PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak"

Transkripsi

1 PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Teknik Sipil & Perencanaan Teknik Sipil & Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Universitas Kristen Petra Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto Jl. Siwalankerto Jl. Siwalankerto Surabaya, Surabaya, Surabaya, (P): (F): (P): (F): (P): (F): Abstrak Pembuatan program ini bertujuan untuk membantu perencana transportasi alam melakukan pemoelan Matriks Asal-Tujuan (MAT) untuk menganalisa pola pergerakan transportasi paa suatu wilayah. Dengan mempergunakan program komputer waktu perhitungan bisa ihemat engan ketelitian yang lebih bisa ianalkan. Program ikhususkan hanya untuk memoelkan sebaran pergerakan engan Metoe Analogi (unconstraine, single-constraine, ouble-constraine) an Metoe Sintetis (gravity) engan kemampuan untuk mengestimasi MAT an mengkalibrasi parameter fungsi aksesibilitas (C i ). Program yang ihasilkan berbasis Winows engan mempergunakan bahasa pemrograman Delphi karena relatif muah ipakai an menghasilkan tampilan (interface) yang bagus. Verifikasi program ilakukan engan membaningkan antara hasil perhitungan secara manual an output program engan Least Square Metho sehingga iperoleh besarnya Sum of Square Error (SSE) berkisar antara 0 hingga 3,4655. Kata-kata kunci: Moel Sebaran Pergerakan, Metoe Analogi, Metoe Sintetis, Program Komputer. 1. PENDAHULUAN Permasalahan transportasi banyak terjai i negara berkembang. Hal ini apat ihinari engan perencanaan transportasi yang baik. Proses perencanaan ini membutuhkan perkiraan sebaran pergerakan i masa menatang. Perkiraan ini iapatkan ari moel sebaran pergerakan. Moel yang baik aalah moel yang menekati kenyataan. Untuk menapatkan moel yang baik aa beberapa metoe. Pembahasan ibatasi paa metoe Analogi an Metoe Sintetis (khususnya Gravity). Masalah yang ihaapi alam pemoelan aalah frekuensi perubahan ata yang relatif tinggi, ketiaktelitian alam menghitung (human error), serta optimasi ari perhitungan. Masalah ini apat iatasi engan penggunaan program komputer. Pembuatan program komputer ini apat mempermuah perhitungan alam pemoelan. Khususnya paa Metoe Gravity, program ini apat mengkalibrasi parameter fungsi hambatan sampai galat antara moel engan kenyataan seminimum mungkin. Dengan aanya program komputer ini proses pemoelan apat lebih singkat engan galat yang minimum. 2. LANDASAN TEORI Pola pergerakan alam sistem transportasi ijelaskan alam bentuk arus pergerakan (kenaraan, penumpang, barang) yang bergerak ari zona asal ke zona tujuan i alam aerah tertentu an selama perioe tertentu. Sering igambarkan alam bentuk Matriks Pergerakan atau Matriks Asal-Tujuan (MAT). Untuk lebih jelasnya apat ilihat paa contoh MAT i bawah ini (Tamin, 2000).

2 Tabel 1 Bentuk Umum Matriks Asal Tujuan (MAT) Zona N Oi 1 T 11 T 12 T 13 T 1N O 1 2 T 21 T 22 T 23 T 2N O 2 3 T 31 T 32 T 33 T 3N O N T N1 T N2 T N3 T NN O N D D 1 D 2 D 3 D N T 2.1. Metoe-metoe Menapatkan MAT Metoe untuk menapatkan MAT apat ikelompokkan menjai ua bagian utama, yaitu metoe Konvensional an metoe Tiak Konvensional. Metoe Konvensional ibagi lagi menjai metoe langsung an metoe Tiak Langsung. Metoe Tiak Langsung ibagi lagi menjai metoe Analogi an metoe Sintetis. Metoe Analogi ibagi menjai metoe tanpa batasan (Uniform Constraine Growth Factor), metoe engan-satu-batasan (Singly Constraine Growth Factor), an metoe engan-ua-batasan (Doubly Constraine Growth Factor). 2.2 Metoe Analogi Beberapa metoe telah ikembangkan sampai saat ini. Setiap metoe berasumsi bahwa pola pergerakan paa masa sekarang apat iproyeksikan ke masa menatang menggunakan tingkat pertumbuhan zona yang berbea-bea. Semua metoe paa asarnya mempunyai persamaan umum seperti berikut: T i = t i. E (1) imana: T i = pergerakan paa masa menatang ari zona asal i ke zona tujuan t i = pergerakan paa masa sekarang ari zona asal i ke zona tujuan E = tingkat pertumbuhan Metoe Analogi apat ikelompokkan menjai tiga kelompok utama, yaitu metoe tanpa-batasan, metoe engan-satu-batasan, an metoe engan-ua-batasan. Urutan pengembangannya secara kronologis aalah metoe seragam, metoe batasan-bangkitan, metoe batasan-tarikan, metoe Rata-rata, metoe Fratar, metoe Detroit, an metoe Furness (Paquette 1982, Ortuzar an Willumsen 1994, Tamin 2000) 2.3 Keuntungan an Kerugian Metoe Analogi Metoe Analogi ini muah imengerti an igunakan, an tiak memerlukan ata aksesibilitas (waktu, jarak, an biaya). Dan apat iaplikasikan untuk berbagai macam moa transportasi, untuk tujuan yang berbea, an untuk selang waktu yang berbea.keuntungan ini juga merupakan kelemahan, karena metoe ini hanya bisa ipakai untuk jangka penek (Ortuzar an Willumsen, 1994). Di samping beberapa keuntungan i atas, metoe ini juga memiliki keterbatasan alam pemakaiannya. Tingkat akurasi MAT yang iperlukan sangat tinggi, karena metoe ini sangat tergantung paa MAT. Galat yang terjai paa pengambilan ata untuk MAT sangat tinggi an proses pemasukan ata juga apat menimbulkan galat terseniri. Jai, hasil akhir ari perhitungan engan metoe ini mungkin menganung galat yang cukup tinggi. Paa metoe ini sel-sel MAT tiak boleh sama engan 0 (nol), an jika aa harus iasumsikan 1 (satu). Ini aalah kelemahan matematis yang umum alam pemoelan. Metoe ini apat igunakan engan baik untuk selang waktu penek an i aerah yang stabil pengembangan wilayahnya. Karena batasan i atas, metoe analogi sangat jarang igunakan sekarang (Tamin, 2000). 2

