VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP"

Transkripsi

1 VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran. Sisi hulu lubang tersebut bisa tajam atau ibulatkan. Karena kemuahan alam pembuatan, lubang lingkaran engan sisi tajam aalah yang paling banyak igunakan untuk pengukuran zat cair. Menurut ukurannya lubang apat ibeakan menjai lubang kecil an besar. Paa lubang besar, apabila sisi atas ari lubang tersebut beraa i atas permukaan air i alam tangki, maka bukaan tersebut ikenal engan peluap. Peluap ini juga berfungsi sebagai alat ukur ebit aliran, an banyak igunakan paa jaringan irigasi. Peluap engan ukuran yang besar isebut benung, yang selain sebagai pengukur ebit, alam jaringan irigasi juga berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air. Tinjauan hiraulis benung aalah sama engan peluap. Peluap biasanya terbuat ari plat, seang benung terbuat ari beton atau pasangan batu. Kealaman zat cair isebelah hulu iukur ari sumbu lubang tersebut engan tinggi energi (hea). Paa aliran melalui lubang atau peluap, tinggi energi bisa konstan atau berubah karena aanya aliran keluar. Apabila tinggi energi konstan maka aliran aalah mantap (steay), seangkan jika tinggi energi berubah maka aliran aalah tak mantap (unsteay).

2 (a) (b) Gambar 8. Aliran melalui lubang (a) an peluap (b) 8.. Koefisien Aliran Partikel zat cair yang mengalir melalui lubang berasal ari segala arah. Karena zat cair mempunyai kekentalan maka beberapa partikel yang mempunyai lintasan membelok akan mengalami kehilangan tenaga. Setelah melewati lubang pancaran air mengalami kontraksi, yang itunjukkan oleh penguncupan aliran. Kontraksi maksimum terjai paa suatu tampang seikit isebelah hilir lubang, imana pancaran kurang lebih horisontal. Tampang engan kontraksi maksimum tersebut ikenal engan vena kontrakta.

3 C Vena kontrakta V c a a c Gambar 8. Vena kontrakta Paa aliran zat cair melalui lubang terjai kehilangan tenaga menyebabkan beberapa parameter aliran akan lebih kecil ibaning paa aliran zat cair ieal yang apat itunjukkan oleh beberapa koefisien, yaitu koefisien kontraksi, kecepatan, an ebit. Koefisien kontraksi (C c ) aalah perbaningan antara luas tampang aliran paa vena kontrakta (a c ) an luas lubang (a) yang sama engan tampang aliran zat cair ieal. C c a c / a Koefisien kontraksi tergantung paa tinggi energi, bentuk an ukuran lubang, an nilai reratanya aalah sekitar C c 0,64. Perbaningan antara kecepatan nyata aliran paa vena kontrakta (a c ) an kecepatan teoritis (V) ikenal engan koefisien kecepatan (C v ). kecepatan nyata paa vena kontrakta C v kecepatan teoritis C v V c / V

4 Nilai koefisien kecepatan tergantung paa bentuk ari sisi lubang (lubang tajam atau ibulatkan) an tinggi energi. Nilai rerata ari koefisien kecepatan aalah C v 0,97. Koefisien ebit (C ) aalah perbaningan antara ebit nyata an ebit teoritis : ebit nyata kecepatan nyata x luas nyata tampang aliran C ebit teoritis kecepatan teoritis x luas lubang C V c V a c x a C C v x C c Nilai koefisien ebit tergantung paa nilai C c an C v yang nilai reratanya aalah 0, Aliran melalui lubang 8... Lubang kecil Gambar 8. menunjukkan zat cair yang mengalir melalui lubang kecil ari suatu tangki. Pusat lubang terletak paa jarak ari muka air. Pertama kali ianggap zat cair aalah ieal. Tekanan paa lubang aalah atmosfer. Dengan menggunakan persamaan Bernoulli paa permukaan zat cair i kolam an i lubang, kecepatan zat cair paa titik tersebut apat ihitung. P V P z + + z + + γ g γ V g Oleh karena kecepatan i titik aalah nol an tekanan i titik an C aalah atmosfer, maka : 4

5 z z + V g ( z z ) g V g atau V g (8.) Rumus tersebut menunjukkan kecepatan aliran teoritis paa zat cair ieal. Paa zat cair riil, terjai kehilangan tenaga yang isebabkan oleh kekentalan (aanya vena kontrakta). Untuk itu perlu imasukkan koefisien kecepatan (C v ), sehingga : V C V C g (8.) c c v V c Y C X Gambar 8. Lubang kecil Debit aliran aalah Q a c V c imana a c aalah luas tampang aliran i vena kontrakta. Luas penampang paa titik C aalah lebih kecil ari luas lubang. Dengan memperhitungkan koefisien kontraksi : C c a c / a 5

6 atau a c C c a Maka ebit aliran menjai : Q a c V c C c a C v g atau Q C a g (8.) Dimana C aalah koefisien ebit. Persamaan (8.) apat igunakan untuk mengukur ebit aliran untuk semua zat cair an berbagai bentuk lubang kecil. Tetapi koefisien C harus itentukan melalui percobaan. Contoh Air mengalir melalui lubang engan iameter 5 cm an tinggi energi 0 m. itung ebit nyata an kecepatan nyata paa vena kontrakta apabila C 0,6 an C v 0,9. Penyelesaian Luas lubang : a ¼ π (0,05) 0,00965 m Debit teoritis : Q t a V a g 0,00965 x x 9,8 x 0 0,075 m /tk 7,5 l/tk Debit nyata : Q C Q t 0,6 x 7,5 6,5 l/tk Kecepatan teoritis : V t g x 9,8 x 0 4,0 m/tk Kecepatan nyata : V C v V t 0,9 x 4,0,6 m/tk 6

