PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA
|
|
- Suryadi Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 PEMODEAN EMPIRIS COST 231-WAFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI INTASAN ANTENA RADAR DI PERUM PPNPI INDONESIA Ria Oktavia Manalu 1, Aryanti 2, Sopian Soim Program Stui Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Jl Srijaya Negara, Bukit Besar, Ilir Barat 1, Kota Palembang, Sumatera Selatan Telp. (899) ABSTRAK Propagasi gelombang raio memegang peranan yang sangat penting untuk imengerti alam perencanaan sistem komunikasi wireless. Besarnya rugi-rugi lintasan (pathloss) yang terjai i sepanjang lintasan mempengaruhi kualitas sinyal yang ihasilkan i antena receiver. Oleh sebab itu besarnya rugi-rugi tersebut sangat mempengaruhi besarnya parameter isik, jarak, an rekuensi yang akan igunakan alam perencanaan sebuah sel. Penelitian ini ilakukan menggunakan moel empiris COST 231-Walisch Ikegami untuk mengestimasi besarnya Receive Signal evel i antena receiver raar sehingga apat itentukan posisi an jarak ieal antena raar yang terbaik. Moel ini ipilih karena tiak hanya menghasilkan besarnya harga pathloss sebagai output proses perhitungan, tetapi iperoleh juga rugi-rugi paa aerah kosong, rugi-rugi paa permukaan, an rugi-rugi iraksi paa atap-jalan an hamburan. Moel ini akan isimulasikan menggunakan perangkat lunak Matlab 7 untuk berbagai rekuensi, tinggi antena, an jarak. Dari penelitian ini apat isimpulkan bahwa jarak ieal posisi antena raar Perum PPNPI Inonesia aalah 5m. Kata Kunci: pathloss, wireless, Receive Signal evel, Moel COST 231-Walisch Ikegami. 1. PENDAHUUAN Pathloss merupakan rugi-rugi yang terjai i sepanjang jalur lintasan propagasi yang itanai engan aanya perbeaan level aya yang iterima oleh antena receiver terhaap level aya yang ipancarkan oleh antena transmitter. Pathloss isebabkan oleh aanya penghalang berupa geung-geung tinggi i antara antena transmitter an antena receiver (Triana & Pinem, 215). Pemoelan empiris pathloss sangat ibutuhkan bagi perencanaan pembangunan an pengembangan sistem komunikasi bergerak. Moel ini iperlukan untuk menganalisis konisi karakteristik propagasi, an mempreiksi level aya terima antena receiver, sehingga apat menunjang pembuatan sistem komunikasi engan kualitas pelayanan yang lebih baik. Penelitian tentang moel propagasi yang telah ilakukan sebelumnya ialah simulasi moel empiris pathloss Okumura-Hatta an moel COST 231 paa komunikasi selular (Hutauruk, 211) untuk mengetahui perbeaan perhitungan pathloss antara keua moel empiris tersebut. Selanjutnya, penelitian oleh (Sarjuin, 212) melakukan simulasi link buget paa komunikasi selular i aerah urban engan metoe Walisch-Ikegami. Dari hasil pengujian apat isimpulkan bahwa semakin besar rekuensi, maka nilai pathloss yang ihasilkan paa perhitungan i aerah urban akan semakin besar pula. Penelitian terkait engan menggunakan metoe yang sama, selanjutnya ilakukan oleh (Triana & Pinem, 215) untuk aplikasi triple ban i aerah urban metropolitan centre. Berasarkan latar belakang penelitian tersebut, belum aa penelitian terkait engan estimasi nilai pathloss menggunakan metoe COST 231-Walisch Ikegami berasarkan parameter antena raar yang igunakan i Perum PPNPI Inonesia. Paa penelitian kali ini akan mengestimasi rugi-rugi jalur lintasan antena raar i Perum PPNPI Inonesia engan melakukan pemoelan empiris propagasi pathloss. Moel empiris yang ijaikan sebagai acuan yaitu COST 231-Walisch Ikegami. Moel ini ipilih karena tiak hanya menghasilkan besarnya harga pathloss sebagai output proses perhitungan, tetapi iperoleh juga Rugi-rugi paa aerah kosong ( ), Rugi-rugi paa permukaan ( ms ), an Rugi-rugi iraksi paa atap-jalan an hamburan ( ). Parameter yang ibutuhkan paa penelitian ini aalah parameter isik antena raar berupa rekuensi (), tinggi antena transmitter (ht), tinggi antena receiver (hr), lebar jalan raya (W), jarak antar geung (b), suut (φ), serta tinggi geung termasuk atap (h roo ). Moel ini isimulasikan menggunakan perangkat lunak Matlab 7 yang hasilnya berupa graik harga pathloss terhaap ungsi jarak sebagai output proses perhitungan. Selain itu isertakan juga variasi hasil perhitungan pathloss terhaap ungsi rekuensi, an terhaap tinggi antena transmitter yang apat ijaikan sebagai bahan pertimbangan bagi pembuatan sistem komunikasi paa penelitian-penelitian selanjutnya. 2. TINJAUAN PUSTAKA Moel empiris COST 231-Walisch Ikegami merupakan moel yang igunakan untuk menyempurnakan perhitungan pathloss engan mempertimbangkan lebih banyak ata yang menggambarkan karakter aerah urban 221