3 2.4 Metoe Sintetis Metoe sintetis ikembangkan untuk membantu memperkirakan pola pergerakan masa epan ketika perubahan-perubahan penting alam biang transportasi terjai. Dimulai ari asumsi tentang alasan terjainya pergerakan paa masa sekarang an bagaimana hal tersebut ipengaruhi faktor-faktor luar seperti jumlah pergerakan an jarak pergerakan. Jika arus barang an orang yang bergerak paa suatu tata guna lahan henak ipelajari, harus ilakukan pemoelan hubungan antara arus an penyebabnya. Arus pergerakan apat ipelajari engan membuat moel yang mengaitkan besar an arah arus (peubah tiak bebas) engan peubah bebas sebagai ukuran struktur tata guna lahan (Tamin, 2000). Metoe Sintetis juga apat igunakan untuk mengisi sel MAT yang tiak terisi. Hal ini tiak apat ilakukan engan Metoe Analogi. 2.5 Moel-moel alam Metoe Sintetis Metoe Sintetis ibagi menjai 3 bagian, yaitu moel Opportunity, moel Gravity, an moel Gravity-Opportunity. Dalam tugas akhir ini yang akan ibahas aalah moel Gravity saja. Moel Gravity Metoe sintetis yang sering igunakan aalah moel gravity. Konsep asar metoe ini berasal ari Hukum Gravitasi Newton. Gaya iasumsikan sebagai pergerakan antar ua aerah. Massa iasumsikan engan populasi atau bangkitan an tarikan pergerakan. Seangkan jarak paa transportasi iasumsikan sebagai aksesibilitas (jarak, waktu an biaya). Moel Gravity inyatakan sebagai berikut: O io T i = k 2 i engan k aalah konstanta (2) imana: T i = jumlah pergerakan ari zona i ke zona k = konstanta O i, O = populasi atau bangkitan an tarikan pergerakan i = jarak antara zona i ke zona Pergerakan antara zona asal i an zona tujuan berbaning lurus engan O i an D an berbaning terbalik kuaratis terhaap jarak antara ua zona tersebut. Dalam bentuk matematis inyatakan sebagai berikut: T i O i. D. f(c i ) (3) imana: = bangkitan pergerakan zona i O i D = tarikan pergerakan zona f(c i ) = fungsi aksesibilitas (jarak, waktu an biaya) Dari persamaan i atas, jika salah satu nilai O i an salah satu nilai D menjai ua kali, pergerakan antara keua zona meningkat menjai empat kali. Sebenarnya pergerakan iperkirakan meningkat hanya ua kali. Untuk itu iperlukan persamaan yang membatasi T i. Persamaan pembatas tersebut aalah: T i = O i (4) an T i = D (5) i imana: O i = total pergerakan yang berasal ari setiap zona i = total pergerakan yang menuju ke zona D 3

