BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KONTROL PADA STRUKTUR"

Transkripsi

1 BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka maupun kalangtertutup. Sistem kontrol aktif kalang-terbuka aalah sistem imana gaya kontrol itentukan oleh konisi awal sistem. Ini berarti bahwa gaya kontrol iketahui sebelumnya ari informasi yang iberikan oleh konfigurasi sistem, keaaan awal, an gangguan yang iberikan. Sistem kontrol aktif kalang-tertutup aalah sistem imana gaya kontrol tergantung paa keaaan sistem paa saat itu. Sehingga kontrol aktif kalang-tertutup apat isebut juga sistem kontrol umpan balik. Sistem kontrol umpan balik merupakan sistem yang cocok igunakan alam aplikasi teknik sipil, karena aanya ketiaktentuan parameter struktur an beban yang iterima struktur. Sistem kontrol pasif tiak membutuhkan tambahan energi luar alam beroperasi. Banyak sistem kontrol pasif bekerja sebagai kontrol kalang-tertutup. Setiap mekanisme kontrol membangkitkan gaya kontrol yang ibutuhkan bila struktur iganggu atau responnya melebihi batas-batas tertentu. Dengan emikian keaaan struktur paa saat itu aalah satu-satunya yang memaksa mekanisme kontrol untuk membangkitkan gaya yang ibutuhkan untuk mengontrol keaaan struktur berikutnya. Klasifikasi kontrol struktur igambarkan paa gambar berikut: Gambar III. Klasifikasi kontrol paa struktur 4

2 III. Klasifikasi Kontrol Aktif paa Struktur Sistem kontrol aktif paa struktur mempunyai konfigurasi asar seperti yang iperlihatkan secara skematis sebagai berikut: Gambar III. Diagram skematik kontrol aktif paa struktur Konfigurasi tersebut teriri ari: Sensor-sensor yang iletakkan i berbagai tempat paa struktur untuk mengukur gaya luar atau respon struktur atau keuanya Alat untuk memproses informasi yang iukur an menghitung gaya kontrol yang iperlukan berasakan suatu algoritma kontrol. Aktuator, biasanya igerakkan oleh sumber energi luar untuk menghasilkan gaya kontrol yang ibutuhkan, Paa kontrol kalang-tertutup, maka hanya respon struktur yang iukur engan imonitor secara kontinyu an informasi ini igunakan untuk memberikan koreksi yang kontinyu terhaap gaya kontrol yang iberikan. Seangkan paa mekanisme kontrol kalang-terbuka, maka besarnya gaya luar yang iukur. Paa kasus imana informasi keuanya, yaitu respon struktur an besarnya gaya luar igunakan untuk merencanakan gaya kontrol, maka istilah close-open-loop igunakan. 5

3 Peralatan yang apat igunakan apat iklasifikasikan alam empat kategori, yaitu peream massa aktif, tenon aktif, penambahan massa, reaman, kekakuan, an kontrol pulsa. Penyerap inamik atau peream massa apat irangkaikan engan sumber energi luar an sebuah aktuator elektrohirolik untuk membentuk peream massa. Aktuator ioperasikan sebagai kontrol aktif. Algoritma kontrol aktif iimplementasikan engan menggunakan bantuan komputer. enon aktif atau kabel igunakan engan menarik tenon engan menggunakan hyraulic rams. Gaya internal ibangkitkan, yang igunakan untuk menyesuaikan eformasi struktur. Sensor perpinahan an kecepatan igunakan untuk memonitor respon akibat gaya luar. Jika respon melebihi batas tertentu, pengontrol menentukan penyesuaian yang ibutuhkan engan penambahan algoritma kontrol, an mengaktifkan aktuator hirolik yang menegangkan tenon. Kategori ketiga ari sistem kontrol aktif untuk bangunan tinggi aalah penambahan struktur tambahan yang ipasang paa puncak bangunan yang mirip engan sayap pesawat terbang engan geometri yang apat berubah-ubah. Struktur tambahan ini apat bergerak an posisinya ihitung berasar pengukuran eformasi paa saat itu. Kontrol pulsa merupakan kategori ke-empat alam kontrol aktif paa struktur. Pulsa iberikan selama perioe waktu yang penek alam bentuk uara an jet gas atau tenon prestresse. Dorongan ini iberikan engan menggunakan pembangkit pulsa yang iletakkan paa posisi yang berbea-bea paa struktur. Dorongan ini iberikan paa struktur alam interval waktu iskrit, an intensitasnya ihitung berasar algoritma kontrol yang berasar pengukuran respon paa lokasi yang berbea-bea paa struktur. III.3 Peream massa pasif an peream massa aktif Respon bangunan bertingkat tinggi terhaap beban inamis, gempa bumi, an angin merupakan hal penting alam perencanaan struktur. Diantara bermacam-macam peralatan kontrol yang telah ikembangkan, suatu alat kontrol pasif yang berasarkan penggunaan massa tambahan sebagai sistem penyerap energi telah ipelajari secara 6