2 PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 iantaranya: ketinggian geung (h roo ), lebar jalan (W), an jarak antar geung (b) (Susanto, 21). Parameter yang igunakan paa moel empiris COST 231-Walisch Ikegami apat ilihat paa Gambar 1 Gambar 1. Parameter Moel Empiris COST 231-Walisch Ikegami 2.1 Moel Empiris COST 231-Walisch Ikegami Moel empiris COST 231-Walisch Ikegami igunakan paa konisi jarak antara antena transmitter an aantena receiver ekat. Total pathloss untuk konisi OS (ine o Sight) engan moel ini apat ilihat paa Persamaan (1) Pathloss (B) = log()+2 log() (1) Untuk konisi non OS (aa obstacle), maka ormula pathloss yang igunakan apat ilihat paa Persamaan (2) Pathloss (B) = (2) Dengan : = ree space loss = iraksi atap geung engan jalan raya an scatter loss = multiscreen loss = log()+2 log() (3) = - 16,9 1 log(w) + 1 log() + 2 log(h roo hr)+ (4) Dengan : W = lebar jalan raya h roo = tinggi geung hr = tinggi antena receiver Orientasi ari jalan raya imasukkan ke alam rumus empiris sebagai aktor koreksi = -1 +,354 or φ 35 (5) = 2,5 +,75 or 35 φ 55 (6) = 4 -,114 or 55 φ 9 (7) Dengan φ aalah suut antara orientasi jalan raya engan arah ari sinyal alam satuan erajat, seangkan besarnya multiscreen loss aalah : = + + log() + log()-9 log(b) (8) = untuk ht h roo (9) =-18 (1+( ht- h roo ) untuk ht h roo (1) = 54 untuk ht h roo (11) = 54-,8 ( ht- h r ) or,6km an ht h roo (12) Ketergantungan nilai pathloss terhaap rekuensi an jarak ihitung menggunakan parameter an paa persamaan multiscreen loss i atas = 54-,8 ( ht- h r ) /,5 or,5km an ht h roo (13) = 18 untuk ht h roo (14) 222
3 PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 K =18-15 ht hr untuk ht h roo hr ht (15) = -4 +,7 (/925-1) or meium size city (16) K K = ,5 (/925-1) or metropolitan centers (17) Parameter yang igunakan paa metoe COST 231-Walisch Ikegami apat ilihat paa Tabel 1 Tabel 1. Parameter Moel Empiris COST 231-Walisch Ikegami No Parameter Notasi Spesiikasi 1 F 2 Ht 3 4 Frekuensi Tinggi antena transmitter Tinggi antena receiver Jarak Hr 8-2MHz 4-5meter 1-3meter.2-5km 3. METODOOGI PENEITIAN Kajian yang igunakan paa penelitian ini aalah kajian yang bersiat kualitati an kuantitati, yang iasarkan paa stui literatur. Stui literature ilakukan untuk menapatkan hasil pembahasan mengenai moel propagasi empiris COST 231-Walisch Ikegami. Data sekuner yang ibutuhkan bersumber ari hanbook Perum PPNPI Inonesia, buku reerensi, jurnal, skripsi an berbagai ebook. Perhitungan an analisis ata yang ibutuhkan paa penelitian ini aalah parameter antena raar Perum PPNPI Inonesia. Perancangan simulasi ini ilakukan engan tahap-tahap proses seperti low chart paa Gambar 2 Mulai Masukkan parameter (rekuensi,tinggi antena transmitter an receiver) Hitung pathloss moel empiris COST 231-Walisch Ikegami Hitung nilai pathloss terhaap berbagai variasi parameter Hitung nilai pathloss terhaap parameter jarak Hitung pathloss terhaap parameter rekuensi Hitung pathloss terhaap parameter tinggi antena transmitter Tabel hasil perhitungan pathloss Analisa hasil perhitungan pathloss terhaap berbagai parameter Graik hasil perhitungan pathloss Selesai Gambar 2. Flow Chart Pathloss Moel empiris COST 231-Walisch Ikegami 4. HASI DAN PEMBAHASAN Penelitian ini ilakukan engan melakukan perhitungan sesuai engan ormula moel empiris COST 231- Walisch Ikegami. Parameter yang igunakan sebagai bahan unjuk kerja aalah parameter antena raar i Perum PPNPI Inonesia yaitu: Frekuensi Carrier ()= 13MHz, Tinggi antena transmitter (ht)= 2meter, Tinggi antena receiver (hr)= 2meter. Seangkan untuk parameter lainnya iasumsikan ata mengikuti moel empiris 223
4 PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 COST 231-Walish Ikegami engan lebar jalan raya (W) =15m, jarak antar geung (b) =3m, suut (φ) =9, serta tinggi geung termasuk atap ( h roo ) =3m. 4.1 Penyelesaian Perhitungan Pathloss Terhaap Parameter Jarak Dari ormula empiris COST 231-Walisch Ikegami paa Persamaan (2) Pathloss (B) = + + = log()+2 log() = log()+2 log(13) = log() = - 16,9 1 log(w) + 1 log() + 2 log(h roo hr)+ = - 16,9 1 log(15) + 1 log(13)+ 2 log(3 2)+ = ms ms ms = - 3,411+ ori = 4 -,114 ϕ ori ( 35) or 55 φ 9 eg = 4 -,114 9 ori ( 35) eg = -2,27 ori = ms + bsh K + a K log() + K = untuk ht h roo bsh K = 54-,8 ( ht- h r ) = 54-,8 ( 2-2 ) a K a K = 39,6 a K =18-15 K =18-15 ht hr hr ht K =33 = -4+,7 (/925-1) K K log()-9 log(b) or,6km an ht h roo untuk ht h roo = -4+,7 (13/925-1) or meium size city K = - 3,92 + bsh K + a K log() + K log()-9 log(b) = + 39,6+33 log() + (-3,92) log(13)-9 log(3) = 14, log() Dengan memasukkan nilai = 5, 1, 15, 2, 25, 3, 35, 4, 45 an 5 meter ke alam persamaan i atas, maka iperoleh nilai pathloss untuk moel COST 231-Walisch Ikegami seperti paa Tabel 2 No ori ori ms Tabel 2. Hasil Perhitungan Pathloss Terhaap Jarak Jarak(meter) (B) (B) (B) ms Pathloss(B)
