BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU"

Transkripsi

1 BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu Maroso Abstrak Untuk mengurangi penangkalan Alur pelayaran an kolam labuh paa tipe pantai yang lanai an berlumpur maka iperlukan bangunan penahan seimen. Bangunan penahan seimen ini apat berupa pemecah gelombang an jetty yang berfungsi selain menahan seimen. Sebagai alternatif untuk mengurangi penangkalan i alur pelayaran apat ibuat bangunan penahan seimen lainnya, bangunan penahan seimen ini apat berupa tirai yang tiak kaku yaitu silt screen. Agar silt screen ini apat berfungsi engan baik perlu ilakukan pengujian terutama yang berkaitan engan pengaruh arus terhaap besarnya koefisien hambat (C D) yang terjai paa silt screen. Tujuan ari penelitian ini aalah untuk mengetahui besarnya koefisien hambat yang terjai paa silt screen akibat ari gaya arus engan menggunakan ua moel pelampung (kayu an paralon). Dari hasil penelitian yang telah ilakukan menunjukkan bahwa koefisien hambat (C D) silt screen merupakan fungsi ari kealaman relatif (h/), semakin kecil kealaman relatif (h/ < 1) maka tekanan air yang bekerja paa pelampung semakin besar an luas proyeksi silt screen (A P) yang terjai semakin besar sehingga koefisien hambat yang terjai semakin kecil. Nilai C D yang ihasilkan keua bahan pelampung memberikan hasil yang berbea, perbeaan ini isebabkan karena pengaruh besarnya gaya horisintal (F H) yang bekerja paa moel. Kata kunci: CD silt screen, paralon, kayu. 15

2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alur pelayaran an kolam labuh paa tipe pantai yang lanai an berlumpur sangat muah terjai penangkalan. Berasarkan pengalaman yang aa (Yuwono an Triatmaja, 1999), alur pelayaran an kolam pelabuhan paa pantai seperti tersebut i atas akan cepat terjai penangkalan akibat siltasi, terutama jika alur an kolam pelabuhan tersebut tiak terlinungi engan baik. Untuk mengatasi penangkalan, biasanya ilakukan pengerukan paa alur pelayaran an kolam pelabuhan secara perioik engan jangka waktu yang relatif singkat, an hal ini mengakibatkan biaya pemeliharaan menjai mahal. Untuk mengurangi penangkalan tersebut maka iperlukan bangunan penahan seimen. Bangunan penahan seimen ini apat berupa pemecah gelombang an jetty yang berfungsi selain menahan seimen juga apat melinungi kolam labuh ari gelombang an arus. Bangunan pemecah gelombang an jetty biasanya membutuhkan material yang banyak sehingga pembangunannya menjai mahal. Sebagai alternatif untuk mengurangi penangkalan i alur pelayaran apat ibuat bangunan penahan seimen lainnya, bangunan penahan seimen ini apat berupa tirai yang tiak kaku yaitu silt screen. Gagasan tentang silt screen serupa engan konsep unerwater sill sebagai alternatif penanggulangan seimentasi paa alur pelayaran, silt screen berupa tirai tiak kaku II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koefisien Hambat (C D) Coefficient of rag (C D) artinya koefisien hambatan/hambatan gerak sebuah bena berimensi saat bergerak akibat aanya tahanan yang itimbulkan air atau uara. Koefisien rag (biasanya inotasikan engan: C D, c atau cwx), nilai C D sangat bergantung paa bentuk ari suatu geometri bena. Berikut aalah bebagai variasi nilai C D: 2.2. Gaya Vertikal Silt Screen (Fv) Gaya vertikal (Fv) yang bekerja paa silt screen iefinisikan ari resultante gaya yang 16 yang apat ibuat ari bahan sejenis geotekstil sebagai penyaring seimen engan iberi pemberat paa bagian bawah an bagian atas iberi pelampung sebagai penegak tirai, juga murah stukturnya an muah pemasangannya. Agar silt screen ini apat berfungsi engan baik perlu ilakukan pengujian terutama yang berkaitan engan pengaruh arus terhaap besarnya koefisien hambat (C D) yang terjai paa silt screen Perumusan Masalah Untuk melakukan pengujian koefisien hambat ibutuhkan parameter yang iperkirakan berpengaruh yaitu: gaya arus (F U), kecepatan arus (U), iameter pelampung (D), rapat massa air ( ), an tinggi moel (h). Dari parameter iatas besarnya koefisien hambat (C D) paa silt screen akibat arus apat ituliskan alam bentuk fungsi matematik sebagai berikut: C D silt screen = f (F U/U 2 2, D/h, h/) Tujuan Penelitian Tujuan ari penelitian ini aalah untuk mengetahui besarnya koefisien hambat yang terjai paa silt screen akibat ari gaya arus engan menggunakan ua moel pelampung (kayu an paralon). Mengingat ari referensi yang aa belum pernah ilakukan pengujian koefisien hambat silr creen. bekerja paa bena aalah sama engan perbeaan antara tekanan ke atas oleh zat cair paa pelampung yaitu gaya apung pelampung (F BP) an gaya ke bawah karena berat bena i uara (W), gaya vertikal ini bekerja seolaholah menarik pelampung kebawah jika itinjau ari bagian pelampung seperti paa Gambar 1. Dalam keaaan tanpa aliran (U = 0) gaya vertikal paa silt screen besar an arahnya sama engan tegangan kain screen, sehingga gaya vertikal paa silt screen (Fv) ihitung engan persamaan berikut ini. Fv = F BP - W.....(1) Fv = V x ( ) (2) engan:

