BAB III. Metode Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. Metode Penelitian"

Transkripsi

1 66 BAB III Meode Peneliian 3.1. Variabel Peneliian dan Definisi Operasional Peneliian ini menggunakan sau definisi variabel operasional yaiu nilai harian indeks LQ Populasi dan sampel Populasi objek peneliian adalah nilai harian seluruh indeks yang ada di BEJ. Nilai indeks yang menjadi sampel dalam peneliian ini adalah nilai indeks LQ 45 periode Januari 1997 April Hingga akhir ahun 2001 erdapa sebanyak 12 indeks harga saham yang resmi dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakara Yaiu IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), Indeks LQ 45, Indeks Syariah (Jakara Islamic Index / JII), dan 9 indeks sekoral. Pemilihan indeks LQ 45 dalam peneliian ini karena LQ 45 merupakan indeks yang dalam perhiungannya hanya melibakan saham-saham yang akif, memiliki kapialisasi pasar yang besar dan memiliki fundamenal yang baik. Indeks LQ 45 juga dipandang lebih mewakili kondis pasar di Bursa Efek Jakara dibandingkan IHSG (Agus Sarono dan Sri Zulaihai, 1998; Bima Pura, 2001 dalam Qiqin 2003). Periode peneliian yang digunakan adalah periode 2 Januari 1997 hingga 30 April 2007 (jumlah periode pengamaan 2520 hari perdagangan).

2 67 Indeks LQ 45 direview seiap 6 bulan sekali oleh oorias bursa. Dalam menenukan saham-saham yang masuk dalam dafar Indeks LQ 45 ersebu, digunakan krieria sebagai beriku (Bursa Efek Jakara, 2000) : 1. Masuk dalam ranking 60 erbesar dari oal ransaksi saham di pasar reguler (raa-raa nilai ransaksi selama 12 bulan erakhir). 2. Ranking berdasarkan kapialisasi pasar (raa-raa kapialisasi harian selama 12 bulan erakhir). 3. Telah ercaa di BEJ minimum 3 bulan. 4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek perumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan ransaksi pasar reguler. Daa ersebu dibagi menjadi dua bagian yaiu periode model dan periode esimasi. Periode model dieapkan selama 2016 hari perdagangan (80% sampel) sedangkan periode esimasi dieapkan selama 504 hari (20% sampel). Pada meode JST daa pada periode model dibagi menjadi dua yaiu periode raining (60% dari oal sampel) dan periode evaluasi (20% dari oal sampel). Daa pada periode model digunakan unuk menghasilkan model yang digunakan unuk melakukan peramalan. sedangkan daa pada periode esimasi digunakan unuk meliha ingka kesalahan(error) yang dihasilkan oleh meodemeode yang digunakan. Semakin kecil error yang dimiliki sebuah model maka semakin baik model ersebu digunakan dalam melakukan peramalan dalam analisis eknikal.

3 Jenis dan Sumber Daa Adapun daa yang dipakai dalam peneliian ini adalah daa sekunder yang diambil dan diolah dari JSX Saisics dan Indonesian Capial Marke Direcory (ICMD) Pemilihan Bursa Efek Jakara sebagai sumber uama dalam peneliian ini karena Bursa Efek Jakara merupakan pasar saham erbesar dan paling represenaif di Indonesia. Daa ini diperoleh dengan cara membaca buku dan media ceak yang menyajikan daa yang berhubungan dengan masalah yang dielii, Daily Trading JSX dan Pojok BEJ Fakulas Ekonomi Universias Diponegoro Meode Pengumpulan Daa Meode pengumpulan daa yang digunakan dalam peneliian ini adalah non-paricipan observer, dimana penelii hanya mengamai daa yang sudah ersedia anpa iku menjadi bagian dari suau sisem daa. Daa yang dibuuhkan adalah nilai harian indeks LQ 45 periode 2 januari 1997 hingga 30 april Daa diperoleh dari Bursa Efek Jakara melalui Pojok BEJ Universias diponegoro dan perpusakaan Fakulas Ekonomi undip Meode analisis Mulifrakal Ide dasar pengembangan eksponen Hurs adalah model ookorelasi. Pada ookorelasi biasa menggunakan daa sebagai sau kesauan dere waku, sedangkan pada analisis R/S (Rescaled range Analysis, sebuan unuk

4 69 mendapakan eksponen Hurs) daa dipecah menjadi beberapa bagian, dan analisis R/S dilakukan erhadap masing-masing daa yang erpecah. Misalkan kia memiliki daa dere waku Y 1,..., Y N daa ini kemudian dipecah menjadi beberapa bagian dengan panjang yang sama, dengan masing-masing erdiri aas y 1,...,y. Nilai R diperoleh dari persamaan : R N = MaksX (,N) minx (,N) Nilai X diperoleh dari persamaan :, N = ( u µ N ) u = 1 X x Dimana µ N adalah raa-raa dere waku selama periode N. Nilai S merupakan deviasi sandard daa dere waku yang kia miliki. Dapa diperoleh dengan persamaan S N N 1 = N i = 1 ( y yˆ ) i N Rasio R/S dari R dan Deviasi Sandard S dari dere waku uama dapa dihiung dengan hukum empiris sebagai beriku (Yao dkk, 1999) : R/S = N H. Nilai Eksponen Hurs dapa dihiung sebagai beriku : H = log(r/s)/log(n) Dimana nilai H berada dianara 0 dan 1 (0<H<1). Esimasi nilai H dapa diperoleh dengan melakukan perhiungan slope grafik log R/S erhadap N menggunakan regresi.