5 PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 Dari tabel hasil perhitungan pathloss iatas, apat ibuat graik ungsi pathloss terhaap jarak seperti paa Gambar 3 Gambar 3. Graik Pengaruh Jarak Terhaap Pathloss COST 231-Walisch Ikegami Gambar 3 merupakan output proses perhitungan pathloss alam bentuk graik ungsi pathloss terhaap jarak. Axis X merupakan ungsi jarak (meter) ari moel COST 231-Walisch Ikegami yang menggunakan range 5 meter 5 meter. Seangkan Axis Ymerupakan ungsi nilai pathloss (B) yang ihasilkan setelah melakukan perhitungan. Dari gambar iatas apat ilihat bahwa parameter jarak antara antena transmitter an receiver engan pathloss berbaning lurus secara eksponensial. Hal ini apat iartikan bahwa semakin besar jarak antara antena transmitter an receiver maka semakin besar pula harga pathloss yang ihasilkan. Dari tabel hasil perhitungan pathloss juga apat ianalisa nilai pathloss terkecil yaitu B ihasilkan oleh perhitungan pathloss engan jarak 5 meter. Seangkan nilai pathloss terbesar yaitu B ihasilkan oleh perhitungan pathloss paa jarak 5 meter. Faktor yang menyebabkan perhitungan pathloss berbea-bea paa setiap interval kenaikan jarak aalah aktor ketergantungan pathloss terhaap jarak yang iberikan melalui parameter K paa persamaan multiscreen loss. Semakin besar nilai jarak yang imasukkan paa persamaan, maka semakin besar pula nilai multiscreen loss yang ihasilkan, begitupun sebaliknya. 4.2 Penyelesaian Perhitungan Pathloss Terhaap Parameter Frekuensi Perhitungan pathloss ilakukan engan memvariasikan rekuensi sesuai engan moel COST 231-Walisch Ikegami yaitu 8-2MHz. Paa perhitungan ini rentang yang ipilih setiap selang interval 1MHz. Seangkan jarak antara antena transmitter an receiver iasumsikan sebesar 5meter. Dengan memasukkan nilai =5, 6, 7, 8, 9, 1, 11, 12, 13, 14 an 15MHz ke alam persamaan (2), maka iperoleh nilai pathloss terhaap parameter rekuensi paa moel COST 231-Walisch Ikegami seperti paa Tabel 3 No Tabel 3. Hasil Perhitungan Pathloss Terhaap Parameter Frekuensi Frekuensi(MHz) (B) (B) (B) ms Pathloss(B)
6 PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 Hasil perhitungan pathloss terhaap parameter rekuensi seperti paa tabel iatas apat ibuat ke alam bentuk graik ungsi pathloss terhaap parameter rekuensi seperti paa Gambar 4 Gambar 4. Graik Pengaruh Frekuensi Terhaap Pathloss COST 231-Walisch Ikegami Gambar 4 merupakan hasil perhitungan pathloss alam bentuk graik ungsi pathloss terhaap rekuensi. Axis X menunjukkan ungsi rekuensi (MHz) ari moel COST 231-Walisch Ikegami engan range 8 2 MHz. Seangkan Axis Ymerupakan ungsi nilai pathloss (B) yang ihasilkan setelah melakukan perhitungan. Kurva yang ihasilkan paa perhitungan berupa kurva yang berbaning lurus secara linier. Hal ini apat isimpulkan bahwa semakin besar rekuensi carrier yang igunakan paa antena raar, maka akan semakin besar pula nilai pathloss yang ihasilkan. Nilai pathloss terkecil paa Tabel 3 yaitu B yang ihasilkan oleh rekuensi 5MHz. Seangkan nilai pathloss tertinggi yaitu B ihasilkan oleh perhitungan pathloss paa rekuensi 15MHz. Nilai perhitungan pathloss yang ihasilkan paa setiap kenaikan rekuensi mempunyai nilai yang berbea-bea. Hal ini ikarenakan oleh aktor ketergantungan pathloss terhaap rekuensi yang iberikan melalui parameter K paa persamaan multiscreen loss. Setiap interval kenaikan rekuensi sebesar 1MHz menyebabkan pembacaan pathloss paa moel empiris COST 231-Walisch Ikegami cenerung meningkat sebesar,26%. 4.3 Penyelesaian Perhitungan Pathloss Terhaap Parameter Tinggi Antena Transmitter Perhitungan pathloss ilakukan engan memvariasikan tinggi antena transmitter raar sesuai engan moel COST 231-Walisch Ikegami yaitu 4-5meter. Range yang ipilih untuk proses perhitungan yaitu setiap interval kenaikan 5 meter. Untuk parameter jarak iasumsikan 5 meter, seangkan parameter lainnnya ianggap konstan mengikuti parameter antena raar Perum PPNPI Inonesia. Hasil perhitungan pathloss engan variasi parameter tinggi antena transmitter apat ilihat alam Tabel 4 Tabel 4. Hasil Perhitungan Pathloss Terhaap Parameter Tinggi Antena Transmitter No Tinggi Antena Transmitter (meter) (B) (B) ms (B) Pathloss(B)
