MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F"

Transkripsi

1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas peralatan penunjang menuntut aanya integritas serat optik engan elemen-elemen yang lain seperti serat itu seniri beserta peralatan-peralatan telekomunikasi. Dalam prakteknya integrasi itu berupa penyambungan serat secara permanen, atau non-permanen. Teknik penyambungan secara fusi paa serat optik ragam tunggal, merupakan salah satu jenis penyambungan serat optik secara permanen. Penyambungan menggunakan teknik fusi engan cara memanaskan serat an menggunakan bagian ari serat itu seniri sebagai perekatnya. Rugi -rugi aya yang kecil Paa penyambungan ini akan ipengaruhi banyak faktor, arus fusi an aktu fusi merupakan salah satu faktor tersebut. Penelitian penyambungan ilakukan terhaap serat optik ragam tunggal 1,3 m an struktur kabelnya inirect burial (kabel baah tanah tanam i uct), engan menguji rugi-rugi aya sambungan terhaap perubahan arus an aktu fusi. Arus fusi yang iberikan berkisar antara 1 ma hingga 16 ma engan kenaikkan ma. Seangkan interval aktu fusi yang iberikan, etik untuk aktu fusi, etik hingga etik, an interval aktu fusi 1 etik untuk etik hingga 1 etik. Metoe rugi-rugi aya sambungan oleh splicer (mesin penyambung) menggunakan metoe visual sehingga analisis ata sambungan iasarkan paa teori kopling. Jenis serat optik ragam tunggal memiliki interval keberhasilan penyambungan yang relatif lebar paa arus 1 ma an 1 ma ibaning paa arus 14 ma an 16 ma. Pengaturan arus fusi an aktu fusi yang seimbang iperlukan untuk menapatkan rugi-rugi aya sambungan yang kecil. Kata kunci : arus fusi, aktu fusi, penyambungan fusi, rugi-rugi aya sambungan A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Serat optik sebagai meia transmisi untuk sistim telekomunikasi kecepatan tinggi. Dengan Bit Eror Rate (BER) yang renah, Banith yang lebar, erau paa saluran yang renah, serta pereaman sinyal yang kecil maka serat optik ikatakan sebagai meia transmisi yang baik. Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas peralatan penunjang menuntut aanya integritas serat optik engan elemen-elemen yang lain seperti serat itu seniri beserta peralatan-peralatan telekomunikasi. Dalam prakteknya integrasi itu berupa penyambungan serat secara permanen, atau nonpermanen. Penyambungan secara fusi merupakan penyambungan secara permanen, artinya penyambungan tersebut ilakukan engan menggabungkan ua serat, inti engan inti, claing engan claing. Teknik fusi ilakukan engan memanaskan ujung-ujung serat yang akan isambung lalu menyatukan keua serat tersebut, an iharapkan akan terjai kontinuitas paa titik sambung. Teknik fusi mampu memberikan rugi-rugi yang renah, teknik ini juga memiliki perkembangan teknologi selaras engan penemuan berbagai jenis serat. Keberhasilan suatu sambungan serat optik baik permanen atau non-permanen aalah sambungan yang mempunyai rugi-rugi aya renah, an pantulan aya yang renah, serta aya rentang yang besar.. Tujuan Penelitian Bertolak ari latar belakang masalah iatas, tujuan alam pembuatan laporan tugas akhir ini aalah, menganalisis teknik penyambungan secara fusi paa serat optik ragam tunggal terhaap perubahan arus fusi an aktu fusi. 3. Pembatasan Masalah Pembahasan paa tugas akhir ini akan ibatasi paa teknik penyambungan serat optik ragam tunggal engan struktur kabel inirect burial, secara permanen an menggunakan teknik penyambungan secara fusi. Teknik penyambungan fusi engan menggunakan metoe pengelasan listrik arus AC an metoe penyejajaran serat aktif secara visual sehingga estimasi rugi-rugi sambungan iasarkan paa pergeseran lateral an kesalahan penyejajaran suut. Teknik penyambungan fusi memiliki parameter-parameter penting yang berpengaruh alam penyambungan. Parameter-parameter tersebut yang akan ianalisis hasil perubahan arus fusi terhaap aktu fusi. 1. Arus Fusi Paa percobaan penyambungan fusi ini akan igunakan arus fusi, 1 ma, 1 ma, 14 ma, 16 ma. Dari arus fusi yang igunakan secara beragam akan iapatkan ata pengukuran ari berbagai macam konisi penyambungan tersebut. Dari hasil pengukuran tersebut apat ianalisis paa level berapa ma arus yang igunakan untuk mengetahui rugi-rugi aya penyambungan terkecil. 1

2 . Waktu Pengelasan Waktu pengelasan yang igunakan ari, etik hingga 1 etik. Dengan menggunakan berbagai macam lama aktu pengelasan maka akan ilihat an ianalisis, berapa lama aktu pengelasan yang mempunyai rugi-rugi aya penyambungan yang paling kecil. B. TEORI DASAR 1. Penyambungan Serat Optik an Performasinya Penyambungan serat optik aalah menggabungkan ua ujung serat yang meliputi penggabungan antara inti engan inti serat, secara permanen. Sambungan ua serat optik yang ieal aalah bila paa sambungan tersebut terapat kontinuitas, serat sebagai meia pemanu (guiing meium).1. Metoe Prafusi Aa faktor-faktor lain yang berpengaruh paa rugi-rugi aya sambungan, yaitu gelembung uara paa titik sambung. Gelembung uara (bubble) apat menghasilkan rugi-rugi aya sambungan yang besar hingga beberapa esibel. Metoe prafusi igunakan untuk mengatasi masalah tersebut... Metoe Penyejajaran Serat Metoe LPAS merupakan metoe visual engan patokan paa inti serat, metoe LPAS mengamati citra serat yang akan isambung, citra kecerahan (brightness) menjai asar penyejajarannya. Efek lensa paa metoe LPAS membuat inti serat terlihat terang,. Dua serat yang akan isambung memiliki citra kecerahan paa claing an inti. Performasi Sambungan Serat Ragam Tunggal Rugi-rugi sambung Rugi-rugi Daya Sambungan Pantulan Fresnel Kekuatan Mekanik Sambungan Kualitas Pemotongan Serat Kontamin asi Paa Ujung Serat Gambar. Efek lensa paa serat membuat inti tampak lebih terang Penyejajaran serat engan metoe LPAS, ujung serat satu yang akan isambung ileati cahaya ari satu arah, cahaya yang ipancarkan tersebut akan itangkap oleh ujung serat ua sehingga ujung-ujung serat yang akan isambung akan tampak lebih terang, metoe ini memanfaatkan kecerahan inti serat sebagai asar penyejajaran serat. Faktor Ekstrinsik Faktor Intrinsik Bea Inek bias Gambar 1. Bagan pembagian performasi sambungan serat optik Performasi sambungan serat optik ragam tunggal ipengaruhi oleh ua hal, rugi-rugi sambungan an kekuatan mekanik sambungan. Rugi rugi sambungan itentukan oleh, rugi-rugi kopling yang isebabkan faktor intrinsik an faktor ekstrinsik, an rugi-rugi pantulan yang isebabkan perbeaan inek bias. Kekuatan mekanik sambungan serat optik ipengaruhi oleh kualitas pemotongan serat an kebersihan ari ua ujung serat yang akan isambung.. Teknik Penyambungan Fusi Salah satu teknik yang umum ipakai alam penyambungan serat secara permanen aalah engan teknik fusi, aa beberapa metoe fusi penyambungan serat. 1. Metoe prafusi. Metoe penyejajaran serat 3. Metoe rugi-rugi aya sambungan 4. Metoe proteksi.3. Metoe Estimasi Rugi-Rugi Daya Sambungan Serat yang telah isambung apat iestimasi rugi-rugi aya sambungannya. Estimasi rugi-rugi aya sambungan yang ianalisis engan metoe LPAS yaitu. 1. Analisis ari pergeseran lateral karena penyambungan.. Analisis ari tilt angle atau kesalahan penyuutan yang iapat. 3. Analisis engan cara membaningkan citra serat setelah penyambungan engan citra serat yang tersimpan alam memori..4. Metoe Proteksi Coating ikupas ketika serat akan ikupas ketika serat akan isambung. Kekuatan serat akan turun hingga menjai 1% ari kekuatan seratnya bila telah isambung, oleh karena itu harus aa semacam pelinung paa bagian yang isambung, sehingga sambungan serat akan kuat ari regangan. 3. Teknik Pemotongan Serat Untuk mencegah cahaya berbelok atau terhambur paa titik sambung, maka permukaan ujung serat harus atar. Teknik Fractuer-Controlle, Paa teknik ini serat itarik untuk memberikan tegangan paa serat. Serat lalu ilengkungkan paa suatu permukaan kurva, ketegangan maksimum terjai paa titik potongnya.