3 F V F BP W = gaya vertikal (N) = gaya apung pelampung (N) = berat bena i uara (N) V = volume bena (m 3 ) = selisih berat jenis (N/m 3 ) F BP U = 0 W Fv h GAMBAR 1. Skema Parameter Gaya Vertikal paa Silt Screen 2.2. Gaya Screen (F S) Dalam keaaan aa aliran (U 0) paa silt screen bekerja gaya horisontal (F H) an gaya paa screen (F S) yang merupakan proyeksi ari gaya vertikal (Fv). Gaya horisontal (F H) an gaya paa screen (F S) ianalisis ari graien garis singgung profil simpangan silt screen (m) yang besarnya sama engan kemiringan arah garis singgung (tangen ) terhaap gaya vertikal (Fv) seperti paa Gambar 2, an apat ituliskan alam bentuk persamaan sebagai berikut: F H = Fv / tangen.....(4) 2 2 F S = FH Fv.....(5) engan: F H = gaya horisontal (N) Fv = gaya vertikal (N) F S = gaya paa screen (N) tangen = graien garis singgung profil simpangan silt screen Kemiringan garis singgung (tangen ) ihitung ari turunan pertama (y/x) persamaan profil simpangan silt screen engan titik singgung i (x 0, y 0) yang merupakan asymtote ari profil simpangan silt screen. Q U 0 Fv F S Fv F H = F U garis singgung GAMBAR 2. Skema Parameter Analisis Gaya Horisontal 2.3. Luas Proyeksi Silt Screen (A P) Penentuan luas proyeksi silt screen (A P) apat ilakukan engan 2 cara yaitu pertama menghitung luas proyeksi per pias engan mengukur tinggi pias silt screen (b) ikalikan engan lebar silt screen (B). Tinggi pias silt screen ini isesuaikan engan kecepatan arus yang bekerja paa tiap pias yaitu engan menempatkan posisi kecepatan arus (y) paa pusat tinggi pias (½ b). Tinggi pias proyeksi bagian puncak silt screen (b 1) besarnya untuk setiap pengujian berbea-bea, hal ini isebabkan karena pengaruh kecepatan arus (U), kealaman relatif (h/) an gaya vertikal (Fv). 17

4 Cara keua engan menghitung selisih tinggi silt screen setelah terkena arus (h ) engan tinggi pemberat moel (t) ikalikan engan lebar moel (B) seperti paa Gambar 3. Dalam penelitian ini penentuan luas proyeksi silt screen (A P) yang igunakan aalah cara keua, yang apat ituliskan alam bentuk persamaan sebagai berikut: A P = (h t) x B... (6) engan : A P = luas proyeksi silt screen (m 2 ) h = tinggi moel (m) t = tinggi pemberat silt screen (m) B = lebar silt screen (m) Q b 1 b 2 b 3 b 4 h' 7,5 cm b 5 t GAMBAR 3. Skema Parameter Analisis Luas Proyeksi Silt Screen III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan yang Digunakan Bahan yang igunakan untuk pembuatan moel silt screen alam pengujian meliputi: a. PVC an kayu yang berfungsi sebagai pelampung silt screen engan iameter (D) = 1, 1,5, 2. b. Kain yang berfungsi sebagai screen. c. Acrilic ibuat kotak yang berfungsi sebagai pemberat silt screen Peralatan yang igunakan Peralatan yang igunakan alam penelitian yaitu: a. Glass sie fixe be tilting flume. b. Current meter. c. Stop Watch.. Timbangan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Koefisien Hambat an Gaya Arus paa Silt Screen Perancangan Moel Moel silt screen yang ibuat lebar keseluruhannya berukuran = 29,5 cm, ukuran lebar yang iambil ini isesuaikan engan lebar flume = 30 cm, hal ini imaksukan untuk menjaga agar tiak terjai interaksi langsung antara sisi-sisi silt screen engan ining flume yang sangat berpengaruh terhaap hasil pengukuran saat pengujian. Pelampung silt screen ibuat ari 2 jenis bahan yaitu PVC an kayu engan ukuran iameter pelampung (D) = 1, 1,5, an 2. Tirai yang igunakan sebagai screen ibuat ari kain tetoron yang panjangnya isesuaikan engan tinggi keseluruhan moel, untuk pemberat silt screen igunakan bahan ari acrilic engan ukuran panjang = 29,5 cm tinggi = 6 cm an lebar = 12 cm, bagian alam pemberat ibuat ruangan (laci) agar apat iisi engan pasir besi an potongan besi yang berguna untuk menambah berat silt screen. Koefisien hambat (C D) paa silt screen an gaya arus ianalisis engan menggunakan persamaan (7), an (8). Hasil analisis iberikan alam Tabel 1 an 2. Dari hasil analisis ini selanjutnya igambarkan hubungan koefisien

