BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength Inex. II.1 Saham Saham aalah salah satu komoitas yang iperagangkan i pasar moal. Saham, seperti juga komoitas-komoitas lainnya i pasar moal, ikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk menapatkan moal. Paa satu waktu, perusahaan menjual sejumlah saham ke pasar engan harga tertentu. Uang yang iperoleh ari penjualan ini lah yang igunakan sebagai moal perusahaan. Saham yang berear i pasar kemuian bisa iperagangkan engan harga yang berbea ari harga jual awal. Saham iperagangkan i pasar moal, yang merupakan sebuah institusi engan jam kerja seniri. Saham bisa mulai iperagangkan saat pasar moal suah ibuka, an tiak bisa lagi iperagangkan jika pasar moal suah tutup. Kepemilikan saham menanakan kepemilikan atas sebagian ari perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Seseorang yang memiliki lembar saham ari sebuah perusahaan yang mengeluarkan lembar saham maka juga memiliki 10% ari perusahaan tersebut. Meskipun emikian, status sebagai pemilik tiak memberikan kuasa penuh atas perusahaan tersebut kepaa para pemegang saham. Pemegang saham (shareholers) hanya mempunyai hak untuk melakukan pemungutan suara untuk memilih baan ireksi perusahaan atau untuk mengubah peraturan perusahaan [FAE00]. Selain saham biasa (common stock), terapat juga jenis saham khusus yaitu saham preferen (preferre stock). Para pemegang saham preferen menapatkan jaminan menapatkan ivien alam jumlah yang tetap setiap tahunnya, tanpa terpengaruh situasi keuangan perusahaan. Di sisi lain, pemegang saham preferen tiak punya hak untuk ikut mengambil keputusan. Sebagai meia investasi, saham apat memberikan Return On Investment (ROI) yang besar. Dalam jangka panjang, misalnya untuk perioe 67 tahun antara 1926 hingga 1993, saham menghasilkan penapatan murni (suah termasuk laju inflasi) sebesar II-1

2 II-2 9,1% untuk saham perusahaan-perusahaan besar, an 14,4% untuk saham perusahaanperusahaan kecil. Jumlah ini jauh lebih besar aripaa penapatan ari meia investasi lain: obligasi perusahaan menghasilkan 2,7%, obligasi pemerintah menghasilkan 2,2%, an sertifikat bank pemerintah menghasilkan 0,5% [FAE00]. Di sisi lain, saham juga mempunyai risiko jangka penek yang besar. Saham perusahaan-perusahaan besar mempunyai risiko untuk merugi sebesar 20,5%, an saham perusahaan-perusahaan kecil mempunyai risiko sebesar 34,8%. Meskipun alam jangka panjang, kerugian jangka penek ini akan terbayar engan keuntungan yang lebih besar lagi, namun tiak semua orang mau berinvestasi alam jangka waktu yang seemikian panjang. Aa cara lain untuk berinvestasi engan saham, yaitu engan beragang (traing). Para peagang saham (traer) menapatkan keuntungan engan cara menjual saham engan harga yang lebih tinggi aripaa harga beli, atau engan meminjam saham milik orang ketiga untuk ijual paa saat harga tinggi lalu membeli saham itu kembali an mengembalikannya paa saat harga lebih renah. Agar tiak merugi, para peagang ini mempunyai beberapa cara untuk menganalisis an mempreiksi pergerakan harga saham. II.2 Analisis Funamental Dalam suatu pasar, pasti aa hal-hal yang mempengaruhi tingkat penawaran an permintaan barang. Keseimbangan tingkat penawaran an permintaan ini selanjutnya akan mempengaruhi harga barang tersebut, melalui sebuah proses yang berjalan beberapa waktu. Dalam pasar moal, analisis funamental aalah analisis yang memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran an permintaan saham. Tingkat penawaran an tingkat permintaan saham paa suatu waktu tertentu bisa isebut sebagai nilai intrinsik saham tersebut. Jika harga saham i pasar moal lebih tinggi aripaa nilai intrinsik saham tersebut paa satu waktu, maka saham tersebut ianggap terlalu mahal harganya an isarankan untuk ijual. Jika harga saham paa suatu waktu lebih renah aripaa nilai intrinsik saham tersebut paa waktu itu, maka saham tersebut ianggap terlalu murah an isarankan untuk ibeli.