3 3 4. Teori Penyambungan Rugi-rugi penyambungan timbul saat serat optik isambung engan serat optik yang lain. Rugi-rugi penyambungan ini jika aya yang ipancarkan oleh serat pengirim tiak sama engan aya serat yang iterima. Gambar 3. Menunjukkan transmisi aya optik yang isambung. P P 1 Gambar 3. Transmisi aya optik paa sambungan Efisiensi kopling / Efisiensi Transmisi apat irumuskan sebagai berikut : p1. (.1) p n 1 Fraksi aya yang hilang aalah : p p o 1 (.) p P = Daya optik paa serat = Daya optik paa serat Sehingga alam ekspresi esibel apat inyatakan baha rugi-rugi Penyambungan / rugi-rugi transmisi / rugi-rugi sisipan (coupling / transmission / insertion loss) L, iefinisikan sebagai : L = -1 log (.3) Keterangan : L = Rugi-rugi Penyambungan (esibel) = Efisiensi Penyambungan (tanpa satuan) 4.1. Faktor-Faktor Ekstrinsik Berikut merupakan faktor-faktor ekstrinsik yang berpengaruh paa efisiensi kopling sambungan serat, faktor ekstrinsik terjai karena ketiak-sempurnaan posisi serat, kesalahan pemotongan an karena terjai benturan. a. Pergeseran lateral ( lateral isplacement) n Sumbu inti P 1 n = Ineks bias uara n 1 = Ineks bias inti serat b. Kesalahan penyejajaran suut ( angular misaligment) Gambar 5. Kesalahan penyejajaran suut c. Permukaan serat tiak rata (Face tilt / tilt angle) Gambar 6. Ujung permukaan serat yang tiak atar 4.. Faktor-Faktor Intrinsik Aa pula beberapa faktor lain yang apat mempengaruhi rugi-rugi aya sambungan. Faktorfaktor ini merupakan parameter-parameter alam serat itu seniri, faktor-faktor ini terbentuk paa saat pembuatan serat tersebut. a. Ketiaksesuaian iameter inti a 1 Gambar 7. Ketiaksesuaian iameter inti b. Ketiaksesuaian iameter claing b 1 Sumbu inti Suut antara sumbu utama serat Suut yang ibentuk oleh permukaan ujung serat terhaap refrensi ujung serat yang atar. a 1 = Diameter inti serat b 1 = Diameter claing serat pengirim b b = Diameter claing serat penerima Gambar 8. Dua serat optik yang isambung mempunyai bea imensi paa iameter claing a a = Diameter inti serat c. Ketiaksesuaian Numerical Apecture = Jarak offset antara ua sumbu inti serat NA NA 1 Gambar 4. Terjainya pergeseran lateral NA 1 = Numerical Apecture serat pengirim NA = Numerical Apecture serat penerima Gambar 9. Ketiaksesuaian paa Numerical Apecture

4 4 5. Rugi-Rugi Penyambungan paa Serat Ragam Tunggal Dari faktor ekstrinsik an intrinsik tersebut, semua keaaan umum artinya berlaku untuk serat ragam tunggal atau serat ragam banyak, seangkan secara khusus paa serat ragam tunggal berlaku hanya untuk beberapa kasus saja. Efisiensi Penyambungan paa serat ragam tunggal merupakan kombinasi ari : 1. Celah / sparation paa penyambungan fusi ianggap nol.. Pergeseran lateral / Lateral Displecement 3. Kesalahan penyejajaran suut / Angular Misaligment 4. Ketiaksesuaian antara MFD ( moe fiel iameter ) serat yang isambung. 1. Pergeseran lateral : jika hanya pergeseran lateral an ianggap tiak aa ketiak-sesuaian MFD ( 1 = = ). e U (.14) U Keterangan : = Pergeseran lateral ua serat yang isambung (meter) = Jari-jari serat yang isambung (meter). Kesalahan penyejajaran suut : untuk efek ini saja an ianggap tiak aa ketiak-sesuaian MFD ( 1 = = ). e T (.15) n sin T Keterangan : = Kesalahan penyejajaran suut (erajat) n = Inek bias celah (tanpa satuan) = Jari-jari MFD serat (meter) = Panjang gelombang cahaya paa serat (meter) Sebagai contoh anggaplah asumsinya sama engan contoh sebelumnya, pergeseran lateral an celah ianggap =. Jika kesalahan penyejajaran suut 1, maka rugi-rugi aya kopling menjai L= -1 log,96 =,19 B. = Jari-jari serat yang isambung (meter) = Kesalahan penyejajaran suut (erajat) n = Inek bias celah (tanpa satuan) = Jari-jari MFD serat (meter) = Panjang gelombang cahaya paa serat (meter) C. PENYAMBUNGAN FUSI 1. Penyambungan Fusi paa Serat Optik Ragam Tunggal Walaupun kabel serat optik memiliki berbagai macam struktur an ini bergantung paa tiap prousen, paa prinsipnya terbagi empat lapis utama yaitu : Cable jaket Bufer jaket Flooing gel Strength member Serat optik Gambar 1. konstruksi asar kabel optik uct Gambar 11. menunjukkan cara penyambungan serat optik secara fusi engan urutan kegiatan penyambungan alam bagan. 4. Kombinasi antara pergeseran lateral an ketiaksesuaian penyuutan, bila konisi ini terjai an ianggap tiak aa ketiak sesuaian MFD ( 1 = = ). U T e (.16) U n sin T Keterangan : = Pergeseran lateral ua serat yang isambung (meter)