4 Pengembangannya menghasilkan persamaan sebagai berikut: T i = O i. D. A i. B. f(c i ) (6) imana: A i, B = faktor penyeimbang Keua persamaan pembatas ipenuhi jika igunakan konstanta A i an B, yang terkait engan setiap zona bangkitan an tarikan. Konstanta tersebut isebut faktor penyeimbang. A i = ( B D f ) an B = 1 i ( AiOifi ) i 1 Paa hukum Newton, jarak aalah suatu penghambat alam gaya tarik/tolak. Dalam transportasi, penghambat yang umum tiak hanya berupa jarak, tetapi aksesibilitas. Aksesibilitas ini aalah kombinasi ari jarak, waktu an biaya. Bentuk umum jarak, waktu, an biaya isebut fungsi hambatan. Persamaan A i an B iapatkan secara berulang-ulang. Dimulai engan nilai awal A i atau B = 1. Nilai B untuk setiap apat ihitung engan menggunakan persamaan (8), yang nilainya kemuian igunakan untuk menghitung kembali nilai A i. Proses ini iulangi sampai nilai A i an B menghasilkan nilai yang konvergen. 2.6 Fungsi hambatan Fungsi hambatan ianggap sebagai ukuran aksesibilitas (kemuahan) antara zona i engan zona. Aa beberapa jenis fungsi hambatan yang apat igunakan alam moel gravity (Setiawan, 2001): f(c i ) = 1/(1+Ci α ) (9) f(c i ) = 1/(1+e α.ci ) (10) f(c i ) = 1/(Ci α ) (11) f(c i ) = 1+(1+α.Ci β ) (12) f(c i ) = 1+(1+α.e β.ci ) (13) f(c i ) = 1+(1+α.Ci) (14) f(c i ) = 1+(Ci α ) (15) f(c i ) = 1+ e α.ci (16) f(c i ) = Ci -α (17) f(c i ) = Ci -α. e -β.ci (18) f(c i ) = e -α.ci (19) imana: (C i ) = Aksesibilitas antara zona i ke zona α, β = parameter fungsi aksesibilitas 2.7 Jenis moel gravity Aa 4 jenis moel gravity yaitu tanpa-batasan (UCGR), engan-batasan-bangkitan (PCGR), engan- batasan-tarikan (ACGR), an engan-batasan-bangkitan-tarikan (PACGR). Moel PCGR an ACGR sering isebut moel-engan-satu-batasan (SCGR), seangkan moel PACGR isebut moel engan-ua batasan (DCGR) (Ortuzar an Willumsen 1994, Tamin 2000). Moel UCGR Moel ini seikitnya mempunyai satu batasan, yaitu total pergerakan yang ihasilkan harus sama engan total pergerakan yang iperkirakan ari tahap bangkitan pergerakan. 4 (7) (8)

5 Moel ini bersifat tanpa-batasan, jai moel ini tiak iharuskan menghasilkan total yang sama engan total pergerakan ari an ke setiap zona yang iperkirakan oleh tahapan bangkitan pergerakan. Moel PCGR Paa moel ini, total bangkitan pergerakan harus sama engan total pergerakan yang ihasilkan pemoelan. Bangkitan pergerakan yang ihasilkan moel harus sama engan hasil bangkitan pergerakan yang iinginkan. Moel ACGR Paa moel ini, total tarikan pergerakan harus sama engan total pergerakan yang ihasilkan pemoelan. Tarikan pergerakan yang ihasilkan moel harus sama engan hasil tarikan pergerakan yang iinginkan. Moel DCGR Paa moel ini, total bangkitan an tarikan pergerakan harus sama engan total pergerakan yang ihasilkan pemoelan. Keua faktor penyeimbang ihitung secara bergantian sampai mencapai konvergensi. 2.8 Kalibrasi Moel Gravity Parameter fungsi hambatan alam moel Gravity tiak selalu iketahui. Jika hal ini terjai, perlu ilakukan kalibrasi. Metoe untuk kalibrasi ini aa beberapa macam. Dalam hal ini, igunakan metoe penaksiran kuarat terkecil. Metoe ini mengkalibrasi parameter fungsi hambatan yang tiak iketahui engan meminimumkan kuarat ari selisih antara hasil pemoelan engan ata pengamatan. Dari persamaan (9-19) apat ilihat bahwa parameter yang ikalibrasi (α an β) tiak berhubungan linear engan jumlah perjalanan. Oleh karena itu, igunakan metoe Kuarat Terkecil Tiak Linear. Secara matematis, apat ituliskan sebagai berikut: Meminimumkan 2 S = ( ) Tij Tˆ ij (20) i Jika aa ua parameter yang tiak iketahui, igunakan persamaan berikut: S = α i Tij ( Tˆ ij) = 0 2 Tij α Tij ( Tˆ ij) = 0 S = 2 Tij (22) β i β Persamaan (20-22) apat iselesaikan engan metoe Newton-Raphson an eliminasi matriks seerhana (Tamin, 2000). 3. PEMBUATAN PROGRAM Bahasa pemrograman yang ipakai untuk pembuatan program aalah Delphi. Bahasa pemrograman ini ipilih karena relatif lebih muah ipakai an apat menghasilkan tampilan (interface) yang relatif bagus. Selain itu, program yang ihasilkan merupakan program yang berbasis winows. Winows aalah software yang suah sangat familiar engan para pengguna komputer sekarang ini. Jai program ini akan relatif muah ipakai oleh siapa saja. Untuk menggunakan Delphi ini, komputer harus mempunyai sistem operasi Winows 95. Karena pengguna Winows 95 suah relatif banyak, maka kualifikasi ini tiak begitu berat. Dengan kata lain, program ini bisa ijalankan i hampir semua komputer yang aa paa saat ini. Spesifikasi minimum yang ibutuhkan untuk Delphi aalah Processor 80586, (21) 5