4 intensif an suah ipasang paa beberapa bangunan bertingkat tinggi. Alat kontrol itu isebut engan peream massa pasif (tune mass amper). Aapun beberapa contoh-contoh bangunan yang menggunakan MD (tune mass amper) aalah sebagai berikut: - Hancock ower i Boston, Massachusetts. Dengan reuksi respon struktur 50% - Bangunan Citicorp Center i Manhattan, New York. Dengan reuksi respon struktur 40%. - Chiba Port ower i Chiba. Dengan reuksi respon struktur antara 40% - 50% - Syney ower, i Syney. Dengan reuksi respon struktur antara 40% - 50% - Higashimyama Sky ower i Nagoya. Dengan reuksi respon struktur antara 30% - 50% Sebuah MD teriri ari massa inersia yang ikerjakan paa lokasi bangunan engan pergerakan maksimum, biasanya iletakan paa lantai atas. MD meneruskan gaya inersia ke rangka bangunan untuk mereuksi getarannya yang keefektivitasannya ihitung berasarkan karakteristik inamik an jumlah ari massa tambahan yang bekerja. Dalam perkembangan kontrol vibrasi ari struktur, kontrol pasif isukai karena kemuahannya an ketahanannya, yaitu alat yang tetap berfungsi tanpa sumber energi ari luar an tiak memiliki resiko yang signifikan alam menyebabkan konisi yang tiak stabil. Akan tetapi tanpa kegunaan ari mekanisme kontrol, kontrol pasif ini tiak mampu mengatur variasi paa berbagai parameter ari sistem. Sehingga ikembangkan kontrol aktif engan alat yang lebih kecil yang mampu mengontrol vibrasi paa struktur engan respon yang berubah-ubah. Sistem inersia yang ilengkapi engan sebuah analisis kontrol engan komputer untuk mengukur signal respon an menghasilkan gaya kontrol, berasarkan umpan balik ari kecepatan an percepatan ari struktur yang sering juga isebut peream massa aktif. 7

5 Aapun beberapa contoh-contoh bangunan yang menggunakan AMD (active tune mass amper) aalah sebagai berikut: - Kansai Int L Airport Control ower i Osaka. Dapat mereuksi respon struktur akibat angin sebesar 50%. - LC Bank of Japan i okyo. Mereuksi percepatan maksimum akibat angin sampai 50%. - Ano Nishikicho Builing i okyo. Mereuksi perpinahan an percepatan paa arah x sebesar 58% an 69% an juga perpinahan paa arah y sebesar 30% an percepatan sebesar 5%. - Osaka Resort City (ORC) 00 Symbol ower i Osaka. Mereuksi respon struktur / sampai /3. - Shinjuku Park ower i okyo. Dengan reuksi respon struktur 50% selama terjai angin topan paa 996. Walaupun sistem kontrol aktif ini menghasilkan massa reaman yang lebih kecil an memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi, tetapi kelemahan ari sistem ini aalah biaya operasi an perawatan yang lebih mahal ari kontrol pasif. III.3. Peream Massa Pasif Peream massa pasif telah ipelajari secara teoristik sejak tahun 98 oleh Ormonroy an Den Hartog. Ienya aalah meletakan suatu osilator kecil paa sistem yang akan ikenalikan responnya (sistem utama) an kemuian mengatur frekuensi osilator tersebut seemikian sehingga energi getaran paa sistem utama itransfer ke osilator. Pengaturan frekuensi osilator umumnya ilakukan engan menyesuaikan massa osilator sehingga sistem peream ini isebut tune mass amper (MD). Gambar berikut meneskripsikan sistem struktur MD secara skematis: 8

6 Gambar III.3 Sistem Bangunan MD Dalam Gambar III.3, bangunan imoelkan sebagai sistem bererajat kebebasan tunggal engan massa m, konstanta reaman c, an konstanta pegas k, yang masingmasing merepresentasikan massa, reaman, an kekakuan ragam pertama ari bangunan itu; f( merepresentasikan pengaruh luar, misalnya gaya angin; m, c, an k masing-masing merepresentasikan massa, reaman, an kekakuan yang berhubungan engan MD ini membentuk sisitem inamik baru bererajat kebebasan ua. Persamaan gerak sistem bangunan MD apat itulis sebagai berikut: m 0 0 x c + c + m c y c c x k + k + k y k k x f( = y 0 (3.) x( an y( masing-masing menyatakan perpinahan ari massa m an massa m terhaap suatu sumbu refrensi tetap. Agar respon sistem utama (struktur geung) apat iminimalkan, maka karekteristik m an k harus iatur besarnya sehingga optimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja MD aalah sebagai berikut:. rasio antara massa MD an massa sistem utama m µ = m 9

7 . rasio frekuensi ω r =, ω imana ω = k m 3. rasio reaman ari sistem MD ξ = c m ω Menurut Den Hartog parameter-parameter optimum MD aalah sebagai berikut: - rasio frekuensi f opt = (3.) + µ - rasio amper peream 3µ ζ,opt = (3.3) 8( + µ ) Sehingga nilai optimum ari reaman an kekakuan peream aalah sebagai berikut: k c opt opt = f Ω m (3.4) opt = ζ f Ωm (3.5) opt opt Dimana: µ = rasio massa tune terhaap massa lantai Ω = frekuensi natural struktur m = massa peream 0