7 Contoh Suatu lubang berbentuk lingkaran engan iameter,5 cm beraa paa sisi tegak tangki. Tinggi muka air i atas pusat lubang aalah,00 m. Lintasan pancaran air melalui suatu titik yang terletak paa jarak horisontal 5 cm an vertikal ke bawah sebesar,5 cm ari pusat vena kontrakta. Debit aliran yang iperoleh engan mengukur air yang tertampung i alam tangki aalah,5 l/tk. Tentukan koefisien kecepatan, koefisien ebit, an koefisien kontraksi lubang. Penyelesaian Garis horisontal yang melalui pusat lubang ianggap sebagai garis refensi. Apabila kecepatan paa vena kontrakta aalah V, maka : x V t an y ½ gt Eliminasi t ari keua persamaan i atas akan menghasilkan : y g x V V g x y atau g x V () y Koefisien kecepatan iberikan oleh rumus : V C v () g 7

8 Substitusi persamaan () ke alam persamaan () akan menghasilkan : C Debit teoritis : g x y g x 4 y 0,5 4 x 0,05 x v 0,95 Q t a V ¼ π D g ¼ π (0,05) x 9,8 x,0 0,07 m /tk Debit nyata : Q 0,005 m /tk Koefisien ebit : C (Q / Q t ) (0,005 / 0,007) 0,6 Oleh karena : C C c x C v Maka : C c C / C v (0,6 / 0,95) 0, Lubang terenam Apabila permukaan zat cair paa lubang keluar aalah i atas sisi atas lubang, maka lubang isebut terenam. Gambar 8.4 menunjukkan lubang terenam imana elevasi permukaan zat cair isebelah hulu an hilir terhaap sumbu lubang aalah an. Dengan menggunakan persamaan Bernoulli antara titik an yang beraa paa sumbu lubang, maka : P V P z + + z + + γ g γ V g Oleh karena : z z, V 0, P / γ, an P / γ Maka : V g Atau : V g ( ) Debit nyata aliran melalui lubang aalah : 8

9 Q C a g ( ) atau engan : Q C a g (8.4) C a : koefisien ebit : luas tampang lubang : selisih elevasi muka air i hulu an hilir lubang Koefisien kontraksi an koefisien ebit lubang terenam apat ianggap sama engan lubang bebas. Gambar 8.4 Lubang terenam 8... Lubang besar Dipanang lubang besar berbentuk segi empat engan lebar b an tinggi (gambar 8.5 ) yang melewatkan ebit aliran secara bebas ke uara luar (tekanan atmosfer). Elevasi permukaan zat cair i alam kolam aalah konstan sebesar 9

10 ari sumbu lubang. Distribusi kecepatan paa vena kontrakta CC aalah sebaning engan akar kealaman paa setiap titik. C b h h c C b c Gambar 8.5 Lubang besar Debit aliran melalui lubang apat ihitung engan memanang aliran melalui suatu elemen kecil engan lebar b an tinggi ata hujan yang beraa paa kealaman h ari permukaan zat cair. Kecepatan aliran melalui elemen tersebut aalah : V C v gh Debit aliran melalui elemen aalah : Q C b h gh Untuk menapatkan ebit aliran melalui lubang, maka persamaan i atas iintegrasikan, sehingga : Q C b g h h C b g h 0

11 ( ) Q C b g (8.5) Apabila zat cair mempunyai kecepatan atang V o maka persamaan (8.5) menjai : V V o o Q C b g + g + (8.6) g Apabila elevasi permukaan zat cair sebelah hilir beraa i atas sisi atas lubang maka aliran isebut melalui lubang terenam (gambar 8.6.a). Paa konisi ini penurunan rumus ebit aliran ilakukan seperti paa lubang kecil yang terenam. Rumus ebit aliran melalui lubang besar yang terenam aalah : ( ) g Q C Lubang bebas Lubang Terenam Gambar 8.6 Aliran melalui lubang terenam (a) an terenam sebagian (b) Apabila elevasi muka air hilir beraa i atas sisi bawah lubang an i bawah sisi atas maka aliran isebut melalui lubang terenam sebagian (gambar 8.6.b). Analisanya merupakan gabungan antara aliran melalui lubang terenam

12 an lubang bebas. Rumus ebit aliran melalui lubang besar yang terenam sebagian aalah : Q Q + Q (8.7) ( bebas) ( terenam) ( ) Q C g (8.8) ( ) g Q C b (8.9) Contoh Lubang besar berbentuk segi empat engan lebar,0 m an kealaman 0,5 m mengalirkan air ari suatu tangki. Apabila elevasi muka air i alam tangki aalah 5,0 m i atas sisi atas lubang, hitung ebit aliran. Koefisien ebit 0,6. Penyelesaian 5,0 m 5,0 + 0,5 5,5 m Debit aliran apat ihitung engan rumus : Q Q Contoh 4 ( ) C g x 0,6 x,0 x 9,8 5,5 5,0,044 m /tk Lubang besar berbentuk segi empat engan lebar,0 m an tinggi 0,5 m. Elevasi muka air i sebelah hulu lubang aalah,0 m i atas sisi atas lubang. Aliran aalah terenam engan elevasi muka air isebelah hilir aalah,0 m i atas sisi atas lubang. Koefisien ebit 0,6. itung ebit aliran.