3 II-3 Faktor-faktor yang apat mempengaruhi tingkat penawaran an permintaan saham antara lain pergantian baan ireksi, perubahan perekonomian negara, kebijakankebijakan pemerintah, an sebagainya. Seorang peagang harus memperhitungkan seniri apakah perubahan-perubahan ini akan menaikkan atau menurunkan nilai intrinsik suatu saham. II.3 Analisis Teknis Analisis teknis aalah proses mengamati aksi pasar, terutama engan menggunakan ata harga saham historis yang igambarkan sebagai sebuah grafik, engan tujuan untuk mempreiksi tren harga i masa epan. Dalam suut panang tertentu, analisis teknis bisa ipanang sebagai kebalikan ari analisis funamental. Analisis funamental mengamati penyebab perubahan tingkat penawaran an permintaan, seangkan analisis funamental mengamati akibat perubahan tingkat penawaran an permintaan. II.3.1 Konsep Dasar Preiksi tren harga saham i masa epan bisa ilakukan hanya engan mengamati aksi pasar, karena beberapa konsep yang berlaku i pasar moal [MUR99]: 1. Segala faktor yang mempengaruhi nilai intrinsik suatu saham suah tercermin alam aksi pasar. Karena itu, alih-alih mempelajari faktor-faktor luar yang seemikian banyak, para analis teknis memilih untuk mempelajari perubahan harga saham (aksi pasar). Hal ini imungkinkan karena saham ijual engan sistem lelang, sehingga harga saham ipengaruhi secara langsung oleh tingkat penawaran an tingkat permintaan tanpa aa satu pihak yang mengatur harga saham tersebut. Jika harga saham naik maka permintaan i pasar pasti melebihi penawaran, an jika harga turun maka penawaran pasti melebihi permintaan. 2. Harga saham bergerak engan mengikuti tren, an sebuah tren akan lebih cenerung untuk berlanjut aripaa berubah. Analisis teknis ilakukan engan membentuk sebuah grafik ari pergerakan harga saham i pasar. Grafik ini kemuian ianalisis agar tren-tren yang aa bisa ikenali paa tahap awal pembentukannya. Setelah analis teknis bisa mengenali tren yang seang berlaku, maka peragangan akan ilakukan sejalan engan tren tersebut. Paa bagian berikutnya akan ijelaskan lebih lanjut tentang konsep tren.

4 II-4 3. Apa yang suah pernah terjai akan cenerung terulang. Konsep ini terbentuk karena pasar moal ijalankan oleh manusia, seangkan psikis manusia paa tingkat tertentu sama an apat itebak. Dalam menghaapi situasi yang sama, rata-rata manusia akan bereaksi engan cara yang sama. Oleh karena itu, apa yang terjai i masa lalu akan terulang kembali i masa epan an membentuk suatu pola yang apat ipreiksi. II.3.2 Jenis-jenis Harga Dalam bagian ini akan ijelaskan berbagai jenis harga saham yang mungkin igunakan alam analisis teknis: 1. Opening price Opening price suatu saham aalah harga saham tersebut paa awal perioe tersebut. Opening price paa suatu hari aalah harga saham tersebut paa saat pasar moal ibuka paa hari itu. Opening price paa suatu bulan aalah harga saham tersebut paa saat pasar moal ibuka, paa hari pertama pasar moal beroperasi paa bulan itu. 2. Closing price Closing price suatu saham aalah harga saham tersebut paa akhir perioe tersebut. Closing price paa suatu hari aalah harga saham tersebut paa saat pasar moal itutup paa hari itu. Closing price paa suatu bulan aalah harga saham tersebut paa saat pasar moal itutup paa hari terakhir pasar moal beroperasi paa bulan itu. 3. High price High price suatu saham aalah harga tertinggi yang pernah icapai saham tersebut paa suatu perioe. 4. Low price Low price suatu saham aalah harga terenah yang pernah icapai saham tersebut paa suatu perioe. Harga yang paling sering igunakan alam analisis teknis aalah harga penutupan (closing price). Harga penutupan ianggap sebagai harga yang paling penting alam satu hari/satu perioe.

5 II-5 II.3.3 Tren Dalam satu kurun waktu, harga saham i pasar akan cenerung berfluktuasi. Jika igambarkan sebagai suatu grafik maka grafik tersebut akan berkelok-kelok naik an turun, membentuk puncak an lembah. Arah pergerakan puncak an lembah inilah yang isebut sebagai tren pergerakan harga saham. Tren ikatakan naik jika suatu puncak mencapai harga lebih tinggi ari puncak sebelumnya, an suatu lembah mencapai harga lebih tinggi ari lembah sebelumnya. Sebaliknya tren ikatakan turun jika suatu puncak mencapai harga lebih renah ari puncak sebelumnya an suatu lembah mencapai harga lebih renah ari lembah sebelumnya. Selain tren naik an turun, aa juga tren menatar, i saat pergerakan puncak an lembah tiak mempunyai arah tertentu. Tren menatar juga isebut sebagai keaaan tanpa tren. Seorang analis teknis akan menyarankan untuk melakukan pembelian paa saat tren seang naik, an melakukan penjualan paa saat tren seang turun. Seorang traer sangat isarankan untuk beragang engan mengikuti arus tren, sehingga ikenal peribahasa-peribahasa seperti always trae in the irection of the tren, never buck the tren, an the tren is your frien [MUR99]. II.3.4 Moving Average Moving average aalah salah satu jenis inikator analisis teknis yang banyak gunanya an sering igunakan. Meskipun emikian, moving average tiak akan ibahas panjang lebar alam laporan Tugas Akhir ini. Pembahasan moving average akan ibatasi sejauh yang iperlukan untuk memahami metoe Relative Strength Inex. Moving average aalah sebuah jenis alat analisis teknis yang menggunakan rerata harga saham sebagai keluarannya. Moving average mempunyai fungsi untuk menginikasikan bahwa sebuah tren baru saja imulai, atau bahwa tren lama suah berakhir/berubah. Karena menggunakan rerata sebagai keluaran, maka moving average juga berfungsi sebagai penghalus grafik harga saham. Grafik harga saham yang berfluktuasi iolah sehingga menghasilkan grafik yang lebih halus an lebih muah iientifikasi trennya.

