BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 Planetary Gearbox Untuk pengertian secara umumnya sistem roa gigi planet aalah sebuah sistem roa gigi yang teriri ari sun gear, carrier gear an ring gear atau internal gear Satu set sistem roa gigi planet apat menghasilkan putaran yang bervariasi seperti peningkatan kecepatan, pengurangan kecepatan, perubahan arah, netral, an irect rive Gambar 1 Konstruksi planetary gearbox Untuk sebuah planetary gear set seerhana teriri ari : Roa gigi matahari (sun gear) Roa gigi perantara (carrier gear) Roa gigi alam (ring gear atau annulus) Jika ilihat ari keterangan iatas apat isimpulkan bahwa susunan ari sebuah sistem roa gigi planet hampir mirip engan susunan tata surya kita Roa gigi matahari terletak ipusat susunan Roa gigi ini terletak i tengah an sebagai poros perputaran Roa gigi matahari apat berupa rancangan spur atau helical gear Roa gigi matahari bertautan engan gigi paa roa gigi perantara Roa gigi perantara aalah roa gigi yang isusun alam kerangka yang isebut carrier gear yang apat terbuat ari besi tuang, alumunium atau pelat baja an II-1

2 II- irancang engan sebuah pin untuk masing-masing carrier gear Roa gigi perantara berputar paa neele bearing yang iposisikan iantara shaft planetary carrier an carrier gear Jumlah roa gigi perantara ialam sebuah sistem roa gigi planet tergantung ari beban yang ipikul Transmisi kenaraan otomatis harus mempunyai tiga roa gigi perantara seangkan heavy uty highway trucks apat mempunyai sebanyak 5 roa gigi perantara alam planetary carrier alam sistem roa gigi planetnya Roa gigi perantara mengelilingi poros tengah roa gigi matahari an ilingkari oleh roa gigi alam Roa gigi alam bertinak seperti sebuah pengikat yang menahan keseluruhan roa gigi bersama an memberikan kekuatan yang besar paa unit Roa gigi alam iletakkan paa jarak terjauh ari poros pusat an karena itu berfungsi sebagai tuas terbesar paa poros pusat Untuk membantu mengingat rancangan sistem roa gigi planet, gunakan sistem tata surya sebagai contohnya Matahari aalah pusat tata surya engan planet berputar isekelilingnya, karena itu isebut sistem roa gigi planet Roa gigi matahari an roa gigi perantara memiliki jumlah gigi paling kecil, seangkan roa gigi alam memiliki jumlah gigi paling banyak 11 Prinsip Kerja Planetary Gearbox Setiap komponen alam satu set roa gigi planet, yaitu roa gigi matahari, roa gigi perantara, an roa gigi alam apat berputar atau itahan Perpinahan tenaga melalui sebuah sistem roa gigi planet hanya mungkin ketika satu komponen itahan atau jika ua komponen itahan bersama Salah satu ari tiga komponen yaitu roa gigi matahari, roa gigi perantara atau roa gigi alam apat igunakan sebagai penggerak atau komponen input Paa saat bersamaan, komponen yang lain tetap berputar an kemuian menjai komponen yang itahan atau iam Komponen ketiga kemuian menjai bagian yang igerakkan atau output Tergantung paa komponen yang menjai penggerak, yang itahan, an yang igerakkan, peningkatan torsi atau peningkatan kecepatan akan ihasilkan oleh sistem roa gigi planet Arah output juga apat ibalik melalui berbagai kombinasi

3 II-3 Tabel 1 Aturan hukum cara kerja planetary gearbox 1 Klasifikasi Planetary Gearbox Untuk menghitung rasio roa gigi/reuction ratio paa sistem roa gigi rumusnya berbea engan cara menghitung rasio roa gigi paa roa gigi tanpa planetary Sistem roa gigi planet ibagi menjai ua, yaitu: 11 Sistem Satu Tingkat Planetary Gearbox Yang akan kita bahas sekarang aalah mencari reuction ratio untuk single stage planetary gear system Perhatikan gambar i bawah, gambar tersebut aalah gambar sistem roa gigi planet yang hanya menggunakan satu buah planet pinion penghubung antara roa gigi matahari engan roa gigi alam Karena hanya menggunakan satu buah planet pinion maka isebut engan sistem roa gigi planet 1 tingkat Artinya putaran ari roa gigi matahari (input) menuju ke roa gigi alam (output) hanya ireuksi satu kali (single stage)

4 II- Gambar Sistem satu tingkat planetary gearbox Rumus untuk menghitung reuction ratio nya aalah: (S x Ns) + (R x Nr) = (S + R) x Nc Dimana: S = Jumlah gigi roa gigi matahari R = Jumlah gigi roa gigi alam Ns = Jumlah putaran roa gigi matahari Nr = Jumlah putaran roa gigi alam Nc = Jumlah putaran roa gigi perantara Untuk menentukan kemana arah putaran an besarnya putaran output paa sistem roa gigi planet 1 tingkat apat ilihat paa gambar berikut: 1 Apabila Carrier Ditahan Apabila roa gigi matahari sebagai input berputar kekanan, kemuian carrier itahan Maka roa gigi alam sebagai output akan berputar berlawanan (kekiri / negatif) engan jumlah putaran lebih kecil ari paa roa gigi matahari Selain menggunakan rumus iatas, hubungan antara kecepatan putaran roa gigi matahari terhaap kecepatan putaran roa gigi alamnya apat itulis engan persamaan berikut ini: Kecepatan roa gigi matahari Kecepatan roa gigi alam = Jumlah gigi roa gigi alam Jumlah gigi roa gigi matahari atau Ns : Nr = R : S