13 Penyelesaian,0 m,0 + 0,5,5 m,0,0,0 m Debit aliran ihitung engan rumus : ( ) g Q C b (,5,0) x 9,8 x,0,7 m /tk Q 0,6 x,0 x Contoh 5 itung ebit aliran melalui lubang engan lebar,0 m an tinggi,0 m. Elevasi muka air paa sisi hulu aalah,0 m i atas sisi atas lubang an elevasi muka air hilir aalah m i atas sisi bawah lubang. Koefisien ebit 0,6. Penyelesaian,0 m,0 +,0 5,0 m,0 +,0 4,0 m Aliran melalui setengah tinggi lubang bagian atas apat itinjau sebagai lubang bebas, seangkan setengah bagian bawah aalah aliran tergenang, sehingga ebit aliran aalah : Q Q + Q ( bebas) ( terenam ) Q x 0,6 x Q x 9,8 4 0,6 x x x 9,8 x 4,0 m 0, m /tk /tk

14 Sehingga Q total aalah : Q Q + Q 0, +,0, m /tk 8.4. Aliran melalui satu tangki Dipanang suatu tangki engan tampang lintang seragam A yang mengalirkan zat cair melalui lubang engan luas a yang terletak paa asarnya seperti itunjukkan alam gambar 8.7. h h Gambar 8.7 Lubang i bagian bawah Tangki Paa suatu saat permukaan zat cair i alam tangki aalah paa ketinggian h i atas lubang. Kecepatan aliran paa saat tersebut aa : V C v gh Dan ebit aliran aalah : Q C a gh Dalam suatu interval waktu t volume zat cair yang keluar ari tangki aalah : V Q t 4

15 V C a gh t (8.0) Selama interval waktu t tersebut permukaan zat cair turun sebesar h sehingga pengurangan volume zat cair i alam tangki aalah : V A h (8.) Tana negatif menunjukkan aanya pengurangan volume karena zat cair keluar melalui lubang. Dengan menyamakan keua bentuk perubahan volume zat cair tersebut (persamaan 8.0 an 8.), maka i apat bentuk berikut ini : - A h C a gh t atau A t h h C a g Waktu yang iperlukan untuk menurunkan zat cair ari ketinggian menjai i apat engan mengintegrasikan persamaan i atas engan batas ke. A t t h C a g A t C a g ( ) h C A a h g Oleh karena lebih besar ari maka : ( ) A t (8.) C a g Apabila tangki ikosongkan maka 0 sehingga persamaan (8.) menjai : A t (8.) C a g 5

16 Contoh 6 Kolam renang engan panjang 0 m an lebar 0 m mempunyai kealaman air,5 m. Pengosongan kolam ilakukan engan membuat lubang seluas 0,5 m yang terletak iasar kolam. Koefisien ebit 0,6. itung waktu yang iperlukan untuk mengosongkan kolam. Penyelesaian Luas kolam renang : A 0 x 0 00 m Luas lubang : a 0,5 m Kealaman air awal :,5 m Waktu yang iperlukan untuk mengosongkan kolam ihitung engan persamaan (9.) : A t C a g x 00 x,5 0,6 x 0,5 x 7,6 tk menit 5,6 tk x 9,8 Contoh 7 Tangki engan luas tampang 5 m mempunyai lubang berbentuk lingkaran engan iameter 0 cm. Sebelum terjai pengaliran melalui lubang, elevasi muka air aalah 0 m i atas lubang. itung elevasi muka air setelah pengaliran selama 5 menit. Koefisien ebit 0,6. Penyelesaian Luas lubang : a ¼ π (0,) 0, m Penurunan muka air setelah pengaliran selama 5 menit apat ihitung engan rumus : 6

17 A t C a g 5 x 60 ( ) x 5 0 0,6 x 0, x x 9,8 6,6 m Contoh 8 Turunkan bentuk persamaan waktu yang iperlukan untuk menurunkan/menaikkan permukaan zat cair i alam tangki engan tampang lintang seragam A. Luas lubang yang terletak paa asar tangki aalah a. Selain mengeluarkan zat cair melalui lubang, tangki tersebut menerima masukan zat cair engan ebit aliran Q. Penyelesaian Misalkan paa permukaan zat cair h i atas lobang ebit aliran melalui lubang aalah lebih kecil ari ebit masukan, sehingga permukaan zat cair i alam tangki akan naik. Akan i cari waktu yang iperlukan untuk menaikkan permukaan zat cair ar menjai. Debit aliran melalui lubang : q C a gh K h Dalam satu interval waktu t pertambahan volume i alam tangki aalah : V ( Q q) t ( Q K h )t Selama waktu t tersebut permukaan zat cair i alam tangki naik sebesar h sehingga pertambahan volume aalah : 7

18 V A h Dengan menyamakan keua bentuk perubahan volume i atas maka : A h t () Q K h Misalkan : y Q K h () Diferensial persamaan () terhaap h : K y h h atau h h y () K Persamaan () apat i tulis alam bentuk berikut : h y Q (4) K Substitusi persamaan (4) ke alam persamaan () menjai : ( Q - y) y h (5) K Substitusi nilai h ari persamaan (5) ke alam persamaan () akan i apat : [ ( Q y) / K y] K[ ( y Q) / K] ( Q y) y A ( Q y) y t A A Q K Q + K y K Q K y atau A Q t y K y Integrasi ari persamaan i atas akan i apat waktu yang iperlukan untuk menaikkan zat cair ari menjai. 8

