DMO, Depkeu Gambar 1.2 Srukur Uang Pemerinah Peran pemerinah hingga saa ini dinilai sanga besar dalam memajukan pasar obligasi di Indonesia. Pemerinah memandang perlu unuk erus-menerus mengembangkan pasar obligasi di Indonesia melalui Direkora Jenderal Pengelolaan Sura Uang dan Bapepam. Deparemen Keuangan nampaknya ingin mencapai kondisi pasar obligasi yang likuid dan efisien. Hal ini ercermin dari upaya pemerinah mengembangkan pasar obligasi secara berahap dengan mempersiapkan auran hukum dan infrasrukur penunjang pasar. Pasar obligasi yang berkembang diunjukkan oleh ren nilai emisi obligasi di pasar. Nilai emisi obligasi pemerinah dan juga obligasi korporasi erus menunjukkan ren meningka dari ahun ke ahun seperi yang diunjukkan oleh gambar 1.3 beriku ini. Nilai emisi obligasi pemerinah yang meningka sanga signifikan dari ahun ke ahun merupakan salah sau wujud serius dari pemerinah unuk memajukan pasar obligasi di Indonesia. Yaiu dengan erus menerus mengeluarkan seri obligasi yang memiliki waku jauh empo beragam sehingga dapa digunakan sebagai benchmark bagi obligasi lainnya. Kondisi likuidias pasar sekunder juga memperoleh perhaian
4 4 serius dari pemerinah dengan menunjuk beberapa lembaga sebagai Primary Dealers (SUN) dan selling agen unuk SPN dan riel. Sumber : Daa SEKI Bank Indonesia diolah Gambar 1.3 Perkembangan Pasar Obligasi di Indonesia Tahun Dari gambar 1.3 diaas dapa diliha bahwa secara nilai, obligasi pemerinah memiliki nilai yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan obligasi korporasi. Namun demikian, dari gambar 1 juga dapa diliha bahwa obligasi korporasi cenderung memiliki perumbuhan yang posiif dari ahun ke ahun. Sebaliknya obligasi pemerinah bahkan sempa mengalami perumbuhan negaif sejak ahun 2001 hingga ahun Apabila diinjau dari segi likuidias, jelas bahwa obligasi pemerinah lebih likuid dibandingkan dengan obligasi korporasi. Hal ini nampak dari selalu erdapa quoasi harga aas berbagai jenis obligasi pemerinah seiap hari di pasar. Perumbuhan obligasi korporasi yang cenderung posiif bisa dipandang bahwa ini merupakan kesempaan yang elah digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar dengan kinerja yang baik. Perusahaan ersebu menerbikan obligasi unuk
5 5 mendapakan pembiayaan dengan ingka bunga bersaing dibandingkan dengan pembiayaan yang menggunakan fasilias pinjaman perbankan. Daa DMO Depkeu menyebukan bahwa pada Okober 2009 proporsi kepemilikan obligasi pemerinah Indonesia oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 44,38% (Rp rilyun) sedangkan proporsi kepemilikan obligasi pemerinah oleh non bank adalah sebesar 51,42% (Rp rilyun). Hal ini menunjukkan bahwa baik pihak bank maupun non bank memandang asse obligasi sebagai invesasi yang mengunungkan. Obligasi pemerinah dipilih karena dipandang memiliki risiko invesasi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan obligasi korporasi. Dengan demikian hampir sebagian besar invesor lebih memilih unuk menjadikan obligasi pemerinah sebagai salah sau komponen asse-nya. Berbagai pihak yang berperan sebagai invesor aas obligasi pemerinah berinvesasi guna memperoleh pendapaan bunga (ineres income) dan keunungan dari selisih harga beli- jual obligasi (capial gain). Dari seluruh ousanding obligasi pemerinah, kepemilikan oleh pihak non bank erus mengalami peningkaan dari waku kewaku. Bahkan kepemilikan oleh pihak non bank elah melebihi kepemilikan bank seelah bulan April Berdasarkan daa yang merupakan publikasi DMO, posisi bulan Desember 2004 pihak bank memiliki ousanding obligasi pemerinah sebesar Rp rilyun (72.02%). Sedangka pihak non bank, yang didalamnya ermasuk perbankan asing, reksadana dan sekurias asing, memiliki ousanding obligasi pemerinah sebesar Rp rilyun (27.98%). Seperi yang diunjukkan pada gambar 1.4, bahwa pada posisi bulan Agusus 2009 kepemilikan obligasi pemerinah sebesar Rp rilyun (48.94%) dimiliki oleh pihak non bank. Sedangkan pihak bank memiliki ousanding obligasi pemerinah sebesar Rp. 271 rilyun (47.98%). Menuru daa erakhir yaiu posisi bulan November 2009, pihak bank memiliki ousanding obligasi pemerinah sebesar Rp rilyun (43.92%). Sedangkan pihak non bank meningkakan ousanding obligasi pemerinah sebesar Rp rilyun (52%).