5 II-5 Gambar 3 Roa gigi perantara itahan Apabila Ring Gear Ditahan Apabila roa gigi matahari sebagi input berputar kekanan, kemuian roa gigi alam itahan maka roa gigi perantara akan berputar searah roa gigi matahari engan jumlah putaran lebih kecil ari roa gigi matahari Hubungan antara kecepatan putaran roa gigi matahari terhaap kecepatan putaran roa gigi perantara apat itulis engan persamaan berikut ini: Sun gear spee :Carrier spee = (Ring gear teeth + Sun gear teeth) : Sun gear teeth atau : Ns : Nc = (R + S) : S Gambar Ring gear itahan 3 Apabila Sun Gear Ditahan Roa gigi matahari apat itahan jika konisi roa gigi alam an roa gigi perantara iijinkan untuk berputar Paa kasus ini roa gigi alam an roa gigi perantara akan berputar engan arah yang sama engan kecepatan putaran roa gigi alam lebih tinggi ari paa kecepatan putaran roa gigi

6 II-6 perantarahubungan antara kecepatan putaran roa gigi alam engan kecepatan putaran roa gigi perantara apat itulis engan persamaan berikut ini: Ring gear spee : Carrier spee = (Ring gear teeth + Sun gear teeth) : Ring gear teeth atau : Nr : Nc = (R + S) : R Apabila susunan planetary gear yang ipasang paa mesin hanya teriri ari satu set planetary gear system seperti paa komponen final rive, maka rumus a, b, atau c apat igunakan Tetapi apabila susunan sistem roa gigi planet yang ipasang paa mesin teriri ari beberapa planetary gear seperti paa torque flow transmission, maka sebaiknya menggunakan rumus asar (S x Ns) + (R x Nr) = (S + R) x Nc 1 Sistem Dua Tingkat Planetary Gearbox Rasio kecepatan ari roa gigi penggerak engan roa gigi yang igerakkan aalah tergantung jumlah gigi ari masing - masing roa gigi Kebanyakan pemakaian ari sistem roa gigi planet terapat paa sistem transmisi yang mana untuk kecepatan putar an arah putar ari input apat iubah bervariasi alam berbagai tingkatan paa sistem roa gigi planet Gambar 5 Sistem ua tingkat planetary gearbox Input shaft ihubungkan engan roa gigi perantara (carrier gear), seangkan output shaft ihubungkan engan roa gigi matahari Ketika keua roa gigi alam itahan iam (engan cara mengikat roa gigi alam engan case) Maka roa gigi matahari yang selanjutnya sebagai output akan menapat tenaga putar ari input Dikarenakan aanya perbeaaan jumlah gigi ari keua

7 II-7 roa gigi matahari (lihat gambar) maka apabila clutch untuk spee ilibatkan, output putarannya akan lebih cepat aripaa clutch untuk spee 1 yang ilibatkan 13 Komponen Planetary Gearbox 1 Roa Gigi Matahari Roa gigi matahari terletak ipusat susunan Ini aalah roa gigi terkecil alam susunan an terletak i tengah an sebagai poros perputaran Roa gigi matahari juga apat berupa rancangan spur atau helical gear Roa gigi matahari bertautan engan gigi paa roa gigi perantara Gambar 6 Roa gigi matahari Roa Gigi Perantara Roa gigi perantara mengelilingi poros tengah roa gigi matahari an ilingkari oleh roa gigi alam Planetary pinion gear aalah gear kecil yang isusun alam kerangka yang isebut planetary carrier Planetary carrier apat terbuat ari besi tuang, alumunium atau pelat baja an irancang engan sebuah shaft untuk masing-masing planetary pinion gear Planetary pinion berputar paa neele bearing yang iposisikan iantara shaft planetary carrier an planetary pinion Jumlah planetary pinion ialam sebuah carrier tergantung ari beban yang ipikul Transmisi kenaraan otomatis harus mempunyai tiga planetary pinion alam planetary carrier Planetary pinion mengelilingi poros tengah Roa gigi matahari an ilingkari oleh annulus atau ring gear

8 II-8 3 Roa Gigi Dalam Roa gigi alam bertinak seperti sebuah pengikat yang menahan keseluruhan roa gigi bersama an memberikan kekuatan yang besar paa unit Roa gigi alam iletakkan paa jarak terjauh ari poros pusat an karena itu berfungsi sebagai tuas terbesar paa poros pusat Untuk membantu mengingat rancangan planetary gear set, gunakan sistem tata surya sebagai contohnya Roa gigi mataharia alah pusat tata surya engan planet berputar isekelilingnya, karena itu isebut planetary gear set Gambar 7 Roa gigi perantara Gambar 8 Roa gigi alam Rumah Planetary Gear Box Rumah merupakan tempat imana planetary gear set ipasang, yang sekaligus menjai penghubung antara poros input an poros output Gambar 9 Rumah planetary gearbox