5 70 Nilai eksponen Hurs (H) menggambarkan probabilias bahwa dua even konsekuif dapa muncul. Jika nilai H = 0,5 maka daa dere waku beripe acak, erdiri aas even-even yang idak berhubungan. Nilai H selain 0,5 menggambarkan bahwa objek observasi idak independen, Keika 0 H <0,5, sisem yang dielii merupakan dere ergodic dan anipersisen dengan frekuensi pembalikan yang inggi dan volailias yang inggi. Disamping kelaziman yang ada mengenai konsep pembalikan raa-raa pada lieraur ekonomi dan keuangan, hanya diemukan beberapa dere waku anipersisen. Bagi kondisi keiga (0,5 < H 1,0), H mendeskripsikan dere persisen dan adanya ren yang diunjukkan oleh efek ingaan jangka panjang (long memory effecs). Kekuaan bias berganung pada seberapa besar nilai H diaas 0,5. Semakin rendah nilai H, lebih banyak noise pada sisem dan dere lebih mendekai keacakan Meode ARIMA Tabel 3.1 Ringkasan Ari Nilai H Nilai H Ari 0 H < 0,5 Ergodic dan anipersisen, frekuensi pembalikan dan volailias inggi H = 0,5 Sepenuhnya acak 0,5 < H 1 Persisen dan kecenderungan pembenukan ren dengan adanya efek ingaan jangka panjang (long memory effecs) Sumber : Yao dkk, 1999 diringkas

6 71 Teknik analisis daa dengan meode ARIMA dilakukan karena merupakan eknik unuk mencari pola yang paling cocok dari sekelompok daa (curve fiing), dengan demikian ARIMA memanfaakan sepenuhnya daa masa lalu dan sekarang unuk melakukan peramalan jangka pendek yang akura (Sugiaro dan Harijono, 2000). ARIMA seringkali diulis sebagai ARIMA (p,d,q) yang memiliki ari bahwa p adalah orde koefisien auokorelasi, d adalah orde / jumlah diferensiasi yang dilakukan (hanya digunakan apabila daa bersifa non-sasioner) (Sugiharo dan Harijono, 2000) dan q adalah orde dalam koefisien raa-raa bergerak(moving average). Peramalan dengan menggunakan model ARIMA dapa dilakukan dengan rumus : Y = λ γ 0 + 1Y 1 + 2Y ny p λ 1e 1 λ 2e 2 e n q Keerangan : B Y T : Koefisien Regresi : Variabel dependen pada waku Y 1... Y p : Variabel lag e : Residual erm W 1...W q : Bobo e 1... e p : nilai sebelumnya aau residual Sasionerias daa

7 72 Daa yang idak sasioner memiliki raa-raa dan varian yang idak konsan sepanjang waku. Dengan kaa lain, secara eksrim daa sasioner adalah daa yang idak mengalami kenaikan dan penurunan. Selanjunya regresi yang menggunakan daa yang idak sasioner biasanya mengarah kepada regresi lancung. Permasalahan ini muncul diakibakan oleh variabel (dependen dan independen) runun waku erdapa ren yang kua (dengan pergerakan yang menurun maupun meningka). Adanya ren akan menghasilkan nilai R 2 yang inggi, eapi keerkaian anar variabel akan rendah (Firmansyah, 2000). Model ARIMA mengasumsikan bahwa daa masukan harus sasioner. Apabila daa masukan idak sasioner perlu dilakukan penyesuaian unuk menghasilkan daa yang sasioner. Salah sau cara yang umum dipakai adalah meode pembedaan (differencing). Meode ini dilakukan dengan cara mengurangi nilai daa pada suau periode dengan nilai daa periode sebelumnya Unuk keperluan pengujian sasionerias, dapa dilakukan dengan beberapa meode seperi auocorrelaion funcion (correlogram), uji akar-akar uni dan deraja inegrasi. a. Pengujian sasionerias berdasarkan correlogram Suau pengujian sederhana erhadap sasionerias daa adalah dengan menggunakan fungsi koefisien auokorelasi (auocorrelaion funcion / ACF). Koefisien ini menunjukkan keeraan hubungan anara nilai variabel yang sama eapi pada waku yang berbeda. Correlogram merupakan pea / grafik dari nilai ACF pada berbagai lag.

8 73 Secara maemais rumus koefisien auokorelasi adalah (Sugiharo dan Harijono, 2000:183) : rk n k i = 1 = n ( Y Y )( Y Y ) ( Y Y ) i = 1 k 2 Unuk menenukan apakah nilai koefisien auokorelasi berbeda secara saisik dari nol dilakukan sebuah pengujian. Suau runun waku dikaakan sasioner aau menunjukkan kesalahan random adalah jika koefisien auokorelasi unuk semua lag secara saisik idak berbeda signifikan dari nol aau berbeda dari nol hanya unuk berberapa lag didepan. Unuk iu perlu dihiung kesalahan sandard dengan rumus : se rk = 1 n Dimana n menunjukkan jumlah observasi. Dengan inerval kepercayaan yang dipilih, misalnya 95 persen, maka baas signifikansi koefisien auokorelasi adalah : Z α 2 xse rk s. dz α xse rk 2 Suau koefisien auokorelasi disimpulkan idak berbeda secara signifikan dari nol apabila nilainya berada dianara renang ersebu dan sebaliknya. Apabila koefisien auokorelasi berada diluar renang, dapa disimpulkan koefisien ersebu signifikan, yang berari ada hubungan signifikan anara nilai suau variabel dengan nilai variabel iu sendiri dengan ime lag 1 periode.