6 6 Simposium VII FSTPT, Universitas Parahyangan, 11 September 2004 Memori 16 Megabyte, ruang harisk untuk instalasi minimum sekitar 130 Megabyte (Ani, 2001). 4. PENGGUNAAN PROGRAM 4.1 Memulai Suatu Pemoelan Menggunakan Program. Paa saat program ipakai, pertama akan muncul juul program. Jika ilanjutkan, user akan melihat pilihan Menu Utama (Main Menu). Paa Menu Utama ini aa tiga pilihan: a. New : Untuk memulai pemoelan ari awal. b. Open : Untuk membuka kembali ata yang isimpan. c. Exit : Untuk keluar ari program. Jika menu New ipilih, selanjutnya user menginputkan jumlah zona yang akan imoelkan. setelah memasukkan jumlah zona, program akan menampilkan Menu Input. Input ini akan ipakai paa Menu Results. 4.2 Menu Input Dalam pemoelan aa beberapa metoe, setiap metoe akan membutuhkan jenis input yang berbea. Program ini menyeiakan beberapa menu input yang apat igunakan user sesuai engan kebutuhan. Misalnya, jika user ingin memoelkan engan Metoe Tanpa Batasan, input yang iperlukan aalah input MAT an input faktor pertumbuhan. Menu input teriri ari: a. Trip Matrix, jika menu ini ipilih, program akan menampilkan stringgri untuk iinput user. Input ini kemuian akan ijaikan input MAT. b. Cost Matrix, yang perlu iinputkan i sini aalah biaya (yang telah ikonversikan) yang ibutuhkan ari zona asal ke zona tujuan. c. Growth Factor, faktor pertumbuhan zona asal an zona tujuan. Faktor pertumbuhan bisa faktor pertumbuhan zona per tahun atau per sepuluh tahun, tergantung input ari user. Hal yang terpenting alam pengisian input ini aalah konsistensi. Misalnya, user menggunakan faktor pertumbuhan aerah per tahun untuk zona A maka faktor pertumbuhan untuk zona lainnya juga harus per tahun.. Parameter, fungsi hambatan alam moel Gravity menggunakan parameter. Jumlah parameter yang igunakan bisa satu atau ua tergantung pilihan fungsi hambatan. Jika user menggunakan fungsi hambatan yang hanya menggunakan satu parameter (α), maka parameter β harus iinput sama engan nol. e. Estimate Sums of Trip Matrix, input ini teriri ari ua matriks, yaitu jumlah bangkitan an tarikan pergerakan yang iperkirakan. Jumlah bangkitan pergerakan yang iperkirakan iapatkan engan mengalikan jumlah bangkitan pergerakan i setiap zona engan faktor pertumbuhan zona asal. Seangkan, jumlah tarikan pergerakan yang iperkirakan iapatkan engan mengalikan jumlah tarikan pergerakan i setiap zona engan faktor pertumbuhan zona tujuan. Input ini ipakai untuk moel Gravity, jika MAT tiak terseia lengkap. f. Fratar Trip Matrix, input ini hanya ipakai jika user akan menggunakan metoe Fratar. Metoe Fratar ini mempunyai keunikan bahwa jumlah pergerakan ari zona asal ke zona tujuan sama engan jumlah pergerakan ari zona tujuan ke zona asal. Juga engan asumsi pergerakan intra zona tiak aa. 4.3 Menu Results Menu results ini terbagi menjai ua bagian besar, Metoe Analogi an Metoe Sintetis. Metoe Analogi ibagi menjai: Uniform Growth Factor, Origin Constraine Growth Factor, Destination Constraine Growth Factor, Average, Fratar, Detroit, an Furness.