9 II-9 5 Bantalan Bantalan aalah komponen yang berfungsi sebagai peream getaran yang itimbulkan oleh putaran roa gigi Jenis bantalan yang umum ipakai aalah neele bearing engan alasan karena neele bearing mempunyai efektivitas meream getaran yang sangat tinggi, an umurnya relatif lebih lama kalau ibaningkan engan jenis bearing lainnya Gambar 10 Bantalan 6 Carrier Shaft Carrier shaft merupakan komponen alam planetary gearbox yang berfungsi sebagai penyangga carrier Komponen ini tersambung paa piringan, yang kemuian piringan tersebut akan ihubungkan paa poros output Gambar 11 Carrier shaft Rumus Perhitungan Diameter Poros, Roa Gigi, an Kepala Pembagi Keberhasilan suatu alat sangat ipengaruhi oleh cara menghitung an menganalisis suatu sistem kerjanya Berikut perhitungan yang igunakan alam pengerjaan rancang bangun planetary gearbox ini

10 II-10 1 Perhitungan Diameter Poros Langkah awal alam merencanakan sebuah poros aalah analisa beban-beban yang bekerja paanya, paa perancangan planetary gearbox ini, poros selain menerima beban puntir ari penggerak mula juga menerima beban aksial maupun raial Tiga beban tersebut harus iikutsertakan alam perhitungan imensi poros, oleh karena itu perlu ilakukan pengecekan ulang engan mengikutsertakan harga beban aksial maupun raial 11 Perhitungan Diameter Poros engan Beban Puntir 1 Daya yang akan itransmisikan P : kw/hp Putaran poros motor penggerak n1 : rpm Faktor koreksiaya yang akan fc : 1 itransmisikan 3 Daya rencana P : P fc (kw/hp) Torsi / Momen puntir P P T T (Nm) 5 Tegangan geser yang iijinkan τa (N/mm ) Tegangan geser ihitung atas asar kelelahan puntir Kelelahan puntir Kelelahan tarik τa = 0 % 5 % σu = 0 % kelelahan tarik = 5 % kekuatan tarik (σu) τa = 1 / 5,6 σu Untuk bahan SF τa = 1 / 6 σu Untuk bahan SC Faktor ini inyatakan engan Sf 1 Alur pasak konsentrasi 1,3 3 tan Sf porosber gga tegangan u a Sf Sf 1 ( N / mm )

11 II-11 6 Faktor koreksi momen puntir (Kt) Kt 1 Beban ikenakan sec ara halus Kt 1 1,5 Beban ikenakan seikit keju tan Kt 1,5 3 Beban ikenakan engan keju tan 7 Faktor koreksi beban lentur (Cb) Cb 1 Tiak aa beban lentur Cb 1,,3 Aa beban lentur 8 Diameter Poros (s,, i ) T J R Dimana: T = Torsi yang terjai τ R J = Tegangan geser yang terjai = Jari-jari (/) = Momen inersia polar J 3 3 i 1/3 T / T 16 5,1 3 T / 3 / 3 T a Poros Pejal Poros Berongga s / 3 / 3 5,1 Kt Cb T a T 1/ 3 i / T / i i T / / 3 1

12 II-1 i k / 3 1 k 3 T 3 3 T / / 3 1 k 16 T 1 k 5,1 1 k a T 1/ 3 5,1 a 1 k Kt Cb T 1/ 3 1 Perhitungan Diameter Poros engan Beban Lentur 1 Beban Lentur M : Nmm / kgmm Tegangan geser yang iijinkan τa (N/mm ) Tegangan geser ihitung atas asar kelelahan puntir Kelelahan puntir = 0 % kelelahan tarik Kelelahan tarik = 5 % kekuatan tarik (σu) τa = 0 % 5 % σu τa = 1 / 5,6 σu Untuk bahan SF τa = 1 / 6 σu Untuk bahan SC

13 II-13 Faktor ini inyatakan engan Sf 1 Alur pasak konsentrasi 1,3 3 tan Sf poros ber gga tegangan u a Sf Sf 3 Faktor koreksi momen puntir (Kt) Kt 1 Kt 1 1,5 Kt 1,5 3 1 ( N / mm Beban ikenakan sec ara halus Beban ikenakan seikit keju tan Faktor koreksi momen lentur (Km) Km 1,5 Km 1 Km 3 5 Diameter Poros (s,, i ) Dimana: M I R Beban ikenakan engan keju tan Tumbukan halus Tumbukan ringan Tumbukanberat M= Momen lentur yang terjai σ = Tegangan lentur yang terjai R= Jari-jari (/) I = Momen inersia ) I 6 6 i 1/3 M / M 3 10, 3 M / 6 / 6 M a

14 II-1 Poros Pejal Poros Berongga s 10, Kt Km M a 1/ 3 M / 6 / 6 i / M / i i M / / 6 1 i k / 6 1 k 3 M 3 3 M / / 6 1 k 3 M 1 k 10, 1 k a M 1/ 3 10, a 1 k Kt Km M 1/ 3