6 Bank Non Bank Dec-04 Jun-05 Dec-05 Jun-06 Dec-06 Jun-07 Dec-07 Jun-08 Dec-08 Jun-09 Sumber : Publikasi DMO, Depkeu Gambar 1.4 Grafik Daa Kepemilikan Obligasi Pemerinah Bank dan Non Bank Daa ersebu di aas menunjukkan bahwa pihak non bank yang didalamnya erdapa perbankan asing, sekurias asing, reksadana asing, sekurias domesik, dana pensiun domesik dan reksadana domesik menjadi invesor erbesar bagi pembiayaan pembangunan pada periode-periode erakhir. Hal ini idak erlepas dari kepuusan invesasi para invesor yang mengindikasikan bahwa memiliki ousanding asse berupa obligasi pemerinah dianggap sebagai invesasi aman dan memberikan imbal hasil (reurn) yang mengunungkan. Menginga kepemilikan obligasi sebagian besar dimiliki lembaga-lembaga keuangan, baik bank maupun non bank, sehingga pihak-pihak ersebu meleakkan obligasi pemerinah sebagai asse yang dapa memberikan capial gain dan ineres income. Disamping iu lembaga keuangan ersebu menjadikan obligasi sebagai secondary reserve. Dimana apabila dipandang perlu, yaiu apabila kondisi likuidias lembaga keuangan ersebu menghadapi masalah, maka obligasi dapa dijual aau dapa dilakukan repo unuk menuupi kebuuhan likuidias yang dihadapi.
7 7 Pedoman umum yang digunakan oleh para invesor dan pelaku pasar unuk dapa memanau perkembangan nilai porofolio obligasi pemerinah yang dimiliki adalah dengan memanau perkembangan pergeseran yield curve. Dengan demikian maka analisa erhadap pergeseran yield curve menjadi hal yang pening unuk dipahami oleh para invesor dan pelaku pasar. Yield curve yang erbenuk dari hubungan yield obligasi dengan jangka waku jauh empo yang berbeda-beda dapa bergerak paralel aau idak paralel, ke aas aau ke bawah. Pergerakan yield curve dipengaruhi oleh berubahnya yield obligasi yang menjadi konribuor sebagai akiba adanya shock ekonomi makro yang erjadi. Dianaranya adalah perubahan angka inflasi, perubahan nilai ukar, perubahan APBN pemerinah dan perubahan peneapan ingka suku bunga oleh Bank Senral. 1.2 Perumusan Masalah Yield curve merupakan kurva yang menghubungkan anara yield obligasi benchmark dengan jangka waku obligasi. Obligasi yang menjadi konribuor bagi erbenuknya yield curve erdiri dari berbagai obligasi dengan jangka waku 3 bulan, 6 bulan, 1 ahun hingga 30 ahun. Seiap ahun obligasi-obligasi yang menjadi konribuor yield curve berubah-ubah sesuai dengan sisa jangka wakunya. Yield obligasi dapa berubah-ubah dan mengakibakan yield curve bergeser ke aas aaupun ke bawah. Shock erhadap kondisi-kondisi ekonomi makro dapa merubah yield obligasi. Namun dengan kondisi shock ekonomi makro yang sama, belum enu akan mengakibakan dampak yang sama erhadap yield obligasi dengan jangka waku yang berbeda. Seperi yang ersebu di aas, bahwa shock ekonomi makro dapa menggeser yield obligasi ke aas aaupun ke bawah, sehingga pening unuk dapa mengidenifikasi seberapa cepa yield obligasi kembali pada kondisi keseimbangan awal seelah erjadi shock ekonomi makro.