5 hambat (C D) terhaap kealaman relatif (h/) yang iberikan alam Gambar 4, 5 an 6. C D = FH g U 2 A P... (7) F U = C D U 2 A P g... (8) TABEL 1. Hasil Analisis C D an F U paa Silt Screen engan Pelampung PVC Pelampung h/ D/h F H U A P C D F U 0,1226 0,2737 0,0192 0,09 0,1226 0,1290 0,3148 0,0184 0,07 0,1290 0,1678 0,3377 0,0152 0,1678 0,2714 0,3387 0,0143 0,17 0,2714 1,3277 0,2737 0,0251 0,71 1, ,15 1,3702 0,3148 0,0223 0,62 1,3702 1,5517 0,3377 0,0207 0,66 1,5517 1,8752 0,3387 0,0177 0,92 1,8752 3,1471 0,2737 0,0325 1,29 3,1471 3,5472 0,3148 0,0304 1,18 3,5472 3,9135 0,3377 0,0286 1,20 3,9135 PVC 4,0364 0,3387 0,0268 1,31 4,0364 0,0485 0,2394 0,0257 0,03 0,0485 0,0568 0,2699 0,0236 0,03 0,0568 0,0598 0,2813 0,0230 0,03 0,0598 0,0670 0,2965 0,0207 0,04 0,0670 1,0349 0,2394 0,0325 0,56 1,0349 0,87 0,15 1,1035 0,2699 0,0295 0,51 1,1035 1,0646 0,2813 0,0280 0,48 1,0646 1,1901 0,2965 0,0251 0,54 1,1901 2,4691 0,2394 0,0375 1,15 2,4691 2,7328 0,2699 0,0350 1,07 2,7328 3,1149 0,2813 0,0342 1,15 3,1150 3,3572 0,2965 0,0332 1,15 3,3573 1,4 1,2 1,0 C D (maks) = 1,23 (h/) + 0,08 D/h = 0,2 F U = (C D ) maks U 2 A /g 0,8 C D 0,6 C D (maks) = 2,77 (h/) - 1,85 D/h = 0,15 F U D 0,4 0,2 C D (maks) = (h/) - 0,83 D/h = 0,1 h h 0,0 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00 1,05 h/ Maksimum Minimum GAMBAR 4. Hubungan C D an h/ untuk Pelampung PVC 19

6 TABEL 2. Hasil Analisis C D an F U paa Silt Screen engan Pelampung Kayu Pelampung (h/) D/h F H U A P C D F U 0,0040 0,2737 0,0136 0,004 0,0040 0,0069 0,3148 0,0108 0,006 0,0069 0,0053 0,3377 0,0080 0,006 0,0053 0,0050 0,3387 0,0055 0,008 0,0050 0,0133 0,2737 0,0165 0,011 0, ,15 0,0159 0,3148 0,0137 0,012 0,0159 0,0188 0,3377 0,0109 0,015 0,0188 0,0162 0,3387 0,0094 0,015 0,0162 0,2587 0,2737 0,0313 0,110 0,2587 0,2635 0,3148 0,0295 0,090 0,2635 0,2769 0,3377 0,0286 0,085 0,2769 KAYU 0,3754 0,3387 0,0242 0,135 0,3754 0,0035 0,2394 0,0204 0,003 0,0035 0,0057 0,2699 0,0177 0,004 0,0057 0,0072 0,2813 0,0164 0,006 0,0072 0,0072 0,2965 0,0149 0,005 0,0072 0,0103 0,2394 0,0118 0,015 0,0103 0,87 0,15 0,0104 0,2699 0,0239 0,006 0,0104 0,0110 0,2813 0,0224 0,006 0,0110 0,0112 0,2965 0,0195 0,007 0,0112 0,2235 0,2394 0,0325 0,120 0,2235 0,2376 0,2699 0, ,2376 0,2676 0,2813 0, ,2676 0,2916 0,2965 0,0295 0,112 0,2916 0,18 0,16 0,14 C D (maks) = 0,12(h/) + 0,02 D/h = 0,2 F U = (C D ) maks U 2 A /g 0,12 C D 0,08 F U D 0,06 0,04 h h 0,02 0,00 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00 1,05 h/ Maksimum Minimum GAMBAR 5. Hubungan C D an h/ untuk pelampung Kayu engan D/h = 0,2 20