15 II Perhitungan Dieameter Poros engan Beban Puntir an Lentur 1 Daya yang akan itransmisikan P : kw/hp Putaran poros motor penggerak n1 : rpm Faktor koreksiaya yang akan fc : 1 itransmisikan 3 Daya rencana P : P fc (kw/hp) Torsi / Momen puntir P T P T (Nm) 5 Beban Lentur M : Nmm / kgmm 6 Tegangan geser yang iijinkan τa (N/mm ) Tegangan geser ihitung atas asar kelelahan puntir Kelelahan puntir Kelelahan tarik τa = 0 % 5 % σu = 0 % kelelahan tarik = 5 % kekuatan tarik (σu) τa = 1 / 5,6 σu Untuk bahan SF τa = 1 / 6 σu Untuk bahan SC Faktor ini inyatakan engan Sf 1 Alur pasak konsentrasi 1,3 3 tan Sf porosber gga tegangan u a ( N / mm ) Sf Sf 1

16 II-16 7 Faktor koreksi momen puntir (Kt) Kt 1 Beban ikenakan sec ara halus Kt 1 1,5 Beban ikenakan seikit keju tan Kt 1,5 3 Beban ikenakan engan keju tan 8 Faktor koreksi momen lentur (Km) Km 1,5 Tumbukan halus Km 1 Tumbukan ringan Km 3 Tumbukan berat 9 Diameter Poros (s,, i ) max Beban Torsi T J R T R J T / / 3 Dimana : T = Torsi yang terjai τ = Tegangan geser yang terjai R = Jari-jari (/) J = Momen inersia polar J 3 3 i Beban Lentur M I R M R I M / / 6 Dimana : M = Momen lentur yang terjai σ = Tegangan lentur yang terjai R = Jari-jari (/) I = Momen inersia I 6 6 i

17 II-17 Poros Pejal 3 1/ 5,1 T Kt M Km a s Poros Berongga / 6 / 6 max T M 3 max 5,1 T M 1/3 max 5,1 T M / 3 / 6 / / max i T i M 3 max T M / 6 max T M 3 / / 6 / / max T M a max

18 II-18 max 6 M / 6 T / i i i max i max k 6 / M T 3 M T 1 k 5,1 1 k max 3 M T max 5,1 1 k M T 1/3 5,1 a 1 k Km M Kt T 1/3 max a Perhitungan Roa Gigi Roa gigi igunakan untuk mentransmisikan aya besar an putaran yang tepat Roa gigi memiliki gigi isekelilingnya, sehingga penerusan aya ilakukan oleh gigi-gigi keua roa yang saling berkait Roa gigi sering igunakan karena apat meneruskan putaran an aya yang lebih bervariasi an lebih kompak aripaa menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roa gigi juga memiliki beberapa kelebihan jika ibaningkan engan alat transmisi lainnya, yaitu : Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi an aya yang besar

19 II-19 Sistem yang kompak sehingga konstruksinya seerhana Kemampuan menerima beban lebih tinggi Efisiensi peminahan ayanya tinggi karena faktor terjainya slip sangat kecil Kecepatan transmisi roa gigi apat itentukan sehingga apat igunakan engan pengukuran yang kecil an aya yang besar Roa gigi harus mempunyai perbaningan kecepatan suut tetap antara ua poros Disamping itu terapat pula roa gigi yang perbaningan kecepatan suutnya apat bervariasi Aa pula roa gigi engan putaran yang terputus-putus Dalam teori, roa gigi paa umumnya ianggap sebagai bena kaku yang hampir tiak mengalami perubahan bentuk alam jangka waktu lama 11 Klasifikasi Roa gigi Roagigi iklasifikasikan sebagai berikut : Menurut letak poros Menurut arah putaran Menurut bentuk jalur gigi a Menurut Letak Poros Menurut letak poros maka roagigi iklasifikasikan seperti tabel berikut : Tabel Klasifikasi roa gigi menurut letak poros Letak Poros Roagigi Keterangan Roa gigi engan poros sejajar Roa gigi engan poros berpotongan Roa gigi lurus Roa gigi miring Roa gigi miring gana Roa gigi luar Roa gigi alam an pinion Batang gigi an pinion Roa gigi kerucut lurus Roa gigi kerucut spiral Roa gigi kerucut zerol Roa gigi kerucut miring Roa gigi kerucut miring gana Klasifikasi atas asar bentuk alur gigi Arah putaran berlawanan Arah putaran sama Gerakan lurus an berputar Klasifikasi atas asar bentuk jalur gigi

20 II-0 Roa gigi permukaan engan poros berpotongan Roa gigi engan poros berpotongan berbentuk istimewa Roa gigi miring silang Batang gigi miring silang Kontak gigi Gerak lurus an berputar Roa gigi engan poros silang Roa gigi cacing silinris Roa gigi cacing selubung gana Roa gigi cacing samping Roa gigi hiperboloi Roa gigi hipoi Roa gigi permukaan silang b Menurut arah putaran Menurut arah putarannya, roa gigi apat ibeakan atas : Roa gigi luar ; arah putarannya berlawanan Roa gigi alam an pinion ; arah putarannya sama c Menurut bentuk jalur gigi Berasarkan bentuk jalur giginya, roa gigi apat ibeakan atas : 1 Roa gigi Lurus Roa gigi lurus igunakan untuk poros yang sejajar atau paralel Dibaningkan engan jenis roa gigi yang lain roa gigi lurus ini paling muah alam proses pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah Roa gigi lurus ini cocok igunakan paa sistim transmisi yang gaya kelilingnya besar, karena tiak menimbulkan gaya aksial Gambar 1 Roa gigi lurus