8 8 1.3 Tujuan Peneliian Sudi ini berujuan unuk : 1. Menganalisis keerkaian anara fakor-fakor makroekonomi dengan yield obligasi pemerinah jangka waku 1 ahun (pendek), 5 ahun (menengah) dan 10 ahun (panjang). 2. Menganalisis speed of adjusmen dalam keseimbangan jangka pendek dari yield obligasi pemerinah jangka waku 1 ahun, 5 ahun dan 10 ahun. 1.4 Baasan Masalah Sudi ini meniik berakan pada peran fakor-fakor makro ekonomi berupa inflasi, ingka suku bunga bank senral, oupu gap dan nilai ukar erhadap yield obligasi pemerinah fixed rae. Obligasi pemerinah seri fixed rae (FR) dipilih dalam sudi ini karena seri fixed rae merupakan seri yang likuid di pasar. Sehingga mempermudah dalam upaya memperoleh daa. Hal ini diunjukkan dengan selalu erdapanya quoasi harga obligasi pemerinah seri FR di pasar. Dianara obligasi pemerinah seri fixed rae yang dikeluarkan, sudi ini memilih obligasi seri FR 16, FR 30 dan FR 36. Dimana pada ahun 2009 kedua obligasi seri FR 30 dan seri FR 36 merupakan seri banchmark yang juga merupakan konribuor yield curve unuk jangka waku 1 (sau) ahun unuk seri FR16, 5 (lima) ahun unuk seri FR 30 dan 10 ahun unuk seri FR 36. Obligasi yang dijadikan sebagai obyek peneliian adalah obligasi pemerinah dan bukan obligasi korporasi. Hal ini disebabkan karena obligasi pemerinah merupakan obligasi yang menjadi banchmark di pasar.
9 9 1.5 Meodologi Peneliian Sudi ini menggunakan pendekaan kuaniaif unuk mencapai ujuan peneliian. Meode kuaniaif yang digunakan adalah ekonomerika dengan aplikasi model Eror Correcion Model (ECM) agar dapa menjawab hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang dari masing-masing variabel bebas erhadap variabel erika. Dimana variabel erika dan variabel bebas dihubungkan dengan fungsi sebagai beriku: (1.1) BY = α + α ଵ INF + α ଶ BIR + α ଷ OG + α ସ ER (1.2) Dimana : Bond yield, adalah ingka imbal hasil dari obligasi pemerinah seri FR 16, FR 30 dan seri FR 36 yang berlaku di pasar. Daa marke yield yang digunakan adalah mid price yang berlaku di pasar (BY). Variabel (BY) merupakan variabel erika dalam model. Inflasi, adalah angka yang menunjukkan perubahan harga-harga secara umum yang erjadi di Indonesia (INF). Variabel (INF) merupakan variabel bebas dalam model. Tingka suku bunga Bank Indonesia, adalah angka ingka suku bunga acuan yang di eapkan secara berkala oleh Bank Indonesia (BIR). Variabel (BIR) merupakan variabel bebas dalam model. Oupu gap, adalah angka yang menunjukkan selisih anara oupu riil dan oupu poensial yang erjadi di Indonesia dalam kurun waku sudi (OG). Variabel (OG) merupakan variabel bebas dalam model. Nilai ukar USD/IDR, adalah nilai ukar USD/IDR yang berlaku pada akhir bulan dan dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Variabel (ER) merupakan variabel bebas dalam model.