5 5 Jika setelah pembersihan serat optik tiak lama iuara bebas Jika panjang potong ulang seperti yang ispesifikasikan splicer Jika rugi-rugi sambungan an kekuatan serat tiak sesuai engan yang iharapkan ulangi proses ari aal Pengupasan Serat Optik Jika hasil kupasan tiak aa retakan maka berlanjut kelangkah ibaahnya Pembersihan Serat Optik Pemotongan Ulang Ujung Serat Optik Splicing Proteksi Jika aa retakan paa permukaan serat maka kupas lagi Jika serat optik terlalu lama iuara bebas maka ilakukan pembersihan Jika panjang potong ulang ini lebih ari yang ispesifikasikan splicer ulangi pemotongan Jika rugi-rugi sambungan an kekuatan serat telah Gambar 11. Urutan langkah-langkah Urutan kegiatan penyambungan fusi setelah kabel optik terkupas, serat optik terurai an ambil ua serat yang akan isambung. Mulai proses pengupasan serat optik, pembersihan serat optik, pemotongan ulang ujung serat optik, pengelasan, an proteksi hasil sambungan.. Proses Penyambungan paa Splicer Untuk melaksanakan penyambungan engan fusion splicer urutan pekerjaannya itunjukkan paa Gambar 1. Bila posisi serat telah tepat maka splicer akan melakukan langkah berikutnya Bila jarak antar ujung permukaan serat optik tepat Jika terlihat citra serat telah bersih maka lanjutkan Jika rugi-rugi aya sambungan terestimasi sesuai engan yang iharapkan maka lakukan langkah berikutnya Penempatan serat paa V-Groove Penyejajaran Serat Optik Arus pembersihan Pengelasan Pengujian Serat langsung iproteksi Posisi serat tiak tepat maka lakukan reposisi Jika jarak antara ujung serat optik terlalu besar Jika terlihat citra serat kotor maka mengulangi lagi pembersihan Jika splicer menginikasikan untuk pengelasan ulang maka harus ilakukan jika gagal sambung, maka harus ipotong ulang Jika patah maka lakukan pemotongan ulang Gambar 1. Urutan kerja Proses penyambungan paa fusion splicer imulai engan menempatkan serat optik paa alur V-Groove, tekan tombol enter maka fusion splicer mulai bekerja engan penyejajaran serat, arus pembersihan serat, pengelasan serat optik, an pengujian hasil sambungan. Setelah ilakukan pengukuran reaman an pengujian hasil sambungan serat optik, langkah selanjutnya serat iproteksi.

6 6 Cleaning curent aalah arus pembersih untuk menghilangkan ebu atau kotoran paa ujung serat yang akan isambung. Arus ini memiliki urasi yang penek sekitar, etik. Aapun besar arus ini secara efault mempunyai harga 14,5 ma. 3. Proteksi Hasil Sambungan Kegiatan selanjutnya aalah pemasangan selongsong serat (fiber sleeve) yang maksunya untuk melinungi hasil sambungan ari pengaruh uap air an mekanik, karena serat optik telah mengalami egraasi saat penyambungan an sebagai pengganti lapisan pelinung serat paa bagian yang telah terkupas. Sistim selongsong pelinung karet panas kerut (heat shrink tube) paling populer untuk pelaksanaan pemasangan selongsong pelinung serat. D. ANALISIS HASIL PENYAMBUNGAN FUSI Paa bab ini menjelaskan analisis ata pengukuran hasil penyambungan fusi, yang ilakukan penulis paa saat penyambungan fusi serat optik sigle moe 1,3 m. Aapun pengukuran yang penulis lakukan aalah mengukur rugi-rugi aya sambungan paa berbagai macam konisi penyambungan. 1. Alat-alat an Bahan Penelitian Alat-alat yang igunakan: 1. Satu set alat mekanik pemotong an pengupas kabel serat optik ar Siemens A8.. Fusion Splicer ari Siemens X6. 3 Serat ALCATEL 69 4 Tissue an alkohol 9%. 5 Alat-alat keamanan berupa kacamata an sarung tangan. Parameter-parameter yang harus iubah aalah: 1. Arus prafusi an fusi (prefusin an curent fusion). Waktu peleburan (fusion time) Konisi yang harus ijaga paa keaaan konstan aalah: 1. Waktu prafusi paa, etik. Autofee 5 m 3. Jarak antara ua ujung serat 7 m 4. Arus pembersihan (cleaning curent) 14,5 ma 5. Penyejajaran serat an estimasi rugi-rugi sambungan engan metoe LPAS. 6. Pengujian regangan 1,5 Neton. Analisis Hasil Penyambungan Fusi Analisis hasil penyambungan fusi meliputi analisis terhaap perubahan arus fusi an aktu fusi setiap percobaan..1. Data Percobaan Penyambungan Fusi 1 Paa percobaan penyambungan fusi 1, aktu prafusi :, etik konstan, an arus prafusi serta arus fusi : 1 ma konstan. aktu fusi iubah-ubah ari, 1 etik untuk,- etik, an 1 etuk untuk -1 etik.. Data hasil penyambungan fusi 1 itunjuk Tabel 1. Tabel 1. Hasil percobaan Penyambungan Fusi 1 No. Waktu fusi (etik) Estimasi rugi oleh splicer (B) pergese ran lateral ( m) tilt angle (erajat) pengujian 1, BAD FACE, BAD FACE 3,6,3,3, OK 4,8,4,3, OK 5 1,3,,3 OK 6 1,,4,,3 OK 7 1,4,,, OK 8 1,6.1,1, OK 9 1,8,1,1, OK 1,,1, OK 11 3,8,1, OK 1 4,16,1, OK 13 5,,1, OK 14 6,3,1, OK 15 7,4,1, OK BAD FACE BAD FACE BAD FACE.. Analisis Percobaan Penyambungan Fusi 1 1. Paa percobaan nomer 1 an terjai gagal sambung karena panas yang ihasilkan oleh bunga api pengelasan tiak cukup untuk melelehkan inti. Ini isebabkan oleh aktu peleburan yang igunakan penek yaitu, hingga,4 etik. Lelehan terjai hanya paa claing an lelehan ini menutupi inti sehingga ua serat yang isambung hanya irekatkan oleh lelehan ini.. Paa percobaan nomer 3 engan aktu peleburan,6 etik, terjai keberhasilan penyambungan. Artinya penyambungan terjai antara inti engan inti an claing engan claing. Pengelasan engan aktu,6 etik telah mampu melelehkan inti engan claingnya. Paa aktu pengelasan,6 etik ini, rugirugi yang iestimasi oleh splicer engan harga,3 B. Karena estimasi splicer engan metoe LPAS, sehingga pergeseran lateral an tilt angelnya apat iasumsikan: a. Bila ianggap pergeseran lateral =,3 m an = 4,5 m maka engan rumus : U serta e U an L 1log. Maka harga rugi-rugi aya sambungan karena konstribusi pergeseran lateral L =,19 B. b. Bila ianggap tilt angle =, maka kontribusi rugi-rugi aya sambungan ari tilt angle L =,13 B. c. Sehingga total kontribusi rugi-rugi aya sambungan karena pergeseran lateral an tilt angle aalah L=,3 B. 4. Paa percobaan nomer 8 engan aktu peleburan 1,6 etik iapatkan estimasi rugi-rugi aya sambungan oleh splicer,1 B.