21 II-1 Ciri-ciri roa gigi lurus aalah : 1 Daya yang itransmisikan < 5000 Hp Putaran yang itransmisikan < rpm 3 Kecepatan keliling < 00 m/s Rasio kecepatan yang igunakan Untuk 1 tingkat ( i ) < 8 Untuk tingkat ( i ) < 5 Untuk 3 tingkat ( i ) < 00 ( i ) = Perbaningan kecepatan antara penggerak engan yang igerakkan 5 Efisiensi keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99% tergantung esain an ukuran Roa gigi alam Roa gigi alam (atau roa gigi internal, internal gear) aalah roa gigi yang gigi-giginya terletak ibagian alam ari siliner roa gigi Berbea engan roa gigi eksternal yang memiliki gigi-gigi iluar silinernya Roa gigi internal tiak mengubah arah putaran 3 Roa gigi heliks Gambar 13 Roa gigi alam Roa gigi heliks (helical gear) aalah penyempurnaan ari spur Ujung-ujung ari gigi-giginya tiak paralel terhaap aksis rotasi, melainkan tersusun miring paa erajat tertentu Karena giginya bersuut, maka menyebabkan roa gigi terlihat seperti heliks Gigi-gigi yang bersuut menyebabkan pertemuan antara gigi-gigi menjai perlahan sehingga pergerakan ari roa gigi menjai halus an minim getaran Berbea engan spur i mana pertemuan gigi-giginya ilakukan secara langsung memenuhi ruang antara gigi sehingga menyebabkan tegangan an getaran Roa gigi heliks mampu ioperasikan paa kecepatan tinggi ibaningkan spur karena kecepatan putar

22 II- yang tinggi apat menyebabkan spur mengalami getaran yang tinggi Spur lebih baik igunakan paa putaran yang renah Kecepatan putar ikatakan tinggi jika kecepatan linear ari pitch melebihi 5 m/etik Roa gigi heliks bisa isatukan secara paralel maupun melintang Susunan secara paralel umum ilakukan, an susunan secara melintang biasanya isebut engan skew Gambar 1 Roa gigi heliks Roa gigi bevel Roa gigi bevel (bevel gear) berbentuk seperti kerucut terpotong engan gigi-gigi yang terbentuk i permukaannya Ketika ua roa gigi bevel bersinggungan, titik ujung kerucut yang imajiner akan beraa paa satu titik, an aksis poros akan saling berpotongan Suut antara keua roa gigi bevel bisa berapa saja kecuali 0 an 180 Gambar 15 Roa gigi bevel

23 II-3 5 Roa gigi Hypoi tiak berpotongan Roa gigi hypoi mirip engan roa gigi bevel, namun keua aksisnya Gambar 16 Roa gigi hypoi 6 Roa gigi mahkota Roa gigi mahkota (crown gear) aalah salah satu bentuk roa gigi bevel yang gigi-giginya sejajar an tiak bersuut terhaap aksis Bentuk gigigiginya menyerupai mahkota Roa gigi mahkota hanya bisa ipasangkan secara akurat engan roa gigi bevel atau spur Gambar 17 Roa gigi mahkota 7 Roa gigi cacing Roa gigi cacing (worm gear) menyerupai screw berbentuk batang yang ipasangkan engan roa gigi biasa atau spur Roa gigi cacing merupakan salah satu cara termuah untuk menapatkan rasio torsi yang tinggi an kecepatan putar yang renah Biasanya, pasangan roa gigi spur atau heliks memiliki rasio maksimum 10:1, seangkan rasio roa gigi cacing mampu mencapai 500:1 Kerugian ari roa gigi cacing aalah aanya gesekan yang menjaikan roa gigi cacing memiliki efisiensi yang renah sehingga membutuhkan pelumasan Roa gigi cacing mirip engan roa gigi heliks, kecuali paa suut gigi-giginya yang

24 II- menekati 90 erajat, an bentuk baannya biasanya memanjang mengikuti arah aksial Jika aa setiaknya satu gigi yang mencapai satu putaran mengelilingi baan roa gigi, maka itu aalah roa gigi cacing Jika tiak, maka itu aalah roa gigi heliks Roa gigi cacing memiliki setiaknya satu gigi yang mampu mengelilingi baannya beberapa kali Jumlah gigi paa roa gigi cacing biasanya isebut engan threa Dalam pasangan roa gigi cacing, batangnya selalu bisa menggerakkan roa gigi spur Jarang sekali aa spur yang mampu menggerakkan roa gigi cacing Sehingga bisa ikatakan bahwa pasangan roa gigi cacing merupakan transmisi satu arah Gambar 18 Roa gigi cacing Perhitungan Roa Gigi Gambar 19 Nama-nama bagian roa gigi Moul : m z imana : = iameter lingkar jarak bagi z = gigi

25 II-5 Jarak bagi lingkar : t imana : = iameter lingkar jarak bagi z t m Tinggi kepala = m z = Jumlah gigi Tinggi kaki = m + ck imana : ck = 05 x m (kelonggaran puncak) Tebal gigi m Tebal gigi 1 Daya yang akan itransmisikan P : Kw/Hp Putaran poros motor penggerak n 1 : rpm Putaran poros mesin yg igerakan n : rpm Perbaningan putaran i : Diameter pinion 1 : mm Diameter wheel : mm Jarak antar sumbu poros C : mm Faktor koreksi fc 3 Daya rencana P : P fc Diameter sementara lingkar jarak bagi 5 Pemilihan moul : 1 C 1 i C i 1 i 6 Jumlah gigi : P n max 1 Z1 m mo ul Z m