19 A t t K A t Q ln Q K K Q A y y y K [ ( h ) ( Q K )] h Penyelesaian ari bentuk i atas aalah : t A Q K Q ln K Q K + K [ Q ln y ] ( ) Elevasi permukaan zat cair i alam tangki akan konstan apabila q Q Aliran melalui ua tangki Apabila ua buah tangki yang berisi zat cair ihubungkan oleh sebuah lubang, maka zat cair akan mengalir ari tangki engan permukaan zat cair lebih tinggi menuju tangki engan permukaan zat cair lebih renah. Dengan emikian permukaan zat cair i alam satu tangki akan turun seang tangki yang lain akan naik. Misalkan luas tampang keua tangki aalah A an A seperti yang itunjukkan alam gambar 8.. Lubang antara ua tangki aalah terenam. Akan icari waktu yang iperlukan oleh perbeaan permukaan zat cair i keua tangki ari menjai. Misalkan paa suatu saat perbeaan elevasi permukaan zat cair i keua kolam aalah maka ebit aliran aalah : Q C a g Dalam satu interval waktu t volume zat cair yang mengalir aalah : 9

20 A A h y a Gambar 8.8 Aliran melalui lubang i antara ua tangki V Q t V C a g t (8.4) Selama waktu t tersebut permukaan zat cair i tangki I turun sebesar h. Kenaikkan permukaan zat cair i kolam II selama waktu t aalah : A y h A Perubahan selisih permukaan zat cair i keua tangki aalah : A h A A + A h h A atau A h A + A 0

21 Pengurangan volume air i kolam I alam waktu t aalah : V A h atau A A V (8.5) A + A Dengan menyamakan persamaan (9.4) an (9.5) akan iperoleh : C a A A g t A + A atau A A - t C a g ( A + A ) Integrasi ari persamaan tersebut i atas engan batas sampai : A A t t C a + ( A A ) g - t C t C a a A ( A + A ) A A ( A + A ) A g g ( ) atau t ( A + A ) ( ) (8.6) C a A A g 8.6. Peluap Peluap iefinisikan sebagai bukaan paa salah satu sisi kolam atau tangki, sehingga zat cair (biasanya air) i alam kolam tersebut melimpas i atas

22 peluap. Peluap ini serupa engan lubang besar imana elevasi permukaan zat cair isebelah hulu lebih renah ari sisi atas lubang (gambar 8..b). Lapis zat cair yang melimpas i atas ambang peluap isebut engan tinggi peluapan. Peluap biasanya igunakan untuk mengukur ebit aliran. Di alam bangunan irigasi peluap itempatkan paa saluran irigasi yang berfungsi untuk mengukur ebit aliran melalui saluran. Berasarkan bentuk puncaknya peluap bisa berupa ambang tipis atau ambang lebar. Peluap isebut ambang tipis apabila tebal peluap t < 0,5 an isebut ambang lebar apabila t > 0,66. Apabila 0,5 < t < 0,66 keaaan aliran aalah tiak stabil imana apat terjai konisi aliran melalui peluap ambang tipis atau ambang lebar. Gambar 8.4.a aalah peluap ambang tipis, yang teriri ari plat tipis engan puncak tajam. Seang gambar 8.4.b aalah peluap ambang lebar, bagian hulu ari puncaknya bisa berbentuk siku atau ibulatkan. t t Gambar 8.9 Peluap ambang tipis (a) an lebar (b)

23 Apabila panjang peluap sama engan lebar kolam atau saluran isebut peluap tertekan. Peluap tertekan biasanyaberbentuk segi empat. Peluap ini tiak mengalami kontraksi samping. Apabila panjang peluap tiak sama engan lebar kolam atau saluran, maka peluapan mengalami kontraksi samping. Peluap tipe ini isebut peluap engan kontraksi samping. Gambar 8.0 Peluap tertekan an kontraksi samping Menurut elevasi muka air i hilir, peluap bisa ibeakan menjai peluap terjunan (sempurna) an peluap terenam (tak sempurna). Peluap isebut terjunan apabila muka air hilir i bawah puncak peluap, seang peluap terenam apabila muka air hilir i atas puncak peluap. Gambar 8. Peluap terjunan (a) an terenam (b)

24 Menurut bentuknya peluap bisa ibeakan menjai peluap segi empat, segi tiga, trapesium (gambar 8.7). Masing-masing tipe peluap mempunyai bentuk persamaan aliran yang berbea. B b b Gambar 8. Peluap segi empat (a), segi tiga (b), an trapesium (c) Debit aliran melalui peluap segi empat Dipanang suatu peluap segi empat imana air mengalir (gambar 8.). Dalam gambar tersebut aalah tinggi peluapan (tinggi air i atas ambang peluap), b aalah lebar peluap an C aalah koefisien ebit. Dipanang suatu pias horisontal air setebal h paa kealaman h ari muka air. h h b Gambar 8. Peluap segi empat Dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik an (paa pias) maka : 4

25 P V P z + + z + + γ g γ V g Apabila isebelah hulu peluap berupa kolam besar sehingga V 0 an tekanan paa pias aalah atmosfer maka : atau z z V g V g ( z z ) g h Luas pias aalah : A b h Debit melalui pias : Q V A g h b h b g h h Dengan memasukkan koefisien ebit, maka ebit aliran : Q C b g h h Debit total melalui seluruh peluap apat ihitung engan mengintegralkan persamaan i atas ari h 0 paa muka air sam pai h paa puncak ambang. Q C b g 0 h h C b g h 0 Q C b g (8.7) Apabila air yang melalui peluap mempunyai kecepatan awal maka alam rumus ebit tersebut tinggi peluapan harus itambah engan tinggi kecepatan h a V /g. Sehingga ebit aliran menjai : (( + h ) ) a h a Q C b g (8.8) 5