9 74 b. Uji akar-akar uni dan deraja inegrasi Sebuah es sasionerias (aau non-sasionerias) yang menjadi sanga populer beberapa ahun belakangan adalah uji akar-akar uni (uni roo es). Sasionerias dapa diperiksa dengan mencari apakah daa runun waku mengandung akar uni (uni roo). Terdapa berbagai meode unuk melakukan uji akar uni dianarnya dickey-fuller, Augmened Dickey Fuller, Dickey-Fuller DLS (ERS), Philips- Perron, Kwiakowski-Philips-Schmid-Shin, Ellio-Rohenberg-Sock Poin- Opimal, dan Ng-Perron. Dalam peneliian ini akan digunakan uji Augmened Dickey-Fuller unuk menenukan apakah suau daa runun waku mengandung akar uni aau bersifa non-sasioner. Unuk memperoleh gambaran mengenai uji akar-akar uji, diaksir model auoregresif beriku ini dengan OLS (Insukrindo, 1994; Gujarai, 1995 dalam Firmansyah, 2000) : DX = a 0 + a BX 1 + k i = 1 i b B DX i DX = a 0 + a T + 1 a 2 BX + k i = 1 i d B DX i i Dimana, DX = X X, X, T = ren waku, X = variabel yang BX = diamai pada periode. Selanjunya dihiung saisik ADF. Nilai ADF digunakan unuk uji hipoesis bahwa a 1 =0 dan c 2 =0 diunjukkan oleh nilai saisik hiung pada koefisien BX pada persamaan diaas. Jumlah kelambanan k dienukan oleh k=n 1/5, dimana n = jumlah observasi. Nilai kriis (abel) unuk kedua uji erkai dapa diliha pada Fuller, 1976;Guilky dan Schmid, 1989 (Insukrindo, 1994:130 dalam Firmansyah, 2000). Runun waku yang diamai sasioner jika memiliki

10 75 nilai ADF lebih besar dari nilai kriis. Beberapa pirani lunak ekonomerika seperi EViews, SPlus, dan R menyediakan nilai kriis ini seiap kali kia melakukan running daa. Uji deraja inegrasi adalah uji yang dilakukan unuk mengeahui pada deraja berapakah daa yang diamai sasioner. Uji ini mirip aau merupakan perluasan uji akar-akar uni, dilakukan jika daa yang diamai ernyaa idak sasioner sebagaimana direkomendasikan oleh uji akar-akar uni. Benuk umum regresinya adalah : D2X = e k i 0 + e BDX + fi B D2 i = 1 X D2X = g k i 0 + g1t + g 2BDX + hi B D2 i = 1 X Dimana, D2X =DX -DX -1, BDX =DX -1, selanjunya pengujiannya sama dengan uji akar-akar uni. Jika pada deraja perama ini daa masih belum sasioner, maka uji inegrasi perlu dilanjukan pada deraja berikunya sampai memperoleh suau kondisi sasioner Tahapan Meode ARIMA Meode ARIMA menggunakan pendekaan ieraif dalam mengidenifikasi suau model yang paling epa dari berbagai model yang ada. Model semenara yang elah dipilih diuji lagi dengan daa hisoris unuk meliha apakah model semenara yang erbenuk ersebu sudah memadai aau belum. Model sudah dianggap memadai apabila residual (selisih hasil peramalan dengan daa hisoris) erdisribusi secara acak, kecil dan independen sau sama lain. Langkah-langkah

11 76 penerapan meode ARIMA secara beruru-urur adalah : idenifikasi model, esimasi parameer model, diagnosic checking, dan peramalan (forecasing) a. Idenifikasi model Seperi yang dijelaskan sebelumnya bahwa model ARIMA hanya dapa dierapkan unuk dere waku yang sasioner. Oleh karena iu, perama kali yang harus dilakukan adalah menyelidiki apakah daa yang kia gunakan sudah sasioner aau belum. Jika daa idak sasioner, yang perlu dilakukan adalah memeriksa pada pembedaan beberapa daa akan sasioner, yaiu menenukan berapa nilai d. Proses ini dapa dilakukan dengan menggunakan koefisien ACF(Auo Correlaion Funcion), aau uji akar-akar uni (uni roos es) dan deraja inegrasi. Jika daa sudah sasioner sehingga idak dilakukan pembedaan erhadap daa runun waku maka d diberi nilai 0. Disamping menenukan d, pada ahap ini juga dienukan berapa jumlah nilai lag residual (q) dan nilai lag dependen (p) yang digunakan dalam model. Ala uama yang digunakan unuk mengidenifikasi q dan p adalah ACF dan PACF (Parial Auo Correlaion Funion / Koefisien Auokorelasi Parsial), dan correlogram yang menunjukkan plo nilai ACF dan PACF erhadap lag. Koefisien auokorelasi parsial mengukur ingka keeraan hubungan anara X dan X -k sedangkan pengaruh dari ime lab 1,2,3,,k-1 dianggap konsan. Dengan kaa lain, koefisien auokorelasi parsial mengukur deraja hubungan anara nilainilai sekarang dengan nilai-nilai sebelumnya (unuk ime lag erenu), sedangkan pengaruh nilai variabel ime lab yang lain dianggap konsan. Secara maemais,