26 II-6 7 Diameter lingkar jarak bagi : 1 = m Z 1 = m Z 8 Kelonggaran puncak Ck = 05 m 9 Diameter kepala k 1 = (Z 1 + ) m k = (Z + ) m Diameter kaki : f 1 = (Z 1 ) m Ck f = (Z ) m Ck Tinggi gigi : H = m + Ck 10 Faktor bentuk gigi Z1 Y1 Z Y 11 Kecepatan keliling gear : V n 60 1 Gaya tangensial : 10 P Ft V 13 Faktor inamis : f v = (tabel f v ) 1 Bahan gear Kekuatan tarik σ u / σ B (kg/mm ) Teglentur ijin σ a (kg/mm ) Kekerasan HB Faktor tegkontak KH (kg/mm ) 15 Beban lentur yg iijinkan persatuan lebar Fb a my fv (kg/mm)

27 II-7 Fb a my fv Fb a my fv Beban permukaan yg iijinkan persatuan lebar (kg/mm) 16 Lebar gigi : b FH Ft F min 3 Perhitungan Kepala Pembagi Kepala pembagi aalah sebuah alat bantu paa mesin frais yang sangat penting, ia ibutuhkan jika paa permukaan bena kerja harus ibuat alur atau bentuk profil lainnya paa jarak tertentu, juga paa pembuatan profil roa gigi, segi empat atau segi enam an sebagainya Paa asarnya kepala pembagi apat ibeakan menjai ua macam yaitu kepala pembagi langsung an kepala pembagi universal f KH v 1 Z Z Z 1 31 Kepala Pembagi Langsung Kepala pembagi langsung ini biasanya igunakan paa mesin gerina alat, baik sebagai alat bantu yang kemuian ipasangkan paa mesin maupun sebagai bagian ari mesin Akan tetapi tiak menutup kemungkinan kepala pembagi ini igunakan paa mesin freis sebagai alat bantu paa pekerjaanpekerjaan ringan an seerhana Kepala pembagi ini mempunyai pelat pembagi yang apat iganti an ipasang langsung paa spinelnya Dengan memutar spinel nose maka pelat pembagi akan ikut berputar, pengunci ineks atau pena ineks masuk kealam alur V atau lubang paa pelat ineks paa posisi pengefreisan yang baru a Pelat Pembagi engan Alur V Pelat pembagi ini biasanya mempunyai atau 60 pembagian, tetapi tiak menutup kemungkinan aa juga pembagian yang lain Untuk pembagian atau 60 aalah sangat baik karena tiak aa pecahannya Untuk pembagian :, 3,, 6, 8, 1, an untuk 60 pembagian :, 3,, 5, 6, 10, 1, 15, 0, 30, 60

28 II-8 Untuk mempermuah penempatan posisi yang baru, maka pelat pembagi mempunyai angka jumlah pembagian yang ibuat paa salah satu sisinya b Pelat Pembagi engan Lubang-lubang Pelat pembagi engan lubang ineks mempunyai angka jumlah lubang yang igrafir paa bagian melingkarnya Untuk menghitung jumlah lubang yang ikehenaki, pelat pembagi harus iputar untuk mencapai posisi yang baru c Penentuan Jarak Lubang atau Alur paa Pelat Ineks Untuk menentukan jarak lubang atau alur V (nc) yang ikehenaki, maka jumlah lubang atau alur paa pelat ineks (n) ibagi engan pembagian yang kita kehenaki (Z) Jika Z iketahui alam jumlah pembagian, maka nc = n Z an jika pembagian yang ikehenaki iketahui alam besar suut (α) maka nc = α n Kepala Pembagi Universal Kepala pembagi universal merupakan alat bantu yang penting paa mesin freis sebab tiaklah sempurna jika bekerja paa mesin freis tiak sama paa pekerjaan pembagian Dengan bantuan peralatan ini, kita apat mengerjakan macam-macam pembagian seperti pembagian langsung yang suah ikerjakan paa kepala pembagi langsung an pembagian tak langsung yang tiak apat ikerjakan paa kepala pembagi langsung, engan bantuan kotak roa gigi beserta roa giginya Kepala pembagi ini juga apat mengerjakan jenis pembagian iferensial (pembagian kompensasi) yang tiak apat ikerjakan paa keua jenis pembagian iatas Pemotongan bentuk spiral (helikal) an bentuk cam juga apat ikerjakan engan pertolongan alat ini, kepala pembagi ini juga apat iputar ari posisi horizontal (sejajar meja mesin) ke posisi tegak (90 terhaap meja mesin) Jai paa prinsipnya tiak aa jenis pekerjaan pembagian yang tiak apat ikerjakan paa mesin freis Begitu sempurnanya sehingga alat ini inamakan kepala pembagi universal Aa tiga cara asar alam pekerjaan pembagian engan menggunakan kepala pembagi universal paa mesin freis yaitu :