8 III.3. Peream Massa Aktif Peream massa aktif merupakan penyempurnaan ari sistem kontrol pasif, yaitu MD. Moel struktur utama engan sistem AMD apat ilihat paa gambar berikut: Gambar III.4 Sistem bangunan AMD Dari Gambar III.4 terlihat sistem MD ihubungkan engan aktuator (pembangkit gaya) yang aktifitasnya ikontrol oleh komputer. Aktuator inilah yang membangkitkan gaya kontrol u(. Prinsip kontrol umpan balik igunakan untuk menentukan u(. Persamaan gerak AMD apat itulis sebagai berikut: m 0 0 x c + c m + y c c c x k + k + y k k k x f( = + u( y 0 (3.6) III.4 Analisis Ruang Keaaan Langkah pertama alam stui analisis aalah memoelkan sistem tersebut engan menggunakan moel matematik. Sesuai engan konsep, karena kemampuannya yang apat menggambarkan sistem tentang konisi sistem saat itu yang inyatakan engan keaaan (state) sistem. Sesuai alam notasi an analitis, karena penekatan statespace menggunakan matriks vektor yang memberikan persamaan sistem an membentuk solusi alam penulisan yang kompak. Kesesuaian penekatan state-space

9 alam solusi numerik engan analitis aalah suatu keuntungan tambahan, khususnya bagi sistem yang berubah terhaap waktu (time-varying), an untuk sistem non linier. Dalam menganalisis sistem inamik, persamaan iferensial yang khusus iperlukan untuk menghubungkan variabel-variabel inamik engan turunannya alam beberapa tingkat (ore). Dengan metoe state-space, semua persamaan iferensial alam moel matematika alam ore berapapun, apat inyatakan sebagai persamaan iferensial tingkat satu, yaitu hanya variabel inamik an turunan pertamanya (terhaap waktu) saja. Dalam notasi vektor, engan menggunakan efinisi vektor keaaan an vektor kontrol, moel inamika linier inyatakan sebagai: z z = = A z + B( u t Dimana A( an B( aalah matriks yang iberikan oleh a( = a( A( ak( a a a k a k a ( ) k t akk (3.7) b( = b( B( bk( b b b k b l b ( ) l t bkl Matriks A( selalu merupakan matriks bujursangkar (k x k), seangkan matriks B( tiak selalu bujursangkar. Banyak sistem memiliki jumlah input l lebih kecil ari jumlah variabel keaaan. Bila sistem time-invariant, matriks A an B tiak merupakan fungsi terhaap waktu. Kontrol paa struktur merupakan sistem inamik linier an time-invariant. Sehingga persamaan inamik menjai: z = Az + Bu (3.8)

10 Dimana A an B aalah matriks konstan. Persamaan gerak sistem struktur n-dof yang ibebani engan beban gempa x g ( an ikontrol engan gaya kontrol U( aalah sebagai berikut: M x( + Cx( + Kx( = -M.. xg ( + HU( (3.9) Dimana M, C, an K berturut-turut aalah nxn matriks massa struktur, nxn matriks reaman, an nxn matriks kekakuan struktur. x(, turunan pertama an keuanya berturut-turut aalah perpinahan, kecepatan, an percepatan. aalah n-vektor engan elemennya, U( aalah r-vektor gaya kontrol, an H aalah nxr matrik yang menefinisikan lokasi gaya kontrol. Persamaan 3.9 isusun alam bentuk persamaan n-state space, imana sistem persamaan ifrensial ore- apat iubah menjai persamaan nonlinier ifrensial ore- sebagai berikut: Z( = AZ( + BU( + W x g ( (3.0) Dimana Z( aalah n-vektor state: Z( X( X( = (3.) A aalah matrik n x n engan susunan berikut: 0 M A = K I M C (3.) B aalah matrik n x r, an W aalah n-vektor sebagai berikut: 0 = M H B 0 M M. W = (3.3) (3.4) 3