6 II-6 Di sisi lain, efek negatif penggunaan rerata aalah bahwa keluaran yang ihasilkan cenerung berbea engan grafik harga saham. Moving average yang menggunakan perioe yang penek akan menghasilkan grafik yang lebih sensitif an lebih menekati grafik harga saham. Seangkan perioe yang lebih panjang akan menghasilkan grafik yang kurang sensitif an berbea engan grafik harga saham, namun lebih gampang iientifikasi trennya. II Simple Moving Average Simple moving average menggunakan penghitungan yang paling seerhana, yaitu engan rerata biasa. Simple moving average menggunakan suatu perioe, i mana semua harga paa perioe tersebut ijumlahkan lalu ibagi engan jumlah hari perioe tersebut. Rumus untuk simple moving average paa hari t, selama perioe n aalah: n SMA = t x 1 + xt-n x n t-n+ t-1 + x t (II-1) Sebagai metoe paling seerhana, simple moving average mempunyai ua kelemahan. Kelemahan pertama aalah bahwa harga yang ihitung hanyalah hargaharga yang terjai selama perioe tersebut. Harga i luar perioe tersebut tiak ihitung. Kelemahan keua aalah bahwa harga tiap hari iberi bobot yang sama. Para analis menganggap bahwa harga yang paling baru lebih penting, an harus iberi bobot lebih berat. II Linear Moving Average Metoe ini menjawab kelemahan keua ari simple moving average. Paa linearly weighte moving average, harga yang lebih baru iberi bobot lebih berat. Jika menggunakan perioe 10 hari, misalnya, harga hari ini akan ikalikan 10, ijumlahkan engan harga kemarin yang ikalikan 9, lalu ijumlahkan engan harga ua hari yang lalu yang ikalikan 8, an seterusnya. Jumlah tersebut lalu ibagi engan jumlah ari faktor perkaliannya, alam contoh ini 55 (yang merupakan hasil ari ). Contoh rumus linear moving average untuk perioe lima hari bisa ilihat sebagai berikut:

7 II-7 5 LMA t 5. xt + 4. xt xt xt-3 + xt-4 = (II-2) II Exponential Moving Average Metoe ini menghilangkan ua kelemahan simple moving average. Metoe ini mengalikan harga paling baru engan persentase tertentu (α), lalu menjumlahkannya engan sisa ari persentase tai (100%- α) yang ikalikan engan nilai EMA hari sebelumnya. EMA ( 1-a). EMA 1 t = a. CPt + t- (II-3) Dengan emikian, semua harga i masa lalu ikut iperhitungkan, walaupun menapat persentase yang makin lama makin menurun secara eksponensial. Penghitungan engan Exponential Moving Average akan igunakan alam metoe Relative Strength Inex. II Kelebihan an Kekurangan Moving Average Kelebihan utama ari moving average aalah bahwa metoe ini apat membaca tren yang aa. Seperti yang suah ijelaskan i atas, analis teknis sangat menyarankan untuk beragang engan mengikuti tren. Kemampuan untuk membaca tren bisa menghasilkan keuntungan yang besar, an mengurangi kerugian sebelum menjai terlalu besar. Kekurangan ari moving average aalah bahwa mereka hanya apat membaca tren. Moving average bekerja engan baik hanya jika pasar seang mengikuti suatu tren, baik naik ataupun turun. Saat pasar tiak seang mengikuti tren tertentu/tanpa tren, moving average tiak apat bekerja engan baik. II.3.5 Overbought an Oversol Suatu saham isebut overbought saat tingkat permintaan jauh lebih tinggi aripaa tingkat penawaran. Sebaliknya, suatu saham isebut oversol saat tingkat penawaran jauh lebih tinggi aripaa tingkat permintaan. Keua keaaan ini menanakan bahwa saat itu harga saham bergerak terlalu cepat sehingga akan cenerung berubah alam waktu ekat.

8 II-8 Dalam keaaan tren menatar, sulit untuk mempreiksi tren harga alam jangka panjang. Inikator overbought an oversol sebagai inikator keaaan ekstrim jangka penek berguna untuk membantu pengambilan keputusan i saat pengambilan keputusan tiak bisa ilakukan berasarkan tren. II.3.6 Oscillator Dalam analisis teknis, oscillator berguna i saat pasar seang tiak mengikuti tren tertentu/tanpa tren, karena apat memberikan sinyal overbought an oversol. Kemampuan memberikan sinyal overbought an oversol juga berguna i saat pasar seang mengikuti tren naik ataupun turun. Oscillator juga bisa memberikan tana bahwa sebuah tren akan berhenti atau berubah arah sebelum terjai. Saat pasar seang mengikuti tren tertentu, oscillator sebaiknya igunakan sebagai alat bantu, bukan sebagai alat utama. Seberapapun kuatnya sinyal yang iberikan oscillator, tetap lebih penting untuk beragang sesuai engan arah tren. Sebuah oscillator biasanya igambarkan sebagai grafik yang terpisah ari grafik harga saham, sebagai sebuah grafik yang igambarkan bergerak menyamping an berfluktuasi. Sebuah oscillator bisa mempunyai garis yang membagi grafiknya menjai nilai positif an negatif, atau bisa juga mempunyai batas atas an batas bawah. Grafik oscillator selalu berfluktuasi antara ua keaaan ekstrim tersebut. II Fungsi Oscillator Aa tiga sinyal yang bisa iberikan oleh sebuah oscillator: 1. Sebuah oscillator akan memberikan sinyal overbought atau oversol. Sinyal overbought iberikan jika grafik oscillator mencapai ekstrim atas, an sinyal oversol iberikan jika grafik oscillator mencapai ekstrim bawah. 2. Sebuah perbeaan antara grafik oscillator an grafik harga saham paa saat grafik oscillator seang alam keaaan ekstrim aalah sebuah tana yang kuat bahwa tren akan berubah. 3. Di saat pasar seang mengikuti tren naik atau turun, grafik yang bergerak menembus garis tengah apat memberi sinyal untuk mengambil keputusan. Keputusan yang iambil, membeli atau menjual, tetap harus isesuaikan engan tren yang seang terjai.