12 77 koefisien auokorelasi parsial berorde m didefinisikan sebagai koefisien auoregressive erakhir dari model AR(m) Tabel 3.2 Pola ACF dan PACF Tipe Model Pola Tipikal ACF Pola ipikal PACF AR(p) Menurun secara eksponensial menuju nol Signifikan pada semua lag p MA(q) Signifikan pada semua lag p Menurun secara ARMA(p,q) Menurun secara eksponensial menuju eksponensial menuju nol Menurun secara nol Sumber : Gujarai 2003 eksponensial menuju nol b. Esimasi Seelah meneapkan model semenara dari hasil idenifikasi, yaiu menenukan nilai p, d, dan q, langkah berikunya adalah melakukan esimasi paramaer auoregressive dan moving average yang ercakup dalam model (Firmansyah, 2000). Jika eridenifikasi proses AR murni maka parameer dapa diesimasi dengan menggunakan kuadra erkecil (Leas Square). Jika sebuah pola MA diidenifikasi maka maximum likelihood aau esimasi kuadra erkecil, keduanya membuuhkan meode opimisasi non-linier(griffihs, 1993), hal ini erjadi karena adanya unsur moving average yang menyebabkan keidak linieran parameer (Firmansyah, 2000). Namun, saa ini sudah ersedia berbagai pirani lunak saisik yang mampu menangani perhiungan ersebu sehingga kia idak perlu khawair mengenai esimasi maemais. c. Diagnosic Checking

13 78 Seelah melakukan esimasi dan mendapakan penduga paramaer, agar model semenara dapa digunakan unuk peramalan, perlu dilakukan uji kelayakan erhadap model ersebu. Tahap ini disebu diagnosic checking, dimana pada ahap ini diuji apakah spesifikasi model sudah benar aau belum. Pengujian kelayanan ini dapa dilakukan dengan beberapa cara. (1) Seelah esimasi dilakukan, maka nilai residual dapa dienukan. Jika nilai-nilai koefisien auokorelasi residual unuk berbagi ime lag idak berbeda secara signifikan dari nol, model dianggap memadai unuk dipakai sebagai model peramalan. (2) Menggunakan saisik Box-Pierce Q, yang dihiung dengan formula : Q = n m k = 1 ˆρ 2 k Dimana : n = jumlah sampel m = jumlah lag, dan ρˆ k = nilai koefisien auokorelasi ime lag k. Jika nilai Q hiung lebih kecil daripada χ 2 kriis dengan deraja kebebasan m, maka model dianggap memadai. (3) Menggunakan varian dari saisik Box-Pierce Q, yaiu saisik Ljung- Box(LB), yang dapa dihiung dengan :

14 79 LB = n( n + 2) m k = 1 2 ρˆ k n k Sama seperi Q saisik, saisik LB mendekai χ 2 kriis dengan deraja kebebasan m. Jika saisik LB lebih kecil dari nilai χ 2 kriis, maka semua koefisien auokorelasi dianggap idak berbeda dari nol, aau model elah dispesifikasikan dengan benar. Saisik LB dianggap lebih unggul secara saisik daripada Q saisik dalam menjelaskan sample kecil. (4) Menggunakan saisik unuk menguji apakah koefisien model secara individu berbeda dari nol. Apabila suau variabel idak signifikan secara individu berari variabel ersebu seharusnya dilepas dari spesifikasi model lain kemudian diduga dan diuji. Jika model semenara yang dipilih belum lolos uji diagnosik, maka proses pembenukan model diulang kembali. Menemukan model ARIMA yang erbaik merupakan proses ieraif. d. Peramalan (forecasing) Seelah model erbaik diperoleh, selanjunya peramalan dapa dilakukan. Dalam berbagai kasus, peramalan dengan meode ini lebih dipercaya daripada peramalan yang dilakukan dengan model ekonomeri radisional. Namun, hal ini enu saja perlu dipelajari lebih lanju oleh para penelii yang erarik menggunakan meode serupa. Berdasarkan ciri yang dimilikinya, model runun waku seperi ini lebih cocok unuk peramalan dengan jangkauan sanga pendek, semenara model srukural lebih cocok unuk peramalan dengan jangkauan panjang (Mulyono, 2000 dalam Firmansyah, 2000)

15 Meode Jaringan Syaraf Tiruan Kelemahan JST dengan layar unggal membua perkembangan JST menjadi erheni sekiar ahun 1970 an. Penemuan backpropagaion yang erdiri aas beberapa lapisan membuka kembali cakrawala.(siang, 2005). JST dengan layar unggal memiliki keerbaasan dalam pengenalan pola. Kelemahan ini bisa dianggulangi dengan menambahkan sau aau beberapa lapisan ersembunyi dianara layar masukan dan keluaran. Meskipun penggunaan lebih dari sau lapisan ersembunyi memiliki kelebihan manfaa unuk beberapa kasus, eapi pelaihannya memerlukan waku yang lama. Maka umumnya pelaihan dimulai dengan mencoba sebuah lapisan ersembunyi lebih dahulu. Meode Jaringan Syaraf Tiruan yang akan digunakan adalah meode jaringan syaraf iruan propagasi balik. Kusumadewi (2004) menjelaskan, propagasi balik menggunakan error oupu unuk mengubah nilai bobo-bobonya dalam arah mundur (backward). Unuk mendapakan error ini, ahap perambaan maju (forward propagaion) harus dikerjakan erlebih dahulu. Inpu yang akan digunakan dalam pelaihan ini adalah harga harian Indeks LQ45 dan harga Indeks LQ45 pada lag signifikan hasil esimasi dengan meode ARIMA. Diberikan dua lapisan ersembunyi dengan masing-masing memiliki 10 dan 5 uni ersembunyi didalamnya. Lapisan Oupu berisi harga saham pada periode Fungsi Akivasi