7 Paa umumnya Metoe Analogi memerlukan input MAT an faktor pertumbuhan saja. Hanya paa penggunaan metoe Fratar, input yang igunakan hanya Fratar trip matrix an faktor pertumbuhan zona tujuan saja. Metoe Sintetis (alam hal ini Gravity) memerlukan fungsi hambatan alam pemoelannya. Paa program ini aa 11 pilihan fungsi hambatan. Paa saat menu Sintetis (Gravity) ipilih, maka berikutnya program akan menampilkan pilihan fungsi hambatan. Moel Gravity ini ibagi menjai ua bagian lagi, yaitu estimasi an kalibrasi. Estimasi ilakukan jika parameter α an atau β iketahui. Paa proses estimasi ini juga, pemoelan ibagi menjai ua cara tergantung input yang terseia. Pemoelan bisa iasarkan MAT, jika aa. Jika tiak aa apat igunakan jumlah bangkitan an tarikan pergerakan yang iperkirakan. Kalibrasi ilakukan jika parameter α an β tiak iketahui. Proses ini akan mengkalibrasi parameter seemikian sehingga engan fungsi hambatan yang ipilih an input MAT yang aa apat iperoleh moel yang menekati ata pengamatan. 5 VERIFIKASI Setelah program selesai ibuat, ilakukan verifikasi. Verifikasi ini ilakukan engan menghitung selisih kuarat (Least Square) hasil yang aa i program engan contoh hasil perhitungan yang aa sehingga iperoleh besarnya Sum of Square Error (SSE) berkisar antara 0 hingga 3, TAMPILAN PROGRAM Berikut ini iperlihatkan contoh tampilan ari program sebagaimana terlihat paa Gambar 1 s/ 7, paa contoh tersebut ilakukan pemoelan sebaran pergerakan DCGR Gambar 1.Tampilan Input Cost Matrix 7

8 Gambar 2. Tampilan Input Estimasi Bangkitan an Tarikan Pergerakan Setiap Zona Gambar 3. Tampilan Input Pemilihan Fungsi Hambatan Gambar 4. Tampilan Input Parameter Fungsi Hambatan 8

9 Gambar 5. Tampilan Matriks exp(-βci) Gambar 6. Tampilan Nilai Ai an B Paa Setiap Pengulangan Gambar 7. MAT Akhir Hasil Moel DCGR (setelah pengulangan ke-9) 9

10 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dengan menggunakan program komputer ini galat yang terjai lebih kecil. Galat yang mungkin terjai aalah galat paa waktu pengambilan an pemasukan ata. Selain menggunakan program ini, kalibrasi apat ilakukan engan menggunakan solver paa Excel. Tetapi kenalanya aalah jika aa penambahan jumlah zona, maka program yang aa harus imoifikasi lagi. Seangkan paa program ini user apat menginputkan jumlah zona yang iinginkan (maksimum 4x4 untuk Stuent version). Penggunaan program ini akan sangat membantu proses perencanaan transportasi terutama paa tahap pemoelan sebaran pergerakan. 7.2 Saran Karena keterbatasan waktu, program ini hanya mencakup metoe Analogi an metoe Sintetis (hanya Gravity). Untuk selanjutnya, program ini bisa ilengkapi engan metoe lainnya yang belum iprogramkan. Misalnya, moel Opportunity, moel Gravity Opportunity, an sebagainya. 8. DAFTAR PUSTAKA Ortuzar, J.D. & Willumsen, L.G., 1994, Moelling Transport, John Wiley & Sons Lt., New York: Ani, 2001, Panuan Praktis Pemrograman Borlan Delphi 5.0, Wahana Komputer, Semarang. Paquette, A., Ashfor, N.J., Wright, P.H., 1982, Transportation Engineering (2 n e), John Wiley &Sons, Canaa. Setiawan, R., 2001, Optimasi Kinerja Sistim Elevator paa Geung P., Universitas Kristen Petra, Surabaya. Tamin, O.Z., 2000, Perencanaan an Pemoelan Transportasi, Eisi ke-2, ITB, Banung.. 10

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

KALIBRASI MODEL SEBARAN PERGERAKAN (GRAVITY MODEL) MENGGUNAKAN ADD-IN MICROSOFT EXCEL (SOLVER) Rudy Setiawan 1

KALIBRASI MODEL SEBARAN PERGERAKAN (GRAVITY MODEL) MENGGUNAKAN ADD-IN MICROSOFT EXCEL (SOLVER) Rudy Setiawan 1 KALIBRASI MODEL SEBARAN PERGERAKAN (GRAVITY MODEL) MENGGUNAKAN ADD-IN MICROSOFT EXCEL (SOLVER) Rudy Setiawan 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya,

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

PEMODELAN Deskripsi Masalah

PEMODELAN Deskripsi Masalah PEMODELAN Deskripsi Masalah Sebelum membuat penjawalan perkuliahan perlu iketahui semua mata kuliah yang itawarkan, osen yang mengajar, peserta perkuliahan, bobot sks an spesifikasi ruang yang iperlukan.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201 akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MATRIK ASAL TUJUAN Matriks pergerakan atau Matriks Asal Tujuan (MAT) sering

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM

ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM Volume 12, No. 1, Oktober 2012, 28-34 ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM Chairur Roziqin Teknik Sipil Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

Kuliah Pertemuan Ke-6 MODEL SINTETIS DISTRIBUSI PERJALANAN. Sub Topik : Model Gravitasi (Kalibrasi Model) Model Sintetik Lainnya