9 II-9 II Konsep Dasar Konsep yang menasari oscillator aalah konsep momentum harga. Oscillator tiak menghitung harga saham, namun menghitung laju perubahan harga saham. Untuk mengetahui momentum harga engan perioe 10 hari, ihitung selisih antara harga hari ini engan harga sepuluh hari yang lalu, lalu igambar i grafik. Titik nol berfungsi sebagai garis tengah grafik. Grafik tersebut menunjukkan laju perubahan harga saham selama perioe yang itentukan. Jika grafik harga saham seang alam tren naik an grafik oscillator juga seang alam tren naik, maka berarti bahwa harga saham terus meningkat engan laju yang makin cepat. Penurunan alam grafik oscillator tersebut berarti bahwa laju kenaikan harga saham mulai menurun. Saat grafik oscillator beraa i titik nol, itu berarti bahwa perubahan harga hari ini sama engan perubahan harga satu perioe lalu; meskipun harga saham terus naik, namun laju kenaikannya tiak lagi mengalami peningkatan. Saat grafik oscillator turun ke bawah titik nol, itu berarti bahwa laju kenaikan harga saham mulai melambat, bahkan mungkin harga saham mulai mengalami penurunan. Kemampuan untuk membaca laju perubahan harga saham bisa igunakan untuk mempreiksi pergerakan harga saham i masa epan. Meskipun grafik harga saham masih mengalami peningkatan, namun jika laju perubahannya mulai turun aa inikasi bahwa kenaikan itu tiak akan lama, bahkan mungkin trennya segera berubah. II.4 Relative Strength Inex Salah satu oscillator yang cukup terpercaya an sering igunakan oleh para analis teknis aalah Relative Strength Inex (RSI) [MIZ98]. Metoe ini ikembangkan oleh J. Welles Wiler paa tahun Seperti oscillators lainnya, RSI juga berfungsi untuk membaca konisi overbought an oversol, selain untuk mempreiksi perubahan tren. RSI mempunyai kelebihan ibaning oscillators lainnya. Analisis engan RSI ilakukan bukan engan menghitung perbeaan harga antara ua hari, namun engan menghitung rerata perbeaan harga selama perioe beberapa hari, sehingga RSI tiak

10 II-10 begitu terpengaruh perubahan harga yang rastis. Selain itu, RSI juga memberi skala 0-100, sehingga lebih muah alam melakukan perbaningan. Grafik RSI biasanya igambarkan i bawah grafik harga saham, seperti itunjukkan i gambar II-1. Gambar II-1 Grafik Relative Strength Inex II.4.1 Rumus Relative Strength Inex Paa bagian ini akan ibahas cara menghitung Relative Strength Inex. Paa suatu hari, kita apat menghitung kenaikan atau penurunan harga paa saat pasar moal itutup (closing price) paa hari itu ibaningkan harga penutupan hari sebelumnya. U D = P -1 Di mana CP aalah closing price paa hari. Nilai U an D tiak pernah negatif. Jika harga saham paa suatu hari mengalami kenaikan maka U bernilai positif an D bernilai nol. Begitu juga sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan maka D bernilai positif an U bernilai nol. = P - P -1 - P (II-4) Selanjutnya kita menghitung nilai U an D selama N hari untuk menghitung nilai rata-rata U an D. Penghitungan pertama ilakukan secara seerhana, yaitu engan menghitung jumlah total U an D selama N hari ke belakang kemuian ibagii jumlah hari (N).

11 II-11 AvgU AvgD U = = D -N+ 1 -N+ 1 + U -N+ 2 N + D -N+ 2 N U D (II-5) Sementara untuk nilai-nilai berikutnya, nilai rata-rata ihitung menggunakan Exponential Moving Average, seperti paa rumus II-2. AvgU AvgD = a. U = a. D + + ( 1-a). U -1 ( 1-a). D- 1 (II-6) Nilai α berfungsi sebagai faktor penghalus (smoothing factor) bagi Exponential Moving Average. Nilainya tergantung paa perioe/jumlah hari (N) yang igunakan. a = 1 N (II-7) Nilai rata-rata U an D kemuian ibaningkan untuk menghasilkan nilai Relative Strength, seperti paa rumus II-3. RS = AvgU AvgD RS kemuian igunakan untuk menghitung RSI, seperti paa rumus II RSI = RS (II-8) (II-9) Contoh penghitungan engan RSI apat ilihat i Lampiran A. II.4.2 Perioe Penghitungan RSI apat ihitung engan menggunakan berbagai macam perioe. Pemilihan perioe yang berbea akan menghasilkan inex engan sifat yang berbea. Karena itu, cukup penting untuk memilih perioe yang tepat, sehingga apat memberikan hasil analisis yang sesuai engan kebutuhan. II Efek Perbeaan Perioe RSI igunakan untuk mengenali tana-tana situasi overbought an oversol. Tanatana ini iapatkan ari penghitungan yang melibatkan perataan perbeaan harga selama perioe yang itentukan. Dengan emikian, pemilihan perioe apat mempengaruhi nilai RSI paa suatu titik, selain sifat grafik RSI paa umumnya.