11 III.5 Kontrol Optimal Suatu sistem kontrol yang optimal aalah suatu sistem yang esainnya mengoptimalkan (meminimumkan atau memaksimumkan, tergantung kasusnya) nilai fungsi sebagai ineks-perfomansi (performance-inex). Konsep pengoptimalan sistem kontrol teriri ari pemilihan ineks-performansi an esain yang menghasilkan sistem kontrol optimal yang ibatasi oleh faktor-faktor pembatas (constrain secara fisis. Dalam perancangan suatu sistem kontrol optimal, aa tujuan yang itetapkan untuk sistem kontrol yang akan ibuat, yang ibatasi oleh beberapa ukuran eviasi ari keaaan ieal. Ukuran ini biasanya iapatkan ari kriteria optimasi, atau ineksperformansi. Ineks-performansi aalah fungsi yang nilainya menunjukkan bagaimana baiknya perilaku sistem aktual ibaningkan engan perilaku yang iinginkan. Dalam banyak hal, kelakuan sistem ioptimalkan engan memilih gaya kontrol u( engan cara meminimumkan (atau memaksimumkan, tergantung kasusnya) ineksperformansi. Pemilihan ineks-performansi yang sesuai aalah penting, karena untuk sistem yang bererajat besar ineks ini menentukan sifat sistem kontrol optimal yang ihasilkan. Oleh karena itu, sistem kontrol yang ihasilkan aalah linier, non-linier, stationer atau time varying, akan tergantung ari bentuk ineks ini. Ineks ini harus iformulasikan berasarkan hal-hal yang ibutuhkan. Masalah kebutuhan biasanya tiak hanya kebutuhan kinerja (performance) sistem, tetapi juga ibatasi oleh bentuk kontrol, sehingga apat irealisasikan secara fisik. Untuk suatu kasus tertentu, penggunaan teori optimal alam pemilihan ineksperformansi untuk perancangan sistem mengalami hambatan engan aanya perbeaan antara kemungkinan analitis engan kegunaan praktis. Dengan emikian, sangat iperlukan bahwa kriteria untuk kontrol optimal tiak berasal ari matematis, tetapi ari panangan praktis. Paa umumnya pemilihan ineks-performansi juga mempertimbangkan kesepakatan antara evaluasi yang menentukan ari perilaku sistem an masalah matematis yang muah ipecahkan. 4

12 Memilih ineks-performansi yang sesuai untuk masalah yang aa sangat sulit, khususnya untuk masalah yang kompleks. III.5. Konsep Kontrol Optimal Klasik Beberapa macam tipe kontrol struktur aktif aalah sebagai berikut: Kontrol Close Loop. Kontrol ini bekerja engan cara memonitor respon struktur secara terus menerus an informasi ini igunakan untuk mengoreksi gaya kontrol yang iberikan secara terus menerus. Kontrol Open Loop atau isebut juga kontrol umpan maju aalah bila gaya kontrol itentukan hanya berasarkan gaya luar yang iukur. Untuk struktur yang ibebani engan eksitasi gempa ilakukan engan mengukur percepatan gempa paa asar struktur. Kontrol Close Open Loop. Kontrol ini bekerja engan menggunakan informasi respon struktur an gaya luar igunakan bersama-sama untuk menesain gaya kontrol. Dalam teori kontrol optimal klasik, gaya kontrol U( ipilih seemikian sehingga ineks performansi yang iefinisikan sebagai: J = J f [ Z(t 0 ), Z(t f ),t 0,t f ] + J (Z, Z, U, U, t t t0 (3.5) Diminimumkan engan konisi batas persamaan 3.9. Ineks performansi J mempunyai (ua) suku. Suku pertama, J aalah fungsi konisi awal an akhir yang hanya bergantung ari waktu awal an akhir, yaitu hanya ievaluasi paa ua konisi tersebut saja. Suku keua aalah integral yang ievaluasi sepanjang interval waktu kontrol. Paa persamaan 3.5, J aalah suatu fungsi skalar yang iminimumkan terhaap U( untuk memenuhi konisi batas yang itentukan oleh persamaan 3.9. Konisi batas lainnya juga apat ipilih, misalnya batas toleransi respon struktur (perpinahan an kecepatan), yaitu: Z( b (3.6) 5

13 Bentuk ineks performansi yang biasanya igunakan alam kontrol struktur aalah alam bentuk kuaratik Z( an U(. Dengan t 0 = 0, yaitu: tf J = ( Z (QZ( + U (RU() t ti (3.7) Interval waktu [0,t f ] iefinisikan lebih lama ari eksitasi gaya luar. Q aalah matrik n x n semi efinit positif, an R aalah r x r matrik efinit positif. Solusi kontrol optimal yang iefinisikan oleh persamaan 3.9 engan konisi batas persamaan 3.9 aalah engan membentuk Lagrangian engan mengganengkan ua persamaan ini engan pengali lagrangian yang merupakan fungsi waktu, sebagai berikut: α = t f 0 Z (QZ( + U (RU( + λ ( AZ( + BU( + W x g ( - Z( t (3.8) Dimana λ( aalah n-vektor yang merupakan costate variable (atau pengali lagrangian). Syarat perlu yang menefinisikan kontrol optimal iapat ari variasi pertama α, yaitu: δα = λ (t f ) δz(t ) + λ (0) δz(0) + f tf 0 λ Η Η + z δu t z δ + u (3.9) Dimana H aalah Hamiltonian yang iefinisikan oleh integral paa persamaan 3.8. Karena Z(0) = Z 0, suatu konstan, maka δ Z (0)=0. Untuk memenuhi δα = 0, maka: Dengan konisi batas: Η =0, 0 t t f (3.0) u Η λ + = 0 (3.) z λ (tf) = 0 (3.) Persamaan 3.0 sampai 3. aalah syarat perlu untuk kontrol optimal. Dengan menyelesaikan persamaan-persamaan iatas, maka: 6