Kuliah Pertemuan Ke-6 MODEL SINTETIS DISTRIBUSI PERJALANAN. Sub Topik : Model Gravitasi (Kalibrasi Model) Model Sintetik Lainnya Kuliah Pertemuan Ke-6 MODEL SINTETIS DISTRIBUSI PERJALANAN Sub Topik : Model Gravitasi (Kalibrasi Model) Model Sintetik Lainnya Outline Kuliah : Kalibrasi Model Gravitasi Contoh Aplikasi Kalibrasi Model

Lebih terperinci

STUDI MODEL DISTRIBUSI PERGERAKAN BARANG KOMODITAS ZONA KORIDOR JALUR LINTASAN TENGAH INTERNAL REGIONAL JAWA TENGAH

STUDI MODEL DISTRIBUSI PERGERAKAN BARANG KOMODITAS ZONA KORIDOR JALUR LINTASAN TENGAH INTERNAL REGIONAL JAWA TENGAH STUDI MODEL DISTRIBUSI PERGERAKAN BARANG KOMODITAS ZONA KORIDOR JALUR LINTASAN TENGAH INTERNAL REGIONAL JAWA TENGAH Juang Akbarin Program Stui Teknik Sipil Universitas Penikan Inonesia, Banung Email: akbarien@yahoo.co.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. identitas responden seperti jenis kelamin. Tabel 4.1 Identitas Jenis Kelamin Responden. Frequ Percent

BAB 4 HASIL PENELITIAN. identitas responden seperti jenis kelamin. Tabel 4.1 Identitas Jenis Kelamin Responden. Frequ Percent BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Ientitas Responen Dari analisis ata ang iperoleh peneliti ari lapangan akan iuraikan alam bab ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh taangan

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE)

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) Amin Tohari Universitas Nusantara PGRI Keiri, amin.tohari@unpkeiri.ac.i Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Pemodelan. Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Pemodelan. Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk 4 II TINJAUAN PUSTAKA A Konsep Pemodelan Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita secara terukur Hal penting yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER Asrul Syam Program Stui Teknik Informatika, STMIK Dipanegara, Makassar e-mail: assyams03@gmail.com Abstrak Masalah optimasi

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan Jurnal Graien Vol 8 No 1 Januari 2012:775-779 Penerapan Aljabar Max-Plus Paa Sistem Prouksi Meubel Rotan Ulfasari Rafflesia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

Penentuan Koefisien Hambatan β Asal Tujuan Transportasi di Provinsi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta

Penentuan Koefisien Hambatan β Asal Tujuan Transportasi di Provinsi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta Rekaracana Jurnal Online Institute Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas.x Vol xx Agustus 2014 Penentuan Koefisien Hambatan β Asal Tujuan Transportasi di Provinsi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta

Lebih terperinci

V. DISTRIBUSI PERJALANAN

V. DISTRIBUSI PERJALANAN V. DISTRIBUSI PERJALANAN 5.. PENDAHULUAN Trp strbuton aalah suatu tahapan yang menstrbuskan berapa jumlah pergerakan yang menuju an berasal ar suatu zona. Paa tahapan n yang perhtungkan aalah :. Sstem

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD an JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD YOSEPHINA NOVALIA NRP : 0521034 Pembimbing : Ir. Ibrahim Surya, M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN) ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN) Diah Anggraeni Damiyanti Masalle M. J. Paransa, Theo K. Sendow Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL === TKNIK IITL === PRNNN RNKIN KOMINSIONL === Rangkaian logika atau igital apat ibagi menjai 2 bagian yaitu:. Rangkaian Kombinasional, aalah suatu rangkaian logika yang keaaan keluarannya hanya ipengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Tampilan Aplikasi IV.1.1 Tampilan Aplikasi untuk Pengguna 1. Halaman Home Halaman ini merupakan halaman pertama saat pengguna membuka aplikasi. Gambar IV.1 Tampilan

Lebih terperinci

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 PEMODEAN EMPIRIS COST 231-WAFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI INTASAN ANTENA RADAR DI PERUM PPNPI INDONESIA Ria

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH

PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH Tugas Akhir PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH Mirza Ali : 3407100047 Ientifikasi Masalah 1. Jumlah anggota Dekranasa saat ini berjumlah 236, namun 164

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi Suaratno Suirham Diferensiasi Bahan Kuliah Terbuka alam format pf terseia i.buku-e.lipi.go.i alam format pps beranimasi terseia i.ee-cafe.org Pengertian-Pengertian 0-0 Kita telah melihat baha kemiringan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton )

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton ) BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG 3.1 Perencanaan Beban Total Paa Elevator Barang Q total = Q + WM + WO ( Persamaan 2.1.10 ) Q = Beban kapasitas muatan alam perencanaan ( 1 Ton

Lebih terperinci

=== BENTUK KANONIK DAN BENTUK BAKU ===

=== BENTUK KANONIK DAN BENTUK BAKU === TEKNIK DIGITL === ENTUK KNONIK DN ENTUK KU === entuk Kanonik yaitu Fungsi oolean yang iekspresikan alam bentuk SOP atau POS engan minterm atau maxterm mempunyai literal yang lengkap. entuk aku yaitu Fungsi

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

Triwahyuni, et al., Optimalisasi Produksi Pada Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah...