7 0,020 Si 0,018 0,016 0,014 C D (maks) = 0,06 (h/) - 0,05 D/h = 0,15 F U = (C D ) maks U 2 A /g C D 0,012 0,010 D h/= ,008 0,006 0,004 0,002 0,000 C D (maks) = 0,03 (h/) - 0,02 D/h = 0,1 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00 1,05 Maksimum h/ Minimum F U h h Simpangan Silt Screen (%) GAMBAR 6. Hubungan C D an h/ untuk pelampung Kayu engan D/h = 0,1 an 0, Pembahasan C D Silt Screen Untuk pengujian engan bahan pelampung paralon engan ketiga iameter pelampung yang igunakan, nilai C D terenah aalah 0,03 (h/ = 0,87, D/h = 0,1 an U rara-rata = 0,2699 m/t) an nilai C D tertinggi aalah 1,31 (h/ = 1, D/h = 0,2 an U rara-rata = 0,3387 m/t). Seangkan untuk pengujian engan bahan pelampung kayu engan ketiga iameter pelampung yang igunakan (Gambar 5 an 6), nilai C D terenah aalah 0,003 (h/ = 0,87, D/h = 0,1 an U rara-rata = 0,2394 m/t) an nilai C D tertinggi aalah 0,135 (h/ = 1, D/h = 0,2 an U rara-rata = 0,3387 m/t). Besarnya perbeaan nilai C D untuk keua bahan pelampung ini isebabkan karena pengaruh besarnya gaya horisintal (F H) yang bekerja paa moel. Besarnya gaya horisontal (F H) yang bekerja ipengaruhi oleh gaya vertikal (Fv) an suut kemiringan garis singgung (tangen ). Dan gaya vertikal (Fv) seniri besarnya ipengaruhi oleh berat pelampung i uara (W). 0 0,00 0,05 V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan 1. Koefisien hambat (C D) silt screen yang iapat ari hasil penelitian menunjukkan sebagai fungsi ari kealaman relatif (h/), semakin kecil kealaman relatif (h/ < 1) maka tekanan air yang bekerja paa pelampung semakin besar an luas proyeksi silt screen (A P) yang terjai semakin besar sehingga koefisien hambat yang terjai semakin kecil. 2. Nilai C D yang ihasilkan keua bahan pelampung ari penelitian ini menunjukkan hasil yang berbea, perbeaan ini isebabkan karena pengaruh besarnya gaya horisintal (F H) yang bekerja paa moel. 3. Semakin besar berat pelampung i uara (W) maka gaya vertikal (Fv) semakin kecil an luas proyeksi silt screen (A P) yang terjai akan semakin kecil pula bila moel terkena arus (U), sehingga koefisien hambat (C D) yang terjai juga semakin kecil Saran Melihat ari hasil penelitian saat terkena arus terjai simpangan paa moel silt screen, maka perlu ilakukan penelitian lanjutan pengukuran simpangan yang terjai paa silt screen engan profil kecepatan arus an bentuk moel yang sama ari pengujian koefisien hambat yang telah ilakukan. 21