14 λ ( = A λ( QZ(, λ t ) = 0 U( = R B λ( ( f (3.3) (3.4) Untuk kasus umum, yaitu gaya kontrol U( atau λ( itentukan berasarkan respon an eksitasi gaya luar, maka: λ = P(Z( + q(, λ ( t f ) = 0 (3.5) Dimana suku pertama persamaan 3.5 menunjukan kontrol close-loop, an suku keua kontrol open-loop. Matrik P( an vektor q( yang tiak iketahui apat itentukan engan mensubstitusikan persamaan 3.5 ke persamaan 3., 3.3, an 3.4, sehingga iapat: P( + P(A P(BR B P( + A P( + Q Z( + q( P(BR B A q( P(W xg + ( = 0 (3.6) III.5.. Kontrol Close Loop Untuk kasus imana gaya kontrol itentukan berasarkan respon struktur saja, alam hal ini q( = 0, maka persamaan 3.6 ireuksi menjai: P( + P(A P(BR B P( + A P( + Q Z( + P(W x g ( = 0, P(t f ) = 0 (3.7) Bila eksitasi asar sama engan nol, maka persamaan 3.7 menjai: P( + P(A P(BR B P( + A P( + Q = 0, P(t f ) = 0 (3.8) Dalam teori kontrol optimal, persamaan 3.8 aalah persamaan Riccati, an P( aalah matrik Riccati. Karena P( itentukan paa t = t f, maka persamaan 3.8 iselesaikan engan cara munur terhaap waktu. Dengan mensubstitusikan q( = 0 7

15 ke persamaan 3., maka vektor gaya kontrol U( mempunyai hubungan linier engan Z(, yaitu: U( = R Dimana G( aalah matrik pengali, B P(Z( = G(Z( (3.9) G( = R B P( (3.30) Suah ikatakan bahwa matrik Riccati paa persamaan 3.8 hanya tergantung ari karakteristik struktur an matrik bobot Q an R. Untuk struktur, pengalaman menunjukan bahwa matrik Riccati P( tetap konstan selama eksitasi gempa an menurun secara cepat menuju nol saat menekati t f. Sehingga P(=P, an ( = 0, sehingga persamaan 3.8 menjai: P PA PBR B P + A P + Q = 0 (3.3) Dengan emikian faktor pengali G( juga menjai konstan: G( = G = R B P (3.3) Dengan mensubstitusikan persamaan 3.3 ke persamaan 3., maka iapat: Z( = [ A + BG] Z( + W x ( g (3.33) Dari persamaan 3.33 iatas apat ilihat bahwa pengaruh kontrol close-loop aalah alam memoifikasi struktur imana sistem matrik iubah ari A menjai [ A + BG] (system close-loop). Karena penurunan persamaan 3.8 ilakukan engan asumsi bahwa eksitasi asar sama engan nol, maka gaya kontrol optimal close-loop untuk struktur yang ibebani gempa. Ini akan merupakan gaya kontrol optimal jika x g ( = 0. 8

16 III.5.. Kontrol Open Loop Untuk kontrol optimal open-loop, vektor kontrol tergantung hanya ari eksitasi gempa, alam hal ini gaya kontrol tiak bergantung ari respon struktur Z(. Dengan emikian persamaan 3. menjai: Dan persamaan 3.6 ireuksi menjai: λ = q( (3.34) q( = A q( QZ(, q(t f ) = 0 (3.35) Yang ientik engan persamaan 3.7. Dengan emikian gaya kontrol aalah: U( = R B q( (3.36) Dan persamaan 3.9 akan menjai: Z( = AZ( BR B q( + W xg (, Z(0) = 0 (3.37) Vektor state Z( an vektor q( apat iselesaikan ari persamaan 3.35 an etapi kontrol open-loop tiak apat iimplementasikan untuk kontrol struktur karena q( harus icari secara munur ari waktu akhir t f. Hal ini mengharuskan eksitasi gempa x g ( harus iketahui sebelumnya, imana tiak mungkin ilakukan. III.5..3 Kontrol Close-Open Loop Bila gaya kontrol U( seperti inyatakan persamaan 3., maka gaya kontrol yang iapat ikatakan kontrol optimal close-open-loop. Dalam hal ini, vektor kontrol ihitung ari respon struktur yang iukur an percepatan gempa. Matrik Riccati P an vektor q( iapatkan ari persamaan 3.6 sebagai berikut: PA PBR B P + A P + Q = 0 (3.38) q( PBR A q( P(W x g + ( = 0 (3.39) 9

17 iak seperti halnya kontrol close-loop, imana matrik pengali iapatkan engan mengabaikan eksitasi gempa, maka kontrol optimal close-open-loop yang iberikan oleh persamaan 3.38 an 3.39 menggunakan informasi eksitasi gempa. etapi kontrol optimal close-open-loop tiak apat ilaksanakan, karena q( alam persamaan 3.39 harus icari solusinya secara munur ari waktu akhir t f, yang menunjukan bahwa riwayat waktu percepatan gempa sebelumnya, an hal ini tiak mungkin ilakukan. x g ( harus iketahui 30

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tune mass amper (TMD) aalah sebuah alat atau instrument yang teriri ari suatu massa, kekakuan an sebuah amper (peream) yang empet atau menempel paa suatu struktur yang

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER Sujito, Implementasi Kenali PID alam Meningkatkan Kinerja Power System Stabilizer IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER SUJITO Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