12 II-12 Memilih perioe yang penek akan menyebabkan perataan ilakukan selama perioe yang penek pula, sehingga lebih muah menghasilkan sinyal overbought atau oversol. Kenaikan harga selama beberapa hari akan lebih muah memicu sinyal overbought karena nilai U hanya ibaningkan engan nilai D selama perioe yang singkat. Paa perioe penghitungan tiga hari, misalnya, kenaikan harga selama ua hari suah cukup untuk memberi sinyal overbought. Memilih perioe yang panjang akan memberikan sinyal yang lebih kuat an apat ianalkan, karena perbaningan ilakukan selama perioe yang cukup lama. Paa penghitungan yang ilakukan menggunakan perioe panjang, sinyal overbought an oversol akan lebih jarang keluar, namun lebih apat ipercaya. Secara umum apat ikatakan bahwa perioe yang penek cocok igunakan untuk beragang jangka penek an engan perbeaan harga yang tiak terlalu besar. Perioe yang panjang cocok igunakan untuk beragang jangka lebih panjang, an membutuhkan perbeaan harga yang signifikan untuk mengambil keputusan membeli atau menjual. II Perioe yang Biasa Digunakan Paa saat mengembangkan RSI, J. Welles Wiler menyarankan menggunakan RSI engan perioe 14 hari. Perioe 14 hari irasa tepat untuk menapatkan keseimbangan antara frekuensi sinyal yang cukup tinggi, an kehanalan sinyal yang iberikan. Paa penggunakan berikutnya, para ahli banyak menggunakan RSI engan menggunakan perioe yang berbea-bea. Perioe yang paling sering igunakan aalah sembilan an 14 hari. Perioe lima atau tujuh hari igunakan juga untuk menapatkan frekuensi sinyal yang tinggi. Perioe lain yang sering igunakan aalah 21 an 28 hari, untuk menapatkan grafik yang lebih halus an apat ipercaya [MUR99]. Dalam Tugas Akhir ini, RSI akan iuji menggunakan perioe sembilan, 14, an 25 hari. II.4.3 Analisis Grafik RSI Grafik RSI apat memberikan sinyal engan beberapa cara. Nilai RSI yang menembus ambang batas tertentu, memberikan sinyal overbought atau oversol.

13 II-13 Selain itu, perubahan tren alam grafik RSI juga apat memberikan sinyal perubahan tren yang akan terjai paa harga saham. II Sinyal Overbought an Oversol Nilai RSI yang iapatkan ari rumus i atas igambarkan paa sebuah grafik engan skala Nilai RSI yang tinggi menunjukkan nilai kenaikan harga yang lebih tinggi aripaa nilai penurunan harga selama perioe yang iamati. Semakin tinggi nilai RSI, maka makin pasti sinyal overbought yang ihasilkan. Paa umumnya, nilai RSI i atas 70 poin ianggap sebagai sinyal overbought. Ketentuan ambang batas nilai RSI yang menginikasikan overbought an oversol bisa iubah tergantung sifat pasar yang bersangkutan. Paa pasar yang bullish, karena kecenerungan pasar untuk mengalami kenaikan harga, nilai RSI harus melampaui 80 poin untuk ianggap memberikan sinyal overbought. Nilai RSI yang renah menunjukkan bahwa harga selama perioe yang iamati cenerung turun aripaa naik. Semakin renah nilai RSI, maka makin pasti sinyal oversol yang ihasilkan. Paa umumnya, nilai RSI i bawah 30 poin ianggap sebagai sinyal oversol. Paa pasar yang bersifat bearish, analisis RSI isesuaikan sehingga nilai RSI harus lebih renah ari 20 poin untuk menghasilkan sinyal oversol. II Sinyal Failure Swing Nilai RSI igambarkan paa suatu grafik engan skala Sebagai suatu grafik, grafik RSI juga apat membentuk suatu tren. Perubahan tren paa grafik RSI apat menjai inikator yang bagus bahwa tren harga saham juga akan berubah atau berbalik arah. Seperti grafik paa umumnya, grafik RSI ianggap mengalami perubahan tren jika mengalami failure swing. Di RSI, failure swing terjai jika grafik seang beraa i kisaran nilai lebih besar ari 70 atau kurang ari 30. Top failure swing terjai jika nilai RSI i atas 70 engan tren naik, an sebuah puncak terjai i tingkat yang lebih renah ari puncak sebelumnya, an sebuah lembah terjai i tingkat yang lebih renah ari lembah sebelumnya. Bottom failure swing terjai jika nilai RSI i bawah 30 engan tren menurun, an sebuah lembah terjai i tingkat yang lebih tinggi ari

14 II-14 lembah sebelumnya, an sebuah puncak terjai i tingkat yang lebih tinggi ari puncak sebelumnya. Perubahan tren i grafik RSI ini, terutama jika terjai berlawanan engan grafik harga saham (misalnya grafik harga saham masih menunjukkan tren naik seangkan grafik RSI suah berbalik menjai tren turun), aalah sebuah inikator yang baik sekali bahwa tren harga saham akan berganti. Dengan kata lain, perubahan tren paa grafik RSI menunjukkan bahwa grafik harga saham akan mengalami perubahan tren.