8 DAFTAR PUSTAKA 1. Chow, V.T, 1959, Open-Channel Hyraulics, McGraw-Hill, Kogakhusa. 2. Douhherty, R.L., Franzini, J. B., Finnemore, E. J., 1965, Flui Mechanics with Engineering Applications, McGraw-Hill, Kogakhusa. 3. Yuwono, N., 1994, Perencaan Moel Hiraulik, Lab. Hiraulik an Hirologi, PAU-Ilmu Teknik Universitas Gajah Maa, Yogyakarta. 4. Yuwono, N., Triatmaja, R., 1999, Uji Moel Gaya Gelombang Paa Bangunan Bawah Air, Kumpulan Naskah Ilmiah, Lab. Hiraulik an Hirologi, PAU-Ilmu Teknik Universitas Gajah Maa, Yogyakarta. 5. Yuwono, N., Triatmaja, R., 1999, Uji Moel Koefisien Gesek Antara Material Dasar Laut an Struktur Bangunan Bawah Air (Uner Water Sill), Kumpulan Naskah Ilmiah, Lab. Hiraulik an Hirologi, PAU-Iimu Teknik Universitas Gajah Maa, Yogyakarta. 6. Olson, R.M., Wright, S.J., 1993, Dasar-asar Mekanika Fluia Teknik, Eisi Kelima, Grameia Pustaka Utama, Jakrta. 7. Ranga Raju, K.G., 1981, Flow Through Open Channels, Tata McGraw-Hill Co., New Delhi. 8. Triatmojo, B., 1996, Hiraulika I, Beta Offset, Yogyakarta. 9. Triatmojo, B., 1996, Hiraulika II, Beta Offset, Yogyakarta. 10. Triatmojo, B., 1996, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta. 11. Yulistiyanto, B., 2001, Diktat Kuliah Dinamika Fluia. 22

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR. 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1.

BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR. 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1. BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 4.1. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis akan merancang geung hotel 7 lantai an 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat paa gambar 4.1 : Gambar

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Jurusan Matematika FMIPA IPB UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Sabtu, 4 Maret 003 Waktu : jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 10 1. Tentukan: (a) (b) x sin x x + 1 ; x (cos (x 1)) :. Diberikan fungsi

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS BAB I PERENCANAAN TEKNIS I.1. Umum Paa Bab telah ipilih satu alternatif jalur penyaluran an sistem pengolahan air buangan omestik Ujung Berung Regency. Paa bab ini akan itentukan imensi jaringan pipa,

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi Hukum oulomb a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar, iharapkan ana apat: - menjelaskan hubungan antara gaya interaksi ua muatan listrik, besar muatan-muatan, an jarak pisah

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD an JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD YOSEPHINA NOVALIA NRP : 0521034 Pembimbing : Ir. Ibrahim Surya, M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2 .3 Perbaningan Putaran an Perbaningan Roagigi Jika putaran roagigi yang berpasangan inyatakan engan n (rpm) paa poros penggerak an n (rpm) paa poros yang igerakkan, iameter lingkaran jarak bagi (mm) an

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai Penggunaan Persamaan Penekatan Untuk panjang gelombang pantai Nizar Acma Program Stui Teknik Sipil, Universitas Janabara Yogyakarta, Jl.Tentara Rakyat Mataram 35-37 Yogyakarta Email: nizarachma@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc BAB KAPASITOR ontoh 5. Definisi kapasitas Sebuah kapasitor 0,4 imuati oleh baterai volt. Berapa muatan yang tersimpan alam kapasitor itu? Jawab : Kapasitas 0,4 4 0-7 ; bea potensial volt. Muatan alam kapasitor,,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Jurnal J-Ensitec: Vol 0 No. 0, Mei 06 RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Gugun Gunai, Asep Rachmat, Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro

Lebih terperinci

Pendahuluan Definisi Aturan Problems DERIVATIVE (TURUNAN) Kus Prihantoso Krisnawan. November 18 th, Yogyakarta. Krisnawan Pertemuan 1

Pendahuluan Definisi Aturan Problems DERIVATIVE (TURUNAN) Kus Prihantoso Krisnawan. November 18 th, Yogyakarta. Krisnawan Pertemuan 1 DERIVATIVE (TURUNAN) Kus Prihantoso Krisnawan November 18 th, 2011 Yogyakarta Garis Singgung Garis Singgung Kecepatan Sesaat Garis Singgung Garis Singgung Kecepatan Sesaat Garis Singgung Garis Singgung

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai engan persetujuan ari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat 812/TA/FTS/UKM/III/2004 tanggal 9 Februari 2004, engan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.

Lebih terperinci

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2 11/4/011 1 11/4/011 KOHERENSI koheren : memiliki θ yang tetap (tiak berubah terhaap waktu) θ = π y 1 y θ = 0 y 1 y 11/4/011 INTERFERENSI CELAH GANDA G G T 4 T 3 T G T 1 T pusat T 1 G T T 3 T 4 Cahaya bersifat

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF 31 419 Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR

ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR J. Sains MIPA, Agustus 8, Vol. 14, No., Hal.: 17-113 ISSN 1978-1873 ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR Roniyus Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung Banar Lampung 35145 Inonesia

Lebih terperinci

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI PERTEMUAN an 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI MOMEN INERSIA? ILMU FISIKA Momen inersia aalah suatu ukuran kelemaman seuah partikel terhaap peruahan keuukan alam gerak lintasan rotasi Momen inersia aalah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