26 hav /g V Gambar 8.4 Peluap segi empat engan kecepatan awal Contoh 9 Peluap segi empat engan lebar,5 m mempunyai tinggi peluapan 40 cm. Carilah ebit peluapan apabila koefisien ebit 0,6. Penyelesaian Q C b g x 0,6 x,5 x 9,8 x ( 0,40),58 m /tk Contoh 0 Peluap engan panjang 0,8 m i bangun paa saluran segi empat engan ebit aliran,0 m /tk. Apabila koefisien ebit 0,6 berapakah tinggi peluapan. Penyelesaian Q C b g x 0,6 x 0,8 x x 9,8,465 0,775 m 6

27 8.6.. Debit melalui peluap segitiga Gambar 8.5 menunjukkan peluap segitiga, i atas mana air mengalir melalui peluap tersebut. Tinggi peluapan aalah an suut peluap segitiga aalah α. Dari gambar tersebut lebar muka air aalah : B h α h b Gambar 8.5 Peluap segitiga Dipanang suatu pias setebal h paa jarak h ari muka air, panjang pias tersebut aalah : b (-h) tg α/ Luas pias : a (-h) tg α/ h Kecepatan air melalui pias : V gh Debit aliran melalui pias : Q C a gh C (-h) tg α/ h gh Integrasi persamaan tersebut untuk menapatkan ebit aliran melalui peluap : 7

28 Q C tg α/ g ( h h) h 0 / h / Q C tg α/ g h h 0 / h Q C tg α/ g Q C tg α/ g h / 5 / h / 5 / 0 Q 8/5 C tg α/ g 5/ (8.9) Apabila suut α 90o, C 0,6 an percepatan gravitasi g 9,8 m/tk maka ebit aliran : Q,47 5/ (8.0) yang memberikan bentuk rumus lebih seerhana. Contoh Peluap segitiga engan suut α 90o igunakan untuk mengukur ebit aliran. Apabila tinggi peluapan 5 cm an C 0,6 maka hitunglah ebit aliran. Penyelesaian Dengan menggunakan rumus (9.9) ebit aliran aalah : Q 8/5 C tg α/ g 5/ 8/5 0.6 tg 45 0 x9,8 (0,5) 5/ 0,04577 m /et 8

29 8.6.. Debit aliran melalui peluap trapesium Peluap trapesium merupakan gabungan ari peluap segiempat an ua peluap segitiga (gambar 8.6). Dengan emikian ebit aliran melalui peluap etr aalah jumlah ari ebit melalui peluap segiempat an peluap segitiga. α/ b Gambar 8.6 Peluap trapesium Q / C b g / + 8/5 C tg α/ g 5/ (8.) engan : : tinggi peluapan C : koefisien ebit bagian segiempat C : koefisien ebit bagian segitiga b α : lebar bagian segiempat : suut antara sisi peluap engan garis vertikal Contoh Peluap berbentuk trapesium engan lebar bagian atas,0 m, lebar asar 0,45 m an tinggi 0, m. itung ebit aliran melalui peluap jika tinggi peluapan 9

30 0,5 m. Koefisien ebit bagian segitiga an segiempat aalah sama, yaitu C 0,60. Penyelesaian Dari bentuk peluap ihitung : Debit aliran ihitung engan rumus (8.) : Q / C b g / + 8/5 C tg α/ g 5/ Q / C 0,45 x9,8 (0,5) / + 8/5 C tg α/ g 5/ Q / 0,6 x 0,45 x9,8 (0,5) / + 8/5 0,6 x,5 x (0,5) 5/ Q 0,76 m /et Debit aliran melalui peluap ambang lebar Peluap isebut ambang lebar apabila t > 0,66 engan t aalah tebal peluap an aalah tinggi peluapan. Dipanang peluap ambang lebar seperti paa gambar 8.7 titik A an B aalah ujung hulu an hilir ari peluap. Tinggi air i atas peluap paa titik A aalah seang paa titik B aalah h an b aalah lebar peluap (panjang alam arah melintang saluran). Aplikasi persamaan Bernoulli paa titik A an B Dengan V aalah kecepatan aliran paa sisi hilir peluap. Dari persamaan tersebut apat itentukan kecepatan aliran V : V h g 0

31 atau V g(-h) h A B Gambar 8.7 Peluap ambang lebar Debit aliran : Q C b h V C b h g ( h) ( h h ) Q C b g x (8.) Dari persamaan i atas terlihat bahwa ebit aliran akan maksimum apabila nilai (h h ) maksimum, yang iperoleh engan meniferensialkan persamaan Q an kemuian menyamakan engan nol. ( h h ) 0 Q C b g h h h h ( h h ) 0 h h 0 h 0

32 atau h ⅔ Substitusi ari nilai h tersebut ke alam persamaan (9.) akan memberikan : Q maks C b g Q maks C b g Q C maks b g 4 7 Q maks C b g Q maks C b g maks Q 0,84 C b g (8.) Untuk percepatan gravitasi g 9,8 m/tk Q 0,84 C maks b x 9,8 atau Q maks,7 C b / (8.4) Contoh 4 Benung ambang lebar engan panjang 0 m mengalirkan air engan ebit maksimum 0 m /tk. Tentukan tinggi peluapan paa sisi hulu benung apabila koefisien ebit 0,6. Penyelesaian

33 Dengan menggunakan rumus (8.4) Q maks,7 C b / 0,7,x 0,6 x 0 x / 0,96 m Contoh 5 Tentukan ebit maksimum melalui peluap ambang lebar sepanjang 60 m engan tinggi peluapan sebesar 60 cm i atas ambang. Koefisien ebit aalah 0,595. Tentukan juga ebit aliran apabila iperhitungkan kecepatan awal jika luas tampang saluran isebelah hulu peluap aalah 45 m. Penyelesaian Tanpa kecepatan awal Dengan menggunakan rumus : Q maks,7 C b /,7,x 0,595 x 60 x 0,6 / 8,7 m /tk Dengan kecepatan awal Kecepatan awal : V Q / A 8,7 / 45 0,6 m/tk Tinggi kecepatan : h ( 0,6) a V g x 9,8 0,0 m Dengan menggunakan rumus : Q maks,7 C b (( + h a ) / h a / ),7,x 0,595 x 60 x ((0,6 + ) / 0,0 / ) 9,6 m /tk