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

Keywords: transaction volume, market risk, debt to equity ratio and dividend policy.

Keywords: transaction volume, market risk, debt to equity ratio and dividend policy. PENGARUH VOLUME TRANSAKSI, RESIKO PASAR DAN DEBT to EQUITY RATIO TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Stui Kasus Paa PT. Ino Tambangraya Megah, Tbk, PT. Inosat, Tbk, PT. Inocement Tunggal Prakarsa, Tbk, PT. Inofoo

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM:

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & KESEIMBANGAN PASAR NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: 115030207113012 FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & EKUILIBRIUM PASAR Fungsi Permintaan Pasar Fungsi permintaan pasar untuk

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF 31 419 Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi Suaratno Suirham Diferensiasi Bahan Kuliah Terbuka alam format pf terseia i.buku-e.lipi.go.i alam format pps beranimasi terseia i.ee-cafe.org Pengertian-Pengertian 0-0 Kita telah melihat baha kemiringan

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc BAB KAPASITOR ontoh 5. Definisi kapasitas Sebuah kapasitor 0,4 imuati oleh baterai volt. Berapa muatan yang tersimpan alam kapasitor itu? Jawab : Kapasitas 0,4 4 0-7 ; bea potensial volt. Muatan alam kapasitor,,

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Tren Harga Saham dengan Metode Relative Strength Index

Pengembangan Aplikasi Prediksi Tren Harga Saham dengan Metode Relative Strength Index Pengembangan Aplikasi Prediksi Tren Harga Saham dengan Metode Relative Strength Index LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana oleh : Basilius Prabawa Brodjonegoro / 13501032

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 Prosiing Seminar Nasional Penelitian, Peniikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahi Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 KAJIAN INDEKS BIAS KACA YANG MENGALAMI PROSES ANNEALING (The Stuy of Refraction Inex of Glass

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan i Kecamatan Leuwiliang ilakukan engan menggunakan metoe skalogram berbobot berasarkan

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Stui Perbaningan antara Gaya Menggantung engan Gaya Jalan Di Uara terhaap Perestasi Lompat Jauh Paa Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Irfan., M.Or. Program Stui Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201 akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab dua yang berisi berbagai landasan teori ini akan dibahas mengenai definisi dan konsep dari saham, force index, dan moving average. Landasan teori ini akan memberikan pemahaman

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC

PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC A. PENDAHULUAN. Aa ua kegagalan yang apat terjai paa komponen struktur lentur profil I yang mengelami lentur. Kegagalan pertama profil

Lebih terperinci

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu

Lebih terperinci

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER Asrul Syam Program Stui Teknik Informatika, STMIK Dipanegara, Makassar e-mail: assyams03@gmail.com Abstrak Masalah optimasi

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham (Jake D. Tedder, 1978, p.212) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau disebut juga emiten. Pemilik

Lebih terperinci

( ) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO

( ) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO (0612225223) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO Jurnal Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fisika OLEH WAN

Lebih terperinci

KULIAH- 3 ELASTISITAS (Quantitative Demand Analysis)

KULIAH- 3 ELASTISITAS (Quantitative Demand Analysis) 1 KULIAH- 3 ELASTISITAS (Quantitative Deman Analysis) Telah kita pelajari bahwa permintaan suatu barang (eman) (Q ) : ipengaruhi oleh : Harga P, Harga barang substitusi/komplementer = P y, Income ari konsumen

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Training, Evaluation, Kirkpatrick Model, Employees. 376 Hania Aminah. Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta

ABSTRACT. Keywords: Training, Evaluation, Kirkpatrick Model, Employees. 376 Hania Aminah. Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta MODEL EVALUASI KIRIKPATRICK DAN APLIKASINYA DALAM PELAKSANAAN PELATIHAN (LEVEL REAKSI DAN PEMBELAJARAN) DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERUM JAKARTA Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Lebih terperinci

Formulasi Lentur BAB ANALSS KASUS LENTUR DAN GESER PADA BALOK ELASTS Suatu elemen balok ikatakan alam konisi lentur murni, jika balok tersebut menerima beban ang berupa momen lentur secara konstan tanpa

Lebih terperinci

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur Reka Geomatika Jurusan Teknik Geoesi Itenas No. Vol. 1 ISSN 8-50X Desember 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Penerapan Moel Deformasi Horizontal Mogi untuk Preiksi Perubahan Volume Sumber Tekanan

Lebih terperinci

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik 166 Slamet Syamsuin /Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Slamet Syamsuin Pusat Sains Antarksa LAPAN Jl. Dr. Junjunan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic Suaratno Suirham Stui Maniri Diferensiasi ii Darpublic BAB 3 Turunan Fungsi-Fungsi (3 (Fungsi-Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inersi, Logaritmik, Eksponensial 3.. Turunan Fungsi Trigonometri Jika maka

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK DAN FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Technic and Financial Analysis of Muroami in Seribu Islands Waters

ANALISIS TEKNIK DAN FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Technic and Financial Analysis of Muroami in Seribu Islands Waters ANALISIS TEKNIK DAN FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Technic an Financial Analysis of Muroami in Seribu Islans Waters Oleh: Mochamma Prihatna Sobari 1 * an Isnaini 2 Diterima:

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE)

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) Amin Tohari Universitas Nusantara PGRI Keiri, amin.tohari@unpkeiri.ac.i Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

Desain Dan Simulasi Pengontrolan Daya Aktif Dan Reaktif Inverter 3 Fasa Menggunakan PQ Controller Pada Sistem Pembangkit Tersebar Multiple