29 II-9 a Pembagian Langsung Pekerjaan pembagian langsung paa kepala pembagi universal seikit agak berbea engan kepala pembagi langsung Paa kepala pembagi universal kita harus melepas hubungan antara ulir cacing engan roa gigi cacing agar pergerakan spinel lebih leluasa Seangkan rumus-rumus perhitungan pembagiannya sama seperti paa kepala pembagi langsung, yaitu : nc = n Z an nc = α n 360 b Pembagian tiak langsung Jika angka pembagian Z tiak memungkinkan lagi untuk ikerjakan paa pembagian langsung, maka kita menggunakan cara pembagian tak langsung, sebab paa cara ini terseia tiga variasi pelat ineks engan jumlah lubang seperti itunjukkan paa tabel ibawah Paa pekerjaan ini roa gigi cacing an ulir cacing alam keaaan terpasang, sehingga paa saat kita memutar tuas ineks nc, putaran ini akan iteruskan oleh poros berulir cacing ke roa gigi cacing yang ipasang menjai satu engan spinel bena kerja Perbaningan putaran antara poros berulir cacing engan roa gigi cacing biasanya 0:1 artinya 0 kali putaran tuas nc akan sama engan satu kali putaran spinel bena kerja Perbaningan ini biasanya isebut rasio kepala pembagi (i) atau i = 0:1 Perbaningan ini tiak selamanya 0:1 tergantung ari pembawaan kepala pembagi Tabel 3 Pelat ineks 1 alam satu set Nomor Jumlah Lubang setiap Jumlah Lingkaran pelat Lingkaran 1 5 7, 31, 3, 1, , 38, 39,, 6 3 9, 36, 37, 0

30 II-30 Tabel Pelat ineks alam 1 set Nomor Jumlah Lubang setiap Jumlah Lingkaran pelat Lingkaran , 18, 1, 9, 37, , 19, 3, 31, 39, , 0, 7, 3, 1, 9 Jumlah lubang paa pelat ineks sangat bervariasi, tergantung ari pembawaan kepala pembagi Setiap kepala pembagi universal biasanya suah isertakan satu set pelat ineks (3 buah) engan variasi lubang yang berbea Karena 0 putaran tuas ineks (nc) menghasilkan satu kali putaran bena kerja (i = 0:1), maka untuk Z pembagian yang sama ari bena keja aalah : nc = 0 Z putaran Jika Z iketahui alam jumlah pembagian, maka : nc = i Z Jika pembagian yang ikehenaki iketahui alam besar suut (α), maka : Dimana : Nc nc = = jumlah putaran tuas ineks I = rasio kepala pembagi (0:1) Z α = jumlah pembagian = besar suut pembagian α i 360 Perlu iperhatikan bahwa sebelum melakukan pembagian, terlebih ahulu harus iketahui rasio kepala pembagi (i) engan jalan putar tuas ineks (nc) engan tangan sambil ihitung an perhatikan putaran spinel bena kerja sampai satu putaran penuh an pastikan berapa jumlah putaran tuas ineks (nc) Bila pembagian yang ikehenaki (Z) lebih besar ari 0, maka ulir cacing (tuas ineks nc) harus iputar kurang ari satu putaran Jika pembagian pembagian yang ikehenaki (Z) kurang ari 0, maka pecahan hasil pembagian harus iubah menjai sejumlah angka Dan pecahan yang terakhir ini harus iubah sampai penyebutnya sama engan salah satu ari jumlah lubang paa pelat ineks

31 II-31 yang terseia Pembilangnya akan menunjukkan sejumlah lubang yang harus kita putar paa pelat ineks untuk menambah beberapa putaran penuh yang iperoleh ari pembagian tersebut c Pembagian Diferensial Dengan metoe pembagian iferensial, kita apat mengerjakan setiap pekerjaan pembagian paa mesin freis Metoe ini memungkinkan pembagian engan angka pecahan yang penyebutnya tiak cocok engan jumlah lubang yang terseia paa pelat ineks Pelat ineks tiak imatikan (tiak ikunci), akan tetapi harus ikut bergerak ketika tuas ineks (nc) iputar Ketika tuas ineks iputar, putaran ari tuas ineks ini akan iteruskan ke poros berulir cacing, poros ini akan menggerakkan roa gigi cacing yang ipasang menjai satu engan spinel bena kerja Dengan perantaraan roa-roa gigi pengubah yang ipasang paa poros spinel bena kerja, putaran ini akan iteruskan ke pelat ineks sehingga pelat ineks ikut berputar

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2 .3 Perbaningan Putaran an Perbaningan Roagigi Jika putaran roagigi yang berpasangan inyatakan engan n (rpm) paa poros penggerak an n (rpm) paa poros yang igerakkan, iameter lingkaran jarak bagi (mm) an

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.

Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana. Teori Dasar Rodagigi Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada pembuatan rancang bangun kendaraan mobil mini ini kami menggunakan engine (mesin) suzuki smash 4 tak 110 cc dengan bahan bakar bensin dengan kemampuan ankut 50 150 kg. Dalam

Lebih terperinci

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA 1. PENGETAHUAN DASAR a. Fungsi / Tujuan Sambungan Baja Suatu konstruksi bangunan baja aalah tersusun atas batang-batang baja yang igabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RODA GIGI

PERHITUNGAN RODA GIGI Teori Dasar Rodagigi PERHITUNGAN RODA GIGI Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

BAB 6 P E G A S M E K A N I S

BAB 6 P E G A S M E K A N I S BAB 6 P E G A S M E K A N I S Pegas, aalah suatu elemen mesin yang memperoleh gaya bila iberi perubahan bentuk. Pegas mekanis ipakai paa Mesin untuk menesakan gaya, untuk menyeiakan lenturan an untuk menyimpan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI Suatu sistem penggerak yang terdapat dalam sebuah mobil tidak lepas dari peranan motor penggerak dan transmisi sebagai penghantar putaran dari motor penggerak sehingga mobil

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK KROMATOGRAFI ANULAR

PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK KROMATOGRAFI ANULAR PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK KROMATOGRAFI ANULAR Setyo Atmojo Pusat Teknologi Akselerator an Proses Bahan-BATAN Yogyakarta ABSTRAK ABSTRAK PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK KROMATOGRAFI ANULAR. Telah ilakukan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pemilihan Bahan Setiap perencanaan rancang bangun memerlukan pertimbanganpertimbangan bahan agar bahan yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal penting

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

Perencanaan Roda Gigi

Perencanaan Roda Gigi Perencanaan Roda Gigi RODA GIGI Roda gigi adalah roda silinder bergigi yang digunakan untuk mentransmisikan gerakan dan daya Roda gigi menyebabkan perubahan kecepatan putar output terhadap input 1 Jenis-jenis

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC

PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC A. PENDAHULUAN. Aa ua kegagalan yang apat terjai paa komponen struktur lentur profil I yang mengelami lentur. Kegagalan pertama profil

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MESIN II PENGGUNAAN RODA GIGI PADA PESAWAT TERBANG. Dosen Pengampu: Catur Pramono, S.T., M.Eng.

MAKALAH ELEMEN MESIN II PENGGUNAAN RODA GIGI PADA PESAWAT TERBANG. Dosen Pengampu: Catur Pramono, S.T., M.Eng. MAKALAH ELEMEN MESIN II PENGGUNAAN RODA GIGI PADA PESAWAT TERBANG Dosen Pengampu: Catur Pramono, S.T., M.Eng. Disusun oleh: Irvan Usman Nur Rais (1510502006) Ahmad Bashori (1510502004) Laelan Farikh Aoladi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

Baja : Tipe 6 x Fibre Core

Baja : Tipe 6 x Fibre Core Lampiran 1 Nilai Sebagai Fungsi Lengkungan an Tegangan Tarik Maksimum Tali Baja Tipe : x 19 + 1 Fibre Core Tabel L.1.1. Nilai Sebagai Fungsi Lengkungan lengkungan 1 2 3 1 20 23 25 Sumber : Zainuri (200)

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton )

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton ) BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG 3.1 Perencanaan Beban Total Paa Elevator Barang Q total = Q + WM + WO ( Persamaan 2.1.10 ) Q = Beban kapasitas muatan alam perencanaan ( 1 Ton

Lebih terperinci

2. Mesin Frais/Milling

2. Mesin Frais/Milling 2. Mesin Frais/Milling 2.1 Prinsip Kerja Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm. 7 BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Singkat Produk Mesin Pengaduk Reaktor Biogas merupakan alat tepat guna untuk memaksimalkan proses pembentukan biogas dalam reaktor skala rumah tangga. iharapakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

Perhitungan Roda Gigi Transmisi

Perhitungan Roda Gigi Transmisi Perhitungan Roda Gigi Transmisi 3. Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 03 kw pada putaran 6300 rpm. Pada mobil Honda New Civic.8L MT dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL Oleh : Satya Adhi Pradhana 2108030012 Dosen Pembimbing : Ir.H.Mahirul Mursid Msc ABSTRAK Di jaman yang serba modern ini, dimana

Lebih terperinci

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103 kw (138 HP) pada putaran 5600 rpm. Pada mobil Opel Blazer DOHC dan direncanakan menggunakan roda

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Strata Satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

Formulasi Lentur BAB ANALSS KASUS LENTUR DAN GESER PADA BALOK ELASTS Suatu elemen balok ikatakan alam konisi lentur murni, jika balok tersebut menerima beban ang berupa momen lentur secara konstan tanpa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK PROS ID I NG 0 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM KARYA AKHIR PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM SURANTA GINTING 025202007 KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi Hukum oulomb a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar, iharapkan ana apat: - menjelaskan hubungan antara gaya interaksi ua muatan listrik, besar muatan-muatan, an jarak pisah

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA BAB 3 MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA Kompetensi Dasar : Memahami Dasar dasar Mesin Indikator : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD an JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD YOSEPHINA NOVALIA NRP : 0521034 Pembimbing : Ir. Ibrahim Surya, M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Spesifikasi New Mazda 2 Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya Maksimum (N) : 103 PS 2. Putaran

Lebih terperinci

BAB III MESIN FRAIS. (http:\\www.google.com. Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais

BAB III MESIN FRAIS. (http:\\www.google.com. Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais BAB III MESIN FRAIS 3.1 Pengertian Mesin Frais Mesin frais adalah mesin perkakas untuk mengejakan/menyelesaikan permukaan suatu benda kerja dengan mempergunakan pisau sebagai alatnya. Pada mesin frais,

Lebih terperinci