7 PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 Hasil perhitungan pathloss terhaap parameter tinggi antena transmitter yang ihasilkan apat ibuat graik ungsi pathloss terhaap parameter tinggi antena transmitter seperti paa Gambar 5 Gambar 3. Graik Pengaruh Tinggi Antena Transmitter Terhaap Pathloss Perhitungan pathloss engan variasi tinggi antena transmitter menghasilkan graik berupa kurva linier yang berbaning terbalik. Hal ini apat iartikan bahwa parameter tinggi antena transmitter tiak mempengaruhi rugirugi yang terjai i sepanjang lintasan antena raar. Dari tabel hasil perhitungan pathloss paa Tabel 4, nilai pathloss tertinggi yaitu B ihasilkan paa perhitungan pathloss engan tinggi antena transmitter 5 meter. Seangkan nilai pathloss terkecil yaitu B ihasilkan paa perhitungan pathloss engan tinggi antena transmitter 5meter. Sehingga semakin tinggi antena transmitter yang igunakan akan menghasilkan nilai pathloss yang semakin kecil. Hal ini mengakibatkan kinerja moel empiris COST 231-Walisch Ikegami akan meningkat. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Nilai perhitungan pathloss ipengaruhi oleh aktor ketergantungan pathloss terhaap parameter rekuensi an jarak paa persamaan multiscreen loss. 2. Perhitungan pathloss engan variasi parameter jarak an rekuensi menghasilkan kurva yang berbaning lurus secara eksponensial. Hal ini apat isimpulkan bahwa semakin besar jarak an rekuensi yang igunakan paa antena akan menghasilkan nilai pathloss yang semakin besar pula. 3. Paa perhitungan pathloss engan variasi parameter tinggi antena transmitter menghasilkan graik berupa kurva linier yang berbaning terbalik. Sehingga semakin tinggi antena transmitter yang igunakan, menghasilkan pathloss yang semakin kecil. Hal ini apat iartikan bahwa tinggi antena transmitter tiak mempengaruhi rugi-rugi i sepanjang lintasan antena raar. 4. Peningkatan rekuensi setiap selang interval 1MHz menyebabkan pembacaan pathloss paa moel empiris COST 231-Walisch Ikegami meningkat secara konstan sebesar,26%. 5. Terhaap nilai rata-ratanya (mean) menunjukkan estimasi pathloss moel COST 231-Walisch Ikegami cenerung menekati baik karena tingkat ari mana nilai pathloss yang ihasilkan tiak melebihi atau berbea ari satu sama lain secara signiikan. 5.2 Saran Saran untuk penelitian lebih lanjut apat itambahkan mengenai perhitungan pathloss menggunakan analisis perambatan gelombang seperti relection, iraction, an scattering. PUSTAKA Triana, N., & Pinem, M. (215). Analisis Moel Propagasi Path oss Semi- Deterministik Untuk Aplikasi Triple Ban Di Daerah Urban Metropolitan Centre. Hutauruk, S. (211). Simulasi Moel Empiris Okumura-Hata Dan Moel Cost 231 Untuk Rugi-Rugi Saluran Paa Komunikasi Selular, (Semantik 211). 227
8 PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 Sarjuin, Z. (212). Simulasi ink Buget Paa Komunikasi Selular Di Daerah Urban Dengan Metoe Walisch Ikegami. Susanto. (21). Inormasi Traik Frekuensi 7 Mhz 3 Ghz Di Surabaya Dengan Menggunakan Peta Elektronik 1. Nugroho, C. (216). Analisa Perancangan BTS Hotel Di Kawasan Inustri Pulogaung Dengan Tinjauan Network Telkomsel. Hutauruk, S., Graha, B. T. S., Mean, X.., Hilir, B. T. S. P., Rengas, B. T. S. S., Sioai, B. T. S., Test, D. (211). BAB I,
ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE
ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE Nining Triana, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciSIMULASI MODEL EMPIRIS OKUMURA-HATA DAN MODEL COST 231 UNTUK RUGI-RUGI SALURAN PADA KOMUNIKASI SELULAR
SIMULASI MODEL EMPIRIS OKUMURA-HATA DAN MODEL COST 231 UNTUK RUGI-RUGI SALURAN PADA KOMUNIKASI SELULAR Sindak Hutauruk P.S. Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas HKBP Nommensen Medan 20234 E-mail
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian
METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat
Lebih terperinciBAB III INTERFERENSI SEL
BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung
Lebih terperinciSIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI
SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI Zulkha Sarjudin, Imam Santoso, Ajub A. Zahra Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH
BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau
Lebih terperinciPENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA
Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC
BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama
Lebih terperinciBAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA
BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :
Lebih terperinciANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI
ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa
Lebih terperinciVIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP
VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.
Lebih terperinciPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel
BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA
PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F
MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF 31 419 Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas
Lebih terperinciPEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2
PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN Hewig A Tan, Ratna S Alifen ABSTRAK: Metoe penjawalan linier cocok untuk proyek engan aktivitas seerhana, an repetitif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini telepon selular sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Penggunaan telepon selular sudah melingkupi masyarakat
Lebih terperinciJurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201
akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )
Lebih terperinciPerbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet
Lebih terperinciBAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima
BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima (Receiver / Rx ) pada komunikasi radio bergerak adalah merupakan line of sight dan dalam beberapa
Lebih terperinciMAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n
MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem
Lebih terperinciPROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak
PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciKombinasi Gaya Tekan dan Lentur
Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur
Lebih terperinciBAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN
BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port
Lebih terperinciF = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.
Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat
Lebih terperinciESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA
Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.
Lebih terperinciDETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB
ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan
Lebih terperinciANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM
ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM Kevin Kristian Pinem, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departement Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3
BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk
Lebih terperinciPERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G
PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G Maria Ulfah 1*, Nurwahidah Jamal 2 1,2 Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan * e-mail : maria.ulfah@poltekba.ac.id Abstract Wave propagation through
Lebih terperinciRespon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan infrastruktur bangunan di perkotaan terlihat sangat signifikan. Hal ini ditandai dengan banyaknya gedung-gedung pencakar langit yang dibangun. Gedung-gedung
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi
16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban
Lebih terperinciANALISIS LINK BUDGETING BERBASIS GUI (GRAPHICAL USER INTERFACE) MATLAB PADA DAERAH PUSAT KOTA (DPK), PERKANTORAN, DAN PERUMAHAN
ANALISIS LINK BUDGETING BERBASIS GUI (GRAPHICAL USER INTERFACE) MATLAB PADA DAERAH PUSAT KOTA (DPK), PERKANTORAN, DAN PERUMAHAN Eko Saputra 1, Fitri Imansyah 2, Dedi Suryadi 2, Redi Ratiandi Yacoub 2,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. II.1 Saham
BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength
Lebih terperinciPenentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. identitas responden seperti jenis kelamin. Tabel 4.1 Identitas Jenis Kelamin Responden. Frequ Percent
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Ientitas Responen Dari analisis ata ang iperoleh peneliti ari lapangan akan iuraikan alam bab ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh taangan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900
ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 Fadilah Rahma, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciProses. Pengolahan. Pembuatan Peta. Analisa. Kesimpulan
Sistem Informasi Frequency Utilization sebagai Infrastruktur Jaringan Komunikasi Nirkabel di Surabaya Okkie Puspitorini, Nur Adi Siswandari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal yang digunakan oleh berbagai macam teknologi komunikasi seluler. Salah satu fasilitas dalam komunikasi
Lebih terperinciIV. ANALISA RANCANGAN
IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara
Lebih terperinciKARAKTERISASI VARIASI SPASIAL CURAH HUJAN UNTUK IMPLEMENTASI WIRELESS BROADBAND DI SURABAYA
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 29 (SNATI 29) ISSN: 97-522 Yogyakarta, 2 Juni 29 KARAKTERISASI VARIASI SPASIAL CURAH HUJAN UNTUK IMPLEMENTASI WIRELESS BROADBAND DI SURABAYA Ari Wijayanti,
Lebih terperinciSURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai engan persetujuan ari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat 812/TA/FTS/UKM/III/2004 tanggal 9 Februari 2004, engan
Lebih terperinciEstimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)
Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) Anindito Yusuf Wirawan, Ir. Endah Budi Purnomowati, MT, Gaguk Asmungi, ST., MT Jurusan Teknik
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan i Kecamatan Leuwiliang ilakukan engan menggunakan metoe skalogram berbobot berasarkan
Lebih terperinciBESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU
BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu
Lebih terperinciSTUDI KESTABILAN TRANSIENT SISTEM TENAGA LISTRIK MULTIMESIN (MODEL IEEE 9 BUS 3 MESIN)
No. ol. Thn. X November 8 SSN: 854-847 STUD KSTABLAN TANSNT SSTM TNAGA LSTK MULTMSN (MODL 9 BUS MSN) Heru Dibyo Laksono Jurusan Teknik lektro, Universitas Analas Paang, Kampus Limau Manis Paang, Sumatera
Lebih terperinciIMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI
IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi
Lebih terperinciANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA
SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA Ari Purwanto, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen
Lebih terperinciMetode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial
Prosiing Statistika ISSN 46-6456 Metoe Nonparametrik untuk Menaksir Koeisien Korelasi Parsial 1 Silmi Kaah, Anneke Iswani Ahma, 3 Lisnur Wachiah 1,,3 Statistika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Banung,
Lebih terperinciPraktikum Total Quality Management
Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau
Lebih terperinciPenerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur
Reka Geomatika Jurusan Teknik Geoesi Itenas No. Vol. 1 ISSN 8-50X Desember 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Penerapan Moel Deformasi Horizontal Mogi untuk Preiksi Perubahan Volume Sumber Tekanan
Lebih terperinciPENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES
PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik
Lebih terperinciPENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH
Jurnal Matematika UNND Vol. 5 No. 4 Hal. 54 61 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIP UNND PENENTUN SOLUSI SOLITON PD PERSMN KDV DENGN MENGGUNKN METODE TNH SILVI ROSIT, MHDHIVN SYFWN, DMI NZR Program
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900
ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 Fadilah Rahma, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciUJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1
Jurusan Matematika FMIPA IPB UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Sabtu, 4 Maret 003 Waktu : jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 10 1. Tentukan: (a) (b) x sin x x + 1 ; x (cos (x 1)) :. Diberikan fungsi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN UJI COBA
BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Tampilan Aplikasi IV.1.1 Tampilan Aplikasi untuk Pengguna 1. Halaman Home Halaman ini merupakan halaman pertama saat pengguna membuka aplikasi. Gambar IV.1 Tampilan
Lebih terperinciPenerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan
Jurnal Graien Vol 8 No 1 Januari 2012:775-779 Penerapan Aljabar Max-Plus Paa Sistem Prouksi Meubel Rotan Ulfasari Rafflesia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinci=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL ===
TKNIK IITL === PRNNN RNKIN KOMINSIONL === Rangkaian logika atau igital apat ibagi menjai 2 bagian yaitu:. Rangkaian Kombinasional, aalah suatu rangkaian logika yang keaaan keluarannya hanya ipengaruhi
Lebih terperinciSolusi Tutorial 6 Matematika 1A
Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.
Lebih terperinciANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE
ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) 802.11b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE Dontri Gerlin Manurung, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciPenggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier
Performa (24) Vol. 3, No.2: 62-7 Penggunaan Metoe Multi-criteria Decision Ai alam Proses Pemilihan Supplier Inra Cahyai Jurusan Teknik an Manajemen Inustri, Universitas Trunojoyo Maura Abstract Noways,
Lebih terperinci, serta notasi turunan total ρ
LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik
Lebih terperinciNAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM:
FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & KESEIMBANGAN PASAR NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: 115030207113012 FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & EKUILIBRIUM PASAR Fungsi Permintaan Pasar Fungsi permintaan pasar untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melahirkan beberapa inovasi yang cenderung mengarah. kehandalan sistem. Salah satu diantaranya adalah penggunaan media satelit.