Desain Dan Simulasi Pengontrolan Daya Aktif Dan Reaktif Inverter 3 Fasa Menggunakan PQ Controller Pada Sistem Pembangkit Tersebar Multiple JURNAL TEKNIK OMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Desain Dan Simulasi engontrolan Daya Aktif Dan Reaktif Inverter 3 Fasa Menggunakan Q Controller aa Sistem embangkit Tersebar Multiple roton Exchange Membrane

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian dilakukan sebagai pedoman bagi peneliti mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian dilakukan sebagai pedoman bagi peneliti mengenai 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ilakukan sebagai peoman bagi peneliti mengenai tahap-tahap bagaimana seharusnya sebuah penelitian ilakukan. Metoe penelitian yang igunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah Tempat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Loasi an Watu Penelitian 3.1.1 Loasi penelitian Loasi yang ijaian tempat alam penelitian ini aalah Tempat Pelelangan Ian (TPI) Kota Gorontalo. 3.1. Watu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier Performa (24) Vol. 3, No.2: 62-7 Penggunaan Metoe Multi-criteria Decision Ai alam Proses Pemilihan Supplier Inra Cahyai Jurusan Teknik an Manajemen Inustri, Universitas Trunojoyo Maura Abstract Noways,

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro

Lebih terperinci

METODE MATRIK APLIKASI METODE MATRIK UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK

METODE MATRIK APLIKASI METODE MATRIK UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK METOE MATRIK APIKASI METOE MATRIK UNTUK ANAISA STRUKTUR BAOK PENGERTIAN UMUM Metoe matrik aalah suatu pemikiran baru paa analisa struktur, yang berkembang bersamaan engan populernya penggunaan computer

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERER WM MULIFASA 3. enahuluan enelitian mengenai bentuk sinyal moulasi yang cocok untuk menghasilkan keluaan inete yang bekualitas baik telah lama ilakukan. Salah satu

Lebih terperinci

1.1. Sub Ruang Vektor

1.1. Sub Ruang Vektor 1.1. Sub Ruang Vektor Dalam membiarakan ruang vektor, tiak hanya vektoer-vektornya saja yang menarik, tetapi juga himpunan bagian ari ruang vektor tersebut yang membentuk ruang vektor lagi terhaap operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tune mass amper (TMD) aalah sebuah alat atau instrument yang teriri ari suatu massa, kekakuan an sebuah amper (peream) yang empet atau menempel paa suatu struktur yang

Lebih terperinci

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Penulis Abstrak. Ketikkan Abstrak Ana i sini. Sebaiknya tiak lebih ari 250 kata. Abstrak sebaiknya menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,

Lebih terperinci

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) Jurnal Agribisnis an Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 13 DAMPAK KEBIJAKAN TARIF IMPOR GULA TERHADAP KESEJAHTERAAN PRODUSEN DAN KONSUMEN (The Effects of Sugar Import Tariff Policy on the

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Tujuan instruktusional khusus : Diharapkan mahasiswa apat memahami konsep iferensial an memanfaatkannya alam melakukan analisis bisnis an ekonomi yang berkaitan engan masalah

Lebih terperinci

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD terhaap

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pengaruh Moel Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Stuent Teams Achievement Division) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A II LANASAN TEORI. MICRO ULE GENERATOR Micro ubble Generator (MG) aalah suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan gelembung uara i alam air engan ukuran iameter kurang ari 00 µm. Micro bubble apat

Lebih terperinci

=== BENTUK KANONIK DAN BENTUK BAKU ===

=== BENTUK KANONIK DAN BENTUK BAKU === TEKNIK DIGITL === ENTUK KNONIK DN ENTUK KU === entuk Kanonik yaitu Fungsi oolean yang iekspresikan alam bentuk SOP atau POS engan minterm atau maxterm mempunyai literal yang lengkap. entuk aku yaitu Fungsi

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk :

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk : PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PERSAMAAN DIFERENSIAL Suatu persamaan iferensial biasa ore n aalah persamaan bentuk : F n, ', '', ''',......, 0 Yang menatakan hubungan antara, fungsi () an turunanna ', '',

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 2 2) 203) Geo Image Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.i/sju/inex.php/geoimage PERSEPSI MASYARAKAT PEAMBAG TRADISIOAL TERHADAP SUMBER DAYA MIYAK BUMI DI KAWASA CEPU Kukuh Prasetiyo

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. identitas responden seperti jenis kelamin. Tabel 4.1 Identitas Jenis Kelamin Responden. Frequ Percent

BAB 4 HASIL PENELITIAN. identitas responden seperti jenis kelamin. Tabel 4.1 Identitas Jenis Kelamin Responden. Frequ Percent BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Ientitas Responen Dari analisis ata ang iperoleh peneliti ari lapangan akan iuraikan alam bab ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh taangan

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial

3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial Darpublic Nopember 03.arpublic.com 3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial 3.. Turunan Fungsi Trigonometri Jika sin maka sin sin( + ) sin sin cos + cos sin sin Untuk

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Lereng

Analisis Stabilitas Lereng Analisis Stabilitas Lereng Lereng Slope Stability Dr.Eng.. Agus Setyo Muntohar, S.T.,M.Eng.Sc. Faktor Keamanan (Factor of Safety) Faktor aman (FS): nilai baning antara gaya yang menahan an gaya yang menggerakkan.