34 Debit aliran melalui peluap terenam Apabila muka air isebelah hilir peluap beraa i atas puncak peluap, maka peluapan aalah tiak sempurna, an peluap isebut engan peluap terenam. Dalam gambar 8.8 tinggi muka air isebelah hulu peluap aalah, seang aalah tinggi muka air isebelah hilir peluap. Debit aliran aalah jumlah aliran melalui tinggi peluapan bebas sebesar ( ) an bagian aliran yang terenam engan tinggi peluapan. Jai : Q Q + Q Gambar 8.8 Debit aliran melalui peluap terenam Debit aliran paa peluapan bebas : Q ( ) C b g Debit aliran paa bagian peluapan terenam : Q ( ) C b g Sehingga : Q C ( ) b g + C b g ( ) (8.5) 4

35 Contoh 6 Peluap terenam engan panjang m mempunyai tinggi air isebelah hulu an hilir peluap sebesar 5 cm an 7,5 cm i atas puncak peluap. itung ebit aliran melalui peluap jika koefisien ebit untuk bagian yang bebas an terenam aalah 0,58 an 0,8. Penyelesaian Debit aliran total : Q Q + Q Dengan : Dan Q ( ) C b g Q x 0,58 x,0 x x 9,8 Q ( ) C b g ( 0,5 0,075) 0,0704 m /tk ( 0,5 0,075) 0,456 m /tk Q C 0,80 x,0 x 0,075 x x 9,8 x Jai ebit total aalah : Q 0, ,456 0,6 m/tk Contoh 7 Peluap ambang tipis engan tinggi 0,8 m beraa paa saluran segiempat engan lebar,0 m. Kealaman air i saluran aalah,5 m an paa jarak 0 m i hilir peluap kealaman air aalah,0 m. Tentukan ebit aliran. Penyelesaian Kealaman air isebelah hulu peluap terhaap puncaknya aalah : 5

36 ,5 0,8 0,45 m Kealaman air isebelah hilir peluap terhaap puncaknya aalah :,0 0,8 0, m Debit aliran paa peluapan bebas : Q ( ) C b g Q x 0,6 x x x 9,8 Debit aliran paa bagian peluapan terenam : Q ( ) C b g ( 0,45 0,) 0,664 m /tk ( 0,45 0,) 0,797 m /tk Q C 0,6 x x 0, x x 9,8 x Debit aliran total : Q Q + Q 0, ,797,46 m /tk 6

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP PENGERTIAN LUBANG : bukaan pada dinding atau dasar tangki dimana zat cair mengalir melaluinya. PELUAP : bukaan dimana sisi atas dari bukaan tersebut berada di atas permukaan

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin,

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin, BAB 2 LANDASAN TEORI Pusat listrik memiliki berbagai macam sumber tenaga, diantaranya adalah: 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc BAB KAPASITOR ontoh 5. Definisi kapasitas Sebuah kapasitor 0,4 imuati oleh baterai volt. Berapa muatan yang tersimpan alam kapasitor itu? Jawab : Kapasitas 0,4 4 0-7 ; bea potensial volt. Muatan alam kapasitor,,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Jurusan Matematika FMIPA IPB UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Sabtu, 4 Maret 003 Waktu : jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 10 1. Tentukan: (a) (b) x sin x x + 1 ; x (cos (x 1)) :. Diberikan fungsi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi Hukum oulomb a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar, iharapkan ana apat: - menjelaskan hubungan antara gaya interaksi ua muatan listrik, besar muatan-muatan, an jarak pisah

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA 1. PENGETAHUAN DASAR a. Fungsi / Tujuan Sambungan Baja Suatu konstruksi bangunan baja aalah tersusun atas batang-batang baja yang igabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai engan persetujuan ari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat 812/TA/FTS/UKM/III/2004 tanggal 9 Februari 2004, engan

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS BAB I PERENCANAAN TEKNIS I.1. Umum Paa Bab telah ipilih satu alternatif jalur penyaluran an sistem pengolahan air buangan omestik Ujung Berung Regency. Paa bab ini akan itentukan imensi jaringan pipa,

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A II LANASAN TEORI. MICRO ULE GENERATOR Micro ubble Generator (MG) aalah suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan gelembung uara i alam air engan ukuran iameter kurang ari 00 µm. Micro bubble apat

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

1.1. Sub Ruang Vektor

1.1. Sub Ruang Vektor 1.1. Sub Ruang Vektor Dalam membiarakan ruang vektor, tiak hanya vektoer-vektornya saja yang menarik, tetapi juga himpunan bagian ari ruang vektor tersebut yang membentuk ruang vektor lagi terhaap operasi

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

METODE MENGIKAT KEBELAKANG

METODE MENGIKAT KEBELAKANG METODE MENGIKAT KEBELAKANG Metoe mengikat ke belakang aalah menentukan suatu titik baru engan jalan mengaakan pengukuran suut paa titik yang tiak iketahui koorinatnya. Ketentuan yang harus ipenuhi aalah

Lebih terperinci

SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH

SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH SUATU FORMULASI HAMILTON BAGI GERAK GELOMBANG INTERFACIAL YANG MERAMBAT DALAM DUA ARAH JAHARUDDIN Departemen Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Raya