1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Seiring engan perkembangan teknologi telekomunikasi yang inamis, telah melahirkan beberapa inovasi yang cenerung mengarah paa peningkatan kehanalan sistem.
Lebih terperinciPENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS
SEMIRATA MIPAnet 27 24-26 Agustus 27 UNSRAT, Manao PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS TONAAS KABUL WANGKOK YOHANIS MARENTEK Universitas Universal Batam, tonaasmarentek@gmail.com,
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG
Makalah Seminar Tugas Akhir ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG Oleh : YULIE WIRASATI Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK
Lebih terperinciPERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) BERDASARKAN PARAMETER JARAK E Node-B TERHADAP MOBILE STATION DI BALIKPAPAN
PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) BERDASARKAN PARAMETER JARAK E de-b TERHADAP MOBILE STATION DI BALIKPAPAN Maria Ulfah Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan Corresponding
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN MODEL PROPAGASI UNTUK KOMUNIKASI BERGERAK PADA SISTEM GSM 900. pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro.
ANALISIS PERBANDINGAN MODEL PROPAGASI UNTUK KOMUNIKASI BERGERAK PADA SISTEM GSM 900 Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER
Sujito, Implementasi Kenali PID alam Meningkatkan Kinerja Power System Stabilizer IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER SUJITO Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciArus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor
Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD
ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD an JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD YOSEPHINA NOVALIA NRP : 0521034 Pembimbing : Ir. Ibrahim Surya, M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Lebih terperinciPERBANDINGAN NILAI BREAKPOINT DI DAERAH RURAL, URBAN DAN SUB URBAN PADA FREKWENSI CDMA
PERBANDINGAN NILAI BREAKPOINT DI DAERAH RURAL, URBAN DAN SUB URBAN PADA FREKWENSI CDMA Yudha Mulia Romadhon 1, Ir. Nur Adi Siswandari,MT 2, Okkie Puspitorini, ST. MT 2. 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika
Lebih terperinciTeknik Transmisi Seluler (DTG3G3)
Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT PREDIKSI REDAMAN PROPAGASI (PATH LOSS MODEL) A. Pendahuluan Mode gelombang
Lebih terperinciANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT
ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ Chintari Nurul Hananti 1 Khozin Mu tamar 2 12 Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an
Lebih terperinciAplikasi Neural-Fuzzy pada Regresi Interval untuk Data Time Series
Apliasi Neural-Fuzzy paa Regresi Interval untu Data Time Series Sri Kusumaewi Jurusan Teni Informatia, Universitas Islam Inonesia, Yogyaarta Jl. Kaliurang K, 4, Yogyaarta (04 E-mail : cicie@fti.uii.ac.i
Lebih terperinciBAB VI PERENCANAAN TEKNIS
BAB I PERENCANAAN TEKNIS I.1. Umum Paa Bab telah ipilih satu alternatif jalur penyaluran an sistem pengolahan air buangan omestik Ujung Berung Regency. Paa bab ini akan itentukan imensi jaringan pipa,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGUAT OPERASIONAL
ELEKTONIK NLOG Pertemuan KKTEISTIK PENGUT OPESIONL Penguat perasinal (p-amp mrpk suatu penguat perlehan tinggi ikpellangsung engan umpan-balik yang itambahkan utk mengenalikan karakteristik tanggapan keseluruhan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terkait Harefa (2011) dengan penelitiannya tentang Perbandingan Model Propagasi untuk Komunikasi Bergerak. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa pemodelan propagasi
Lebih terperinciPENGUKURAN DAN PERHITUNGAN PATHLOSS EKSPONEN UNTUK CLUSTER RESIDENCES, CENTRAL BUSINESS DISTRIC (CBD), DAN PERKANTORAN DI DAERAH URBAN
PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN PATHLOSS EKSPONEN UNTUK CLUSTER RESIDENCES, CENTRAL BUSINESS DISTRIC (CBD), DAN PERKANTORAN DI DAERAH URBAN Lina Mubarokah Okkie Puspitorini 2, Nur Adi Siswandari 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciRelasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr
Kontribusi Fisika Inonesia Vol. 13 No.3, Juli 00 Relasi Dispersi alam Panu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Abstrak Hengki Tasman 1) an E Soewono 1,) 1) Pusat Penelitian Pengembangan an Penerapan Matematika,
Lebih terperinciANALISA STABILITAS LERENG PADA TEPI SUNGAI TEMBUNG
ANALISA STABILITAS LERENG PADA TEPI SUNGAI TEMBUNG Jupriah Sarifah, Bangun Pasaribu Dosen Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara Jupriah@ft.uisu.a.i; bangun@ft.uisu.a.i