Lebih terperinci

matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Persija Persib baris

matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Persija Persib baris Kolom 1. Pengertian Matriks matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Dalam kehiupan sehari-hari an alam matematika, berbagai keterangan seringkali isajikan alam bentuk matriks. Contoh 1: Hasil pertaningan grup I

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Belimbing manis (Averrhoa carambola L) termasuk salah satu komoitas tanaman hortikultura yang banyak igemari masyarakat Bentuknya khas terlihat seperti bintang apabila iiris

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT GENERIK DI APOTEK SAIYO FARMA JOMBANG

JURNAL PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT GENERIK DI APOTEK SAIYO FARMA JOMBANG JURNAL PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT GENERIK DI APOTEK SAIYO FARMA JOMBANG MARKETING MIX EFFECT ON THE DECISION TO PURCHASE GENERIC MEDICINES IN PHARMACIES SAIYO FARMA JOMBANG

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DENGAN METODE PROMETHEE (STUDI KASUS SD PLUS NURUL HIKMAH PAMEKASAN)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DENGAN METODE PROMETHEE (STUDI KASUS SD PLUS NURUL HIKMAH PAMEKASAN) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DENGAN METODE PROMETHEE (STUDI KASUS SD PLUS NURUL HIKMAH PAMEKASAN) Ubaii Teknik Informatika Universitas Maura ube_gvc@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

PENGARUH INSENTIF TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK MUAMALAT CABANG GORONTALO Tbk. Jurusan Manajemen ABSTRAK

PENGARUH INSENTIF TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK MUAMALAT CABANG GORONTALO Tbk. Jurusan Manajemen ABSTRAK PENGARUH INENTIF TERHADAP PRETAI KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK MUAMALAT CABANG GORONTALO Tbk Maria Junita Hasana Irwan Yantu.P M.i Robiyati Poungge.P M.AP 3 Jurusan Manajemen ABTRAK MARIA JUNITA HAANA NIM.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN NON REVENUE WATER ( NRW ) DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PDAM LEMATANG ENIM UNIT PELAYANAN PENDOPO KABUPATEN PALI (1)

PERHITUNGAN NON REVENUE WATER ( NRW ) DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PDAM LEMATANG ENIM UNIT PELAYANAN PENDOPO KABUPATEN PALI (1) Jurnal Desiminasi Teknologi, Vol.4 Nomor 1, Januari 216 ISSN 233-212X PERHITUNGAN NON REVENUE WATER ( NRW ) DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PDAM LEMATANG ENIM UNIT PELAYANAN PENDOPO KABUPATEN PALI

Lebih terperinci

Available online at TRANSMISI Website TRANSMISI, 13 (1), 2011,

Available online at TRANSMISI Website  TRANSMISI, 13 (1), 2011, Available online at TRANSMISI Website http://ejournal.unip.ac.i/inex.php/transmisi TRANSMISI, 13 (1), 2011, 33-38 Research Article Deteksi Konisi Organ Pankreas Melalui Iris Mata Menggunakan Jaringan Syaraf

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi an Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 9, september 2018, hlm. 2760-2769 http://j-ptiik.ub.ac.i Pemoelan Regresi Linear Untuk Preiksi Konsumsi Energi Primer

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

BAB 6 P E G A S M E K A N I S

BAB 6 P E G A S M E K A N I S BAB 6 P E G A S M E K A N I S Pegas, aalah suatu elemen mesin yang memperoleh gaya bila iberi perubahan bentuk. Pegas mekanis ipakai paa Mesin untuk menesakan gaya, untuk menyeiakan lenturan an untuk menyimpan

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Jurusan Matematika FMIPA IPB UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Sabtu, 4 Maret 003 Waktu : jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 10 1. Tentukan: (a) (b) x sin x x + 1 ; x (cos (x 1)) :. Diberikan fungsi

Lebih terperinci

CHARGER PORTABLE SEBAGAI PENGISIAN BATERAI HANDPHONE DARI SUMBER DAYA DC MENGGUNAKAN METODE BUCK BOOST CONVERTER

CHARGER PORTABLE SEBAGAI PENGISIAN BATERAI HANDPHONE DARI SUMBER DAYA DC MENGGUNAKAN METODE BUCK BOOST CONVERTER CHAGE POABE SEBAGAI PENGISIAN BAEAI HANPHONE AI SUMBE AYA C MENGGUNAKAN MEOE BUCK BOOS CONEE Agus Setyawan 1, Bambang Sumantri, S.,M.Sc 2, Agus Inra Gunawan, S.,M.Sc 2 1 Penulis, Mahasiswa Jurusan eknik

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ Chintari Nurul Hananti 1 Khozin Mu tamar 2 12 Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an

Lebih terperinci

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai Penggunaan Persamaan Penekatan Untuk panjang gelombang pantai Nizar Acma Program Stui Teknik Sipil, Universitas Janabara Yogyakarta, Jl.Tentara Rakyat Mataram 35-37 Yogyakarta Email: nizarachma@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2 PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN Hewig A Tan, Ratna S Alifen ABSTRAK: Metoe penjawalan linier cocok untuk proyek engan aktivitas seerhana, an repetitif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEOI.1 Defenisi Statistical Quality Control Penenalian kualitas statistik (statistical quality control) merupakan teknik penyelesaian masalah yan iunakan untuk memonitor, menenalikan, menanalisis,

Lebih terperinci