16 81 Fungsi akivasi yang digunakan dalam propagasi balik harus memenuhi beberapa syara, yaiu : koninu, erdiferensiasi dengan mudah dan merupakan fungsi yang idak urun. Salah sau fungsi yang memenuhi keiga syara ersebu adalah fungsi sigmoid biner yang memiliki range (0,1) (Siang, 2005). 1 f ( x) = 1 + e dengan urunan f ( x) = f ( x)(1 f ( x)) Fungsi lain yang sering dipakai adalah fungsi sigmoid bipolar yang benuk fungsinya mirip dengan fungsi sigmoid biner, api dengan range (-1,1). 2 f ( x) = 1 z 1 + e Dengan urunan z f ( x) = (1 + f ( x))(1 2 f ( x)) Fungsi sigmoid memiliki nilai maksimum = 1. Maka unuk pola yang argenya > 1, pola masukan dan keluaran harus erlebih dahulu diransformasi sehingga semua polanya memiliki range yang sama seperi fungsi sigmoid yang dipakai. Alernaif lain adalah menggunakan fungsi akivasi sigmoid hanya pada lapisan yang bukan lapisan keluaran. Pada lapisan keluaran, fungsi akivasi yang dipakai adalah fungsi idenias : f(x) = x Daa yang ada dapa diransformasikan ke inerval [0,1], eapi akan lebih baik jika diransofmasikan ke inerval yang lebih kecil, misal pada inerval [0,1

17 82 0,0] menginga fungsi sigmoid merupakan fungsi asimoik yang nilainya idak pernah mencapai 0 maupun 1 Unuk iap daa dalam dere waku, ransformasi linier daa ke inerval [0,1 0,9] dapa diuliskan sebagai beriku : 0,8( x a) x' = + b a 0,1 Dimana, a = nilai minimum daa dere waku b = nilai maksimum daa dere waku x = nilai daa Pelaihan Sandard Propagasi Balik Pelaihan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik melipui 3 fase. Keiga fase ersebu dapa dijelaskan sebagai beriku (Siang, 2005) : Fase perama : propagasi maju Selama propagasi maju, sinyal masukan (=x i ) dipropagasikan ke layar ersembunyi menggunakan fungsi akivasi yang dienukan. Keluaran dari seiap uni lapisan ersembunyi (=z j ) ersebu selanjunya dipropagasikan maju lagi ke layar ersembunyi diaasnya menggunakan fungsi akivasi yang dienukan. Demikian seerusnya hingga menghasilkan keluaran jaringan (=y k ). Berikunya, keluaran jaringan (=y k ) dibandingkan dengan arge yang harus dicapai (= k ). Selisih k - y k adalah kesalahan yang erjadi. Jika kesalahan ini lebih kecil dari baas oleransi yang dienukan, maka ierasi dihenikan. Akan eapi apabila

18 83 kesalahan masih lebih besar dari baas oleransinya, maka bobo seiap garis dalam jaringan akan dimodifikasi unuk mengurangi kesalahan yang erjadi. Fase Kedua : Propagasi Mundur Berdasarkan kesalahan k - y k, dihiung fakor δ k (k=1,2,,m) yang dipakai unuk mendisribusikan kesalahan di uni y k ke semua uni ersembunyi yang erhubung langsung dengan y k. δ k juga dipakai unuk mengubah bobo garis yang berhubungan langsung dengan uni keluaran. Dengan cara yang sama, dihiung fakor δ k diseiap uni di lapisan ersembunyi sebagai dasar perubahan bobo semua garis yang berasal dari uni ersembunyi pada lapisan dibawahnya. Demikian seerusnya hingga semua fakor δ di uni ersembunyi yang berhubungan langsung dengan uni masukan dihiung. Fase Keiga : Perubahan Bobo Seelah semua fakor δ dihiung, bobo semua garis dimodifikasi bersamanaan. Perubahan bobo suau garis didasarkan aas fakor δ neuron di lapisan aasnya. Sebagai conoh, perubahan garis yang menuju ke layar keluaran didasarkan aas δ k yang ada di uni keluaran. Keiga fase ersebu diulang-ulang erus hingga kondisi penghenian dipenuhi. Umumnya kondisi penghenian yang sering dipakai adalah jumlah ierasi aau kesalahan. Ierasi akan dihenikan jika jumlah ierasi yang dilakukan sudah melebihi jumlah maksimum ierasi yang dieapkan aau jika kesalahan yang erjadi sudah lebih kecil dari baas oleransi yang diizinkan.