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Mekanisme Propagasi Hal mendasar yang mempengaruhi mekanisme propagasi radio sehingga mempengaruhi rugi-rugi lintasan pada komunikasi bergerak adalah peristiwa refleksi (pemantulan),
Lebih terperinciANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI DISKRIT PADA PT. BIOPLAST UNGGUL Jeefry Sutrisman Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Inonesia Abstrak PT. Bioplast
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Training, Evaluation, Kirkpatrick Model, Employees. 376 Hania Aminah. Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta
MODEL EVALUASI KIRIKPATRICK DAN APLIKASINYA DALAM PELAKSANAAN PELATIHAN (LEVEL REAKSI DAN PEMBELAJARAN) DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERUM JAKARTA Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Lebih terperinciPenggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai
Penggunaan Persamaan Penekatan Untuk panjang gelombang pantai Nizar Acma Program Stui Teknik Sipil, Universitas Janabara Yogyakarta, Jl.Tentara Rakyat Mataram 35-37 Yogyakarta Email: nizarachma@yahoo.com
Lebih terperinciPERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD
PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD Agastya, A.A.N.I. 1, Sudiarta, P.K 2, Diafari, I.G.A.K. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini mengalami peningkatan yang pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan unia usaha saat ini mengalami peningkatan yang pesat. Peningkatan itu isebabkan karena kebutuhan an keinginan konsumen yang semakin bervariasi. Aanya
Lebih terperinciPERANCANGAN JALUR GELOMBANG MIKRO 13 GHz TITIK KE TITIK AREA PRAWOTO UNDAAN KUDUS Al Anwar [1], Imam Santoso. [2] Ajub Ajulian Zahra [2]
PERANCANGAN JALUR GELOMBANG MIKRO 13 GHz TITIK KE TITIK AREA PRAWOTO UNDAAN KUDUS Al Anwar [1], Imam Santoso. [2] Ajub Ajulian Zahra [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBayesian Belief Network untuk Menghasilkan Fuzzy Association Rules
Jurnal Teknik Inustri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010, 55-60 ISSN 1411-2485 Bayesian Belief Network untuk Menghasilkan Fuzzy Association Rules Rolly Intan 1, Oviliani Yenty Yuliana 2, Dwi Kristanto 3 Abstract:
Lebih terperinciMursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *
Jurnal Matematika Murni an Terapan εpsilon ANALISIS MODEL PREDATOR-PREY TERHADAP EFEK PERPINDAHAN PREDASI PADA SPESIES PREY YANG BERJUMLAH BESAR DENGAN ADANYA PERTAHANAN KELOMPOK Mursyiah Pratiwi, Yuni
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN PENGENDALI VEKTOR ARUS DAN OBSERVER BERADA PADA SUMBU DQ
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN PENGENDALI VEKTOR ARUS DAN OBSERVER BERADA PADA SUMBU DQ SKRIPSI YOGA DWI HARYOKO 0906603423 FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciApplication of Adaptive QAM Modulation and Diversity Scheme for 30 GHz Cellular Communications under the Impact of Rain Attention in Indonesia
8 IPTEK, The Journal for Technology an Science, Vol. 8, No. 3, August 007 Application of Aaptive QA oulation an Diversity Scheme for 30 GHz Cellular Communications uner the Impact of Rain Attention in
Lebih terperinciSistem Informasi Seminar dan Sidang Tugas Akhir Program Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura
Jurnal an Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, (2016) 1 Informasi Seminar an Siang Tugas khir Stui Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Muftia 1, rif Bijaksana Putra Negara 2, Novi Safriai
Lebih terperinci( ) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO
(0612225223) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO Jurnal Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fisika OLEH WAN
Lebih terperinciRadio Propagation. 2
Propagation Model ALFIN HIKMATUROKHMAN., ST.,MT S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO http://alfin.dosen.st3telkom.ac.id/profile/ Radio Propagation The radio propagation
Lebih terperinciPENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL
Pengukuran untuk Meneteksi Deformasi angunan Sipil PENGUKURAN UNUK MENDEEKSI DEFORMASI ANGUNAN SIPIL Sutomo Kahar 1 ASRAC Deformation for territory will impact to above the builing stability an also will
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK
BADAN PUSAT STATISTIK Nama kegiatan:... Tahun Kegiatan Sektor kegiatan:... Status kegiatan:... 1.1 Penyelenggara: I. Ientifikasi Penyelenggara / Penanggung Jawab Kegiatan 1.2 Penanggung jawab masalah teknis:
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN PURNA JUAL DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 015, pp. 17~ PENGARUH LAYANAN PURNA JUAL DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN 17 Julia Retnowulan 1, Isnurrini Hiayat Susilowati,
Lebih terperinci