7 7 Kontribusi rugi-rugi aya sambungan ini karena perhitungan pergeseran lateral an tilt angle-nya. Maka apat iasumsikan: a. Bila ianggap pergeseran lateral =,1 m an = 4,5 m maka engan rumus : U serta e U an L 1log aya sambungan karena konstribusi pergeseran lateral L =, B. b. Bila ianggap tilt angle, ; 4,5m ; n 1,464 1 ; 1, 31m menggunakan e T ; L 1log maka engan sin ( 1 ) persamaan T n ;. maka harga rugi-rugi aya sambungan karena kontribusi ari tilt angle L =,13 B. c. Sehingga total kontribusi rugi-rugi aya sambungan karena pergeseran lateral an tilt angle aalah l =,15 B. 5. Paa percobaan nomer 16 hingga 18 iapatlah bentuk gagal sambung, ini karena suhu yang terlalu panas ititik sambung sehinga menyebabkan mengecilnya bentuk serat paa titik sambung karena penguapan sehingga mengurangi volume serat. Hasil percobaan penyambungan fusi 1, apat imasukan ata-atanya alam grafik, seperti itunjukkan paa Gambar 1. Percobaan penyambungan fusi 1 engan aktu fusi, etik, engan interval aktu, etik. Grafik Waktu Peleburan terhaap Rugi-rugi Daya Sambungan Daerah gagal sambung engan arus pengelasan 1 ma,4,35,3,5,,15,1,5,,4,6,8 1 1, 1,4 1,6 1,8 Waktu peleburan (etik) Gambar 1. Grafik aktu peleburan / pengelasan terhaap rugi-rugi aya sambungan engan arus pengelasan 1 ma an aktu < t < etik Untuk percobaan penyambungan fusi 1, engan interval aktu etik engan perubahan aktu fusi 1 etik, seperti itunjukkan paa Gambar 13. Grafik Waktu Peleburan terhaap Rugi-rugi Daya Sambungan,45,4,35,3,5,,15,1, Waktu peleburan (etik) Daerah gagal sambung engan arus pengelasan 1 ma Gambar 13. Grafik aktu peleburan / pengelasan terhaap rugi-rugi aya sambungan engan arus pengelasan 1 ma an aktu iatas 1 etik.3. Analisis Grafik paa Percobaan Penyambungan Fusi 1 1. Paa percobaan yang ilakukan, gagal sambung terjai paa aktu pengelasan <,6 etik, karena aktu pengelasan terlalu penek sehingga tiak apat melelehkan inti serat. Paa percobaan 1 ini iapatkan rugi-rugi aya sambungan minimum paa aktu 1,6 < t < 1,8.. Gagal sambung terjai paa aktu pengelasan iatas 7 etik, an paa saat rugi-rugi aya sambungan iatas,4 B..4. Data Percobaan Penyambungan Fusi Paa percobaan penyambungan fusi, aktu prafusi :, etik konstan, an arus Prafusi serta arus fusi : 1 ma konstan. aktu fusi iubahubah ari, 1 etik, engan interval perubahan, etik untuk,- etik, an 1 etik u-1 etik. Data hasil penyambungan fusi itunjukkan paa Tabel. Tabel. Hasil percobaan Penyambungan Fusi No. Waktu fusi (etik) Estimasi rugi oleh splicer (B) pergeser an lateral ( m) tilt angle (erajat) Pengujian 1, BAD FACE,4,7,5, OK 3,6,5,4,3 OK 4,8,7,3,4 OK 5 1,6,3,4 OK 6 1,,4,,4 OK 7 1,4,3,,3 OK 8 1,6.1,1, OK 9 1,8,1,1, OK 1,3,1, OK 1 4,,1, OK 13 5,3,1, OK BAD FACE

8 8.5. Analisis Percobaan Penyambungan Fusi 1. Paa percobaan nomer 1 ini terjai gagal sambung karena panas yang ihasilkan oleh bunga api pengelasan tiak cukup untuk melelehkan inti. Ini isebabkan oleh aktu peleburan yang igunakan penek yaitu, etik. Lelehan terjai hanya paa claing an lelehan ini menutupi inti.. Paa percobaan nomer engan aktu peleburan,4 etik, terjai keberhasilan penyambungan. Artinya penyambungan terjai antara inti engan inti an claing engan claing. Pengelasan engan aktu,4 etik telah mampu melelehkan inti engan claing-nya. Paa aktu pengelasan,4 etik ini, rugi-rugi yang iestimasi oleh splicer engan harga,7 B. Karena estimasi splicer engan metoe LPAS, sehingga pergeseran lateral an tilt angel-nya apat iasumsikan: a. Bila ianggap pergeseran lateral =,5 m an = 4,5 m maka engan rumus : U serta e U an L 1log aya sambungan karena konstribusi pergeseran lateral L =,53 B. b. Bila ianggap tilt angle =, maka kontribusi rugirugi aya sambungan ari tilt angle L =,13 B. c. Sehingga total kontribusi rugi-rugi aya sambungan karena pergeseran lateral an tilt angle aalah L=,65 B. 3. Paa percobaan nomer 8 engan aktu peleburan 1,6 etik iapatkan estimasi rugi-rugi aya sambungan oleh splicer,1 B. Kontribusi rugirugi aya sambungan ini karena perhitungan pergeseran lateral an tilt angle-nya. Maka apat iasumsikan: a. Bila ianggap pergeseran lateral =,1 m an = 4,5 m maka engan rumus : U serta e U an L 1log aya sambungan karena konstribusi pergeseran lateral L =, B. b. Bila ianggap tilt angle, ; 4,5m ; n 1 1,464 ; 1, 31m menggunakan e T ; L 1log maka engan sin ( 1 ) persamaan T n ;. maka harga rugi-rugi aya sambungan karena kontribusi ari tilt angle L =,13 B. c. Sehingga total kontribusi rugi-rugi aya sambungan karena pergeseran lateral an tilt angle aalah l =,15 B. 4. Paa percobaan nomer 14 hingga 18 iapatlah bentuk gagal sambung, ini karena suhu yang terlalu panas ititik sambung sehinga menyebabkan mengecilnya bentuk serat paa titik sambung. Mengecilnya titik sambung ikarenakan suhu pengelasan yang suah melebihi titik leburnya sehinga serat menguap an terjai pengurangan volume. Hasil percobaan penyambungan fusi, apat imasukan ata-atanya alam grafik, percobaan penyambungan fusi engan aktu fusi, etik, engan interval aktu, etik.,8,7,6,5,4,3,,1 Grafik aktu peleburan terhaap rugi-rugi aya sambungan Daerah gagal sambung engan arus pengelasan 1 ma,,4,6,8 1 1, 1,4 1,6 1,8 Waktu peleburan (etik) Gambar 14. Grafik aktu peleburan / pengelasan terhaap rugi-rugi aya sambungan engan arus pengelasan 1 ma an aktu < t < etik Untuk percobaan penyambungan fusi, engan interval aktu etik engan perubahan aktu fusi ari 1 etik, seperti itunjuk Gambar 15.,35,3,5,,15,1,5 Grafik aktu peleburan terhaap rugi-rugi aya sambungan Waktu peleburan (etik) Daerah gagal sambung engan arus pengelasan 1 ma Gambar 15. Grafik aktu peleburan / pengelasan terhaap rugi-rugi aya sambungan engan arus pengelasan 1 ma an aktu iatas 1 etik.6. Analisis Grafik paa Percobaan Penyambungan Fusi 1. Paa percobaan yang ilakukan, gagal sambung terjai paa aktu pengelasan <,4 etik, karena aktu pengelasan terlalu penek sehingga tiak apat melelehkan inti serat, seangkan yang leleh hanya claing yang justru akan menutupi inti.. Paa aktu,4 < t < 1 etik terjai riak paa rugi-rugi sambungan. Gerakan motor paa splicer paa serat yang akan isambung memiliki efek yang acak sehingga akan menyebabkan pergeseran lateral antara ua