KAPASITOR. Pengertian Kapasitor

KAPASITOR. Pengertian Kapasitor 7/3/3 KAPASITOR Pengertian Kapasitor Dua penghantar berekatan yang imaksukan untuk iberi muatan sama tetapi berlawanan jenis isebut kapasitor. Sifat menyimpan energi listrik / muatan listrik. Kapasitas

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan Jurnal Graien Vol 8 No 1 Januari 2012:775-779 Penerapan Aljabar Max-Plus Paa Sistem Prouksi Meubel Rotan Ulfasari Rafflesia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN EMBUNG GUNUNG RANCAK 2, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG

PERENCANAAN EMBUNG GUNUNG RANCAK 2, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG LOGO PERENCANAAN EMBUNG GUNUNG RANCAK 2, Oleh : DIKA ARISTIA PRABOWO NRP : 3108 100 110 I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA III METODOLOGI IV ANALISA HIDROLOGI V ANALISA HIDROLIKA VI ANALISA STABILITAS TUBUH

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 PEMODEAN EMPIRIS COST 231-WAFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI INTASAN ANTENA RADAR DI PERUM PPNPI INDONESIA Ria

Lebih terperinci

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA 1. PENGETAHUAN DASAR a. Fungsi / Tujuan Sambungan Baja Suatu konstruksi bangunan baja aalah tersusun atas batang-batang baja yang igabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Sisi Elektrode Sangkar Delta pada Nilai Resistans Satu Batang Pentanah

Pengaruh Perubahan Sisi Elektrode Sangkar Delta pada Nilai Resistans Satu Batang Pentanah 462 Pengaruh Perubahan Sisi Elektroe Sangkar Delta paa Nilai Resistans Satu Batang Pentanah Harnoko Stephanus 1 Abstract Grouning ro is more practical than grouning plate or grouning strip. Grouning resistance

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini mengalami peningkatan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini mengalami peningkatan yang pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan unia usaha saat ini mengalami peningkatan yang pesat. Peningkatan itu isebabkan karena kebutuhan an keinginan konsumen yang semakin bervariasi. Aanya

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBESIAN PELAT FONDASI

TEKNIK PEMBESIAN PELAT FONDASI TEKNIK PEMBESIAN Hotma Prawoto Sulistyai Program Diploma Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gajah Maa 1 UPPER STRUCTURE Bagian bangunan yang beraa i atas permukaan tanah SUB STRUCTURE Bagian bangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A II LANASAN TEORI. MICRO ULE GENERATOR Micro ubble Generator (MG) aalah suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan gelembung uara i alam air engan ukuran iameter kurang ari 00 µm. Micro bubble apat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP KESTABILAN LERENG (KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PADANG)

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP KESTABILAN LERENG (KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PADANG) PENGARUH KADAR AIR TERHADAP KESTABILAN LERENG (KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PADANG) Silvianengsih Teknik Sipil Politeknik Negeri Paang E-mail: silvianengsih@rocketmail.com Liliwarti Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC

PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC PERILAKU KOMPONEN STRUKTUR LENTUR PROFIL I BERDASARKAN FORMULA AISC A. PENDAHULUAN. Aa ua kegagalan yang apat terjai paa komponen struktur lentur profil I yang mengelami lentur. Kegagalan pertama profil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tune mass amper (TMD) aalah sebuah alat atau instrument yang teriri ari suatu massa, kekakuan an sebuah amper (peream) yang empet atau menempel paa suatu struktur yang

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

BAB 6 P E G A S M E K A N I S

BAB 6 P E G A S M E K A N I S BAB 6 P E G A S M E K A N I S Pegas, aalah suatu elemen mesin yang memperoleh gaya bila iberi perubahan bentuk. Pegas mekanis ipakai paa Mesin untuk menesakan gaya, untuk menyeiakan lenturan an untuk menyimpan

Lebih terperinci

Kata kunci : model, numerik, 2 dimensi, genangan banjir, saluran

Kata kunci : model, numerik, 2 dimensi, genangan banjir, saluran Pengembangan Moel Erosi Bantaran Sungai Untuk Memoelkan Genangan Banjir Dengan Menggunakan Metoe Numerik Dimensi (Stui Kasus : Banjir Banang 006 Di Kabupaten Jember) Peneliti : Januar Fery Irawan 1, Syamsul

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH

SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH JAHARUDDIN Departemen Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Raya

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN EMBUNG BULAKAN UNTUK MEMENUHI KEKURANGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN EMBUNG BULAKAN UNTUK MEMENUHI KEKURANGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN EMBUNG BULAKAN UNTUK MEMENUHI KEKURANGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN Dafit Garsia, 2 Bambang Sujatmoko, 2 Rinali Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PEMODELAN Deskripsi Masalah

PEMODELAN Deskripsi Masalah PEMODELAN Deskripsi Masalah Sebelum membuat penjawalan perkuliahan perlu iketahui semua mata kuliah yang itawarkan, osen yang mengajar, peserta perkuliahan, bobot sks an spesifikasi ruang yang iperlukan.