Triwahyuni, et al., Optimalisasi Produksi Pada Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah... Triwahyuni, et al., Optimalisasi Prouksi Paa Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah.... 1 OPTIMALISASI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI DONNA JAYA BAROKAH JEMBER MELALUI PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING Prouction

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi Hukum oulomb a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar, iharapkan ana apat: - menjelaskan hubungan antara gaya interaksi ua muatan listrik, besar muatan-muatan, an jarak pisah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Perjalanan merupakan suatu kegiatan rutin yang dilakukan manusia setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perjalanan ini menyebabkan perpindahan seseorang dari suatu

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci

11 Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)

11 Analisis sebaran pergerakan (metode analogi) Analisis sebaran pergerakan (metode analogi) Pada Bab telah pula dijelaskan tentang metode Langsung (konvensional) yang bisa digunakan untuk mendapatkan informasi matriks asal-tujuan (MA) Bab akan menjelaskan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan i Kecamatan Leuwiliang ilakukan engan menggunakan metoe skalogram berbobot berasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS SEMIRATA MIPAnet 27 24-26 Agustus 27 UNSRAT, Manao PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS TONAAS KABUL WANGKOK YOHANIS MARENTEK Universitas Universal Batam, tonaasmarentek@gmail.com,

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2009 Matematika

UN SMA IPA 2009 Matematika UN SMA IPA 009 Matematika Koe Soal P88 Doc. Name: UNSMAIPA009MATP88 Doc. Version : 0-0 halaman 0. Perhatikan premis-premis berikut ini : :Jika Ai muri rajin maka Ai muri panai :Jika Ai muri panai maka

Lebih terperinci

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM:

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & KESEIMBANGAN PASAR NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: 115030207113012 FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & EKUILIBRIUM PASAR Fungsi Permintaan Pasar Fungsi permintaan pasar untuk

Lebih terperinci

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Penulis Abstrak. Ketikkan Abstrak Ana i sini. Sebaiknya tiak lebih ari 250 kata. Abstrak sebaiknya menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah Tempat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Loasi an Watu Penelitian 3.1.1 Loasi penelitian Loasi yang ijaian tempat alam penelitian ini aalah Tempat Pelelangan Ian (TPI) Kota Gorontalo. 3.1. Watu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Secara umum metodologi penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini : Start Data sosial, ekonomi dan jarak Pemodelan

Lebih terperinci

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2.

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2. Makalah Tugas Akhir PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aitya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2 Abstract Human iris has a very unique pattern which

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat * Jurnal Matematika Murni an Terapan εpsilon ANALISIS MODEL PREDATOR-PREY TERHADAP EFEK PERPINDAHAN PREDASI PADA SPESIES PREY YANG BERJUMLAH BESAR DENGAN ADANYA PERTAHANAN KELOMPOK Mursyiah Pratiwi, Yuni

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Kontribusi Fisika Inonesia Vol. 13 No.3, Juli 00 Relasi Dispersi alam Panu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Abstrak Hengki Tasman 1) an E Soewono 1,) 1) Pusat Penelitian Pengembangan an Penerapan Matematika,

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : sistem pendukung keputusan, jamkesmas, system development life cycle, seleksi, penerima

Abstrak. Kata kunci : sistem pendukung keputusan, jamkesmas, system development life cycle, seleksi, penerima SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON PENERIMA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT(JAMKESMAS) DENGAN METODE PROMETHEE DI DESA MAKAM, KECAMATAN REMBANG, PURBALINGGA Kartika Nur Utami Jurusan Sistem Informasi,

Lebih terperinci

BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN

BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN Fungsi Logaritma Natural Fungsi Balikan (Invers) Fungsi Eksponen Natural Fungsi Eksponen Umum an Fungsi Logaritma Umum Masalah Laju Perubahan Seerhana Fungsi Trigonometri Balikan

Lebih terperinci

KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang KENDALI LQR DISKRIT UNTUK SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN SUMBER JARINGAN TUNGGAL Dita Anies Munawwaroh Sutrisno Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soearto SH Tembalang Semarang itaaniesm@gmailcom

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai engan persetujuan ari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat 812/TA/FTS/UKM/III/2004 tanggal 9 Februari 2004, engan

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS SURVEYING (CIV-04) PERTEMUAN : METODE PENGUKURAN LUAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevar Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaa Tangerang Selatan 54 MANFAAT PERHITUNGAN LUAS Pengukuran luas ini ipergunakan