9 9 serat.perbeaan pergeseran lateral akan menyebabkan perbeaan rugi-rugi aya sambung. Kemungkinan lain aalah karena tilt angle yang berbea-bea saat melakukan penyambungan, ini bisa isebabkan kesalahan paa saat pemotongan serat. 3. Paa percobaan 1 ini iapatkan rugi-rugi aya sambungan minimum paa aktu 1,6 < t < 1,8. 4. Gagal sambung terjai paa aktu pengelasan iatas 5 etik, an paa rugi aya sambungan iatas,3 B..7. Data Percobaan Penyambungan Fusi 3 Paa percobaan penyambungan fusi 3, aktu prafusi :, etik konstan, an arus Prafusi serta arus fusi : 14 ma konstan. aktu fusi iubah-ubah ari, etik, engan interval perubahan, etik. Seangkan untuk aktu fusi ari 1 etik interval perubahan aktu fusi etik. Data hasil penyambungan fusi 3 itunjukkan paa Tabel 3. Tabel 3. hasil percobaan Penyambungan Fusi 3 No. Waktu fusi (etik) Estimasi rugi oleh splicer (B) pergeser an lateral ( m) tilt angle (erajat) Pengujian 1, BAD FACE,4,6,4,3 OK 3,6,4,3,3 OK 4,8,3,,3 OK 5 1,1,1, OK 6 1,,1,1, OK 7 1,4,,1, OK 8 1,6.6,1, OK 9 1,8,8,1, OK BAD FACE.8. Analisis Percobaan Penyambungan Fusi 3 1. Paa percobaan nomer 1 ini terjai gagal sambung karena panas yang ihasilkan oleh bunga api pengelasan tiak cukup untuk melelehkan inti. Ini isebabkan oleh aktu peleburan yang igunakan penek yaitu, etik. Lelehan terjai hanya paa claing an lelehan ini menutupi inti. sehingga ua serat yang isambung hanya irekatkan oleh lelehan ini.. Paa percobaan nomer engan aktu peleburan,4 etik, terjai keberhasilan penyambungan. Artinya penyambungan terjai antara inti engan inti an claing engan claing. Pengelasan engan aktu,4 etik telah mampu melelehkan inti engan claing-nya. Paa aktu pengelasan,4 etik ini, rugi-rugi yang iestimasi oleh splicer engan harga,6 B. Karena estimasi splicer engan metoe LPAS, sehingga pergeseran lateral an tilt angel-nya apat iasumsikan: a. Bila ianggap pergeseran lateral =,4 m an = 4,5 m maka engan rumus : U serta e U an L 1log aya sambungan karena konstribusi pergeseran lateral L =,34 B. b. Bila ianggap tilt angle =,3 maka kontribusi rugi-rugi aya sambungan ari tilt angle L =,9 B. c. Sehingga total kontribusi rugi-rugi aya sambungan karena pergeseran lateral an tilt angle aalah L=,63 B. 3. Paa percobaan nomer 1 hingga 18 iapatlah bentuk gagal sambung, ini karena suhu yang terlalu panas ititik sambung sehinga menyebabkan mengecilnya bentuk serat paa titik sambung. Mengecilnya titik sambung ikarenakan suhu pengelasan yang suah melebihi titik leburnya sehinga serat menguap an terjai pengurangan volume Hasil percobaan penyambungan fusi 3, apat imasukan ata-atanya alam grafik, seperti itunjuk Gambar 16. Percobaan penyambungan fusi 3 engan aktu fusi, etik, engan interval aktu, etik, untuk aktu fusi iatas etik tiak igambar alam grafik karena engan aktu fusi tersebut untuk arus 16 ma terjai gagal sambung.,1,9,8,7,6,5,4,3,,1 Grafik aktu peleburan terhaap rugi-rugi aya sambungan Daerah gagal sambung engan arus pengelasan 14 ma,,4,6,8 1 1, 1,4 1,6 1,8 Waktu peleburan (etik) Gambar 16. Grafik aktu peleburan / pengelasan terhaap rugi-rugi aya sambungan engan arus pengelasan 14 ma an aktu < t < etik.9. Analisis Grafik paa Percobaan Penyambungan Fusi 3 1. Paa percobaan yang ilakukan, gagal sambung terjai paa aktu pengelasan <,4 etik, karena aktu pengelasan terlalu penek sehingga tiak apat melelehkan inti serat, seangkan yang leleh hanya claing yang justru akan menutupi inti.. Gagal sambung terjai paa aktu pengelasan iatas 1,8 etik, an paa saat rugi-rugi aya sambungan iatas,8 B.