SYARAT CUKUP UNTUK OPTIMALITAS MASALAH KONTROL KUADRATIK LINIER

SYARAT CUKUP UNTUK OPTIMALITAS MASALAH KONTROL KUADRATIK LINIER Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 63 7 ISSN : 233 291 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SYARAT CUKUP UNTUK OPTIMALITAS MASALAH KONTROL KUADRATIK LINIER SUCI FRATAMA SARI Program Stui Matematika,

Lebih terperinci

BAB 6 P E G A S M E K A N I S

BAB 6 P E G A S M E K A N I S BAB 6 P E G A S M E K A N I S Pegas, aalah suatu elemen mesin yang memperoleh gaya bila iberi perubahan bentuk. Pegas mekanis ipakai paa Mesin untuk menesakan gaya, untuk menyeiakan lenturan an untuk menyimpan

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL Dita Anies Munawwaroh Sutrisno Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soearto SH Tembalang Semarang itaaniesm@gmailcom

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH Jurnal Matematika UNND Vol. 5 No. 4 Hal. 54 61 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIP UNND PENENTUN SOLUSI SOLITON PD PERSMN KDV DENGN MENGGUNKN METODE TNH SILVI ROSIT, MHDHIVN SYFWN, DMI NZR Program

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi Suaratno Suirham Diferensiasi Bahan Kuliah Terbuka alam format pf terseia i.buku-e.lipi.go.i alam format pps beranimasi terseia i.ee-cafe.org Pengertian-Pengertian 0-0 Kita telah melihat baha kemiringan

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL Pengukuran untuk Meneteksi Deformasi angunan Sipil PENGUKURAN UNUK MENDEEKSI DEFORMASI ANGUNAN SIPIL Sutomo Kahar 1 ASRAC Deformation for territory will impact to above the builing stability an also will

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan Jurnal Graien Vol 8 No 1 Januari 2012:775-779 Penerapan Aljabar Max-Plus Paa Sistem Prouksi Meubel Rotan Ulfasari Rafflesia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

METODE MATRIK APLIKASI METODE MATRIK UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK

METODE MATRIK APLIKASI METODE MATRIK UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK METOE MATRIK APIKASI METOE MATRIK UNTUK ANAISA STRUKTUR BAOK PENGERTIAN UMUM Metoe matrik aalah suatu pemikiran baru paa analisa struktur, yang berkembang bersamaan engan populernya penggunaan computer

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

Sistem Dinamik. Indrazno Siradjuddin. February 14, Gambar 1: Sistem pegas L = T V (1)

Sistem Dinamik. Indrazno Siradjuddin. February 14, Gambar 1: Sistem pegas L = T V (1) Sistem Dinamik Inrazno Sirajuin February 14, 2017 1 Sistem Dinamik Pergerakan Pegas Gambar 1: Sistem pegas 1.1 Metoe Lagrange (Lagrangian Metho) L = T V (1) imana L aalah fungsi Lagrange, T aalah energi

Lebih terperinci

PEMODELAN Deskripsi Masalah

PEMODELAN Deskripsi Masalah PEMODELAN Deskripsi Masalah Sebelum membuat penjawalan perkuliahan perlu iketahui semua mata kuliah yang itawarkan, osen yang mengajar, peserta perkuliahan, bobot sks an spesifikasi ruang yang iperlukan.

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 57-64, Agustus 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 57-64, Agustus 2002, ISSN : JURN MTEMTIK N KOMPUTER Vol 5 No, 57-64, gustus, ISSN : 141-8518 FORMUSI VRISION N PENYEESIN RI MSH SYRT BTS RI PERSMN ORER U Sutrima Jurusan Matematika FMIP UNS bstract The urose of this research is to

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS KNM XVI 3-6 Juli 01 UNPAD, Jatinangor ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS NANIK LISTIANA 1, WIDOWATI, KARTONO 3 1,,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk :

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk : PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PERSAMAAN DIFERENSIAL Suatu persamaan iferensial biasa ore n aalah persamaan bentuk : F n, ', '', ''',......, 0 Yang menatakan hubungan antara, fungsi () an turunanna ', '',

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL === TKNIK IITL === PRNNN RNKIN KOMINSIONL === Rangkaian logika atau igital apat ibagi menjai 2 bagian yaitu:. Rangkaian Kombinasional, aalah suatu rangkaian logika yang keaaan keluarannya hanya ipengaruhi

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL)

TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL) TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL) A. Pengertian Derivatif (turunan) suatu fungsi. Perhatikan grafik fungsi f( (pengertian secara geometri) ang melalui garis singgung. f( f( f(+ Q [( +, f ( + ] f( P (, f ( )

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Persija Persib baris

matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Persija Persib baris Kolom 1. Pengertian Matriks matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Dalam kehiupan sehari-hari an alam matematika, berbagai keterangan seringkali isajikan alam bentuk matriks. Contoh 1: Hasil pertaningan grup I