19 Algorima pelaihan Algorima sandard yang digunakan dalam pelaihan Jaringan Syaraf Tiruan Feed Forward Back Propagaion, yaiu gradien conjugae dan gradien conjugae wih momenum seringkali erlalu lamba unuk keperluan prakis. Oleh karena iu, pada peneliian ini akan digunakan Algorima Gradien Conjugae Wih Adapive Learning Rae and Momenum (raingdx). Algorima ini merupakan penggabungan dari Algorima Gradien Conjugae wih Adapive Learning(raingda) dan Gradien Conjugae Wih Momenum(raingdm). Pada sandard backpropagaion, perubahan bobo didasarkan aas gradien yang erjadi unuk pola yang dimasukkan saa iu. Modifikasi yang dapa dilakukan adalah melakukan perubahan bobo yang didasarkan aas arah gradien pola erakhir dan pola sebelumnya (disebu momenum) yang dimasukkan, jadi idak hanya pola masukan erakhir saja yang diperhiungkan. (Siang, 2005) Penambahan momenum dimaksudkan unuk menghindari perubahan bobo yang mencolok akiba adanya daa yang sanga berbeda dengan yang lain (oulier). Apabila beberapa daa erakhir yang diberikan ke jaringan memiliki pola yang serupa (berari arah gradien sudah benar), maka perubahan bobo dilakukan secara cepa. Namun, apabila daa erakhir yang dimasukkan memiliki pola yang berbeda dengan pola sebelumnya, maka perubahan dilakukan secara lamba. (Siang, 2005) Dengan Penambahan momenum, bobo baru pada waku ke (+1) didasarkan aas bobo pada waku dan (-1). Disini harus diambahkan dua variabel baru yang mencaa besarnya momenum unuk dua ierasi erakhir. Jika

20 85 µ adalah konsana (0 µ 1) yang menyaakan parameer momenum maka bobo baru dihiung berdasarkan persamaan : w ( w ( ) w ( 1) ) ( + 1) = w ( ) + α δ z + kj kj k j µ kj kj dan v ( v ( ) v ( 1) ) ( + 1) = v ( ) + α δ x + ji jij j i µ jij jij Algorima gradien descen dengan adapive learning rae, dasarnya sama dengan algorima gradien descen sandard dengan beberapa perubahan. Peramaama dihiung erlebih dahulu nilai oupu jaringan dan error pelaihan. Pada seiap epoch, bobo-bobo baru dihiung dengan menggunakan learning rae yang ada. Kemudian dihiung kembali oupu jaringan dan error pelaihan. Jika perbandingan anara error pelaihan yang baru dengan error pelaihan lama melebihi maksimum kenaikan kinerja (max_perf_inc), maka bobo-bobo baru ersebu akan diabaikan, sekaligus nilai learning rae akan dikurangi dengan cara mengalikannya dengan lr_dec. Sebaliknya, apabila perbandingan anara error pelaihan baru dengan error pelaihan lama kurang dari maksimum kenaikan kinerja, maka nilai bobo-bobo akan diperahankan, sekaligus nilai learning rae akan dinaikkan dengan cara mengalikannya dengan lr_inc. Dengan cara ini, apabila learning rae erlalu inggi dan mengarah ke keidaksabilan, maka learning rae akan diurunkan. Sebaliknya jika learning rae erlalu kecil unuk menuju konvergensi, maka learning rae akan dinaikkan. Dengan demikian, maka algorima pembelajaran akan eap erjaga pada kondisi sabil.

21 86 Algorima gradien descen wih momenum and adapive learning(raingdx) merupakan penggabungan anara algorima gradien descen wih adapive learning(raingda) dan algorima gradien descen wih momenum(raingdm). Algorima ini merupakan algorima defaul yang digunakan oleh malab karena memiliki performa kecepaan pelaihan yang inggi. Simulasi dilakukan baik pada periode raining maupun periode esing. Salah sau cara yang dapa digunakan unuk melakukan evaluasi erhadap jaringan syaraf yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis regresi erhadap respon jaringan dan arge yang diharapkan. Analisis ini akan dilakukan dengan fungsi posreg yang erdapa pada MATLAB Pengukuran Kinerja Mean Squared Error Dalam saisik, Mean Squared Error (MSE) sebuah esimaor adalah nilai yang diharapkan dari kuadra error. Error yang ada menunjukkan seberapa besar perbedaan hasil esimasi dengan nilai yang akan diesimasi. Perbedaan iu erjadi karena adanya keacakan pada daa aau karena esimaor idak mengandung informasi yang dapa menghasilkan esimasi yang lebih akura MSE = 1 N N = h ( y yˆ ) 2 Dimana : MSE = Mean Squared Error N = Jumlah Sampel

22 87 y ŷ = Nilai Akual Indeks = Nilai Prediksi Indeks Komparasi Hasil Peramalan Seelah nilai Mean Squared Error dari kedua meode didapakan, maka akan dilakukan komparasi erhadap nilai MSE yang didapakan pada periode esing (ou-sample) Jika nilai MSE ARIMA < MSE ANN maka meode ARIMA memiliki performa lebih baik dibandingkan meode ANN karena memiliki ingka kesalahan yang dihasilkan oleh ARIMA relaif lebih kecil. Sebaliknya, jika MSE ARIMA > MSE ANN maka meode ARIMA memilki performa lebih buruk dibandingkan meode ANN karena ingka kesalahan yang dihasilkan oleh meode ARIMA relaif lebih besar.

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) ARIMA (Auoregressive Inegraed Moving Average) I. Prinsip Dasar dan Tujuan Analisis. Prinsip Dasar ARIMA sering juga disebu meode runun waku Box-Jenkins. ARIMA sanga baik keepaannya unuk peramalan jangka

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih.

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih. 1 Peramalan Volume Produksi Air Bersih di PDAM Kabupaen Bojonegoro berdasarkan Jumlah Pelanggan dan Volume Konsumsi Air Fasha Aulia Pradhani dan Adaul Mukarromah Jurusan Saisika, FMIPA, ITS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan) Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi Program Sudi MMT-ITS, Surabaya 1 Agusus 2009 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Sudi Kasus: PT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM YANG DIPENGARUHI KURS, PERUBAHAN INFLASI, POSISI JUMLAH DEPOSITO BERJANGKA, SUKU BUNGA SBI DAN DEPOSITO MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER DAN ARCH-GARCH Oleh: TANTI MEGASARI 6 00

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Vol.. No., 03 PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Ari Pani Desvina, Sari Marlinda, Jurusan Maemaika Fakulas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG AIRLINES PT. ANGKASA PURA II BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU DENGAN ARIMA(0,1,1)(0,1,1) 12 TUGAS AKHIR.