10 1.1. Data Percobaan Penyambungan Fusi 4 Paa percobaan penyambungan fusi 4, aktu prafusi :, etik konstan, an arus Prafusi serta arus fusi : 16 ma konstan. aktu fusi iubah-ubah ari, etik, engan interval perubahan, etik. Seangkan untuk aktu fusi ari 1 etik interval perubahan aktu fusi etik. Data hasil penyambungan fusi 4 itunjukkan paa Tabel 4. Tabel 4. Hasil percobaan Penyambungan Fusi 4 No. Waktu fusi (etik) Estimasi rugi oleh splicer (B) pergese ran lateral ( m) tilt angle (erajat) Pengujian 1,,3,3, OK,4,,, OK 3,6,1,1, OK 4,8,3,1, OK 5 1,1,1, OK 6 1, BAD FACE 7 1, BAD FACE 8 1, BAD FACE 9 1, BAD FACE BAD FACE.11.Analisis Percobaan Penyambungan Fusi 4 1. Paa percobaan nomer 1 engan aktu peleburan, etik, terjai keberhasilan penyambungan. Artinya penyambungan terjai antara inti engan inti an claing engan claing. Pengelasan engan aktu, etik telah mampu melelehkan inti engan claing-nya. Paa aktu pengelasan, etik ini, rugi-rugi yang iestimasi oleh splicer engan harga,3 B. Karena estimasi splicer engan metoe LPAS, sehingga pergeseran lateral an tilt angel-nya apat iasumsikan: a. Bila ianggap pergeseran lateral =,3 m an = 4,5 m maka engan rumus : U serta e U an L 1log aya sambungan karena konstribusi pergeseran lateral L =,19 B. b. Bila ianggap tilt angle =, maka kontribusi rugirugi aya sambungan ari tilt angle L =,13 B. c. Sehingga total kontribusi rugi-rugi aya sambungan karena pergeseran lateral an tilt angle aalah L=,3 B.. Paa percobaan nomer 3 engan aktu peleburan,6 etik iapatkan estimasi rugi-rugi aya sambungan oleh splicer,1 B. Kontribusi rugirugi aya sambungan ini karena perhitungan pergeseran lateral an tilt angle-nya. Maka apat iasumsikan: a. Bila ianggap pergeseran lateral =,1 m an = 4,5 m maka engan rumus : U serta e U an L 1log aya sambungan karena konstribusi pergeseran lateral L =, B. b. Bila ianggap tilt angle, ; 4,5m ; n 1, ; 1, 31m maka engan menggunakan persamaan sin ( 1 ) T n ; L 1log e T ;. maka harga rugi-rugi aya sambungan karena kontribusi ari tilt angle L =,13 B. c. Sehingga total kontribusi rugi-rugi aya sambungan karena pergeseran lateral an tilt angle aalah l =,15 B. 3. Paa percobaan nomer 6 hingga 1 iapatlah bentuk gagal sambung, ini karena suhu yang terlalu panas ititik sambung sehinga menyebabkan mengecilnya bentuk serat paa titik sambung. Mengecilnya titik sambung ikarenakan suhu pengelasan yang suah melebihi titik leburnya sehinga serat menguap an terjai pengurangan volume. Hasil percobaan penyambungan fusi 4, apat imasukan ata-atanya alam grafik, seperti itunjuk Gambar 17. Percobaan penyambungan fusi 4 engan aktu fusi, etik etik, engan interval aktu, etik, untuk aktu fusi iatas etik tiak igambar alam grafik karena engan aktu fusi tersebut untuk arus 16 ma terjai gagal sambung.,1,1,8,6,4, Grafik aktu peleburan terhaap rugi-rugi aya sambungan Daerah gagal sambung engan arus pengelasan 16 ma,,4,6,8 1 1, 1,4 1,6 1,8 Waktu peleburan (etik) Gambar 17. Grafik aktu peleburan / pengelasan terhaap rugi-rugi aya sambungan engan arus pengelasan 16 ma an aktu < t < etik.1.analisis Grafik paa Percobaan Penyambungan Fusi 4 1. Paa percobaan yang ilakukan, untuk percobaan ke 4 alupun aktu fusi hanya, etik telah berhasil melakukan pengelasan, hal ini terjai ikarenakan arus fusi yang besar yaitu 16 ma... Paa percobaan 4 ini iapatkan rugi-rugi aya sambungan minimum paa aktu,6 3. Gagal sambung terjai paa aktu pengelasan iatas 1 etik, an rugi-rugi aya sambungan iatas,1 B. Hal ini terjai isebabkan arus fusi yang terlalu besar, sehigga ieal aktu yang iperlukan relatif penek.

11 11 E. PENUTUP Percobaan penyambungan serat optik ragam tunggal secara fusi yang telah ilakukan, paa percobaan penyambungan fusi 1,, 3, an 4 engan memberikan arus fusi 1 ma, 1 ma, 14 ma, 16 ma secara berturutturut untuk tiap percobaan an aktu fusi, etik etik engan interval aktu, etik, an etik 1 etik engan interval aktu etik untuk tiap percobaan apat iambil kesimpulan an saran. 1. Kesimpulan Dari berbagai percobaan penyambungan fusi an analisis setiap percobaan penyambungan fusi apat isimpulkan : 1. Serat optik ragam tunggal memiliki interval penyambungan yang relatif lebar untuk harga arus 1 an 1 ma, ibaning engan harga arus 14 an 16 ma.. Terjai riak paa rugi-rugi sambungan sebelum nilai minimumnya (,1 B) hal ini terjai karena faktor pergeseran lateral yang acak oleh gerakan motor ataupun karena pemotongan serat yang tiak sempurna, sehingga ujung serat tiaklah atar an halus. 3. Paa tiap percobaan, untuk menapatkan harga rugirugi aya sambungan,1 B, iperlukan aktu pengelasan yang berbea, arus 1 an 1 ma memerlukan aktu yang lebih lama untuk mencapai harga rugi-rugi aya sambungan,1 B, aripaa arus 14 an 16 ma. 4. Rugi-rugi aya paa gagal sambung tiak berbaning lurus terhaap perubahan arus.. Saran 1. Pengambilan ata alam percobaan penyambungan secara fusi ini sebaiknya ilakukan lebih ari tiga kali, untuk menapatkan ata yang lebih sempurna.. Karena keterbatasan peralatan sehingga analisa terhaap rugi-rugi pergeseran lateral an kesalahan penyejajaran suut ilakukan berasarkan asumsi engan mengacu spesifikasi alat yang igunakan an penekatan rumus, hal ini seharusnya ilakukan pengukuran terlebih ahulu secara menetil. 3. Perlu untuk ilakukan percobaan penyambungan secara fusi, untuk membaningkan serat optik ragam tunggal engan serat optik ragam banyak atau seratserat yang lain. F. DAFTAR PUSTAKA 1. Allar, Freerick.C., Fiber Optics Hanbook For Engineers Anscientists McGra-hill, Ne York, Keiser, Ger., optical fiber communications,mcgra-hill, Ne York, Hoss, Robert J., Fiber Optic Communications Design Hanbook, Prentice-Hall, Lonon, Ruy, S. Coolen, Komunikasi Elektronika, Erlangga, Banung, , Manual Book Fusion Splicer Siemens X ,. Corningcable system. com 7...., Materi Pelatihan Penyambungan Secara Fusi Serat Optik DIKLAT PT. TELKOM, 4. Pembimbing I Disusun oleh : Nama :Agus Setiyaan Nim : LF Saat ini seang menyelesaikan peniikan strata1 i Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, engan kosentrasi telekomunikasi. Menyetujui : Pembimbing II Wahyui, ST. MT. Sukiso, ST. NIP NIP