Lebih terperinci

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk :

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk : PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PERSAMAAN DIFERENSIAL Suatu persamaan iferensial biasa ore n aalah persamaan bentuk : F n, ', '', ''',......, 0 Yang menatakan hubungan antara, fungsi () an turunanna ', '',

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Lereng

Analisis Stabilitas Lereng Analisis Stabilitas Lereng Lereng Slope Stability Dr.Eng.. Agus Setyo Muntohar, S.T.,M.Eng.Sc. Faktor Keamanan (Factor of Safety) Faktor aman (FS): nilai baning antara gaya yang menahan an gaya yang menggerakkan.

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL === TKNIK IITL === PRNNN RNKIN KOMINSIONL === Rangkaian logika atau igital apat ibagi menjai 2 bagian yaitu:. Rangkaian Kombinasional, aalah suatu rangkaian logika yang keaaan keluarannya hanya ipengaruhi

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS SURVEYING (CIV-04) PERTEMUAN : METODE PENGUKURAN LUAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevar Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaa Tangerang Selatan 54 MANFAAT PERHITUNGAN LUAS Pengukuran luas ini ipergunakan

Lebih terperinci

METODE VOLUME HINGGA UNTUK MENGETAHUI PENGARUH SUDUT PERTEMUAN SALURAN TERHADAP PROFIL PERUBAHAN SEDIMEN PASIR PADA PERTEMUAN SUNGAI

METODE VOLUME HINGGA UNTUK MENGETAHUI PENGARUH SUDUT PERTEMUAN SALURAN TERHADAP PROFIL PERUBAHAN SEDIMEN PASIR PADA PERTEMUAN SUNGAI Seminar Nasional Matematika an Peniikan Matematika METODE VOLUME HINGGA UNTUK MENGETAHUI PENGARUH SUDUT PERTEMUAN SALURAN TERHADAP PROFIL PERUBAHAN SEDIMEN PASIR PADA PERTEMUAN SUNGAI Fitriana Yuli Saptaningtyas

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

JARAK PARIT IRIGASI JALUR UNTUK TANAMAN PALAWIJA DAERAH IRIGASI BANJARCAHYANA, BANJARNEGARA

JARAK PARIT IRIGASI JALUR UNTUK TANAMAN PALAWIJA DAERAH IRIGASI BANJARCAHYANA, BANJARNEGARA JARAK PARIT IRIGASI JALUR UTUK TAAMA PALAWIJA DAERAH IRIGASI BAJARCAHYAA, BAJAREGARA Trench istance of furrow irrigation to crops plant Of banjarcahyana irrigation system, banjarnegara regency astain Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Permasalahan

I. PENDAHULUAN Permasalahan I. PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Sedimentasi di pelabuhan merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian. Hal tersebut menjadi penting karena pelabuhan adalah unsur terpenting dari jaringan moda

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI DAFTAR ISI ALAMAN JUDUL... i ALAMAN PENGESAAN... ii PERSEMBAAN... iii ALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMBANG... xiii INTISARI...

Lebih terperinci

TRYOUT 1 MATEMATIKA TAHUN 2012/2013

TRYOUT 1 MATEMATIKA TAHUN 2012/2013 TRYOUT 1 MTEMTIK THUN 12/1 Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. 6 + : 5 199 =. a. 456 c. 41 b. 41. 1 2. Sebuah rumah makan memerlukan air minum kemasan kaleng sebanyak 17 kaleng untuk hari. Harga 1 kaleng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi dan Waktu Penelitan Percobaan dilaksanakan pada Tangki uji gelombang di Laboratorium Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin. Gambar 3.1 III.2 Jenis Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Kontribusi Fisika Inonesia Vol. 13 No.3, Juli 00 Relasi Dispersi alam Panu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Abstrak Hengki Tasman 1) an E Soewono 1,) 1) Pusat Penelitian Pengembangan an Penerapan Matematika,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI RONGGA TERHADAP VARIASI DERAJAT KEVAKUMAN SEBAGAI ISOLATOR

OPTIMALISASI RONGGA TERHADAP VARIASI DERAJAT KEVAKUMAN SEBAGAI ISOLATOR OPTIMAISASI RONGGA TERHADAP VARIASI DERAJAT KEVAKUMAN SEBAGAI ISOATOR Mulyono Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Malang E-mail: mulyono@umm.ac.i Abstrak Material isolasi sering