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG AIRLINES PT. ANGKASA PURA II BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU DENGAN ARIMA(0,1,1)(0,1,1) 12 TUGAS AKHIR. PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG AIRLINES PT. ANGKASA PURA II BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU DENGAN ARIMA(0,,)(0,,) 2 TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Sau Syara unuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

APLIKASI METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI INDONESIA

APLIKASI METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI INDONESIA APLIKASI METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI INDONESIA 1 Arani Indraseianigsih, 2 Ika Damayani 1,2 Program Sudi Saisika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. 4, No., Januari 8 ISSN 46-454 prin/issn 65-8663 online Penerapan Model ARCH/GARCH unuk Peramalan Nilai Tukar Peani Ari Pani Desvina, Inggrid Ocaviani Meijer, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN Peneliian ini diujukan unuk membukikan adanya hubungan dan pengaruh dari nilai ukar Rupiah erhadap Dollar Amerika Serika (exchange rae),

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG DAN LEBAR DATA DEBIT HISTORIS PADA KINERJA MODEL PEMBANGKITAN DATA DEBIT SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE ARIMA

PENGARUH PANJANG DAN LEBAR DATA DEBIT HISTORIS PADA KINERJA MODEL PEMBANGKITAN DATA DEBIT SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE ARIMA PENGARUH PANJANG DAN LEBAR DATA DEBIT HISTORIS PADA KINERJA MODEL PEMBANGKITAN DATA DEBIT SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE ARIMA Maskur Efendi ), Widandi Soeopo 2), Piojo Tri Juwono 2) ) Mahasiswa Magiser

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

Pemodelan Volatilitas Saham Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Algoritma Genetika

Pemodelan Volatilitas Saham Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Algoritma Genetika Pemodelan Volailias Saham Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Algorima Geneika Hasbi Yasin 1 1 Jurusan Saisika Undip, hasbiyasin@undip.ac.id Absrak. Flukuasi yang besar dan idak pasi dalam peramalan

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Pemodelan Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Platform MK di PT X Menggunakan Metode ARIMA, Neural Network, dan Hibrida ARIMA-Neural Network

Pemodelan Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Platform MK di PT X Menggunakan Metode ARIMA, Neural Network, dan Hibrida ARIMA-Neural Network D-378 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (26) 2337-3520 (23-928X Prin) Pemodelan Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Plaform MK di PT X Menggunakan Meode ARIMA, Neural Nework, dan Hibrida ARIMA-Neural

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini diujukan unuk menenukan meode erbaik yang dapa digunakan dalam meramalkan harga ayam pada enam koa besar di Jawa-Bali. Meode peramalan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Saisika, Vol. 2, No. 2, November 24 PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Sri Wahyuni, 2 Farikhin, Iswahyudi Joko Suprayino Program Sudi Saisika

Lebih terperinci

Pemodelan Indeks Harga Konsumen Kelompok Bahan Makanan menggunakan Metode Intervensi dan Regresi Spline ABSTRAK

Pemodelan Indeks Harga Konsumen Kelompok Bahan Makanan menggunakan Metode Intervensi dan Regresi Spline ABSTRAK Pemodelan Indeks Harga Konsumen Kelompok Bahan Makanan menggunakan Meode Inervensi dan Regresi Spline Rina Andriani, Dr. Suharono, M.Sc 2 Mahasiswa Jurusan Saisika FMIPA-ITS, 2 Dosen Jurusan Saisika FMIPA-ITS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Peramalan Hasil Produksi Pupuk NPK Menggunakan Model Fungsi Transfer Multi Input. : Nesia Brilliana I.P NRP :

Peramalan Hasil Produksi Pupuk NPK Menggunakan Model Fungsi Transfer Multi Input. : Nesia Brilliana I.P NRP : Peramalan Hasil Produksi Pupuk NPK Menggunakan Model Fungsi Transfer Muli Inpu Nama : Nesia Brilliana I.P NRP : 20800023 Jurusan : Maemaika Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M. Kes Pemberian pupuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Daa Daa yang digunakan adalah daa sekunder runun waku (ime series) bulanan dari 2002:01 sampai dengan 2009:06 yang bersumber dari Laporan dan websie Bank Indonesia

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

PERAMALAN YIELD DAN HARGA OBLIGASI PEMERINTAH DENGAN PENDEKATAN ARIMA DAN BACKPROPAGATION-ANN

PERAMALAN YIELD DAN HARGA OBLIGASI PEMERINTAH DENGAN PENDEKATAN ARIMA DAN BACKPROPAGATION-ANN PERAMALAN YIELD DAN HARGA OBLIGASI PEMERINTAH DENGAN PENDEKATAN ARIMA DAN BACKPROPAGATION-ANN Yuli Wahyuningsih (), Brodjol Suijo S. U (), Suharono () Mahasiswa Jurusan Saisika, FMIPA, Insiu Teknologi

Lebih terperinci

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting.