10 10 Persamaan 1.2 di aas menunjukkan hubungan anara ingka inflasi, suku bungan bank senral, dan nilai ukar dengan marke yield obligasi pemerinah. Secara eori, ingginya angka inflasi, ingka suku bunga acuan bank senral, dan oupu gap akan menyebabkan unuan imbal hasil dari invesor aas invesasi obligasi (marke yield) yang dilakukan akan meningka pula. Sebaliknya apabila nilai ukar maa uang domesik erhadap maa uang asing mengua, maka ingka imbal hasil (marke yield ) obligasi yang dimina akan urun dibandingkan sebelumnya. Hubungan anara fakor-fakor makroekonomi di aas akan mengindikasikan keerkaian dan memiliki dampak erhadap marke yield obligasi pemerinah (seri FR 1, , 30 dan 36) apabila nilai,, 0 dan secara individu maupun bersamasama memiliki pengaruh yang berari secara saisik. Adapun daa yang digunakan adalah daa marke yield obligasi pemerinah seri benchmark posisi akhir bulan FR 16, FR 30 dan FR 36, daa inflasi bulanan Indonesia YoY, daa ingka suku bunga Bank Indonesia, dan daa oupu gap yang seluruhnya merupakan daa ime series bulanan dari ahun 2005 hingga ahun Khusus daa oupu gap diperoleh dengan cara menggunakan daa GDP akual dikurangi dengan GDP poensial. Daa GDP kuaralan akan dilakukan inerpolasi hingga semua daa merupakan daa ime series dengan renang waku bulanan. Daa dalam sudi ini merupakan daa sekunder yang merupakan publikasi dari Saisik Ekonomi dan Keuangan (SEKI) Bank Indonesia dan daa sekunder yang merupakan publikasi dari World Economy and Saisic (WECO) Bloomberg sera sumber-sumber lainnya yang relevan mendukung keersediaan daa.
11 Meode Esimasi Sudi ini menggunakan daa ime series dan juga menggunakan analisis ime series. Daa ime series dihasilkan melalui proses sokasik aau proses random. Sedangkan karakerisik dari daa ime series adalah observasinya mengacu pada inerval waku yang beruruan (Thomas, 1996). Apabila karakerisik sokasik berubah sepanjang waku (non sasioner), merupakan hal yang suli dalam membenuk proses sokasik ersebu melalui sebuah persamaan dengan koefisien koefisien-koefisien eap yang dapa diesimasi dari daa masa lalu. Sebuah daa ime series disebu sebagai daa yang sasioner jika; a. E (X) = Konsan unuk seiap b. Var (X) = Konsan unuk seiap c. Cov (X,X+k) = konsan unuk seiap dan semua k 0 Dengan kaa lain daa ime series disebu sebagai sasioner jika raa-raa, varian dan kovarian konsan seiap waku. Apabila daa ime series idak memenuhi hal ersebu di aas maka walaupun memiliki ingka korelasi yang inggi anar variabel, maka dapa dikaakan bahwa hubungan regresi yang ada seluruhnya merupakan spurious regression (Thomas, 1996) Uji Akar-akar Uni Unuk melakukan idenifikasi sasionerias daa ime series digunkan uji akarakar uni. Uji akar-akar uni dimaksudkan unuk mengamai apakah koefisien erenu dari model auoregresif yang diamai sasioner aau idak. Uji akar-akar dilakukan dengan menaksir model auoregresif beriku :
12 12 k a. X a1 BX bi Bi X (1.3) i 1 k b. X c0 c1bx bi Bi X (1.4) i 1 k c. X g 0 g1t g 2Bx bi Bi X (1.5) dimana : i 1 = adalah perbedaan perama dari X, X X ) X ( 1 BX = adalah lag dari X, ) ( X 1 k = 1/ 3 N dimana N adalah jumlah observasi Hipoesis : Ho : a c g Ha : a c g Uji Koinegrasi Uji koinegrasi adalah rangkaian selanjunya uji deraja inegrasi. Sebelum melakukan uji koinegrasi erlebih dahulu harus dipasikan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam model harus memiliki deraja inegrasi yang sama. Karena variabel-vaiabel yang memiliki deraja inegrasi yang sama disebu sebagai variabel yang berkoinegrasi. Koinegrasi merupakan benuk ekuivalen secara saisik dari adanya hubungan ekonomi jangka panjang anara variabel yang ada (Thomas,1996).