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 PEMODEAN EMPIRIS COST 231-WAFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI INTASAN ANTENA RADAR DI PERUM PPNPI INDONESIA Ria

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial

3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial Darpublic Nopember 03.arpublic.com 3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial 3.. Turunan Fungsi Trigonometri Jika sin maka sin sin( + ) sin sin cos + cos sin sin Untuk

Lebih terperinci

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA 1. PENGETAHUAN DASAR a. Fungsi / Tujuan Sambungan Baja Suatu konstruksi bangunan baja aalah tersusun atas batang-batang baja yang igabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi

Lebih terperinci

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu

Lebih terperinci

Cahaya. Cermin. A. 5 cm B. 10 cm C. 20 cm D. 30 cm E. 40 cm

Cahaya. Cermin. A. 5 cm B. 10 cm C. 20 cm D. 30 cm E. 40 cm Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0- Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung ari sebuah bena setinggi h yang itempatkan paa jarak lebih kecil ari f (f = jarak fokus cermin) bersifat A. maya, tegak, iperkecil

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic Suaratno Suirham Stui Maniri Diferensiasi ii Darpublic BAB 3 Turunan Fungsi-Fungsi (3 (Fungsi-Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inersi, Logaritmik, Eksponensial 3.. Turunan Fungsi Trigonometri Jika maka

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK 3.1 Penyambungan Mechanical ( Mechanical Splicing ) Mechanical splicing merupakan metode yang mana penyambungan dua core fiber optik di lakukan dengan

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton )

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton ) BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG 3.1 Perencanaan Beban Total Paa Elevator Barang Q total = Q + WM + WO ( Persamaan 2.1.10 ) Q = Beban kapasitas muatan alam perencanaan ( 1 Ton

Lebih terperinci

PADA UNIT SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO)

PADA UNIT SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) Makalah Seminar Kerja Praktek FUSION SPLICING PADA UNIT SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) Diah Eka Puspitasari (L2F008024) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak - Pada

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro & Komunikasi 1

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro & Komunikasi 1 FIBER JOINT Ref : Keiser, Palais Fakultas Teknik Elektro & Komunikasi Sambungan Sambungan fiber dng fiber : Permanen splice Tdk permanen konektor Parameter redaman sambungan : Distribusi daya masukan ke

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an

Lebih terperinci

BOOTCAMP SERTIFIKASI TEKNISI INSTALASI FIBER OPTIK (TIFO)

BOOTCAMP SERTIFIKASI TEKNISI INSTALASI FIBER OPTIK (TIFO) BOOTCAMP SERTIFIKASI TEKNISI INSTALASI FIBER OPTIK (TIFO) Page 1 Daftar isi : MODUL JUDUL MODUL KODE UNIT Modul-1 Menerapkan Prosedur K3 TIK.FO01.005.01 Modul-2 Menerapkan Pengetahuan Istilah Fiber Optik

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro 1

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro 1 FIBER JOINT Ref : Keiser, Palais Fakultas Teknik Elektro Sambungan Sambungan fiber dng fiber : Permanen splice Tdk permanen konektor Parameter redaman sambungan : Distribusi daya masukan ke sambungan Jarak

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi Suaratno Suirham Diferensiasi Bahan Kuliah Terbuka alam format pf terseia i.buku-e.lipi.go.i alam format pps beranimasi terseia i.ee-cafe.org Pengertian-Pengertian 0-0 Kita telah melihat baha kemiringan

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet

Lebih terperinci

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2.

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2. Makalah Tugas Akhir PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aitya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2 Abstract Human iris has a very unique pattern which

Lebih terperinci

PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC

PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC A. PENDAHULUAN. Aa ua kegagalan yang apat terjai paa komponen struktur lentur profil I yang mengelami lentur. Kegagalan pertama profil

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 Prosiing Seminar Nasional Penelitian, Peniikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahi Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 KAJIAN INDEKS BIAS KACA YANG MENGALAMI PROSES ANNEALING (The Stuy of Refraction Inex of Glass

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai engan persetujuan ari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat 812/TA/FTS/UKM/III/2004 tanggal 9 Februari 2004, engan

Lebih terperinci

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais FIBER JOINT Ref : Keiser, Palais Sambungan Sambungan fiber dng fiber : Permanen splice Tdk permanen konektor Parameter redaman sambungan : Distribusi daya masukan ke sambungan Jarak sumber optik dan sambungan

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Yovi Hamdani, Ir. M. Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2 .3 Perbaningan Putaran an Perbaningan Roagigi Jika putaran roagigi yang berpasangan inyatakan engan n (rpm) paa poros penggerak an n (rpm) paa poros yang igerakkan, iameter lingkaran jarak bagi (mm) an

Lebih terperinci

BAB 6 P E G A S M E K A N I S

BAB 6 P E G A S M E K A N I S BAB 6 P E G A S M E K A N I S Pegas, aalah suatu elemen mesin yang memperoleh gaya bila iberi perubahan bentuk. Pegas mekanis ipakai paa Mesin untuk menesakan gaya, untuk menyeiakan lenturan an untuk menyimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.

Lebih terperinci

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Kontribusi Fisika Inonesia Vol. 13 No.3, Juli 00 Relasi Dispersi alam Panu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Abstrak Hengki Tasman 1) an E Soewono 1,) 1) Pusat Penelitian Pengembangan an Penerapan Matematika,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI PADA SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK

ANALISIS RUGI-RUGI PADA SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK ANALISIS RUGI-RUGI PADA SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-I) pada Departemen Teknik Elektro Oleh : FIRMAN PANE 080422047

Lebih terperinci

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Stui Perbaningan antara Gaya Menggantung engan Gaya Jalan Di Uara terhaap Perestasi Lompat Jauh Paa Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Irfan., M.Or. Program Stui Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

Lebih terperinci

TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK DENGAN METODE PENYAMBUNGAN FUSI

TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK DENGAN METODE PENYAMBUNGAN FUSI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK DENGAN METODE PENYAMBUNGAN FUSI Rachmah Dini Oktaviasari (NIM: 9113120010), Rachmah Dina O (NIM: 9113120009), Daniel Setyo W (NIM: 9113120002) Program Studi Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data yang diperoleh dari hasil kerja praktek di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA area Gresik, divisi Infrastruktur

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan BAB III TEORI PENUNJANG Bab tiga berisi tentang tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1. Propagasi cahaya dalam serat optik Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara :

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

KAPASITOR. Pengertian Kapasitor

KAPASITOR. Pengertian Kapasitor 7/3/3 KAPASITOR Pengertian Kapasitor Dua penghantar berekatan yang imaksukan untuk iberi muatan sama tetapi berlawanan jenis isebut kapasitor. Sifat menyimpan energi listrik / muatan listrik. Kapasitas

Lebih terperinci

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL Pengukuran untuk Meneteksi Deformasi angunan Sipil PENGUKURAN UNUK MENDEEKSI DEFORMASI ANGUNAN SIPIL Sutomo Kahar 1 ASRAC Deformation for territory will impact to above the builing stability an also will

Lebih terperinci

BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR. 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1.

BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR. 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1. BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 4.1. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis akan merancang geung hotel 7 lantai an 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat paa gambar 4.1 : Gambar

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT Winarni Agil (1), Ir. M. Zulfin, M.T (2) Kosentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2 11/4/011 1 11/4/011 KOHERENSI koheren : memiliki θ yang tetap (tiak berubah terhaap waktu) θ = π y 1 y θ = 0 y 1 y 11/4/011 INTERFERENSI CELAH GANDA G G T 4 T 3 T G T 1 T pusat T 1 G T T 3 T 4 Cahaya bersifat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR Intan Pamudiarti, Sami an, Pujiyanto Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Jurusan Matematika FMIPA IPB UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Sabtu, 4 Maret 003 Waktu : jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 10 1. Tentukan: (a) (b) x sin x x + 1 ; x (cos (x 1)) :. Diberikan fungsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan i Kecamatan Leuwiliang ilakukan engan menggunakan metoe skalogram berbobot berasarkan

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS BAB I PERENCANAAN TEKNIS I.1. Umum Paa Bab telah ipilih satu alternatif jalur penyaluran an sistem pengolahan air buangan omestik Ujung Berung Regency. Paa bab ini akan itentukan imensi jaringan pipa,

Lebih terperinci

Baja : Tipe 6 x Fibre Core

Baja : Tipe 6 x Fibre Core Lampiran 1 Nilai Sebagai Fungsi Lengkungan an Tegangan Tarik Maksimum Tali Baja Tipe : x 19 + 1 Fibre Core Tabel L.1.1. Nilai Sebagai Fungsi Lengkungan lengkungan 1 2 3 1 20 23 25 Sumber : Zainuri (200)

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

BAB VII KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI

BAB VII KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI BAB VII KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI 6.. Arus an Kerapatan Arus. Muatan listrik yang bergerak membentuk arus yang memiliki satuan ampere (A) an iefinisikan sebagai laju aliran muatan yang melalui

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Tujuan instruktusional khusus : Diharapkan mahasiswa apat memahami konsep iferensial an memanfaatkannya alam melakukan analisis bisnis an ekonomi yang berkaitan engan masalah

Lebih terperinci

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial Prosiing Statistika ISSN 46-6456 Metoe Nonparametrik untuk Menaksir Koeisien Korelasi Parsial 1 Silmi Kaah, Anneke Iswani Ahma, 3 Lisnur Wachiah 1,,3 Statistika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Banung,

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Lereng

Analisis Stabilitas Lereng Analisis Stabilitas Lereng Lereng Slope Stability Dr.Eng.. Agus Setyo Muntohar, S.T.,M.Eng.Sc. Faktor Keamanan (Factor of Safety) Faktor aman (FS): nilai baning antara gaya yang menahan an gaya yang menggerakkan.

Lebih terperinci

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM:

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & KESEIMBANGAN PASAR NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: 115030207113012 FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & EKUILIBRIUM PASAR Fungsi Permintaan Pasar Fungsi permintaan pasar untuk

Lebih terperinci

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c Bab X 10.1 Zat murni aalah zat yang teriri atas sutau senyawa kimia tertentu, misalnya CO alam bentuk gas, cairan atau paatan, atau campuran aripaya, tetapi tiak merupakan campuran engan zat murni lain

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

Formulasi Lentur BAB ANALSS KASUS LENTUR DAN GESER PADA BALOK ELASTS Suatu elemen balok ikatakan alam konisi lentur murni, jika balok tersebut menerima beban ang berupa momen lentur secara konstan tanpa

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS LERENG PADA TEPI SUNGAI TEMBUNG

ANALISA STABILITAS LERENG PADA TEPI SUNGAI TEMBUNG ANALISA STABILITAS LERENG PADA TEPI SUNGAI TEMBUNG Jupriah Sarifah, Bangun Pasaribu Dosen Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara Jupriah@ft.uisu.a.i; bangun@ft.uisu.a.i

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab empat berisi tentang proses installasi serta setting pemasangan fiber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab empat berisi tentang proses installasi serta setting pemasangan fiber BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab empat berisi tentang proses installasi serta setting pemasangan fiber optic yang telah dikerjakan. 4.1. Penyambungan Kabel Fiber Optik Penyambungan kabel fiber optic harus

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERER WM MULIFASA 3. enahuluan enelitian mengenai bentuk sinyal moulasi yang cocok untuk menghasilkan keluaan inete yang bekualitas baik telah lama ilakukan. Salah satu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Jurnal J-Ensitec: Vol 0 No. 0, Mei 06 RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Gugun Gunai, Asep Rachmat, Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka

Lebih terperinci

CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG

CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG Stanar Kompetensi : 1. Menerapkan konsep an prinsip gejala gelombang alam menyelesaikan masalah. Kompetensi Dasar : 1. Meneskripsikan gejala an cirri-ciri gelombang bunyi an cahaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A II LANASAN TEORI. MICRO ULE GENERATOR Micro ubble Generator (MG) aalah suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan gelembung uara i alam air engan ukuran iameter kurang ari 00 µm. Micro bubble apat

Lebih terperinci

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201 akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN EMBUNG GUNUNG RANCAK 2, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG

PERENCANAAN EMBUNG GUNUNG RANCAK 2, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG LOGO PERENCANAAN EMBUNG GUNUNG RANCAK 2, Oleh : DIKA ARISTIA PRABOWO NRP : 3108 100 110 I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA III METODOLOGI IV ANALISA HIDROLOGI V ANALISA HIDROLIKA VI ANALISA STABILITAS TUBUH

Lebih terperinci

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER Sujito, Implementasi Kenali PID alam Meningkatkan Kinerja Power System Stabilizer IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER SUJITO Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim   Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-8 Syahirul Alim Email: arul_alim@yahoo.com Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang Rugi-rugi bengkokan

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2 PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN Hewig A Tan, Ratna S Alifen ABSTRAK: Metoe penjawalan linier cocok untuk proyek engan aktivitas seerhana, an repetitif

Lebih terperinci

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD-620-10 LUCKY PUTRI RAHAYU NRP 1109 100 012 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono,

Lebih terperinci

1.1. Sub Ruang Vektor

1.1. Sub Ruang Vektor 1.1. Sub Ruang Vektor Dalam membiarakan ruang vektor, tiak hanya vektoer-vektornya saja yang menarik, tetapi juga himpunan bagian ari ruang vektor tersebut yang membentuk ruang vektor lagi terhaap operasi

Lebih terperinci