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 STUDY MODEL SEBARAN PERGERAKAN (TRIP DISTRIBUTION) MENGGUNAKAN METODE GRAVITY TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun oleh:

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur Reka Geomatika Jurusan Teknik Geoesi Itenas No. Vol. 1 ISSN 8-50X Desember 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Penerapan Moel Deformasi Horizontal Mogi untuk Preiksi Perubahan Volume Sumber Tekanan

Lebih terperinci

DETEKSI JENIS WARNA KULIT WAJAH UNTUK KLASIFIKASI RAS MANUSIA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WARNA

DETEKSI JENIS WARNA KULIT WAJAH UNTUK KLASIFIKASI RAS MANUSIA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WARNA DETEKSI JENIS WARNA KULIT WAJAH UNTUK KLASIFIKASI RAS MANUSIA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WARNA Murinto, Eko Aribowo, Wahyu Nurhiayati Program Stui Teknik Informatika Universitas Ahma Dahlan Jogjakarta rintokusno@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tune mass amper (TMD) aalah sebuah alat atau instrument yang teriri ari suatu massa, kekakuan an sebuah amper (peream) yang empet atau menempel paa suatu struktur yang

Lebih terperinci

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA Mareta Uci Kartika Indrawati 1, Hera Widyastuti 2 dan Wahju Herijanto 3 1 Mahasiswa Program Magister, Jurusan

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro

Lebih terperinci

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai Penggunaan Persamaan Penekatan Untuk panjang gelombang pantai Nizar Acma Program Stui Teknik Sipil, Universitas Janabara Yogyakarta, Jl.Tentara Rakyat Mataram 35-37 Yogyakarta Email: nizarachma@yahoo.com

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH Jurnal Matematika UNND Vol. 5 No. 4 Hal. 54 61 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIP UNND PENENTUN SOLUSI SOLITON PD PERSMN KDV DENGN MENGGUNKN METODE TNH SILVI ROSIT, MHDHIVN SYFWN, DMI NZR Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Terdahulu Kajian Pengembangan Jaringan Jalan di Pulau Jawa berbasis zona dimana dibagi menjadi beberapa zona dengan basis terkecil kabupaten. Kajian bangkitan dan tarikan

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet

Lebih terperinci

METODE MENGIKAT KEBELAKANG

METODE MENGIKAT KEBELAKANG METODE MENGIKAT KEBELAKANG Metoe mengikat ke belakang aalah menentukan suatu titik baru engan jalan mengaakan pengukuran suut paa titik yang tiak iketahui koorinatnya. Ketentuan yang harus ipenuhi aalah

Lebih terperinci

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial Prosiing Statistika ISSN 46-6456 Metoe Nonparametrik untuk Menaksir Koeisien Korelasi Parsial 1 Silmi Kaah, Anneke Iswani Ahma, 3 Lisnur Wachiah 1,,3 Statistika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Banung,

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL Jeefry Sutrisman Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Inonesia Abstrak PT. Bioplast

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2 PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN Hewig A Tan, Ratna S Alifen ABSTRAK: Metoe penjawalan linier cocok untuk proyek engan aktivitas seerhana, an repetitif

Lebih terperinci

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I Rizka Anggraini Mahasiswa Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN TRANSIENT SISTEM TENAGA LISTRIK MULTIMESIN (MODEL IEEE 9 BUS 3 MESIN)

STUDI KESTABILAN TRANSIENT SISTEM TENAGA LISTRIK MULTIMESIN (MODEL IEEE 9 BUS 3 MESIN) No. ol. Thn. X November 8 SSN: 854-847 STUD KSTABLAN TANSNT SSTM TNAGA LSTK MULTMSN (MODL 9 BUS MSN) Heru Dibyo Laksono Jurusan Teknik lektro, Universitas Analas Paang, Kampus Limau Manis Paang, Sumatera

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN DOSEN MUDA

ARTIKEL PENELITIAN DOSEN MUDA ARIKE PENEIIAN DOSEN MUDA OPIMISASI MUI UJUAN DENGAN PEA KENDAI MUU BUAAN Oleh :. ARRIVA RINCE PURI, S.Si, M. ZUAKMA, M.Si Dibiayai oleh embaga Penelitian Universitas Analas Sesuai engan Surat Peranian

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS KNM XVI 3-6 Juli 01 UNPAD, Jatinangor ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS NANIK LISTIANA 1, WIDOWATI, KARTONO 3 1,,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 6 P E G A S M E K A N I S

BAB 6 P E G A S M E K A N I S BAB 6 P E G A S M E K A N I S Pegas, aalah suatu elemen mesin yang memperoleh gaya bila iberi perubahan bentuk. Pegas mekanis ipakai paa Mesin untuk menesakan gaya, untuk menyeiakan lenturan an untuk menyimpan

Lebih terperinci