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

Formulasi Lentur BAB ANALSS KASUS LENTUR DAN GESER PADA BALOK ELASTS Suatu elemen balok ikatakan alam konisi lentur murni, jika balok tersebut menerima beban ang berupa momen lentur secara konstan tanpa

Lebih terperinci

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM Zat cair yang bergerak dapat menimbulkan gaya. Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair dapat dimanfaatkan untuk : - analisis perencanaan turbin - mesin-mesin hidraulis - saluran

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana. BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Intensitas Curah Hujan Menurut Joesron (1987: IV-4), Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu. Analisa intensitas

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic

Sudaryatno Sudirham. Studi Mandiri. Diferensiasi. Darpublic Suaratno Suirham Stui Maniri Diferensiasi ii Darpublic BAB 3 Turunan Fungsi-Fungsi (3 (Fungsi-Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inersi, Logaritmik, Eksponensial 3.. Turunan Fungsi Trigonometri Jika maka

Lebih terperinci

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2 .3 Perbaningan Putaran an Perbaningan Roagigi Jika putaran roagigi yang berpasangan inyatakan engan n (rpm) paa poros penggerak an n (rpm) paa poros yang igerakkan, iameter lingkaran jarak bagi (mm) an

Lebih terperinci

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk :

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk : PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PERSAMAAN DIFERENSIAL Suatu persamaan iferensial biasa ore n aalah persamaan bentuk : F n, ', '', ''',......, 0 Yang menatakan hubungan antara, fungsi () an turunanna ', '',

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi

Sudaryatno Sudirham. Diferensiasi Suaratno Suirham Diferensiasi Bahan Kuliah Terbuka alam format pf terseia i.buku-e.lipi.go.i alam format pps beranimasi terseia i.ee-cafe.org Pengertian-Pengertian 0-0 Kita telah melihat baha kemiringan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Jurnal J-Ensitec: Vol 0 No. 0, Mei 06 RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Gugun Gunai, Asep Rachmat, Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

Aliran Lobang dan Peluap

Aliran Lobang dan Peluap TKS 4005 IDROLIKA DASAR / sks Aliran Loan an Peluap Ir Suroso, MEn, DiplE Dr En Alwafi Pujiraarjo Department Uniersity of Brawijaya Aliran Melalui Loan a atual Vena ontrator Tanki an aris aliran keluar

Lebih terperinci

Macam Aliran : Berdasarkan Cara Bergerak Partikel zat cair :

Macam Aliran : Berdasarkan Cara Bergerak Partikel zat cair : Mempelajari gerak partikel zat cair pada setiap titik medan aliran di setiap saat, tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak aliran di setiap saat, tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak tersebut.

Lebih terperinci

BAB 6 P E G A S M E K A N I S

BAB 6 P E G A S M E K A N I S BAB 6 P E G A S M E K A N I S Pegas, aalah suatu elemen mesin yang memperoleh gaya bila iberi perubahan bentuk. Pegas mekanis ipakai paa Mesin untuk menesakan gaya, untuk menyeiakan lenturan an untuk menyimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.

Lebih terperinci

PERENCANAAN EMBUNG GUNUNG RANCAK 2, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG

PERENCANAAN EMBUNG GUNUNG RANCAK 2, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG LOGO PERENCANAAN EMBUNG GUNUNG RANCAK 2, Oleh : DIKA ARISTIA PRABOWO NRP : 3108 100 110 I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA III METODOLOGI IV ANALISA HIDROLOGI V ANALISA HIDROLIKA VI ANALISA STABILITAS TUBUH

Lebih terperinci

BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN

BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN BAB VI. FUNGSI TRANSENDEN Fungsi Logaritma Natural Fungsi Balikan (Invers) Fungsi Eksponen Natural Fungsi Eksponen Umum an Fungsi Logaritma Umum Masalah Laju Perubahan Seerhana Fungsi Trigonometri Balikan

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS SURVEYING (CIV-04) PERTEMUAN : METODE PENGUKURAN LUAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevar Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaa Tangerang Selatan 54 MANFAAT PERHITUNGAN LUAS Pengukuran luas ini ipergunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Saluran Terbuka Saluran terbuka adalah salah satu aliran yang mana tidak semua dinding saluran bergesekan dengan fluida yang mengalir, oleh karena itu terdapat ruang bebas dimana

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Lereng

Analisis Stabilitas Lereng Analisis Stabilitas Lereng Lereng Slope Stability Dr.Eng.. Agus Setyo Muntohar, S.T.,M.Eng.Sc. Faktor Keamanan (Factor of Safety) Faktor aman (FS): nilai baning antara gaya yang menahan an gaya yang menggerakkan.

Lebih terperinci

BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR. 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1.

BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR. 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1. BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 4.1. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis akan merancang geung hotel 7 lantai an 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat paa gambar 4.1 : Gambar

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an

Lebih terperinci

3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial

3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial Darpublic Nopember 03.arpublic.com 3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial 3.. Turunan Fungsi Trigonometri Jika sin maka sin sin( + ) sin sin cos + cos sin sin Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD an JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD YOSEPHINA NOVALIA NRP : 0521034 Pembimbing : Ir. Ibrahim Surya, M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI PERTEMUAN an 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI MOMEN INERSIA? ILMU FISIKA Momen inersia aalah suatu ukuran kelemaman seuah partikel terhaap peruahan keuukan alam gerak lintasan rotasi Momen inersia aalah

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Tujuan instruktusional khusus : Diharapkan mahasiswa apat memahami konsep iferensial an memanfaatkannya alam melakukan analisis bisnis an ekonomi yang berkaitan engan masalah