Lebih terperinci

Bagian 3 Differensiasi

Bagian 3 Differensiasi Bagian Differensiasi Bagian Differensiasi berisi materi tentang penerapan konsep limit untuk mengitung turunan an berbagai teknik ifferensial. Paa penerapan konsep limit, Ana akan iperkenalkan engan konsep

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi Suaratno Suirham Diferensiasi Bahan Kuliah Terbuka alam format pf terseia i.buku-e.lipi.go.i alam format pps beranimasi terseia i.ee-cafe.org Pengertian-Pengertian 0-0 Kita telah melihat baha kemiringan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGGILING DAGING. Azwar Fathoni D3 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

PERANCANGAN MESIN PENGGILING DAGING. Azwar Fathoni D3 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya PERANCANGAN MEIN PENGGILING DAGING Azwar Fathoni D3 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri urabaya E-mail: azwarfathoni@gmail.com Buiharjo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Tujuan instruktusional khusus : Diharapkan mahasiswa apat memahami konsep iferensial an memanfaatkannya alam melakukan analisis bisnis an ekonomi yang berkaitan engan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan tempat dalam penelitian ini adalah Tempat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Loasi an Watu Penelitian 3.1.1 Loasi penelitian Loasi yang ijaian tempat alam penelitian ini aalah Tempat Pelelangan Ian (TPI) Kota Gorontalo. 3.1. Watu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian Studi penelitian yang telah dilakukan bersifat eksperimental di Kolam Gelombang Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut, Jurusan Teknik Kelautan FTK, ITS

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL)

TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL) TURUNAN FUNGSI (DIFERENSIAL) A. Pengertian Derivatif (turunan) suatu fungsi. Perhatikan grafik fungsi f( (pengertian secara geometri) ang melalui garis singgung. f( f( f(+ Q [( +, f ( + ] f( P (, f ( )

Lebih terperinci

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c Bab X 10.1 Zat murni aalah zat yang teriri atas sutau senyawa kimia tertentu, misalnya CO alam bentuk gas, cairan atau paatan, atau campuran aripaya, tetapi tiak merupakan campuran engan zat murni lain

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic Suaratno Suirham Stui Maniri Diferensiasi ii Darpublic BAB 3 Turunan Fungsi-Fungsi (3 (Fungsi-Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inersi, Logaritmik, Eksponensial 3.. Turunan Fungsi Trigonometri Jika maka

Lebih terperinci

KULIAH- 3 ELASTISITAS (Quantitative Demand Analysis)

KULIAH- 3 ELASTISITAS (Quantitative Demand Analysis) 1 KULIAH- 3 ELASTISITAS (Quantitative Deman Analysis) Telah kita pelajari bahwa permintaan suatu barang (eman) (Q ) : ipengaruhi oleh : Harga P, Harga barang substitusi/komplementer = P y, Income ari konsumen

Lebih terperinci

PERHITUNGAN NON REVENUE WATER ( NRW ) DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PDAM LEMATANG ENIM UNIT PELAYANAN PENDOPO KABUPATEN PALI (1)

PERHITUNGAN NON REVENUE WATER ( NRW ) DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PDAM LEMATANG ENIM UNIT PELAYANAN PENDOPO KABUPATEN PALI (1) Jurnal Desiminasi Teknologi, Vol.4 Nomor 1, Januari 216 ISSN 233-212X PERHITUNGAN NON REVENUE WATER ( NRW ) DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PDAM LEMATANG ENIM UNIT PELAYANAN PENDOPO KABUPATEN PALI

Lebih terperinci

matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Persija Persib baris

matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Persija Persib baris Kolom 1. Pengertian Matriks matriks A. PENGERTIAN MATRIKS Dalam kehiupan sehari-hari an alam matematika, berbagai keterangan seringkali isajikan alam bentuk matriks. Contoh 1: Hasil pertaningan grup I

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK KROMATOGRAFI ANULAR

PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK KROMATOGRAFI ANULAR PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK KROMATOGRAFI ANULAR Setyo Atmojo Pusat Teknologi Akselerator an Proses Bahan-BATAN Yogyakarta ABSTRAK ABSTRAK PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK KROMATOGRAFI ANULAR. Telah ilakukan

Lebih terperinci

Triwahyuni, et al., Optimalisasi Produksi Pada Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah...

Triwahyuni, et al., Optimalisasi Produksi Pada Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah... Triwahyuni, et al., Optimalisasi Prouksi Paa Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah.... 1 OPTIMALISASI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI DONNA JAYA BAROKAH JEMBER MELALUI PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING Prouction

Lebih terperinci