13 13 Uji yang digunakan dalam uji koinegrasi adalah uji saisik CRDW, DF dan ADF. Uji ini digunakan unuk mengeahui ada idaknya keseimbangan jangka panjang dalam model yang di amai. Uji ini dilakukan dengan menaksir persamaan beiku; Y = m 0 + m 1 X 1 + E (1.6) De = p 1 BE (1.7) De = q 1 Be + w 1 BDe (1.8) Nilai saisik CRDW diunjukkan oleh nilai saisik DW pada persamaan 14. Sedangkan nilai saisik DF dan ADF diunjukkan oleh nisbah pada koefisien BE pada persamaan 1.7 dan Uji Sabilias Uji sabilias adalah uji yang berujuan unuk meliha keandalan dan aau kesalahan spesifikasi model. Kesabilan model merupakan sesuau hal yang pening jika model ersebu akan digunakan unuk dasar peramalan aau simulasi kebijakan. Uji ini mengacu pada uji yang dilakukan oleh brown e al.(1975) yaiu cusum es yang mendasarkan uji sabilias dengan menggunakan recursive residual. Uji ini meliha plo kwanias cusum yang diperoleh dengan membagi recursive residual dengan esimasi sandar deviasi dalam observasi yang digunakan. Apabila plo yang dihasilkan melebihi baas signifikasi uji,mengindikasikan bahwa parameer model yang diamai idak sabil.
14 Sisemaika Penulisan Sudi ini diulis dengan mengikui sisemaka sebagai beriku : a. BAB I : Pendahuluan Merupakan deskripsi mengenai laar belakang masalah, perumusan masalah, ujuan peneliian, baasan masalah, meodologi peneliian, dan sisemaika penulisan. b. BAB II : Landasan Teori BAB II erdiri dari gambaran umum eori dan hasil peneliian erdahulu yang berkenaan dengan yield obligasi sera eori-eori yang menjelaskan enang inflasi, ingka suku bunga bank senral, oupu gap, dan nilai ukar dalam hubungannya dengan yield obligasi. c. BAB III : Meodologi Peneliian Pada bab ini diuraikan berbagai langkah dan meodologi yang digunakan unuk dapa menjelaskan masalah. Bab ini juga berisi penjelasan enang analisa ime series dan model error correcion (ECM). d. BAB IV : Analisa Hasil Peneliian Berisi penjelasan mengenai hasil esimasi dari model kuaiaif yang digunakan. e. BAB V : Kesimpulan dan Saran Berisi kesimpulan dan saran yang didasarkan aas hasil sudi yang dilakukan.
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju
Lebih terperinciPEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN
Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime
Lebih terperinciBAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan
BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada
BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan
BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang
Lebih terperinciPengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia
BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang
BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode
20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan
Lebih terperinciBAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF
BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI
PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa
Lebih terperinciKOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak
KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara
Lebih terperinciSUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia
SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah
Lebih terperinciBAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi
Lebih terperinciBAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun
43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES
IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya
Lebih terperinci*Corresponding Author:
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Daa Daa yang digunakan adalah daa sekunder runun waku (ime series) bulanan dari 2002:01 sampai dengan 2009:06 yang bersumber dari Laporan dan websie Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor
Lebih terperinciPERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)
Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias
Lebih terperinciBAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai
BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciPeramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis
JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga
Lebih terperinciPemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun
Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro
Lebih terperinciPENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.
PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk
Lebih terperinciMODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma
Lebih terperinciSekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN
Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,
Lebih terperinciBab II Dasar Teori Kelayakan Investasi
Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.
Lebih terperinciANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.
JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana
Lebih terperinciBAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi
Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.
Lebih terperinciBab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen
Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab
13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN
PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,
Lebih terperinciUSULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X
USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI
I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya
III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya
Lebih terperinciMuhammad Firdaus, Ph.D
Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari
Lebih terperinciBAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan
BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah
Lebih terperincipost facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini
METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah
Lebih terperinciPERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT
Saisika, Vol. 2, No. 2, November 24 PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Sri Wahyuni, 2 Farikhin, Iswahyudi Joko Suprayino Program Sudi Saisika
Lebih terperinciHUMAN CAPITAL. Minggu 16
HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan
Lebih terperincix 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.
Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Unuk meliha sejauh mana rencana implemenasi Peneliian yang akan Penulis bua dalam Proposal Skripsi ini, maka ada baiknya Kia meliha sisemaika kerja dan meode peneliian yang
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina
Lebih terperinciPENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,
PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciJurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN
Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion
Lebih terperinciADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI
ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.
Lebih terperinciANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI
Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*
PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah
Lebih terperinci