Lebih terperinci

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat * Jurnal Matematika Murni an Terapan εpsilon ANALISIS MODEL PREDATOR-PREY TERHADAP EFEK PERPINDAHAN PREDASI PADA SPESIES PREY YANG BERJUMLAH BESAR DENGAN ADANYA PERTAHANAN KELOMPOK Mursyiah Pratiwi, Yuni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1 Planetary Gearbox Untuk pengertian secara umumnya sistem roa gigi planet aalah sebuah sistem roa gigi yang teriri ari sun gear, carrier gear an ring gear atau internal gear Satu

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS SEMIRATA MIPAnet 27 24-26 Agustus 27 UNSRAT, Manao PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS TONAAS KABUL WANGKOK YOHANIS MARENTEK Universitas Universal Batam, tonaasmarentek@gmail.com,

Lebih terperinci

SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH

SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH JAHARUDDIN Departemen Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Raya

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet

Lebih terperinci

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi Hukum oulomb a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar, iharapkan ana apat: - menjelaskan hubungan antara gaya interaksi ua muatan listrik, besar muatan-muatan, an jarak pisah

Lebih terperinci

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc BAB KAPASITOR ontoh 5. Definisi kapasitas Sebuah kapasitor 0,4 imuati oleh baterai volt. Berapa muatan yang tersimpan alam kapasitor itu? Jawab : Kapasitas 0,4 4 0-7 ; bea potensial volt. Muatan alam kapasitor,,

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I Rizka Anggraini Mahasiswa Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER Asrul Syam Program Stui Teknik Informatika, STMIK Dipanegara, Makassar e-mail: assyams03@gmail.com Abstrak Masalah optimasi

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier Performa (24) Vol. 3, No.2: 62-7 Penggunaan Metoe Multi-criteria Decision Ai alam Proses Pemilihan Supplier Inra Cahyai Jurusan Teknik an Manajemen Inustri, Universitas Trunojoyo Maura Abstract Noways,

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang peredam pasif, salah satunya adalah TMD (Tuned Mass Damper). Ide dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang peredam pasif, salah satunya adalah TMD (Tuned Mass Damper). Ide dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definis Reamam Reaman aalah fenomena yang aa alam setiap struktur. Nilai reaman paa struktur akan berhubungan engan elemen apa an bagaimana mereka berkumpul satu sama lain alam

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERER WM MULIFASA 3. enahuluan enelitian mengenai bentuk sinyal moulasi yang cocok untuk menghasilkan keluaan inete yang bekualitas baik telah lama ilakukan. Salah satu

Lebih terperinci

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT Junik Rahayu, Usman Pagalay, an 3 Ari Kusumastuti,,3 Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: rahayujunik@yahoo.com

Lebih terperinci

PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS

PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS PETA KENDALI ADAPTIF SEBAGAI ALTENATIF PETA KENDALI SHEWHAT DALAM MENDETEKSI PEGESEAN KECIL PADA VAIANS Oleh : Farihatul Usro 7 7 Dosen Pembimbing : Dra. Faria Agustini W. MS Dra. Laksmi Prita W. MSi Jurusan

Lebih terperinci

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Penulis Abstrak. Ketikkan Abstrak Ana i sini. Sebaiknya tiak lebih ari 250 kata. Abstrak sebaiknya menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok II, Teknik Elektro, Unhas

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok II, Teknik Elektro, Unhas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika asar II merupakan matakuliah lanjutan ari matematika asar I yang telah ipelajari paa semester sebelumnya. Matematika asar II juga merupakan matakuliah pengantar

Lebih terperinci

ANALISA RESPON PENGENDALI FEEDFORWARD DAN PID PADA PENGENDALIAN TEMPERATUR HEAT EXCHANGER

ANALISA RESPON PENGENDALI FEEDFORWARD DAN PID PADA PENGENDALIAN TEMPERATUR HEAT EXCHANGER Mikrotiga, Vol, No. Januari 04 ISSN : 355 0457 6 ANALISA RESPON PENENDALI FEEDFORWARD DAN PID PADA PENENDALIAN EMPERAUR HEA EXCHANER Djulil Amri *, Bhakti Yuho Suprapto Jurusan eknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA. Penekatan Kalkulus: menefinisikan fungsi logaritma natural sebagai integral Panang sebuah fungsi yang iefinisikan engan menggunakan integral: (.) L(x) = t t. Dari Teorema

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF 31 419 Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas

Lebih terperinci

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201 akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )

Lebih terperinci

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 PEMODEAN EMPIRIS COST 231-WAFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI INTASAN ANTENA RADAR DI PERUM PPNPI INDONESIA Ria

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE)

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) Amin Tohari Universitas Nusantara PGRI Keiri, amin.tohari@unpkeiri.ac.i Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

1.1. Sub Ruang Vektor

1.1. Sub Ruang Vektor 1.1. Sub Ruang Vektor Dalam membiarakan ruang vektor, tiak hanya vektoer-vektornya saja yang menarik, tetapi juga himpunan bagian ari ruang vektor tersebut yang membentuk ruang vektor lagi terhaap operasi

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL Jeefry Sutrisman Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Inonesia Abstrak PT. Bioplast

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER UNTUK MENGURANGI PENGARUH BEBAN GEMPA PADA STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DENGAN LAYOUT BANGUNAN BERBENTUK U