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting. METODE INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) UNTUK MEMODELKAN HARGA GABAH DUNIA (INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY TO CAPTURE

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA Oleh : Liviani Nursia 307030040 Dosen Pembimbing: Dr. Brodjol Suijo S.U, MSi Laar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hipoesis Peneliian Seperi yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, peneliian ini mencoba menemukan anomali DOTW pada volailias dan volume saham dengan menggunakan

Lebih terperinci

Peramalan Inflasi Menggunakan Model Fungsi Transfer Multi Input. Forcasting Inflation Using Multiple Input Transfer Function Model

Peramalan Inflasi Menggunakan Model Fungsi Transfer Multi Input. Forcasting Inflation Using Multiple Input Transfer Function Model Peramalan Inflasi Menggunakan Model Fungsi Transfer Muli Inpu Forcasing Inflaion Using Muliple Inpu Transfer Funcion Model Novi Adisia, Sri Wahyuningsih, dan Rio Goeanoro 3 Laboraorium Saisika Terapan

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA Dalam Memprediksi IHSG

Penerapan Model ARIMA Dalam Memprediksi IHSG Penerapan Model ARIMA Dalam Memprediksi IHSG Bambang Hendrawan Polieknik Baam Parkway Sree, Baam Cenre, Baam 29461, Indonesia e-mail: benks@polibaam.ac.id Absrak: Tujuan peneliian ini adalah unuk mencari

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI MODEL ARIMA BOX-JENKINS

MAKALAH TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI MODEL ARIMA BOX-JENKINS 1. Pendahuluan MAKALAH TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI MODEL ARIMA BOX-JENKINS CAMPURAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Oleh : Febriana Dwi P. (1306 100 011) Dosen Pembimbing I : Dr. Irhamah, S.Si,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Peramalan Volume Penjualan Semen di PT.Semen Gresik Persero Tbk

Peramalan Volume Penjualan Semen di PT.Semen Gresik Persero Tbk Peramalan Volume Penjualan Semen di PT.Semen Gresik Persero Tbk Oleh : Dwi Hapsari K (1306 100 015) Dosen Pembimbing : Dra. Karika Firiasari, M.Si 1 Pendahuluan Laar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan

Lebih terperinci

DAN PENERAPANNYA PADA PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII

DAN PENERAPANNYA PADA PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII Bulein Ilmiah Mah. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 6, No. 3 (27), hal 83 2. MODEL SPACE-TIME DAN PENERAPANNYA PADA PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII Ella Kurniawai, Naomi Nessyana

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

DAMPAK PENURUNAN HARGA BBM JENIS PREMIUM TERHADAP ANGKA INFLASI DI KOTA YOGYAKARTA (Studi Aplikasi Model Intervensi dengan Step Function)

DAMPAK PENURUNAN HARGA BBM JENIS PREMIUM TERHADAP ANGKA INFLASI DI KOTA YOGYAKARTA (Studi Aplikasi Model Intervensi dengan Step Function) DAMPAK PENURUNAN HARGA BBM JENIS PREMIUM TERHADAP ANGKA INFLASI DI KOTA YOGYAKARTA (Sudi Aplikasi Model Inervensi dengan Sep Funcion) S-3 Kismianini dan Dhoriva Urwaul Wusqa Jurusan Pendidikan Maemaika

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA Fadil Rahman Hakim, Dr. Ir. Achmad Mauludiyano, MT. Program Sudi Telekomunikasi Mulimedia Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknologi Indusri

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY Hermansah Program Sudi Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK WILAYAH SUMBAR RIAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE (AR)

ANALISIS PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK WILAYAH SUMBAR RIAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE (AR) Vol. 9. No. 1, 011 ANALISIS PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK WILAYAH SUMBAR RIAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE (AR) Zulfari Aini Jurusan Teknik Elekro, Fakulas Sains dan Teknologi UIN Suska

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Peramalan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengerian peramalan, kegunaan meode peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan eknik dan meode peramalan,

Lebih terperinci

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu 1 Penenuan Pelebaran Window Time Opimal Pada Daa Dere Waku (1) Nursya`bani Hendro Prabowo dan (2) Raden Mohamad Aok Deparemen Saisika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Insiu Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES PROSIDING ISSN : 087-590. Seminar Nasional Saisika November 0 Vol, November 0 (T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES Yahya Ubaid ), Budi Nurani R. ), Mulyana K. 3) )Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PEMODELAN BOX-JENKINS (ARIMA) UNTUK PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

PEMODELAN BOX-JENKINS (ARIMA) UNTUK PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PEMODELAN BOX-JENKINS (ARIMA) UNTUK PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Vincenius Iwan Primadiya 1 dan Nur Iriawan 2 1) Program Sudi Magiser Manajemen Teknologi, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember e-mail:

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNA SKRIPSI Diajukan kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri ogyakara unuk memenuhi sebagian persyaraan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1 FORECASTING & ARIMA Dwi Marani /26/200 Saisik unuk Bisnis 9 DERET BERKALA (TIME SERIES) Suau dere berkala merupakan suau himpunan observasi dimana variabel yang digunakan diukur dalam uruan periode waku,

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DENGAN METODE ARIMA

PENENTUAN MODEL PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DENGAN METODE ARIMA PENENTUAN MODEL PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DENGAN METODE ARIMA Leopoldus Ricky Sasongko, Lydia Ninuk Rahayu, dan Alberh Roy Koa 3,,3 Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suau kegiaan dalam memperkirakan aau kegiaan ang melipui pembuaan perencanaan di masa ang akan daang dengan menggunakan daa masa lalu dan daa masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT DAN APLIKASINYA UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT DAN APLIKASINYA UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT DAN APLIKASINYA UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri Yogyakara unuk memenuhi

Lebih terperinci