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan i Kecamatan Leuwiliang ilakukan engan menggunakan metoe skalogram berbobot berasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN EMBUNG BULAKAN UNTUK MEMENUHI KEKURANGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN EMBUNG BULAKAN UNTUK MEMENUHI KEKURANGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN EMBUNG BULAKAN UNTUK MEMENUHI KEKURANGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN Dafit Garsia, 2 Bambang Sujatmoko, 2 Rinali Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat * Jurnal Matematika Murni an Terapan εpsilon ANALISIS MODEL PREDATOR-PREY TERHADAP EFEK PERPINDAHAN PREDASI PADA SPESIES PREY YANG BERJUMLAH BESAR DENGAN ADANYA PERTAHANAN KELOMPOK Mursyiah Pratiwi, Yuni

Lebih terperinci

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c Bab X 10.1 Zat murni aalah zat yang teriri atas sutau senyawa kimia tertentu, misalnya CO alam bentuk gas, cairan atau paatan, atau campuran aripaya, tetapi tiak merupakan campuran engan zat murni lain

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER Sujito, Implementasi Kenali PID alam Meningkatkan Kinerja Power System Stabilizer IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER SUJITO Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH Jurnal Matematika UNND Vol. 5 No. 4 Hal. 54 61 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIP UNND PENENTUN SOLUSI SOLITON PD PERSMN KDV DENGN MENGGUNKN METODE TNH SILVI ROSIT, MHDHIVN SYFWN, DMI NZR Program

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton )

BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG. Q = Beban kapasitas muatan dalam perencanaan ( 1 Ton ) BAB III PERENCANAAN PEMILIHAN TALI BAJA PADA ELEVATOR BARANG 3.1 Perencanaan Beban Total Paa Elevator Barang Q total = Q + WM + WO ( Persamaan 2.1.10 ) Q = Beban kapasitas muatan alam perencanaan ( 1 Ton

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF 31 419 Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS KNM XVI 3-6 Juli 01 UNPAD, Jatinangor ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS NANIK LISTIANA 1, WIDOWATI, KARTONO 3 1,,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PEMODELAN Deskripsi Masalah

PEMODELAN Deskripsi Masalah PEMODELAN Deskripsi Masalah Sebelum membuat penjawalan perkuliahan perlu iketahui semua mata kuliah yang itawarkan, osen yang mengajar, peserta perkuliahan, bobot sks an spesifikasi ruang yang iperlukan.

Lebih terperinci

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND HUBUNGAN ANTARA AERAH IEAL UTAMA, AERAH FATORISASI TUNGGAL, AN AERAH EEIN Eka Susilowati Fakultas eguruan an Ilmu Peniikan, Universitas PGRI Aibuana Surabaya eka50@gmailcom Abstrak Setiap aerah ieal utama

Lebih terperinci

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2 11/4/011 1 11/4/011 KOHERENSI koheren : memiliki θ yang tetap (tiak berubah terhaap waktu) θ = π y 1 y θ = 0 y 1 y 11/4/011 INTERFERENSI CELAH GANDA G G T 4 T 3 T G T 1 T pusat T 1 G T T 3 T 4 Cahaya bersifat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERER WM MULIFASA 3. enahuluan enelitian mengenai bentuk sinyal moulasi yang cocok untuk menghasilkan keluaan inete yang bekualitas baik telah lama ilakukan. Salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS SEMIRATA MIPAnet 27 24-26 Agustus 27 UNSRAT, Manao PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS TONAAS KABUL WANGKOK YOHANIS MARENTEK Universitas Universal Batam, tonaasmarentek@gmail.com,

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta FLUIDA DINAMIS Ada tiga persamaan dasar dalam hidraulika, yaitu persamaan kontinuitas energi dan momentum. Untuk aliran mantap dan satu dimensi persamaan energi dapat disederhanakan menjadi persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA. Penekatan Kalkulus: menefinisikan fungsi logaritma natural sebagai integral Panang sebuah fungsi yang iefinisikan engan menggunakan integral: (.) L(x) = t t. Dari Teorema

Lebih terperinci

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,

Lebih terperinci

Bagian 3 Differensiasi

Bagian 3 Differensiasi Bagian Differensiasi Bagian Differensiasi berisi materi tentang penerapan konsep limit untuk mengitung turunan an berbagai teknik ifferensial. Paa penerapan konsep limit, Ana akan iperkenalkan engan konsep

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Penulis Abstrak. Ketikkan Abstrak Ana i sini. Sebaiknya tiak lebih ari 250 kata. Abstrak sebaiknya menjelaskan

Lebih terperinci

( ) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO

( ) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO (0612225223) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO Jurnal Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fisika OLEH WAN

Lebih terperinci

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 PEMODEAN EMPIRIS COST 231-WAFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI INTASAN ANTENA RADAR DI PERUM PPNPI INDONESIA Ria

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Percobaan 1 Karakteristik Aliran di Atas Ambang Tajam Berbentuk Segi Empat Tujuan Alat yang Dipergunakan...

DAFTAR ISI. Percobaan 1 Karakteristik Aliran di Atas Ambang Tajam Berbentuk Segi Empat Tujuan Alat yang Dipergunakan... DAFTAR ISI Percobaan 1 Karakteristik Aliran di Atas Ambang Tajam Berbentuk Segi Empat... 1 1.1. Tujuan... 1 1.2. Alat yang Dipergunakan... 1 1.3. Dasar Teori... 2 1.4. Prosedur Percobaan... 3 1.5. Prosedur

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok II, Teknik Elektro, Unhas

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok II, Teknik Elektro, Unhas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika asar II merupakan matakuliah lanjutan ari matematika asar I yang telah ipelajari paa semester sebelumnya. Matematika asar II juga merupakan matakuliah pengantar

Lebih terperinci