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER UNTUK MENGURANGI PENGARUH BEBAN GEMPA PADA STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DENGAN LAYOUT BANGUNAN BERBENTUK U VOLUME 5 NO. 2, OKTOBER 29 STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER UNTUK MENGURANGI PENGARUH BEBAN GEMPA PADA STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DENGAN LAYOUT BANGUNAN BERBENTUK U Jati Sunaryati 1, Rudy Ferial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

Bagian 3 Differensiasi

Bagian 3 Differensiasi Bagian Differensiasi Bagian Differensiasi berisi materi tentang penerapan konsep limit untuk mengitung turunan an berbagai teknik ifferensial. Paa penerapan konsep limit, Ana akan iperkenalkan engan konsep

Lebih terperinci

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c Bab X 10.1 Zat murni aalah zat yang teriri atas sutau senyawa kimia tertentu, misalnya CO alam bentuk gas, cairan atau paatan, atau campuran aripaya, tetapi tiak merupakan campuran engan zat murni lain

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2 PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN Hewig A Tan, Ratna S Alifen ABSTRAK: Metoe penjawalan linier cocok untuk proyek engan aktivitas seerhana, an repetitif

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton )

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton ) BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG 3.1 Perencanaan Beban Total Paa Elevator Barang Q total = Q + WM + WO ( Persamaan 2.1.10 ) Q = Beban kapasitas muatan alam perencanaan ( 1 Ton

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH Pertemuan XII: Optimasi dengan Kendala Persamaan dan Aplikasinya

CATATAN KULIAH Pertemuan XII: Optimasi dengan Kendala Persamaan dan Aplikasinya CATATAN KIAH ertemuan XII: Optimasi enan Kenala ersamaan an Aplikasina A. Efek ari Satu Kenala Tujuan utama iunakanna sebuah kenala aalah memberi tanun jawab kepaa faktor-faktor pembatas (constrains) tertentu

Lebih terperinci

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai Penggunaan Persamaan Penekatan Untuk panjang gelombang pantai Nizar Acma Program Stui Teknik Sipil, Universitas Janabara Yogyakarta, Jl.Tentara Rakyat Mataram 35-37 Yogyakarta Email: nizarachma@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN

BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN Fungsi Logaritma Natural Fungsi Balikan (Invers) Fungsi Eksponen Natural Fungsi Eksponen Umum an Fungsi Logaritma Umum Masalah Laju Perubahan Seerhana Fungsi Trigonometri Balikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang berlaku. Pada struktur bangunan terdapat beberapa jenis beban

BAB II LANDASAN TEORI. yang berlaku. Pada struktur bangunan terdapat beberapa jenis beban BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Beban Stuktur Paa suatu perencanaan struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku. Paa struktur bangunan terapat beberapa jenis beban yang terjai, iantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian dilakukan sebagai pedoman bagi peneliti mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian dilakukan sebagai pedoman bagi peneliti mengenai 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ilakukan sebagai peoman bagi peneliti mengenai tahap-tahap bagaimana seharusnya sebuah penelitian ilakukan. Metoe penelitian yang igunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ Chintari Nurul Hananti 1 Khozin Mu tamar 2 12 Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Tujuan instruktusional khusus : Diharapkan mahasiswa apat memahami konsep iferensial an memanfaatkannya alam melakukan analisis bisnis an ekonomi yang berkaitan engan masalah

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

Teori kendali. Oleh: Ari suparwanto

Teori kendali. Oleh: Ari suparwanto Teori kendali Oleh: Ari suparwanto Minggu Ke-1 Permasalahan oleh : Ari Suparwanto Permasalahan Diberikan sistem dan sinyal referensi. Masalah kendali adalah menentukan sinyal kendali sehingga output sistem

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN PENGENDALI VEKTOR ARUS DAN OBSERVER BERADA PADA SUMBU DQ

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN PENGENDALI VEKTOR ARUS DAN OBSERVER BERADA PADA SUMBU DQ UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN PENGENDALI VEKTOR ARUS DAN OBSERVER BERADA PADA SUMBU DQ SKRIPSI YOGA DWI HARYOKO 0906603423 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV ETODOLOGI PENELITIAN IV Lagkah-Lagkah Aalisis Struktur yag aka ijaika moel alam peelitia ii aalah struktur bagua latai a latai, yag iasumsika terbuat ari baja Struktur terlebih ahulu imoel ega megguaka

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS SISTEM TENAGA LISTRIK SINGLE MESIN MENGGUNAKAN METODE RUNGE KUTTA ORDE 4

ANALISIS STABILITAS SISTEM TENAGA LISTRIK SINGLE MESIN MENGGUNAKAN METODE RUNGE KUTTA ORDE 4 ANAII TABIITA ITEM TENAGA ITRIK INGE MEIN MENGGUNAKAN METODE RUNGE KUTTA ORDE 4 Arnawan Hasibuan taf Pengajar Program tui Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Malikussalaeh hokseumawe Email : nawan_hsb@yahoo.co.i

Lebih terperinci